PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS...
Transcript of PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS...
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NARIZKY AZMI
NIM 107018201056
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAMMENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
3x42x3
4x66x6
2R 3R
4R
PEMANFAATAN
SUMBER BELAJAR DALAMMENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
“PEMANFAATAN
SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN”
i
ABSTRAK
Narizky Azmi, NIM 107018201056, Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMP An Nurmaniyah. Skripsi ini di
bawah bimbingan Siti Khadijah, MA. Program Studi Manajemen
Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Sumber belajar termasuk dalam sarana dan prasarana pendidikan, oleh
karena itu sumber belajar sangat penting dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Kurang terpenuhinya sumber belajar oleh sekolah
menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan sumber belajar
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus untuk mengukur efektivitas
pelaksanaannya. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, adapun untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis
melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru di SMP An
Nurmaniyah.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh data tentang pemanfaatan
sumber belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP An
Nurmaniyah. Dari keseluruhan pelaksanaannya sudah mencapai nilai efektif,
adapun yang menjadi perhatian perlu adanya penambahan sumber belajar yang
masih belum lengkap agar tercipta suasana belajar yang kondusif untuk mencapai
kualitas pembelajaran yang diinginkan.
Kata Kunci : Sumber Belajar, Kualitas Pembelajaran
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran
dan kedamaian bagi seluruh alam.
Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan data, dan sebagainya. Namun dengan kerja keras dan kesungguhan
hati serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Prodi Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan, perhatian dan pengertian, saran serta nasehat yang
penulis butuhkan selama pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Asril DT Paduko Sindo, MA. Dosen Penasehat Akademik yamg telah
membimbing selama penulis menempuh studi di Fakultas ini.
4. Siti Khadijah, MA. Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
perhatian dan pengertian, saran serta nasehat yang penulis butuhkan selama
pembuatan skripsi ini dan bantuan yang telah banyak diberikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd. Dosen Prodi Manajemen Pendidikan yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta saran
dan nasehat yang penulis butuhkan selama pembuatan skripsi ini dan bantuan
yang telah banyak diberikan selama penulis menempuh studi di Fakultas ini.
iii
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan
penuh keiklahsan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat.
7. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya, yang telah
memberikan pelayanan dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan dalam
perkuliahan, khususnya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Bapak Purbatin Hadi Wakil Kepala SMP An Nurmaniyah dan Ibu Anita
Samirah guru bidang study IPS,beserta guru-guru, karyawan dan para siswa-
siswi, yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian dan
membantu dalam pencarian data-data dan memberikan arahan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Teristimewa, Ayahanda Romlih, S. Pd dan Ibunda tercinta Karti, S. Pd yang
telah mendidik penulis dari buaian hingga sekarang yang selalu berjuang
hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah, dan atas kesabaran, ketulusan dan
perjuangan ayahanda dan ibunda tercinta, yang selalu memotivasi dan
mendoakan putrinya di setiap sujudnya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Semoga Allah selalu memberikan balasan yang lebih atas
semua yang telah ayahanda dan ibunda berikan untuk penulis.
10. Adikku tersayang Achmad Hayyi Afriza yang senantiasa memberikan
keceriaan, dukungan dan memberikan semangat dalam proses penyusunan
skripsi ini. Semoga selalu menjadi anak kebanggaan orang tua.
11. Yang juga istimewa teruntuk Ihsan Ramdhani yang tak henti-hentinya
memberikan semangat dan dukungan yang sangat luar biasa dalam
penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku KI-MP angkatan 2007 kelas B, khususnya Ulfah Azizah,
Eflyn Novitasari, Ana Setiani, Fitria Nurmayulinda, Rizka Eka Rahayu,
Navida Handayani, Siti Nurasyiah, Nurul Maspupah, Ahmad Hudori, Fajri
Ahmad Subhi, Ahmad Zamahsari, Moh. Jakfar, Vega Fahrudin, Didik
Setiawan, Suharyono Gustiawan, Titis Aji, Pendi terima kasih karena telah
memberikan canda, tawa, senangnya kehidupan kampus, yang tidak akan
iv
pernah bisa terlupakan dan akan selalu terekam dalam memori, senang bisa
mengenal dan bersahabat dengan kalian.
13. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih
atas bantuan dan motivasinya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita
semua sepanjang kehidupan kita. Amin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis sendiri, dan bagi pembaca.
Jakarta, 20 Agustus 2014
Penulis
Narizky Azmi
V
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kualitas Pembelajaran .......................................................................... 7
1. Pengertian Kualitas Pembelajaran ................................................. 7
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran .......... 9
B. Sumber Belajar Sebagai Salah Satu Aspek Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran .................................................. 11
1. Konsep Sumber Belajar ................................................................. 11
a. Pengertian Sumber Belajar ...................................................... 11
b. Jenis-jenis Sumber Belajar ...................................................... 15
c. Fungsi-fungsi Sumber Belajar ................................................. 28
d. Pemilihan Sumber Belajar ....................................................... 29
e. Ciri-ciri Sumber Belajar .......................................................... 34
VI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 41
B. Metode Penelitian............................................................................. 41
C. Sumber Data ..................................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42
E. Teknik Analisa Data ......................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP An Nurmaniyah ........................................ 46
1. Profil SMP An Nurmaniyah ..................................................... 46
2. Identitas Sekolah ....................................................................... 47
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP An Nurmaniyah ........................... 48
B. Deskripsi dan Interpretasi Data Penelitian ....................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 63
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang berlangsung sepanjang hayat,
karenanya pendidikan dapat terjadi kapanpun dan dimanapun seseorang berada.
Alasan tersebut membuat pendidikan menjadi sangat penting artinya bagi setiap
individu, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang atau bahkan
akan terbelakang. Untuk itu pendidikan sudah seharusnya dapat diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping
memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Indonesia sebagai negara pluralis yang juga merupakan salah satu negara
yang mempunyai perhatian yang cukup besar pada bidang pendidikan, selalu
berusaha mewujudkan cita-cita nasional. Hal ini tertuang sebagaiman dalam
Sistem Pendidikan Nasional yang mengartikan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab1”.
1 Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II,
Pasal 3.
2
Dalam regulasi tersebut secara jelas telah diamanatkan bahwa pendidikan
yang diselenggarakan oleh negara paling tidak ditujukkan untuk mengembangkan
segala potensi yang ada pada peserta didik sehingga ia cukup mampu untuk
menyelenggarakan kehidupannnya seacara mandiri. Berbagai upaya terus
dilakukan oleh seluruh pihak agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Pendidikan berkualitas adalah salah satu indikasi keberhasilan yang ingin
dicapai oleh pemerintah sebagai pihak yang dibebankan tugas berat tersebut.
Pemerintah menganggap bahwa masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh
pendidikan yang diselenggarkan hari ini.
Peningkatan kualitas dalam lembaga pendidikan (sekolah) terletak pada
aspek kunci yang terkadang terlupakan yakni kegiatan proses belajar mengajar.
Aspek tersebut merupakan inti dari keseluruhan sistem pendidikan. Karena dalam
proses belajar mengajar akan berlangsung kegiatan yang dapat membentuk
individu kearah tingkah laku yang sesuai dengan karakter bangsa.
Proses belajar terjadi apabila seseorang berinteraksi dengan lingkungannya
(natural, sosial, dan atau kultural), sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
prilaku (kognitif, afektif, dan atau psikomotorik) yang relatif tetap. Sumantri
Muliani dan Permana Johar (1999) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
segala upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang
sedemikian rupa sehingga proses belajar itu menjadi efisien dan efektif.2
Belajar merupakan proses aktif untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
seseorang. Perubahan itu terjadi karena usaha yang sengaja dan terjalinnya suatu
hubungan yang harmonis antara satu individu dengan individu lainnya. Kegiatan
proses belajar mengajar dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada individu.
Untuk itu, bukan dikatakan belajar apabila tidak ada perubahan tingkah laku, tidak
hanya mengenai perubahan pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan,
kebiasaan sikap, pengertian, penghargaan, minat, dan penyesuaian diri.3
2 Sumantri Muliani dan Permana Johar. 1999. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Proyek
PGSD Ditjen Dikti Depdikbud, hal. 1. 3 A.Tabrani Rusya,dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, CV. Remaja karya,
Bandung, 1989, hal. 169
3
Namun demikian jika diperhatikan, proses belajar mengajar yang biasanya
dilaksanakan di sekolah masih belum berjalan dengan baik, sehingga siswa belum
mampu mengoptimalkan potensi diri yang dimiliki sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Idealnya siswa dituntut untuk ikut terlibat langsung dalam proses
belajar mengajar dan mampu menemukan sendiri tujuan dari suatu pelajaran.
Tetapi, pada kenyataannya siswa belum dilibatkan secara aktif oleh guru dalam
proses belajar mengajar. Siswa dalam proses belajar hanya diposisikan sebagai
objek bukan sebagai subjek. Kesalahan dalam proses belajar mengajar tersebut
yang mengakibatkan pendidikan hanya berlangsung satu arah.
Faktor lain yang menyebabkan kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu
yakni perhatian yang minim terhadap pengelolaan sumber belajar. Dalam
beberapa kasus guru hanya sebatas menggunakan sumber belajar, tanpa
memperhatikan tingkat keefektifan penggunaannya. Akibatnya materi yang
disampaikan kepada siswa tidak dapat diterima dengan baik.
Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa dalam proses
belajar mengajar ada sesuatu yang terkadang dilupakan oleh para pemangku
pendidikan khususnya guru, yaitu proses pembelajaran harus berpusat pada siswa.
Tugas guru hanya untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar, artinya guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Dengan begitu, diharapkan siswa
dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki, dapat menemukan sendiri
konsep suatu pelajaran, dan dapat melahirkan lulusan yang berkualitas, aktif dan
memiliki keunggulan kompetitif.
Dalam proses pembelajaran sumber belajar itu sangat diperlukan. Sumber
belajar pada dasarnya adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan
kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu
optimalisasi hasil belajar.
Tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak guru yang belum
memanfaatkan sumber belajar secara maksimal dalam menyampaikan materi yang
lebih bervariatif. Misalnya saja, dalam menyampaikan materi guru-guru masih
4
banyak menggunakan metode diskusi sehingga terlihat monoton dan
membosankan. Hal ini semakin membuktikan bahwa masih banyak diantara
guru-guru kita yang belum terampil dalam menggunakan media belajar seperti
infocus, proyektor, komputer, dan lain-lain.
