Pembahasan Gugus Fuungsi

6
1 Identifikasi senyawa hidrokarbon tak jenuh Dari hasil pengamatan, penambahan KMnO 4 kedalam sikloheksana, tidak terjadi reaksi. Terjadinya dua lapisan yang tidak saling bersatu namun berpisah antara sikloheksana dengan KMnO 4 . Sikloheksana sifatnya jenuh sehingga tidak dapat bereaksi. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikloalkana tidak dapat dioksidasi oleh KMnO 4. Sedangkan hal sebaliknya terjadi pada golongan alkena, yang jika di di tambahkan KMnO 4 dalam kondisi panas maka akan meghasilkan keton, aldehid dan karbon dioksida. Pada saat sikloheksana ditambahkan dengan H 2 SO 4 pekat. Sikloheksana tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Menurut literatur, sikloheksana yang tidak bereaksi (sulit bereaksi). Karena sikloheksana merupakan ikatan karbon jenuh sehinggan tidak dapat dioksidasi oleh H 2 SO 4. Begitu juga saat sikloheksana ditambahkan oleh Br 2 dan CCl 4. Hanya terdapat dua fasa yaitu berwarna kuning dan tidak berwarna. Warna kuning tersebut adalah warna dari Br 2. Sedangkan pada percobaan minyak sawit, semua sampel yang diujikan dapat bereaksi karena minyak sawit adalah senyawa tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap, maka masih dapat dioksidasi oleh larutan KMnO 4, H 2 SO 4, dan Br 2 + CCl 4. 2 Identifikasi alcohol dan fenol a. Tes Indikikator

description

pembahasan gugus fungsi

Transcript of Pembahasan Gugus Fuungsi

Page 1: Pembahasan Gugus Fuungsi

1 Identifikasi senyawa hidrokarbon tak jenuh

Dari hasil pengamatan, penambahan KMnO4 kedalam sikloheksana, tidak terjadi

reaksi. Terjadinya dua lapisan yang tidak saling bersatu namun berpisah antara

sikloheksana dengan KMnO4. Sikloheksana sifatnya jenuh sehingga tidak dapat

bereaksi. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikloalkana tidak dapat dioksidasi

oleh KMnO4. Sedangkan hal sebaliknya terjadi pada golongan alkena, yang jika di di

tambahkan KMnO4 dalam kondisi panas maka akan meghasilkan keton, aldehid dan

karbon dioksida.

Pada saat sikloheksana ditambahkan dengan H2SO4 pekat. Sikloheksana tidak

menunjukan perubahan yang signifikan. Menurut literatur, sikloheksana yang tidak

bereaksi (sulit bereaksi). Karena sikloheksana merupakan ikatan karbon jenuh

sehinggan tidak dapat dioksidasi oleh H2SO4. Begitu juga saat sikloheksana

ditambahkan oleh Br2 dan CCl4. Hanya terdapat dua fasa yaitu berwarna kuning dan

tidak berwarna. Warna kuning tersebut adalah warna dari Br2.

Sedangkan pada percobaan minyak sawit, semua sampel yang diujikan dapat

bereaksi karena minyak sawit adalah senyawa tak jenuh yang memiliki ikatan

rangkap, maka masih dapat dioksidasi oleh larutan KMnO4, H2SO4, dan Br2 + CCl4.

2 Identifikasi alcohol dan fenol

a. Tes Indikikator

Ketika fenol di uji dengan kertas lakmus maka lakmus biru berubah menjadi

merah dengan begitu fenol bersifat asam dan alcohol ketika ditambahkan

lakmus biru menjadi sedikit memudar ,kemungkinan sifat keasamaan dari

alcohol tersebut adalah basa.

b. Dengan Pembuatan ester

Ketika 1 ml asam asetat glasial dimasukkan kedalam tabug reaksi dan

ditambahkan 2 ml butanol dengan asam sulfat sebagai katalis maka diperoleh

bau ester seperti aroma buah-buahan .Dengan terbentuknya ester bisa dipastiakn

bahwa larutan tersebut mengandung gugus fungsi alcohol.

