BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...
Transcript of BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...
70
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan Benchmark dan Perubahan Table FMEA)
Berdasarkan bentuk failure mode yang diterapkan saat ini, PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk mengacu pada Bencmark yaitu Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA).
Design failure mode and effect (DFMEA) berfokus pada kekurangan yang terkait desain
dengan penekanan pada peningkatan desain dan memastikan operasi atau proses pembuatan
produk aman dan tepat selama peralatan berjalan dengan normal (Carlson & Carl, 2014).
DFMEA merupakan metode yang digunakan untuk mngeidentifikasi kegagalan serta untuk
mencegah kegagalan agar tidak berulang yang terfokus pada sistem design seperti mesin dan
peralatan (Sellapan et al. 2015).
Data yang telah diolah menunjukkan beberapa kesalahan dan salah satunya adalah
user kesulitan dalam membedakan mana failure effect dan failure consequence. Banyak yang
mengganggap bahwa failure effect dan failure cosequences adalah sama sehingga pada
waktu mengisi form record FMEA, user sering menulis dampak akhir dari sebuah kegagalan
yang pasti terjadi jika failure tersebut tidak segera ditindak lanjut. Untuk itu, perusahan PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk perlu merubah sedikit sistem penerapan FMEA terutama
pada penghapusan kolom failure consequence karena kolom terpenting dari penerapan
FMEA yaitu failure mode, cause, effect dan current control (Piatkowski, J. & Kaminski, P,
2017). Hal tersebut dilakukan agar user bisa mengisi form fa Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) dengan mudah dan tepat sasaran dalam mendeskripsikan kegagalan hingga
memberikan rekomendasi perbaikan.
Rekomendasi perbaikan yang diberikanpun bisa lebih akurat sehingga memudahkan
untuk mengisi kolom lanjutan hingga dapat memperoleh new risk priority number (New
RPN). New RPN berguna untuk mengidentifikasi apakah terjadi perbedaan resiko.
71
Seharusnya ketika sudah melakukan perbaikan sebelumnya, maka nilai new rpn akan
berkurang dan kategori resiko juga dapat ditekan menjadi lebih rendah dari yang
sebelumnya.
5.2 Perbaikan Sistem II (Warna Area Kerja)
Berdasarakan data awal yang diperoleh dari Kepala Section of Maintenance Planning
mengenai record penerapan FMEA yang berlangsung di tahun 2017-2018 di PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk, data tersebut meliputi kategori, area, equipment, component/function,
failure mode, failure effect, failure cause, failure cosequences, current prev. control, nilai
severity, nilai occurance, nilai detection dan nilai risk priority number. Menurut manager
Section of Maintenance Planning, user sering mengalami kesulitan dalam melihat area kerja
dikarenakan data failure mode yang ada bercampur dengan area kerja lain walaupun berada
satu bagian kerja.
Untuk itulah perbaikan yang dilakukan adalah dengan memberikan warna khusus
disetiap area kerja yang ada di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban seperti
berikut :
Tabel 5.1 Perbaikan Sistem (Warna Area Kerja)
Categori Area / Bussiness
Service Equipment
High Crusher Tuban 2 252HP1
Medium CCT 469MS1
High Crusher Tuban 3 243BC3
Low Kiln Tuban 1 243BC3
High CCT BM 250
72
Gambar 5.1 Pemberian Warna Area Kerja PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
Warna khusus tersebut diberikan kepada sembilan area kerja yang ada di PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk agar user tidak kesulitan ketika ingin melihat failure mode record
yang pernah terjadi.
5.3 Perbaikan Sistem III (Menentukan Kategori)
Record data failure mode yang digunakan pada penelitian ini yaitu tahun 2017 dan 2018.
Dari data yang telah diolah terdapat kesalahan dalam menentukan kategori. Kesalahan dalam
menentukan kategori sangatlah fatal dikarenakan dalam metode FMEA, yang mendapatkan
prioritas untuk diperbaiki terlebih dahulu yaitu failure mode yang memiliki kategori tertinggi
dengan urutan (High, Medium dan Low). Jika salah dalam menentukan kategori, tentu yang
seharusnya mendapatkan prioritas untuk diperbaiki yaitu kategori High, namun karena salah
menentukan kategori akhirnya perbaikan tidak dilaksanakan dan menyebabkan kerusakan
fatal pada mesin dan peralatan. Berikut ini perbaikan yang dilakukan dalam menentukan
kategori :
73
Tabel 5.2 Perbaikan Kategori Sesuai RPN
No Kategori
Salah
Area / Business
Service Equipment RPN
Kategori
Tepat
1 Medium Crusher Tuban 4 244TR1 360 High
2 High CCT 469MS1 162 Medium
3 High Crusher Tuban 3 243BC3 147 Medium
4 High CCT Stripping
Machine Brook
BM 250
175 Medium
5 Medium CCT Stripping
Machine Brook
BM 250
280 High
6 Medium CCT Stripping
Machine Brook
BM 250
210 High
7 High Crusher Tuban 3 243BC5 126 Medium
8 Medium Crusher Tuban 1 251SS1 192 High
9 High Crusher Tuban 3 243BC6 168 Medium
10 Medium Crusher Tuban 3 243BCA 245 High
11 Medium Raw Mill Tuban 2 331/2/3 AC1-2 243 High
12 Medium Raw Mill Tuban 1 351BE2 288 High
13 High Kiln Tuban 2 442KL1 168 Medium
14 High Electrical & Dcs PLG Tuban 1-2 144 Medium
15 High Raw Mill Tuban 1 351BE2 96 Medium
16 Medium Kiln Tuban 1 441CC1 343 High
17 Medium Kiln Tuban 1 421BE5 192 High
18 Medium Raw Mill Tuban 1 341RM1M02 448 High
19 High Electrical & Dcs 442FN2 168 Medium
20 High Kiln Tuban 2 442FNRMO01 140 Medium
21 Medium Electrical & Dcs 342FN6M01 224 High
22 Medium Raw Mill Tuban 1 321BC2 448 High
23 High Raw Mill Tuban 2 342RM1 150 Medium
24 Medium Electrical & Dcs TM402_TRAFO
DISTRIBUSI
ER4
252 High
25 High Kiln Tuban 4 484PW01 96 Medium
26 Medium Kiln Tuban 3 443CR1 210 High
27 High Kiln Tuban 3 443FNF 144 Medium
28 High Finish Mill Tuban 3 523BE1 108 Medium
29 Medium Pelabuhan 656SU1 300 High
30 Medium Packer Gresik PLC 50017009
& 50017040
729 High
31 Medium Electrical Dan
Penunjang
20019572 648 High
74
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat 31 kesalahan dari 98 data yang
terkumpul pada tahun 2017 dan 2018 dalam hal menentukan kategori risk priority number.
