Pembahasan ekstraksi

11
Pembahasan Pada Praktikum dilakukan ektraksi bahan pengemas untuk mengathui sifat kimia dari plastik. Plastik dikenal luas sebagai bahan pembungkus makanan yang fleksibel, praktis dan murah, oleh sebab itu hampir semua jenis bahan pangan dapat dikemas dengan plastik. Hanya saja plastik terdiri dari banyak macam yang memiliki sifat-sifat yang berbeda, oleh karena itu plastikpun harus disesuaikan sifatnya dengan bahan yang dikemas, agar aman (tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan). Untuk lebih jelasnya definisi dari plastik sendiri terdiri dari polimer; yaitu rantai-panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer. Selain beberapa keunggulan yang telah disebutkan di atas, banyak produsen mengemas produknya dengan plasik

Transcript of Pembahasan ekstraksi

Page 1: Pembahasan ekstraksi

Pembahasan

Pada Praktikum dilakukan ektraksi bahan pengemas untuk mengathui sifat kimia

dari plastik. Plastik dikenal luas sebagai bahan pembungkus makanan yang fleksibel,

praktis dan murah, oleh sebab itu hampir semua jenis bahan pangan dapat dikemas

dengan plastik. Hanya saja plastik terdiri dari banyak macam yang memiliki sifat-sifat

yang berbeda, oleh karena itu plastikpun harus disesuaikan sifatnya dengan bahan yang

dikemas, agar aman (tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan).

Untuk lebih jelasnya definisi dari plastik sendiri terdiri dari polimer; yaitu rantai-

panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul

berulang, atau "monomer". Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau

dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat

komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama

yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik

grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung"

sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk

membentuk rantai polimer.

Selain beberapa keunggulan yang telah disebutkan di atas, banyak produsen

mengemas produknya dengan plasik dikarenakan sifat plastik yang kuat tetapi ringan,

tidak berkarat, bersifat termoplastis (bisa direkat menggunakan panas), dapat diberi label

atau cetakan dengan berbagai kreasi, dan mudah diubah bentuknya, dan yang terpenting

dapat digunakan dalam bentuk tunggal komposit atau multilapis dengan hampir semua

jenis bahan lain seperti kertas, plastik sendiri, karton, dsb yang biasa disebut laminasi.

Dapat dilihat ada dua sifat plastik yaitu termoplastis dan termoset. Plastik thermoplast

adalah plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya panas, sedangkan plastik

thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat

dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi.

Pada praktikum sampel yang digunakan adalalah Plastik jenis Poliprophylen 0,1

dan 0,3; Low dan High Density Poliethylene; serta Polivinyl Chlorida. Semua jenis

plastik yang diujikan sangat umum untuk mengemas bahan pangan di sekeliling kita.

Semua plastik yang diuji ternyata merupakan plastik bersifat Thermoplast. Telah

Page 2: Pembahasan ekstraksi

disinggung sebelumnya, sifat kimia dari plastik sangat penting. Plastik disebutkan

merupakan polimer yang dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut,

sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker karena

merupakan bahan kimia yang tidak larut air di dalam tubuh sehingga tidak dapat keluar

dari tubuh. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat

berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang

mengkonsumsinya. Hal ini dapat terjadi jika sifat kimia produk dan plastik tidak cocok

karena migrasi (perpindahan) monomer tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi

berbeda-beda, umumnya adalah suhu. Suhu tinggi dapat terjadi pada makanan yang

dikemas panas atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Demikian juga dengan

lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama waktu kontak antara

makanan tersebut dan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin

tinggi jumlahnya.

Pada praktikum sampel yang diujikan akan direndam dalam beberapa larutan

yaitu larutan sabun 1%, Asam Sitrat, NaOH, H2O2, dan minyak goreng. Pelarut yang

digunakan memiliki sifat berbeda-beda yang mungkin dimiliki oleh berbagai jenis

makanan yang biasa dikemas. Seperti misalnya bahan pangan yang bersifat asam, basa

dan sebagainya. Asam sitrat mewakili sifat asam, NaOH mewakili sifat basa, Sabun yang

biasa sebagai pelarut organik, H2O2 yang bersifat oksidator dan minyak goreng yang

sangat sering berada pada bahan pangan yang mewakili sifat berminyak. Kemasan plastik

digunting berukuran 1 X 6 cm, agar muat ke dalam tabung reaksi dan penimbangan lebih

mudah. Setelah ditimbang, plasik dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah diberi

macam-macam pelarut yang telah disebutkan di atas. Setelah itu didiamkan selama 24

jam agar plastik bereaksi dengan pelarut dan mengamatinya akan lebih mudah. Setelah

