BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

45
70 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan Benchmark dan Perubahan Table FMEA) Berdasarkan bentuk failure mode yang diterapkan saat ini, PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk mengacu pada Bencmark yaitu Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA). Design failure mode and effect (DFMEA) berfokus pada kekurangan yang terkait desain dengan penekanan pada peningkatan desain dan memastikan operasi atau proses pembuatan produk aman dan tepat selama peralatan berjalan dengan normal (Carlson & Carl, 2014). DFMEA merupakan metode yang digunakan untuk mngeidentifikasi kegagalan serta untuk mencegah kegagalan agar tidak berulang yang terfokus pada sistem design seperti mesin dan peralatan (Sellapan et al. 2015). Data yang telah diolah menunjukkan beberapa kesalahan dan salah satunya adalah user kesulitan dalam membedakan mana failure effect dan failure consequence. Banyak yang mengganggap bahwa failure effect dan failure cosequences adalah sama sehingga pada waktu mengisi form record FMEA, user sering menulis dampak akhir dari sebuah kegagalan yang pasti terjadi jika failure tersebut tidak segera ditindak lanjut. Untuk itu, perusahan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk perlu merubah sedikit sistem penerapan FMEA terutama pada penghapusan kolom failure consequence karena kolom terpenting dari penerapan FMEA yaitu failure mode, cause, effect dan current control (Piatkowski, J. & Kaminski, P, 2017). Hal tersebut dilakukan agar user bisa mengisi form fa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan mudah dan tepat sasaran dalam mendeskripsikan kegagalan hingga memberikan rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan yang diberikanpun bisa lebih akurat sehingga memudahkan untuk mengisi kolom lanjutan hingga dapat memperoleh new risk priority number (New RPN). New RPN berguna untuk mengidentifikasi apakah terjadi perbedaan resiko.

Transcript of BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

Page 1: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

70

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan Benchmark dan Perubahan Table FMEA)

Berdasarkan bentuk failure mode yang diterapkan saat ini, PT. Semen Indonesia (Persero)

Tbk mengacu pada Bencmark yaitu Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA).

Design failure mode and effect (DFMEA) berfokus pada kekurangan yang terkait desain

dengan penekanan pada peningkatan desain dan memastikan operasi atau proses pembuatan

produk aman dan tepat selama peralatan berjalan dengan normal (Carlson & Carl, 2014).

DFMEA merupakan metode yang digunakan untuk mngeidentifikasi kegagalan serta untuk

mencegah kegagalan agar tidak berulang yang terfokus pada sistem design seperti mesin dan

peralatan (Sellapan et al. 2015).

Data yang telah diolah menunjukkan beberapa kesalahan dan salah satunya adalah

user kesulitan dalam membedakan mana failure effect dan failure consequence. Banyak yang

mengganggap bahwa failure effect dan failure cosequences adalah sama sehingga pada

waktu mengisi form record FMEA, user sering menulis dampak akhir dari sebuah kegagalan

yang pasti terjadi jika failure tersebut tidak segera ditindak lanjut. Untuk itu, perusahan PT.

Semen Indonesia (Persero) Tbk perlu merubah sedikit sistem penerapan FMEA terutama

pada penghapusan kolom failure consequence karena kolom terpenting dari penerapan

FMEA yaitu failure mode, cause, effect dan current control (Piatkowski, J. & Kaminski, P,

2017). Hal tersebut dilakukan agar user bisa mengisi form fa Failure Mode and Effect

Analysis (FMEA) dengan mudah dan tepat sasaran dalam mendeskripsikan kegagalan hingga

memberikan rekomendasi perbaikan.

Rekomendasi perbaikan yang diberikanpun bisa lebih akurat sehingga memudahkan

untuk mengisi kolom lanjutan hingga dapat memperoleh new risk priority number (New

RPN). New RPN berguna untuk mengidentifikasi apakah terjadi perbedaan resiko.

Page 2: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

71

Seharusnya ketika sudah melakukan perbaikan sebelumnya, maka nilai new rpn akan

berkurang dan kategori resiko juga dapat ditekan menjadi lebih rendah dari yang

sebelumnya.

5.2 Perbaikan Sistem II (Warna Area Kerja)

Berdasarakan data awal yang diperoleh dari Kepala Section of Maintenance Planning

mengenai record penerapan FMEA yang berlangsung di tahun 2017-2018 di PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk, data tersebut meliputi kategori, area, equipment, component/function,

failure mode, failure effect, failure cause, failure cosequences, current prev. control, nilai

severity, nilai occurance, nilai detection dan nilai risk priority number. Menurut manager

Section of Maintenance Planning, user sering mengalami kesulitan dalam melihat area kerja

dikarenakan data failure mode yang ada bercampur dengan area kerja lain walaupun berada

satu bagian kerja.

Untuk itulah perbaikan yang dilakukan adalah dengan memberikan warna khusus

disetiap area kerja yang ada di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban seperti

berikut :

Tabel 5.1 Perbaikan Sistem (Warna Area Kerja)

Categori Area / Bussiness

Service Equipment

High Crusher Tuban 2 252HP1

Medium CCT 469MS1

High Crusher Tuban 3 243BC3

Low Kiln Tuban 1 243BC3

High CCT BM 250

Page 3: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

72

Gambar 5.1 Pemberian Warna Area Kerja PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

Warna khusus tersebut diberikan kepada sembilan area kerja yang ada di PT. Semen

Indonesia (Persero) Tbk agar user tidak kesulitan ketika ingin melihat failure mode record

yang pernah terjadi.

5.3 Perbaikan Sistem III (Menentukan Kategori)

Record data failure mode yang digunakan pada penelitian ini yaitu tahun 2017 dan 2018.