Perlu diketahui bahwa permasalahan mengenai kegiatan proses belajar
mengajar tidak sepenuhnya disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam
menggunakannya, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh faktor lainnya terutama
berkaitan dengan tersedianya sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Perhatian
sekolah dalam menyediakan sarana dan prasarana sangat penting karena akan
sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Dengan adanya sarana dan
prasarana yang lengkap dan memadai sesuai dengan kebutuhan, maka kegiatan
belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar sehingga akan meningkatkan
kualitas pendidikan menjadi lebih baik.
Situasi belajar yang baik sangat mempengaruhi kualitas belajar mengajar,
dan keberhasilan siswa merupakan tujuan utama dari sebuah pendidikan. Untuk
itu diperlukan guru yang kreatif professional dan efektif dalam mengajar serta
seluruh elemen sekolah.
Untuk menyelenggarakan suatu pendidikan yang berkualitas, tidak terlepas
dari beberapa faktor, salah satunya adalah pengelolaan sumber belajar. Namun
yang terpenting dalam menentukan dari mutu kegiatan belajar mengajar adalah
guru. Pendidik (guru) yang memiliki kompetensi profesionalisme seperti
penguasaan materi ajar, mencintai profesinya, memiliki keterampialan mengajar,
mampu menilai hasil belajar siswa dan lain-lain, maka mutu dari prestasi belajar
pun sangat ditentukan oleh guru itu sendiri.
Dari permasalahan pendidikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
bagaimana pemanfaatan sumber belajar di SMP AN Nurmaniyah Ciledug.
dikarenakan SMP ini merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta yang
secara umum hingga saat ini keberadaannya sangat memberikan kontribusi dalam
keberlangsungan dunia pendidikan. Akan tetapi pada tahap pemanfaatan sumber
5
belajar masih terdapat beberapa kendala seperti penggunaan sumber belajar yang
masih belum efektif.4
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkannya dalam sebuah
karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran”.
B. Identifikasi Masalah
Dengan bertitik tolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
a. Kurang efektifnya pemanfaatan sumber belajar dalam proses
kegiatan belajar mengajar
b. Ketidakberagaman sumber belajar yang digunakan guru
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
c. Kurangnya sarana dan prasarana yang disediakan sekolah untuk
mendukung proses belajar mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada kurang efektifnya
pemanfaatan sumber belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
di SMP An-Nurmaniyah Tangerang. Hal ini dimaksudkan agar
pembahasan lebih terfokus dengan judul yang dipilih dan didapatkan
hasil yang diinginkan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah duraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana pemanfaatan
sumber belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP An
Nurmaniyah Tangerang?”
4 Hasil observasi sementara di SMP An Nurmaniyah Ciledug.
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
secara jelas tentang pemanfaatan sumber belajar yg meliputi pesan,
orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan memperkaya khasanah kepustakaan kependidikan khususnya pada
pengelolaan sumber belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan pentingnya faktor sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan agar siswa selalu
menggunakan keseluruhan sumber belajar sehingga dapat membantu
dalam proses pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai sekolah.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan agar pihak sekolah
secara keseluruhan memperhatikan sistem proses pembelajaran
termasuk di dalamnya pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di
sekolah.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kualitas Pembelajaran
1. Pengertian kualitas pembelajaran
Istilah kualitas berasal dari bahasa Inggris (Quality) dan sepadan
dengan kata mutu dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sudah
tidak asing atau dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini biasanya
didahului atau dibarengi dengan kata lain, seperti kualitas ekspor, kualitas
impor, kualitas keimanan, kualitas kecerdasan, guru yang berkualitas, siswa
yang berkualitas, dan lain sebagainya. Jadi kualitas adalah tingkatan atau
baik buruknya sesuatu baik yang berupa benda atau manusia.
Kualitas dalam KBBI adalah ukuran baik buruk, mutu, taraf, kadar, atau
derajat dari kecerdasan, kepandaian, dan sebagainya.4 Sedangkan menurut
Nana Sudjana, pengertian kualitas secara umum dapat diartikan suatu
gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruk hasil yang dicapai para
siswa dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.5
Nurkholis mengatakan bahwa kualitas memiliki dua konsep yang
berbeda antara konsep Absolut dan Relatif. Kualitas dalam arti absolute
adalah yang terbaik, tercantik, terpercaya. Kualitas dalam konsep relative
memiliki dua aspek yaitu; dilihat dari sudut pandang produsen maka
kualitas adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan dan dari
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (DEPDIKBUD, 1983) Cet.ke 2, h.179
5 Nana Sudjana, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), Cet. Ke3, h.87
8
sudut pandang pelanggan maka kualitas untuk memenuhi tuntutan
pelanggan.6
Dari beberapa pengertian di atas yang telah dipaparkan menggambarkan
bahwa kualitas atau mutu adalah suatu tingkat atau kadar pada sesuatu, baik
pada benda, manusia, atau lainnya. Dalam dunia pendidikan pun bisa dilihat
berdasarkan dari kualitas, apakah baik, sedang atau bahkan rendah.
Adapun pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar
dengan sendiri.7 Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan
moral keagamaan, aktivitas, dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar
yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan
pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.
Sedangkan Abdul Gafur mengartikan pembelajaran lebih kepada suatu
kegiatan yang sengaja dilakukan sehingga anak didik dapat bertingkah laku
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sebagaimana yang diungkapkannya
dalam “Desain Instruksional” bahwa pembelajaran adalah “Suatu kegiatan
dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar
ia dapat bertingkah laku dan bereaksi terhadap kondisi tertentu”.8
Berdasarkan uraian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang diorganisisr dengan baik oleh guru
sehingga murid dapat berinteraksi dengan lingkungannya yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri siswa melalui pengalaman dan latihan.
Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran
yang dilakukan yaitu strategi pengorganisasian pembelajaran makro dan
mikro, strategi penyampaian pembelajaran, serta strategi pengelolaan
pembelajaran di bawah kondisi yang ada yaitu karakteristik tujuan,
karakteristik isi, kendala, dan karakteristik peserta didik. Hasil pembelajaran
6 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2008), cet ke 4 h.67
7 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana
Media Group 2009) h.85 8 Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Solo: Tiga Serangkai, 1989), h. 22
9
adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa
berupa efek yang disengaja dirancang oleh sebab itu merupakan efek yang
diinginkan, dan juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode
pembelajaran tertentu.
Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti
kebenarannya yaitu bahwa peserta didik atau siswa harus banyak
berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai
sulit diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya
hasil belajar yang optimal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat
efektifitas proses pembelajaran yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang
telah ditargetkan oleh sekolah yang bersangkutan. Jadi berkualitas atau
tidaknya proses pembelajaran dapat dilihat dari bagaimana proses tersebut
berlangsung. Jika proses pembelajaran berjalan efektif, maka situasi belajar
mengajar yang diharapkan, yaitu suasana yang kondusif dan komunikatif
akan tercipta dan tujuan pembelajaran pun akan terlaksana dengan baik
sesuai dengan harapan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran
Dalam hal pembelajaran harus ditunjang dengan sebaik-baiknya dan
selengkap-lengkapnya agar proses pembelajaran menjadi lancar, adapun hal-
hal yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut diantaranya adalah :
1. Pengetahuan
2. Kemampuan Membuat Perencanaan Pembelajaran
3. Kemampuan Menggunakan Media atau Alat Bantu Pelajaran
4. Kemampuan Menggunakan Metode
5. Kemampuan Mengelola Kelas
10
6. Kemampuan Mengevaluasi9
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, evaluasi juga sebaiknya
dilakukan bukan hanya terhadap hasil belajar akan tetapi juga proses belajar.
Hal ini sangat penting sebab evaluasi terhadap proses belajar pada dasarnya
evaluasi terhadap keterampilan intelektual secara nyata.
Dan ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran diantaranya :
1) Peserta didik (RAW INPUT)
a. Faktor intern
1. Faktor jasmani, meliputi faktor kesehatan, kebugaran tubuh. Siswa
yang sehat badannya akan lebih baik hasil belajarnya dari siswa
yang sakit.
2. Faktor psikologis, diantaranya yang amat berpengaruh adalah
intelegensia, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan,
dan kelelahan.
b. Faktor ekstern
1. Faktor Keluarga
Dalam keluarga yang menjadi penanggung jawab adalah orang tua,
keluarga sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah juga tidak kalah pentingnya di dalam menciptakan
kondisi pembelajaran yang baik, meliputi guru, sarana, kurikulum
dan lingkungan sekolah hubungan guru dengan siswa.
3. Faktor masyarakat
Karena peserta didik hidup berkecimpung di tengah-tengah
masyarakat, maka lingkungan masyarakat sangat berpengaruh bagi
peserta didik.
9 Direktorat Tenaga Kependidikan, Proses Pembelajaran di kelas, laboratorium, dan di
lapangan, h. 31
11
4. Faktor Sarana dan Fasilitas
Pembelajaran akan lebih sukses lagi apabila peserta didik terlibat
secara fisik dan psikis. Seorang siswa yang hanya mendengar dari
gurunya tentang cerita, sangat jauh bedanya apabila si guru dapat
memperlihatkan gambar. Contohnya apabila mengajarkan tentang
shalat, akan lebih baik lagi apabila guru menggunakan gambar
orang yang sedang shalat.
2) Pendidik
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa guru adalah faktor
pendidikan yang amat penting sebab ditangan guru yang berkompeten
metode, kurikulum, alat pembelajaran lainnya akan hidup dan berperan.
3) Lingkungan
Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yakni suasana dan keadaan berlangsungnya pendidikan.
Lingkungan sosial yakni iklim dan suasana pendidikan.10
B. Sumber belajar sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
1. Konsep sumber belajar
a. Pengertian sumber belajar
Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta melalui
banyak hal. Selain buku, tersedia banyak sumber belajar yang berisi
pengetahuan dan informasi penting terkait dengan dunia pendidikan.
Komputer, handphone, internet perkumpulan guru mata pelajaran, dan
program ilmiah di sekolah, merupakan beberapa contoh sumber belajar
yang dapat dimanfaatkan guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya, serta “memperbaiki” sikapnya.11
10
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, h. 79-81 11
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Cet I, h. 192
12
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.12
Belajar adalah proses perubahan. perubahan-perubahan itu tidak
hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya
perubahan tingkah lakunya yang Nampak, tetapi dapat juga perubahan-
perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan
perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan
yang menuju ke arah kemajuan atau kearah perubahan.13
Sedangkan belajar menurut Bambang adalah suatu proses yang
kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seumur hidup.
Konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku
seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber
belajar yang ada di sekitarnya.14
Belajar merupakan kegiatan pokok yang dilakukan di sekolah, yang
menghasilkan perubahan tingkah laku yang di dalamnya terdapat
peningkatan dalam hal penguasaan, penggunaan maupun penilaian
tentang sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Perubahan
yang demikian mengakibatkan individu dapat berwawasan luas, matang,
berpandangan maju, kreatif, inisiatif, dan aktif.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan prilaku seseorang untuk mengaktualisasikan diri
dan lingkungan sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Proses
belajar pada hakikatnya terjadi dalam diri peserta didik yang
bersangkutan, walaupun prosesnya berlangsung dalam kelompok atau
bersama orang lain.
12
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), Cet V, h. 2 13
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),
Cet. Pertama, hal. 62 14
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hal. 208
13
Konsep belajar adalah mengingat, belajar adalah memahami, belajar
adalah menerapkan (melakukan, keterampilan, praktik), dan belajar
adalah pengembangan diri. Aspek yang perlu dikembangkan dalam
belajar adalah semua aspek yang ada pada manusia. Dengan demikian,
belajar yang sesungguhnya (the real learning) perlu adanya sumber
belajar.
Dalam belajar siswa tidak harus dihadiri oleh guru. Siswa dapat
menggunakan sumber belajar yang tersedia di sekolah. Misalnya di
perpustakaan, laboratorium, dan kegiatan lain yang dapat menjadi
sumber belajar. Siswa harus aktif, dan inisiatif dalam mencari sumber
belajar sendiri.
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses
belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangannya
dan lingkungannya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari
guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber
belajar yang tersedia di lingkungannya.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang.15
Wina Sanjaya mengatakan sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.16
Sedangkan berdasarkan paparan yang dikemukakan Assosiation for
Education and Communication Technology (AECT), sumber belajar
adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang
dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi
peserta didik.17
15
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta),
cet. Pertama, hal. 139 16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 174 17
Warsita, op. cit., h. 209
14
Menurut Donald P. Ely (1978: 3) sumber belajar adalah data, orang,
dan atau sesuatu yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar.
Sumber belajar meliputi semua sumber yang berkenaan dengan data,
manusia, barang-barang yang memungkinkan dapat digunakan secara
terpisah atau kombinasi, yang oleh peserta didik biasanya digunakan
secara optimal untuk memberikan fasilitas dalam kegiatan belajar.
Dengan demikian sumber belajar yang dimanfaatkan dalam pendidikan
adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang
diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik
belajar secara individual. Sumber belajar inilah yang sering disebut
media pembelajaran.18
Pendapat lain menyebutkan sumber belajar merupakan semua
komponen sistem instruksional baik yang secara khusus dirancang
maupun yang menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam
kegiatan pembelajaran.19
Sumber belajar dalam pengertian sempit adalah, misalnya: buku-
buku atau bahan-bahan cetak lainnya. Pengertian itu masih banyak
dipakai dewasa ini oleh sebagian besar guru. Misalnya dalam program
pengajaran yang biasa disusun oleh para guru terdapat komponen sumber
belajar, dan pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib
yang dianjurkan.
Dari beberapa pendapat diatas tentang sumber belajar dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau
mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
18
Ibid., h. 210-211 19
Ibid., h. 209
15
b. Jenis-jenis sumber belajar
AECT (Association for Educational Communication and
Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat
digunakan dalam proses belajar, yaitu :
1. Pesan (message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu
pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau
pesan yang disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan
ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen,
seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus,
satuan pembelajaran, dan sebagainya. Pesan non formal, yaitu pesan
yang ada dilingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh
masyarakat dan ulama, prasasti, relief-relief pada candi, kitab-kitab kuno,
dan peninggalan sejarah yang lainnya.
Pesan mengandung 3 macam pengertian, yaitu :
a. Tanda (kata-kata, gambar) termasuk pemilihan dan urutannya, yang
menjadi tanggung jawab perancang, diharapkan bermakna bagi suatu
sasaran.
b. Pembawa tanda (macam gaya, tata letak, pencetakan) yang menjadi
tanggung jawab penerbit atau produser.
c. Informasi atau arti yang diterima, yang menjadi tanggung jawab
sasaran (audience).
Pesan termasuk komponen dalam sumber belajar, sebab sumber
belajar harus mampu membawa pesan yang dapat dimanfaatkan
(dipelajari) oleh pemakai (penerima pesan;peserta didik) sehingga
mereka memperhatikan dan menangkap isi pesan itu secara efektif dan
efisien serta terserap secara efektif dan efisien serta terserap secara
maksimal. Pesan, sebagai salah satu komponen yang penting dalam
sumber belajar, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
16
a) Kelengkapan isi pesan, kejelasan serta kemutakhiran isi pesan.
b) Kemudahan penangkapan pesan sesuai dengan kondisi situasi tempat
serta kemampuan dan kebutuhan penerima pesan.
c) Isi pesan cukup sederhana, jelas, tangkap dan mudah ditangkap.20
2. Orang (people)
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar,
namun secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok
orang yang didesain secara khusus sebagai sumber belajar utama yang
dididik secara professional untuk mengajar, seperti guru, konselor,
instruktur, widyaiswara. Termasuk kepala sekolah, laboran, teknisi
sumber belajar, pustakawan, dan lain-lain. Kelompok yang kedua adalah
orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan
pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga
kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi pengusaha, dan
lain-lain.
Orang sebagai sumber belajar dapat juga dikatakan sebagai bahan
ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang, seseorang
dapat belajar misalnya karena orang tersebut memiliki keterampilan
khusus tertentu. Melalui keterampilannya seseorang dapat dijadikan
bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka
rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat.
Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.
Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak
dapat berdiri sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.21
Dalam buku Pengembangan Bahan Ajar, kalangan professional
adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan
perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan.
Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan ekonomi dan
20
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta), Cet, 1, hal.
106 21
Marno, Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: DITPAIS, 2012) Cet.kedua, h.32
17
keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di
perbankan.22
Guru dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat
penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan
tetap diperlukan. Teknologi yang konon dapat memudahkan manusia
mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin
bisa mengganti peran guru. Beberapa peran guru khusunya dalam proses
pembelajaran di dalam kelas dijelaskan dibawah ini:
a. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar, merupakan peran yang sangat
penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan
materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya
dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia
dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia
berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Sebaliknya
dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang materi
yang diajarkannya.
Pengajaran ini tidak menggunakan bahan belajar apapun, kecuali
garis-garis besar isi dan jadwal pelajaran yang disampaikan pada
permulaan pelajaran, beberapa transparansi, lembaran kertas yang berisi
gambar, bagan, dan formulir-formulir isian untuk digunakan dalam
latihan selama proses pengajaran. Mahasiswa mengikuti kegiatan
instruksional tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dan pengajar,
mencatat, mengisi formulir, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh pengajar.23
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan
dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman
22
Ibid., h.54 23
Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta:Universitas Terbuka, 1994), Cet. III, h.
198.
18
yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam
perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, bisa terjadi siswa
lebih pintar dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi. Oleh
sebab itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan informasi,
sebaiknya guru memiliki bahan reference yang lebih banyak
dibandingkan siswa. Misalnya melacak bahan dari internet, atau dari
bahan cetak terbitan terakhir, atau berbagai informasi dari media masa.
2) Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa
yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang
lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya
dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukkan sumber
belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.
3) Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya
dengan menentukan mana materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa,
mana materi tambahan mana materi yang harus diingat kembali karena
pernah di bahas dan lain sebagainya. Malalui pemetaan semacam ini akan
memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber
belajar.
b. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Bentuk kegiatan instruksional ini disebut pula belajar mandiri
(independent learning).24
Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal
yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber
pembelajaran.25
24
Ibid., h. 198. 25
Direktorat Tenaga Kependidikan, Proses Pembelajaran di kelas, laboratorium, dan di
lapangan, h. 22
19
1) Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta
fungsi masing-masing media tersebut.
2) Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media.
Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru profesional.
3) Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media
serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
4) Sebagai fasilitator guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
c. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan
dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat
menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh
siswa.
Berkaitan dengan peran guru sebagai manager (pengelola) proses
pembelajaran sesuai bidang tugasnya, ia adalah profesional mandiri yang
bekerja di dalam sebuah tim (satuan organisasi yang disebut sekolah),
sebagai profesional ia harus mampu bekerja mandiri dan mengambil
keputusan sendiri dalam lingkup tugas yang diberikan kepadanya.26
Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam
kegiatan yang harus dilakukan yaitu megelola sumber belajar dan
melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer,
guru memiliki 4 fungsi umum, yaitu:
1) Merencanakan tujuan belajar.
2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar.
26
Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2007),
20
3) Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong dan menstimulasi
siswa.
4) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana
mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah,
namun keempatnya harus dipandang sebagai suatu lingkaran atau siklus
kegiatan yang berhubungan satu sama lain seperti yang terlihat pada
gambar 3.
Gambar 3 Fungsi Guru sebagai Manajer
Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan di
antaranya meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan
tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topik yang
akan dipelajari, mengalokasikan waktu serta menentukan sumber yang
diperlukan.
Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu
lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian
tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan
yang telah direncanakan.
Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat
pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah
berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi murid,
sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-
peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-
batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan
yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks,
khususnya bila mengadakan kegiatan remidial.
MERENCANAKAN
MENGORGANISASI MENGAWASI
MEMIMPIN
21
d. Guru sebagai Demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah
peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala seuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama
sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang
terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi
setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi
siswa. Dengan demikian dalam konteks ini guru berperan sebagai model
dan teladan bagi setiap siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus
dapat mennujukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran dapat
lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai
demonstrtor erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran
yang lebih efektif.
e. Guru sebagai Pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari
adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama.
Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi
pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat,
kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah
makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu
tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan
sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan
berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka,
membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh
dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang
tua dan masyarakat.
