meningkatkan kualitas belajar

download meningkatkan kualitas belajar

of 143

Transcript of meningkatkan kualitas belajar

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Lampiran . UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KONSEP SISTEM INDERA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL STAD DI MTS AL ASROR GUNUNGPATISKRIPSIDiajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Budi Listiarini 4414000037 Pendidikan Biologi

ii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul: MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM KONSEP PROSES SISTEM BELAJAR INDER A MENGAJAR MANUSIA PADA MELALUI

PEMBELAJARAN MODEL STAD DI MTS AL ASROR GUNUNGPATI Telah dipertahankan di hadapan Sidang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada: Hari Tanggal : Selasa : 24 Juli 2007 Panitia Ujian Ketua Sekretaris Panitia Ujian Skripsi

Drs. Kasmadi Imam S., M. S. NIP. 130781011 Pembimbing I

Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. NIP. 130781009 Anggota Penguji

1 .Prof. Dr. Sri Mulyani E.S., M. Pd. NIP. 130515750 Drs. Sumadi, M. S. NIP. 130686735

2 .P e m b i m b i n g I I

ii

Dra. Ely Rudyatmi, M. Si. NIP. 131754161 3.

Prof. Dr. Sri Mulyani E.S., M. Pd. NIP. 130515750

Dra. Ely Rudyatmi, M. Si. NIP. 131754161

iii

ABSTRAK Tingkat keaktifan siswa kelas VIII E MTs Al Asror Gunungpati tahun ajaran 2006/ 2007 sebelum penelitian sebesar 10% dan rata-rata hasil belajarnya 52,15. Pembelajaran STAD banyak memberikan kesempatan siswa saling mengemukakan pendapat, bertanya, dan menjawab, maka semua siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran Sistem Ekskresi terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa (Sukmawati, 2005), maka pada penelitian ini dicoba diterapkan pada konsep Sistem Indera Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada proses belajar mengajar konsep Sistem Indera Manusia melalui model pembelajaran STAD. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 3 siklus, dengan 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dilakukan pada 40 siswa kelas VIII E MTs Al Asror Gunungpati tahun ajaran 2006/ 2007. Pada penelitian ini ada dua data. Data pertama berupa data kualitatif yang terdiri atas aktivitas siswa, kinerja guru, tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran yang diukur dengan lembar observasi, kuesioner, dan lembar wawancara. Data kedua berupa data kuantitatif yang terdiri atas hasil belajar ranah kognitif yang diukur dengan tes pilihan ganda, dan hasil belajar ranah psikomotorik yang diukur dengan check list. Data dianalisis dengan deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar konsep Sistem Indera Manusia di MTs Al Asror Gunungpati. Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar siswa, STAD.

v

MOTTO DAN PERSEMBAHANM MottoJanganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-o rang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran:139) ( None of us can hope to get anywhere without character, moral courage, anthe spiritual strength to accept responsibility (Thomas Jefferson) ( Yang membuat letih itu bukan pekerjaannya, tetapi perasaan kita yang jengkel karena melaksanakan pekerjaan itu (Soemantri Notodipuro) Persembahan Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu (Almh) dan Ayah, terima kasih ataskelapangan hati dan kesabarannya.

2. Ibu Sumanah Z keluarga, terima kasihatas dukungannya.

3. Mbak Tutik, Mas Rus, Mas Wied, Mbak Nur,Mbak Tatik, Mas Iwan, Mas Budi dan Adi, terima kasih atas motivasi dan

bantuannya.

0. Arief, Iwan Cilik, Diffa, Okta, Z Nanda,terima kasih untuk keceriaan kalian.

4. Wisma Soliki ns Famil y, terim

v

a kasih telah ikut men gisi pundi pundi hidup ku..

5. Teman-teman Bio Cool00, Stay coolguys!

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Meningkatkan Aktivitas dan Hail Belajar Siswa dalam Proses Belajar Mengajar pada Konsep Sistem Indera Manusia Melalui Pembelajaran Model STAD di MTs Al Asror Gunungpati. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Semarang. Penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan belajar danmeyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA UNNES yang telah memberikan kemudahan administrasi dalampenyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan kemudahan dalampelaksanaan studi dan penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Sri Mulyani E.S., M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

vi

6. Drs. Sumadi, M.Si., Penguji yang telah memberikan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini. 7. Kepala Sekolah MTs Al Asror Gunungpati yang telah memberikan ijin untuk melakukanpenelitian.

8. Martini, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Biologi atas bantuan dan kerja samanya selamapenelitian.

9. Nunung dan Eka, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Juni 2007 Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................................................... ii ABSTRAK.......................................................................................................................................... iii KATA PENGANTAR........................................................................................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................................... vi DAFTAR ISI....................................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL.............................................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah B.Rumusan Masalah C.Penegasan Istilah D.Tujuan Penelitian3 3 4

1

E. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.Tinjauan Pustaka B.Hipotesis TindakanBAB III METODE PENELITIAN

6 13

A.Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian 0.Faktor-faktor yang Diteliti14

14

viii

C.Rancangan Penelitian 1 4 D.Prosedur Penelitian17 24

E.Data dan Cara Pengumpulan Data F.Metode Analisis Data 2 5

G. Indikator Kinerja.............................................................................................................................................. 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian B.Pembahasan 3 4BAB V PENUTUP

28

A.Simpulan B.Saran

50 50

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................................. 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................................................................................ 53

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal 16 17 32

1.Nilai Peningkatan Individu 2.Penghargaan Kelompok

3.Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model STAD 4.Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal 5.Hasil Uji Daya Beda Soal 6.Hasil Uji Reliabilitas Soal20 21 19

7. Hasil Uji Validitas Soal........................................................................................................... .....................................................................................................................................................22

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Hal 15

1.Skema Rancangan Kegiatan Penelitian 2.Bagan Prosedur Penelitian23

3.Grafik Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran 28 4.Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 5.Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 6.Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 307. Grafik Hasil Penghargaan Kelompok....................................................................................................................... 31 29 30

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Hal 53

1. Silabus

2. RP dan LKS 55 3. Kisi-kisi dan Soal Tes Ranah Kognitif 68 4. Kisi-kisi dan Check List Ranah Psikomotorik88 80

5. Kisi-kisi dan Kuesioner Ranah Afektif : Sikap Terhadap Materi Sistem Indera Manusia 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran90 92 93 94

8. Lembar Kuesioner Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model STAD 9. Lembar Wawancara Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran Model STAD 10. Analisis Uji Coba Soal dan Contoh Perhitungannya95 103

11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran 12. Hasil Belajar Ranah Kognitif 104 13. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik105 106

14. Hasil Penghitungan Penghargaan Kelompok

15. Cuplikan Hasil Wawancara Guru terhadap Pembelajaran Model STAD 16. Cuplikan Tugas Siswa110

107

17. Surat Penetapan Pembimbing 117 18. Surat Ijin Penelitian 118 19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 119 20. Foto-foto Penelitian 120

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Strategi dan metode pembelajaran yang baik dan tepat sangat diperlukan untuk terciptanya kegiatan belajar mengajar Biologi yang aktif yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas VIII MTs Al Asror Gunungpati menunjukkan tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih rendah, yang ditandai dengan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat/ gagasan maupun memberikan sanggahan/ tanggapan terhadap suatu pendapat/ gagasan yakni hanya sebesar 10%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu, materi Sistem Indera Manusia, masih kurang dikuasai oleh siswa. Hal inilah yang menyebabkan materi Sistem Indera Manusia diangkat dalam penelitian ini. Pembelajaran masih banyak dilakukan dengan metode ceramah walaupun sudah diselingi dengan metode tanya jawab, eksperimen dan demonstrasi tetapi hasilnya masih kurang efektif dan adanya pertimbangan waktu. Dari 5 kelas yang diampu oleh guru bidang studi di kelas VIII, kelas yang aktivitas dan hasil belajarnya paling rendah adalah kelas VIII E dengan rerata nilai 5 1,25, sehingga peneliti memilih kelas tersebut sebagai setting penelitian. Pembelajaran model Students Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keberagaman tingkat kemampuan belajar. Setiap anggota

15

kelompok saling bekerja sama, bahu-membahu, bantu-membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Model STAD ini juga merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang dapat diterapkan pada siswa dimana rata-rata tingkat kemampuannya rendah. Penerapan model STAD dalam pembelajaran Biologi memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk dapat saling mengemukakan pendapat/ tanggapan, pertanyaan, ataupun jawaban terhadap suatu pertanyaan mengenai materi yang sedang dibahas dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, sehingga seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Melalui diskusi dengan teman sekelompoknya, saling bertukar pikiran diharapkan siswa dapat mengerti dan memahami materi. Siswa yang suka memberi komentarkomentar di luar materi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung diarahkan untuk dapat aktif memberikan tanggapan, pertanyaan, atau jawaban. Sedangkan siswa yang pasif diharapkan dapat terpancing untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar, maka diharapkan hasil belajar siswa baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang harus dimiliki siswa dapat meningkat. Hal tersebut di atas didasari oleh beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan oleh Kinney: 1989 dalam Slavin (1995), yang membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran STAD pada pelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian Lasih (2003) menunjukkan bahwa mutu kegiatan belajar mengajar dapat meningkat dan keaktifan siswanya juga meningkat. Hasil penelitian Dewi (2003) menunjukkan penggunaan pembelajaran kooperatif STAD

16

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian Mafasa (2004) juga menunjukkan hasil belajar siswa yang meningkat. Penelitian Nastitia (2004) menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa. Penelitian Rahmawati (2005) menyimpulkan bahwa pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkatkan penguasaan siswa. Hasil penelitian Rohani (2005) juga menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran STAD dapat meningkatkan keterampilan proses siswa. Demikian juga dalam penelitian Sukmawati (2005), melalui penerapan strategi STAD kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

B.Rumusan MasalahRumusan masalah yang akan dikaji adalah apakah pembelajaran model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia di MTs Al Asror Gunungpati.