Reaksi yang terjadi adalah

Page 2: Pembahasan Gugus Fuungsi

c. Tes Iodoform

Hasil positif – endapan kuning pucaat dari triiodometana (iodoform) – dapat

diperoleh dari reaksi dengan alkohol yang mengandung kelompok gugus-

gugus seperti gambar berikut :

Dari hasil tersebut didapatkan bau yang khas seperti bau betadine.

d. Identifikasi asam karboksilat

1. Test keasaman senyawa organik

Senyawa yang diuji dalam test keasamaan senyawa organic adalah

- Aquadest

- Fenol

- Etanol

- Asam Asetat glacial

- Anilin

- Asam salisilat

Berdasarkan data yang diperoleh menurut uji kesamaan ternyata tabung

reaksi no 4 yang berisi Asam asetat memilki PH yang paling tinggi di

bandingakn dengan larutan lainnya Asam Asetat glasial>Asam Salisilat>Fenol >

Etanol> Aquadest>aniline. Hal ini berarti tabung yang memiliki PH yang paling

rendah yaitu Asam asetat termasuk kedalam asam karboksilat.

2. Kelarutannya dalam larutan NaOH

Senyawa yang di uji dalah

- Asam Salisilat

- Fenol

Ketika 2 tabung reaksi diisi dengan kedua larutan diatas dan ditambahkan NaOH

dan HCL pekat sebagai katalis maka tabung no 1 yang berisi Asam salisilat

terbentuk endapan sedangakn fenol tidak terbentuk endapan .Hal ini dikarenakan

Page 3: Pembahasan Gugus Fuungsi

Gugus Karboksil pada Asam salisilat ketika di tambahkan NaOH bisa

membentuk garam

3. Identifikasi gugus karbonil

1. Dengan pereaksi fehling

Setelah dipanaskan Fehling A, Fehling B dan Aseton tersebut menghasilkan

endapan merah bata, itupun terjadi setelah pemanasan yang cukup lama.

Endapan merah bata tersebut adalah endapan Cu yang terdapat pada Fehling A.

2. Dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin

Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi gugus karbonil. Pada saat mereaksikan

1 ml dinitro fenil hidrazin dengan asetaldehid maka terbentuk endapan putih

kekuningan. Dan pada saat di reaksikan dengan aseton pun menghasilkan

endapan putih kekuningan. Maka dapat disimpulkan bahwa asetal dehid dan

aseton mempunyai gugus karbonil.

3. Tes cermin perak

Dalam percobaan ini pertama-tama dibuat pereaksi tollens yaitu dengan

mencampurkan 2 mL AgNO3 dengan beberapa tetes NaOH 2N. Untuk mencegah

pengendapan ion perak pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes

larutan ammonia. Larutan ammonia membentuk kompleks larut air dengan ion

perak.

Kemudian perekasi tollens dibagi dua da ditambahkan senyawa aldehid yaitu

Asetaldehin, dan senyawa keton yaitu aseton pada masing-masing tabung.

Setelah diamati ternyata tabung yang berisi senyama aldehid membentuk

endapan perak pada dinding tabung reaksi setelah dilakukan pemanasan,

sedangkan hal serupa tidak terjadi pada tabung yang berisi senyama keton.

Endapan cermin perak yang terdapat dalam tabung reaksi tersebut berasal dari

gugus aktif pada pereaksi tollens yaitu Ag2O, yang apabila tereduksi akan

menghasilkan endapan perak. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat. Ion

Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag.Reaksi dengan pereaksi

tollens dapat merubah ikatan C-H pada aldehid menjadi C-O.

Sedangkan pada senyawa keton tidak terdapat endapan cermin perak, karena

tidak mempunyai atom hydrogen yang terikat pada gugus karbonnya.

4. Menggunakan larutan Fehling A dan Fehling B

Percobaan selanjutnya menguji adanya gugus karbonil pada asetondan aldehid

dengan menggunakan pereaksi fehling A dan fehling B. Awalnya larutan

Page 4: Pembahasan Gugus Fuungsi

campuran antara aseton, fehling A dan fehling B berwarna biru tua, warna

tersebut timbul karena adanya kandungan Cu dalam fehling A. Setelah itu

larutan dipanaskan dalam jangka waktu relative singkat, namun tidak terjadi

perubahan apapun. Ini membuktikan bahwa aseton merupakan reduktor lemah

karena tidak dapat mereduksi fehling.

Sedangkan pada asetaldehid, saat ditambahkan pada larutan Fehling A dan

Fehling B setelah dipanaskan terdapat perubahan warna menjadi hijau dan

terdapat endapan merah bata. Hal ini dikarenakan asetaldehidasetal dehid

mempunyai sifat mudah teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dimana aldehid

dapat mereduksi pereaksi fehling