Kesalahan tersebut sangat fatal dan vital karena dapat menyebabkan suatu proses terhenti
dan memperburuk keadaan serta salah dalam menentukan keputusan dalam memprioritaskan
masalah mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Untuk itu perlu adanya penentuan
kategori risk priority number yang tepat sehingga kejadian serupa tidak terulang dan
tindakan preventive dapat dilakukan dengan tepat sasaran.
75
5.4 Perbaikan Sistem IV (Penambahan Kolom Frekuensi)
Didalam sebuah perusahan yang telah menerapkan system FMEA, hal yang paling diharapkan adalah FMEA mampu membantu perusahaan
menekan biaya kerusakan dan juga biaya perbaikan melalui tindakan pencegahan (preventive maintenance). Untuk mendapatkan pengukuran
serta perbaikan yang akurat melalui system FMEA maka perlu adanya penilaian atau memberikan rating yang objektif dengan cara mencatat
frekuensi kejadian failure mode yang pernah terjadi sebelumnya. Berikut frekuensi di setiap area kerja :
Tabel 5.3 Frekuensi FMEA Area Kerja Crusher
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect
Failure
Cause
Solusi
1. Crusher 1 1 H Temparatur oil
sirkulasi bearing
hammer panas 92C
bersifat mematikan
pada 100 C
Limestone
crusher mati
Oli sirkulasi
bearing
hammer
bocor
a. Penggantian type oil
grade lebih tinggi
b. Modifikasi cover seal.
c. Pemasangan Breather
1 dan 2 3
H
Material Tumpah
keluar storage
Mengotori
lingkungan
sekitar
Storage
kurang luas
dan tinggi
Pembersihan Lokasi
2 1 H LCD dan Keyboard
Error
Tidak ada
Informasi
ke Loader
Power
Supply Rusak
Perbaikan Power Supply
76
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect
Failure
Cause
Solusi
3 1 M Oil reducer bocor Reducer
kehabisan
oil, Belt
stop
Seal kurang
presisi
Ganti seal, service di BM
3 2
H
Belt Rusak Belt Sobek
a. Kualitas
Material
Kurang
b. Ada roll
yang macet
a. Fastener Scapper
dilonggarkan
b. Inpeksi rutin PMCR
dan OPCR
3 1 M Vibrasi Pada Area
Drive
Merusak
Motor atau
Reduce
ada indikasi
looseness
bearing
reducer
(check by IP)
Inspeksi mingguan
Pengechekan by IP
Perbaikan clearence
bearing reducer by BM
(trial masih ada vibrasi).
4 1 M Shaft Bending bearing
motor rusak
Reducer
cacat
Inspeksi Rutin, Ganti
motor 0.75KW
4 1 H Rel Rusak Tripper
Stop
Rel terlalu
rendah, Roda
aus, rel tidak
alignment
Modifikasi shaft Ganti
coupling Rel diratakan,
retorque baut clamp rel
Inspeksi rutin harian atau
mingguan
77
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect
Failure
Cause
Solusi
4 1 H Metal Lolos ke alat
transport
Merusak
Belt, bucket
Material
Logam Asing
tidak
terdeteksi
Tidak ada pengendalian
Total 12 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.3, dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 12 failure mode dengan rincian memiliki
4 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dan 2 dengan kategori High secara keseluruhan. Kemudian terdapat 4 frekuensi
terjadinya failure mode di pabrik tuban 3 dengan kategori 1 High dan 2 Medium. Terdapat 3 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik
tuban 4 dengan kategori 2 High dan 1 Medium.
Tabel 5.4 Frekuensi FMEA Area Kerja Central Coal Transport
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect
Failure Cause Solusi
2. Central Coal
Transport
1 M Belt Putus Sambungan
Belt sering
nglokop
Panas induksi
magnet, panas
area
Repair spacing belt
78
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect
Failure Cause Solusi
1 M Low Power
hydraulic saat
travel
Stripping
Tidak bisa
Moving
Control Valve
aus, Pompa
Hydraulic rusak,
hose bocor
(Sparepart
obsolete)
Service rutin pasca
pemakaian, ganti seal kit,
ganti pompa, repair
control valve, ganti hose
1 H Overheat
Hydraulic
temperature
Power
hydraulic
drop, Power
breaker
berkurang
Suhu ambient
terlalu tinggi,
Cooling system
tidak sempurna,
Service rutin, ganti oil
tiap habis pakai. Modif
cooling system, ganti
filter
1 M Track shoe
putus
Tidak bisa
traveling
Material fatigue,
medan operasi
Over
Repair on location,
1 H Kemampuan
traveling /
moving lama
Waktu
demolish
lebih lama
(Tipe
trackshoe
butuh waktu
< 1 jam,
Tipe roda
butuh waktu
3 jam
Design
Stripping tidak
sesuai dengan
medan
operasional
yang ada
(Gangguan
material pada
lintasan
stripping
machine)
Modifikasi dengan
trackshoe, Tidak berhasil
79
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect
Failure Cause Solusi
1 M Bearing Motor
Cepat aus
Motor
Rusak
Base Plate
Vibrasi
Regrease rutin 3 bulan
sekali, check vibrasi max
1 bulan sekali
Total 6 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.4 (Area Kerja Central Coal Transport), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 6
failure mode dengan rincian memiliki kategori 2 High dan 4 Medium.
