PEMBAHASAN emulsi JADI

7
PEMBAHASAN Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi, mengetahui pengaruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi, mengetahui sifat alir sediaan plastic, serta menentukan tipe emulsi. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir dalam cairan yang lain. Dalam percobaan mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi, dibuat 3 formula emulsi. Ketiga formula tersebut dibuat dengan perbedaan perbandingan surfaktan yang digunakan. Surfaktan dalam pembuatan emulsi digunakan sebagai emulgator, dimana surfaktan dapat menstabilkan emulsi. Dengan penambahan surfaktan dapat mencegah terjadinya koalesensi, yaitu penyatuan tetesan-tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya akan menjadi satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan bekerja dengan menempati bagian antar muka

description

pembahasan

Transcript of PEMBAHASAN emulsi JADI

Page 1: PEMBAHASAN emulsi JADI

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengaruh

HLB terhadap stabilitas emulsi, mengetahui pengaruh penggunaan alat terhadap

stabilitas emulsi, mengetahui sifat alir sediaan plastic, serta menentukan tipe

emulsi.

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak

tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi

butir-butir dalam cairan yang lain.

Dalam percobaan mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi,

dibuat 3 formula emulsi. Ketiga formula tersebut dibuat dengan perbedaan

perbandingan surfaktan yang digunakan. Surfaktan dalam pembuatan emulsi

digunakan sebagai emulgator, dimana surfaktan dapat menstabilkan emulsi.

Dengan penambahan surfaktan dapat mencegah terjadinya koalesensi, yaitu

penyatuan tetesan-tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya akan menjadi

satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan bekerja dengan menempati bagian

antar muka atau permukaan antara tetesan dengan fase eksternal dan dengan

membuat batas fisik sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Selain itu

surfaktan berperan dalam menurunkan tegangan antar muka antara fase sehingga

proses emulsifikasi selama proses pencampuran dapat terjadi dengan baik.

Surfaktan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Tween 80 dan Span

80, sedangkan fase minyak yang digunakan adalah oleum acachidis, fase air

digunakan aquadest. Tween 80 dan Span 80 merupakan surfaktan non ionik.

Tween 80 merupakan ester dari sorbitan dengan asam lemak, selain itu tween 80

merupakan polioksietilen sorbiton monooleat cair seperti minyak. Tween ada

Page 2: PEMBAHASAN emulsi JADI

dalam basis nilai 9,6-16,7 yang dianggap hidrofil dan pada umumnya membentuk

emulsi O/W ( minyak dalam air ). Span 80 adalah ester dari sorbitan dengan asam

lemak yang merupakan sorbitan monooleat cair seperti miyak dengan basis nilai

1,8-8,6 yang dianggap lipofil serta membentuk emulsi W/O ( air dalam minyak ).

Pada formula I perbandingan tween 80 dan span 80 yang digunakan adalah

75 : 25 bagian, dengan nilai HLB 12,33 maka termasuk dalam basis antara 8-18

sehingga tipe emulsinya O/W ( minyak dalam air ). Formula tersebut membentuk

emulsi O/W emulgator yaitu emulgator memiliki gugus hidrofil yang dapat

membentuk emulsi O/W, dimana tetes minyak ( fase intern ) tedispesi dalam fase

air ( fase ekstern ). Pada formula II digunakan perbandingan 50:50, dengan nilai

HLB yang diperoleh 9,30 termasuk dalam basis 8-18 sehingga tipe emulsinya

O/W emulgator, maka penggunaan surfaktan tween 80 dan span 80 dengan

perbandingan 50:50 dapat membentuk emulsi tipe O/W. Formula III

menggunakan perbandingan 25:75 dengan niali HLB 6,91 yang termasuk dalam

basis 1,8-8,6 maka emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe W/O. Perbandingan

Span 80 yang lebih besar dibanding tween 80, mengakibatkan lebih banyaknya

gugus lipofil sehingga cenderung memebentuk emulsi tipe W/O.

