Pembahasan Malaria

3
MALARIA PADA UNGGAS Malariapada unggas disebabkan karena protozoayang termasukdalam genus Plasmodium. Ada sekitar 38 spesies yang telah dideskripsikan. Pada umumnya, malaria p hewan bukan merupakan kepentingan utama veterinary dalam system produksi komersial, dapat menyebabkan kerugian. Namun, tingkat mortalitas yang tinggi dapat terlihat pa Plasmodium spp ini !orgen, "##8$. Hospes %nfeksi dari P.gallinaceum terlihat pada unggas di Asia dan kemungkinan di sedangakn parasit P.juxtanucleare pada ayam dan kalkun ada di Amerika selatan, Afri !orgen, "##8$. Taksonomi dari plasmodium Phylum & Api'omple(a )elas & *o''idia +rdo & u'o'o'idiorida -amily & Plasmodidae enus & Plasmodium /pesies & Plasmodium spp. Morfologi 0aik gametosit dan skizon dari P.gallinaceum dapat berbentuk bulat, oval maup yang irregular. Nukleus dari sel hospes 1arang dikeluarkan oleh Plasmodium namun mungkin posisinya dapat tergeser. /etiap skizon memproduksi 823 merozoit. / P. juxtanucleare berbentuk bulat, oval atau tidak teratur dan lebih ke'il dibandingkan skizon dari P.gallinaceum dan biasanya bersentuhan dengan inti sel host. 4ua samp merozoit diproduksi. 4alam rata2rata ada" 256 merozoit di skizon eritrositik P. ga 3 2 7 di P. juxtanucleare. ametosit biasanya bulat atau oval, tetapi mungkin tidak sedikit berbentuk meman1ang. /eringkali sel inang mengalami distorsi !orgen, "##8$ Siklus Hidup dan Epidemiologi

description

Malaria pada unggas

Transcript of Pembahasan Malaria

MALARIA PADA UNGGASMalaria pada unggas disebabkan karena protozoa yang termasuk dalam genus Plasmodium. Ada sekitar 38 spesies yang telah dideskripsikan. Pada umumnya, malaria pada hewan bukan merupakan kepentingan utama veterinary dalam system produksi komersial, tapi dapat menyebabkan kerugian. Namun, tingkat mortalitas yang tinggi dapat terlihat pada infeksi Plasmodium spp ini (Jorgen, 1998).HospesInfeksi dari P.gallinaceum terlihat pada unggas di Asia dan kemungkinan di Afrika, sedangakn parasit P.juxtanucleare pada ayam dan kalkun ada di Amerika selatan, Afrika dan Asia (Jorgen, 1998).

Taksonomi dari plasmodiumPhylum: ApicomplexaKelas: CoccidiaOrdo: EucococidioridaFamily: PlasmodidaeGenus: PlasmodiumSpesies: Plasmodium spp.

MorfologiBaik gametosit dan skizon dari P.gallinaceum dapat berbentuk bulat, oval maupun bentuk yang irregular. Nukleus dari sel hospes jarang dikeluarkan oleh Plasmodium selama infeksi, namun mungkin posisinya dapat tergeser. Setiap skizon memproduksi 8-36 merozoit. Skizon dari P. juxtanucleare berbentuk bulat, oval atau tidak teratur dan lebih kecil dibandingkan dengan skizon dari P.gallinaceum dan biasanya bersentuhan dengan inti sel host. Dua sampai tujuh merozoit diproduksi. Dalam rata-rata ada16-20 merozoit di skizon eritrositik P. gallinaceum dan 3 - 5 di P. juxtanucleare. Gametosit biasanya bulat atau oval, tetapi mungkin tidak teratur atau sedikit berbentuk memanjang. Seringkali sel inang mengalami distorsi (Jorgen, 1998).

Siklus Hidup dan Epidemiologi

Vektor malaria pada unggas terutama adalah nyamuk Mansonia spp., Aedes spp., Culex spp. dan Armigeres spp. Selama mengisap darah, sporozoit ditransfer dari kelenjar ludah nyamuk ke dalam aliran darah dari host dan menginfeksi makrofag dan fibroblas. Dalam sel-sel hati merozoit diproduksi. setelah dua generasi, merozoit dilepaskan ke dalam aliran darah di mana mereka akan memasuki eritrosit. Tahap pertama dari merozoit di eritrosit yaitu trofozoit, muncul sebagai bentuk melingkar (kecuali P. juxtanucleare). Beberapa divisi dari nucleus parasit memimpin dari proses pematangan skizon dengan sejumlah variable inti. Sel hospes akan rupture dan melepaskan merozoit dimana akan menginfeksi eritrosit baru dan dapat menginduksi generasi berikutnya dari skizon dalam organ internal. Setelah beberapa kali melakukan siklus aseksual, mikro- dan makro- gamet akan terbentuk. Bila mikro- dan makro- gamet tertelan oleh oleh nyamuk, maka akan mengakibatkan terbentuknya zigot dan selanjutnya terbentuk ookista dan selanjutnya sporozoit akan berada didalam kelenjar saliva dari nyamuk. Gametosit berada dalam eritrosit. Tahap Exoerythrocytic adalah saat dimana ditemukan dalam sel-sel endotel seluruh tubuh (Jorgen, 1998).