Tabel 5.5 Frekuensi FMEA Area Kerja Coal Mill
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure
Cause Solusi
3. Coal
Mill
1 2 M RF dan FD
macet
Coal mill
stop
(interlock)
a. Raw coal
Terlalu
besar, Sludge
Hot Gas line
buntu
b. Material
Rawcoal
jelek
(Ukuran
besar-besar,
Sludgy)
a. Pembersihan RF saat
Tripped, Inspeksi
rutin 2 mingguan
b. Pembersihan internal
FD saat stop dan
Inspeksi Rutin
80
3 1 M Bevel Pimion
dan pinion aus
FIlter oil
Sirkulasi
buntu
Life time hampir
20 tahun
Mengendalikan pola
operasi
Inspeksi / service oil
filter by PM utilitas
3 1 M Broken total (4
of 4 segment)
Vibrasi tinggi Pipa water spray
lepas, benda
asing dari luar
coal mill & liner
inside mill lepas
Inspeksi rutin mingguan
Total 4 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.5 (Area Kerja Coal Mill), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 4 failure mode
dengan rincian memiliki kategori Medium secara keseluruhan.
Tabel 5.6 Frekuensi FMEA Area Kerja Kiln
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
4. Kiln 1 1 H Pressure
rendah,
Langkah
Actuator tidak
terpenuhi. 12
stroke/ mnt
menjadi 6
stroke/mnt
Cooler berat
Kualitas
Material Seal
kurang bagus
(Life time 5
bulan dari 12)
Penggantian Semua
actuator saat Overhoule
(22 set) Inspeksi Visual
rutin (2 mingguan)
81
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
1 1 H Rate Capacity
Kurang
Kebutuhan
1200 ton/jam
Umpan Ke
Kiln
Kurang
Air Slide Under
Capacity
Service Air Slide
1 1 H Coating Lepas
Buntu pada
downpipe
discharge
Perubahan draft
dan thermal
shock
Perlu adanya
pengencangan pada
bagian Downpipe
1 1 H GMU Error
Tidak Bisa
Memonitori
ng Gas
Buang
Burner
Motherboard
Rusak
IInspeksi dan Cleaning
saat overhoul Serta
penggantian unit yang
rusak
1 1 H Aus Rusak
Centre Tube
Jatuh
Cyclone
Buntu
Pembersihan
Cyclone cukup
berbahaya
IInspeksi Bila Stop Kiln
Lebih Dari 3 Hari
1 1 H Pressure
rendah,
Langkah
Actuator tidak
terpenuhi. 12
stroke/ mnt
menjadi 6
stroke/mnt
Cooler berat
Tidak bisa
melakukan cek
kondisi actuator
tanpa
mematikan kiln
Perlunya pemeliharaan
actuator pada kiln
82
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
1 1 H Flow rendah
dibawah 25
mbar
Mematikan
Atox mill
kebocoran
Flexible Joint
Check pada waktu atox
off
3 1 H Superbolt
putus > 4 EA
di 1 titik
Maingear
lepas
Misalignment
antara shell kiln
dan maingear
Inspeksi harian by
Operator mingguan by
PMKC
2 1 M Pondasi retak
Vibrasi saat
torque di
atas 70
persen
Ada initial crack
yang kemasukan
oil.
Maintain operasi torque
kiln dibawah 70 persen
Menambah support
antara pondasi timur dan
barat
2 1 M Kapasitor DC
BUS link
terjadi deviasi
> 10%
DC BUS
undervoltag
e
Temperature DC
BUS capacitor
>60oC
maintain temperature
(Service AC, Inspeksi
VSD Pembersihan
ruangan)
83
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
2 1 M Red Spot Deformasi
Shell Kiln
a. Dari
komposisi
umpan kiln
dan clinker;
b. LPH terlalu
rendah atau
SIM tinggi
(>3), LPH
terlalu tinggi
atau SIM
rendah (<2),
ViskositasLP
H tinggi
(ALM<1.2),
Alkali tinggi.
c. Dari
operasional:
thermal
shock, ring
atau coating
buildup
jatuh, umur
brick,
Banyak Pergantian Brick
yang Harus dilakukan
dengan benar
84
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
3 1 H Stage 4
cyclone buntu
Tidak Dapat
Feeding
Line downpipe
COG 1 yang
hanya
digunakan pada
saat Feeding
Buntu
Program interlock
pressure bottom Stage 4
yaitu
a. L2 : 20 mmWG
selama 1 menit interlock
mematikan 443FN1
b. L3 : 10 mmWG
selama 1 menit interlock
mematikan 443FN1
3 2 M Fan vibrasi
tinggi
a. Bearing
motor
atau
bearing
fan
rusak
b. Housing
bearing
motor
rusak
a. Pondasi
kurang kuat,
tidak ada
vibration
damper
a. Penguatan baseplate
(pasang penguat base
plate)
b. Inspeksi mingguan
(PML dan IP)
3 1 H Hammer cepat
aus (Dalam
waktu 6 bulan
berkurang 40
%)
Material
clinker
masih besar
sehingga
buntu pada
chute DB
kualitas Material
hammer kurang
bagus (Produk
lokal)
Pengendalian pola
operasi
Penembusan Kebuntuan
85
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
4 2 H Motor
Trip/Overload
Suply
Material
Pulvurize
Terganggu
a. Gap Motor
Tidak Sama
b. Material
Menggumpal
dimotor
Inspeksi visual mingguan
4 2 M Expansion
Joint
deformasi
a. Terjadi
Kebocor
an dan
False air
b. Support,
ducting
downco
mer
rusak /
colapse
Design
Expansion yang
terpasang
Kurang sesuai
Inspeksi mingguan,
Penambalan dan design
expansion harus sesuai
Total 19 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.6, dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 19 failure mode dengan rincian memiliki
7 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dengan kategori 7 High. Kemudian terdapat 3 frekuensi terjadinya failure mode di
pabrik tuban 2 dengan kategori 3 Medium. Terdapat 5 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 3 dengan kategori 3 High dan 2
Medium. Terdapat 4 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 4 dengan kategori 2 High dan 2 Medium.
