Pembahasan materi 7
-
Upload
adi-wiguna -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
description
Transcript of Pembahasan materi 7
PEMBAHASAN
I. PENGUJIAN SUBSTANTIF SIKLUS PRODUKSI
7.1 Penentuan Risiko Deteksi
Sesuai dengan model audit yang telah diuraikan dan diterapkan, spesifikasi auditor
mengenai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk pengujian rincian atas asersi-asersi
persediaan akan mencerminkan suatu hubungan terbalik dengan penilaian risiko inheren, risiko
pengendalian, dan risiko prosedur analitis yang relevan yang berkaitan dengan asersi-asersi.
Karena gabungan antara penilaian risiko inheren dan pengendalian seringkali paling tinggi untuk
asersi keberadaan atau keterjadian dan penilaian atau alokasi atas saldo persediaan, maka tingkat
risiko deteksi keseluruhannya yang dapat diterima mungkin harus diperkecil untuk asersi-asersi
ini dibandingkan untuk yang lainnya.
7.2 Merancang Pengujian Substantif
Pengujian ini berhubungan dengan pengujian substantif atas presediaan barang dagang yang
dibeli dan disimpan oleh pedagang grosir serta eceran dan juga persediaan bahan baku, barang
dalam proses, serta barang jadi yang dimiliki pabrikan. Audit atas saldo persediaan memerlukan
perencanaan yang cermat dan investasi waktu, biaya , dan upaya audit yang sangat substansila.
Guna memastikan bahwa pemeriksaan ini efisien dan efektif dalam mendapatkan bukti kompeten
yang mencukupi , harus dipertimbangkan secara cermat penentuan tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima dan perancangan pengujian substantif yang sesuai untuk asersi-asersi persediaan.
Pengujian substantif saldo persediaan dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu:
A. Prosedur Awal
Prosedur awal yang penting adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang
industri klien untuk merancang lingkup penilaian prosedur analitis dan pengujian detil. Apabila
klien merupakan perusahaan manufaktur, maka auditor harus mengetahui komposisi biaya tetap
dan biaya variable dalam proses produksi. Apabila klien merupakan perusahaan pengecer, maka
perlu diketahui sumber pasokan barang dagangan dan pendistribusiannya. Auditor juga harus
memahami perdagangan konsinyasi, baik dalam hal klien bertindak sebagai konsinyor maupun
sebagai konsinyi. Adapun rincian pengujian substantif dalam prosedur awal:
1
1) Dapatkan pemahaman tentang bisnis dan prosedur awal bidang usaha klien dan
kemudian tentukan:
a) Signifikansi harga pokok penjualan dan persediaan bagi perusahaan.
b) Pemicu-pemicu ekonomi kunci yang mempengaruhi harga pokok penjualan, laba
kotor, dan kemungkinan keusangan persediaan.
c) Seberapa banyak perusahaan memiliki barang konsinyasi.
d) Ada tidaknya komitmen pembelian dan konsentrasi kegiatan dengan pemasok-
pemasok tertentu.
2) Melakukan prosedur awal atas saldo persediaan dan catatan-catatan yang akan diuji
lebih lanjut:
a) Menelusur saldo awal persediaan ke kertas kerja tahun lalu.
b) Review kegiatan dalam rekening persediaan dan selidiki ayat-ayat jurnal yang luar
biasa jumlah atau sumbernya.
c) Verifikasi jumlah-jumlah dalam catatan perpetual dan daftar persediaan serta
kecocokan dengan saldo akhir buku besar.
B. Prosedur Analisis
Penerapan prosedur analitis dalam audit persediaan seringkali cukup luas. Review
pengalaman bidang usaha dan trend bidang usaha diperlukan untuk membuat perkiraan-perkiraan
yang akan digunakan dalam mengevaluasi data analitis klien. Sedangkan, review tentang
hubungan antara persediaan dengan pembelian terakhir, produksi, dan aktivitas penjualan akan
membantu auditor dalam memahami tingkat persediaan. Auditor juga perlu melakukan
perhitungaan rasio perputaran persediaan baik secara keseluruhan maupun per kelompok-
kelompok persediaan. Adapun rincian pengujian substantif dalam prosedur analisis :
1) Melakukan review pengalaman dan trend bidang usaha.
2) Melakukan pemeriksaan analitis perputaran persediaan.
3) Mereview hubungan antara saldo persdiaan dengan pembelian terakhir, produksi, dan
kegiatan penjualan.
4) Membandingkan saldo persediaan dengan taksiran volume penjualan.