Transmisi penyakitPenyakit ini dapat dipindahkan dari satu induk semang ke induk semang lain baik secara mekanis maupun secara biologis. Secara mekanis yaitu dengan melakukan penyuntikkan atau inokulasi darah hewan yang terinfeksi penyakit ini. Sedangkan cara biologis yaitu pemindahan oleh vector yang terinfeksi penyakit ini pada saat menghisap darah (Levine, 1995).

Gejala klinisMasa inkubasi parasit ini adalah 5-10 hari, dan lamanya parasit ini didalam darah adalah 7-27 hari dan suhu berfluktuasi. Gejala klinis yang ditunjukkan adalah munculnya bintik-bintik merah di bawah kulit dan di permukaan kulit, bahkan otot. Ayam terlihat sangat lesu dan sangat sering menggigil kedinginan. Feses akan berwarna kehijauan dan encer. Gejala yang terlihat pada ayam akibat Plasodium dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu bentuk akut, bentuk kurang akut, bentuk paralisis. Bentuk akut terlihat ayam meringkuk disudut kandang, muka dan jengger bengkak, kondisi semakin buruk dan mati dalam waktu singkat dan pada pemeriksaan ulas darah 80% dari sel darah merahnya mengandung Plasmodium. Bentuk kurang akut ayam terlihat pucat pada muka dan jengger, kondisi lemah dan ada diare berwarna hijau. Bentuk paralisis, bentuk ini tidak banyak dijumpai dan biasanya terjadi pada pada ayam yang sembuh dari serangan akut dan sudah diobati. Bentuk paralisis terjadi karena adanya hambatan pada buluh darah diotak yang berisi merozoit biasanya terjadi pada tahap eksoeritrosit dan umumnya ayam akan mengalami kematian karena sudah susah diobati. Gejala klinis lainnya adalah hewan sulit bernafas, anemia, nafsu makan menurun, kekurusan, bulu mengerut tidak teratur dan ayam mengalami depresi(Levine, 1995).

PatogenisitasBurung liar relatif tahan terhadap infeksi malaria pada unggas. Namun wabah yang serius dapat terjadi pada ayam domestik ketika mereka diperkenalkan ke daerah di mana terjadi infeksi endemik pada burung liar. Gejala klinis tergantung pada strain dari Plasmodium. Berkisar dari tidak ditunjukkannya gejala klinis sampai anemia dan kematian. P.gallinaceum dan P. juxtanucleare adalah strain yang paling pathogen dan dapat menyebabkan tingginya mortalitas, mencapai 90%. Munculnya tahap exoerythrocytic dari P.gallinaceum dapat menghalangi kapiler di otak dan menghasilkan gejala yang berkaitan dengan Sistem Saraf Pusat dan kematian mendadak. Penyakit ini dapat bersifat akut terutama pada hewan muda, dan bersifat kronis terutama pada hewan dewasa. Hewan yang pernah terinfeksi plasmodium akan membentuk antibody sementara. (Jorgen, 1998).

PengobatanPengobatan penyakit ini dapat menggunakan obat-obat anti malaria. Preparat Fe dan vitamin serta garam-garam mineral diberikan untuk mencegah keadaan anaemia yang berkelanjutan akibat banyaknya sel darah merah yang rusak karena parasit. Obat anti malaria yang sering digunakan adalah Chloroquine rata-rata pemberian 5 mg/Kg BB, paludrine 7.5 mg/ Kg BB selama tiga hari berturut-turut, Pyrimethamine 0.3 Mg/ Kg BB efektif terhadap P. galliceum. Informasi terbaru peneliti dari London menemukan enzim yang dapat menggangu siklus perkawinan parasit. Enzim tersebut berperan sebagai penghambat yang dapat menghentikan parasit malaria dari perkembangan perkawinannya (Levine, 1995).Daftar PustakaJorgen W. Hansen. 1998 . Epidemiology, Diagnosis And Control Of Poultry Parasites . Rome : Food And Agriculture Organization Of The United NationsLevine, Norman D. 1995. Protozoologi Veteriner. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press