Materi Ke 7 Kelpompok 7

65
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR-BELAKANG Untuk terwujudnya tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi rakyat Indonesia merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan nasional perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan lalu lintas internasional, serta perubahan lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk pola penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan masyarakat serta dapat menghambat pelaksanaan pembangunan nasional, berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, dan oleh karenanya perlu ditetapkan kembali ketentuan-ketentuan mengenai wabah dalam suatu Undang-Undang. Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi lingkungan, cara hidup, dan perkembangan pola penyakit termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah; dengan demikian suatu jenis penyakit yang semula tidak merupakan masalah, dapat menjadi masalah atau sebaliknya. Masalah wabah dan penanggulangannya tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari upaya kesehatan secara nasional yang mempunyai kaitan

description

edu

Transcript of Materi Ke 7 Kelpompok 7

Page 1: Materi Ke 7 Kelpompok 7

1

BAB IPENDAHULUAN

I.1 LATAR-BELAKANGUntuk terwujudnya tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi rakyat

Indonesia merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan nasional perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan lalu lintas internasional, serta perubahan lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk pola penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan masyarakat serta dapat menghambat pelaksanaan pembangunan nasional, berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, dan oleh karenanya perlu ditetapkan kembali ketentuan-ketentuan mengenai wabah dalam suatu Undang-Undang.

Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi lingkungan, cara hidup, dan perkembangan pola penyakit termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah; dengan demikian suatu jenis penyakit yang semula tidak merupakan masalah, dapat menjadi masalah atau sebaliknya.

Masalah wabah dan penanggulangannya tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari upaya kesehatan secara nasional yang mempunyai kaitan dengan sektor lainnya di luar kesehatan, serta tidak terlepas dari keterpaduan pembangunan nasional.

Oleh karena itu di dalam makalah ini akan di bahas mengenai wabah penyakit menular dan penanggulangannya.

I.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut;I.2. 1 Bagaimana rumusan UU No. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit

Menular?I.2. 2 Bagaimana rumusan PP No. 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan

Wabah Penyakit Menular?

Page 2: Materi Ke 7 Kelpompok 7

2

BAB II PEMBAHASAN

II.1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:a. bahwa terwujudnya tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi rakyat

Indonesia merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan nasional;b. bahwa perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan lalu lintas

internasional, serta perubahan lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk pola penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan masyarakat serta dapat menghambat pelaksanaan pembangunan nasional;

c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, dan oleh karenanya perlu ditetapkan kembali ketentuan-ketentuan mengenai wabah dalam suatu Undang-Undang.

Mengingat:1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 tentang

Garis-Garis Besar Haluan Negara;3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3135);

Page 3: Materi Ke 7 Kelpompok 7

3

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215).

Dengan Persetujuan:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

dengan mencabut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2390) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 38,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2855).

Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian

berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah.

c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Page 4: Materi Ke 7 Kelpompok 7

4

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka yang ditimbulkanwabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

BAB IIIJENIS PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH

Pasal 3Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah.

BAB IVDAERAH WABAH

Pasal 4(1) Menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit

wabah sebagai daerah wabah.(2) Menteri mencabut penetapan daerah wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1).(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VUPAYA PENANGGULANGAN

Pasal 5(1) Upaya penanggulangan wabah meliputi:

a. penyelidikan epidemiologis;b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk

tindakan karantina;c. pencegahan dan pengebalan;d. pemusnahan penyebab penyakit;e. penanganan jenazah akibat wabah;

Page 5: Materi Ke 7 Kelpompok 7

5

f. penyuluhan kepada masyarakat;g. upaya penanggulangan lainnya.

(2) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

(3) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 6(1) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif.(2) Tata cara dan syarat-syarat peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah diatur denganPeraturan Pemerintah.

BAB VIHAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 8(1) Kepada mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan oleh

upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan ganti rugi.

(2) Pelaksanaan pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9(1) Kepada para petugas tertentu yang melaksanakan upaya penanggulangan wabah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan penghargaan atas risiko yang ditanggung dalam melaksanakan tugasnya.

(2) Pelaksanaan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 6: Materi Ke 7 Kelpompok 7

6

Pasal 10Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

Pasal 11(1) Barang siapa yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang

mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan/atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.

(2) Kepala Unit Kesehatan dan/atau Kepala Desa atau Lurah setempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing segera melaporkan kepada atasan langsung dan instansi lain yang bersangkutan. (3) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta tata cara penyampaian laporan adanya penyakit yang dapat menimbulkan wabah bagi nakhoda kendaraan air dan udara, diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12(1) Kepala Wilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah di

wilayahnya atau adanya tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya.

(2) Tata cara penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangundangan.

Pasal 13Barang siapa mengelola bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah, wajib mematuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

BAB VIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 14(1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara

Page 7: Materi Ke 7 Kelpompok 7

7

selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya (enam) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Pasal 15(1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan pidana penjara selamalamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan pidana kurungan selamalamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

(3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh suatu badan hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB VIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16Dengan diundangkannya Undang-Undang ini peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah tetap berlaku, sepanjang peraturan pelaksanaan tersebut belum diganti dan tidakbertentangan dengan Undang-Undang ini.