2
C. Prosedur Rincian Transaksi
Dalam melaksanakan pengujian detil transaksi, auditor terutama akan menitikberatkan
pada prosedur pencocokan dengan bukti pendukung dan penelusuran untuk mendapatkan bukti
tentang pengolahan transaksi-transaksi individual yang berpengaruh terhadap saldo persediaan.
Dimana dalam pengujian substantif detil transaksi persediaan terdapat dua pokok hal yang akan
diuji, yaitu:
1) Pengujian Ayat-ayat Jurnal yang Dibukukan ke Rekening Persediaan
Pengujian ini dilakukan dengan cara memilih suatu sampel ayat-ayat jurnal yang
dibukukan ke rekening persediaan dan cocokan ayat-ayat jurnal tersebut dengan bukti
pendukungnya, misalnya faktur penjualan, catatan biaya produksi, dan laporan produksi
selesai. Pencocokan ke dokumen pendukung atas ayat jurnal yang menyebabkan
bertambahnya saldo persediaan akan memberi bukti tentang keberadaan dan penilaian
persediaan pada saat transaksi terjadi. Pencocokan ke bukti pendukung atas ayat jurnal
yang menyebabkan berkurangnya saldo persediaan untuk menentukan ketepatan
pengurangan persediaan member bukti berikutnya tentang asersi penilaian persediaan.
Sedangkan, penelusuran ke dokumen pembelian dan factor-faktor biaya yang
ditambahkan ke produksi ke ayat jurnal dalam rekening persediaan member bukti
mengenai asersi kelengkapan dan penilaian persediaan.
2) Melakukan Pengujian Pisah Batas Transaksi Pembelian, Produksi, dan Penjualan
Pengujian pisah batas ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa transaksi-
transaksi yang terjadi pada tanggal neraca (tutup buku) telah dicatat pada periode yang
tepat. Dalam suatu perusahaan manufaktur, auditor juga harus mencermati pemindahan
barang-barang antara: (1) gudang dan departemen produksi, (2) suatu departemen
produksi dengan departemen produksi lainnya, atau (3) departemen produksi dan barang
jadi. Pengujian ini dilakukan dengan cara menelusuri data dari pembelian, produksi,
produksi selesai, dan catatan penjualan ke rekening persediaan atas dasar suatu sampel
yang sudah dipilih dalam tahapan pengujian ayat-ayat jurnal ke rekening persediaan.
Dimana bukti yang diperoleh dari pengujian pisah batas ini berkaitan dengan asersi
keberadaan, keterjadian, dan kelengkapan persediaan.
3
D. Prosedur Detil Saldo
Pengujian ini meliputi lima kategori, yaitu:
1) Observasi atas Perhitungan Fisik Persediaan yang Dilakukan Klien
Observasi persediaan telah menjadi prosedur audit berlaku umum sejak lebih dari 50 tahun
yang lalu. Prosedur ini diharuskan apabila persediaan dalam laporan keuangan perusahaan yang
diaudit cukup material, dan apabila hal tersebut praktis serta beralasan. Observasi persediaan bias
menjadi pekerjaan yang tidak menyenangkan, menyerap banyak waktu, dan kadang-kadang sulit
bagi auditor. Dalam melaksanakan prosedur pengauditan ini, klien bertanggungjawab untuk
melaksanakan perhitungan fisik persediaan. Dari pengujian substantive ini, auditor memperoleh
pengetahuan langsung tentang efektivitas perhitungan fisik yang dilakukan klien, dan mengukur
seberapa jauh hal itu bias diandalkan untuk asersi manajemen yang berkaitan dengan kuantitas
dan kondisi persediaan.
Saat dan luasnya pengamatan persediaan tergantung pada system persediaan yang dianut
klien dan efektivitas pengendalian intern. Dalam system persediaan periodic, kuantitas
ditentukan berdasarkan perhitungan fisik dan semua perhitungan dilakukan pada suatu tanggal
tertentu. Dalam system persediaan perpetual yang dibarengi pengendalian intern yang efektif,
perhitungan fisik bias dilakukan dan dibandingkan dengan catatan persediaan pada tanggal
interim. Adapun Rincian dari Pengujian ini adalah :
a) Menentukan waktu dan luasnya pengujian.
b) Mengevaluasi kecukupan rencana perhitungan persediaan yang dibuat klien.
c) Observasi ketelitian perhitungan yang dilakukan klien dan dilakukan pengujian
perhitungan.
d) Memeriksa petunjuk adanya barang lambat laku, persediaan yang rusak, atau usang.
e) Menghitung semua kartu barang dan formulir berita acara yang digunakan dalam
perhitungan fisik.