86
Tabel 5.7 Frekuensi FMEA Area Kerja Raw Mill
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
5. Raw
Mill
1 1 H Gear Rusak Korosi Bucket Sangat
Jarang
Beroperasi
Sehingga
Terjadi
Kondesasi
dalam Gear
Box
Inspeksi berkala
1 1 H Cooler berat
Pressure
rendah,
Langkah
Actuator
tidak
terpenuhi.
12 stroke/
Kualitas
Material Seal
kurang bagus
(Life time 5
bulan dari 12)
Penggantian Semua
actuator saat Overhoule
(22 set) Inspeksi Visual
rutin (2 mingguan)
1 1 M Casing
keropos
Material
tumpah,
Area dusty
Life time
(belum ada
penggantian
sejak 1994)
Dubling sisi yang
bocorTambal temporary
87
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
1 1 M Stack keropos
Stack
keropos
Plat dan
support
korosif,
Lifetime
(Belum pernah
ada Rekondisi
sejak 1994)
Penguatan support
Doubling Plat
1 1 H Motor
Terbakar
Apron
Conveyor
Berhenti
Life time lebih
pendek
a. Ganti unit bar
b. Service rutin
Inpeksi berkala
1 1 H Kualitas
Produk
Rawmill Mess
Tinggi (>20)
Target 17
Kualitas
Clinker
Tidak
Sesuai
Design
Classifier
Berbeda
dengan
Rawmill 3 dan
4
Menurunkan Kapasitas
1 1 H Kerusakan
Reducer
a. Tempera
ture
Reducer
Panas
b. Suara
Shaft
Aus
a. Life time
Innerpart
mendekati
kerusakan
gear
b. Rate
capacity
design 450
t/jam.
a. Inspeksi dang anti oli
bila panas
b. Ganti Vbelt dan
alignment pulley
88
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
1
2
4
3
2
1
H
H
H
Belt Buckeet
Rusak
a. Bucket
Stop
Operasi
b. Legging
pecah
c. Steelcor
d Sudah
Putus
d. Belt
Conveyo
r Aus
e. Belt
Tipis,
Carcas
Sudah
Terlihat
f. Belt
conveyo
r Stop
a. Rubber
Belt
Sudah
getas,
Elastisitas
turun
(Berdasar
kan
Pengeche
kan
terakhir
dari
vendor
Beumer
pada
september
2016).
b. Lifetime
Melebihi
standar (2
tahun)
c. Lifetime
d. Kondisi
Operasi,
Belt SUP,
Material
terjepit
antara
a. Melapisi permukaan /
Vulkanishing
permukaan
b. Ganti dengan Repair
(lifetime 1 tahun)
Service saat down
c. Potong Sambung Belt
bucket
d. Inspeksi dan Repair
Belt
89
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
skirt dan
belt
e. Kualitas
sambunga
n hot
splacing
kurang
bagus.
f. Counterw
eight
overweigh
t
g. Metode
penyambu
ngan
kurang
tepat
Kualitas
h. Material
belt
conveyor
kurang
bagus.
90
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
2 1 M Connector
Bocor
Preassure
tak Tercapai
Life time > 10
tahun
Perawatan berkala
2 2 H Bearing pecah a. Gaya
axial
bearing
IS2
b. Seal
Bocor
a. Overload
feeding
b. Vibrasi
Raw Mill
c. Pemaikaian
Oli
meningkat
Kerusakan
tire dan
table
a. Service reducer tiap
overhoule
b. Inspeksi rutin
2 2 H Reducer macet
a. Apron
stop
b. Suara
reducer
kasar
a. lifetime
lebih dari
20 tahun
b. Bocor
Corosive
a. Inspeksi dan lubrikasi
rutin
b. Pemberian grease pada
seal
91
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
2 1 H Brobos Amber dan
Overload di
Bucket Kiln
Feed
a. Blade Gate
kurang
rapat
b. Dust Seal
cepat rusak
(Material
Kurang
Tahan
Panas)
Penggantian Dust Seal
Saat Kiln Off
2 1 M Preasure tidak
tercapai dan
tidak dapat
diputar
Hydraulic
Torque
Macet
Kesalahan
pemakaian,
Over preasure
Pembersihan dan
Perawatan tools
3 1 H Gear Reducer
Hancur
Bucket
Tripped
Terdapat benda
asing masuk
dan merusak
bearing
a. Check vibrasi bulanan
b. visual inspeksi
mingguan saat running
c. Check visual internal
gearbox 6 bulanan
d. Ganti oil gearbox
tahunan.
Total 21 Frekuensi Failure Mode
92
Pada tabel 5.7 (Area Kerja Raw Mill), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 21 failure mode
dengan rincian memiliki 10 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dengan kategori 8 High da 2 Medium. Kemudian terdapat 9
frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 2 dengan kategori 7 High dan 2 Medium. Terdapat 1 frekuensi terjadinya failure mode di
pabrik tuban 3 dengan kategori 1 High. Terdapat 1 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 4 dengan kategori 1 High.