Page 8: Materi Ke 7 Kelpompok 7

8

BAB IXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 17Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 22 Juni 1984

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

SOEHARTO

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 22 Juni 1984

MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

SUDHARMONO, S.H.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1984 NOMOR 20

Page 9: Materi Ke 7 Kelpompok 7

9

PENJELASANUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 1984TENTANG

WABAH PENYAKIT MENULARUMUM

1. Perbaikan kesehatan rakyat dilakukan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan dengan mendekatkan dan memeratakan pelayanan kesehatan kepada rakyat. Pembangunan kesehatan ditujukan kepada peningkatan pemberantasan penyakit menular dan penyakit rakyat, peningkatan keadaan gizi rakyat, peningkatan pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan, perlindungan rakyat terhadap bahaya narkotika dan penggunaan obat yang tidak memenuhi syarat, serta penyuluhan kesehatan masyarakat untuk memasyarakatkan perilaku hidup sehat yang dimulai sedini mungkin. Apabila ditinjau secara khusus, pada dasarnya upaya kesehatan menyangkut semua segi kehidupan, baik di masa lalu, sekarang maupun di masa datang ruang lingkup dan jangkauannya sangat luas. Salah satu bidang dari upaya kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular dan penyakit rakyat, yang dalam penjelasan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, menggariskan bahwa : "Penyakit-penyakit menular seperti cacar, typhus, kholera, pes dan lain-lainnya jika timbul kasus segera diberantas. Penyakit endemis (penyakit rakyat) seperti malaria, t.b.c., frambusia, trakhoma, dan lainlainnya harus dilenyapkan selekas-lekasnya." Memperhatikan pentingnya dilakukan upaya-upaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tersebut, maka khususnya untuk menanggulangi penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah; yang kemudian diubah/ disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah.

2. Masalah wabah dan penanggulangannya tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari upaya kesehatan secara nasional yang mempunyai kaitan dengan sektor lainnya di luar kesehatan, serta tidak terlepas dari keterpaduan pembangunan nasional. Hakikat pembangunan nasional merupakan proses perubahan yang terus menerus ke arah tujuan yang ingin dicapai, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyaraka Indonesia. Proses perubahan ini termasuk penyempurnaan peraturan

Page 10: Materi Ke 7 Kelpompok 7

10

perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang ditujukan untuk membawa manusia ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik.

3. Ketentuan perundang-undangan tentang wabah yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, kurang dapat memenuhi kebutuhan upaya penanggulangan wabah dewasa ini dan perkembangannya di masa yang akan datang. Dalam undang-undang yang lama pengertian wabah didasarkan atas adanya penjalaran suatu penyakit dengan cepat, sehingga dalam waktu singkat jumlah penderita menjadi banyak. Sedangkan keadaan pada waktu ini menghendaki agar suatu wabah dapat segera ditetapkan apabila ditemukan suatu penyakit yang menimbulkan wabah, walaupun penyakit tersebut belum menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa untuk menetapkan adanya daerah wabah tidak perlu menunggu sampai menjalarnya secara meluas serta jumlah penderita yang lebih banyak.

4. Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi lingkungan, cara hidup, dan perkembangan pola penyakit termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah; dengan demikian suatu jenis penyakit yang semula tidak merupakan masalah, dapat menjadi masalah atau sebaliknya. Yang dimaksud dengan pola penyakit adalah keadaan atau situasi penyakit yang memberi kejelasan mengenai jenis penyakit dan sifat-sifat epidemiologis penyakit, yaitu tentang distribusi, frekuensi, waktu kejadian, serta semua faktor penentu yang mempengaruhi jalannya penyakit. Pola penyakit tersebut juga dapat dipengaruhi oleh perkembangan lalu lintas internasional dan perubahan lingkungan hidup.

5. Wabah yang menimbulkan malapetaka yang menimpa umat manusia dari dulu sampai sekarang maupun masa mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan. Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat, karena dapat mengakibatkan sakit, cacat dan kematian, juga akan mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Kesehatan merupakan komponen dari kesejahteraan, karena manusia yang sehat mampu melaksanakan pembangunan. Jadi Undang-Undang ini sekaligus menyangkut upaya menggali atau meningkatkan sumber daya manusia dalam pembangunan dan meningkatkan ketahanan nasional.

6. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, untuk menjamin penanggulangan wabah secara cepat dan tepat, jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan memerlukan penanggulangan khusus ditetapkan oleh Menteri yang

Page 11: Materi Ke 7 Kelpompok 7

11

bertanggung jawab dalam bidang kesehatan atas kuasa Undang-Undang. Oleh karena itu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan perubahannya yaitu Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah, perlu diganti.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Huruf a

Yang dimaksud dengan penyakit menular dalam Undang-Undang ini adalah penyakit menular pada manusia.

Karena penyakit dapat berjangkit dari hewan kepada manusia atau sebaliknya ("zoonosa"), maka di dalam upaya penanggulangan wabah selain ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang ini, perlu juga diperhatikan ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan hewan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Yang dimaksud dengan jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim adalah sebagai berikut :

Berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat atau wilayah sangat bervariasi sesuai dengan penyebab penyakit serta jumlah dan golongan penduduk yang terancam. Pada umumnya jumlah penderita penyakit menular di suatu wilayah diamati dalam satuan waktu tertentu (mingguan, empat mingguan, atau tahunan).

Apabila jumlah penderita suatu penyakit menular meningkat melebihi keadaan yang lazim di suatu daerah dalam satuan waktu tertentu, dan dapat menimbulkan malapetaka, maka keadaan ini dapat dianggap sebagai suatu wabah. Dengan demikian satu kasus tunggal dari suatu penyakit menular yang lama tidak ditemukan, atau adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah memerlukan laporan yang secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemukan penderita kedua dari jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan

Page 12: Materi Ke 7 Kelpompok 7

12

malapetaka, maka keadaan, ini cukup merupakan indikasi (pertanda) untuk menetapkan daerah tersebut sebagai daerah wabah.

Huruf bYang dimaksud dengan bibit penyakit ialah kuman penyakit yang dapat menimbulkan wabah antara lain dapat berupa virus, parasit, bakteri, riketsia dan lain-lain.

Huruf cYang dimaksud dengan Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan Pemerintah antara lain adalah : Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat, Kepala Puskesmas Pembantu, Kepala Rumah Sakit, Kepala Balai Pengobatan, Kepala Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak milik Pemerintah.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4Cukup jelas.

Pasal 5Ayat (1)

Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok yaitu:1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan.2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak

bertambah banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain.

Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah haruslah dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat antara lain : agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat.

Page 13: Materi Ke 7 Kelpompok 7

13

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diharapkan upaya penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari masyarakat, malah melalui penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif edukatif, diharapkan masyarakat akan memberikan bantuannya, dan ikut serta secara aktif.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai perlu dilakukan beberapa tindakan, yakni :Huruf a

Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah.

Dengan adanya penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan yang paling berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak yang berwajib dan/atau yang berwenang.

Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-rendahnya.

Huruf bPemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina adalah tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan tujuan :1. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan

mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan;2. Menemukan dan mengobati orang yang nampaknya sehat, tetapi

mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit ("carrier").

Huruf cPencegahan dan pengebalan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk member perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena penyakit.

Huruf dYang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit penyakit yakni bakteri, virus, dan lain lainnya yang menyebabkan penyakit. Dalam

Page 14: Materi Ke 7 Kelpompok 7

14

pemusnahan penyebab penyakit, kadang-kadang harus dilakukan pemusnahan terhadap benda-benda, tempat-tempat dan lain-lain yang mengandung kehidupan penyebab penyakit yang bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk, sarang tikus, dan lain-lain.

Huruf ePenanganan jenazah apabila kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia.

Huruf fPenyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dengan demikian dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menular kepada orang lain. Selain dari pada itu penyuluhan dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam menanggulangi wabah.

Huruf gUpaya penanggulangan lainnya adalah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, yakni bahwa untuk masing-masing penyakit dilakukan tindakan- tindakan khusus.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 6Ayat (1)

Yang dimaksud dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif haruslah tidak mengandung paksaan, disertai kesadaran dan semangat gotong royong, dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Page 15: Materi Ke 7 Kelpompok 7

15

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 7Yang dimaksud dengan pengelolaan dalam pasal ini adalah usaha-usaha yang meliputi antara lain : pemasukan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, penelitian, dan pemusnahannya.

Sedangkan yang dimaksud dengan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah antara lain adalah : spesimen, bahan yang tercemar kuman, bahan yang mengandung toksin.

Bahan tersebut digunakan untuk keperluan penegakan diagnosa di laboratorium maupun untuk percobaan dan penelitian.

Pasal 8

Ayat (1)Yang dimaksud dengan harta benda dalam pasal ini antara lain: rumah, ternak, peternakan, tanaman, ladang, dan lain-lain. Ganti rugi diberikan oleh Pemerintah secara memadai, dengan mengutamakan golongan masyarakatyang kurang mampu.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 9Ayat (1)

Yang dimaksud dengan petugas tertentu dalam pasal ini adalah setiap orang, baik yang berstatus sebagai pegawai negeri maupun bukan, yang ditunjuk oleh yang berwajib dan/atau yang berwenang untuk melaksanakan penanggulangan wabah. Sedangkan penghargaan yang diberikan dapat berupa materi dan/atau bentuk lain.

Ayat (2)Cukup jelas.

Page 16: Materi Ke 7 Kelpompok 7

16

Pasal 10Berhubung dengan pentingnya penanggulangan wabah ini, maka biaya yang diperlukan ditanggung oleh Pemerintah. Pada prinsipnya Pemerintah Pusat yang berkewajiban membiayai, terutama terhadap wabah wabah yang luas, dengan tidak mengurangi kewajiban Pemerintah Daerah, swasta atau masyarakat, dan hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3).

Pasal 11Ayat (1)

Pengertian barang siapa dalam ayat ini bukan berarti setiap orang, karena dalam pengertian ini dikaitkan dengan lingkungan yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga mempunyai pengertian yang terbatas, yaitu kepala keluarga, ketua rukun tetangga, kepala sekolah, kepala asrama, kepala (direktur) perusahaan, kepala stasiun kereta api, kepala terminal angkutan kendaraan bermotor, nakhoda kendaraan air dan udara, dan sebaginya atau wakilnya.

Yang dimaksud dengan Kepala Desa atau Lurah dalam ayat (1) ini adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 12Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Kepala Wilayah/Daerah, yaitu Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, Bupati/Walikotamadya/ Kepala Daerah Tingkat II, Camat sebagai penanggung jawab wilayah. Dengan bantuan perangkat pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya, wajib segera melaksanakan tindakanpenanggulangan seperlunya antara lain meliputi:a. isolasi, pemeriksaan dan pengobatan terhadap penderita;b. pembentukan tim gerak cepat dan penggerakannya;c. penghapushamaan lingkungan, misalnya kaporisasi sumur;d. vaksinasi dan kalau perlu evakuasi masyarakat;

Page 17: Materi Ke 7 Kelpompok 7

17

e. penutupan daerah/lokasi yang tersangka terjangkit wabah;f. dan lain-lain tindakan yang diperlukan.Kepala Wilayah (Camat) memberikan tugas dan tanggung jawab kepada Kepala Desa atau Lurah untuk melaksanakan tindakan penanggulangan seperlunya.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 13Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit yang dinyatakan dapat menimbulkan wabah, misalnya pengiriman/pengangkutan bahan yang mengandung bibit penyakit harus dilakukan dengan memperhatikan persyaratan dan pengawasan yang ketat, sehingga bahan-bahan tersebut tidak dapat menimbulkan wabah.

Pasal 14Ayat (1)

Tindak pidana yang dimaksud dalam pasal ini adalah tindak pidana yang hanya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

Ayat (2)Lihat penjelasan ayat (1).Contoh kealpaan:Untuk penyemprotan pada penyakit demam berdarah dengan racun serangga, masyarakat diminta pada hari/jam yang telah ditetapkan membuka pintu/jendela rumahnya sehingga racun serangga yang disemprotkan dari jalan dapat memasuki rumah-rumah dan membunuh nyamuk. Seorang kepala keluarga karena sesuatu keperluan meninggalkan rumah dalam keadaan terkunci sehingga racun serangga tidak memasuki rumahnya, dengan akibat menghalangi penanggulangan wabah.