2) Pengujian Ketelitian dalam Daftar Persediaan
Setelah pengujian fisik persediaan selesai dikerjakan, klien akan menggunakan kartu-kartu
perhitungan persediaan atau formulir perhitungan untuk membuat daftar yang berisi semua jenis
barang yang telah dihitung. Semua jenis persediaan tersebut kemudian diberi harga sehingga bias
diketahui total nilai rupiah semua persediaan yang ada di tangan. Oleh karena daftar ini akan
menjadi dasar untuk membuat jurnal guna menyesuaikan persediaan menurut catatan sehingga
4
cocok dengan yang ada di tangan, maka auditor harus melakukan pengujian tertentu untuk
memastikan bahwa daftar telah dibuat dengan benar dan mencerminkan hasil perhitungan fisik
yang telah dilakukan. Adapun rincian kegiatan pengujian tersebut, yaitu:
a) Menghitung ulang penjumlahan dan perkalian antara kuantitas dengan harga per unit.
b) Menelusuri hasil uji perhitungan ke daftar persediaan.
c) Mencocokan barang yang tercantum dalam daftar persediaan ke kartu perhitungan
persediaan dan berita acara perhitungan fisik.
d) Merekonsiliasi hasil perhitungan fisik dengan catatan perpetual dan saldo buku besar
dan kemudian mereview ke ayat jurnal penyesuaian.
3) Pengujian Harga Persediaan
Pengujian ini mencangkup pemeriksaan atas dokumen-dokumen pendukung yang
berkaitan dengan harga pokok maupun nilai pasar persediaan. Dengan demikian hal ini berkaitan
dengan asersi penilaian atau pengalokasian. Hal ini juga menyangkut pembuktian bahwa
prosedur penetapan harga pokok telah diterapkan secara konsisten dengan tahun-tahun
sebelumnya. Review atas catatan persediaan perpetual dan pengajuan pertanyaan kepada klien
diperlukan auditor untuk menentukan dasar dan metode harga pokok yang digunakan dalam
penentuan harga persediaan. Adapun rincian dari pengujian harga persedian ini adalah:
a) Memeriksa faktur-faktur penjual yang telah dibayar untuk pembelian persediaan.
b) Memeriksa ketepatan biaya tenaga kerja dan tarif overhead, biaya standar, dan
disposisi selisih yang berkaitan dengan persediaan hasil produksi.
4) Konfirmasi Persediaan yang Berada di Gudang Luar atau Gudang Umum
Apabila klien menyimpan persediaannya di gudang umum atau di gudang sewaan yang
berada di luar area perusahaan, auditor harus mendapatkan bukti mengenai keberadaan
persediaan dengan cara melakukan komunikasi langsung dengan penyimpan barang. Jenis bukti
ini bias dianggap mencukupi , kecuali apabila jumlah barang yang disimpan di gudang luar
tersebut mencerminkan bagian yang signifikan dari aktiva lancar atau total aktiva perusahaan
klien. Selain memberikan bukti tentang asersi hak dan kewajibam, pengujian ini juga akan
memberikan bukti tentang asersi kelengkapan apabila penyimpan barang memberikan konfirmasi
tentang barang di tangan dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang tercantum dalam
permintaan konfirmasi. Konfirmasi persediaan tidak memberikan nukti tentang nilai persediaan,
5
karena penyimpan barang tidak diminta untuk melaporkan tentang harga pokok, kondisi, ataupun
niali pasar barang yang disimpan di gudang yang bersangkutan.
5) Pemeriksaan atas Perjanjian Konsinyasi dan Kontrak-kontrak
Auditor harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen mengenai setiap barang yang
disimpan sebagai barang konsinyasi ataupun apabila ada barang perusahaan yang dititipkan
barang kepada pihak lain sebagai barang konsinyasi. Apabila dalam perusahaan klien terdapat
barang konsinyasi, maka perjanjian konsinyasi perlu diperiksa terutama yang berkaitan dengan
syarat-syarat dalam perjanjian. Kemudian, apabila klien menitipkan barang miliknya kepada
pihak lain sebagai barang konsinyasi, auditor harus mereview dokumen-dokumen untuk
menentukan bahwa barang ayng disimpan atau dititipkan sebagai barang konsinyasi telah
dimasukan sebagai persediaan klien per tanggal neraca.