22
Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada
beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya: Pertama, guru harus
memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya
pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang
potensi dan bakat yang dimiliki anak. Pemahaman ini sangat penting
artinya, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus
diberikan kepada mereka.
Kedua, guru harus mamahami dan trampil dalam merencanakan,
baik merencakan tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai,
maupun merencakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat
dilakukan dengan baik manakala sebelumnya guru merencanakan hendak
di bawa ke mana siswa, apa yang harus dilakukan dan lain sebagainya.
Untuk merumus-kan tujuan yang sesuai guru harus memahami segala
sesuatu yang berhubung-an baik dengan sistem nilai masyarakat maupun
dengan kondisi psikologis dan fisiologis siswa, yang kesemuanya itu
terkandung dalam kurikulum seba-gai pedoman dalam merumuskan
tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki.
Di samping itu juga guru perlu mampu merencanakan dan
mengimplentasikan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara
penuh. Proses membimbing adalah proses memberikan bantuan kepada
siswa, dengan de-mikian yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah siswa itu sendiri.
f. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang
berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan
tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak
berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian,
dapat dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan
23
oleh kemampuannya yang rendah pula, akan tetapi mungkin disebabkan
oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal,
guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Di bawah
ini dikemukakan beberapa petunjuk.
1) Memperjelas Tujuan yang Ingin Dicapai
2) Membangkitkan Minat Siswa
3) Ciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Belajar
4) Berilah Pujian yang Wajar terhadap Setiap Keberhasilan Siswa
5) Berikan Penilaian
6) Berilah Komentar terhadap Hasil Pekerjaan Siswa
7) Ciptakan Persaingan dan Kerjasama
Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar
siswa di atas adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan
cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan
kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun
teknik-teknik semacam itu hanya dapat digunakan dalam kasus tertentu.
Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara
semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya
masih bisa dengan cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi
dengan cara negatif dihindari.
g. Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator.
Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam
24
menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan
guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
3. Bahan (matterials)
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan
pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program
video, film, OHT (Over Head Transparency), program slide, alat peraga
dan sebagainya (biasa disebut software).
Dalam buku Pengembangan bahan ajar, bahan cetak antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai
bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh
Steffen Peter Ballstaed yaitu :
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian
mana yang sedang dipelajari
2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-
pindahkan
4) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai
besar
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri27
27
Ibid., h. 25-26
25
4. Alat (device)
Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik
sering disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Alat ini
berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir 3 di atas. Di
dalamnya mencakup multimedia projector, slide projector, OHP, film
tape recorder, opaqe projector, dan lain-lain.
5. Teknik (technique)
Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang
dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di
dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, Tanya jawab,
sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
6. Latar (setting)
Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun
lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang
maupun yang tidak secara khusus di siapkan untuk pembelajaran;
termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang
kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, sekolah, kebun
sekolah, lapangan sekolah, dan sebagainya.28
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan sosial,
lingkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau
penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat
menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagai sumber.29
Menurut Wiryokusumo dan Mustaji (1989), sumber belajar memiliki 6
bentuk atau terbagi menjadi 6 golongan. Pengertian dan contoh tiap-tiap bentuk
sumber belajar tersebut dijabarkan dalam tabel berikut :
28
Wina Sanjaya, M. Pd Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta:
Kencana, 2011) hal. 228-230 29
Marno, op. cit., h.55
26
Sumber Belajar Pengertian Contoh
Pesan Pelajaran/informasi yang
diteruskan oleh
komponen lain dalam
bentuk ide, fakta, arti,
dan data.
Semua bidang studi atau
mata pelajaran (untuk
pendidikan anak usia dini
adalah semua kegiatan yang
dapat mengembangkan
semua aspek dan
kecerdasan anak).
Orang/Manusia Manusia yang bertindak
sebagai penyimpan,
pengolah dan penyaji
pesan. Tidak termasuk
mereka yang
menjalankan fungsi
pengembangan dan
pengelolaan sumber
belajar.
Guru Pembina, guru
pembiming, tutor,
pamong, murid, pemain,
pembicara, tidak termasuk
tim kurikulum, peneliti,
produser, teknisi dan lain-
lain yang tidak langsung
berinteraksi dengan siswa.
Bahan/Material Sesuatu (biasa disebut
media atau software)
yang mengandung pesan
untuk disajikan, melalui
penggunaan alat ataupun
oleh dirinya.
Transparansi, slide, film,
film strip, audio tape, video,
tape, modul, majalah,
bahan pengajaran
terprogram, dan lain-lain.
27
Alat/Peralatan Sesuatu (biasa pula
disebut hardware atau
perangkat keras) yang
digunakan untuk
menyampaikan pesan
yang tersimpan dalam
bahan.
Proyektor, slide, film strip,
film, OHP, LCD, video tape
atau recorder cassette,
pesawat televisi, dan lain-
lain.
Teknik Prosedur rutin atau acuan
yang disiapkan untuk
menggunakan bahan, alat,
orang, dan lingkungan
untuk menyampaikan
pesan.
Pengajaran terprogram
belajar mandiri, mastery
learning, discovery
learning, simulasi, BCCT,
kuliah, ceramah, Tanya
jawab, active learning,
joyful learning, attractive
learning, multiple
intelligences approach, dan
lain-lain.
Lingkungan Situasi sekitar di mana
pesan diterima.
Lingkungan parkir, gedung
sekolah, perpustakaan,
laboratorium, dan lain- lain.
Klasifikasi yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar menurut Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, yaitu:30
1) Sumber belajar tercetak : buku, majalah, brosur, poster, denah,
enslikopedi, kamus, dan lain-lain.
2) Sumber belajar non cetak: film, video, model, audio cassette,
transparansi, realita, objek, dan lain-lain.
30
Nana Sudjana, dkk, Tehnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru) h. 80
28
3) Sumber belajar yang terbentuk fasilitas: perpustakaan, laboratorium,
ruang belajar, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain.
4) Sumber belajar yang berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok,
observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
5) Sumber belajar yang berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal,
toko, pasar, pabrik, museum, dan lain-lain.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
sumber belajar meliputi banyak jenis. Sumber belajar merupakan salah
satu alat pendidikan, baik dalam bentuk lingkungan atau situasi dimana
bila dimanfaatkan dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan
sesuatu yang berguna, dan salah satunya menambah pengetahuan.
c. Fungsi-fungsi sumber belajar
Sumber belajar memiliki fungsi yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Kalau media pembelajaran lebih sekedar sebagai media
untuk menyampaikan pesan, sedangkan sumber belajar tidak hanya
memiliki fungsi tersebut tetapi juga termasuk strategi, metode, dan
tekniknya.
Sumber belajar memiliki fungsi :31
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a)
mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu
secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan
informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan
gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
(b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
31
Marno, op.cit., h. 20
29
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan
kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang
sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan
arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian
hasil pembelajaran siswa.
d. Pemilihan sumber belajar
Dalam suatu proses pembelajaran tentu terdapat tujuan-tujuan yang
ingin dicapai sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, untuk
itulah seorang tenaga pendidik harus cermat dalam melaksanakan
tugasnya, termasuk dalam pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar.
Untuk memilih sumber belajar yang baik, perlu memperhatikan beberapa
kriteria meliputi : ekonomis, praktis, sederhana, mudah diperoleh,
bersifat fleksibel, dan komponen-komponen yang harus sesuai dgn
tujuan.
a. Ekonomis
Dalam memilih sumber belajar hendaknya memperhatikan segi
ekonomis, yakni biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Secara
nominal uang atau biaya yang dikeluarkan hanya sedikit.
b. Praktis dan sederhana
30
Praktis dalam hal ini sumber belajar tidak memerlukan pelayanan dan
pengadaan yang sulit dan langka. Sederhana artinya tidak memerlukan
pelayanan yang mengsyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks.
c. Mudah diperoleh
Mudah diperoleh dalam konteks ini berarti sumber belajar yang akan
digunakan harus memenuhi kriteria mudah dalam pencariannya serta
tidak membutuhkan usaha ekstra dalam pengadaannya.
d. Bersifat fleksibel
Dalam hal ini, sumber belajar yang dipilih harus dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan instruksional dan dapat dipertahankan dalam
berbagai situasi dan pengaruh.
e. Komponen-komponen yang sesuai dengan tujuan
Dalam penggunaannya, mungkin satu sumber belajar sangat ideal, akan
tetapi salah satu, bahkan keseluruhan komponen ternyata justru
menghambat instruksional. Atas dasar itulah untuk hasil pembelajaran
yang lebih baik diperlukan kecermatan dalam memilih sumber belajar
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.32
Adapun kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan antara
lain:
1) Sumber belajar untuk memotivasi
Sumber belajar untuk memotivasi terutama berguna untuk memotivasi
mereka terhadap mata pelajaran yang diberikan. Misalnya dengan
memanfaatkan gambar-gambar yang menarik, darmawisata.
2) Sumber belajar untuk pengajaran
Yaitu untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang biasanya dipakai
oleh guru untuk memperluas bahan pelajaran, melengkapi kekurangan
bahan, sebagai kerangka bahan yang sistematis.
3) Sumber belajar untuk penelitian
32
Rohani, op.cit., h 112
31
Merupakan bentuk yang dapat di observasi, analisis, dan dicatat secara
teliti. Jenis sumber belajar ini diperoleh langsung di tengah masyarakat
atau lingkungan. Sedangkan sumber belajar yang di rancang dapat
dibentuk melalui rekaman video atau pun audio.
4) Sumber belajar untuk memecahkan masalah
Beberapa cirri yang harus diperhatikan, misalnya sebelum dimulai perlu
diketahui apakah masalah yang dihadapi sudah cukup jelas sehingga
dapat diperoleh sumber belajar yang tepat. Apakah sumber belajar
memungkinkan didapat atau disediakan dan dimanakah dapat diperoleh.
Apakah sumber belajar tersebut masih aktual, seperti apa jenisnya, dan
apakah sumber belajar lain dapat dipakai. Kemudian dapat dibuat
kesimpulan benarkah atau tepatkah keputusan yang diambil terhadap
sumber belajar itu.