Tabel 5.8 Frekuensi FMEA Area Kerja Finish Mill
No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi
6. Finish
Mill
Gresik 1 H Penggantian
Chain bucket
Bucket
elevator tidak
bisa
dioperasikan
yang
mengakibatkan
supply material
ke finish mill
terhambat
Komponen
sudah obsolete
Service rutin dan
inspeksi
Gresik 1 H Head Wall
Liner / Throat
Liner Aus 1
Set
Outer Liner
Aus, Inner,
Baut Liner
Aus.
Liner dan Baut
tergerus oleh
Grinding Ball
dan Material
Cement
Cek Kondisi Liner (di
dokumentasi) dan Test
Keausan Liner Secara
Periodik 3 bulan
93
No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi
Gresik 1 H Gear Unit
Komponen
Sudah Aus dan
Terjadi Vibrasi
Gear Unit
Sudah
Beberapa Kali
Mengalami
Kerusakan,
Vibrasi Dan
Temperature
Tinggi
Life time Dilakukan Inspeksi
Secara Rutin, Service,
Penggantian Oli, Cek
Vibrasi dan
Temperature.
Gresik 1 H Excavator
sparepart
obsolete
Supply
Material di
Finish Mill
terganggu
Life time Inspeksi Mingguan
Gresik 1 H Penggantian
Liner Sheel
karena kondisi
sudah Aus
Liner sheel
sudah aus
sehingga kepal
baut linear
juga terjadi aus
akibat tidak
dilindungi oleh
liner
Life time Melakukan pengelasan
dan penambahan pada
tube mill agar tidak
terjadi kebocoran.
94
No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi
Gresik 1 H Automatio
Charger sudah
obsolete dan
tidak
menjamion
performance
Finish Mill
ABC gresik
tidak bisa
beroperasi
Komponen
sudah obsolete
Service rutin dan
inspeksi
Gresik 1 H Vibrasi Tinggi Impeller
Unbalance
Terjadi
Coating pada
impeller
Service Rutin
Pembersihan Impeller
Tuban
1
1 H Mill Vibrasi
tinggi
Mill mati
Size material
Clinker halus
Memprioritaskan dome
2 untuk diisi dari kiln 1-
2.
Tuban
2
1 M Fill level
sensor rusak
Penunjukan
tidak akurat
Kabel sensor
terlupakan
karena support
sensor lepas
Repair support kabel
retorque fill level
sensor
Tuban
3
1 H Bolt Putus Material /
semen bocor
Deformasi
pada trunion
plate,
Compartemen
1 overload
Doubling plate trunion
Ganti dimensi dan
material bolt
95
No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi
Tuban
3
1 M Bucket
elongation
Bucket alarm
Chain lifetime
(original 3
tahun)
Inspeksi rutin 1 bulan
sekali saat service rutin
Tuban
4
1 H False Signal
awal start mill
mill vibrasi
Kondisi area /
equipment
vibrasi
Penguatan support Belt
conveyor,
memperpanjang delay
alarm
Tuban
4
2 H Blaine dan
mesh dibawah
standar
Kualitas
dibawah
standar
Penggunaan
water spray
tinggi lebih
dari 5000
lt/mnt
Meminimalkan
penggunaan waterspray
maks. 3000lt/mnt
(sebelumnya diatas
5000 lt/mnt)
Tuban
4
1 H Penggunaan
panas berlebih
dan kebutuhan
panas untuk
WHRPG
kurang
Power
consumtion
tinggi
Efisiensi biaya
dan substitusi
panas ke
WHRPG
kurang
Mematikan booster fan,
tidak memakai panas
dari cooler kiln
Total 15 Frekuensi Failure Mode
96
Pada tabel 5.8 (Area Kerja Finish Mill), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 15 failure mode
dengan rincian memiliki 7 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik gresik dengan kategori High secara keseluruhan. Kemudian terdapat 1
frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dengan kategori High. Terdapat 1 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 2
dengan kategori Medium. Terdapat 2 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 3 dengan kategori 1 High dan 1 Medium. Terdapat 4
frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 4 dengan kategori High secara keseluruhan.
Tabel 5.9 Frekuensi FMEA Area Kerja Electrical dan DCS
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure
Cause Solusi
7. Electrical & DCS 1 M Obsolete
Tidak bisa
melakukan
report produksi
a. software
tidak
didukung
lagi
b. 1lifetime
Hardware.
Reset rutin hampir tiap
hari
1 H Short Circuited
Explosion
Obsolete (life
time >20
tahun)
Infeksi Cleaning Check
Termografi
2 H Trafo short
circuit
Coil/winding
transformator
rusak
High
temperature,
thermal fault,
acidity tinggi
Inspeksi bulanan
97
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure
Cause Solusi
1 H Fan VSD
indikasi
bearing kasar
VSD stop
karena
temperatur
tinggi
Life time
sudah
melebihi
50.000 jam.
Kondisi area
kotor.
Service rutin saat
shutdown dan overhoule
Pembersihan rutin filter
udara, pembersihan
ruangan dan inspeksi
bulanan.
1 H kabel short
Kiln 1,2,3,4
stop
Panas di
kabel duct
Check termografi dan
inspeksi kabel duct
1 H Kandungan
Gas
Acethylene
Cukup Tinggi
Akan Terjadi
Explotion di
Internal Trafo
a. adanya
flash over
pada
kontak
mekanik
tap
changer di
internal
trafo
b. rusaknya
sambunga
n antara
coil
winding
trafo
menuju ke
kontak tap
changer.