Dari perbandingan nilai HLB diatas, dapat diketahui bahwa semakin

rendah nilai HLB maka semakin lipofil surfaktan tersebut, sebaliknya bila harga

HLB tinggi, maka surfaktan semalin hidrofil. Pada percobaan stabilitas emulsi dan

penentuan fviskositas emulsi formula I, II, dan III menunjukkan emulsi yang

stabil karena terjadi pemisahan dan memiliki nilai viskositas yang tinggi. Hal ini

sesuai teori, karena emulsi yang paling stabil adalah formula II kaena

perbandingan Tween 80 dan span 80 sama banyak. Bila HLB tinggi, maka

Page 3: PEMBAHASAN emulsi JADI

viskositas akan turun bila HLB rendah, viskositas dan kestabilan naik.

Ketidaksesuaian dengan teori mungkin karena ketiga formula emulsi homogen/

tercampur baik dengan ukuran partikel yang lebih kecil.

Penggunaan alat untuk pencampuran emulsi juga mempengaruhi stabilitas

emulsi. Kali ini alat yang digunakan antara lain blender, mixer dan mortir. Dari

percobaan dapat diketahui bahwa emulsi yang paling stabil adalah emulsi dengan

blender,dibanding mixer dan mortir. Ini ditunjukkan dengan paling sedikit

penurunan pemisahan yang terjadi pada emulsi dengan blender, disusul dengan

mixer kemudian mortir. Hal tersebut disebabkan karena blender mempunyai

karakteristik memperkecil ukuran partikeldenagn efektif dan sekaligus

menghomogenkan campuran. Sedangkan pada penggunaan mixer lebih dominan

untuk menghomogenkan campuran meskipun dapat juga mempekecil partikel.

Pada penggunaan mortir, hanya mengomogenkan campuran tapi tidak

memperkecil ukuran partikel. Hasil dari pengukuran partikel terlihat pada rata-rata

diameter globul pada emulsi blender paling kecil.

Penentuan sifat alir dari sediaan plastis digunakan CMC Na 1% dan CMC

Na 0,5% dengan alat viskometer. Dari hasil yang percobaan dapat disimpulkan

bahwa makin kecil konsentrasi emulsi maka semakin lama waktu yang diperlukan

untuk memutar rotor sebanyak 25 putaran, dan nilai rpm yang diperoleh akan

semakin tinggi. Nilai rpm pada CMC Na 1% lebih besar dari rpm CMC Na 0,5%.

Dari grafik yang diperoleh antara beban ( gram ) vs rpm dapat disimpulkan

bahwa sifat alir dari CMC Na adalah pseudoplastik. Hal ini sesuai dengan teori

yang berarti pada saat rotor berputar terjadi pengadukan dan struktur gel dari

Page 4: PEMBAHASAN emulsi JADI

CMC Na akan pecah dan rusak. Setelah pengadukan dihentikan, pembentukan

kembali ke struktur semula tidak akan segera terbentuk.

Pada penetapan jenis emulsi, didapatkan hasil bahwa emulsi bertipe O/W

karena pada saat diuji dengan metode warna, emulsi menghasilkan warna biru

(metilen blue ) seragam. Metilen blue larut dalam air dan saat dilakukan

percobaan cicin terbentuk air di sekeliling tetesan pada kertas saring.

KESIMPULAN

1. Makin kecil nilai HLB surfaktan, viskositas dan kestabialan emulsi makin

naik ( makin stabil ).

Page 5: PEMBAHASAN emulsi JADI

2. Pembuatan emulsi menggunakan alat yang paling stabil dengan urutan

blender, mortir , dan mixer.

3. Tipe aliran CMC Na adalah pseudoplastik.

4. Emulsi yang dihasilkan bertipe O/W, dibuktikan dengan metode warna dan

metode cicin.

5. Kestabialn emulsi dipengaruhi oleh viskositas emulsi.

6. Viskositas naik, kestabilan emulsi meningkat.