C.Penegasan IstilahUntuk menghindari salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, maka diperlukan adanya penegasan istilah untuk membatasi ruang lingkup permasalahan dalam penelitian. 1. Pembelajaran Model STAD Pembelajaran model STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana dalam satu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4 5 orang, setiap kelompok harus heterogen. Anggota kelompok

17

menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajarannya kemudian saling membantu satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Setiap beberapa periode siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan (Rachmadiarti, 2003).

2.Aktivitas SiswaAktivitas siswa adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, melakukan kegiatan pengamatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa, mempresentasikan hasil pengamatan dan mencatat atau membuat resume.

3.Hasil BelajarHasil belajar adalah suatu perubahan menuju keadaan lebih baik yang diperoleh melalui suatu proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman (Sudjana, 1989). 4. Konsep Sistem Indera Manusia Konsep Sistem Indera Manusia merupakan konsep dalam materi pembelajaran Biologi SMP/ MTs kelas VIII yang mempelajari fungsi macammacam alat indera (Depdiknas, 2006).

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa MTs Al Asror Gunungpati dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia dengan menggunakan model pembelajaran STAD.

18

E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberi gambaran mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar melalui pembelajaran model STAD kepada seluruh civitas akademika. 1. Bagi Siswa

a.Meningkatkan minat dan motivasi belajar Biologi. b.Meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar.c. Mengembangkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar. 2. Bagi Guru

a.

Memberikan alternatif model pembelajaran dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang aktif dan efektif.

b.

Menambah kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan media dan model yang sesuai.

3. Bagi Sekolah Memberi sumbangan bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan potensi siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran Biologi sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Rumini, 1995). Secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000). Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Rumini (1995) belajar sebagai proses atau aktivitas dipengaruhi beberapa faktor yang dapat diklasifikasikan menjadi: faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar (internal) dan faktor dari luar (eksternal). a. Faktor internal Faktor internal dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1) Faktor psikis, meliputi intelejensi, aurosal, motivasi, dan kepribadian. Intelejensi, yaitukemampuan yang bersifat umum dapat abstraksi, memahami, mengingat, berbahasa untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi/ masalah. Aurosal, yaitu suatu peningkatan kesiapsiagaan dan ketegangan otot. Individu agar dapat belajar secara efisien harus dalam keadaan aurosal, yang artinya harus bangun, sadar, dan memperhatikan lingkungan secara tajam. Motivasi, yaitu kondisi psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, yang berarti pula kondisi yang mendorong seseorang untuk belajar. Kepribadian, dapat mempengaruhi cara belajar siswa yang berpengaruh pula pada hasil belajar.

0)

Faktor fisik, yakni kesehatan yang meliputi kondisi indera, organ-organ tubuh dan anggota badan.

b. Faktor eksternal

1) 2)

Lingkungan sekitar, meliputi: lingkungan alam, sosial dan sosial ekonomi. Materi pelajaran.

3) Metode pembelajaran. 2. Model Pembelajaran STAD Model pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri atas empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda (Sukidin dkk, 2002).

Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif menurut Rachmadiarti (2003) kebanyakan memiliki ciri-ciri: siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki anggota kelompok yang berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda; dan penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu. Menurut Slavin (1995) STAD terdiri atas siklus reguler kegiatan instruksional yang meliputi:

a. Mengajar, guru menyajikan materi pelajaran. b. Belajar dalam kelompok, siswa belajar dalam kelompok mereka dengan panduan lembarkerja siswa untuk penguasaan materi pelajaran.

c. Te s, si swa me ng erj akan kuis atau tugas lai n (mi s al ny a es sai atau performance)secara individual.

d. Penghargaan kelompok, skor kelompok dihitung berdasarkan skor peningkatan anggotakelompok. Sertifikat, berita kelas atau papan pengumuman digunakan untuk memberikan penghargaan/ pengakuan kepada kelompok dengan skor tertinggi. Menurut Rachmadiarti (2003) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Tahap pertama dimulai dengan menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar; tahap kedua menyajikan informasi; tahap ketiga mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar; tahap keempat membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar; tahap kelima evaluasi; dan tahap keenam memberikan penghargaan.

Model pembelajaran kooperatif menurut Lie (2002) memiliki lima unsur yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Situasi belajar dalam kelompok kooperatif dalam jangka waktu yang cukup lama, telah memunculkan kondisi yang kondusif untuk berkembangnya keterampilan sosial. Dalam kelompok kooperatif semua anggota mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugas. keberhasilan seorang siswa ditentukan oleh keberhasilan siswa yang lain. Keadaan ini akan mendorong siswa yang lebih tahu untuk membimbing siswa yang kurang tahu, karena kegagalan pada siswa yang kurang tahu berarti kegagalannya sendiri. Interaksi siswa menjadi sangat intensif. Keadaan ini akan memberi kesempatan berkembangnya keterampilan sosial. Guru juga membantu terciptanya iklim ini. Sebagai contoh, saat siswa bertanya kepada guru, guru tidak langsung menjawab, tetapi bertanya kepada siswa apakah hal tersebut sudah ditanyakan dan didiskusikan dengan teman satu kelompoknya (Ibrahim, 2001). Menurut Sulistyorini (1999) dalam pembelajaran kooperatif terdapat 5 keterampilan, yaitu:

a.

Berada dalam tugas, tetap berada dalam tempat kerja kelompok, meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan bekerja sama dalam kelompok.

b.

Mengambil giliran dan berbagi tugas, bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas.

c. M e nd or o ng pa rt i s i p a s i , me m ot i v a s i t e m a n s a t u ke l om p ok , u nt u k memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

23

d.

Mendengarkan dengan aktif, memperhatikan informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat teman.

e.

Bertanya, menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman satu kelompok, apabila tidak tahu barulah menanyakan kepada guru.

3. Penelitian-penelitian yang Berhubungan dengan STAD yang telah Dilakukan Pembelajaran Konsep Sistem Indera Manusia Penelitian yang berhubungan dengan STAD telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang dilakukan oleh Kinney: 1989 dalam Slavin (1995), membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran STAD pada pelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Lasih (2003) dalam skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Students Teams Achievement Division) sebagai Strategi Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar Sistem Transportasi di SLTP IT Hidayatullah, menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif STAD, kondisi kelas kondusif sehingga masalah rendahnya mutu kegiatan belajar mengajar Sistem Transportasi siswa kelas II 3 SLTP IT Hidayatullah dapat ditingkatkan. Model pembelajaran STAD berpotensi untuk merangsang motivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran, sehingga mutu kegiatan belajar mengajar meningkat, ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan harian yang meningkat. Model pembelajaran kooperatif STAD tidak hanya dapat digunakan dalam pembelajaran Biologi materi Sistem Transportasi, tetapi mungkin juga diterapkan pada materi lainnya. Penelitian sejenis perlu dilanjutkan guna mengetahui lebih lanjut peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar yakni

24

meliputi nilai hasil belajar ataupun keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Penelitian Dewi (2003) yang berjudul Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievement Division pada Konsep Sistem Saraf Kelas II SLTP N 1 Wonopringgo Pekalongan Tahun Ajaran 2002/ 2003, menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas tersebut. Dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif STAD guru harus memperhatikan bagaimana proses atau interaksi antarsiswa pada saat melakukan diskusi kelompok. Mafasa (2004) dalam skripsinya dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran STAD (Students Teams Achievement Division) pada Konsep Invertebrata Kelas I SMA Negeri 12 Semarang, menunjukkan hasil belajar siswa di kelas tersebut meningkat. Nastitia (2004) dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Pembelajaran Fungsi Alat Tubuh Tumbuhan dan Sistem Pencernaan Manusia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif STAD di SLTP N 3 Ungaran, membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas II B SLTP N 3 Ungaran pada pembelajaran Fungsi Alat Tubuh Tumbuhan dan Sistem Pencernaan. Model Pembelajaran ini perlu dikembangkan pada bab lain dan diperlukan juga sistem kontrol yang baik oleh guru terhadap siswa pada saat kegiatan diskusi dan praktikum. Rahmawati (2005) dalam skripsinya dengan judul Tingkat Penguasaan Materi Sistem Saraf pada Manusia dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD

25

pada Siswa Kelas II B SMP Negeri 13 Semarang, mengemukakan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang difokuskan pada kualitas kesiapan siswa menerima pelajaran, besarnya motivasi belajar siswa, kualitas aktivitas kinerja kerja kelompok siswa, kualitas rencana pembelajaran dan proses pembelajaran, serta pemberian skor perkembangan kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi Sistem Saraf pada Manusia. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar materi Sistem Saraf pada Manusia dengan masalah siswa pasif, bosan dan tidak serius dalam kegiatan pembelajaran dan bagi siswa yang baru mengenal pembelajaran kooperatif. Rohani (2005) dalam skripsinya dengan judul Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas I SMA Teuku Umar Semarang Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium dengan Students Teams Achievement Division (STAD) pada Pembelajaran Tumbuhan Paku,

mengemukakan berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pene rapan pembe l aj ara n keg iat an laborat ori u m de ng an STAD dapat meningkatkan keterampilan proses siswa kelas I SMA Teuku Umar Semarang pada pembelajaran Tumbuhan Paku. Penerapan pembelajaran ini perlu diterapkan pada pembelajaran materi lainnya. Sukmawati (2005) dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Konsep Sistem Ekskresi Melalui Metode Eksperimen dengan Strategi STAD (Students Teams Achievement Division) di SMP N 3

26

Ungaran, membuktikan bahwa melalui penerapan metode eksperimen dengan strategi STAD, kualitas pembelajaran di kelas VIII F SMP N 3 Ungaran dapat ditingkatkan. Pembelajaran seperti ini dapat melatih siswa untuk lebih mengembangkan keterampilan sosialnya, bertanggung jawab terhadap diri dan kelompoknya, serta melatih siswa untuk bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari. 4. Pembelajaran Konsep Sistem Indera Manusia Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) untuk mata pelajaran Biologi kelas VIII pada konsep Sistem Indera Manusia memiliki kompetensi dasar membandingkan fungsi macammacam alat indera manusia. Karakteristik materi ini banyak melakukan kegiatan untuk menguji alat indera manusia yang dikerjakan secara berkelompok, sehingga apabila dikerjakan secara individual, siswa akan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu diperlukan metode pembelajaran kooperatif yang terstruktur yang dapat memberikan wadah kepada siswa untuk mendiskusikan materi sehingga membantu siswa untuk memahami materi. B. Hipotesis Tindakan Penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar konsep Sistem Indera Manusia di MTs Al Asror Gunungpati.