Dari data yang telah diolah terdapat kesalahan dalam menentukan kategori. Kesalahan dalam

menentukan kategori sangatlah fatal dikarenakan dalam metode FMEA, yang mendapatkan

prioritas untuk diperbaiki terlebih dahulu yaitu failure mode yang memiliki kategori tertinggi

dengan urutan (High, Medium dan Low). Jika salah dalam menentukan kategori, tentu yang

seharusnya mendapatkan prioritas untuk diperbaiki yaitu kategori High, namun karena salah

menentukan kategori akhirnya perbaikan tidak dilaksanakan dan menyebabkan kerusakan

fatal pada mesin dan peralatan. Berikut ini perbaikan yang dilakukan dalam menentukan

kategori :

Page 4: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

73

Tabel 5.2 Perbaikan Kategori Sesuai RPN

No Kategori

Salah

Area / Business

Service Equipment RPN

Kategori

Tepat

1 Medium Crusher Tuban 4 244TR1 360 High

2 High CCT 469MS1 162 Medium

3 High Crusher Tuban 3 243BC3 147 Medium

4 High CCT Stripping

Machine Brook

BM 250

175 Medium

5 Medium CCT Stripping

Machine Brook

BM 250

280 High

6 Medium CCT Stripping

Machine Brook

BM 250

210 High

7 High Crusher Tuban 3 243BC5 126 Medium

8 Medium Crusher Tuban 1 251SS1 192 High

9 High Crusher Tuban 3 243BC6 168 Medium

10 Medium Crusher Tuban 3 243BCA 245 High

11 Medium Raw Mill Tuban 2 331/2/3 AC1-2 243 High

12 Medium Raw Mill Tuban 1 351BE2 288 High

13 High Kiln Tuban 2 442KL1 168 Medium

14 High Electrical & Dcs PLG Tuban 1-2 144 Medium

15 High Raw Mill Tuban 1 351BE2 96 Medium

16 Medium Kiln Tuban 1 441CC1 343 High

17 Medium Kiln Tuban 1 421BE5 192 High

18 Medium Raw Mill Tuban 1 341RM1M02 448 High

19 High Electrical & Dcs 442FN2 168 Medium

20 High Kiln Tuban 2 442FNRMO01 140 Medium

21 Medium Electrical & Dcs 342FN6M01 224 High

22 Medium Raw Mill Tuban 1 321BC2 448 High

23 High Raw Mill Tuban 2 342RM1 150 Medium

24 Medium Electrical & Dcs TM402_TRAFO

DISTRIBUSI

ER4

252 High

25 High Kiln Tuban 4 484PW01 96 Medium

26 Medium Kiln Tuban 3 443CR1 210 High

27 High Kiln Tuban 3 443FNF 144 Medium

28 High Finish Mill Tuban 3 523BE1 108 Medium

29 Medium Pelabuhan 656SU1 300 High

30 Medium Packer Gresik PLC 50017009

& 50017040

729 High

31 Medium Electrical Dan

Penunjang

20019572 648 High

Page 5: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

74

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat 31 kesalahan dari 98 data yang

terkumpul pada tahun 2017 dan 2018 dalam hal menentukan kategori risk priority number.

Kesalahan tersebut sangat fatal dan vital karena dapat menyebabkan suatu proses terhenti

dan memperburuk keadaan serta salah dalam menentukan keputusan dalam memprioritaskan

masalah mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Untuk itu perlu adanya penentuan

kategori risk priority number yang tepat sehingga kejadian serupa tidak terulang dan

tindakan preventive dapat dilakukan dengan tepat sasaran.

Page 6: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

75

5.4 Perbaikan Sistem IV (Penambahan Kolom Frekuensi)

Didalam sebuah perusahan yang telah menerapkan system FMEA, hal yang paling diharapkan adalah FMEA mampu membantu perusahaan

menekan biaya kerusakan dan juga biaya perbaikan melalui tindakan pencegahan (preventive maintenance). Untuk mendapatkan pengukuran

serta perbaikan yang akurat melalui system FMEA maka perlu adanya penilaian atau memberikan rating yang objektif dengan cara mencatat

frekuensi kejadian failure mode yang pernah terjadi sebelumnya. Berikut frekuensi di setiap area kerja :

Tabel 5.3 Frekuensi FMEA Area Kerja Crusher

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect

Failure

Cause

Solusi

1. Crusher 1 1 H Temparatur oil

sirkulasi bearing

hammer panas 92C

bersifat mematikan

pada 100 C

Limestone

crusher mati

Oli sirkulasi

bearing

hammer

bocor

a. Penggantian type oil

grade lebih tinggi

b. Modifikasi cover seal.

c. Pemasangan Breather

1 dan 2 3

H

Material Tumpah

keluar storage

Mengotori

lingkungan

sekitar

Storage

kurang luas

dan tinggi

Pembersihan Lokasi

2 1 H LCD dan Keyboard

Error

Tidak ada

Informasi

ke Loader

Power

Supply Rusak

Perbaikan Power Supply

Page 7: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

76

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect

Failure

Cause

Solusi

3 1 M Oil reducer bocor Reducer

kehabisan

oil, Belt

stop

Seal kurang

presisi

Ganti seal, service di BM

3 2

H

Belt Rusak Belt Sobek

a. Kualitas

Material

Kurang

b. Ada roll

yang macet

a. Fastener Scapper

dilonggarkan

b. Inpeksi rutin PMCR

dan OPCR

3 1 M Vibrasi Pada Area

Drive

Merusak

Motor atau

Reduce

ada indikasi

looseness

bearing

reducer

(check by IP)

Inspeksi mingguan

Pengechekan by IP

Perbaikan clearence

bearing reducer by BM

(trial masih ada vibrasi).

4 1 M Shaft Bending bearing

motor rusak

Reducer

cacat

Inspeksi Rutin, Ganti

motor 0.75KW

4 1 H Rel Rusak Tripper

Stop

Rel terlalu

rendah, Roda

aus, rel tidak

alignment

Modifikasi shaft Ganti

coupling Rel diratakan,

retorque baut clamp rel

Inspeksi rutin harian atau

mingguan

Page 8: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

77

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect

Failure

Cause

Solusi

4 1 H Metal Lolos ke alat

transport

Merusak

Belt, bucket

Material

Logam Asing

tidak

terdeteksi

Tidak ada pengendalian

Total 12 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.3, dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 12 failure mode dengan rincian memiliki

4 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dan 2 dengan kategori High secara keseluruhan. Kemudian terdapat 4 frekuensi

terjadinya failure mode di pabrik tuban 3 dengan kategori 1 High dan 2 Medium. Terdapat 3 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik

tuban 4 dengan kategori 2 High dan 1 Medium.