E. Pengujian Detil Saldo: Estimasi Akuntansi
Pengauditan atas estimasi akuntansi berhubungan dengan masa dating. Ketida mengaudit
persediaan, auditor harus menentukan tepat tidaknya melakukan penurunan nilai persediaan
menjadi dibawah harga pokok karena persediaan telah usang atau lambat-laku, dan apakah
kondisi persediaan akan menyebabkan klien menjual persediaan semacam itu dengan harga yang
rendah sehingga mendatangkan kerugian. Tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan
kualitas hanya sebatas pengamatan yang wajar. Hal ini berarti bahwa auditor diminta untuk
menentukan apakah persediaan berada dalam kondisi untuk dijual, digunakan, atau dikonsumsi,
dan apakah ada persediaan usang, lambat-laku, dan rusak. Rincian pengujian detil saldo: estimasi
akuntansi ini adalah:
1) Memeriksa faktur-faktur oenjualan setelah akhir tahun dan lakukan pengujian mana
yang lebih rendah antara harga pasar dan harga pokok.
2) Bandingkan persediaan dengan catalog penjualan yang berlaku sekarang dan laporan
penjualan.
3) Mengajukan pertanyaan mengenai persediaan lambat-laku, kelebihan, atau persediaan
usang dan tentukan perlu tidaknya menurunkan nilai persediaan.
4) Mengevaluasi proses manajemen untuk menaksir nilai bersih bias direalisasi dengan
menggunakan informasi tentang trend bidang usaha, trend perputaran persediaan, dan
persediaan lambat-laku tertentu.
6
7.3 Membandingkan Penyajian Laporan dengan GAAP
Dalam pelaporan persediaan di laporan keuangan, persediaan harus dilaporkan di neraca
dengan pengelompokkan tertentu berdasarkan kelompok utama persediaan pada perusahaan yang
bersangkutan, demikian pula untuk harga pokok penjualan yang akan dilaporkan dalam laporan
rugi-laba. Selain itu, dalam laporan perlu diungkapkan metoda harga pokok yang digunakan,
penjaminan persediaan dalam rangka penarikan utang, dan adanya komitmen pembelian. Bukti
tentang penyajian dan pengungkapan diperoleh melalui pengujian substantive yang sebelumnya
dan juga dapat diperoleh melalui review atas notulen rapat dewan komisaris dan hasil pengajuan
pertanyaan kepada manajemen. Berikut prosedur yang dilakukan dalam membandingkan
penyajian laporan dengan GAAP:
1) Mengkonfirmasi kesesuaian persediaan yang digadaikan atau dijaminkan.
2) Mereview penyajian dan pengungkapan persediaan dalam konsep persediaan dan
menentukan kesesuaian dengan prinsip yang berlaku umum.
7.4 Jasa Bernilai Tambah
Manajemen persediaan merupakan proses inti yang harus dikelola dengan baik oleh setiap
perusahaan pabrikasi, pedagang grosir, serta pengecer agar dapat mencapai tujuan profitabilitas
dan arus kas. Lebih jauh lagi , prosedur analitis yang ditempuh auditor akan membahas
efektivitas proses manajemen persediaan. Biasanya auditor akan mengevaluasi perputaran
persediaan suatu usaha entitas. Jika peringkat klien mendekati tingkat paling bawah dalam
industrinya, maka akuntan publik biasanya akan coba membahas masalah bagaiman klien dapat
memperbaiki proses manajemen persediaannya
II. PENGUJIAN SUBSTANTIF JASA PERSONALIA
7.5 Penentuan Risiko Deteksi
Pengujian pengendalian atas efektivitas pengendalian untuk resiko ini memungkinkan
auditor untuk menetapkan tingkat resiko deteksi pada tingkat rendah, sehingga tingkat resiko
deteksi bisa diterima untuk kebanyakan asersi penggajian-pengupahan adalah moderat atau
tinggi. Akibatnya, pengujian subtantif atas saldo saldo penggajian seringkali dibatasi hanya
dengan menerapkan prosedur analitis atas rekening-rekening biaya dan utang biaya yang
7
bersangkutan, serta pengujian detil terbatas. Apabila prosedur analitis menunjukan adanya
fluktuasi tidak wajar, maka diperlukan pengujian detil lebih banyak.
7.6 Perancangan Pengujian Substantif
Apabila dalam prosedur ini tidak dijumpai fluktuasi yang tidak wajar, maka auditor telah
mendapat bukti yang mendukung tujuan audit yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian. Uraian tentang pengujian
substantive khusus untuk saldo-saldo penggajian/pengupahan yang akan dijelaskan dibawah ini
dibatasi hanya pada prosedu-prosedur berikut :
1) Menghitung ulang utang utang yang berkaitan dengan penggajian/pengupahan.
2) Mengaudit program kesejahteraan karyawan dan program pensium.
3) Mengaudit opsi saham.
4) Melakukan verifikasi atas kompensasi kepada para pejabat perusahaan.
8
Daftar Pustaka
Jusup, Al. Haryono. 2002. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah
tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Abdul, Halim. 2008. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
9