BAB III METODE PENELITIAN

A.Setting dan Karakteristik Subyek PenelitianPenelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIIIE MTs Al Asror Gunungpati dengan jumlah siswa 40 orang (20 perempuan dan 20 laki-laki). Karakteristik kelas tersebut kurang aktif yang ditandai dengan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan, tanggapan, maupun jawaban selama proses belajar mengajar berlangsung yaitu kurang dari 10% dari keseluruhan siswa dan rerata hasil belajarnya paling rendah di antara kelas-kelas lainnya yaitu 52,15.

B.Faktor-Faktor yang DitelitiFaktor-faktor yang diteliti meliputi:

1.

Faktor guru, yang diamati adalah kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran model STAD, apakah sudah sesuai atau belum dengan langkah-langkah yang tertulis dalam rencana pembelajaran.

2.

Faktor siswa, yang diamati adalah aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mengukur hasil belajar siswa.

C. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (action research) yang terdiri atas 3 siklus. Apabila pada siklus ke-I indikator yang ditentukan belum tercapai maka dilakukan siklus ke-II. Apabila pada siklus ke-II indikator yang ditentukan belum juga tercapai maka dilakukan siklus ke-III. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan (acting), 3) pengamatan (observating), dan 4) refleksi (reflecting).

Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk penyempurnaan tindakan pada siklus II, dan hasil refleksi siklus II digunakan untuk penyempurnaan tindakan siklus III. Rancangan kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan dengan Gambar 1.

Gambar 1. Skema Rancangan Kegiatan Penelitian (Wilujeng, 2005) Refleksi I Anggota tim Perencanaan I observer adalah peneliti sendiri dengan dibantu oleh 3 mahasiswa Biologi Perencanaan II Perencanaan III Pelaksanaan I dst lainnya yang berkompeten terhadap pembelajaran STAD. Untuk observasi aktivitas siswa, Refleksi II observernya adalah peneliti dan guru pengampu mata pelajaran Biologi, sedangkan untuk data hasil Pelaksanaan II belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif, observernya adalah peneliti Refleksi III dan 3 mahasiswa Biologi lain yang membantu. Untuk observasi kinerja guru, observernya Pelaksanaan III Pengamatan I adalah peneliti dan siswa. Pengamatan II Pembagian kelompok dalam model pembelajaran ini yaitu secara heterogen, dimana siswa dibagi berkelompok dengan anggota 4 5 orang dengan tingkat kemampuan akademik yang Pengamatan III berbeda dan jenis kelamin serta etnis yang seimbang. Pembagian kelompok heterogen tersebut dilakukan dengan cara:

1.

Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik (nilai Biologi) dari nilai tertinggi sampai terendah.

2.

Membag i daft ar si swa yang tel ah uru t te rs e bu t me nj adi 8 bagi an. 3. Mengambil 1 siswa dari setiap bagian tersebut untuk dijadikan 1 kelompok, memastikan bahwa masing-masing kelompok telah seimbang jenis kelamin dan etnisnya. Penghitungan skor kelompok dalam STAD berdasarkan pada poin peningkatan anggota

kelompok dari nilai awal. Skor kelompok didapatkan dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh anggota kelompok dalam mengerjakan kuis dan membaginya dengan jumlah seluruh anggota kelompok. Tabel 1. Nilai Peningkatan Individu (Rachmadiarti, 2003) Ni lai tes Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 10 poin di bawah nilai awal sampai 1 poin di bawah nilai awal Nilai awal sampai 10 poin di atas nilai awal Lebih dari 10 poin di atas nilai awal Nilai sempurna (tanpa memperhatikan nilai awal) Nilai peningkatan individu 0 10 20 30 30

Skor rata-rata kelompok diperoleh dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh setiap anggota dan membagi jumlah tersebut dengan jumlah anggota kelompok yang mengerjakan tes. Dari skor kelompok tersebut, guru dapat menentukan penghargaan yang akan diperoleh setiap kelompok. Menurut Slavin (1995) terdapat 3 tingkat penghargaan yang dapat dilihat dalam tabel penghargaan kelompok berikut:

Tabel 2. Penghargaan Kelompok (Rachmadiarti, 2003) Skor rata-rata 15 19 20 24 ?25 Penghargaan Kelompok baik (Good Team) Kelompok hebat (Great Team) Kelompok super (Super Team)

Pemberian penghargaan terhadap prestasi kelompok, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, tetapi dalam hal ini dilakukan dengan cara pemberian hadiah. D. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri atas tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian. 1. Tahap persiapan

a.

Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi Biologi dan pengamatan terhadap proses pembelajaran Biologi.

b.

Bersama dengan guru bidang studi Biologi menentukan bentuk solusi pemecahan masalah berupa penerapan pembelajaran model STAD.

c.

Mempersiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RP, dan LKS). Bentuk silabus dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan bentuk RP, dan LKS dapat dilihat pada Lampiran 2.

d.

Menyiapkan alat evaluasi berupa soal tes kognitif, check list kemampuan psikomotorik dan kuesioner ranah afektif. Bentuk soal tes kognitif dapat dilihat pada Lampiran 3, check list kemampuan psikomotorik dapat dilihat

pada Lampiran 4, sedangkan kuesioner ranah afektif dapat dilihat pada Lampiran 5.

e. Menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati jalannya prosespembelajaran. Lembar observasi terdiri atas lembar observasi aktivitas siswa dan kegiatan guru dalam pembelajaran. Bentuk lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Lampiran 6, sedangkan lembar observasi kegiatan guru dapat dilihat pada Lampiran 7.

0.

Menyiapkan lembar kuesioner tanggapan siswa tentang pembelajaran model STAD. Bentuk lembar kuesioner tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.

a.

Menyiapkan lembar wawancara tanggapan guru tentang pembelajaran model STAD. Bentuk lembar wawancara tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.

b.

Menguji coba instrumen evaluasi Agar instrumen untuk pengambilan data hasil belajar siswa ranah kognitif yang disusun mencerminkan keadaan yang diukur, maka instrumen tersebut diujicobakan untuk mengukur kualitas yang disyaratkan. Kualitas yang disyaratkan meliputi tingkat kesukaran, daya beda, reliabilitas, dan validitas. Instrumen diujicoba pada siswa yang tidak dijadikan subyek penelitian, yaitu siswa kelas IXA MTs Al Asror Gunungpati dengan jumlah siswa 40 orang. 1) Tingkat kesukaran soal Tingkat kesukaran adalah tingkat yang menunjukkan derajat pengerjaan soal oleh peserta tes. Tingkat kesukaran diketahui dengan membandingkan antara jumlah peserta tes yang menjawab dengan benar dan jumlah seluruh peserta tes. Menurut Arikunto (2002) tingkat kesukaran soal dirumuskan sebagai berikut:

P= B JS Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = banyaknya peserta tes keseluruhan Selanjutnya nilai P diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut: Soal dengan P = 0,71 1,00 adalah soal mudah Soal dengan P = 0,31 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,00 0,30 adalah soal sukar Hasil uji tingkat kesukaran soal yang telah dilakukan pada siklus I, II, d a n I I I d i s a j i k a n d a l a m T a b e l 4 . d i b a w a h i n i . Tabel 4. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Klasifikasi Mudah Siklus I 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17 6, 11, 14, 18, 19, 20 Nomor Soal Siklus II 1, 2, 3, 9, 11, 15, 17

Sedang Sukar

4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20 -

Siklus III 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 19 6, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 20 -

2) Daya beda Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (be rke mampu a n ti ng gi ) deng an sis wa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi disingkat D. Menurut Arikunto (2002) daya beda dinyatakan dengan rumus:

D=

BABB

=

PAPB

JA JB Keterangan: D = indeks diskriminasi soal BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Selanjutnya indeks diskriminasi diinterpretasikan dengan klasifikasi nilai D sebagai berikut: D = 0,00 0,20 adalah jelek D = 0,21 0,40 adalah cukup D = 0,41 0,70 adalah baik D = 0,71 1,00 adalah baik sekali Soal digunakan jika mempunyai nilai D minimal cukup. Hasil uji daya beda soal yang telah dilakukan pada siklus I, II, dan III disajikan dalam Tabel 5. di bawah ini. Soal dengan klasifikasi jelek tidak dipakai. Tabel 5. Hasil Uji Daya Beda Soal Klasifikasi Jelek Cukup Baik Siklus I 1, 9, 13, 14, 16 4, 7, 8, 17 2, 3, 5, 6, 10, 12, 15, 18, 19, 20 Nomor Soal Siklus II 2, 11, 19 1, 12, 14, 16, 17, 20 11, 3, 4, 5, 6, 13, 15, 18 7, 8, 9, 10,