Test DGA (Dissolve Gas
Analysis)
98
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure
Cause Solusi
1 H Kabel banyak
sambungan
dan sudah
obsolote
Power ke PH 2
- Pelabuhan
Gresik Trip
Kabrl
obsolote dan
banyak
sambungan
Cek visual jaringan kabel
1 H Performa
Pump Rendah
Supply Air
dari bak
Tubanan
Terganggu/Ma
cet
Performa
Pump
Menurun
Inspeksi Rutin
1 H Welding
Machine
Miller
mengalami
kerusakan
Welding
Machine
Miller tidak
bisa diperbaiki
karena
sparepart
Obsolote
Life time Dilakukan Service Rutin
1 H Pergerakan,
Buka/Tutup
Pintu Berat
Bagian Pintu
putus &
Miring
Hasil
Temuan
Audit/Sertifik
asi
Pembenahan Sementara
99
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure
Cause Solusi
1 H Penerangan
buruk, Apar
tidak ada,
Emegency
door/Call/bell
buruk, Buffer
buruk
Transport
Orang/Barang
ke lantai
atas/Top silo
terganggu
Hasil
Temuan
Audit /
Sertifikasi
Pembenahan Sementara
1 H Coil sering
terbakar
Vibrating
Screen Stop
Mutu Coil
rendah,
Spesifikasi
tidak ada
Cek Ampere, AdJustmen
Getaran
Total 13 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.9 (Area Kerja Electrical dan Penunjang), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu
13 failure mode dengan rincian memiliki 13 frekuensi terjadinya failure mode dengan kategori 12 High dan 1 Medium.
100
Tabel 5.10 Frekuensi FMEA Area Kerja Packer
No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
8. Packer Gresik 1 H Compressor
Existing
Obsolote
Compressor
Existing
Obsolote
sering
mengalami
kerusakan
dan Sparepart
Obsolote
Life Time
Dilakukan Service Rutin
Gresik 1 H PLC sudah
obsolete
sehingga
performance
tidak bisa
dipastikan
Release
packer
berhenti total
Obsolote Service/Cleanin dan
connection
Tuban
2 dan 3
2 H Mengalami
kerusakan
pada steel cord
belt bucket
elevator dan
retak diseluruh
top dan bottom
cover
Belt bucket
elevator
putus
Kondisi belt
bucket retak-
retak diseluruh
top dan bottom
cover sehingga
tidak mampu
mengcover
kekuatan tarik
pada maksimal
operasi.
Monitoring Operasi dan
repair conditional.
101
No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
Hardness
rubber yang
melebihi
standart
mengakibatkan
keausan
tension pulley.
Total 4 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.10 (Packer), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 4 failure mode dengan rincian
memiliki 2 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik gresik dengan kategori 2 High. Kemudian terdapat 1 failure mode di pabrik tuban 2
dan 3 dengan kategori 2 High.
102
Tabel 5.11 Frekuensi FMEA Area Kerja Pelabuhan
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure
Effect Failure Cause Solusi
9. Pelabuhan 1 H Isolator &
Cable broken
Short
circuit
cable,
trafo
rusak,
Cable power 20
KV tersebut
tertarik oleh proses
operasional dan
kekuatan kabel (-)
akibat kerusakan
sebelumnya, Cable
Chain rusak akibat
tertabrak alat berat
bongkar muat batu
bara.
Menutup lecetan isolasi
cable dengan isolator
tape. Mengganti
beberapa cable chain
yang rusak dan
pendukungknya.
Total 1 Frekuensi Failure Mode
Pada tabel 5.11 (Area Kerja Pelabuhan), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 1 failure mode
dengan rincian memiliki kategori High.
103
Penambahan kolom frekuensi terjadinya failure mode sangat berguna untuk menentukan
Occurance pada kolom FMEA. Dan data diatas merupakan data mentah untuk pembuatan
aplikasi FMEA sehingga perlu adanya sistematika pengisian template FMEA. Berikut ini
flowchart pengisian template FMEA sesuai dengan Aplikasi yang akan dibangun :
Mulai
Input Jenis Failure
Mode
Failure Cause &
Efeect List ?
New Form Failure
List
Pilih Failure Cause
& Efeec
Current Control
List ?
Current Control
Action
Selesai
Gambar 5.2 Flowchart Aplikasi FMEA
104
5.5 Perbaikan Sistem V (Target Frekuensi Failure Mode)
Section of Maintenance Planning PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki peranan
penting dalam mengontrol seluruh perawatan mesin dan peralatan yang ada di perusahaan
tersebut dengan cara menerapkan sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Berbagai failure mode yang ada tentu merupakan tantangan yang harus dituntaskan baik
untuk meminimalisir kejadian berulang ataupun memprediksi failure mode yang akan
terjadi. Makadari itu, Section of Maintenance Planning seharusnya memiliki target frekuensi
untuk menentukan apakah suatu failure mode memiliki frekuensi aktual yang melebihi
frekuensi target sehingga penerapan fmea dapat ditentukan kurang efektif atau sudah efektif.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mampu menentukan frekuensi target
dari setiap failure mode yang ada. Data tersebut didapat setelah melakukan analisis data
berdasarkan record fmea dan juga melihat data downtime sembilan area kerja di Section of
Maintenance Planning. Berikut ini data frekuensi target yang didapatkan yaitu :
Tabel 5.12 Frekuensi Target Area Kerja Crusher
Area Tuban Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Crusher 1 H Temparatur oil
sirkulasi bearing
hammer panas
92C bersifat
mematikan pada
100 C
1 1 Efektif
1 dan 2 H Material
Tumpah keluar
storage
3 1 Kurang
Efektif
2 H LCD dan
Keyboard Error
1 1 Efektif
3 M Oil reducer
bocor
1 2 Efektif
3 H Belt Rusak 2 1 Kurang
Efektif
3 M Vibrasi Pada
Area Drive
1 2 Efektif
4 M Shaft Bending 1 1 Efektif
4 H Rel Rusak 1 1 Efektif
105
Area Tuban Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
4 H Metal Lolos ke
alat transport
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 12 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 2 failure mode yang dalam
penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Material tumpah keluar storage”
dengan kategori High di Pabrik tuban 1 dan 2. Kemudian jenis kegagalan lainnya yaitu “Belt
rusak” dengan kategori High di Pabrik tuban 3.