24 jam plastik tersebut diangkat, dicuci dengan air, dikeringkan dan yang terakhir plastik

tersebut ditimbang kembali tetapi untuk yang menggunakan pelarut minyak goreng

plastik tersebut dibersihkan dengan kertas dan dicelupkan dalam alkohol karena minyak

tidak akan larut dalam air.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terjadi perubahan dalam berat sampel

setelah dilakukan perendaman. Sebagian besar beratnya bertambah dan ada beberapa

sampel yang beratnya berkurang. Perubahan berat ini terjadi karena adanya reaksi antara

Page 3: Pembahasan ekstraksi

sampel dan larutan. Jika beratnya bertambah artinya plastik menyerap larutan, namun jika

beratnya berkurang artinya plastik terserap oleh larutan. Ternyata ada beberapa plastik

yang tidak mengalami perubahan, dapat dikatakan artinya plastik tidak bereaksi dengan

pelarut tersebut.

Pada plastik PP 0,1 hampir terjadi penambahan berat pada semua larutan,

terutama pada larutan minyak goreng. Hal ini berarti plastik PP 0,1 cocok untuk

mengemas makanan berminyak karena plastik tersebut menyerap minyak (bukan larut).

Lain halnya pada larutan H2O2, tidak terjadi penambahan berat yang berarti plastik ini

cocok untuk mengemas bahan pangan yang bersifat oksidator seperti misalnya pada BTM

pematang tepung, atau justru melindungi produk dari senyawa yang dapat mengoksidasi

bahan pangan yang dikemas agar tidak terdestruksi. Pada plastik PP 0,3 dapat dilihat dari

hasil pengemasan bahwa pada larutan sabun, H2O2, dan Minyak goreng terjadi

penambahan berat sehingga dapat dikatakan plastik ini cocok untuk mengemas bahan

tersebut, namun pada larutan NaOH dan Asam Sitrat terjadi penurunan berat yang artinya

plastik larut pada kedua larutan tersebut. Ini berarti plastik jenis PP 0,3 tidak cocok untuk

mengemas bahan pangan yang bersifat asam dan basa.

Hal yang membedakan antara PP 0,1 dan 0,3 hanyalah ketebalannya saja. Plastik

PP 0,3 mempunyai permeabilitas lebih rendah dari PP 0,1 karena semakin tebal plastik

maka kemungkinan permeabilitas rendah akan semakin besar. Mungkin dengan

rendahnya permeabilitas plastik PP 0,3 tidak tahan terhadap asam dan basa. Perubahan

berat pada PP 0,3 rata-rata lebih kecil jika dibandingkan dengan PP 0,1, ini artinya PP 0,1

lebih tahan dengan perlakuan kimia dibanding PP 0,3. Dilihat dari deskripsinya pada

plastik PP ini hanya pada larutan sabun yang tidak terdapat gelembung. Mungkin adanya

gelembung adalah pertanda terjadi reaksi secara fisik namun belum tentu secara kimia.

Oleh sebab itu plastik PP ini sangat cocok melindungi bahan pangan dari sejenis larutan

sabun. Mungkin semakin banyak gelembung menandakan reaksi fisik tersebut lebih

mudah terjadi, namun uji ini agak sulit dilakukan karena mungkin gelembung yang

terbentuk mungkin bukan berasal dari reaksi yang ada antara plastik dan larutan tetapi

lebih pada adanya gas. Secara umum sifat dari plastik PP (Polypropylene) adalah aman

untuk mengemas makanan karena memiliki permeabilitas terhadap uap air yang rendah,

tahan terhadap lemak, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap bahan kimia,

Page 4: Pembahasan ekstraksi

mempunyai “impact strength” yang baik dan mempunyai permukaan yang mengkilap.

Beberapa sifat yang diujikan cocok dengan sifat dari PP itu sendiri.