Siklus III 1, 6, 8 7, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19 2, 3, 4, 5, 8, 9, 11, 15, 20

3)ReliabilitasReliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat ketetapan dan ketepatan soal dalam mengukur kemampuan peserta tes. menurut Arikunto (2002) reliabilitas soal diketahui dengan menggunakan rumus KR-21 sebagai berikut: k M (kM ) r 11 V = 2 1 k 1 1 Keterangan: r 11 = reliabilitas M = rata-rata skor total k = jumlah butir tes V 1 = variasi skor total Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r hitung > tabel product moment maka instrumen yang diujicobakan bersifat reliabel. Hasil uji reliabilitas soal yang telah dilakukan pada siklus I, II, dan III disajikan dalam Tabel 6. di bawah ini. Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Soal

Siklus Siklus I Siklus II Siklus III

Reliabilitas 0,8 164442 0,8304448 0,8319017

Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel

4)ValiditasValiditas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan (kesahihan) dari suatu instrumen. Menurut Arikunto (2002) pengujian

validitas diberlakukan pada semua butir soal dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:

r xy

{ N) X 2

( X ) }

{ N Y ( Y) )- )2 2

)2

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total X = skor tiap butir soal Y = skor total yang benar dari tiap subyek N = jumlah subyek Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r hitung > r tabel product moment maka item soal yang diuji bersifat valid. Hasil uji validitas soal yang telah dilakukan pada siklus I, II, dan III disajikan dalam Tabel 7. di bawah ini. Tabel 7. Hasil Uji Validitas Soal Klasifikasi Tidak valid Valid 1, 16 2, 7, 12, 18, Nomor Soal Siklus I Siklus II 9, 13, 14, 2, 11, 17, 19, 1, 20 19 3, 4, 5, 6, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 2, 11, 8, 9, 10, 12, 8, 8, 10, 15, 17, 13, 14, 15,16, 13, 19, 20 18 16, Keterangan Siklus III 6, 12, 18, Tidak dipakai 3, 4, 5, 7 , Dipakai 9, 10, 11, 14, 15, 17, 20

2. Pelaksanaan Penelitian Kegiatan pelaksanaan dalam tahap ini dapat digambarkan sebagai berikut.

SIKLUS I

Perencanaan I Menganalisis akar masalah (rendahnya a aktivitas dan hasil belajar siswa) Menggunakan pembelajaran model S STAD sebagai solusi pemecahan Menyiapkan perangkat pembelajaran ( (silabus, RP, dan LKS) Menyiapkan lembar observasi, lembar p penilaian, dan kuesioner M Menyiapkan alat evaluasi P Pembentukan kelompok

Pelaksanaan I Guru memotivasi siswa dengan meminta siswa membaca materi tentang M Mata Siswa bekerja sama dalam kelompok u untuk mengerjakan LKS 01 Mata Siswa diminta mempresentasikan hasil k kerja kelompok dalam diskusi kelas Siswa bersama guru menyimpulkan h hasil diskusi kelas P Pemberian tes siklus ISIKLUS II

Pengamatan I Mengamati kegiatan siswa dalam KBM menggunakan lembar o observasi Mengamati kinerja guru dalam KBM menggunakan lembar o observasi Pengisian kuesioner tanggapan siswa dan wawancara guru t terhadap proses pembelajaran

R Refleksi I Indikator kinerja secara klasikal b belum tercapai Kerja kelompok dan diskusi kelas masih didominasi oleh s siswa yang pandai Pengelolaan waktu dan kelas o oleh guru belum optimal Kerjasama dalam kelompok b belum optimal Pemberian penghargaan

Refleksi II Indikator kinerja secara k klasikal masih belum tercapai Pelaksanaan pembelajaran S STAD sudah lebih baik Aktivitas dan hasil belajar s siswa meningkat Pemberian hadiah untuk kelompok yang mendapat penghargaan Super Team S

Pengamatan II Mengamati kegiatan siswa dalam KBM menggunakan lembar o observasi Mengamati kinerja guru dalam KBM m menggunakan lembar observasi Pengisian kuesioner tanggapan siswa dan wawancara guru terhadap proses p pembelajaran

Pelaksanaan II Guru memotivasi siswa dengan meminta siswa membaca materi tentang Telinga dan K Kulit Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk m mengerjakan LKS Telinga dan Hidung Siswa diminta mempresentasikan hasil kerja k kelompok dalam diskusi kelas Siswa bersama guru menyimpulkan hasil d diskusi kelas P Pemberian tes siklus II

P Perencanaan II Mempersiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RP, dan L LKS) materi Telinga dan Kulit Menyiapkan lembar observasi dan a alat evaluasi Menyiapkan alat dan bahan p praktikum Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik berdasarkan refleksi I

SIKLUS III

Perencanaan III Mempersiapkan p erangka t pembelajaran (silabus, RP, dan LKS) m materi Lidah dan Hidung Menyiapkan lembar observasi dan a alat evaluasi Menyiapkan alat dan bahan p praktikum Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik berdasar refleksi II G Gambar

Pelaksanaan III Guru memotivasi siswa dengan meminta siswa membaca materi tentang Lidah dan H Hidung Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk m mengerjakan LKS Lidah dan Hidung Siswa diminta mempresentasikan hasil kerja k kelompok dalam diskusi kelas Siswa bersama guru menyimpulkan hasil d diskusi kelas P Pemberian tes siklus III

Pengamatan III Mengamati kegiatan siswa dalam KBM menggunakan l lembar observasi Mengamati kinerja guru dalam KBM menggunakan l lembar observasi Pengisian kuesioner tanggapan siswa dan wawancara guru terhadap p proses pembelajaran

R Refleksi III Indikator kinerja secara klasikal s sudah tercapai K Kinerja guru sudah baik Aktivitas dan hasil belajar siswa m meningkat Tanggapan siswa dan guru terhadap p pembelajaran STAD positif Pemberian hadiah untuk kelompok yang mendapat penghargaan SuperTeam

2. Bagan Prosedur Penelitian

E. Data dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik. Data kualitatif meliputi aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran; kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran model STAD; tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran. Cara pengambilan data, yaitu:

1.

Data tentang hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes dan nontes. tes berupa soal pilihan ganda berjumlah 15 butir soal untuk masing-masing siklus yang digunakan untuk mengambil data kemampuan kognitif siswa. Bentuk soal tes ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Nontes berupa kuesioner sikap siswa terhadap konsep Sistem Indera Manusia yang digunakan untuk mengambil data ranah afektif siswa. Bentuk nontes ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Nontes lainnya yaitu check list kemampuan kelompok dalam praktikum Sistem Indera Manusia yang digunakan untuk mengambil data kemampuan psikomotorik siswa. Bentuk nontes ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Data hasil belajar siswa untuk ranah kognitif dan afektif diambil pada tiap akhir siklus, sedangkan untuk ranah psikomotorik diambil pada tiap kegiatan kelompok siswa oleh tim observer.

2.

Data tentang aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang terdiri atas 10 aspek yang menunjang proses pembelajaran dan 2 aspek yang tidak menunjang proses pembelajaran. Data ini diambil pada tiap

38

pertemuan oleh tim observer dan guru. Bentuk lembar observasi ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.

Data tentang kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran model STAD diambil dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran yang terdiri atas 10 aspek yang diamati. Data diambil pada tiap pertemuan oleh tim observer dan siswa. Bentuk lembar observasi kinerja guru ini dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.

Data tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar kuesioner tanggapan siswa selama mengikuti pembelajaran yang terdiri atas 6 butir pertanyaan. Data ini diambil pada tiap akhir siklus. Bentuk lembar kuesioner tanggapan siswa ini dapat dilihat pada Lampiran 8.

5. Data tentang tanggapan guru terhadap proses pembelajaran diambil dengan menggunakan wawancara dengan 7 pertanyaan kunci. Data ini diambil pada tiap akhir siklus oleh peneliti. Pertanyaan kunci tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. F. Metode Analisis Data Masing-masing data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data yang diperoleh. 1. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan metode deskriptif dengan membandingkan persentase nilai ketuntasan belajar klasikal siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Ketuntasan belajar secara klasikal menurut

39

Mulyasa (2004) dapat dihitung dengan teknik analisis deskriptif persentase berikut ini: P= n1 X 100% n

Keterangan: P n1 n = tingkat ketuntasan belajar secara klasikal = jumlah siswa yang tuntas belajar secara individual (nilai ? 75) = jumlah total siswa

2.

Data aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dianalisis dengan metode deskriptif persentase.

3.

Data kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran model STAD dianalisis dengan metode deskriptif persentase.

4.

Data tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dianalisis dengan metode deskriptif persentase.

5.

Data tanggapan guru terhadap proses pembelajaran dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.

G. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tercapainya indikator-indikator baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik dari Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan dan tercapainya peningkatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar. Untuk ranah kognitif dan psikomotorik, siswa yang mendapat nilai ? 75 sekurang-kurangnya ada 85%. Sedangkan untuk

40

ranah afektif, siswa yang mempunyai sikap positif dan atau sangat positif terhadap materi Sistem Indera Manusia sekurang-kurangnya ada 75%. Meningkatnya aktivitas siswa yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sekurang-kurangnya ada 75%.