Penerapan fmea terhadap 2 failure diatas kurang begitu efektif dikarenakan kedua
failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi frekuensi target sehingga perlu
adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak terulang kembali. Walaupun
terdapat 2 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi 7 failure mode yang lain
termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.
Tabel 5.13 Frekuensi Target Area Kerja Central Coal Transport
Area Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Central Coal
Transport
M Belt Putus 1 2 Efektif
M Low Power
hydraulic saat
travel
1 2 Efektif
H Overheat
Hydraulic
temperature
1 1 Efektif
M Track shoe putus 1 1 Efektif
H Kemampuan
traveling /
moving lama
1 1 Efektif
M Bearing Motor
Cepat aus
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 6 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa semua failure mode yang ada
106
memiliki frekuensi aktual yang tidak melebihi frekuensi target sehingga penerapan fmea di
area kerja Central Coal Transport sudah berjalan dengan efektif.
Tabel 5.14 Frekuensi Target Area Kerja Coal Mill
Area Tuban Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Coal
Mill
1 M RF dan FD
macet
2 2 Efektif
3 M Bevel Pimion
dan pinion aus
1 1 Efektif
3 M Broken total (4
of 4 segment)
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 3 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa semua failure mode yang ada
memiliki frekuensi aktual yang tidak melebihi frekuensi target sehingga penerapan fmea di
area kerja Coal Mill sudah berjalan dengan efektif.
Tabel 5.15 Frekuensi Target Area Kerja Kiln
Area Tuban Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Kiln 1 H Pressure rendah,
Langkah
Actuator tidak
terpenuhi. 12
stroke/ mnt
menjadi 6
stroke/mnt
1 1 Efektif
1 H Rate Capacity
Kurang
Kebutuhan 1200
ton/jam
1 1 Efektif
1 H Coating Lepas 1 1 Efektif
1 H GMU Error 1 1 Efektif
107
Area Tuban Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
1 H Aus Rusak
Centre Tube
Jatuh
1 1 Efektif
1 H Pressure rendah,
Langkah
Actuator tidak
terpenuhi. 12
stroke/ mnt
menjadi 6
stroke/mnt
1 1 Efektif
1 H Flow rendah
dibawah 25 mbar
1 1 Efektif
3 H Superbolt putus
> 4 EA di 1 titik
1 1 Efektif
2 M Pondasi retak 1 1 Efektif
2 M Kapasitor DC
BUS link terjadi
deviasi > 10%
1 2 Efektif
2 M Red Spot 1 1 Efektif
3 H Stage 4 cyclone
buntu
1 1 Efektif
3 M Fan vibrasi
tinggi
2 2 Efektif
3 H Hammer cepat
aus (Dalam
waktu 6 bulan
berkurang 40 %)
1 1 Efektif
4 H Motor
Trip/Overload
2 1 Kuang
Efektif
4 M Expansion Joint
deformasi
2 2 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 16 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 1 failure mode yang dalam
penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Motor Trip/Overload” dengan
kategori High di Pabrik tuban 4. Penerapan fmea terhadap 1 failure diatas kurang begitu
efektif dikarenakan failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi frekuensi target
sehingga perlu adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak terulang kembali.
108
Walaupun terdapat 1 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi 15 failure mode yang
lain termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.
Tabel 5.16 Frekuensi Target Area Kerja Raw Mill
Area Tuban Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Raw
Mill
1 H Gear Rusak 1 1 Efektif
1 H Cooler berat 1 1 Efektif
1 M Casing keropos 1 1 Efektif
1 M Stack keropos 1 1 Efektif
1 H Motor Terbakar 1 1 Efektif
1 H Kualitas Produk
Rawmill Mess
Tinggi (>20)
Target 17
1 1 Efektif
1 H Kerusakan
Reducer
1 1 Efektif
1 H Belt Buckeet
Rusak
3 1 Kuang
Efektif
2 H Belt Buckeet
Rusak
2 1 Kuang
Efektif
4 H Belt Buckeet
Rusak
1 1 Efektif
2 M Connector Bocor 1 1 Efektif
2 H Bearing pecah 2 1 Kurang
Efektif
2 H Reducer macet 2 1 Kurang
Efektif
2 H Brobos 1 1 Efektif
2 M Preasure tidak
tercapai dan
tidak dapat
diputar
1 2 Efektif
3 H Gear Reducer
Hancur
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 14 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 3 failure mode yang dalam
penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Belt Buckeet Rusak” dengan
kategori High di Pabrik tuban 1 dan 2. Kemudian jenis kegagalan lainnya yaitu “Bearing
109
Pecah” dengan kategori High di Pabrik tuban 2 dan “Reducer Macet” dengan kategori High
di Pabrik tuban 2.
Penerapan fmea terhadap 3 failure diatas kurang begitu efektif dikarenakan kedua
failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi frekuensi target sehingga perlu
adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak terulang kembali. Walaupun
terdapat 3 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi 11 failure mode yang lain
termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.
Tabel 5.17 Frekuensi Target Area Kerja Finish Mill
Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Finish
Mill
Gresik H Penggantian
Chain bucket
1 1 Efektif
Gresik H Head Wall Liner
/ Throat Liner
Aus 1 Set
1 1 Efektif
Gresik H Gear Unit
Komponen
Sudah Aus dan
Terjadi Vibrasi
1 1 Efektif
Gresik H Excavator
sparepart
obsolete
1 1 Efektif
Gresik H Penggantian
Liner Sheel
karena kondisi
sudah Aus
1 1 Efektif
Gresik H Automatio
Charger sudah
obsolete dan
tidak menjamion
performance
1 1 Efektif
Gresik H Vibrasi Tinggi 1 1 Efektif
Tuban 1 H Mill Vibrasi
tinggi
1 1 Efektif
Tuban 2 M Fill level sensor
rusak
1 1 Efektif
Tuban 3 H Bolt Putus 1 1 Efektif
Tuban 3 M Bucket
elongation
1 1 Efektif
110
Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Tuban 4 H False Signal
awal start mill
1 1 Efektif
Tuban 4 H Blaine dan mesh
dibawah standar
2 1 Kurang
Efektif
Tuban 4 H Penggunaan
panas berlebih
dan kebutuhan
panas untuk
WHRPG kurang
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 14 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 1 failure mode yang dalam
penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Blaine dan Mesh dibawah Standart”
dengan kategori High di Pabrik tuban 4. Penerapan fmea terhadap 1 failure diatas kurang
begitu efektif dikarenakan kedua failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi
frekuensi target sehingga perlu adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak
terulang kembali. Walaupun terdapat 1 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi
13 failure mode yang lain termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.
Tabel 5.18 Frekuensi Target Are Kerja Electrical & DCS
Area Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Electrical & DCS M Obsolete 1 1 Efektif
H Short Circuited 1 1 Efektif
H Trafo short
circuit
2 1 Efektif
H Fan VSD
indikasi bearing
kasar
1 1 Efektif
H kabel short 1 1 Efektif
H Kandungan Gas
Acethylene
Cukup Tinggi
1 1 Efektif
111
Area Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
H Kabel banyak
sambungan dan
sudah obsolote
1 1 Efektif
H Performa Pump
Rendah
1 1 Efektif
H Welding
Machine Miller
mengalami
kerusakan
1 1 Efektif
H Pergerakan,
Buka/Tutup
Pintu Berat
1 1 Efektif
H Penerangan
buruk, Apar
tidak ada,
Emegency
door/Call/bell
buruk, Buffer
buruk
1 1 Efektif
H Coil sering
terbakar
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 12 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa semua failure mode yang ada
memiliki frekuensi aktual yang tidak melebihi frekuensi target sehingga penerapan fmea di
area kerja Electrical & DCS sudah berjalan dengan efektif.
Tabel 5.19 Frekuensi Target Area Kerja Packer
Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Packer Gresik H Compressor
Existing
Obsolote
1 1 Efektif
Gresik H PLC sudah
obsolete
sehingga
performance
tidak bisa
dipastikan
1 1 Efektif
112
Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Tuban
2 dan 3
H Mengalami
kerusakan pada
steel cord belt
bucket elevator
dan retak di
seluruh top dan
bottom cover
2 1 Kurang
Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan
yaitu 3 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 1 failure mode yang dalam
penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Mengalami kerusakan pada steel
cord belt bucket elevator dan retak di seluruh top dan bottom cover” dengan kategori High
di Pabrik tuban 2 dan 3.
Tabel 5.20 Frekuensi Target Area Kerja Pelabuhan
Area Kategori Failure mode Frek.
Actual
Frek.
Target
Efektif /
Kurang
Efektif
Pelabuhan H Isolator & Cable
broken
1 1 Efektif
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa Area Kerja Pelabuhan memiliki 1 failure mode
dengan kategori High. Penerapan fmea di area kerja pelabuhan dapat dikatan sudah efektif
karena frekuensi actual yang ada tidak melebihi frekuensi target suatu failure.
113
5.6 Usability Testing
Gambar 5.3 Form FMEA Awalan
Gambar 5.2 merupakan form FMEA yang digunakan di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
saat ini. Form tersebut memiliki banyak kekurangan mulai dari banyak penentuan kategori
yang keliru, Nilai RPN yang keliru, Kolom failure cosequences yang membingungkan user,
tidak adanya warna khusus tiap area kerja, tidak adanya frekuensi aktual dan target.
Gambar 5.4 Perbaikan Form FMEA
114
Gambar 5.3 menunjukkan bahwa form FMEA awalan telah banyak mendapatkan perbaikan.
Perbaikan yang dilakukan yaitu memberikan perhitungan RPN otomatis yang terhubung
dengan penentuan kategori FMEA sehingga kategori FMEA selalu tepat dengan nilai RPN
yang muncul. Kemudian adanya pemberian warna khusus tiap area kerja, penghapusan
kolom failure cosequences, Peletakan kolom nilai severity, occurance dan detection yang
tidak terpisah-pisah serta adanya tabel frekuensi aktual, target dan kolom yang menyatakan
efektif atau tidaknya penerapan FMEA pada suatu failure mode diarea kerja tertentu.
Selanjutnya, berdasakan hasil wawancara untuk melakukan usability testing dengan
kategori penilaian yaitu usefulness, ease for use, ease for learning dan satisfaction maka
didapatkan bahwa seluruh pengguna (6 user) berpendapat perbaikan sistem yang diberikan
sangat memuaskan dikarenakan untuk kategori usefulness keseluruhan pengguna
berpendapat bahwa new template fmea (NTF) sangat efektif dan lebih produktif dalam
mengoperasikan NTF dengan konten yang lebih simple dan mudah dimengerti. Untuk
kategori ease for use, keseluruhan pengguna juga berpendapat bahwa NTF mudah untuk
digunakan karena beberapa kolom konten utama sudah saling terkoneksi sehingga untuk
menentukan kesimpulan jaul lebih mudah. Untuk kategori ease for learning, seluruh
pengguna berpendapat bahwa NTF mudah dipahami karena adanya pengelompokan area
kerja serta pengelompkan kolom severity, occurance dan detection yang didekatkan
sehingga pengguna tidak kebingungan dalam memberikan penilaian. Dan untuk kategori
satisfaction seluruh pengguna berpendapat bahwa new template fmea jauh lebih memuaskan
dibandingkan dengan template awalan.
Jadi, berdasarkan usability testing yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yaitu
6 dari 6 pengguna atau 100% pengguna mengatakan puas dengan template usulan yang telah
diberikan karena bukan hanya tampilannya saja yang menarik namun isi konten dan
pengoperasian new template fmea jauh lebih mudah dan produktif.