Ayat (3)Cukup jelas.

Page 18: Materi Ke 7 Kelpompok 7

18

Pasal 15Ayat (1)

Tindak pidana yang dimaksud dalam pasal ini adalah tindak pidana yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Ayat (2)Lihat penjelasan ayat (1)Contoh kealpaan:Mengingat yang melakukan pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah adalah orang-orang yang mempunyai pendidikan, pengetahuan tinggi dan pengalaman yang cukup lama, misalnya seorang sarjana peneliti yang bekerja di laboratorium melakukan penelitian bibit penyakit yang dapat menimbulkan wabah, kemudian mengelola bahan-bahan tersebut secara tidak benar, misalnya membuangnya di sembarang tempat, sehingga dapat menimbulkan wabah, maka adalah wajar apabila diancam pidana yang cukup berat.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 16Cukup jelas.

Pasal 17Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 327314 / 14

Page 19: Materi Ke 7 Kelpompok 7

19

II.2 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang:a. bahwa penanggulangan wabah penyakit menular merupakan salah satu upaya

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat;b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka melaksanakan

ketentuan Undangundang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, perlu menetapkan penanggulangan wabah penyakit menular dengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat:1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3272);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253).

MEMUTUSKAN:Menetapkan:PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah pengertian

Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.

Page 20: Materi Ke 7 Kelpompok 7

20

2. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah.3. Wilayah adalah wilayah administratif sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah.4. Data Epidemi adalah data yang berisikan keadaan wabah penyakit menular

pada suatu wilayah.5. Penyelidikan Epidemiologis adalah penyelidikan terhadap seluruh penduduk

dan makhluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang diduga ada kaitannya dengan terjadinya wabah.

6. Upaya Penanggulangan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain.

7. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakan secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

8. Kepala Wilayah/Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atau Camat.

9. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB IITATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN DAERAH

WABAH

Pasal 2(1) Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah

Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.(2) Penetapan dan pencabutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan

atas pertimbangan epidemiologis dan keadaan masyarakat.

Pasal 3Penetapan atau pencabutan penetapan daerah wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberlakukan untuk satu Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

Pasal 4(1) Pertimbangan epidemiologis didasarkan pada data epidemiologi antara lain

angka kesakitan, angka kematian dan metode penanggulangannya.

Page 21: Materi Ke 7 Kelpompok 7

21

(2) Data epidemiologi, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat oleh Pejabat Kesehatan bekerjasama dengan pejabat instansi yang terkait untuk dilaporkan kepada Menteri.

Pasal 5(1) Pertimbangan keadaan masyarakat didasarkan pada keadaan sosial budaya,

ekonomi dan pertimbangan keamanan.(2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat oleh Kepala

Wilayah/Daerah untuk dilaporkan kepada Menteri.

BAB IIIUPAYA PENANGGULANGAN

Pasal 6(1) Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis upaya penanggulangan

wabah.(2) Dalam upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri

berkoordinasi dengan Menteri lain atau Pimpinan Instansi lain yang terkait.

Pasal 7(1) Penanggung jawab operasional pelaksanaan penanggulangan wabah pada

Daerah Tingkat II adalah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.(2) Dalam melaksanakan penanggulangan wabah, Bupati/Walikotamadya Kepala

Daerah Tingkat II mengikutsertakan instansi terkait di Daerah.

Pasal 8(1) Dalam upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II bertanggung jawab kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

(2) Dalam hal terjadi daerah wabah lebih dari satu Daerah Tingkat II di satu Propinsi, upaya penanggulangannya dikoordinasikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

Pasal 9(1) Penanggung jawab teknis pelaksanaan penanggulangan wabah pada Daerah

Tingkat II adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan.

Page 22: Materi Ke 7 Kelpompok 7

22

(2) Kepala Kantor Departemen Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan atas teknis pelaksanaan penanggulangan wabah.

Pasal 10Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya.

Pasal 11(1) Tindakan penyelidikan epidemiologis dalam upaya penanggulangan wabah

ditujukan untuk:a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah;d. Menentukan cara penanggulangan.

(2) Tindakan penyelidikan epidemiologis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui kegiatan kegiatan:a. Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk;b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis;c. Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup

lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah.

Pasal 12Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan tindakan karantina dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan.

Pasal 13Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah.

Pasal 14Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan.

Page 23: Materi Ke 7 Kelpompok 7

23

Pasal 15(1) Tindakan pemusnahan penyebab penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10, dilakukan terhadap: a. bibit penyakit/kuman;b. hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab penyakit.

(2) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.

(3) Tata cara pemusnahan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 16(1) Tindakan penanganan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

dilakukan dengan memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya.

(3) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi:a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;b. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat

yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.

(4) Ketentuan lebih lanjut penanganan secara khusus maupun ketentuan izin membawa jenazah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 17(1) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah

dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agamadan pemuka masyarakat.

(2) Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai media komunikasi massa baik Pemerintah maupun swasta.

Page 24: Materi Ke 7 Kelpompok 7

24

Pasal 18Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 19(1) Upaya penanggulangan wabah harus dilakukan dengan cara yang aman dan

tepat, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.(2) Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan

dengan menggunakan teknologi tepat guna.

Pasal 20(1) Upaya penanggulangan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah

dilaksanakan secara dini.(2) Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi

upaya penanggulangan seperlunya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang dapat mengarah pada terjadinya wabah.

(3) Upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan sama dalam upaya penanggulangan wabah.

BAB IVPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 21Setiap orang berperanserta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah.

Pasal 22(1) Peran serta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dilakukan dengan:

a. Memberikan informal adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah;

b. Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah;c. Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

wabah;d. Kegiatan lainnya.

(2) Peranserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa bantuan tenaga, keahlian, dana atau bentuk lain.