77,5

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN57,5

A. 1.

Hasil Penelitian Aktivitas Siswa Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia pada

siklus I, II, dan III dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. Grafik Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Grafik 3 di atas menunjukkan bahwa secara berurutan ada peningkatan jumlah Grafik pada GambarAktivitas Siswa dalam Pembelajaran siswa90 aktif mulai dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu sebesar 10, 23, dan 31 siswa. Peningkatan jumlah siswa aktif tersebut, apabila dipersentasekan secara klasikal mulai dari siklus I70 8031

sampai dengan siklus III yaitu sebesar 25%, 57,5%, dan 77,5%.60 50 40 30 20 10 0 Jumlah Siswa Aktif Siswa Aktif Persentase Siswa Aktif (%)25

Siklus I Siklus II Siklus III23

10

2.

Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa ranah kognitif dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia

pada siklus I, II, dan III disajikan dalam Gambar 4. di bawah ini. Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Gambar 4. di atas menunjukkan bahwa secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III terjadi peningkatan rerata hasil belajar ranah kognitif yaitu sebesar 63,8, 7 1,8, dan 80,9. 80,9 Pada Gambar 4. terlihat juga adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal dari63,8 71,8 85

siklus I dan siklus II sebesar 25% meningkat pada siklus III menjadi 85%.90 80 70 60 50 40 30 20 10 0siswa Hasil belajar Siklus I Siklus II Siklus III ranah psikomotorik dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia

pada siklus I, II, dan III dapat dilihat pada Gambar 5. di bawah ini. 25

2,5 Rerata Hasil Belajar Ketuntasan Belajar Klasikal (%)

100 83,33

58,28 70,95

Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik120 100 80 60 40 20 0 Rerata Hasil Belajar Ketuntasan Belajar Klasikal (%) Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 5. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Grafik pada Gambar 5. di atas menunjukkan bahwa secara berurutan terjadi peningkatan rerata hasil belajar siswa ranah psikomotorik25mulai dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu sebesar 58,28, 70,95, dan 83,33. Sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal secara berurutan juga 907 5 00

77,5

97,51

terjadi peningkatan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu sebesar 0%, 25%, dan 100%. Hasil belajar siswa ranah afektif dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia 0 pada siklus I, II, dan III disajikan pada Gambar 6. di bawah ini.62,5

Gambar 6. Grafik Hasil Belajar Ranah Afektif Gambar 6. di atas menunjukkan bahwa persentase hasil belajar siswa ranah afektif untuk kriteria sangat negatif pada siklus I, II, maupun III adalah tetapGrafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 37,5120 100 80 60 40 20 0 Sangat Negatif Negatif Positif Kriteria, 10

22,5

S i k l u s I Siklus II Siklus III

Sangat Positif Positif dan atau Sangat Positif5 0

0

0

0

2

12,5

yaitu sebesar 0%. Untuk kriteria negatif juga mengalami penurunan secara berurutan yaitu sebesar 10%, 2,5%, dan 0%. Untuk kriteria positif secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami penurunan yaitu sebesar 77,5%, 75%, dan 62,5%. Sedangkan kriteria sangat positif secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan yaitu sebesar 12,5%, 22,5%, dan 37,5%. Dari hasil tersebut, maka persentase siswa dengan kriteria positif dan atau sangat positif meningkat secara berurutan dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu sebesar 90%, 97,5%, dan 100%. 3. Penghargaan kelompok Data penghargaan kelompok dalam pembelajaran Sistem Indera Manusia pada siklus I, II, dan III dapat dilihat pada Gambar 7. di bawah ini.

Gambar 7. Grafik Hasil Penghargaan Kelompok Grafik pada Gambar Grafik Penghargaanbahwa untuk penghargaan Great Team dan 7. di atas menunjukkan Kelompok70 Good Team terjadi penurunan secara berurutan dari siklus I sebesar 62,5% dan 3 7,5% menurun 62,5

pada siklus II dan siklus III menjadi 50% dan 50 50 Sebaliknya untuk 50 50 0%. penghargaan Super Team terjadi50

60

peningkatan dari siklus I sebesar 0% meningkat pada siklus II dan siklus III menjadi 50%. 37,5 40Good Team Great Team Super Team30 20 10 0 Siklus I 0 0 Siklus II 0 Siklus III

Siklus

4.Kinerja GuruGuru telah melaksanakan tugas-tugasnya untuk mempersiapkan alat dan bahan untuk proses pembelajaran, mengkomunikasikan indikator pembelajaran, membagi siswa dalam kelompokkelompok kecil, membimbing siswa dalam berbagi tugas, diskusi, praktikum, dan membuat simpulan, serta meminta siswa untuk membaca buku teks tentang materi yang akan dipelajari dan memberikan evaluasi kepada siswa dengan baik pada setiap siklus.

5.Tanggapan Siswa terhadap Proses PembelajaranData tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia pada siklus I, II dan III disajikan dalam Tabel 3. di bawah ini. Tabel 3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model STAD No. Pertanyaan kunci Persentase siswa yang menjawab Ya (%) Siklus I 55 Siklus II 60 Siklus III 80

1 Si swa tertari k mengi kut i pembelajaran . Sistem Indera Manusia dengan model STAD 2 Siswa memahami dalam . disampaikanmateri yang pembelajaran

42,5

57,5

77,5

konsep Sistem Indera Manusia

3 Siswa menyukai kegiatan praktikum saat . pembelajaran konsep Sistem InderaManusia dengan pembelajaran STAD menggunakan model

55

62,5

85

4 Siswa menyukai suasana kelas saat . pembelajaran konsep Sistem Indera Manusiadengan menggunakan model STAD

55

62,5

85

5 Siswa termotivasi dalam mengikuti . pembelajaran konsep Sistem Indera Manusiadengan model pembelajaran STAD Aktivitas penerapan STAD

35

55

80

6 .

siswa meningkat dengan model pembelajaran

32,5

60

87,5

Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa mulai dari siklus I sampai dengan siklus III, tanggapan siswa terhadap pembelajaran model STAD yang telah dilaksanakan semakin positif/ baik. Siswa yang tertarik mengikuti pembelajaran Sistem Indera Manusia dengan model STAD secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III adalah sebesar 55%, 60%, dan 80%. Siswa yang memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia mulai dari siklus I sampai dengan siklus III adalah sebesar 42,5%, 57,5%, dan 77, 5%. Siswa yang menyukai kegiatan praktikum saat pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia dengan menggunakan model pembelajaran STAD secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III adalah 55%, 62,5%, dan 85%. Siswa yang menyukai suasana kelas saat pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia dengan menggunakan model STAD secara berurutan pada siklus I, II, dan III yaitu sebesar 55%, 62,5%, dan 85%. Siswa yang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia dengan model pembelajaran STAD secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III adalah sebesar 35%, 55%, dan 80%. Siswa yang menjawab bahwa aktivitas siswa meningkat dengan model penerapan model pembelajaran STAD secara berurutan pada siklus I, II, dan III yaitu sebesar 32,5%, 60%, dan 87,5%. 6. Tanggapan Guru terhadap Proses Pembelajaran Hasil wawancara dengan guru pengampu mengenai tanggapan guru terhadap pembelajaran model STAD dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia menyatakan bahwa dari siklus I sampai dengan siklus III tanggapan guru terhadap pembelajaran model STAD semakin positif/ baik. Kesan guru terhadap

pembelajaran model STAD dari siklus ke siklus semakin baik. Guru sempat mengalami kesulitan pada awal penerapan model STAD ini, tetapi kesulitankesulitan tersebut dapat diatasi pada proses

pembelajaran selanjutnya. Menurut guru, pembelajaran ini juga efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga guru juga berminat untuk menerapkan pembelajaran model STAD ini pada konsep lain yang sesuai. Cuplikan secara lengkap mengenai hasil wawancara guru terhadap pembelajaran STAD dapat dilihat pada lampiran 5.

B. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia, menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III secara berurutan yaitu sebesar 25%, 57,5%, dan 77,5% seperti yang terlihat pada Gambar 3. Indikator kinerja aktivitas siswa pada penelitian tindakan kelas ini ditetapkan sebesar 75%. Berdasarkan indikator kinerja tersebut, maka aktivitas siswa tercapai pada siklus III. Aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II kurang optimal. Penerapan model pembelajaran STAD ini bagi siswa masih merupakan hal baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran kelompok, tetapi model pembelajaran ini berbeda bagi mereka. Penerapan pembelajaran kooperatif model STAD yang masih merupakan hal baru bagi siswa ini menyebabkan sebagian besar siswa masih merasa canggung dan belum terbiasa. Pada saat diskusi dan praktikum masih banyak siswa yang tidak serius atau malah memanfaatkan

kegiatan diskusi dan praktikum untuk mengobrol, bermain, bersenda gurau, dan mengganggu teman lainnya. Hal ini berdasarkan pada data hasil observasi aktivitas siswa yang dilihat pada Lampiran 11, dimana persentase siswa yang tidak serius dalam kegiatan pengamatan dan diskusi pada siklus I dan siklus II adalah sebesar 55% dan 35%. Sedangkan siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II adalah sebesar 55% dan 30%. Masih banyaknya siswa yang tidak serius dalam kegiatan pengamatan dan diskusi, dan bahkan melakukan kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, dapat terjadi karena siswa merasa dengan kegiatan tersebut peluang siswa untuk diperhatikan atau dipantau oleh guru menjadi kecil. Mereka merasa guru hanya akan mengira bahwa mereka sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bukannya melakukan kegiatan lain. Siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi pada siklus I dan siklus II masih mendominasi kegiatan siswa dalam kelompok dan kelas, dan cenderung menjadi pemimpin terhadap siswa yang lain. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih rendah masih merasa kurang percaya diri, tidak bersemangat, takut dan malu untuk mengemukakan pendapat, pertanyaan, atau jawaban. Hal ini berdasarkan pada data hasil observasi aktivitas siswa, dimana selisih siswa yang melaksanakan aktivitas yang menunjang pembelajaran antara kelompok atas dengan kelompok bawah pada siklus I dan siklus II adalah sebesar 20,75% dan 17,5% seperti yang terdapat pada Lampiran 11. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan siswa masih belum terbiasa untuk berbagi informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, pada pembelajaran sebelum diterapkannya STAD, sudah terbiasa aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan

mengemukakan pendapat, walaupun belum optimal. Dengan diterapkannya model pembelajaran STAD yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif, maka siswa-siswa yang berkemampuan akademik tinggi lebih leluasa untuk membagi pengetahuannya kepada teman-temannya. Lain halnya dengan siswa yang berkemampuan akademik rendah. Pada model pembelajaran yang lama yang lebih berpusat pada guru, siswa-siswa ini cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka kurang aktif berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan karena takut salah, sebab dalam lingkungan belajar mereka budaya untuk menghargai pendapat orang lain masih rendah. Jika ada siswa yang salah dalam mengemukakan pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan, biasanya akan ditertawakan dan diejek oleh teman-temannya. Ejekan tersebut biasanya akan tetap berlanjut walaupun kegiatan belajar mengajar telah selesai. Hal ini tentu sangat mempengaruhi psikologi siswa yang berwujud pada menurunnya rasa percaya diri dan menumbuhkan rasa minder pada siswa. Mereka menjadi enggan untuk berinteraksi, saling bertukar pikiran dengan temantemannya, sehingga ketika diajak belajar dengan menggunakan pembelajaran model STAD mereka belum siap. Aktivitas siswa pada siklus III telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Siswa yang sebelumnya tidak mau aktif mulai mau memberikan

kontribusinya untuk kemajuan kelompoknya dan membangun pengetahuan bersama. Siswa yang tidak serius dalam proses pembelajaran menurun menjadi 22,5%, sedangkan siswa yang melakukan

kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran juga menurun menjadi 12,5%. Kepemimpinan kelompok pada siklus III tidak lagi dipegang oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi, tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah mulai menunjukkan eksistensinya dalam kelompok dan kelas. Siswa mulai terbiasa dihadapkan dengan kegiatan diskusi dan praktikum yang menuntut peran aktif siswa secara langsung. Hal ini berdasarkan pada data hasil observasi aktivitas siswa, dimana selisih siswa yang melaksanakan aktivitas yang menunjang pembelajaran antara kelompok atas dengan kelompok bawah pada siklus III adalah sebesar 13% seperti yang terdapat pada Lampiran 11. Ciri-ciri kelompok pada pembelajaran siklus III tersebut sesuai dengan ciri-ciri kelompok pembelajaran kooperatif menurut Nur (1996), yaitu kepemimpinan adalah kepemimpinan bersama, ada saling ketergantungan positif, keanggotaan heterogen, ada tanggung jawab terhadap hasil seluruh anggota kelompok, menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif, dan evaluasi dilakukan baik secara individual dan kelompok. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kinerja guru. Pada siklus I guru telah berusaha menjadi fasilitator yang baik. Akan tetapi, siswa belum terkondisi dengan model pembelajaran yang relatif baru bagi siswa, sehingga dalam pertemuan selanjutnya yakni pada siklus II dan siklus III,

guru mengembangkan keterampilan baru untuk dapat memotivasi dan membimbing siswa sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Guru menjelaskan kepada siswa agar menghargai pendapat teman lain, dan memahamkan kepada siswa bahwa tidak ada pendapat yang buruk dan jangan mersa takut salah dalam mengemukakan pendapat, karena semua pendapat itu baik benar ataupun salah pasti akan mengantarkan kita kepada tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Malahan dengan munculnya suatu pendapat yang tidak sesuai dengan konsep yang benar, maka nantinya dapat diluruskan secara bersama. Dengan berkembangnya keterampilan guru tersebut, siswa dapat diajak untuk berpikir kritis dan kreatif, pengelolaan kelas semakin baik, sehingga aktivitas siswa dapat meningkat. Peningkatan aktivitas siswa tersebut juga didukung oleh data tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia dengan menggunakan model STAD. Berdasarkan data tanggapan siswa terhadap pembelajaran model STAD, siswa yang menyatakan setuju bahwa aktivitas mereka meningkat dengan penerapan model pembelajaran STAD pada siklus I, II, dan III secara berurutan adalah sebesar 32,5%, 60%, dan 87,5% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Siswa telah membuktikan sendiri bahwa selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model STAD, mereka terpacu untuk mengeluarkan seluruh buah pikiran mereka, agar dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, yang merupakan suatu proses untuk dapat memahami materi.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara guru terhadap pembelajaran model STAD, baik pada siklus I, siklus II, maupun siklus III, guru menyatakan setuju bahwa dengan penerapan model pembelajaran STAD pada konsep Sistem Indera Manusia dapat meningkatkan aktivitas siswa. Guru yang juga mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar, melihat bahwa siswanya memang lebih aktif. Sikap saling menghargai pendapat orang lain semakin baik, sehingga baik siswa yang berkemampuan akademik tinggi maupun rendah ikut memberikan andil dalam usaha memahami materi pelajaran secara bersama. Peningkatan aktivitas siswa tersebut sejalan dengan penelitian Nastitia (2004) yang membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas II B SLTP N 3 Ungaran pada pembelajaran Fungsi Alat Tubuh Tumbuhan dan Sistem Pencernaan. Peningkatan pada aktivitas siswa diikuti juga oleh meningkatnya hasil belajar siswa. Rerata hasil belajar siswa ranah kognitif secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III, adalah sebesar 63,8 dengan ketuntasan belajar klasikal 2,5%, 71,8 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 25%, dan sebesar 80,9 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 85% sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4. Indikator kinerja hasil belajar siswa ranah kognitif yang ditetapkan pada penelitian ini adalah siswa yang mendapat nilai ? 75 sekurangkurangnya ada 85%. Berdasarkan indikator kinerja tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa ranah kognitif tercapai pada siklus III. Pada siklus I, hampir seluruh siswa (92,5%) belum tuntas belajar karena konsentrasi siswa belum sepenuhnya tertuju pada usaha untuk memahami materi,

tetapi malah kepada model pembelajaran yang baru diterapkan oleh guru. Pada awal pengelompokan, siswa merasa enggan untuk dapat bekerjasama dengan seluruh anggota kelompoknya, sebab kelompok tersebut adalah kelompok heterogen yang tidak dipilih berdasarkan kemauan siswa, tetapi pada kemampuan akademik dengan memperhatikan jenis kelamin dan etnis, sehingga dimungkinkan dalam satu kelompok ada anggota yang tidak disukai oleh anggota lainnya. Hal ini tentu akan menghambat kerja kelompok untuk dapat bersama-sama saling membantu dalam memahami materi. Sebagian besar kelompok dalam mengerjakan tugas kelompok, terjadi pembagian tugas yang tidak merata, sehingga ada anggota yang memonopoli pekerjaan dan ada anggota yang hanya menurut saja, tidak mau berpikir, atau malah ribut sendiri. Siswa yang cenderung menjadi pemimpin dalam kelompok banyak yang belum memahami hakikat belajar dengan berkelompok. Mereka pelit untuk berbagi dengan rekan kerjanya. Jika mereka dapat memahami suatu materi, maka mereka cenderung untuk menyimpannya sendiri, dan tidak mau berbagi pemahamannya tersebut kepada seluruh anggota kelompok. Sebagian besar kelompok anggotanya bersikap pasif yang hanya menurut dan menyerahkan segala keputusan kepada anggota yang cenderung menjadi pemimpin. Mereka segan untuk memberikan kontribusinya karena merasa tidak mampu dan tidak menyadari bahwa sikap tersebut akan berakibat juga pada hasil belajar mereka secara individu. Kondisi yang tidak seimbang tersebut menghambat masingmasing individu untuk dapat mencapai pemahaman yang tinggi terhadap materi pelajaran dan merupakan contoh ketidakmampuan siswa untuk berbagi. Menurut

Arends (1997), agar siswa yang malu, canggung, atau tersisihkan dapat berperan serta maka guru harus meyakinkan bahwa mereka masuk ke dalam kelompok yang anggotanya memilki keterampilan sosial yang baik. Menurut Lie (2004), cara yang bisa dilakukan guru untuk mengatasinya adalah penyusunan tugas-tugas yang saling bergantung satu sama lain, dan penggunaan lembar perencanaan dimana berbagai tugas kelompok didaftar dengan menampakkan tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan tugas. Pada siklus II, siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 25% dengan rerata nilai 7 1,8. Kerjasama antaranggota kelompok terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I. Tugas kelompok dapat dikerjakan bersama dengan pembagian yang baik, sehingga masing-masing anggota dapat mengerjakan tugasnya dengan baik pula. Walaupun demikian, hasil pada siklus II tersebut belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga guru terus memotivasi siswa untuk dapat bekerjasama dengan lebih baik lagi, dengan meyakinkan siswa bahwa keberhasilan kelompok akan membawa keberhasilan juga bagi tiap anggota kelompoknya. Pada akhir siklus III, kecenderungan anggota kelompok untuk menjadi pemimpin atau sebaliknya menjadi anggota pasif ataupun anggota pembuat keributan tidak terlihat lagi. Siswa sudah mengerti manfaat dari belajar denagn model STAD dan tertarik untuk mengkutinya. Siswa juga termotivasi dan menyukai suasana kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus ini, siswa yang tuntas belajar sebanyak 85% dengan rerata nilai 80,9 yang berarti telah memenuhi indikator kinerja.