5) Sumber belajar untuk presentasi
Sumber belajar macam ini lebih ditekankan sebagai alat metode atau
strategi untuk menyampaikan pesan. Fungsi sumber belajar ini sebagai
metode, tehnik, atau strategi. Jadi sumber belajar merupakan perantara
dari pesan siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa memilih sumber belajar yang tepat
sangat perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan supaya peserta didik dapat
menyerap ilmu dan melakukan belajar dengan baik. Jadi pemilihan
sumber belajar tersebut tidak boleh sembarangan dan pemilihan sumber
belajar yang tepat harus berdasarkan dari macam-macam kebutuhan
untuk pembelajaran dimana siswa akan dapat cepat dan mudah dalam
menyerap pengetahuan dalam belajarnya.33
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun
guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang
memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber
belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda,
orang, atau buku yang tidak berarti apa-apa.
33
Nana Sudjana, dkk, Tehnologi pengajaran (Bandung: Sinar Baru)
32
Sumber belajar harus dipergunakan secara efektif sehingga
melakukan kontak pada pelajar secara tepat. Untuk memperoleh
kegiatan seperti itu, personalia yang terlibat di dalamnya harus
melakukan fungsinya. Fungsi tidak sama dengan pekerjaan (job), tetapi
lebih cenderung mengandung arti pengelompokkan tugas-tugas atau
kegiatan. Beberapa pekerjaan mungkin terdiri dari tugas-tugas, dan
tugas-tugas ini berada dalam lingkungan fungsi. Menurut Cece Wijaya
(1992:36) ada enam jenis fungsi dalam pengembangan sumber belajar
yaitu :
a. Fungsi riset dan teori
Tujuan fungsi riset dan teori ialah menghasilkan dan mengetes
pengetahuan yang bertalian dengan suber-sumber belaja, pelajar, dan
fungsi tugas.tujuan ini bisa diperoleh dengan merencanakan riset,
melakukan riset, meninjau kembali (review) literatur riset, dan
mempraktekan informasi kedalam belajar. Tujuan lain dari fungsi riset
dan teori ini adalah untuk mengembangkan keunikan teori terhadap
teknologi pendidikan. Pengetahuan yang diperoleh dari fungsi ini dapat
membimbing kegiatan fungsi yang lain.
b. Fungsi desain
Tujuan fungsi desain adalah menjabarkan secara garis besar teori
teknologi pendidikan berikut isi mara-mata pelajarannya ke dalam
spesifikasinya untuk dipakai sebagai sumber belajar. Desain disisni tidak
sama dengan pengetahuan (development). Pengembangan dianggap lebih
besar dan luas termasuk fungsi desain, fungsi produksi, dan fungsi
evaluasi.
Dalam desain orang berusaha menganalisis dan mengsistemasi
kebutuhan, tujuan, sifat, murid, tugas, kondisi belajar, kegiatan
intruksional, dan sumber-sumber khusus. Output dari fungsi desain ialah
berupa (1) produksi sumber-sumber khusus dan (2) identifikasi sumber-
sumber yang ada.
c. Fungsi produksi dan penempatan
33
Tujuan fungsi ini ialah menjabarkan secara khusus sumber-sumber ke
dalam sumber-sumber kongkret. Output dari fungsi produksi dan
penempatan ialah produk kongkret dalam bentuk prototip atau bahan-
bahan produk untuk sumber belajar.
d. Fungsi evaluasi dan seleksi
Tujuan fungsi ini ialah untuk menentukan atau menilai penerimaan (atau
sejenis kriteria) sumber-sumber belajar oleh fungsi yang lain. Hal ini bias
dilakukan oleh metode eksperimental yang praktis dan objektif. Tujuan
penilaian itu menyangkut hal-hal:
1) Keefektifan sumber dalam mencapai tujuan
2) Kemampuan sumber-sumber dalam mencapai standar produksi
3) Kemampuan sumber-sumber untuk dipahami (organization supply)
4) Kemmapuan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan khusus
e. Fungsi organisasi dan pelayanan dilakukan
Tujuan fungsi ini ialah untuk membuat atau menjadikan sumber-sumber
dan informasi mudah diperoleh bagi kegunaan fungsi yang lain serta
pelayanan bagi para siswa. Produksi (output) fungsi ini mungkin berupa
sistem katalog di perpustakaan, sistem assembling, sistem distribusi,
sistem operasi, dan sebagainya.
Adapun tahapan-tahapan dalam mengelola sumber belajar adalah
sebagai berikut: Pertama, membuat daftar kebutuhan melalui identifikasi
sumber dan sarana pembelajaran yang diperlukan untuk kegiatan belajar
mengajar di kelas atau di sekolah.
Kedua, golongkan ketersediaan alat, bahan atau sumber belajar
tersebut. Ketiga, bila sumber belajar tersebut tersedia, pikirkan sesuai
dengan penggunaannya, bila belum, lakukan modifikasi bila diperlukan.
34
Berkenaan dengan tahapan-tahapan pemanfaatan sumber belajar
dapat dilihat pada bagan di bawah ini.34
e. Ciri-ciri Sumber Belajar
Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses
belajar mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara
maksimal.
2. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu
dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap
tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.
3. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, amka sumber belajar yang
dimanfaatkan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
4. Sumber belajar yang dirancang (resources by design), mempunyai cirri-
ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.35
34
Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2011),
h.171-173 35
Rohani, op.cit., h. 104
Membuat
daftar
kebutuhan
melalui
identifikasi
sumber dan
sarana
pembelajar
an
Tidak
sesuai
Sesuai Tersedia
Tersedia
Pinjam
Beli
Disesuai-
kan
dengan
modifikasi
Digu
nakan
Buat
35
C. Pengelolaan
a. Pengertian pengelolaan
Menurut Winarto Hamiseno, yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto,
pengelolaan adalah substansif (inti) atau maknanya sama dengan
mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai
dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. 36
Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “Manajemen”. Manajemen
adalah kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu management.
Manajemen atau pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan
agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancer dan efektif.37
Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi, lembaga, sekolah, karena
tanpa manajemen semua usaha yang dilakukan akan sia-sia dan sulit
untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang baik. Sedangkan menurut
Nanang Fatah, manajemen atau pengelolaan diartikan sebagai proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan
upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien.38
Manajemen pada dasarnya merupakan proses penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.39
Jadi,
manajemen adalah proses penyatuan atau pengintegrasian sumber-
sumber yang tidak berhuhbungan menjadi satu kesatuan dengan cara
mengelola atau mengatur untuk menyelesaikan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan adalah suatu kegiatan yang meliputi antara lain,
36
Suharsimi, arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluative,
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996) h.8 37
Ibid, h 8 38
Nanang fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2008), h.1 39
Muhaimin, Suti’ah dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan (Aplikasi
Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), h.4
36
perencanaan, pengorganisasian, sampai kepada pengawasan intuk
mencapai tujuan organisai yang efektif dan efisien.
Pencapaian mutu pendidikan akan semakin optimal apabila faktor-
faktor di dalam proses pendidikan yang mendukung berjalannya proses
belajar mengajar dapat terpenuhi. Salah satu faktornya yaitu sumber
belajar yang memadai dan dapat menunjang proses belajar mengajar.
Peran sumber belajar sangatlah penting karena mempunyai fungsi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam melancarkan kegiatan
belajar mengajar yang ada di sekolah.
Dengan demikian pengelolaan sumber belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan mengelola, mengatur, memanaj segala sesuatu yang
dpata digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar
menampilkan kompetensinya.
b. Fungsi manajemen
1. Perencanaan
Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan
menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang di ambil
harus mempunyai konsistensi (taat asasi) internal dan berhubungan
secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam
bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam
pembangunan, dan tidak ada batasan waktu untuk satu jenis
kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan
didahului oelh kegiatan lain.40
Langkah awal dalam sebuah proses manajemen/ pengelolaan
adalah melakukan proses perencanaan, perencanaan merupakan
proses terpenting karena perencanaan sangat menentukan
keberhasilan dari suatu program. Merencanakan pada dasarnya
menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada masa depan,
40
Udin Syaefudin Sa’ud, dkk, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya) h. 12
37
kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya
agar hasil yang di capai sesuai dengan yang di harapkan. Suatu
kegiatan akan berjalan dengan baik dan lancar serta terencana
apabila ada perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Nanang Fattah mengartikan perencanaan sebagai tindakan
menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang
mengerjakannya.41
Senada dengan pendapat Nanang Fattah, menurut T. Hani
Handoko perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus diilakukan, kapan,
bagaimana, dan oleh siapa.42
Menurut Yusuf Enoch seperti yang dikutip oleh Soebagio
Atmodiwirio perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan hal-
hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu.43
Dari beberapa definisi menurut para ahli yang telah diuraikan
dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu rangkaian
kegiatan yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama
dari setiap pengelola pendidikan adalah mengenai sumber belajar.
Sumber belajar mencakup bahan ajar dan media belajar yang akan
digunakan. Secara tidak langsung sumber belajar dapat menunjang
proses belajar mengajar. Perencanaan sumber belajar dimaksudkan
41
Fattah, op.cit., h. 49. 42
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2003) Cet. XVIII, h.
77-78. 43
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Ardadizya
Jaya, 2005), h. 77.
38
untuk memenuhi kebutuhan yang penting dalam proses belajar
mengajar agar terselenggara dengan efektif.
2. Pengorganisasian
Setelah perencanaan dilakukan tahap yang berikutnya adalah
pengorganisasian, pengorganisasian adalah suatu gerak langkah
menuju kearah pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya.
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum, pertama
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah
perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada
proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan
dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu
dapat tercapai secara efektif.
Nanang Fattah dalam bukunya Landasan Manajemen
Pendidikan mengartikan organisasi sebagai perkumpulan orang
dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
sistem kerja sama secara jelas diatur, siapa menjalankan apa, siapa
bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan
sumber daya pada tujuan.44
Menurut Suharsimi Arikunto organisasi dipandang sebagai suatu
sistem, yakni unit-unit sosial yang bertujuan, terdiri dari kelompok
orang-orang yang mengemban berbagai tugas dan dikoordinasikan
untuk memiliki kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.45
Pengorganisasian merupakan susunan, prosedur, tata kerja, tata
laksana, dan hal-hal lain yang mengatur organisasi itu agar bisa
berjalan lancar. Melalui pengorganisasian diatur pembagian kerja,
hubungan kerja, struktur kerja, dan pendelegasian wewenang, karena
44
Fattah, op.cit., h. 71. 45
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi; Pendidikan Tekhnologi dan
Kejuruan , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. II, h. 13
39
itu pengorganisasian tidak akan terlepas dari hubungan antara
manusia, dan kegiatan serta sumber-sumber manusia dan non-
manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sumber-sumber itu meliputi tenaga manusia, fasilitas,
alat-alat, tanggung jawab dan wewenang. Seperti definisi
pengorganisasian yang dikemukakan oleh Soebagio Atmodiwirio:
“Pengorganisasian dapat diartikan juga sebagai keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab
dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.”46
Dari berbagai definisi yang telah di uraikan,dapat dipahami
dalam pengorganisasian terdapatkumpulan orang, pembagian kerja
dan sistem kerjasama, pengorganisasian merupakan proses membagi
kerja kedalam tugas-tugas yang lebih kecil membebankan tugas-
tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam
rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi.