Page 25: Materi Ke 7 Kelpompok 7

25

Pasal 23Pelaksanaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) yang berasal dari dalam negeri dikoordinasikan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

Pasal 24Pelaksanaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) yang berasal dari luar negeri dikoordinasikan oleh Menteri.

BAB VPENGELOLAAN BAHAN-BAHAN YANG MENGANDUNG PENYEBAB

PENYAKIT

Pasal 25(1) Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit meliputi

kegiatan Pemasukan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, penelitian dan pemusnahan.

(2) Bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berasal dari manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, dan atau benda-benda/zat-zat yang diperkirakan tercemar atau mengandung penyebab penyakit.

(3) Bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib dikelola sesuai dengan jenis dan sifatnya.

Pasal 26(1) Pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, menjadi

tanggung jawab tenaga kesehatan.(2) Pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, yang berasal

dari hewan dan tumbuh-tumbuhan dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(3) Pihak lain yang terkait wajib membantu pelaksanaan pengelolaan bahan tersebut.

Pasal 27Tata cara pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ditetapkan oleh Menteri dan Menteri lain yang terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

Page 26: Materi Ke 7 Kelpompok 7

26

BAB VIGANTI RUGI DAN PENGHARGAAN

Pasal 28(1) Harta benda yang diduga dapat menyebarkan wabah dapat dimusnahkan.(2) Kepada mereka yang menderita kerugian sebagai akibat pemusnahan harta

benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 29(1) Kepada petugas tertentu yang telah melakukan upaya penanggulangan wabah

dapat diberikan penghargaan.(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh

Menteri.

BAB VIIPEMBIAYAAN PENANGGULANGAN WABAH

Pasal 30(1) Semua biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan wabah dibebankan

pada anggaran instansi masing-masing yang terkait.(2) Biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20, dibebankan pada anggaran Pemerintah Daerah.

BAB VIIIPELAPORAN

Pasal 31(1) Kegiatan pelaksanaan penanggulangan wabah harus dilaporkan secara

berjenjang kepada Menteri.(2) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh

Menteri.

Page 27: Materi Ke 7 Kelpompok 7

27

BAB IXKETENTUAN PIDANA

Pasal 32Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dipidana berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan yang berhubungan dengan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan masih tetap berlaku.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 34Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 28: Materi Ke 7 Kelpompok 7

28

PENJELASANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 40 TAHUN 1991TENTANG

PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

I. UMUM1. Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Wabah Penyakit

Menular yang telah diundangkan melalui Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984, perlu diatur lebih lanjut berbagai ketentuan pelaksanaannya melalui Peraturan Pemerintah. Pokok-pokok materi yang perlu diatur menyangkut penetapan dan pencabutan daerah tertentu sebagai daerah wabah, tata cara penanggulangan, upaya-upaya penanggulangan, peran serta masyarakat, penghargaan bagi pihakpihak yang membantu penanggulangan wabah maupun hal teknis lainnya yang secara keseluruhan dicakup dalam satu Peraturan Pemerintah tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.

2. Penanggulangan wabah penyakit menular merupakan bagian dari pelaksanaan pembangunan kesehatan.Dalam upaya penanggulangan wabah penyakit menular, harus dilakukan secara terpadu dengan upaya kesehatan lain, yaitu upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.Oleh karena itu penanggulangannya harus dilakukan secara dini. Penanggulangan secara dini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa dari suatu penyakit wabah yang dapat menjurus terjadinya wabah yang dapat mengakibatkan malapetaka.Hal ini disebabkan karena wabah penyebarannya dapat berlangsung secara cepat, baik melalui perpindahan, maupun kontak hubungan langsung atau karena jenis dan sifat dari kuman penyebab penyakit wabah itu sendiri.Fakta lain yang dapat menimbulkan wabah penyakit menular, dapat disebabkan karena kondisi masyarakat dari satu wilayah tertentu kurang mendukung antara lain kesehatan lingkungan yang kurang baik atau gizi masyarakat yang belum baik.

3. Penanggulangan wabah penyakit menular bukan hanya semata menjadi wewenang dan tanggung jawab Departemen Kesehatan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan

Page 29: Materi Ke 7 Kelpompok 7

29

penanggulangannya memerlukan keterkaitan dan kerjasama dari berbagai lintas sektor Pemerintah dan masyarakat. Berbagai lintas sektor Pemerintah misalnya Departemen Pertahanan Keamanan, Departemen Penerangan, Departemen Sosial, Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri.Keterkaitan sektor-sektor dalam upaya penanggulangan wabah tersebut sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya dalam upaya penanggulangan wabah.Selain itu dalam upaya penanggulangan wabah tersebut, masyarakat juga dapat diikutsertakan dalam penanggulangannya, yang keseluruhannya harus dilaksanakan secara terpadu.

4. Dalam Peraturan Pemerintah ini selain mengatur hal-hal tersebut di atas juga mengatur tentang teknis upaya penanggulangan wabah, peran serta masyarakat, pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit, ganti rugi dan penghargaan bagi yang membantu penanggulangan wabah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Ayat (1)

Kewenangan Menteri untuk menetapkan dan mencabut daerah tertentu sebagai Daerah Wabah merupakan kewenangan pangkal yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984. Menteri dalam menetapkan daerah tertentu sebagai daerah wabah berdasarkan wilayah administratif Kabupaten/Kota- madya.Terjangkitnya wabah adalah terdapatnya penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah berdasarkan hasil penyelidikan, pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Ayat (2)Cukup jelas

Page 30: Materi Ke 7 Kelpompok 7

30

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Ayat (1)

Pertimbangan epidemiologis selain didasarkan atas banyaknya kematian dan penderita, meliputi juga cara-cara untuk mengatasi kejadian wabah guna membatasi penularan penyakit dan memperkecil jumlah korban.Ketentuan yang berkaitan dengan International Health Regulation yang menyangkut kejadian wabah, juga dipertimbangkan terutama kemungkinan penyebaran penyakit ke luar negeri. Pertimbangan epidemiologis ini dibuat oleh pejabat kesehatan.

