pembahasan makalah

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya penduduk Indonsia menuntut adanya peningkatan produksi tanaman, baik untuk pangan, sandang dan kesehatan. Tanaman akan berproduksi secara maksimal apabila lingkungannya mendukung. Salah satu unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman yaitu tersedianya unsur hara. Unsur hara yang terangkut pada masa panen harus dikembalikan lagi ke tanah. Kompos merupakan salah satu bahan organik yang telah mengalami dekomposisi yang dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, baik unsur makro maupun unsur mikro. Kompos adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan seperti pupuk kandang, pupuk hijau daun dan kompos, berbentuk cair maupun padatan yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air tanah, kimia tanah dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam, abu dapur dan lain-lain. Jika mengandalkan pupuk organik saja, proses pnyerapan unsur hara untuk tumbuhan akan 1

Transcript of pembahasan makalah

Page 1: pembahasan makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya penduduk Indonsia menuntut adanya peningkatan

produksi tanaman, baik untuk pangan, sandang dan kesehatan. Tanaman akan 

berproduksi secara maksimal apabila lingkungannya mendukung. Salah satu unsur

lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman yaitu tersedianya

unsur hara. Unsur hara yang terangkut pada masa panen harus dikembalikan lagi

ke tanah. Kompos merupakan salah satu bahan organik yang telah mengalami

dekomposisi yang dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, baik unsur makro

maupun unsur mikro.

Kompos adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan

seperti pupuk kandang, pupuk hijau daun dan kompos, berbentuk cair maupun

padatan yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya

menahan air tanah, kimia tanah dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos

antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang,

dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang

sekam, abu dapur dan lain-lain. Jika mengandalkan pupuk organik saja, proses

pnyerapan unsur hara untuk tumbuhan akan berlangsung lebih lama, sehingga

perlunya bantuan mikroba-mikroba sebagai pengurai kompos sehingga

penyerapan tumbuhan akan lebih cepat.

Banyak sekali peranan mikroba dalam pembuatan kompos. Salah satunya

telah dilakukan pada proses pengomposan mikroba berperan sebagai penghancur

(dekomposer) yang berkemampuan tinggi, sehingga dapat mempersingkat proses

dekomposisi bahan organik dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja.

Selain itu, jika kompos tersebut di aplikasikan ke tanah tempat tumbuhnya

tanaman, mikroba tersebut dapat berperan sebagai pengendali penyakit tanaman.

Peranan lain mikroba pada kompos yaitu sebagai biofertilizer dimana mikroba

berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan

1

Page 2: pembahasan makalah

kalium (K) seperti Bacillus megatherium sedangkan ada pula bakteri yang mampu

mengikat unsur nitrogen yaitu bakteri Azotobacter sp. Dalam makalah ini, akan

dibahas beberapa peranan mikroba dalam proses pengomposan serta jenis-jenis

mikroba yang terdapat pada kompos.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang menjadi bahasan penulisan makalah ini yaitu

Mikroba apa saja yang terdapat pada kompos?

Apa saja peranan mikroba dalam proses pengomposan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mengetahui peranan mikroba pada

pengomposan serta jenis-jenis mikroba pada kompos

2

Page 3: pembahasan makalah

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kompos

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam

dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses

pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk

mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-

teknologi pengomposan. Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik

secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah

untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.

Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri

dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan

mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan

organik.

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan

bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk

mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat

bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini

membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba

tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan

mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi

dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal

proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera

dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat

dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu

akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu

tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu

3

Page 4: pembahasan makalah

mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian

bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan

menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan

panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-

angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat

lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan

terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat

mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Gambar 1.Skema Proses Pengomposan Aerobik

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)

atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah

proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi

bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen

yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama

proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan

menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam

organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Proses pengomposan tergantung pada :