Rerata hasil belajar siswa ranah psikomotorik secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III yaitu sebesar 58,28 dengan ketuntasan belajar klasikal 0%, 70,95 dengan ketuntasan belajar klasikal 25%, dan 83,3 3 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100% seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Indikator kinerja hasil belajar ranah psikomotorik yang ditetapkan pada penelitian ini adalah siswa yang mendapat nilai ? 75 sekurangnya-kurangnya ada 85%. Berdasarkan indikator kinerja tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa ranah psikomotorik tercapai pada siklus III. Pada siklus I, dimana kerjasama siswanya masih belum baik, sangat mempengaruhi hasil belajar siswa ranah psikomotorik. Hasil belajar ranah psikomotorik, diukur berdasarkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam melaksanakan praktikum. Pada praktikum pertama yakni mengenai subkonsep Mata, kerjasama seluruh kelompok belum berhasil dengan ketuntasan belajar 0% dan rerata nilai 58,28. Dalam melaksanakan praktikum, hendaknya seluruh anggota mampu bekerjasama untuk menyelesaikannya dengan baik, sebab kegiatan tersebut akan sulit apabila dikerjakan secara individu. Akan tetapi pelaksanaan praktikum yang cenderung secara individu ini masih mewarnai kegiatan praktikum pada siklus I ini, dimana siswa pandai lebih mendominasi. Kondisi ini mengakibatkan pengelolaan waktu yang tidak efektif, sehingga banyak kelompok yang belum dapat menyelesaikan tugasnya sampai jam pelajaran berakhir. Pada siklus 2, kondisi tersebut dapat diminimalkan dengan adanya pembagian tugas yang lebih terencana, walaupun peningkatan hasil belajarnya masih belum memenuhi indikator kinerja. Pada siklus III, siswa mulai

terlatih dan terbiasa untuk menyelesaikan praktikum secara bersama dengan pembagian tugas labih baik lagi, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan dengan rerata nilai 83,33 dan seluruh siswa telah tuntas belajar (100%). Sikap siswa terhadap pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia ini dari siklus I sampai dengan siklus III terus mengalami peningkatan menuju ke arah yang lebih baik. Sikap positif dan atau sangat positif secara berurutan dari siklus I sampai dengan siklus II adalah sebesar 90%, 97,5%, dan 100% sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6. Indikator kinerja hasil belajar siswa ranah afektif yang ditetapkan pada penelitian ini, adalah sebesar 75% siswa memiliki sikap positif dan atau sangat positif terhadap pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia. Berdasarkan indikator kinerja tersebut, maka hasil belajar ranah afektif pada seluruh siklus telah tercapai. Hasil belajar ranah afektif tersebut dari siklus I sampai III memang sudah sangat baik, tetapi hasil belajar lainnya tidak sebaik ini. Hal demikian dapat terjadi karena pada dasarnya siswa menyukai mata pelajaran Biologi, tetapi mereka tidak dapat menerima materinya dengan baik karena selama ini penyampaiannya yang kurang mengena kepada siswa sebagai pebelajar. Ketertarikan siswa pada suatu materi ditunjang dengan cara penyampaian yang baik maka akan menghasilkan hail belajar yang baik pula. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut didukung oleh tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran model STAD pada konsep Sistem Indera Manusia. Berdasarkan data tanggapan siswa terhadap pembelajaran model STAD

persentase siswa menjawab Ya bahwa siswa dapat memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran Sistem Indera Manusia secara berurutan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III adalah sebesar 42,5%, 57,5%, dan 77,5% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan menurut hasil wawancara guru terhadap pembelajaran model STAD, guru menyatakan bahwa hasil belajar siswa mulai dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Siswa merasa lebih leluasa dan senang untuk memecahkan suatu permasalahan karena dapat didiskusikan bersama sehingga kesalahan konsep yang terjadi dapat diminimalisasi sehingga siswa lebih paham. Adanya peningkatan hasil belajar pada penelitan ini juga didukung oleh hasil penelitian Dewi (2003) yang menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Konsep Sistem Saraf Kelas II SLTP N 1 Wonopringgo Pekalongan Tahun Ajaran 2002/ 2003. Hasil penelitian Mafasa (2004) menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran STAD hasil belajar siswa pada Konsep Invertebrata Kelas I SMA Negeri 12 Semarang meningkat. Memilih suatu model pembelajaran untuk menyampaikan materi tertentu harus benar-benar memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif model STAD memungkinkan siswa untuk aktif berperan serta dalam proses pembelajaran seperti berpendapat, bertanya, memberikan jawaban, dan bekerja sama dalam kelompok untuk lebih cepat memahami materi. Pembelajaran ini juga memungkinkan interaksi yang seimbang antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungannya untuk menuju terjadinya perubahan ke arah yang positif.

Pelaksanaan pembelajaran model STAD pada siklus I masih terkesan bahwa penerapan model ini tidak berhasil. Terjadinya kegaduhan pada saat pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil sempat membuat guru frustrasi. Kelompok yang merasa kurang mendapat perhatian dari guru juga sering membuat kegaduhan dengan mengganggu kelompok lainnya. Aktivitas dan hasil belajar yang kurang optimal juga menambah pesimistis guru. Kendalakendala tersebut pada akhirnya dapat diatasi oleh guru setelah melakukan refleksi dan pembenahan pada pelaksanaan siklus II dan siklus III, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dalam mengelola kelas selama kerja kelompok yang disampaikan Ibrahim (2000) yakni dengan menulis langkah-langkah kunci di papan tulis, menyatakan petunjuk dengan jelas dan meminta beberapa siswa untuk mengulang petunjuk tersebut, dan menetapkan suatu tempat untuk tiap kelompok belajar dan menandai dengan jelas tempat tersebut. Perbedaan kemampuan akademik antara siswa satu dengan siswa lainnya tidak menjadi permasalahan sehingga siswa dapat dengan leluasa, termotivasi, dan bersemangat untuk aktif mengutarakan pendapat, mengemukakan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan seputar materi yang diajarkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik yang berkemampuan rendah maupun tinggi. Siswa berkemampuan tinggi yang merasa rugi bila dikelompokkan dengan siswa berkemampuan rendah diberikan pengertian bahwa dengan seringnya mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa lain akan menambah penguasaan siswa tersebut terhadap pengetahuannya itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000) bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan

keuntungan baik pada siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi maupun siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah. Hal mengenai perbedaan kemampuan akademik di atas juga diperkuat oleh pendapat Lie (2002), yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya yang berakibat setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, dimana inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Kurang puasnya siswa terhadap penghargaan secara kelompok, dapat diatasi bila guru secara terbuka menjelaskan kepada siswa bagaimanakah sebenarnya penghargaan pembelajaran kooperatif model STAD itu, apakah manfaat dan tujuannya bagi siswa. Siswa merasa penghargaan yang diberikan secara kooperatif akan merugikan siswa dengan nilai yang tinggi. Siswa perlu dijelaskan bahwa siswa yang memiliki nilai rendah ikut juga menyumbangkan skor apabila siswa tersebut mengalami peningkatan untuk pembelajaranpembelajaran selanjutnya, sehingga seluruh anggota kelompok harus bekerja sama untuk kemajuan kelompok yang berarti juga untuk kemajuan masing-masing anggota secara individu. Pemberian penghargaan kelompok pada setiap akhir siklus diharapkan dapat menumbuhkan motivasi tiap anggota kelompok untuk

terus meningkatkan prestasinya. Ibrahim (2000) menjelaskan, jika siswa belum mempunyai pengalaman sebelumnya dengan pembelajaran kooperatif, sangat penting bagi guru untuk mengenalkan siswa dengan tugas-tugas, tujuan, dan struktur penghargaan yang unik itu. Kegiatan awal yang dilakukan guru pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,

mengkomunikasikan indikator pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, dan menjelaskan apa yang diharapkan untuk dilakukan siswa. Guru melaksanakan langkah-langkah tersebut dengan baik mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk berbagi tugas, berdiskusi, dan melaksanakan praktikum, dan membimbing siswa untuk membuat simpulan dari hasil diskusi bersama. Pada siklus I, guru masih banyak berperan dalam kegiatan belajar mengajar, karena siswa masih kesulitan untuk berbagi tugas, berdiskusi, dan lekukan praktikum, sehingga memerlukan bimbingan yang lebih banyak. Pada siklus II dan III, siswa sudah lebih lancar dalam berdiskusi, sehingga guru lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Saptono (2000) yang menyatakan bahwa peran guru harus bergeser dari pemberi informasi ke peran sebagai fasilitator dan motivator. Guru haru s mampu menci pt aka n pe mbel aj aran yang me ny e nang kan yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya. Peran guru tersebut juga didukung oleh pendapat Nur (1996), yang menyatakan bahwa peran guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif yakni menunjang

pembelajaran, mengarahkan kembali pertanyaan, mengelola konflik, menumbuhkan nuansa saling membutuhkan, membantu siswa mengevaluasi kerja kelompok, mengembangkan perbedaan pendapat, dan menyediakan sumber daya. Hasil observasi tanggapan siswa terhadap pembelajaran model STAD menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang tidak tertarik mengikuti pembelajaran model STAD, tidak memahami materi, tidak menyukai kegiatan praktikum, tidak menyukai susana kelas, tidak termotivasi, dan aktivitasnya tidak meningkat. Hal tersebut terjadi diduga karena siswa tidak menyukai suasana yang ramai dan lebih menyukai suasana yang tenang agar dapat berkonsentrasi. Karena tidak dapat berkonsentrasi, maka berimbas pada kurangnya pemahaman terhadap materi sehingga siswa tidak tertarik dan tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan aktivitasnyapun tidak meningkat. Siswa yang mengalami hal tersebut perlu diberikan perhatian dan pengertian yang lebih dari guru agar dapat menerima model pembelajaran STAD ini dengan baik. Berdasarkan pada hasil observasi tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran STAD, dapat diketahui juga bahwa sebagian besar siswa menyukai suasana kelas yang berlangsung, dan lebih mudah memahami materi, karena mereka merasakan bahwa proses pembelajaran terasa menyenangkan dengan adanya kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas dan memahami suatu materi secara bersama. Dengan demikian mereka banyak memperoleh masukan untuk dapat memahami materi yang sulit. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky dalam Ibrahim (2000) bahwa interaksi sosial dengan teman