Tabel 5.4 Frekuensi FMEA Area Kerja Central Coal Transport

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect

Failure Cause Solusi

2. Central Coal

Transport

1 M Belt Putus Sambungan

Belt sering

nglokop

Panas induksi

magnet, panas

area

Repair spacing belt

Page 9: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

78

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect

Failure Cause Solusi

1 M Low Power

hydraulic saat

travel

Stripping

Tidak bisa

Moving

Control Valve

aus, Pompa

Hydraulic rusak,

hose bocor

(Sparepart

obsolete)

Service rutin pasca

pemakaian, ganti seal kit,

ganti pompa, repair

control valve, ganti hose

1 H Overheat

Hydraulic

temperature

Power

hydraulic

drop, Power

breaker

berkurang

Suhu ambient

terlalu tinggi,

Cooling system

tidak sempurna,

Service rutin, ganti oil

tiap habis pakai. Modif

cooling system, ganti

filter

1 M Track shoe

putus

Tidak bisa

traveling

Material fatigue,

medan operasi

Over

Repair on location,

1 H Kemampuan

traveling /

moving lama

Waktu

demolish

lebih lama

(Tipe

trackshoe

butuh waktu

< 1 jam,

Tipe roda

butuh waktu

3 jam

Design

Stripping tidak

sesuai dengan

medan

operasional

yang ada

(Gangguan

material pada

lintasan

stripping

machine)

Modifikasi dengan

trackshoe, Tidak berhasil

Page 10: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

79

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect

Failure Cause Solusi

1 M Bearing Motor

Cepat aus

Motor

Rusak

Base Plate

Vibrasi

Regrease rutin 3 bulan

sekali, check vibrasi max

1 bulan sekali

Total 6 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.4 (Area Kerja Central Coal Transport), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 6

failure mode dengan rincian memiliki kategori 2 High dan 4 Medium.

Tabel 5.5 Frekuensi FMEA Area Kerja Coal Mill

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure

Cause Solusi

3. Coal

Mill

1 2 M RF dan FD

macet

Coal mill

stop

(interlock)

a. Raw coal

Terlalu

besar, Sludge

Hot Gas line

buntu

b. Material

Rawcoal

jelek

(Ukuran

besar-besar,

Sludgy)

a. Pembersihan RF saat

Tripped, Inspeksi

rutin 2 mingguan

b. Pembersihan internal

FD saat stop dan

Inspeksi Rutin

Page 11: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

80

3 1 M Bevel Pimion

dan pinion aus

FIlter oil

Sirkulasi

buntu

Life time hampir

20 tahun

Mengendalikan pola

operasi

Inspeksi / service oil

filter by PM utilitas

3 1 M Broken total (4

of 4 segment)

Vibrasi tinggi Pipa water spray

lepas, benda

asing dari luar

coal mill & liner

inside mill lepas

Inspeksi rutin mingguan

Total 4 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.5 (Area Kerja Coal Mill), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 4 failure mode

dengan rincian memiliki kategori Medium secara keseluruhan.

Tabel 5.6 Frekuensi FMEA Area Kerja Kiln

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

4. Kiln 1 1 H Pressure

rendah,

Langkah

Actuator tidak

terpenuhi. 12

stroke/ mnt

menjadi 6

stroke/mnt

Cooler berat

Kualitas

Material Seal

kurang bagus

(Life time 5

bulan dari 12)

Penggantian Semua

actuator saat Overhoule

(22 set) Inspeksi Visual

rutin (2 mingguan)

Page 12: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

81

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

1 1 H Rate Capacity

Kurang

Kebutuhan

1200 ton/jam

Umpan Ke

Kiln

Kurang

Air Slide Under

Capacity

Service Air Slide

1 1 H Coating Lepas

Buntu pada

downpipe

discharge

Perubahan draft

dan thermal

shock

Perlu adanya

pengencangan pada

bagian Downpipe

1 1 H GMU Error

Tidak Bisa

Memonitori

ng Gas

Buang

Burner

Motherboard

Rusak

IInspeksi dan Cleaning

saat overhoul Serta

penggantian unit yang

rusak

1 1 H Aus Rusak

Centre Tube

Jatuh

Cyclone

Buntu

Pembersihan

Cyclone cukup

berbahaya

IInspeksi Bila Stop Kiln

Lebih Dari 3 Hari

1 1 H Pressure

rendah,

Langkah

Actuator tidak

terpenuhi. 12

stroke/ mnt

menjadi 6

stroke/mnt

Cooler berat

Tidak bisa

melakukan cek

kondisi actuator

tanpa

mematikan kiln

Perlunya pemeliharaan

actuator pada kiln

Page 13: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

82

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

1 1 H Flow rendah

dibawah 25

mbar

Mematikan

Atox mill

kebocoran

Flexible Joint

Check pada waktu atox

off

3 1 H Superbolt

putus > 4 EA

di 1 titik

Maingear

lepas

Misalignment

antara shell kiln

dan maingear

Inspeksi harian by

Operator mingguan by

PMKC

2 1 M Pondasi retak

Vibrasi saat

torque di

atas 70

persen

Ada initial crack

yang kemasukan

oil.

Maintain operasi torque

kiln dibawah 70 persen

Menambah support

antara pondasi timur dan

barat

2 1 M Kapasitor DC

BUS link

terjadi deviasi

> 10%

DC BUS

undervoltag

e

Temperature DC

BUS capacitor

>60oC

maintain temperature

(Service AC, Inspeksi

VSD Pembersihan

ruangan)

Page 14: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

83

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

2 1 M Red Spot Deformasi

Shell Kiln

a. Dari

komposisi

umpan kiln

dan clinker;

b. LPH terlalu

rendah atau

SIM tinggi

(>3), LPH

terlalu tinggi

atau SIM

rendah (<2),

ViskositasLP

H tinggi

(ALM<1.2),

Alkali tinggi.

c. Dari

operasional:

thermal

shock, ring

atau coating

buildup

jatuh, umur

brick,

Banyak Pergantian Brick

yang Harus dilakukan

dengan benar

Page 15: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

84

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

3 1 H Stage 4

cyclone buntu

Tidak Dapat

Feeding

Line downpipe

COG 1 yang

hanya

digunakan pada

saat Feeding

Buntu

Program interlock

pressure bottom Stage 4

yaitu

a. L2 : 20 mmWG

selama 1 menit interlock

mematikan 443FN1

b. L3 : 10 mmWG

selama 1 menit interlock

mematikan 443FN1

3 2 M Fan vibrasi

tinggi

a. Bearing

motor

atau

bearing

fan

rusak

b. Housing

bearing

motor

rusak

a. Pondasi

kurang kuat,

tidak ada

vibration

damper

a. Penguatan baseplate

(pasang penguat base

plate)

b. Inspeksi mingguan

(PML dan IP)

