Pembahasan Bab i

download Pembahasan Bab i

of 6

description

share

Transcript of Pembahasan Bab i

BAB IV

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil Praktikum

4.1.1 Kepekaan Saraf Perifer

Banyaknya serabut saraf sebanding dengan kuat kontraksi yang dihasilkan. Semakin banyak serabutnya, maka semakin kuat kontraksi yang dihasilkan demikian juga sebaliknya. Seperti pada percobaan pertama yaitu Kepekaan Saraf Perifer, yag menunjukkan bahwa besarnya intensitas rangsang N. Ishiadicus sebanding dengan besarnya kontraksi M. Gastrocnemius.

Saat otot diberi rangsangan 0,05 volt maka akan dihasilkan kontraksi 3,3 cm. Pada nilai ini, telah terjadi potensial aksi sehingga disebut rangsangan liminal. Namun, nilai ini juga disebut rangsangan maksimal karena merupakan angka terbesar pada percobaan kepekaan saraf perifer.

Pada saat otot diberi rangsangan 0,08 volt, dihasilkan kontraksi 3,2 cm, sedangkan pada rangsangan 0,1 volt menghasilkan kontraksi 2,9 cm. Seharusnya yang terjadi adalah peningkatan kontraksi, tetapi hal ini tidak terjadi. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan pada saat pemberian rangsangan yang seharusnya single menjadi multiple, sehingga yang terjadi malah penurunan kontraksi.

Pada saat percobaan tidak dilakukan kenaikan tegangan secara bertahap sehingga ada kemungkinan rangsangan liminal terjadi sebelum tegangannya 0,05 volt.

Penurunan dan peningkatan tegangan secara bertahap dalam percobaan tidak dilakukan karena untuk mempersingkat waktu. Bila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, maka glikogen otot akan cepat habis sehingga otot menjadi kaku.

4.1.2 Kontraksi After Loaded

Pada percobaan hanya dilakukan 1 kali pemberian beban, yaitu 10 gram dengan kontaksi yang ditimbulkan adalah 0,9 cm. Hal ini terjadi dikarenakan kesalahan pemberian rangsang multiple yang seharusnya adalah rangsangan single.

Pada percobaan, gambar myogram menunjukkan garis dasar penulis (base line) tidak berubah, tetap lurus, karena sekrup penyangga dikencangkan. Dengan demikian panjang otot tidak akan berubah (tidak diregangkan) oleh beban meskipun tempat beban diisi beban.

4.1.3 Kontraksi Pre Loaded

Pada pemberian beban mulai 10 gram sampai 20 gram mengalami kenaikan kontraksi. Namun, pemberian beban 30 gram kontraksi yang dihasilkan adalah tetap, sama seperti beban 20 gram, yaitu 2,4 cm.

Setelah penambahan beban mulai dari 40 gram sampai 80 gram, kontraksinya menurun. Penambahan beban masih dapat dilakukan, tetapi hal ini tidak dilakukan karena ada kemungkinan glikogrn otot akan habis dan menyebabkan percobaan berikutnya tidak dapat dilakukan.

Pada saat percobaan, garis dasar penulis (base line) berubah-ubah karena sekrup penyangga dilonggarkan sebelum melakukan percobaan sehingga otot secara langsung sudah menahan beban.

4.1.4 Kontraksi Sumasi dan Tetani

Sumasi dan tetani terjadi karena peningkatan frekuensi rangsangan serta pemberian rangsangan secara terus menerus. Pada saat frekuensi rangsangan 1x sampai 5x/ detik menunjukkan adanya sumasi, dan pada frekuensi 10x/ detik menunjukkan adanya tetani bergerigi. Sedangkan mulai pada frekuensi 25x/ detik menunjukkan adanya tetani lurus hingga frekuensi 100x/ detik. Setelah beberapa detik kemudian otot katak telah mengalami fatigues (kelelahan otot).