1. Karakteristik bahan yang dikomposkan

2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan

3. Metode pengomposan yang dilakukan

4

Page 5: pembahasan makalah

2.2 Mikroba Pada Kompos

2.2.1 Bioaktivator kompos Aktivator adalah bahan tambahan yang mampu meningkatkan penguraian

mikrobiologis dalam tumpukkan bahan organik (Gaur, 1982). Aktivator dikenal

dengan dua macam yaitu aktivator organik dan anorganik. Aktivator organik

adalah bahan – bahan yang mengandung N tinggi dalam bentuk bervariasi seperti

protein dan asam amino. Beberapa contoh aktivator organik yaitu fungi, pupuk

kandang, darah kering, sampah, dan tanah yang kaya akan humus. Aktivator

anorganik antara lain amonium sulfat, urea, amoniak, dan natrium nitrat. Mikroba

berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat

menjadi kompos. Adanya aktivitas mikroorganisme meningkat jika jumlah N

mencukupi, sehingga proses penguraian bahan organik berlangsung lebih cepat

dan efektif. Nitrogen (N) dalam senyawa NH jumlahnya semakin rendah karena

digunakan oleh mikroorganisme pengurai untuk sintesa protein dalam

mempercepat aktivitasnya, hal ini menunjukkan proses penguraian berlangsung

normal. Beberapa aktivator yang terdapat dipasaran dan digunakan dalam

pengomposan yaitu: EM4, Stardec dan Orgadec.

Effective Microorganism 4 (EM4) merupakan suatu cairan berwarna

kecoklatan dan beraroma manis asam(segar) yang di dalmnya berisi campuran

beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses

penyerapan/persediaan unsur hra dalam tanah. Mikroorganisme fermentasi dan

sintetik yang terdiri dari asam laktat (Lactobacillus sp), Actinomycetes sp,

Streptomycetes sp, ndan yeast (ragi) (Rahayu, M.S., dan Nurhayati, 2005).

Gambar 2. Cairan EM4

5

Page 6: pembahasan makalah

a. Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas spp. )

Bakteri ini adalah mikroorganisme mandiri dan swasembada. Bakteri ini

membentuk senyawa-senyawa bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan

organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai

sumber energi. Zat-zat bermanfaat yang terbentuk anatara lain, asam amino asam

nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat

pertumbuhan

b. Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp. )

Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp. ) dapat mengakibatkan

kemandulan ( sterilizer) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan

mikroorganisme yang merugikan; meningkatkan percepatan perombakan bahan

organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta

memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan

dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan

fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada

lahan/ tanaman yang terus menerus ditanami (Widyastuti, dkk., 2009).

c. Ragi / Yeast ( Saccharomyces spp. )

Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa

bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang

dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman.

Ragi juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim untuk

meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah

substrat yang baik bakteri asam laktat dan Actinomycetes.

d. Actinomycetes

Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang

dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan

jamur dan bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik

bersama-sama menongkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan

aktivitas anti mikroba tanah.

6

Page 7: pembahasan makalah

e. Jamur Fermentasi

Jamur fermentasi ( Aspergillus dan Penicilium ) menguraikan bahan

secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba.

Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan

serangga dan ulat-ulat merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan

makanannya. Tiap species mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing

tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan

EM4 terpenting. Bakteri ini disamping mendukung kegiatan mikroorganisme

lainnya, ia juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan mikroorganisme lain

(Stego, 2012).

Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi

sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika

kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan

organisme patogen penyebab penyakit tanaman (Isroi, 2004).

2.2.2 Biofertilizer

Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk

memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos

sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos

rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34%

P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg

Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang

kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka

membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar

ini memerlukan banyak tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya

produksi (Isroi, 2004).

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan

maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman,

yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas

mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara

adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus

7

Page 8: pembahasan makalah

ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.

Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas.

Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam

bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-

simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N

simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan

mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman

(Isroi, 2004).

Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah

mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya

memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak

tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan

mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan

menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan

P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus

megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga

berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.

Gambar 3. Bakteri Pelarut Fosfat (BPF)

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P

adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis

mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan

endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan

8

Page 9: pembahasan makalah

hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih

tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah

Glomus sp dan Gigaspora sp.

Gambar 4. Glomus sp

Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang

dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba

akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih

besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara

lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp (Isroi, 2004).

Gambar 5. Azotobacter chroococcum

Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan

pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat

mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia

di pasaran antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza (Isroi,

2004).

9

Page 10: pembahasan makalah

2.2.3 Agen Biokontrol

Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya

pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida

kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika

dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan

mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang dapat

mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan

tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen

dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak

daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan

populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat

dihindari.

Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus

thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan

Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh

berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman

misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang

disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp.

Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor,

NirAma, Marfu-P dan Hamago (Isroi, 2004).

10

Page 11: pembahasan makalah

BAB III

PEMBAHASAN

Usaha penghematan dan pengurangan pupuk buatan diperlukan

pemanfaatan sumber hayati yang berpotensi sebagai pupuk hayati untuk

mengganti pupuk buatan. Pupuk hayati mengandung mikroba hidup yang

diberikan ke dalam tanah sebagi inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi

atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Pupuk hayati sering juga

disebut pupuk mikroba (Simanungkalit, 2006).

Kompos atau pupuk organik mengandung unsur hara lengkap untuk

tanaman, meskipun konsentrasinya rendah. Tetapi kompos memiliki kandungan

lain yang tidak ada di dalam pupuk mikroba, yaitu senyawa-senyawa organik

yang sangat berguna bagi tanaman maupun biota tanah. Memperkaya pupuk

organik (kompos) dengan mikroba sebenarnya adalah menggabungkan antara

pupuk organik dengan pupuk hayati/mikroba. Pupuk organik diberikan untuk

tanaman, menyediakan hara dan ‘vitamin’ bagi tanaman, sekaligus menyediakan

‘makanan’ untuk mikroba. Mikroba-mikroba yang ada di dalam pupuk hayati

akan hidup karena banyak makanan untuknya. Mikroba akan bekerja lebih giat

dan berkembang biak lebih cepat. Sehingga kombinasi antara pupuk organik dan

pupuk hayati dapat bekerja sinergis untuk menyuburkan tanaman. Biasanya

kombinasi antara pupuk organik dan pupuk hayati disebut dengan biokompos

(Isroi, 2005).

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian

secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan

organik sebagai sumber energi. Musnamar (2003) menyatakan bahwa perlakuan

penambahan mikroba dekomposer atau aktivator dapat mempercepat proses

pengomposan. Selain itu, dengan menggunakan aktivator yang mengandung

nitrogen atau fosfor merupakan cara untuk mendapatkan kompos bermutu tinggi.

Berdasarkan penelitian Widawati (2005), Proses pengomposan dengan

menggunakan aktivator fungi jenis Aspergillus niger, Trichoderma viridae, dan

11

Page 12: pembahasan makalah

Chaetomium sp. dapat mempercepat proses pematangan kompos. Hal ini

dikarenakan fungi bermiselium benang dalam tanah yang mempunyai fungsi

utama menguraikan bahan organik dan menghasilkan bahan yang mirip dengan

humus dalam tanah dan humus merupakan habitat subur untuk mikroba. Sifat

fungi tersebut sangat bermanfaat dan dianggap sangat penting dalam memelihara

bahan-bahan organik atau bahan dasar kompos yang terombak dalam proses

pengomposan, sehingga akan memelihara kehidupan mikroba lain dalam kompos

tersebut.

Penelitian Widawati et al (2010) menyatakan bahwa adanya pengaruh

kompos yang diperkaya dengan bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut

fosfat terhadap pertumbuhan tanaman kapri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

adanya peningkatan enzim fosmonoesterase pada kompos yang menggunakan

campuran bakteri sehingga hasil yang diperoleh dapat meningkatkan berat buah

kapri. Campuran bakteri tersebut diisolasi dari tanah yang dikumpulkan dari

beberapa daerah Kalimantan Barat. Hasil isolasi diperoleh 24 isolat bakteri pelarut

fosfat (4 isolat Citrobacter sp., 8 isolat Bacillus sp., 8 isolat Nitrosomonas, satu

isolat Bacterium sp., dan 2 isolat Chromobacter sp.), 1 isolat R. Leguminosorum,

8 isolat Azotobacter sp., 1 isolat Azospirillum sp. dan 3 isolat yang tidak

teridentifikasi.