3 1 H Hammer cepat

aus (Dalam

waktu 6 bulan

berkurang 40

%)

Material

clinker

masih besar

sehingga

buntu pada

chute DB

kualitas Material

hammer kurang

bagus (Produk

lokal)

Pengendalian pola

operasi

Penembusan Kebuntuan

Page 16: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

85

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

4 2 H Motor

Trip/Overload

Suply

Material

Pulvurize

Terganggu

a. Gap Motor

Tidak Sama

b. Material

Menggumpal

dimotor

Inspeksi visual mingguan

4 2 M Expansion

Joint

deformasi

a. Terjadi

Kebocor

an dan

False air

b. Support,

ducting

downco

mer

rusak /

colapse

Design

Expansion yang

terpasang

Kurang sesuai

Inspeksi mingguan,

Penambalan dan design

expansion harus sesuai

Total 19 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.6, dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 19 failure mode dengan rincian memiliki

7 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dengan kategori 7 High. Kemudian terdapat 3 frekuensi terjadinya failure mode di

pabrik tuban 2 dengan kategori 3 Medium. Terdapat 5 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 3 dengan kategori 3 High dan 2

Medium. Terdapat 4 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 4 dengan kategori 2 High dan 2 Medium.

Page 17: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

86

Tabel 5.7 Frekuensi FMEA Area Kerja Raw Mill

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

5. Raw

Mill

1 1 H Gear Rusak Korosi Bucket Sangat

Jarang

Beroperasi

Sehingga

Terjadi

Kondesasi

dalam Gear

Box

Inspeksi berkala

1 1 H Cooler berat

Pressure

rendah,

Langkah

Actuator

tidak

terpenuhi.

12 stroke/

Kualitas

Material Seal

kurang bagus

(Life time 5

bulan dari 12)

Penggantian Semua

actuator saat Overhoule

(22 set) Inspeksi Visual

rutin (2 mingguan)

1 1 M Casing

keropos

Material

tumpah,

Area dusty

Life time

(belum ada

penggantian

sejak 1994)

Dubling sisi yang

bocorTambal temporary

Page 18: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

87

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

1 1 M Stack keropos

Stack

keropos

Plat dan

support

korosif,

Lifetime

(Belum pernah

ada Rekondisi

sejak 1994)

Penguatan support

Doubling Plat

1 1 H Motor

Terbakar

Apron

Conveyor

Berhenti

Life time lebih

pendek

a. Ganti unit bar

b. Service rutin

Inpeksi berkala

1 1 H Kualitas

Produk

Rawmill Mess

Tinggi (>20)

Target 17

Kualitas

Clinker

Tidak

Sesuai

Design

Classifier

Berbeda

dengan

Rawmill 3 dan

4

Menurunkan Kapasitas

1 1 H Kerusakan

Reducer

a. Tempera

ture

Reducer

Panas

b. Suara

Shaft

Aus

a. Life time

Innerpart

mendekati

kerusakan

gear

b. Rate

capacity

design 450

t/jam.

a. Inspeksi dang anti oli

bila panas

b. Ganti Vbelt dan

alignment pulley

Page 19: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

88

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

1

2

4

3

2

1

H

H

H

Belt Buckeet

Rusak

a. Bucket

Stop

Operasi

b. Legging

pecah

c. Steelcor

d Sudah

Putus

d. Belt

Conveyo

r Aus

e. Belt

Tipis,

Carcas

Sudah

Terlihat

f. Belt

conveyo

r Stop

a. Rubber

Belt

Sudah

getas,

Elastisitas

turun

(Berdasar

kan

Pengeche

kan

terakhir

dari

vendor

Beumer

pada

september

2016).

b. Lifetime

Melebihi

standar (2

tahun)

c. Lifetime

d. Kondisi

Operasi,

Belt SUP,

Material

terjepit

antara

a. Melapisi permukaan /

Vulkanishing

permukaan

b. Ganti dengan Repair

(lifetime 1 tahun)

Service saat down

c. Potong Sambung Belt

bucket

d. Inspeksi dan Repair

Belt

Page 20: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

89

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

skirt dan

belt

e. Kualitas

sambunga

n hot

splacing

kurang

bagus.

f. Counterw

eight

overweigh

t

g. Metode

penyambu

ngan

kurang

tepat

Kualitas

h. Material

belt

conveyor

kurang

bagus.

Page 21: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

90

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

2 1 M Connector

Bocor

Preassure

tak Tercapai

Life time > 10

tahun

Perawatan berkala

2 2 H Bearing pecah a. Gaya

axial

bearing

IS2

b. Seal

Bocor

a. Overload

feeding

b. Vibrasi

Raw Mill

c. Pemaikaian

Oli

meningkat

Kerusakan

tire dan

table

a. Service reducer tiap

overhoule

b. Inspeksi rutin

2 2 H Reducer macet

a. Apron

stop

b. Suara

reducer

kasar

a. lifetime

lebih dari

20 tahun

b. Bocor

Corosive

a. Inspeksi dan lubrikasi

rutin

b. Pemberian grease pada

seal

Page 22: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

91

No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

2 1 H Brobos Amber dan

Overload di

Bucket Kiln

Feed

a. Blade Gate

kurang

rapat

b. Dust Seal

cepat rusak

(Material

Kurang

Tahan

Panas)

Penggantian Dust Seal

Saat Kiln Off

2 1 M Preasure tidak

tercapai dan

tidak dapat

diputar

Hydraulic

Torque

Macet

Kesalahan

pemakaian,

Over preasure

Pembersihan dan

Perawatan tools

3 1 H Gear Reducer

Hancur

Bucket

Tripped

Terdapat benda

asing masuk

dan merusak

bearing

a. Check vibrasi bulanan

b. visual inspeksi

mingguan saat running

c. Check visual internal

gearbox 6 bulanan

d. Ganti oil gearbox

tahunan.

