pembahasan praktikum identifikasi unsur anorganik dalam sampel tanah dan daun

download pembahasan praktikum identifikasi unsur anorganik dalam sampel tanah dan daun

of 3

description

identifikasi unsur anorganik dalam sampel tanah dan daun

Transcript of pembahasan praktikum identifikasi unsur anorganik dalam sampel tanah dan daun

PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan perlakuan terhadap sampel NaCl, CaCO3, dan susu bubuk instan(tropicana slim) dalam cawan dengan pemanasan pada suhu 105Cndan 200C . Cawan kosong dipanaskan pada suhu 105C selama 1 jam ini dilakukan agar cawan bebas dari zat pengotor yang atsiri, setelah itu cawan ditimbang di neraca analitik, nilai berat cawan tersebut nantinya digunakan dalam perhitungan kadar zat atsiri yang masih berada dalam sampel. Pemotongan sampel menjadi kecil-kecil agar memudahkan sampel dimasukan pada cawan, dan juga memperluas permukaan karena semakin luas permukaan maka semakin banyak zat atsiri yang menguap. Setelah sampel dalam cawan, dipanaskan pada suhu 105C dan 200C yang dilakukan penimbangan sebelum dan sesudah pemanasan, dimana terjadi pengurangan berat sampel sesudah pemanasan dari sebelum pemanasan, ini dikarenakan zat atsiri dalam sampel menguap. Dalam pemanasan sampel pada suhu 200C lebih besar nilai pengurangannya dibandingkan dengan pemanasan pada suhu 105C, ini karena titik didh zat atau senyawa berbeda-beda, pada 105C lebih sedikit yang menguap dibanding dengan pada suhu 200C. Hal ini membuktikan pemanasan dapat mernggangkan jarak antar partikel, fluida dengan jarak antar partikel lebih kecil dari jarak antar partikel gas, sehingga jika jarak semakin renggang zat berfase cair berubah menjadi zat berfase gas. Meskipun kedua fase tersebut cair dan gas memiliki kesempatan bergerak yang sama yaitu translasi, rotasi dan vibrasi.pada sampel sesudah pemanasan, sampel menjadi kering ini karena kadar air dalam sampel berkurang. Tetapi tidak terbakar, ini karena zat anorganik memang tidak mudah terbakar.dan juga sedikit zat anorganik yang memiliki unsur karbon.4 Al + 3 O2 -> 2 Al2O3Pada pecobaan perlakuan ke-2 yaitu terhadap sampel air sumur tidak dilakukan.Pada pemanasan sampel bagian-bagian tumbuhan tidak dilakukan pemanasan cawan kosong, dan digunakan data awal berat cawan kosong. Terjadi pengurangan berat sampel sesudah pemanasan dari sebelum pemanasan, ini dikarenakan zat atsiri dalam sampel menguap. Dalam pemanasan sampel pada suhu 200C lebih besar nilai pengurangannya dibandingkan dengan pemanasan pada suhu 105C, ini karena titik didh zat atau senyawa berbeda-beda, pada 105C lebih sedikit yang menguap dibanding dengan pada suhu 200C. Hal ini membuktikan pemanasan dapat mernggangkan jarak antar partikel, fluida dengan jarak antar partikel lebih kecil dari jarak antar partikel gas, sehingga jika jarak semakin renggang zat berfase cair berubah menjadi zat berfase gas. Sampel seteelah pemanasan terjadi perubahan warna fisik yaitu dari warna asli daun(hijau), akar putih kecoklatan, batang hijau tua dan bunga ungu semuanya berubah menjadi kehitaman, secara kimia ini dikarenakan pemanasan dimana senyawa dalam sampel bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan karbon berwarna hitam. Ini membuktikan dalam sampel bagian tumbuhan lebih banyak zat organiknya, karena zat organik sendiri mudah terbakar dan zat anorganik tidak mudah terbakar. 4 Mg + 3 O2 2 Mg2O3Pada identifikasi unsur aluminium dalam sampel tanah, dilakukan penambahan larutan NaOH 40 % ini dimaksudkan untuk melarutkan zat organik dan zat anorganik dalam sampel. Karena zat anorganik dapat larut dengan air dan pelarut organik seperti HCl, sedangkan zat organik hanya mampu larut dalam pelarut organik. Pelarut NaOH digunakan karena sifatnya yang polar sehingga dapat melarutkan senyawa polar dalam sampel. Kemudian ditambahkan larutan H2SO4 ini bertujuan untuk menetralkan campuran basa. Selain menetralkan fungsi asam sulfat adalah untuk menghidrolisis senyawa kompleks dalam sampel,sehingga lebih melarut. Setelah ditambahkan asam sulfat pH = 8 didapat dengan menggunakan indikator universal dengan cara membandingkan dengan literatur warnanya. Dikatakan indikator universal karena terdiri dari beberapa indikator dengan perubahan warna berbeda di setiap trayek pHnya, sehingga menimbulkan warna tertentu. Kemudian dilakukan penyaringan dan didapat filtratnya. Kemudian ditambahkan NaOH 6 M, terbentuk endapan, sesuai persamaan kimia:Al3+ + NaOH Al(OH)32 Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq) 2Al3+(aq) + 3 SO4Al3+ + NaOH Al(OH)3(s)(endapan putih)

Dalam penambahan NaOH 1 M terbentuk endapanAl3+ + NaOH Al(OH)3(s)(endapan putih)Tetapi ketika dilakukan penambahan berlebih endapan tersebut melarut kembali ini dikarenakan Semakin besar Ksp maka kelarutan makin tinggi sehingga semakin mudah larut. Pada identifikasi Mg2+ pada sampel daun, ditambahkan HCl 6 M ini untuk melarutkan zat organik dan zat anorganik, karena zat anorganik dapat larut dengan air dan pelarut organik seperti HCl, sedangkan zat organik hanya mampu larut dalam pelarut organik. Terbentuk 2 fase, ini karena dalam campuran tersebut terdapat senyawa polar dan non polar. Kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit, fungsi pengadukan adalah untuk menghomogenkan campuran, dan pendiaman bertujuan agar interaksi senyawa polar dengan polar dan non-polar dengan non-polar dapat berlangsung, dimana interaksi ini tidak dapat berlangsung ketika pertikel bergerak. Kemudian diencerkan dan dilakukan penyaringan , ini bertujuan agar melarutkan zat anorganik, karena zat anorganik larut dalam air, dan disaring agar analit lebih murni dari matriksnya. Kemudian ditambahkan Na2SO4, ini bertujuan untuk mennetukan kation anorganik Mg2+, tetapi tidak ada endapan putih yang terjadi, ini dikarenakan campuran belumm netral, dimana pH= 4, dalam keadaan asam, senyawa mudah untuk terionisasi, sehingga sukar terbentuk endapan.persamaa kimianya:Mg kompleks + HCl Mg2+ Mg (s) + 2H2O(g) -> Mg(OH)2(aq) + H2(g)Mg(OH)2(aq) + NaOH -> Mg(OH)2(s) + Na2SO4(aq)