Pada sampel plastik LDPE pada semua larutan terjadi kenaikan berat, terutama

pada minyak goreng dan tidak terdapat gelembung pada perubahan secara fisiknya. Hal

ini mungkin berarti plastik jenis LDPE baik untuk menahan reaksi kimia yang terajadi

karena plastik dapat menahan semua senyawa tersebut. Sifat LDPE secara umum adalah

kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah

60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong

baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Percobaan dilakukan

dalam suhu ruang dan terbukti pada suhu di bawah 60 oC, plastik ini tahan perlakuan

kimia. Oleh sebab itu LDPE banyak digunakan untuk mengemas bahan pangan yang

suhunya tidak tinggi.

Sedangkan Plastik High Density Polyethylen (HDPE) mempunyai jumlah rantai

cabang yang lebih sedikit dibanding jenis LDPE. Dengan demikian, high density

memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi

sampai 120oC, dapat dibuat karung plastik dan BJ-nya 0,041- 0,965 g/cm3. Selain itu,

HDPE sering digunakan untuk kemas kaku (wadah) juga bermacam-macam tutup wadah.

Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik

(Harper, 1975). Pada hasil pengamatan terjadi penurunan berap pada larutan asam sitrat,

mungkin terjadi kesalahan saat menimbang atau membilas plastik sehingga beratnya

berkurang, seharusnya HDPE tahan perlakuan kimia, yang terbukti tidak terjadi

gelembung pada semua plastik kecuali pada NaOH yang itupun sedikit terjadi. Secara

umum sifat HDPE adalah lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi,

namun ternyata HDPE dianjurkan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan

senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring dengan waktu.

Pada plastik terakhir yaitu PVC, terjadi peningkatan berat yang sangat sedikit

pada semua larutan, hanya pada NaOH saja tidak terjadi peningkatan berat dan adanya

gelembung hanya pada larutan NaOH yang itupun hanya pada bagian atas dan pada

minyak goreng. PVC mengalami sedikit perubahan berat jika dibandingkan semua

sampel plastik Poly Vinyl Chlorida (PVC) mengandung DEHA (di-2-etil-heksil-adipat)

yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat

Page 5: Pembahasan ekstraksi

bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu-15oC.

Oleh sebab itu penggunaan PVC ini dibatasi untuk penggunaan bahan pangan. Namun

karen praktikum dilakukan pada suhu ruang, sifat tersebut tidak terlalu tampak.

Jadi dari praktikum yang ada sifat kimia dan fisik sangat penting dalam

mengemas bahan pangan karena bermacam-macam reaksi dapat terjadi pada plastik

tegantung bahan pangan yang dikemas yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Oleh

sebab itu untuk mengemas makanan harus meneliti reaksi apa saja yang terjadi antara

plastik dan produk agar terhindar dari reaksi kimia yang dapat menimbulkan toksik

sehingga aman untuk digunakan.

Page 6: Pembahasan ekstraksi

Kesimpulan

- perubahan pada berat seperti penurunan atau kenaikkan berat yang terjadi dapat

menunjukkan tingkat kelarutan kemasan plastik terhadap berbagai senyawa kimia

atau dapat meresapnnya suatu larutan ke dalam suatu kemasan plastik

- semakin lama waktu kontak antara makanan tersebut dan kemasan plastik, jumlah

monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi jumlahnya.

- plastik jenis PP 0,3 tidak cocok untuk mengemas bahan pangan yang bersifat

asam dan basa.

- PP 0,1 lebih tahan dengan perlakuan kimia dibanding PP 0,3

- LDPE banyak digunakan untuk mengemas bahan pangan yang suhunya tidak

tinggi.

- HDPE dianjurkan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa

antimoni trioksida terus meningkat seiring dengan waktu

- PVC mengalami sedikit perubahan berat jika dibandingkan semua sampel plastik.

- sifat kimia dan fisik sangat penting dalam mengemas bahan pangan karena

bermacam-macam reaksi dapat terjadi pada plastik

Page 7: Pembahasan ekstraksi

Daftar Pustaka

Syarief Rizal, Sassya Santausa, S. Isyana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan

Laboratorium rekayasa Proses Pangan Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi

Institut Pertanian Bogor.

Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. PAU. UGM. Yogyakarta.

Herudiyanto, M. 2003. Pengemasan. Program Studi Teknologi Pangan Jurusan

Teknologi Industri Pertanian Faperta UNPAD.