Azotobacter merupakan bakteri penambat nitrogen aerobik non-simbiotik

yang mampu memfiksasi nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi. Bakteri ini

juga banyak digunakan sebagai pupuk hayati atau komponen di dalam pupuk

organik karena selain mampu menfiksasi nitrogen, bakteri ini dapat memproduksi

fitohormon antara lain auksin (IAA), sitokinin, dan giberelin (GA) (Subba Rao,

1982). Sedangkan bakteri Bacillus sp. adalah bakteri gram positif yang berbentuk

batang membentuk endospora. Peranan bakteri tersebut sebagai pupuk hayati

yaitu dapat melarutkan unsur hara fosfat dan kalium

Pada penelitian Hidayatulloh dan Prabowo (2007) menyatakan bahwa

pemberian bakteri Azotobacter chroococcum dan Bacillus megaterium pada

pembuatan kompos limbah padat digester biogas dari enceng gondok

12

Page 13: pembahasan makalah

(E.crassipes), didapatakan kandungan terbaik yaitu pada kompos dengan

A.chroococcum : B.megaterium (5 : 5) dengan bukti pada tanaman uji cabai

diperoleh tinggi tanaman cabai maksimum hingga 39,2 cm dan di uji pula

kelebaran daun pada tanaman sawi yang diperoleh maksimum lebar daun hingga 9

cm. Kesimpulan dari pemberian pupuk kompos tersebut memberikan efek

peningkatan pertumbuhan tanaman cabai 43,8% dan tanaman sawi 33,3%

terhadap pemberian pupuk NPK.

13

Page 14: pembahasan makalah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

1. Mikroba berperan sebagai bioaktivator yaitu mempercepat proses

pembuatan kompos serta menghasilkan kompos yang bermutu

2. Mikroba yang diperoleh dari tanah rizosfer dapat berperan sebagai

biofertilizer yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman

3. Jenis bakteri yang dapat memfiksasi Nitrogen (N) yaitu Azotobacter

chroococcum dan bakteri yang berperan sebagai pelarut Fosfat(P) dan

Kalium (K) yaitu Bacillus megaterium

3.2 Saran

Perlu diadakan penelitian tentang bakteri yang mempunyai peranan sebagai

penyedia unsur makro

14

Page 15: pembahasan makalah

DAFTAR PUSTAKA

Gaur AC. 1982. Improving soil fertility through organic recycling. FAO of

United Nations Journal (15):85–91.

Hidayatulloh A.W dan Prabowo E.W. 2007. Pengaruh Mikroorganisme

Azotobacter chroococcum dan Bacillus megaterium Terhadap Pembuatan

Kompos Limbah Padat Digester Biogas dari Enceng Gondok

(E.crassipes). Jurusan Teknik Kimia. Laboratorium Pengolahan Limbah

Industri. FTI-ITS.

Isroi. 2004. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. Peneliti Mikroba

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Lembaga Riset

Perkebunan Indonesia.

Isroi. 2005. Pengomposan Limbah Padat Organik. Bogor: Balai Penelitian

Bioteknologi Perkebunan Indonesia.

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahayu, M.S., dan Nurhayati, (2005), Penggunaan EM4 dalam Pengomposan

Limbah The Padat. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu pertanian Vol. 3, No.

2.

Simanungkalit RDM. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing

Co. New Delhi.

Stego., (2012), Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam Pertanian Modern.

id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1965528-

teknologiem-dimensi-baru-dalam/ diakses pada 31 Maret 2013.

15

Page 16: pembahasan makalah

Widawati, S., Suliasih dan Muharam, A. 2010. Pengaruh Kompos yang Diperkaya

Bakteri Penambat Nitrogen dan Pelarut Fosfat terhadap Pertumbuhan

Tanaman Kapri dan Aktivitas Enzim Fosfatase dalam Tanah. Jurnal

Hort. Vol. 20(3): 207-215.

Widawati, S. 2005. Daya Pacu Aktivator Fungi Asal Kebun Biologi Wamena

terhadap Kematangan Hara Kompos, serta Jumlah Mikroba Pelarut

Fosfat dan Penambat Nitrogen. Jurnal Biodiversitas. Volume 6, Nomor 4

Hal: 238-241.

Widyastuti, H., Isroi. dan Siswanto. (2009). Keefektifan Beberapa Decomposer

Untuk Pengomposan Limbah Sludge Pabrik Kertas Sebagai Bahan Baku

Pupuk Organik. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. BS

vol 44 No 22 Desember 2009: 99 – 110.

16