lain dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Sebagian besar siswa juga menyukai kegiatan praktikum sebab kelas menjadi tidak membosankan, menambah pengalaman dan pengetahuan siswa, dan dapat melihat atau merasakan langsung secara praktik, tidak hanya teori saja. Hasil evaluasi siswa secara individu maupun kelompok pada akhirnya akan menentukan kriteria penghargaan kelompok. Kriteria kelompok berturutturut dari yang terendah adalah Good Team, Great Team, dan Super Team. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7. pada siklus I kelompok yang memperoleh penghargaan Good Team sebesar 37,5%, sedangkan Great Team yaitu 62,5%. Tidak ada kelompok yang memperoleh penghargaan Super Team (0%). Pada siklus II dan III, diperoleh persentase data yang sama yaitu Good Team 0%, Great Team 50%, dan Super Team 50%. Hal ini terjadi karena seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pada siklus I kerjasama kelompok belum baik sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa, yang berpengaruh juga pada penghargaan siswa. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif STAD pada konsep Sistem Indera Manusia yang dilaksanakan dalam 3 siklus, terjadi perubahan dalam proses pembelajaran dari siklus satu ke siklus berikutnya ke arah yang lebih baik. Dari adanya perubahan tersebut, menurut Darsono (2000), siswa mengalami suatu proses yang disebut belajar karena siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, seperti: sikap, tingkah laku, kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar konsep Sistem Indera Manusia di MTs Al Asror Gunungpati.

B.SaranBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa hal dapat disarankan agar pembelajaran konsep Sistem Indera Manusia dengan model STAD dapat berhasil, yaitu:

1. Guru harus memperhatikan alokasi waktu yang dialokasikan. 2. Rencana pembelajaran yang dirancang harus disesuaikan dengan sarana dan prasarana yangtersedia di sekolah. 3. Guru hendaknya memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap kegiatan diskusi siswa dengan tidak melupakan perannya sebagai fasilitator dan motivator, agar pembelajaran dapat berjalan lancar. Selain itu juga disarankan pembelajaran kooperatif model STAD ini dapat dicoba untuk dikembangkan pada konsep lain.

DAFTAR PUSTAKA Arends, I.R. 1997. Classroom Instructional and Management. New York: Mc Graw-Hill Companies Inc. Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Darsono, M; Sugandhi; Martensi, K. Dj;Rusda, K.T; dan Nugroho. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran SMP/ MTs Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas. Dewi, T.P.S. 2003. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievement Division pada Konsep Sistem Saraf Kelas II SLTP N 1 Wonopringgo Pekalongan Tahun Ajaran 2002/ 2003. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Ibrahim, M. 2001. Apa yang Dikatakan oleh Peneliti Tentang Modelling Pembelajaran Kooperatif?. Malang: MIPA Tahun 30 Nomor 1. Universitas Negeri Malang. Ibrahim, M; F. Rachmadiarti.; M. Nur; & Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press. Lasih. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Students Teams Achievement Division) sebagai Strategi Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar Sistem Transportasi di SLTP IT Hidayatullah. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Mafasa, M. 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran STAD (Students Teams Achievemnet Division) pada Konsep Invertebrata Kelas 1 SMA N 12 Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nastitia, D. 2004. Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Pembelajaran Fungsi Alat Tubuh Tumbuhan dan Sistem Pencernaan Manusia Melalui Model Pembelajaran STAD di SLTP N 3 Ungaran. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Nur, M. 1996. Pembelajaran Kooperative dalam Kelas IPA. Makalah. Disampaikan dalam Penyegaran dan Pelatihan Bagi Guru Pembina KIR di SMU 26 Agustus 7 September. Surabaya: IKIP Surabaya. Rachmadiarti, F. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Rahmawati, C. 2005. Tingkat Penguasaan Materi Sistem Saraf pada Manusia dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Siswa Kelas IIB SMP Negeri 13 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Rohani, S. 2005. Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas I SMA Teuku Umar Semarang Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium dengan Students Teams Achievement Division (STAD) pada Pembelajaran Tumbuhan Paku. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Rumini, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta. Saptono, S. 2003. Paparan Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachussets: Allyn & Bacon. Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo. Sukidin; Basrowi; dan Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Penerbit Insan Cendekia. Sukmawati, M.A. 2005. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Konsep Sistem Ekskresi Melalui Metode Eksperimen dengan Strategi STAD (Students Teams Achievement Division) di SMP N 3 Ungaran. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sulistyorini, S. 1999. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPA. Semarang: Lembaran Ilmu Pengetahuan No. 1 Tahun XXVIII 1999. IKIP Semarang. Wilujeng, G.S. 2005. Penerapan Pendekatan Kontekstual pada Sub Konsep Reproduksi dan Pemencaran Tumbuhan di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2003/ 2004. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Lampiran 1. Mata Pelajaran Konsep Satuan Pendidikan Kelas! Semester Alokasi Waktu SILABUS : Biologi : Sistem Indera Manusia : SMP! MTs : VIII! 2 : 8 JP

Standar Kompetensi: Mengkaitkan hubungan antara struktur dan fungsi beberapa sistem organ pada manusia dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Perte Media Indikator Kompetensi Materi Kegiatan muan PembelaKognitif Psikomotor Afektif Membandingkan fungsi macam- macam alat indera. 1 Mata Model Pembelajaran STAD - Menyebutkan bagianbagian mata. Menjelaskan proses melihat. - Menyebutkan dan menjelaskan macammacam gangg uan pada mata. - Mengetahui bagianbagian telinga. - Menjelaskan proses mendengar. - Menjelaskan fungsi telinga sebagai sebagai alat keseimbangan. - Merasakan pengaruh cahaya yang tepat mengenai bintik buta. - Mempresentasikan hasil diskusi tentang mata. Bersikap pos i t if terhadap konsep Sistem Indera Manusia LKS Buku referensi Alat dan bahan praktikum

Alokasi 3 JP

Membandingkan fungsi macam- macam alat indera.

2

Telinga

Model Pembelajaran STAD

- Menguji telinga sebagai alat keseimbangan. - Mempresentasikan hasil diskusi tentang telinga.

Bersikap pos i t if terhadap konsep Sistem Indera Manusia

LKS Buku referensi Alat dan bahan praktikum

1 JP

Kompetensi Dasar

Perte muan

Materi Pelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Kognitif

Indikator Psikomotor

Afektif

Media Pembela-

Alokasi Waktu

Membandingkan fungsi macam- macam alat indera.

ke 3

jaran Kulit Model Pembelajaran - Menyebutkan dan menjelaskan macammacam reseptor pada kulit. - Menjelaskan kulit sebagai indera peraba. - Mengetahui bagianbag i an lidah yang peka terhadap rasa. Menjelaskan proses mengecap rasa. - Mengetahui proses membaui. - Menguji bagianbagian kulit yang peka terhadap sentuhan . - Mempresentasikan hasil diskusi tentang kulit. Bersikap pos i t if terhadap konsep Sistem Indera Manusia 2 JP LKS Buku referensi Alat dan bahan praktikum LKS Buku referensi Alat dan bahan praktikum 2 JP

Membandingkan fungsi macam- macam alat indera.

4

Lidah dan Hidung

Model Pembelajaran STAD

Bersikap - Menguji bagian lidah yang pos i t if terhadap peka terhadap rasa. - Menguji hidung umtuk konsep Sistem mencium bau. Indera Mempresentasikan hasil diskusi tentang lidah dan Manusia hidung.

Mengetahui Guru Bidang Studi Biologi

Peneliti

Martini, S.Pd

Budi Listiarini NIM. 4414000037

Lampiran 2. RENCANA PEMBELAJARAN No. 01 Satuan Pendidikan : SMP/ MTs Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : VIII/ 2 Konsep : Sistem Indera Manusia Sub Konsep : Mata Alokasi Waktu : 3 JP

I.STANDAR KOMPETENSIMengkaitkan hubungan antara struktur dan fungsi beberapa sistem organ pada manusia.

II.KOMPETENSI DASARMembandingkan fungsi macam-macam alat indera. III. INDIKATOR A. Kognitif 1.Menyebutkan bagian-bagian mata 2.Menjelaskan proses melihat 3. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam gangguan pada mata. B. Psikomotor 1.Merasakan pengaruh cahaya yang tepat mengenai bintik buta. 2.Mempresentasikan hasil diskusi tentang mata. C. Afektif Bersikap positif terhadap pelajaran Biologi. IV. MODEL PEMBELAJARAN Pembelajaran kooperatif STAD. V. SUMBER PEMBELAJARAN A.Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Mata (terlampir). B.Buku referensi. VI. ALAT DAN BAHAN Seperti tercantum dalam LKS meliputi kertas dan alat tulis. VII. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR A. Persiapan 1. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, siswa diminta sudah membaca buku teks tentang Mata dari berbagai sumber. 2. Guru mengkomunikasikan indikator pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi Mata. B. Kegiatan Pokok 1. Siswa dikelompokkan ke dalam kelomp