Ayat (2)Pejabat kesehatan adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Kantor Departemen Kesehatan.

Pasal 5Ayat (1)

Keadaan sosial budaya misalnya kepercayaan dan lain sebagainya yang mempengaruhi keadaan masyarakat setempat. Keadaan ekonomi misalnya keadaan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian antara lain karena keluar masuknya manusia, hewan dan barang-barang dari dan ke daerah wabah yang dapat atau diduga dapat mengakibatkan penularan atau penyebaran penyakit yang menimbulkan wabah.Pertimbangan keamanan misalnya keadaan yang berkaitan dengan faktor psikologis antara lain kekhawatiran, ketakutan, kepanikan, dan faktor-faktor lainnya.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 6Ayat (1)

Tanggung jawab Menteri adalah sepanjang penanggulangan wabah pada manusia sedangkan penanggulangan wabah pada hewan tetap menjadi tanggung jawab Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang peternakan.

Page 31: Materi Ke 7 Kelpompok 7

31

Ayat (2)Koordinasi yang dilakukan oleh Menteri dengan Menteri lain atau dengan Pimpinan Instansi lain yang terkait, dimaksudkan untuk tercapainya tujuan upaya penanggulangan wabah.

Pasal 7Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 9Ayat (1)

Dalam hal Kantor Departemen Kesehatan belum ada, maka penanggung jawab teknis adalah Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cYang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang terancam wabah adalah kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai risiko untuk terkena penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

Page 32: Materi Ke 7 Kelpompok 7

32

Faktor-faktor yang mempunyai risiko tersebut antara lain kelompok masyarakat yang karena usia, pekerjaan atau faktor lainnya.

Huruf dPenentuan cara penanggulangan dalam penyelidikan epidemiologis dimaksudkan untuk cara penanggulangan wabah secara tepat karena masing-masing penyakit mempunyai cara penanggulangan yang berlainan.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 12Tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud Pasal ini dilakukan baik terhadap penderita penyakit wabah maupun orang sehat.Tindakan terhadap penderita dilakukan tidak hanya ditujukan semata-mata untuk menyembuhkan, tetapi sekaligus untuk mencegah agar penderita tersebut tidak menjadi sumber penularan penyakit dan meluas pada warga masyarakat. Tindakan terhadap orang sehat dilakukan agar orang tersebut tidak menjadi sakit dan pembawa penyakit.

Pasal 13Yang dimaksud pencegahan dan pengebalan adalah merupakan upaya pencegahan dan pengebalan terhadap orang dan lingkungannya agar jangan sampai terjangkit penyakit. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui vaksinasi, penyemprotan dan lain-lain.Yang dimaksud dengan risiko terkena penyakit wabah adalah orang-orang yang berada di dalam daerah terkena wabah dan juga orang-orang yang karena usia tertentu lebih mudah terserang penyakit wabah, misalnya anakanak dan orang yang karena usianya telah tua.

Pasal 14Tujuan Pasal ini adalah agar masyarakat turut bertanggung jawab dalam penanggulangan wabah.

Page 33: Materi Ke 7 Kelpompok 7

33

Pasal 15Ayat (1)

Tindakan pemusnahan terhadap hewan dan tanaman menjadi tugas dan tanggung jawab Menteri yang bertanggung jawab di bidang peternakan dan tanaman.

Ayat (2)Pemusnahan dilakukan harus sedemikian dan rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan hidup. Misalnya dalam memusnahkan tempat atau sarang berkembang biak nyamuk penular malaria, tidak menggunakan bahan atau insektisida yang dapat menimbulkan musnahnya kehidupan ikan atau biota lain yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Ayat (3)Menteri dalam mengatur tata cara pemusnahan hendaknya menjamin adanya obyektivitas berkaitan dengan penilaian jumlah benda berharga yang dimusnahkan. Untuk itu dalam pemusnahan dapat dibantu Tim yang keanggotaannya terdiri dari Wakil-wakil instansi yang terkait. Pemusnahan hendaknya merupakan upaya terakhir dalam penanggulangan wabah dan pemusnahan tersebut harus dibuat berita acaranya untuk pertanggungjawabannya.

Pasal 16Ayat (1)

Disamping peraturan perundang-undangan, harus tetap dihormati tradisi, agama, atau kepercayaan yang ada dalam penanganan jenazah.

Ayat (2)Penanganan secara khusus penting dilakukan untuk menghindarkan penularan pada orang lain.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Page 34: Materi Ke 7 Kelpompok 7

34

Pasal 18Upaya penanggulangan lainnya misalnya penutupan daerah tertentu yang dilakukan oleh Kepala Wilayah/Daerah atas permintaan Menteri.

Pasal 19Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 20Penanggulangan Wabah dilakukan tidak perlu menunggu ditetapkannya suatu wilayah menjadi Daerah Wabah.Begitu ada gejala atau tanda terjangkitnya suatu penyakit wabah segera dilaksanakan upaya penanggulangan seperlunya. Tindakan yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan seperlunya adalah sama dengan upaya penanggulangan wabah pada umumnya dan bilamana perlu untuk penanggulangan seperlunya dapat dibentuk Tim Gerak Cepat.

Pasal 21Pengertian setiap orang dalam Pasal ini dapat meliputi orang perorangan termasuk badan hukum, badan lainnya dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah.

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Page 35: Materi Ke 7 Kelpompok 7

35

Pasal 25Ayat (1)

Bahan tersebut digunakan untuk keperluan penegakan diagnosis di laboratorium maupun untuk percobaan dan penelitian.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 26Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Tanggung jawab sektor lain terutama dalam hal pengiriman membantu kelancaran, ketepatan waktu dan keamanannya.