3. Pelaksanaan
Setelah proses perencanaan dan pengorganisasian dilakukan
hingga menghasilkan rencana kerja, maka langkah selanjutnya
adalah pelaksanaan,pelaksanaan pada hakikatnya merupakan
aktualisasi dari rencana kerja yang telah disusun, dalam rangka
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan ini sangat
erat hubungannya dengan unsur manusia sebab terkait antara orang
yang memimpin dan yang dipimpin. Seseorang dituntut agar mampu
berkomunikasi, memiliki kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dalam
mendorong bawahannya.
Menurut George R Terry sebagaimana yang dikutip oleh
Soewadji Lazaruth dalam bukunya kepala sekolah dan Tanggung
46
Atmodiwirio, op.cit., h. 100.
40
Jawabnya menyatakan bahwa actualing (pelaksanaan) adalah
kegiatan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha-usaha organisasi.
4. Pengawasan
Langkah selanjutnya dalam pengelolaan program
ekstrakurikuler adalah melakukan pengawasan. Menurut Sondang
Siagian seperti yang dikutip oleh Soebagio Atmodiwirio pengawasan
pada umumnya adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan.47
Pengawasan mempunyai peran yang sangat penting dan sangat
essensial, karena pengawasan merupakan kegiatan untuk mengetahui
seberapa jauh perencanaan dapat dicapai atau dilaksanakan. Melalui
pengawasan dapat dilakukan penyempurnaan, perbaikan kegiatan-
kegiatan yang telah maupun belum sempat dilakukan seperti yang
tercantum dalam perencanaan.
Pengawasan pada hakekatnya adalah mencegah sedini mungkin
terjadinya penyimpangan-penyimpangan, pemborosan-pemborosan
kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan.Dengan pengawasan akan
diketahui keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaan
manajemen, sejak dari awal, selama dalam proses, dan akhirnya
pelaksanaan manajemen.
Dalam pelaksanaannya, pengawasan ada yang dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dalam arti pengawas
langsung terjun ke lapangan untuk mengawasi perilaku atau
kegiatan. Sedangkan pengawasan tidak langsung berarti pengawas
tidak secara langsung terjun mengawasi perilaku atau kegiatan,
namun mengawasi hanya melalui laporan-laporan.
47
Atmodiwirio, op.cit., h. 175.
41
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Kata evaluasi
berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran, menurut Cronbach didalam bukunya Designing
Evaluator of Educational and Social Program seperti yang dikutip
oleh Suharsimi Arikunto, evaluasi merupakan suatu proses terus
menerus sehingga di dalam proses kegiatannya dimungkinkan untuk
merevisi apabila dirasakan adanya sesuatu kesalahan.48
Menurut Ralph Tyler seperti yang dikutip oleh Farida Yusuf
evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan
pendidikan dapat dicapai.49
Adapun tujuan di adakannya evaluasi menurut Nanang Fattah
adalah:
a. Memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu priode kerja apa
yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai dan apa yang perlu
mendapat perhatian khusus.
b. Menjamim cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa
organisasi kepada penggunaan sumber daya pendidikan
(manusia/tenaga, sarana/prasarana, biaya) secara efisien
ekonomis.
c. Memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan
dilihat dari aspek tertentu seperti program tahunan, kemajuan
belajar.50
48
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan(Jakarta:PT Bina Aksara, 1988),
Cet. I, h. 12. 49
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2000), Cet. I,
h. 3. 50
Fattah, op.cit., h. 107-108.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama An
Nurmaniyah Ciledug (YAPERA). Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai
pada bulan Desember sampai Agustus 2014.
B. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengelolaan sumber
belajar di SMP An Nurmaniyah. Dengan demikian penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia50. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
mengkaji kejadian yang alamiah/menggambarkan suatu kondisi apa adanya
yakni terkait seputar pengelolaan sumber belajar di SMP An Nurmaniyah
Ciledug (YAPERA).
Sesuai dengan sifat dan karakteristik dari penelitian kualitatif, maka
study ini menghasilkan data kualitatif yang mengkonstruksikan ucapan, dan
tingkah laku orang atau subyek studi.
50
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), cet-6, hal. 72.
42
Penelitian kualitatif digunakan untuk mempelajari berbagai peristiwa
yang terjadi pada objek yang diteliti, aspek, gejala atau keadaan dari hasil
temuan di lapangan, lalu dianalisa secara deskiptif dengan menggambarkan
secara jelas tentang hal-hal yang diangkat dalam penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu data primer dan
sekunder.
1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini, sumber data primer berasal
dari kepala sekolah, dan tenaga pengajar (Guru IPS) yang dipilih sesuai
dengan kebutuhan.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
berasal dari data tertulis lembaga.
Dalam penelitian kualitatif sumber data akan berkembang terus
(snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan
dianggap memuaskan51
. Oleh karena itu, sumber data akan bertambah terus
jika sumber data yang ditentukan belum dapat memberikan data yang relevan
bagi penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau menggunakan
51
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008, hal. 78.
43
pedoman (guide) wawancara52. Wawancara yang digunakan yaitu jenis
wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara dilakukan secara
langsung oleh peneliti kepada informan kunci untuk mendapatkan data-data
mengenai penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang
pemanfaatan sumber belajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada
sekolah.
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah dan Guru
52
M. Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009) hal. 108.
No Jenis Indikator No Item Jumlah
1. Pesan 1. Penyampaian materi sesuai
dengan silabus
2. pembuatan RPP
3. Penyampaian materi non
formal dalam pembelajaran
1, 2, 3 3
2. Orang 1. Kompetensi guru IPS sebagai
sumber belajar
2. Kompetensi teknisi sumber
belajar
3. Sekolah melibatkan pihak luar
sebagai sumber belajar
4, 5, 6,
7, 8
5
3. Bahan 1. Bahan yang digunakan dalam
proses belajar mengajar
9, 10,
11, 12,
13, 14
6
4. Alat 1. Alat yang digunakan dalam
proses belajar mengajar
2. Kompetensi guru
menggunakan alat dalam
15, 16 2
44
2. Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data-data tersebut dapat diamati oleh peneliti.
Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui
pengindraan.53 Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung
mengenai pemanfaatan sumber belajar dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. Hasil observasi akan
dipergunakan untuk data pendukung yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu, yang dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang54
.
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui profil sekolah yang meliputi latar
belakang, visi, misi dan tujuan, keadaan sumber daya kependidikan yang
meliputi guru, murid, sarana prasarana, dan struktur organisasi sekolah.
53
Ibid., hal. 115. 54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2010), cet-9, hal. 329.
proses belajar mengajar
5. Teknik 1. Penggunaan metode belajar
dalam proses belajar mengajar
2. Hasil belajar siswa terhadap
metode yang digunakan
3. Cara guru dalam mengelola
kelas
17,18,
19, 20,
4
6. Latar 1. Kegiatan pembelajaran IPS
yang dilakukan di luar
sekolah
21, 22,
23, 24
4
45
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-data
tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh
orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.
Dalam penelitian kulalitatif data yang didapat dianalisis secara deskriptif
untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data
dilakukan dengan mencatat data yang telah diperoleh, kemudian diberi kode agar
data tersebut dapat ditelusuri. Setelah bagian pertama selesai, lalu dilanjutkan
dengan mengumpulkan data untuk dipilih dan dikategorikan. Agar dalam proses
pengkategorian mempunyai makna, maka perlu dicari dan ditemukan pola-pola
serta hubungan-hubungan sehingga didapat temuan-temuan umum. Dengan
langkah analisa data tersebut dapat diperoleh hasil penelitian yang diharapkan.
Diagram Analisis Data
Sumber: Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), cet-28, hal. 248.
Analisa Data
kategorisasi Pola-pola serta hubungan-hubungan data
(Interpretasi Data)
Pengkodean Data Pengumpulan Data
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP An Nurmaniyah
1. Profil SMP An Nurmaniyah
Pada tahun 1997 dengan akte notaris SAIFUDDIN ARIEF, SH. MH.
No. 4 tanggal 04 November 1997 dibukalah cabang yayasan perguruan An
Nurmaniyah di jalan H. Mencong Ciledug. Sebenarnya pada tahun 1994
sudah ada surat izin mendirikan bangunan SMP An Nurmaniyah dengan
SK Wali Kota Madya Tangerang nomor : 642.2/250-HUK/IMB/1994
namun pembangunannya baru dimulai pada tahun 1996.
Pada tahun 1997 berdirilah SMP An Nurmaniyah dengan SK Kepala
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan propinsi Jawa
Barat nomor : 232/102.1/kep/ot/1998, dengan menerima murid sejumlah
85 siswa (2 rombongan), waktu itu kepala sekolahnya bapak Drs. H. D.
Sudirja. Baru pada tahun 1998 Bapak Drs. H. Firdaus Fasya menggatikan
Bapak Drs. H. Sudirja menjadi Kepala SMP An Nurmaniyah sampai
dengan sekarang. Dan Bapak Drs. H. Sudirja di mutasi menjadi Kepala
SMK An Nurmaniyah.
47
Pada tahun 2000 SMP An Nurmaniyah mendapat status diakui oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang berarti sudah boleh
melaksanakan ujian akhir nasional sendiri.
