Pembahasan biopross chitosan

4
VII. PEMBAHASAN Percobaan ini menggunakan bahan baku utama kulit udang galah. Dipilih bagian kulit karena pada kulit udang ini terkandung chitin lebih banyak dibandingkan bagian tubuh lainnya. Sedangkan chitosan sendiri adalah salah satu turunan chitin. Kulit ini dipisahkan dari udangnya, lalu dicuci bersih, dan dikeringkan. Lalu kulit udang ini dihancurkan hingga menjadi halus atau bubuk powder. Tujuannya agar chitin yang terkandung dalam kulit udang dapat cepat bereaksi dengan zat kimia (HCl dan NaOH) dan lepas dari kandungan chitin tersebut. Kulit udang dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan di rumah sebelum melakukan praktikum untuk mempermudah jalannya praktikum. Kulit udang sebanyak 5 gram ditambahkan aquades hingga jumlah totalnya menjadi 300 ml. Meskipun dicampurkan, kedua bahan ini tidak saling melarut. Pelarutan chitin sebenarnya tergantung dari konsentrasi asam mineral dan temperatur. Karena itulah, pada saat proses pemanasan temperaturnya tidak terlalu tinggi dan campuran tidak boleh diaduk terlalu sering karena dikhawatirkan akan membuat kandungan chitin terlarut dalam aquadest. Pemanasan pun hanya dilakukan selama 2 menit. Setelah dipanaskan, larutan ini disaring. Slurry kulit udang kemudian dipanaskan kembali dengan ditambah 13

description

pembahasan pembuatan Chitosan

Transcript of Pembahasan biopross chitosan

Page 1: Pembahasan biopross chitosan

VII. PEMBAHASAN

Percobaan ini menggunakan bahan baku utama kulit udang galah. Dipilih

bagian kulit karena pada kulit udang ini terkandung chitin lebih banyak

dibandingkan bagian tubuh lainnya. Sedangkan chitosan sendiri adalah salah satu

turunan chitin. Kulit ini dipisahkan dari udangnya, lalu dicuci bersih, dan

dikeringkan. Lalu kulit udang ini dihancurkan hingga menjadi halus atau bubuk

powder. Tujuannya agar chitin yang terkandung dalam kulit udang dapat cepat

bereaksi dengan zat kimia (HCl dan NaOH) dan lepas dari kandungan chitin

tersebut. Kulit udang dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan di rumah sebelum

melakukan praktikum untuk mempermudah jalannya praktikum.

Kulit udang sebanyak 5 gram ditambahkan aquades hingga jumlah

totalnya menjadi 300 ml. Meskipun dicampurkan, kedua bahan ini tidak saling

melarut. Pelarutan chitin sebenarnya tergantung dari konsentrasi asam mineral dan

temperatur. Karena itulah, pada saat proses pemanasan temperaturnya tidak terlalu

tinggi dan campuran tidak boleh diaduk terlalu sering karena dikhawatirkan akan

membuat kandungan chitin terlarut dalam aquadest. Pemanasan pun hanya

dilakukan selama 2 menit.

Setelah dipanaskan, larutan ini disaring. Slurry kulit udang kemudian

dipanaskan kembali dengan ditambah aquadest hingga jumlahnya 300 ml. Setelah

itu, larutan ini diukur pH-nya. Karena terlalu basa yaitu 8, untuk menetralkannya

maka ditetesi HCl hingga pH-nya menjadi 7. Larutan ini disaring, ditambah

aqudes sebanyak 300 ml, dan dipanaskan kembali Kemudian diukur pH-nya agar

menjadi menjadi netral dengan ditambah NaOH hingga pH-nya menjadi 7. Lalu

perlakuan selanjutnya sama dengan perlakuan sebelumnya. Terakhir, setelah

disaring chitosan yang diperoleh dikeringkan dalam oven.

Chitosan dalam bentuk powder telah diperoleh, namun apakah bubuk

kering itu murni chitosan atau masih terkandung zat lainnya selain chitosan, hal

itu masih diragukan. Karena dalam percobaan pembuatan chitosan ini tidak

diketahui parameter kimia zat chitosan. Chitosan kering yang kami peroleh yaitu

sebanyak 4,35 gram. Padahal bahan baku yang kami gunakan sebanyak 5 gram.

Artinya, terdapat sebanyak 0,65 gram sampel awal yang telah hilang atau

13

Page 2: Pembahasan biopross chitosan

14

terbuang. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti

adanya kulit udang yang larut dalam aquades dan proses pencucian yang tidak

bersih. Bisa juga dikarenakan banyak serbuk powder kulit udang yang terbawa

pada saat pencucian maupun penyaringan menggunakan kertas saring. Hal ini bisa

dilihat pada kertas saring dimana masih begitu banyak slurry udang yang tak bisa

diambil dan masih tertinggal.

Sebagaimana kita ketauhi, ada tiga rangkaian proses dalam pembuatan

Chitosan dari Chitin. Yaitu de-mineralisasi, de-proteinasi dan terakhir adalah de-

asetilasi. Pembuatan Chitosan sendiri memerlukan bahan baku dari limbah

industri pengolahan udang dan rajungan. yang diambil dapat berupa kulit, kepala,

dan ekor yang tidak terpakai.

Bahan-bahan tadi kemudian dihilangkan mineralnya (de-mineralisasi)

dengan cara dimasak pada PH asam. Untuk itulah pada praktikum ini kita

tambahkan senyawa asam pekat berupa Asam Klorida (HCl). Karena Organisme

laut itu sangat kaya akan mineral makanya harus dihilangkan terlebih dahulu

kandungan mineralnya.

Proses selanjutnya ialah dihilangkan proteinnya (de-proteinasi) dengan

dimasak pada tempat yang sama pada PH basa (9-10). Untuk itulah pada

praktikum ini kita tambahkan senyawa basa kuat berupa Natrium Hidroksida

(NaOH). Hasilnya, diperoleh bahan yang disebut dengan chitin murni yang nanti

akan dimanfaatkan untuk proses selanjutnya.

Proses berikutnya (terakhir) adalah de-asetilasi. Proses ini diperlukan

karena Di dalam struktur chitin, terdapat gugus asetil. Gugus ini harus dibuang

dan digantikan dengan gugus NH2, juga pada proses basa, tapi jauh lebih kuat dari

basa pada proses penghilangan protein. Setelah de-asetilasi, jadilah chitosan

dalam bentuk bubur. Bubur ini tinggal dicuci dan dikeringkan, tahapan – tahapan

seperti inilah yang bisanya dilakukan dalam proses pengolahan chitosan.

Dari gambar pada hasil pengamatan dapat kita lihat bahwa terdapat

perbedaan warna pada chitosan sebelum dan sesudah pengeringan. Chitosan

sebelum pengeringan berwarna merah bata, sedangkan setelah pengeringan

berwarna putih pucat.