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 29Ayat (1)

Yang dimaksud dengan petugas tertentu adalah setiap orang, baik yang berstatus sebagai pegawai negeri maupun bukan, yang ditunjuk oleh yang berwajib dan/atau yang berwenang untuk melaksanakan penanggulangan wabah. Sedangkan penghargaan yang diberikan dapat berupa uang dan/atau bentuk lain.

Ayat (2)Cukup jelas

Page 36: Materi Ke 7 Kelpompok 7

36

Pasal 30Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 31Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 32Cukup jelas

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Page 37: Materi Ke 7 Kelpompok 7

37

BAB III PENUTUP

III. 1 Kesimpulanwabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit

menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Aspek hukum dalam penanggulangan penyakit ini yang perlu diketahui kalangan kedokteranikesehatan adalah tentang kewajiban orang-orang yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungannya melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan/atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.

Penanggulangan wabah penyakit menular bukan hanya semata menjadi wewenang dan tanggung jawab Departemen Kesehatan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan penanggulangannya memerlukan keterkaitan dan kerjasama dari berbagai lintas sektor Pemerintah dan masyarakat.

Page 38: Materi Ke 7 Kelpompok 7

38

KASUS Apa yang selama ini kita khawatirkan akhirnya terjadi juga, Kota Ambon yang

tadinya bebas flu burung akhirnya positif juga. Kasus kematian unggas secara mendadak di Kawasan Air Kuning Kebun Cengkeh dan beberapa tempat lainnya di Kota Ambon menandai awal sejarah kelam kota bertajuk Manise memasuki fase buram bagi dunia perunggasan di daerah ini bahkan bukan tidak mungkin dapat menjadi duka yang mendalam karena mengancam kelangsungan hidup anak negeri dimasa akan datang. Terlepas dari keakuratan atau tidak hasil uji laboratorium Maros maupun polimik yang terjadi seputar itu namun satu hal yang pasti bahwa penyakit ini telah menjadi momok bagi masyarakat bangsa kita dan dunia internasional secara keseluruhan.

Sejak tahun 2003 Pemerintah Indonesia bertempat di Departeman Kesehatan Jakarta telah mengumumkan pemberlakukan Undang-Undang Ancaman Wabah No. 4 Tahun 1984 karena adanya ancaman wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) untuk itu kepada jajaran Depkes diminta untuk lebih ofensif dalam mengantisipasi penyebaran virus itu. Pemerintah akan menyiapkan dana berapapun untuk memerangi SASR dan untuk langkah pertama dana Depkes yang akan digunakan tegas Yusuf Kalla, yang kala itu masih menjabat Menko Kesra (Jakarta, Sinar harapan, Maret 2003).

Januari 2004, terjadi KLB unggas “flu burung” di seluruh Jawa, Lampung, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan meminta persetujuan DPR untuk mengucurkan dana sebesar Rp. 212 milyar untuk penanggulangannya (www.ppmpl.depkes.go.id).

Dalam tahun yang sama, PBB telah memperingatkan bahwa flu burung lebih berbahaya dari SARS, karena kemampuan virus ini yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon “bunuh diri” dalam sistem imunitas tubuh manusia.

Apabila dilihat dari sejarahnya flu burung, sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an. Penularan virus asal unggas ke manusia mulai dilaporkan sejak 1968. Tahun 1997, pertama kali muncul di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietanam, dua juta unggas Vietnam dimusnahkan dan empat orang dinyatakan tewas oleh WHO sehingga jumlah korban akibat virus itu mencapai 16 orang salah satunya adalah bocah lima tahun asal Provinsi Nam Dinh, 60 mil selatan Hanoi. April 2003 penyakit ini mewabah di Belanda, Korea kemudian Thailand, Kamboja dan Taiwan dengan delapan kasus diantaranya meninggal. Januari 2004, penyebaran flu burung mencapai Jepang dan merajalela di kawasan 800 kilometer barat daya Tokyo, para pejabat di

Page 39: Materi Ke 7 Kelpompok 7

39

Jepang mengatakan, enam ribu ayam mati karena virus itu dan ribuan ayam terpaksa dibasmi. (Edy Sudibyo, SH, Flu Burung, 2004)

Sebetulnya apa dan bagaimanakah penyakit flu burung itu serta sehebat apakah bahaya yang ditimbulkannya sehingga jenis penyakit ini begitu ditakuti.

Undang-Undang Tentang Wabah Penyakit Menular

Undang-Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (pengganti UU No 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan UU No. 7 Tahun 1968 tentang perubahan Pasal 3 UU No. 6 Tahun 1962) memang tidak secara spesifik mengatur tentang Wabah Flu Burung. Namun secara insplisit terakomudir di dalam undang-undang tersebut sebagai wabah penyakit menular sebagaimana di atur dalam Pasal 1 yaitu bahwa yang dimaksud dengan pengertian wabah penyakit menular adalah:a. “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”

b. “Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan wabah”. Apabila jumlah penderita suatu penyakit menular meningkat melebihi keadaan

yang lazim di suatu daerah dalam satuan waktu tertentu, dan dapat menimbulkan malapetaka, maka keadaan ini dapat dianggap sebagai suatu wabah. Dengan demikian satu kasus tunggal dari suatu penyakit menular yang lama tidak ditemukan, atau adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah memerlukan laporan yang secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemukan penderita kedua dari jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan malapetaka, maka keadaan, ini cukup merupakan indikasi (pertanda) untuk menetapkan daerah tersebut sebagai daerah wabah.

Untuk menetapkan daerah dalam wilayah Inonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah dan menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah serta untuk mencabut penetapan daerah wabah jika dianggap telah aman dari wabah menjadi kewenangan Menteri Kesehatan. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan pemerintah (Pasal 4 ayat (1) ,(2) dan (3) UU No. 4 Tahun 1984.