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan

1. Apakah bedanya antara rangsangan liminal dan nilai ambang?

Rangsangan liminal adalah rangsangan terkecil yang sudah dapat menimbulkan potensial aksi pada kontraksi otot. Sedangkan nilai ambang adalah nilai terkecil yang harus dicapai oleh suatu rangsangan agar dapat menimbulkan potensial aksi. (William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Hal. 52)

2. Apakah perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksimal, kontraksi maksimal dan supramaksimal?

Rangsangan Maksimal adalah rangsangan terkecil yang dapat menimbulkan kontraksi yang maksimal.

Rangsangan Supramaksimal adalah rangsangan dengan intensitas/ kekuatan di atas rangsangan maksimal yang menimbulkan kontraksi yang sama dengan rangsangan maksimal atau lebih rendah dari rangsangan maksimal.

Kontraksi Maksimal adalah kontraksi yang ditimbulkan oleh rangsangan maksimal.

Kontraksi Supramaksimal adalah kontraksi yang timbul karena pengaruh intensitas rangsangan di atas rangsangan maksimal, namun kontraksi yang dihasilkan tetap sama seperti pada kontraksi maksimal.

3. Bagaimana menerangkan hubungan antara hukum All or None dengan peristiwa-peristiwa pada percobaan ini?Bunyi Hukum All or None :

Potensial aksi tidak timbul jika intensitas rangsangan di bawah nilai ambang.

Potensial aksi timbul denagn amplitudo dan bentuk yang tetap dan tidak tergantung pada kekuatan rangsangan selama intensitas rangsangan lebih besar dari nilai ambang.Hukum All or None tidak berlaku pada percobaan kali ini. Hal ini disebabkan karena hukum All or None hanya berlaku pada neuron atau serat saraf dengan satu akson, sedangkan pada percobaan ini serat saraf yang digunakan ialah N. Ischiadicus yang memelihara M. Gastrocnemius yang merupakan nervus terbesar yang terdiri dari kumpulan ribuan akson. (William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Hal 54)

4. Apakah bedanya antara tetani dan sumasi?

Tetani adalah suatu keadaan pada otot yang disebabkan karena frekuensi rangsangan meningkat dan berulang-ulang, dimana rangsangan berikutnya terjadi sebelum fase relaksasi selesai sehingga akan timbul kontraksi yang baru sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir.

Sumasi adalah penjumlahan kedutan otot untuk meningkatkan intensitas seluruh kontraksi otot. (Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Guyton and Hall, Edisi 9, hal 102)

5. Bilamana didapatkan kontraksi tetani bergerigi dari tetani lurus?

Kontraksi tetani bergerigi terjadi bila diberikan rangsangan multiple yang memiliki frekuensi yang kecil atau tidak terlalu tinggi sehingga masih memungkinkan adanya fase relaksasi, sedangkan kontraksi tetani lurus terjadi bila rangsangan multiple yang diberikan punya frekuensi yang lebih besar dari frekuensi kontraksi tetani bergerigi dan fase relaksasi tidak sempat terjadi sehingga kekuatan kontraksi naik cepat (tanpa gelombang) ke kekuatan maksimal.

6. Apakah yang terjadi bila rangsangan multiple diberikan terus dalam waktu yang lama?

Rangsangan multiple terus-menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan tetanisasi, sehingga kontraksi total meningkat bersama-sama dengan peningkatan frekuensi, kontraksi otot yang kuat dan lama dapat menyebabkan kelelahan otot, dimana tidak ada lagi energi ATP yang memungkinkan sel otot untuk berkontraksi. (Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Guyton and Hall, Edisi 9, Hal 103)BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Banyaknya serabut saraf sebanding dengan kuat kontraksi yang dihasilkan. Semakin banyak serabutnya, maka semakin kuat kontraksi yang dihasilkan demikian juga sebaliknya.

2. Sumasi dan tetani terjadi karena peningkatan frekuensi rangsangan serta pemberian rangsangan secara terus menerus.

KEPUSTAKAAN

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi 9. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. dan Hall, JE. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

PAGE