Total 21 Frekuensi Failure Mode

Page 23: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

92

Pada tabel 5.7 (Area Kerja Raw Mill), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 21 failure mode

dengan rincian memiliki 10 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dengan kategori 8 High da 2 Medium. Kemudian terdapat 9

frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 2 dengan kategori 7 High dan 2 Medium. Terdapat 1 frekuensi terjadinya failure mode di

pabrik tuban 3 dengan kategori 1 High. Terdapat 1 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 4 dengan kategori 1 High.

Tabel 5.8 Frekuensi FMEA Area Kerja Finish Mill

No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi

6. Finish

Mill

Gresik 1 H Penggantian

Chain bucket

Bucket

elevator tidak

bisa

dioperasikan

yang

mengakibatkan

supply material

ke finish mill

terhambat

Komponen

sudah obsolete

Service rutin dan

inspeksi

Gresik 1 H Head Wall

Liner / Throat

Liner Aus 1

Set

Outer Liner

Aus, Inner,

Baut Liner

Aus.

Liner dan Baut

tergerus oleh

Grinding Ball

dan Material

Cement

Cek Kondisi Liner (di

dokumentasi) dan Test

Keausan Liner Secara

Periodik 3 bulan

Page 24: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

93

No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi

Gresik 1 H Gear Unit

Komponen

Sudah Aus dan

Terjadi Vibrasi

Gear Unit

Sudah

Beberapa Kali

Mengalami

Kerusakan,

Vibrasi Dan

Temperature

Tinggi

Life time Dilakukan Inspeksi

Secara Rutin, Service,

Penggantian Oli, Cek

Vibrasi dan

Temperature.

Gresik 1 H Excavator

sparepart

obsolete

Supply

Material di

Finish Mill

terganggu

Life time Inspeksi Mingguan

Gresik 1 H Penggantian

Liner Sheel

karena kondisi

sudah Aus

Liner sheel

sudah aus

sehingga kepal

baut linear

juga terjadi aus

akibat tidak

dilindungi oleh

liner

Life time Melakukan pengelasan

dan penambahan pada

tube mill agar tidak

terjadi kebocoran.

Page 25: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

94

No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi

Gresik 1 H Automatio

Charger sudah

obsolete dan

tidak

menjamion

performance

Finish Mill

ABC gresik

tidak bisa

beroperasi

Komponen

sudah obsolete

Service rutin dan

inspeksi

Gresik 1 H Vibrasi Tinggi Impeller

Unbalance

Terjadi

Coating pada

impeller

Service Rutin

Pembersihan Impeller

Tuban

1

1 H Mill Vibrasi

tinggi

Mill mati

Size material

Clinker halus

Memprioritaskan dome

2 untuk diisi dari kiln 1-

2.

Tuban

2

1 M Fill level

sensor rusak

Penunjukan

tidak akurat

Kabel sensor

terlupakan

karena support

sensor lepas

Repair support kabel

retorque fill level

sensor

Tuban

3

1 H Bolt Putus Material /

semen bocor

Deformasi

pada trunion

plate,

Compartemen

1 overload

Doubling plate trunion

Ganti dimensi dan

material bolt

Page 26: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

95

No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure Cause Solusi

Tuban

3

1 M Bucket

elongation

Bucket alarm

Chain lifetime

(original 3

tahun)

Inspeksi rutin 1 bulan

sekali saat service rutin

Tuban

4

1 H False Signal

awal start mill

mill vibrasi

Kondisi area /

equipment

vibrasi

Penguatan support Belt

conveyor,

memperpanjang delay

alarm

Tuban

4

2 H Blaine dan

mesh dibawah

standar

Kualitas

dibawah

standar

Penggunaan

water spray

tinggi lebih

dari 5000

lt/mnt

Meminimalkan

penggunaan waterspray

maks. 3000lt/mnt

(sebelumnya diatas

5000 lt/mnt)

Tuban

4

1 H Penggunaan

panas berlebih

dan kebutuhan

panas untuk

WHRPG

kurang

Power

consumtion

tinggi

Efisiensi biaya

dan substitusi

panas ke

WHRPG

kurang

Mematikan booster fan,

tidak memakai panas

dari cooler kiln

Total 15 Frekuensi Failure Mode

Page 27: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

96

Pada tabel 5.8 (Area Kerja Finish Mill), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 15 failure mode

dengan rincian memiliki 7 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik gresik dengan kategori High secara keseluruhan. Kemudian terdapat 1

frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 1 dengan kategori High. Terdapat 1 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 2

dengan kategori Medium. Terdapat 2 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 3 dengan kategori 1 High dan 1 Medium. Terdapat 4

frekuensi terjadinya failure mode di pabrik tuban 4 dengan kategori High secara keseluruhan.

Tabel 5.9 Frekuensi FMEA Area Kerja Electrical dan DCS

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure

Cause Solusi

7. Electrical & DCS 1 M Obsolete

Tidak bisa

melakukan

report produksi

a. software

tidak

didukung

lagi

b. 1lifetime

Hardware.

Reset rutin hampir tiap

hari

1 H Short Circuited

Explosion

Obsolete (life

time >20

tahun)

Infeksi Cleaning Check

Termografi

2 H Trafo short

circuit

Coil/winding

transformator

rusak

High

temperature,

thermal fault,

acidity tinggi

Inspeksi bulanan

Page 28: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

97

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure

Cause Solusi

1 H Fan VSD

indikasi

bearing kasar

VSD stop

karena

temperatur

tinggi

Life time

sudah

melebihi

50.000 jam.

Kondisi area

kotor.

Service rutin saat

shutdown dan overhoule

Pembersihan rutin filter

udara, pembersihan

ruangan dan inspeksi

bulanan.

1 H kabel short

Kiln 1,2,3,4

stop

Panas di

kabel duct

Check termografi dan

inspeksi kabel duct

1 H Kandungan

Gas

Acethylene

Cukup Tinggi

Akan Terjadi

Explotion di

Internal Trafo

a. adanya

flash over

pada

kontak

mekanik

tap

changer di

internal

trafo

b. rusaknya

sambunga

n antara

coil

winding

trafo

menuju ke

kontak tap

changer.

Test DGA (Dissolve Gas

Analysis)

Page 29: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

98

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure

Cause Solusi

1 H Kabel banyak

sambungan

dan sudah

obsolote

Power ke PH 2

- Pelabuhan

Gresik Trip

Kabrl

obsolote dan

banyak

sambungan

Cek visual jaringan kabel

1 H Performa

Pump Rendah

Supply Air

dari bak

Tubanan

Terganggu/Ma

cet

Performa

Pump

Menurun

Inspeksi Rutin

1 H Welding

Machine

Miller

mengalami

kerusakan

Welding

Machine

Miller tidak

bisa diperbaiki

karena

sparepart

Obsolote

Life time Dilakukan Service Rutin

1 H Pergerakan,

Buka/Tutup

Pintu Berat

Bagian Pintu

putus &

Miring

Hasil

Temuan

Audit/Sertifik

asi

Pembenahan Sementara

Page 30: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

99

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Effect Failure

Cause Solusi

1 H Penerangan

buruk, Apar

tidak ada,

Emegency

door/Call/bell

buruk, Buffer

buruk

Transport

Orang/Barang

ke lantai

atas/Top silo

terganggu

Hasil

Temuan

Audit /

Sertifikasi

Pembenahan Sementara

1 H Coil sering

terbakar

Vibrating

Screen Stop

Mutu Coil

rendah,

Spesifikasi

tidak ada

Cek Ampere, AdJustmen

Getaran

Total 13 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.9 (Area Kerja Electrical dan Penunjang), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu

13 failure mode dengan rincian memiliki 13 frekuensi terjadinya failure mode dengan kategori 12 High dan 1 Medium.

Page 31: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

100

Tabel 5.10 Frekuensi FMEA Area Kerja Packer

No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

8. Packer Gresik 1 H Compressor

Existing

Obsolote

Compressor

Existing

Obsolote

sering

mengalami

kerusakan

dan Sparepart

Obsolote

Life Time

Dilakukan Service Rutin

Gresik 1 H PLC sudah

obsolete

sehingga

performance

tidak bisa

dipastikan

Release

packer

berhenti total

Obsolote Service/Cleanin dan

connection

Tuban

2 dan 3

2 H Mengalami

kerusakan

pada steel cord

belt bucket

elevator dan

retak diseluruh

top dan bottom

cover

Belt bucket

elevator

putus

Kondisi belt

bucket retak-

retak diseluruh

top dan bottom

cover sehingga

tidak mampu

mengcover

kekuatan tarik

pada maksimal

operasi.

Monitoring Operasi dan

repair conditional.

Page 32: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

101

No Area Pabrik Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

Hardness

rubber yang

melebihi

standart

mengakibatkan

keausan

tension pulley.

Total 4 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.10 (Packer), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 4 failure mode dengan rincian

memiliki 2 frekuensi terjadinya failure mode di pabrik gresik dengan kategori 2 High. Kemudian terdapat 1 failure mode di pabrik tuban 2

dan 3 dengan kategori 2 High.

Page 33: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

102

Tabel 5.11 Frekuensi FMEA Area Kerja Pelabuhan

No Area Frek. Kategori Failure mode Failure

Effect Failure Cause Solusi

9. Pelabuhan 1 H Isolator &

Cable broken

Short

circuit

cable,

trafo

rusak,

Cable power 20

KV tersebut

tertarik oleh proses

operasional dan

kekuatan kabel (-)

akibat kerusakan

sebelumnya, Cable

Chain rusak akibat

tertabrak alat berat

bongkar muat batu

bara.

Menutup lecetan isolasi

cable dengan isolator

tape. Mengganti

beberapa cable chain

yang rusak dan

pendukungknya.

Total 1 Frekuensi Failure Mode

Pada tabel 5.11 (Area Kerja Pelabuhan), dapat dilihat bahwa total frekuensi terjadinya failure mode secara keseluruhan yaitu 1 failure mode

dengan rincian memiliki kategori High.

Page 34: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

103

Penambahan kolom frekuensi terjadinya failure mode sangat berguna untuk menentukan

Occurance pada kolom FMEA. Dan data diatas merupakan data mentah untuk pembuatan

aplikasi FMEA sehingga perlu adanya sistematika pengisian template FMEA. Berikut ini

flowchart pengisian template FMEA sesuai dengan Aplikasi yang akan dibangun :

Mulai

Input Jenis Failure

Mode

Failure Cause &

Efeect List ?

New Form Failure

List

Pilih Failure Cause

& Efeec

Current Control

List ?

Current Control

Action

Selesai

Gambar 5.2 Flowchart Aplikasi FMEA

Page 35: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

104

5.5 Perbaikan Sistem V (Target Frekuensi Failure Mode)

Section of Maintenance Planning PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki peranan

penting dalam mengontrol seluruh perawatan mesin dan peralatan yang ada di perusahaan

tersebut dengan cara menerapkan sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).

Berbagai failure mode yang ada tentu merupakan tantangan yang harus dituntaskan baik

untuk meminimalisir kejadian berulang ataupun memprediksi failure mode yang akan

terjadi. Makadari itu, Section of Maintenance Planning seharusnya memiliki target frekuensi

untuk menentukan apakah suatu failure mode memiliki frekuensi aktual yang melebihi

frekuensi target sehingga penerapan fmea dapat ditentukan kurang efektif atau sudah efektif.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mampu menentukan frekuensi target

dari setiap failure mode yang ada. Data tersebut didapat setelah melakukan analisis data

berdasarkan record fmea dan juga melihat data downtime sembilan area kerja di Section of

Maintenance Planning. Berikut ini data frekuensi target yang didapatkan yaitu :

Tabel 5.12 Frekuensi Target Area Kerja Crusher

Area Tuban Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Crusher 1 H Temparatur oil

sirkulasi bearing

hammer panas

92C bersifat

mematikan pada

100 C

1 1 Efektif

1 dan 2 H Material

Tumpah keluar

storage

3 1 Kurang

Efektif

2 H LCD dan

Keyboard Error

1 1 Efektif

3 M Oil reducer

bocor

1 2 Efektif

3 H Belt Rusak 2 1 Kurang

Efektif

3 M Vibrasi Pada

Area Drive

1 2 Efektif

4 M Shaft Bending 1 1 Efektif

4 H Rel Rusak 1 1 Efektif

Page 36: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

105

Area Tuban Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

4 H Metal Lolos ke

alat transport

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 12 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 2 failure mode yang dalam

penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Material tumpah keluar storage”

dengan kategori High di Pabrik tuban 1 dan 2. Kemudian jenis kegagalan lainnya yaitu “Belt

rusak” dengan kategori High di Pabrik tuban 3.

Penerapan fmea terhadap 2 failure diatas kurang begitu efektif dikarenakan kedua

failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi frekuensi target sehingga perlu

adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak terulang kembali. Walaupun

terdapat 2 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi 7 failure mode yang lain

termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.

Tabel 5.13 Frekuensi Target Area Kerja Central Coal Transport

Area Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Central Coal

Transport

M Belt Putus 1 2 Efektif

M Low Power

hydraulic saat

travel

1 2 Efektif

H Overheat

Hydraulic

temperature

1 1 Efektif

M Track shoe putus 1 1 Efektif

H Kemampuan

traveling /

moving lama

1 1 Efektif

M Bearing Motor

Cepat aus

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 6 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa semua failure mode yang ada

Page 37: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

106

memiliki frekuensi aktual yang tidak melebihi frekuensi target sehingga penerapan fmea di

area kerja Central Coal Transport sudah berjalan dengan efektif.

Tabel 5.14 Frekuensi Target Area Kerja Coal Mill

Area Tuban Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Coal

Mill

1 M RF dan FD

macet

2 2 Efektif

3 M Bevel Pimion

dan pinion aus

1 1 Efektif

3 M Broken total (4

of 4 segment)

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 3 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa semua failure mode yang ada

memiliki frekuensi aktual yang tidak melebihi frekuensi target sehingga penerapan fmea di

area kerja Coal Mill sudah berjalan dengan efektif.

Tabel 5.15 Frekuensi Target Area Kerja Kiln

Area Tuban Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Kiln 1 H Pressure rendah,

Langkah

Actuator tidak

terpenuhi. 12

stroke/ mnt

menjadi 6

stroke/mnt

1 1 Efektif

1 H Rate Capacity

Kurang

Kebutuhan 1200

ton/jam

1 1 Efektif

1 H Coating Lepas 1 1 Efektif

1 H GMU Error 1 1 Efektif

Page 38: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

107

Area Tuban Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

1 H Aus Rusak

Centre Tube

Jatuh

1 1 Efektif

1 H Pressure rendah,

Langkah

Actuator tidak

terpenuhi. 12

stroke/ mnt

menjadi 6

stroke/mnt

1 1 Efektif

1 H Flow rendah

dibawah 25 mbar

1 1 Efektif

3 H Superbolt putus

> 4 EA di 1 titik

1 1 Efektif

2 M Pondasi retak 1 1 Efektif

2 M Kapasitor DC

BUS link terjadi

deviasi > 10%

1 2 Efektif

2 M Red Spot 1 1 Efektif

3 H Stage 4 cyclone

buntu

1 1 Efektif

3 M Fan vibrasi

tinggi

2 2 Efektif

3 H Hammer cepat

aus (Dalam

waktu 6 bulan

berkurang 40 %)

1 1 Efektif

4 H Motor

Trip/Overload

2 1 Kuang

Efektif

4 M Expansion Joint

deformasi

2 2 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 16 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 1 failure mode yang dalam

penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Motor Trip/Overload” dengan

kategori High di Pabrik tuban 4. Penerapan fmea terhadap 1 failure diatas kurang begitu

efektif dikarenakan failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi frekuensi target

sehingga perlu adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak terulang kembali.

Page 39: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

108

Walaupun terdapat 1 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi 15 failure mode yang

lain termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.

Tabel 5.16 Frekuensi Target Area Kerja Raw Mill

Area Tuban Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Raw

Mill

1 H Gear Rusak 1 1 Efektif

1 H Cooler berat 1 1 Efektif

1 M Casing keropos 1 1 Efektif

1 M Stack keropos 1 1 Efektif

1 H Motor Terbakar 1 1 Efektif

1 H Kualitas Produk

Rawmill Mess

Tinggi (>20)

Target 17

1 1 Efektif

1 H Kerusakan

Reducer

1 1 Efektif

1 H Belt Buckeet

Rusak

3 1 Kuang

Efektif

2 H Belt Buckeet

Rusak

2 1 Kuang

Efektif

4 H Belt Buckeet

Rusak

1 1 Efektif

2 M Connector Bocor 1 1 Efektif

2 H Bearing pecah 2 1 Kurang

Efektif

2 H Reducer macet 2 1 Kurang

Efektif

2 H Brobos 1 1 Efektif

2 M Preasure tidak

tercapai dan

tidak dapat

diputar

1 2 Efektif

3 H Gear Reducer

Hancur

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 14 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 3 failure mode yang dalam

penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Belt Buckeet Rusak” dengan

kategori High di Pabrik tuban 1 dan 2. Kemudian jenis kegagalan lainnya yaitu “Bearing

Page 40: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

109

Pecah” dengan kategori High di Pabrik tuban 2 dan “Reducer Macet” dengan kategori High

di Pabrik tuban 2.

Penerapan fmea terhadap 3 failure diatas kurang begitu efektif dikarenakan kedua

failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi frekuensi target sehingga perlu

adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak terulang kembali. Walaupun

terdapat 3 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi 11 failure mode yang lain

termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.

Tabel 5.17 Frekuensi Target Area Kerja Finish Mill

Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Finish

Mill

Gresik H Penggantian

Chain bucket

1 1 Efektif

Gresik H Head Wall Liner

/ Throat Liner

Aus 1 Set

1 1 Efektif

Gresik H Gear Unit

Komponen

Sudah Aus dan

Terjadi Vibrasi

1 1 Efektif

Gresik H Excavator

sparepart

obsolete

1 1 Efektif

Gresik H Penggantian

Liner Sheel

karena kondisi

sudah Aus

1 1 Efektif

Gresik H Automatio

Charger sudah

obsolete dan

tidak menjamion

performance

1 1 Efektif

Gresik H Vibrasi Tinggi 1 1 Efektif

Tuban 1 H Mill Vibrasi

tinggi

1 1 Efektif

Tuban 2 M Fill level sensor

rusak

1 1 Efektif

Tuban 3 H Bolt Putus 1 1 Efektif

Tuban 3 M Bucket

elongation

1 1 Efektif

Page 41: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

110

Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Tuban 4 H False Signal

awal start mill

1 1 Efektif

Tuban 4 H Blaine dan mesh

dibawah standar

2 1 Kurang

Efektif

Tuban 4 H Penggunaan

panas berlebih

dan kebutuhan

panas untuk

WHRPG kurang

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 14 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 1 failure mode yang dalam

penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Blaine dan Mesh dibawah Standart”

dengan kategori High di Pabrik tuban 4. Penerapan fmea terhadap 1 failure diatas kurang

begitu efektif dikarenakan kedua failure tersebut memiliki frekuensi aktual yang melebihi

frekuensi target sehingga perlu adanya perbaikan yang solutif agar kejadian yang ada tidak

terulang kembali. Walaupun terdapat 1 failure mode yang melebihi frekuensi target tetapi

13 failure mode yang lain termasuk memiliki penerapan fmea yang efektif.

Tabel 5.18 Frekuensi Target Are Kerja Electrical & DCS

Area Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Electrical & DCS M Obsolete 1 1 Efektif

H Short Circuited 1 1 Efektif

H Trafo short

circuit

2 1 Efektif

H Fan VSD

indikasi bearing

kasar

1 1 Efektif

H kabel short 1 1 Efektif

H Kandungan Gas

Acethylene

Cukup Tinggi

1 1 Efektif

Page 42: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

111

Area Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

H Kabel banyak

sambungan dan

sudah obsolote

1 1 Efektif

H Performa Pump

Rendah

1 1 Efektif

H Welding

Machine Miller

mengalami

kerusakan

1 1 Efektif

H Pergerakan,

Buka/Tutup

Pintu Berat

1 1 Efektif

H Penerangan

buruk, Apar

tidak ada,

Emegency

door/Call/bell

buruk, Buffer

buruk

1 1 Efektif

H Coil sering

terbakar

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 12 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa semua failure mode yang ada

memiliki frekuensi aktual yang tidak melebihi frekuensi target sehingga penerapan fmea di

area kerja Electrical & DCS sudah berjalan dengan efektif.

Tabel 5.19 Frekuensi Target Area Kerja Packer

Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Packer Gresik H Compressor

Existing

Obsolote

1 1 Efektif

Gresik H PLC sudah

obsolete

sehingga

performance

tidak bisa

dipastikan

1 1 Efektif

Page 43: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

112

Area Pabrik Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Tuban

2 dan 3

H Mengalami

kerusakan pada

steel cord belt

bucket elevator

dan retak di

seluruh top dan

bottom cover

2 1 Kurang

Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total terjadinya failure mode secara keseluruhan

yaitu 3 failure mode. Data tersebut menyajikan bahwa terdapat 1 failure mode yang dalam

penerapan fmea kurang efektif dengan jenis kegagalan “Mengalami kerusakan pada steel

cord belt bucket elevator dan retak di seluruh top dan bottom cover” dengan kategori High

di Pabrik tuban 2 dan 3.

Tabel 5.20 Frekuensi Target Area Kerja Pelabuhan

Area Kategori Failure mode Frek.

Actual

Frek.

Target

Efektif /

Kurang

Efektif

Pelabuhan H Isolator & Cable

broken

1 1 Efektif

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa Area Kerja Pelabuhan memiliki 1 failure mode

dengan kategori High. Penerapan fmea di area kerja pelabuhan dapat dikatan sudah efektif

karena frekuensi actual yang ada tidak melebihi frekuensi target suatu failure.

Page 44: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

113

5.6 Usability Testing

Gambar 5.3 Form FMEA Awalan

Gambar 5.2 merupakan form FMEA yang digunakan di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

saat ini. Form tersebut memiliki banyak kekurangan mulai dari banyak penentuan kategori

yang keliru, Nilai RPN yang keliru, Kolom failure cosequences yang membingungkan user,

tidak adanya warna khusus tiap area kerja, tidak adanya frekuensi aktual dan target.

Gambar 5.4 Perbaikan Form FMEA

Page 45: BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perbaikan Sistem I (Penentuan ...

114

Gambar 5.3 menunjukkan bahwa form FMEA awalan telah banyak mendapatkan perbaikan.

Perbaikan yang dilakukan yaitu memberikan perhitungan RPN otomatis yang terhubung

dengan penentuan kategori FMEA sehingga kategori FMEA selalu tepat dengan nilai RPN

yang muncul. Kemudian adanya pemberian warna khusus tiap area kerja, penghapusan

kolom failure cosequences, Peletakan kolom nilai severity, occurance dan detection yang

tidak terpisah-pisah serta adanya tabel frekuensi aktual, target dan kolom yang menyatakan

efektif atau tidaknya penerapan FMEA pada suatu failure mode diarea kerja tertentu.

Selanjutnya, berdasakan hasil wawancara untuk melakukan usability testing dengan

kategori penilaian yaitu usefulness, ease for use, ease for learning dan satisfaction maka

didapatkan bahwa seluruh pengguna (6 user) berpendapat perbaikan sistem yang diberikan

sangat memuaskan dikarenakan untuk kategori usefulness keseluruhan pengguna

berpendapat bahwa new template fmea (NTF) sangat efektif dan lebih produktif dalam

mengoperasikan NTF dengan konten yang lebih simple dan mudah dimengerti. Untuk

kategori ease for use, keseluruhan pengguna juga berpendapat bahwa NTF mudah untuk

digunakan karena beberapa kolom konten utama sudah saling terkoneksi sehingga untuk

menentukan kesimpulan jaul lebih mudah. Untuk kategori ease for learning, seluruh

pengguna berpendapat bahwa NTF mudah dipahami karena adanya pengelompokan area

kerja serta pengelompkan kolom severity, occurance dan detection yang didekatkan

sehingga pengguna tidak kebingungan dalam memberikan penilaian. Dan untuk kategori

satisfaction seluruh pengguna berpendapat bahwa new template fmea jauh lebih memuaskan

dibandingkan dengan template awalan.

Jadi, berdasarkan usability testing yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yaitu

6 dari 6 pengguna atau 100% pengguna mengatakan puas dengan template usulan yang telah

diberikan karena bukan hanya tampilannya saja yang menarik namun isi konten dan

pengoperasian new template fmea jauh lebih mudah dan produktif.