Sesuai Pasal 5 Ayat (1) Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok yaitu :

Page 40: Materi Ke 7 Kelpompok 7

40

1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan.2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah

banyak, dan wabah tidak meluas kedaerah lain.Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah haruslah dilakukan

dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat antara lain : agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat.Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diharapkan upaya penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari masyarakat, malah melalui penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif edukatif, diharapkan masyarakat akan memberikan bantuannya, dan ikut serta secara aktif. Yang dimaksud dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif haruslah tidak mengandung paksaan, disertai kesadaran dan semangat gotong royong, dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab

Agar tujuan tersebut dapat tercapai perlu dilakukan beberapa tindakan, yakni :a. Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal

sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah.Dengan adanya penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan yang paling berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak yang berwajib dan/atau yang berwenang.Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-rendahnya.

b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina adalah tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan tujuan1. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan

mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan;2. Menemukan dan mengobati orang yang nampaknya sehat, tetapi

mengandung penyebab penyakit sehingga secara potential dapat menularkan penyakit ("carrier").

3. Pencegahan dan pengebalan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena penyakit.

4. Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit penyakit yakni bakteri, virus, dan lain-lainnya yang menyebabkan penyakit. Dalam pemusnahan penyebab penyakit, kadang-kadang harus dilakukan pemusnahan terhadap benda-benda, tempat-tempat dan lain-lain yang

Page 41: Materi Ke 7 Kelpompok 7

41

mengandung kehidupan penyebab penyakit yang bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk, sarang tikus, dan lain-lain.

5. Penanganan jenazah apabila kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia.

6. Penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dengan demikian dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menular kepada orang lain.Selain dari pada itu penyuluhan dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam menanggulangi wabah.

7. Upaya penanggulangan lainnya adalah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, yakni bahwa untuk masing-masing penyakit dilakukan tindakan- tindakan khusus.

Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud tersebut dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Menyangkut dengan Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah diatur dengan Peraturan Pemerintah. usaha-usaha tersebut meliputi antara lain : pemasukan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, penelitian, dan pemusnahannya. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan wabah antara lain adalah : spesimen, bahan yang tercemar kuman, bahan yang mengandung toksin. Bahan tersebut digunakan untuk keperluan penegakan diagnosa di laboratorium maupun untuk percobaan dan penelitian.

Pengaturan menyangkut hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat, didalam Pasal 8 disebutkan bahwa :

(1). “Kepada mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan oleh upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan ganti rugi.

(2) “Pelaksanaan pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah”

Pengertian harta benda dalam pasal ini antara lain: rumah, ternak, peternakan, tanaman, ladang, dan lain-lain. Ganti rugi diberikan oleh Pemerintah secara memadai,

Page 42: Materi Ke 7 Kelpompok 7

42

dengan mengutamakan golongan masyarakat yang kurang mampu dan diatur dengan peraturan pemerintah.

Sementara kepada para petugas tertentu yang melaksanakan upaya penanggulangan wabah dapat diberikan penghargaan atas risiko yang ditanggung dalam melaksanakan tugasnya. Petugas tertentu yang dimaksud dalam pasal ini adalah setiap orang, baik yang berstatus sebagai pegawai negeri maupun bukan, yang ditunjuk oleh yang berwajib dan/atau yang berwenang untuk melaksanakan penanggulangan wabah. Sedangkan penghargaan yang diberikan dapat berupa materi dan/atau bentuk lain. Pelaksanaan pemberian penghargaan dimaksud diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam melaksanakan upaya penanggulangan wabah, menjadi kewajiban Pemerintah untuk bertanggung jawab sesuai amanat Pasal 10. Berhubung dengan pentingnya penanggulangan wabah ini, maka biaya yang diperlukan ditanggung oleh Pemerintah. Pada prinsipnya Pemerintah Pusat yang berkewajiban membiayai, terutama terhadap wabah-wabah yang luas, dengan tidak mengurangi kewajiban Pemerintah Daerah, swasta atau masyarakat, dan hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3).

Pasal 13Barang siapa mengelola bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan

dapat menimbulkan wabah, wajib mematuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Sanksi PidanaUndang-Undang No. 4 Tahun 1984 juga mengatur tentang ketentuan pidana.

Disebutkan dalam Pasal 14 bahwa :(1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Page 43: Materi Ke 7 Kelpompok 7

43

Pasal 15(1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

(3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh suatu badan hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Wabah (termasuk dalam hal ini flu burung) yang menimbulkan malapetaka yang menimpa umat manusia dari dulu sampai sekarang maupun masa mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan.Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat, karena dapat mengakibatkan sakit, cacad dan kematian, juga akan mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan pembanguunan nasional. Kesehatan merupakan komponen dari kesejahteraan, karena manusia yang sehat mampu melaksanakan pembangunan. Jadi Undang-Undang ini sekaligus menyangkut upaya menggali atau meningkatkan sumber daya manusia dalam pembangunan dan meningkatkan ketahanan nasional.jelaslah bahwa maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari malapetaka yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

Page 44: Materi Ke 7 Kelpompok 7

44

BAB IIIPENUTUP

III. 1 KesimpulanWabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit

menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Aspek hukum dalam penanggulangan penyakit ini yang perlu diketahui kalangan kedokteranikesehatan adalah tentang kewajiban orang-orang yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungannya melaporkan kepada kepala desa atau lurah dan/atau kepala unit kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.

Cara penanggulangan seperlunya, bahwa yang diharuskan menyampaikan laporan kewaspadaan termasuk: dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan yang memeriksa hewan tersangka penderita.

Dalam peraturan menteri kesehatan ini disebutkan penyakit yang dapat menimbulkan penyakit wabah adalah: kolera, pes, demam kuning, deman bolak balik, tifus bercak wabah, deman berdarah dengue, campak, polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, hepatitis, tifus perut, meningitis, ensefalitis dan antrax.

Page 45: Materi Ke 7 Kelpompok 7

45

DAFTAR PUSTAKA

PP No. 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

UU No. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular