pembahasan jagung

5
PEMBAHASAN Persilangan Monohibrid Pada percobaan kali ini untuk mempelajari penyimpangan ratio fenotip yang disebabkan oleh adanya interaksi diantara gen. Kami melakukan percobaan dengan satu sifat beda yaitu ungu dan putih. Pada aleuron jagung terdapat pigmen antosianin yang menyebabkan warna merah atau ungu, sebenarnya warna dasar antosianin adalah merah, tetapi dengan adanya gen dominan Pr mengubah pigmen merah menjadi ungu. (Tim Genetika,2012) Warna ungu merupakan warna yang dominan sedangkan warna putih merupakan warna yang resesif. Setelah dilakukan percobaan, didapat perbandingan fenotifnya yaitu ungu : putih = 3 : 1, dari hasil ratio fenotif tersebut di dapat bahwa hasil tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mendel yang ratio fenotifnya 3:1. Warna ungu merupakan warna yang dominan, sehingga bila ditemukan pemasangan ungu -putih pada pengambilan, otomatis individu tersebut disebut berwarna ungu karena dominansinya. Berbeda dengan warna putih, warna putih hanya muncul jika pemasangan yang diambil adalah putih-putih. Oleh karena itu, kesempatan warna putih untuk muncul sangatlah sedikit. Dan apabila pasangan ungu-putih muncul paling banyak maka otomatis warna ungulah yang paling banyak muncul, hal inilah yang menyebabkan dihasilkannya ratio fenotif ungu : putih = 3 : 1. Pada kegiatan pengamatan persilangan monohybrid dengan menggunakan 608 biji jagung yaitu; jumlah yang diharapkan (E) untuk ungu = ¾ x 608 = 456. Dan jumlah yang diharapkan untuk

description

ini adalah laporan tentang pembahasan persilangan jagung

Transcript of pembahasan jagung

PEMBAHASAN

Persilangan Monohibrid

Pada percobaan kali ini untuk mempelajari penyimpangan ratio fenotip yang disebabkan oleh adanya interaksi diantara gen. Kami melakukan percobaan dengan satu sifat beda yaitu ungu dan putih. Pada aleuron jagung terdapat pigmen antosianin yang menyebabkan warna merah atau ungu, sebenarnya warna dasar antosianin adalah merah, tetapi dengan adanya gen dominan Pr mengubah pigmen merah menjadi ungu. (Tim Genetika,2012)

Warna ungu merupakan warna yang dominan sedangkan warna putih merupakan warna yang resesif. Setelah dilakukan percobaan, didapat perbandingan fenotifnya yaitu ungu : putih = 3 : 1, dari hasil ratio fenotif tersebut di dapat bahwa hasil tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mendel yang ratio fenotifnya 3:1. Warna ungu merupakan warna yang dominan, sehingga bila ditemukan pemasangan ungu -putih pada pengambilan, otomatis individu tersebut disebut berwarna ungu karena dominansinya. Berbeda dengan warna putih, warna putih hanya muncul jika pemasangan yang diambil adalah putih-putih. Oleh karena itu, kesempatan warna putih untuk muncul sangatlah sedikit. Dan apabila pasangan ungu-putih muncul paling banyak maka otomatis warna ungulah yang paling banyak muncul, hal inilah yang menyebabkan dihasilkannya ratio fenotif ungu : putih = 3 : 1.Pada kegiatan pengamatan persilangan monohybrid dengan menggunakan 608 biji jagung yaitu; jumlah yang diharapkan (E) untuk ungu = x 608 = 456. Dan jumlah yang diharapkan untuk putih = x 608 = 152. Sehingga deviasinya (d = O-E) untuk ungu = 439 - 456 = -17. Dan deviasi (d) untuk putih yaitu 169 152 = 17. Untuk menentukan besarnya X2 pada persilangan monohybrid yaitu X2 = d2/E. Didapatkan hasil warna ungu adalah 0,634 sedangkn warna putih 1,901 dan hasil total X2 adalah 2,535. X2 adalah 2,535 sehingga diperoleh P 0,1. Oleh karena P lebih besar dari 0,05 maka hipotesis diterima.Warna ungu merupakan warna yang dominan sedangkan warna kuning merupakan warna yang resesif. Setelah dilakukan percobaan, didapat perbandingan fenotifnya yaitu ungu : kuning = 1 : 1. Pada kegiatan pengamatan persilangan monohybrid dengan menggunakan 544 biji jagung yaitu; jumlah yang diharapkan (E) untuk ungu = x 544 = 272. Dan jumlah yang diharapkan untuk kuning = x 544 = 272. Sehingga deviasinya (d = O-E) untuk ungu = 283 - 272 = 11. Dan deviasi (d) untuk kuning yaitu 261 272 = -11. Untuk menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang kita harapkan atau tidak maka digunakan uji chi square (X2). Untuk menentukan besarnya X2 pada persilangan monohybrid yaitu X2 = d2/E. Didapatkan hasil warna ungu adalah 0,445 sedangkn warna kuning 0,445 dan hasil total X2 adalah 0,89. X2 adalah 0,89 sehingga diperoleh P 0,3. Oleh karena P lebih besar dari 0,05 maka hipotesis diterima.Persilangan Dihibrid

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan persilangan dihibrid dengan menggunakan 2 macam biji jagung masing-masing 499 biji ungu dan 403 biji kuning sebagai analogi untuk menunjukkan dua karakter / sifat beda. Yakni ungu menunjukkan gen dominan(A--) dan kuning menunjukkan gen resesif (aaC-, A-cc, aacc).Pada kegiatan pengamatan persilangan dihibrid dengan menggunakan 902 biji jagung yaitu; jumlah yang diharapkan (E) untuk ungu = x 902 = 507,375. Dan jumlah yang diharapkan untuk kuning = x 902 = 394,625. Sehingga deviasinya (d = O-E) untuk ungu = 499 507,375 = 8,375. Dan deviasi (d) untuk kuning yaitu 403 394,625 = -8,375. Untuk menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang kita harapkan atau tidak maka digunakan uji chi square (X2). Untuk menentukan besarnya X2 pada persilangan dihibrid yaitu X2 = d2/E. Didapatkan hasil warna ungu adalah 0,138 sedangkan warna kuning 0,178 dan hasil total X2 adalah 0,316. X2 adalah 0,316 sehingga diperoleh P 0,5. Oleh karena P lebih besar dari 0,05 maka hipotesis diterima.Pada percobaan persilangan dihibrid dengan menggunakan 4 macam biji jagung masing-masing 340 biji merah bulat, 119 biji merah keriput, 90 biji kuning bulat, dan 37 biji kuning keriput sebagai analogi untuk menunjukkan empat karakter / sifat beda. Yakni merah dan bulat menunjukkan gen dominan sedangkan kuning dan keriput menunjukkan gen resesif.

Pengamatan persilangan dihibrid dengan menggunakan 586 biji jagung yaitu; jumlah yang diharapkan (E) untuk merah bulat = x 586 = 329,625, merah keriput = x 586 = 109, 875 . Dan jumlah yang diharapkan untuk kuning bulat = x 586= 109,875, kuning keriput = x 586 = 36,625. Sehingga deviasinya (d = O-E) untuk merah bulat = 340 329,625 = 10,375, merah keriput = 119 109,875 = 9,125. Dan deviasi (d) untuk kuning bulat = 90 109,875 = -19,125 , kuning keriput = 37 36,625 = 0,375.

Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoritis (9:3:3:1) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji X2 (Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit). Apabila x2h lebih kecil daripada x2t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar daripada X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05) (Susanto, 2011).Untuk menentukan besarnya X2 pada persilangan dihibrid yaitu X2 = d2/E. Didapatkan hasil warna merah bulat 0,327, merah keriput 0,758, kuning bulat 3,329 sedangkan warna kuning keriput 0,004 dan hasil total X2 adalah 4,418. X2 adalah 4,418 sehingga diperoleh P 0,3. Oleh karena P lebih besar dari 0,05 maka hipotesis diterima.