Pada tahun 2006 SMP An Numaniyah mendapat status terakreditasi A
(sekolah terbaik) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.55
2. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan SMP An Nurmaniyah
Visi SMP An Nurmaniyah :
Menjadi lembaga pendidkan dan pengajaran yang terbaik, terkini, dan
terunggul
Misi SMP An Nurmaniyah :
1. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan
keterampilan yang bermutu baik
2. Mendidik siswa agar gemar dan terampil beribadah serta berakhlak
mulia
3. Mendidik siswa agar mempunyai karakter dan budaya bangsa serta
berjiwa kewirausahaan
4. Mendidik siswa agar mengenal dan dapat mempergunakan
teknologi yang sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari
5. Menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang dapat
menimbulkan sifat kesatria, berani, terampil, jujur, disiplin dan
bertanggung jawab
3. Tujuan SMP An Nurmaniyah
Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan keterampilan
yang bermutu baik, sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya
menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
disiplin, terampil, mandiri, bertanggung jawab dan bermanfaat bagi
nusa, bangsa dan agama.
55
Buku Kenangan Tahun Pelajar
48
4. Strategi pendidikan SMP An Nurmaniyah
1. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, seperti : ruang
belajar, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer,
ruang keterampilan, lapangan upacara/olahraga, ruang kantor dan
sarana/prasarana lainnya.
2. Memberikan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan sesuai dengan
kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dan Misi
Yayasan An Nurmaniyah.
3. Menyediakan tenaga pendidik dan pegawai professional, disiplin,
cerdas, ikhlas, loyal, dan bertanggung jawab.
4. Membuat peraturan/tata tertib siswa, seperti : surat perjanjian,
bobot point pelanggaran siswa dan seterusnya.
5. Pada awal tahun pelajaran sekolah menyelenggarakan Masa
Bimbingan Study (MBS)
6. Menyelenggarakan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS),
study tour dan lain sebagainya.
7. Untuk melatih dan menimbulkan sifat / bakat kepemimpinan
siswa dan membantu melaksanakan Program Sekolah, maka perlu
dibentuk Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
8. Menyelenggarakan Ulangan Harian, Ulangan Blok, Ulangan
Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester dan Ujian Nasional/
Ujian Akhir Sekolah.
9. Mengkondisikan suasana disiplin menjadi suatu kebutuhan dan
kebiasaan sehari-hari.
10. Menyelenggarakan kegiatan remedial dan pengayaan dengan
terkoodinir dan efisien.
11. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler seperti Latihan
Keterampilan Isalm (LKI), Pramuka, Drumband, Marawis, Futsal,
Basket dan seterusnya.
12. Kepala sekolah secara rutin mengadakan supervise kelas, baik
kepada guru, pegawai, maupun siswa.
49
13. Menyelenggarakan dan mengikuti even-even perlombaan/
pertandingan seni, olahraga maupun mata pelajaran.
14. Menyelenggarakan penyuluhan / pembinaan kepada siswa tentang
kesehatan, keamanan, keagamaan dan bahaya narkoba oleh
Dokter, Polisi, Ustadz, Psycolog dan seterusnya.
15. Menyelenggarakan study tour bagi siswa yang disertai dengan
penugasan.56
Profil Guru, Siswa, dan Karyawan SMP An Nurmaniyah
DATA PENDIDIK DAN KARYAWAN SMP AN
NURMANIYAH
NO URAIAN JML PENDIDIKAN STATUS JM
L L P SMP SMA DII DIII S1 DPK GTY GIT
1 Guru 18 12 - 2 - 2 26 - 28 2 30
2 Karyawan 6 2 3 5 - - - - 6 2 8
JUMLAH 24 14 3 7 0 2 26 0 34 4 38
No Nama J/K Mata Pelajaran/ jabatan
1 Drs. H. Firdaus Fasya L Kepala Sekolah
2 Purbatin Hadi, S. Pd L PKS Kurikulum/ BP
3 Yoni Suminto, S. Pd L PKS Kesiswaan/ OSIS
4 Khoiru Sopyan, SHI L Pend. Agama Islam
5 Sukron, S. Ag L Pend. Agama Islam
56
Program Kerja SMP An Nurmaniyah
50
6 Upik Kurnia, SE P Kewarganegaraan
7 Eva Sari, S.Pd P B. Indonesia VII
8 Tri Muryati, S. Pd P B. Indonesia VIII
9 Hj. Ratna Srihatiningsih, S. Ag P B. Indonesia IX
10 Lies Sundari, SS P B. Inggris VII
11 Sukaya, SS L B. Inggris VIII
12 Mellisa Heidy Saputri P B. Inggris IX
13 Samiyati, S. Pd P Matematika VII
14 Aris Subranto, S. Pd L Matematika VIII
15 Wakid, S. Pd L Matematika IX
16 Hayati Lakuy, SP L IPA VII
17 Usman Gumanti, BA L IPA VIII
18 Ain Sulastri, S. Si P IPA IX
19 Anita Samirah, SE P IPS VII
20 Syahrufi, S. Pd L IPS VIII / IX
21 Yuni Ahmad Ridwan, S. Pd. I P Seni Budaya VII
22 Albert Allen, S. Pd L Seni Budaya VIII & IX
23 Mansur Syah, S. Pd L Penjaskes VII / TU
24 Moh. Abdul Salam, A. Md L Penjaskes VIII
25 Sugiyanto, S. Pd L Penjaskes IX
26 Habiybah Hanum, S.pd. L TIK VII & IX
27 Ahmad Riyadhi L TIK VIII / Lab. Komp. / TU
51
28 Ernawati, S. Pd. I P Budi Pekerti
29 Drs. Syarif Hidayat L Fiqih – Ibadah
30 A. Syahirudin, S. Ag L Qur’an – Hadits
31 Zakiyah P Kepala Tata Usaha
32 Siti Aisyah P Staf Tata Usaha
33 Ropiyudin L Staf Tata Usaha
34 Deby Agung Saputra L Petugas Perpustakaan
35 Mochammad Akmal Rizal L Petugas Lab. Komputer
36 Abdul Karim L Petugas Keamanan
37 Suyitno L Petugas Keamanan
38 Patoni L Petugas Keamanan
Koordinasi Ruang Kelas dan Meubelair yang Dimiliki
KELAS JUMLAH
ROMBEL
JUMLAH
RKB KONDISI STATUS KET.
VII 6 -
VIII 6 6 CUKUP Milik
Sendiri
IX 6 6 CUKUP Milik
Sendiri
JUMLAH 18 12
52
B. Deskripsi dan Interpretasi Data Penelitian
Salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan adalah sumber belajar. Jika pada suatu
sekolah memiliki sumber belajar yang relevan, maka semua bisa
menunjang hasil belajar siswa. Sumber belajar yang ada di sekolah perlu
dikelola dengan baik agar dapat memperlancar kegiatan pendidikan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagaimana teori tentang pengelolaan
sumber belajar yang telah di bahas pada bab sebelumnya yaitu bab II,
pengelolaan sumber belajar memiliki 6 aspek yaitu : Pesan, Orang, Bahan,
Alat, Teknik, dan Latar.
Berikut ini disajikan temuan penelitian yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber belajar Secara rinci hasil temuan penelitian di
lapangan diperoleh melalui instrumen penelitian yang berupa hasil
wawancara, hasil pengamatan/observasi. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pesan
Pesan merupakan sumber yang meliputi pesan formal dan pesan
non formal. Pesan formal yaitu pesan yang dikeluarkan resmi oleh
pemerintah atau pesan yang disampaikan guru dalam pembelajaran.
Sedangkan pesan nonformal pesan yang didapat dari lingkungan luar
yang dapat digunakan sebagai sumber dalam proses pembelajaran.
Pesan disini yaitu bisa berupa materi, materi disini bersumber dari
standar isi yang menjadi rujukannya. Penyampaian materi oleh guru di
SMP An Nurmaniyah memang bersumber dari standar isi dan silabus.
Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru, beliau
mengatakan: “Ya sudah pasti sesuai silabus, karena proses belajar
53
mengajar tidak akan berjalan lancer jika tidak sesuai dengan silabus
yang sudah ada.
Menurut penulis berdasarkan hasil wawancara pada dimensi
pesan yang di dalamnya tercantum pesan formal dan nonformal. Dalam
wawancara dengan wakil kepala sekolah dan guru di SMP An
Nurmaniyah yang bersangkutan menjelaskan terhadap persoalan
mengenai proses pembelajaran yang sudah mencapai kategori cukup
baik terhadap apa yang dijelaskan dan disampaikan guru kepada murid.
Mengenai panduan yang guru gunakan terhadap hal tersebut bahwa
sistem belajar mengajar sesuai dengan silabus dan menggunakan RPP
ataupun menjelaskan sesuatu keadaan yang dikaitkan dengan kejadian
yang sebenarnya seperti pada kasus tawuran antar pelajar dan lain
sebagainya. Dari hasil metode yang diterapkan guru dalam proses
belajar mengajar agar membentuk moral atau prilaku yang baik
terhadap peserta didik.
2. Orang
Orang sebagai sumber belajar dapat juga dikatakan sebagai bahan
ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang,
seseorang dapat belajar.
Sebagai sumber belajar orang atau pendidik harus mempunyai
kualifikasi yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya, karena
jika pendidik mengajar bukan pada bidangnya akan terjadi ketidak
sesuaian. Wakil kepala sekolah mengatakan “Kita akui memang ada
satu guru yang bukan berlatang belakang IPS namum demikian dia dari
bidang ekonomi yaitu sarjana ekonomi”.57
Saat penulis melakukan
wawancara dengan guru yang bersangkutan memang beliau
mengatakan bahwa ia mengajar tidak sesuai dengan kualifikasinya.
57
Purbatin Hadi, S. Pd, Wakil Kepala Sekolah, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013
54
Teknisi sumber belajar juga diperlukan setiap sekolah, karena
teknisi tersebut yang mengerti cara mengelola sumber belajar.
Sebagaimana yang dikatakan kepala sekolah berikut “Teknisi sumber
belajar apabila yang dimaksud itu laboratorium, maka setiap
laboratorium tentu memiliki teknisi, di antaranya laboratorium IPA itu
ada yang bertanggung jawab mengenai alat-alat. Kemudian untuk lab
komputer juga demikina memiliki teknisi yang selalu siap bahkan
selain daripada guru lab komputer itu memiliki asisten guru komputer
yang akan membantu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.”58
Jadi dapat disimpulkan dalam dimensi orang disini mencakup 2
aspek, di SMP An Nurmaniyah hanya melibatkan orang yang termasuk
dalam aspek pertama yaitu orang-orang yang didesain secara khusus
sebagai sumber belajar utama yang di didik secara professional untuk
mengajar. Sekolah melibatkan semua yang bersangkutan dengan
pembelajaran, termasuk kelompok kedua yaitu orang yang memiliki
profesi lain yang berada di lingkungan sekolah seperti mengundang
polisi untuk membahas kenakalan remaja yang terjadi pada zaman
modern ini.
