Pembahasan biokimia karbo (ismi).docx
-
Upload
isminurfaizah -
Category
Documents
-
view
30 -
download
2
Transcript of Pembahasan biokimia karbo (ismi).docx
![Page 1: Pembahasan biokimia karbo (ismi).docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082411/55cf9b7f550346d033a64eb9/html5/thumbnails/1.jpg)
Pembahasan
Uji Molisch menggunakan pereaksi Molisch yang dicampur dengan bahan
yang diujikan dan ditambah dengan beberapa tetes asam sulfat pekat. Hasil uji
Molisch menghasilkan warna pada campuran, warna ungu kemerah-merahan
menyatakan reaksi positif, sedangkan warna hijau berarti negatif. Bahan yang
diujikan adalah larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati yang
semuanya menunjukkan hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks
cincin berwarna ungu (Poedjiadi 2006). Hal ini membuktikan adanya suatu
karbohidrat dalam larutan tersebut. Terbentuknya kompleks cincin berwarna ungu
pada akhir reaksi diperoleh dari pengaruh hasil dehidratasi karbohidrat oleh asam
sulfat pekat dengan α-naftol yang terkandung pada pereaksi Molisch. Hasil negatif
merupakan suatu bukti bahwa tidak terkandung karbohidrat dalam bahan yang
diuji (McGilvery & Goldstein 1996).
Pengujian Benedict dilakukan untuk mengetahui adanya gula pereduksi
dalam sampel. Karbohidrat yang mengandung gugus aldehid atau keton yang
bebas akan mereduksi larutan tembaga yang basa. Warna larutan atau endapan
yang terbentuk bergantung pada konsentrasi atau kadar gula pereduksi yang
dikandung oleh tiap-tiap larutan uji. Uji Benedict pada larutan glukosa dan
fruktosa menunjukkan hasil positif (++++), berwarna merah bata memiliki
kandungan gula pereduksi sekitar 2000 mg/dL serta terdapat endapan di dasar
tabung. Larutan sukrosa menunjukkan hasil positif (++), berwarna hijau memiliki
kandungan gula pereduksi sekitar 500 mg/dL namun tidak ada endapan di dasar
tabung. Larutan laktosa menunjukkan hasil positif (+++), berwarna kuning jingga
memiliki kandungan gula pereduksi sekitar 1000 mg/dL dan tidak terdapat
endapan. Larutan maltosa menunjukkan hasil positif (+), berwarna hijau kebiruan,
serta terdapat endapan merah bata di dasar tabung, kandungan gula pereduksi
yang dimiliki sekitar 250 mg/dL. Larutan pati menunjukkan hasil negatif (__),
berwarna biru muda, serta tidak ada endapan di dasar tabung yang menunjukkan
bahwa pati merupakan jenis gula nonpereduksi, karena struktur gula nonpereduksi
berbentuk siklik yang berarti tidak mempunya gugus aldehid atau keton yang
bebas (Wilbraham 1992).
![Page 2: Pembahasan biokimia karbo (ismi).docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082411/55cf9b7f550346d033a64eb9/html5/thumbnails/2.jpg)
Uji Barfoed dilakukan untuk membedakan monosakarida (glukosa,
fruktosa, dan galaktosa), disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa), dan
polisakarida (pati). Berdasarkan data percobaan uji Barfoed diperoleh hasil yang
positif pada glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati ditandai dengan
warna biru yang berbeda-beda pada masing-masing larutan. Glukosa dan fruktosa
mempunya warna biru pekat karena kandungan monomer yang tinggi. Sedangkan
polisakarida atau disakarida akan mengalami proses hidrolisis parsial menjadi
sebagian kecil monomernya, sehingga warna biru yang dimiliki tidak pekat seperti
monosakarida. Hal tersebut yang menjadi dasar untuk membedakan antara
polisakarida, disakarida, dan monosakarida (Sumardjo 2006).
Uji Fermentasi memerlukan suasana anaerob sehingga karbohidrat akan
diurai oleh ragi dan diubah bentuknya menjadi etil alkohol serta gas
karbondioksida. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gas karbondioksida yang
dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida, khususnya glukosa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari disakarida ataupun
polisakarida. Selain itu, pati dan disakarida lainnya merupakan molekul yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga kemampuan ragi
untuk mencerna dan mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan karbon
dioksida lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama. Hal ini
dapat dibuktikan dengan volume larutan yang semakin berkurang dan senyawa
etilalkohol yang semakin bertambah. Penurunan volume larutan pada
monosakarida lebih cepat dibandingkan disakarida dan polisakarida. Glukosa dan
fruktosa yang merupakan monosakarida dapat menghasilkan gas karbondioksida
lebih banyak dibadingkan dengan disakarida atau polisakarida (Poedjiadi 2006).
Semakin tinggi hisapan pada ibu jari, semakin tinggi pula gas karbondioksida
yang dihasilkan.
Uji Selliwanoff digunakan untuk menunjukkan adanya kandungan ketosa
pada sampel. Hasil reaksi uji Selliwanoff pada campuran yang memiliki gugus
ketosa akan menghasilkan senyawa berwarna merah. Pada data yang diperoleh
saat pengamatan glukosa, laktosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan pati mendapat
hasil yang negatif pada uji Selliwanoff ditandai dengan larutan yang tidak
berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya ketosa pada sampel-sampel
![Page 3: Pembahasan biokimia karbo (ismi).docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082411/55cf9b7f550346d033a64eb9/html5/thumbnails/3.jpg)
tersebut. Menurut teori, pada larutan fruktosa seharusnya memberikan warna
bening dengan sedikit merah jingga, namun hasil reaksi negatif. Hal ini diduga
terjadi karena proses pemanasan yang kurang atau adanya zat kontaminan pada
alat-alat percobaan (Girindra 1993).
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk osazon bila dipanaskan bersama hidrazin berlebih. Glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati dengan hidrazon menghasilkan osazon yang
sama. Jika dilihat dari mikroskop, endapan osazon tampak berwarna jingga
kecoklatan. Dengan demikian osazon yang terbentuk memiliki struktur yang
sama. (McGilvery & Goldstein 1996).
Uji Iod dilakukan untuk menentukan kandungan amilosa pada sampel.
Adanya kandungan amilosa ditunjukkan dengan timbulnya warna biru pekat.
Dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang
dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua
(Poedjiadji 1994). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tepung pati menghasilkan
warna biru pekat, tepung agar-agar menghasilakan warna coklat, dan tepung gum
arab menghasilkan warna kuning kecoklatan. Pati mengandung amilosa sehingga
menunjukkan hasil positif, sedangkan gum arab dan agar-agar tidak mengandung
komponen tersebut sehingga menunjukkan hasil yang negatif (Sumardjo 2006).
Simpulan
Uji-uji kualitatif yang dilakukan pada karbohidrat diantaranya uji Molisch,
uji Benedict, uji Barfoed, uji fermentasi, uji Selliwanoff, uji Osazon, dan uji Iod.
Sifat dan struktur karbohidrat berdasarkan hasil-hasil pengamatan dengan
beberapa reagen uji adalah dapat membentuk kompleks cincin berwarna ungu,
memiliki kandungan gula pereduksi yang berbeda-beda konsentrasinya, memiliki
daya reduksi sehingga dapat dibedakan jenisnya, dapat diubah menjadi etil
alkohol dan menghasilkan gas karbondioksida pada kondisi anaerob, memiliki
kandungan ketosa, dapat membentuk endapan osazon, dan mengandung amilosa
pada polisakarida.