3. Bahan
Bahan juga merupakan sumber belajar yang sangat penting, bahan
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Bahan disini
menyangkup buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT
(Over Head Transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya
(biasa disebut software).
Dalam proses pembelajaran guru memang dituntut untuk
menggunakan bahan sebanyak mungkin. Dan dari hasil wawancara
penulis sekolah ini menggunakan beberapa bahan berupa buku paket,
58
Purbatin Hadi, S. Pd, Wakil Kepala Sekolah, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013
55
power point, dan lain sebagainya. Sebagaimana guru katakan “ proses
belajar mengajar menggunakan bahan seperti buku paket yang
disediakan sekolah, power point, peta, lab, invocus, VCD. Selain buku
paket peserta didik juga mempunyai LKS, dan kadang juga saya
menyuruh peserta didik untuk membawa bahan penunjang lainnya
yang mereka miliki.”59
Kemudian di lengkapi wakil kepala sekolah dengan mengatakan
“Yayasan An Nurmaniyah sebagai sarana proses belajar menggunakan
buku paket dan sebagai latihan ada LKS. Dan untuk buku paket tahun
ini ada 8 paket bidang study sifatnya dipinjamkan ke peserta didik jadi
tidak beli selebihnya mereka membeli dari sekolah.”60
Jadi dapat disimpulkan pada aspek bahan disini sekolah memang
sudah menggunakan semua bahan seperti buku paket dan LKS.
Menurut penulis sekolah ini sudah mempunyai bahan2 yang
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Jika guru dan peserta didik
tidak di fasilitasi oleh sekolah dengan fasilitas yang menunjang proses
belajar mengajar maka situasi pembelajaran tidak akan kondusif.
4. Alat
Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk
fisik sering disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Alat ini
berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir 3 di atas. Di
dalamnya mencakup multimedia projector, slide projector, OHP, film
tape recorder, opaqe projector, dan lain-lain.
Alat yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar di
sekolah An Nurmaniyah sudah cukup memadai, sebagaimana hasil
wawancara penulis dengan guru : “ Guru memang harus menggunakan
59
Anita Samirah, SE, Guru Bidang Study IPS, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013 60
Purbatin Hadi, S. Pd, Wakil Kepala Sekolah, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013
56
alat sebagai sumber dalam pembelajaran, misalnya peta, lab, infocus,
vcd, dll.”61
Dalam proses pembelajaran mengenai sejarah guru akan
memutarkan film yang menyangkut pembahasan yang sedang
dipelajari menggunakan invocus. Selain invocus guru juga sering
menggunakan alat lain dalam menunjang proses pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan pada aspek alat ini, guru sudah
menggunakan sumber belajar berupa alat dengan efektif tetapi memang
masih kurang. Penggunaan alat tersebut tergantung kebutuhan kegiatan
pembelajaran saja, tidak setiap saat proses belajar mengajar
menggunakan alat. Tetapi alat yang di fasilitasi oleh sekolah memang
masih kurang, karena hanya beberapa ruangan saja yang memiliki
invocus. Jadi jika ingin menggunakan harus bergantian dan tidak setiap
saat bisa digunakan untuk proses pembelajaran.
5. Teknik
Teknik yang dimaksud yaitu berupa cara yang digunakan orang
dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran.
Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, Tanya jawab,
sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
Dalam penyampaian materi kadang guru SMP An Nurmaniyah
menggunakan beberapa metode. Metode yang digunakan yaitu
ceramah bervariasi, kelompok kerja, diskusi, observasi, simulasi, dan
Tanya jawab. Metode ini digunakan sesuai dengan kebutuhan kegiatan
belajar mengajar. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru
“Dalam proses belajar mengajar metode yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran.
Jika semua peserta didik dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh guru,
berarti metode yang digunakan itu berhasil. Tetapi jika ada salah satu
61
Anita Samirah, SE, Guru Bidang Study IPS, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013
57
murid yang tidak mengerti, berarti metode yang digunakan tidak
berhasil untuk mereka.”62
Jadi dapat disimpulkan guru yang mengajar sudah menggunakan
metode belajar secara variatif dengan baik. Guru selalu menggunakan
metode yang berbeda-beda dalam setiap proses pembelajaran. Beliau
tidak hanya monoton dengan satu metode, misalnya metode ceramah
saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh guru yang bersangkutan. “
dalam proses belajar mengajar saya menggunakan beberapa metode,
misalnya ceramah bervariasi, kelompok kerja, diskusi, observasi,
simulasi, dan tanya jawab.”63
6. Latar
Latar atau lingkungan disini yaitu semua lingkungan yang berada
di sekolah maupun di luar sekolah termasuk sumber belajar. Semua
lingkungan bisa dijadikan sebagai sumber belajar, contoh pasar.
Kegiatan di pasar bisa dijadikan sumber belajar dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di SMP An Nurmaniyah
peserta didik sering kali melakukan pembelajaran di luar kelas,
terutama ketika melakukan praktek-praktek kemudian peserta didik
ditugaskan secara berkelompok untuk mengobservasi kegiatan pasar.
Dengan ditugaskan peserta didik untuk ke pasar, maka pasar sudah
termasuk sumber belajar yang digunakan.
Dalam wawancara penulis kepada wakil kepala sekolah, beliau
mengatakan “Proses belajar mengajar dilakukan di dalam kelas dan
sering juga dilakukan di luar kelas terutama ketika melakukan praktek-
praktek tentang gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.”64
62
Anita Samirah, SE, Guru Bidang Study IPS, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013
63
Anita Samirah, SE, Guru Bidang Study IPS, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013 64
Purbatin Hadi, S. Pd, Wakil Kepala Sekolah, Wawancara Pribadi, Tangerang 31 Mei
2013
58
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tidak hanya
dilakukan di lingkungan sekolah saja, tetapi juga sering kali melakukan
kegiatan pembelajaran di luar lingkungan sekolah. Hal ini sangat
efektif dalam proses pembelajaran, karena memang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
61
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah penulis lakukan terhadap hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP An Nurmaniyah sebagai
berikut :
1. Pemanfaatan sumber belajar di SMP An Nurmaniyah belum
efektif. Dikarenakan sumber belajar yang digunakan belum
memadai. Jenis-jenis sumber belajar yang meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan latar. Tetapi memang masih ada
kekurangan seperti belum mengadakan seminar pembelajaran
untuk para murid, dan memang masih juga ada kekurangan sumber
belajar di sekolah. Sumber belajar itu termasuk dalam sarana
prasarana, karena sumber belajar yang belum lengkap dan sangat
penting dalam menunjang pembelajaran maka itu merupakan
pemikiran bagi pihak sekolah untuk mengembangkannya sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif.
62
B. Saran
1. Bagi sekolah SMP An Nurmaniyah, dengan diketahuinya bahwa
sumber belajar merupakan faktor yang penting dalam pendidikan,
maka pengelola sekolah, para guru, komite sekolah hendaknya
dapat menciptakan suasana yang kondusif demi peningkatan
sumber belajar sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Bagi para guru, guru merupakan orang yang secara langsung
menjadi sumber belajar bagi siswa. Maka suatu kewajiban juga
untuk selalu memberikan sumber-sumber berupa sumber cetak
maupun non cetak, fasilitas belajar ataupun lingkungan sekolah.
Selain itu untuk memperoleh pengalaman dan untuk latihan yang
lebih baik diperlukan adanya sumber belajar yang baik. Sumber
belajar adalah bahan-bahan apa saja yang dapat dimanfaatkan dan
digunakan dengan baik untuk membantu guru maupun siswa dalam
proses belajar mengajar untu mencapai keberhasilan.
3. Bagi peserta didik, faktor penentu keberhasilan dalam proses
belajar mengajar adalah peserta didik sebagai pelaku dalam
kegiatan belajar. Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar
mengajar akan mempengaruhi keberhasilan proses tersebut.
Dengan demikian peserta didik dituntut untuk memiliki sikap
mandiri, artinya peserta didik perlu memiliki kesadaran, kamauan
dan motivasi dari dalam diri. Dengan adanya sikap mandiri dalam
diri peserta didik, tujuan belajar mengajar akan berhasil di capai
sebagaimana di harapkan.
4. Bagi orang tua, hendaknya memberikan dorongan atau motivasi
kepada anak, agar lebih semangat belajar. Baik secara finansial
maupun non finansial, sehingga anak dapat lebih giat lagi
melaksanakan kewajiban sebagai peserta didik.
63
DAFTAR PUSTAKA
Johar Permana, Muliani Sumantri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Proyek
PGSD Ditjen Dikti Depdikbud
A.Tabrani Rusya,dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, CV. Remaja
karya, Bandung, 1989
Sudjana, Nana, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, Cet. 3, 1989
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Grasindo, Cet ke 4, 2008
Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran Jakarta:
Kencana Media Group, 2009
Daulay Putra Haidar, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet I
Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka
Cipta, Cet V, 2010
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003, Cet. Pertama, hal. 62
Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. Pertama, 2008
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka
Cipta, Cet. Pertama, 1997
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, Cet. Ke-7, 2006
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet.
Pertama, 1997
Marno, Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: DITPAIS, Cet. Kedua, 2012
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana,
Cet. Ke-4, 2011
Nana Sudjana, dkk, Tehnologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru
64
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Cet. Ke-7, 2011
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan
Evaluative, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2008
Muhaimin, Suti’ah dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan (Aplikasi
Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah), Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009
Udin Syaefudin Sa’ud, dkk, Perencanaan Pendidikan, Bandung, Rosda Karya,
Cet. 4, 2009
T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, Cet. XVIII, 2003
Atmodiwirio , Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT
Ardadizya Jaya, 2005
Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi; Pendidikan Tekhnologi dan
Kejuruan , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-2, 1993
Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Jakarta:PT Bina Aksara,
Cet. 1, 1988
Suparman, Atwi, Desain Instruksional, Jakarta:Universitas Terbuka, Cet. 3, 1994
Direktorat Tenaga Kependidikan, Proses Pembelajaran di kelas, laboratorium,
dan di lapangan
Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta :
Universitas Terbuka, 2007
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, Cet. 6, 2010
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
M. Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2009
65
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Bandung: Alfabeta, Cet. 9, 2010