PEMANFAATAN MEDIA MAKET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH...

download PEMANFAATAN MEDIA MAKET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR  SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

If you can't read please download the document

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Buana Meylasari,

Transcript of PEMANFAATAN MEDIA MAKET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH...

Paper Title (use style: paper title)JPGSD. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216Pemanfaatan Media Maket untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa21PEMANFAATAN MEDIA MAKET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Buana Eka MeylasariPGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ([email protected]) JuliantoPGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak: Latar belakang penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN Nogosari Mojokerto kurang aktif dalam mengikuti pelajaran karena guru tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung. Hal ini membuat siswa merasa bosan dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. untuk itu, perlu adanya pemecahan masalah yaitu dengan pemanfaatan media maket diharapkan siswa dapat lebih berminat dan aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa kelas IV setelah pemanfaatan media maket. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara bersiklus dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksaaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Dengan instrumen penilaian diantaranya lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Selama kegiatan pembelajaran hasil observasi aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar 12,5% yaitu pada siklus I sebesar 78,57% meningkat menjadi 91,07% pada siklus II. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemanfaatan media maket dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Nogosari Mojokerto. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan agar guru hendaknya terus mengembangkan media maket dan menghadirkan media-media yang inovatif.Kata Kunci : Media Maket, Hasil belajar, IPAAbstract: The background of this research is student 4 th grade Nogosari Elementary School Mojokerto are not active to take the lesson, because the teacher didnt use a media which can involve students directly. Therefore the students are getting bored which makes their learning result is low. So that, need presence to solve the problem with using of mockup media expected can make students more interesting and active in learning process, so give motivation to increase their outcomes of learning. The purpose of the research is to recognize the application of study during the learning process, Describes the teachers activities, students activities, and learning result 4 th grade after using mockup media. This research use classroom action research plan which did in four steps: planning, actuating, observing, and reflecting. This research consists of two cycles with twice meetings in a cycle. The techniques collecting data are observation and test. During the learning activating, the applied learning increases 12,05% in the cycle I 78,57% increase become 91,07% to cycle II. To the students are student activities increase 17,5%, is cycle I 75% increase become 92,5% to cycle II. And learning result increase 11,94%, is cycle I 78,61% increase become 90,55% to cycle II. From these results it can be concluded that the using of mockup media can increase learning result of students 4 th grade to natural science in Nogosari elementary school Mojokerto. Based on the result of research, it is recommended that teachers continue to develop mockup media and to present innovative media.Keywords: .Scale Model Media, Learning Result, Natural Science.JPGSD.Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,Pemanfaatan Media Maket untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa11PENDAHULUAN IPA sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang harus ditempuh di semua jenjang pendidikan formal dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Julianto, dkk (2011: 4), IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pendidikan IPA seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pelajaran tersebut seperti yang telah diungkapkan di atas. Oleh karena itu, pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapan di kehidupan sehari-hari dengan cara menemukan sendiri konsep materi pelajaran yang sedang dipelajari.Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, dan terungkap dalam hasil belajar IPA yang ditunjukkan dengan ketuntasan siswa dalam mencapai nilai lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dan keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diukur melalui hasil tes. Sementara pada saat pembelajaran IPA berlangsung sering dijumpai beberapa masalah diantaranya yaitu: rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi, siswa pasif pada saat proses belajar mengajar, siswa bingung menanggapi pertanyaan guru.Guru atau siswa pasti selalu mengharapkan agar setiap proses belajar mengajar dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa dapat memahami setiap materi yang diajarkan, siswa juga mengharapkan agar guru dapat menyampaikan atau menjelaskan pelajaran dengan baik, sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Akan tetapi harapanharapan itu tidak selalu dapat terwujud. Masih banyak siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Ada siswa yang nilainya selalu rendah, bahkan ada siswa yang tidak bisa mengerjakan soal atau jika mengerjakan soal jawabannya banyak yang salah. Semua itu menunjukkan bahwa guru harus selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus dalam pembelajarannya, agar masalah belajar siswa dapat diatasi, sehingga hasil belajar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.Kenyataan di SDN Nogosari Mojokerto kelas IV menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar mengalami kesulitan atau hasil belajar Mata Pelajaran IPA tentang Ekosistem menurun, dari hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu, 4 September 2013 dengan instrumen Lembar Penilaian Pra Penelitian tentang materi ekosistem dengan subbab Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungannya yang terdiri dari 10 (sepuluh) soal. Dari 20 siswa yang memperoleh nilai lebih dari 75 hanya 2 (dua) siswa, kemudian siswa yang memperoleh nilai antara 50 sampai 75 adalah 7 (tujuh) siswa, sedangkan yang memperoleh nilai kurang dari 50 adalah 8 (delapan) siswa, dan yang memperoleh nilai 0 (nol) adalah 3 (tiga) siswa.Dari uraian di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA tentang ekosistem dikatakan tidak berhasil, karena jumlah siswa yang menguasai materi pembelajaran kurang dari 65 %. Oleh karena itu peneliti selaku guru kelas IV di SDN Nogosari Mojokerto perlu melakukan perbaikan pembelajaran.Sesuai dengan situasi di atas, masalah utama yang dihadapi siswa sebenarnya adalah ketidak tercapaian dalam memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM. Dan masalah yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran tidak muncul begitu saja, tetapi ada faktorfaktor penyebabnya. Apabila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa, maka guru tersebut akan dapat melakukan penangananpenanganan yang tepat dalam memecahkan masalah pembelajarannya. Setelah dicari akar penyebabnya ternyata dalam pembelajaran saat itu siswa kurang memahami penjelasan guru, siswa tidak mengerti kata, kalimat, bentuk kalimat, yang diucapkan ataupun yang ditulis. Hal ini karena penjelasan guru tidak disertai alat peraga yang dapat mengkongkretkan suatu pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang menyenangkan dan mengakibatkan siswa tidak fokus karena kurang tertarik dengan pelajaran IPA.Berdasarkan hasil observasi awal, bahwa hasil belajar siswa menurun disebabkan oleh guru. Karena pada saat pembelajaran berlangsung guru tidak menggunakan media. Guru hanya menyampaikan materi dengan metode ceramah dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa hanya duduk, mendengar, mencatat, dan menghafal. Belum lagi siswa yang kurang fokus karena kegiatan pembelajaran yang membosankan. Sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru, dan pada saat tes berlangsung siswa tidak bisa menjawab tes dengan baik dan benar.Manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: (1) Bagi siswa, siswa semakin berminat dan termotivasi untuk melakukan kegiatan observasi sehingga memiliki gambaran yang jelas dan lebih efektif. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar mengenal ekosistem dengan baik dan benar. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan baik. Masalah yang dihadapi siswa pada mata pelajaran IPA cepat teratasi. (2) Bagi guru atau peneliti, membantu guru memperbaiki pembelajaran. Membantu guru berkembang secara professional. Meningkatkan rasa percaya diri guru. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. (3) Bagi sekolah, memberikan bahan masukan dalam rangka mengembangkan kurikulum sekolah. Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan atau kemajuan pada diri guru dan kualitas pendidikan di sekolah. Sebagai sarana menemukan hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran dan pemecahannya.Agar dalam penelitian tidak terjadi keambiguinitas/ kesalahpahaman, maka peneliti perlu memberikan batasan. Adapun batasan masalahnya adalah : (1) Penelitian ini dilakukan pada Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) Penelitian ini dibatasi dengan jumlah siswa kelas IV sebanyak 20 siswa, 5 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Penelitian ini membahas materi pokok ekosistem dengan menggunakan media maket untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Nogosari Mojokerto.Untuk menegaskan dan menyamakan berbagai konsep yang ada dalam penelitian ini diperlukan definisi operasional. Hal ini agar ada persepsi yang sama antara peneliti dengan pihak yang terkait dan memberikan arahan pada saat penelitian. Istilah-istilah yang perlu didefinisikan adalah: (1) Aktivitas Guru dan Siswa, aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas yang dimaksud disini adalah aktivitas pada saat proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas guru meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan aktivitas siswa meliputi aktivitas kelompok, aktivitas afektif, dan aktivitas psikomotor siswa dalam kegiatan belajar mengajar. (2) Media Maket, media maket adalah bentuk tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil. Media maket yang dirancang oleh peneliti di sini adalah media maket ekosistem yang bersifat tidak tetap atau bisa dibongkar dan dipasang kembali sehingga siswa merasa tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran, selain itu juga siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna karena siswa dapat terjun langsung dalam penyusunan media maket ekosistem tersebut. Media maket disini menggunakan bahan dan alat yang mudah didapat dan terjangkau di antaranya stereofom, kain flannel, karton, Koran bekas, gambar atau miniatur hewan, kabel serabut, lem, busa cuci, serbuk gergaji, dan cat. (3) Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam penelitian ini terdiri atas hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor. Berikut hasil belajar yang ditingkatkan sesuai dengan aspek, diantaranya: (a) Hasil belajar kognitif, hasil belajar kognitif adalah hasil belajar yang mencakup kegiatan mental (otak). Tujuannya berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam penelitian ini hasil belajar kognitif yang ditingkatkan diantaranya: menjelaskan, menyebutkan, dan mengidentifikasi. (b) Hasil belajar afektif, hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Dalam penelitian ini hasil belajar afektif yang ditingkatkan adalah jujur, teliti, tanggungjawab, bekerjasama, terbuka dan mau mendengarkan pendapat teman, bertanya, menyumbang ide, dan menjadi pendengar yang baik. (c) Hasil belajar psikomotor, hasil belajar psikomotor adalah hasil belajar yang berkaitan dengan keterampilan (skill), atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotor berhubungan dengan aktivitas fisik. Dalam penelitian ini hasil belajar psikomotor yang ditingkatkan adalah memilih alat dan bahan dan merangkai maket sesuai prosedur.Sejalan dengan hasil observasi tersebut, maka peneliti selaku guru kelas IV SDN Nogosari Mojokerto akan melakukan sebuah pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan media. Adapun pemanfaatan media yang peneliti gunakan adalah media maket.Media maket adalah media bentuk tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil (Amran,1997: 106). Sebagai media visual kongkret, maket dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Media maket akan menarik perhatian siswa, karena meletakkan dasar-dasar yang kongkret, selain itu media maket juga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket siswa dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran yang sifatnya representatif, sehingga dapat menghindari pengertian-pengertian yang abstrak. Selain itu juga, dapat menambah wawasan dan penguasaan materi. Keunggulan media maket tersebut dapat dirasakan optimal bila dikombinasikan dengan model pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa.Media maket yang dirancang oleh peneliti dalam penelitian ini adalah media maket ekosistem yang bersifat tidak tetap atau bisa dibongkar dan dipasang kembali sehingga siswa merasa tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran, selain itu juga siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna karena siswa dapat terjun langsung dalam penyusunan media maket ekosistem tersebut. Kelebihan media maket diantaranya mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, serta mengurangi pembelajaran yang berpusat pada guru. Penggunaan media maket erat kaitannya dengan tahapan berfikir sebab melalui media maket hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Media maket juga biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sebuah keadaan. Jadi, media maket digunakan sebagai sebuah representasi dari keadaan sebenarnya menuju keadaan yang akan diciptakan. Selain itu di dalam media maket tersebut terdapat unsur-unsur permainan yang akan menumbuhkan minat siswa dalam proses pembelajaran, tidak hanya itu media maket merupakan sesuatu yang baru bagi siswa kelas IV SDN Nogosari Mojokerto, sehingga mereka akan lebih terpacu untuk lebih mengenal media maket ekosistem tersebut beserta cara kerjanya. Dengan menerapkan media maket ekosistem selama dua kali pertemuan, diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran, sehingga siswa kelas IV SDN Nogosari Mojokerto tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mengambil judul penelitian : Pemanfaatan Media Maket untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPA di SDN Nogosari Mojokerto.Adapun tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam pemanfaatan media maket untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Nogosari Mojokerto. 2) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA melalui pemanfaatan media maket di SDN Nogosari Mojokerto.IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Dalam KTSP (Mulyasa, 2010: 110), menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang dikaitkan dengan fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Sulistyorini (dalam Julianto, 2011: 2) pada hakikatnya IPA dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah yang ketiganya saling berkaitan dan pada proses pembelajaran IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi tersebut. Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) sebagai berikut: (1) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka. (2) Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. (3) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat. (4) Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. (5) Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebernaran. (6) Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 1992: 2).Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 1992: 2).Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 1992: 1). Sedangkan menurut Aqib (2013: 66) proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru secara sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.Menurut Edgar Dale dalam Sanjaya (2011-166), dalam dunia pendidikan penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan audio-visual.Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar DaleSumber : Sanjaya (2011:166)Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.Menurut Sadiman (2010: 17), media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut;: (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. (3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. (4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus dibatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah : (1) Pemusat perhatian siswa; (2) Menggugah emosi siswa; (3) Membantu siswa memahami materi pembelajaran; (4) Membantu siswa mengorganisasikan informasi; (5) Membangkitkan motivasi belajar siswa; (6) Membuat pembelajaran menjadi lebih kongkret; (7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra; (8) Mengaktifkan pembelajaran; (9) Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang berpusat pada guru; dan (10) Mengaktifkan respon siswa.Media maket adalah bentuk tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil (Amran,1997: 106). Sebagai media visual kongkrit maket dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Media maket akan menarik perhatian siswa, karena meletakkan dasar-dasar yang kongkret, selain itu maket juga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket siswa dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran yang sifatnya representatif, sehingga dapat menghindari pengertian-pengertian yang abstrak. Selain itu juga, dapat menambah wawasan dan penguasaan materi. Keunggulan media maket tersebut dapat dirasakan optimal bila dikombinasikan dengan model pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa.Berbagai pendapat dikemukakan para ahli mengenai klasifikasi dari media maket ini, antara lain pendapat dari Atmohoetomo dalam Rohani (1997: 16-17) yang membedakan media pembelajaran menjadi tiga jenis: (1) Media Audio (Media dengar), seperti: radio, piringan hitam, tape cassette. (2) Media Visual (Indra penglihatan) dibagi 2 yaitu projected dan non projected media. (3) Media Audiovisual (Media pandang dengar).Dalam pembelajarannya, penggunaan media maket erat kaitannya dengan tahapan berfikir sebab melalui media maket hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Media maket juga biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sebuah keadaan. Jadi, media maket digunakan sebagai sebuah representasi dari keadaan sebenarnya menuju keadaan yang akan diciptakan. Selain itu di dalam media maket tersebut terdapat unsur-unsur permainan yang akan menumbuhkan minat siswa dalam proses pembelajaran.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha, pendapatan, perolehan, atau mendapat hasil dan tidak gagal (Sugono), sedangkan pengertian belajar menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra ( 2007: 15) adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan.Hasil belajar menurut Sudjana (2011:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2011:22). Klasifikasi hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: kognitif (proses berpikir), afektif (nilai atau sikap), dan psikomotor (keterampilan). Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, diantaranya: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), sintesis (C5), dan penilaian (C6). Untuk ranah afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, antara lain: menerima (A1), menanggapi (A2), menilai (A3), mengelola (A4), dan menghayati (A5). Sedangkan pada ranah psikomotor juga terbagi lima jenjang, yaitu: peniruan (P1), manipulasi (P2), ketetapan (P3), artikulasi (P4), dan pengalamiahan (P5). Dari setiap jenjang terdapat kata kerja operasional yang berbeda sesuai fungsinya.METODEPenelitian dengan judul Pemanfaatan Media Maket untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPA di SDN Nogosari Mojokerto ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan metode deskriptif.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan pada variabel-variabel yang diteliti akan menjelaskan objek yang diteliti melalui data yang terkumpul. Sedangkan variabel yaitu suatu atribut, sifat, aspek dari manusia, gejala, objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan (Darmadi, 2011: 19). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsungPenelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut Classroom Action Research. Di mana merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:Gambar 2 Siklus PTKSumber : Kemmis dan Taggart dalam Sanjaya (2011:132)Berdasarkan gambar tersebut penelitian ini memiliki beberapa tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan,. (3) tahap observasi atau pengamatan, (4) tahap refleksi.Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN Nogosari Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan dengan jumlah keseluruan 20 siswa. Adapun alasan pemilihan subjek adalah : (1) Proses pembelajaran di kelas IV kurang menyenangkan sehingga siswa kurang tertarik dengan pelajaran IPA. (2) Siswa kelas IV kurang memahami penjelasan guru, siswa tidak mengerti kata, kalimat, bentuk kalimat baik lisan maupun tulisan. (3) Guru belum menggunakan media atau sumber belajar secara tepat. (4) Siswa yang menguasai materi pembelajaran IPA kurang dari 65 %. (5) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA menurun.Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Nogosari Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto tahun ajaran 2013/2014. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah : (1) Peneliti sekaligus merupakan wali kelas IV SDN Nogosari bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA di kelas IV. (2) Adanya keterbukaan dari pihak sekolah untuk diadakan penelitian. (3) Pihak sekolah sangat menerima masukan guna perbaikan mutu sekolah.Data yang akan dikumpulkan dalam Penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dinamakan data kuantitatif karena data yang dihasilkan berupa angka-angka dan teknik analisis datanya menggunakan rumus statistik, misalnya mencari nilai rerata dan Persentase prestasi atau hasil belajar. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat pemahaman yang diperoleh dari observasi. Data yang digunakan dalam Penelitian ini yaitu: (1) data observasi aktivitas guru, (2) data observasi aktivitas siswa, (3) data hasil belajar).Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengolah data yang dikumpulkan dari informan, sehingga data tersebut dapat dikomunikasikan pada masyarakat yang luas. Analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk menganalisis semua data yang diperoleh melalui penelitian. Di dalam mengelola hasil penelitian pemanfaatan media maket untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Nogosari Mojokerto, peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: (1) Analisa Data dengan Deskriptif Kuantitatif, (2) Analisis data deskriptif kualitatifAnalisis ObservasiAnalisis hasil observasi diperoleh dari pengamat untuk mengisi lembar observasi saat mengamati proses belajar mengajar pada setiap siklus. Analisis ini dilakukan untuk hasil observasi aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut analisis observasi aktivitas diantaranya:Pertama Aktivitas Guru, Instrumen penilaian ini disertai dengan kriteria skor 1-4 yang dilengkapi rubrik sebagai deskripsi keberhasilan tiap skornya. Persentase keterlaksanaan digunakan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan kegiatan yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar. Sedangkan skor ketercapaian untuk mengetahui kualitas keterlaksanaan kegiatan guru. Konversi nilai digunakan untuk mengetahui predikat mengajar guru. Skor maksimal yang dapat diperoleh dari skor ketercapaian selama 2 kali pertemuan dengan kriteria skor maksimal 4. Maka diperoleh rumus skor ketercapaian sebagai berikut:Persentase Ketercapaian=Skor yang diperolehX 100 %Skor maksimalDengan kriteria persentase sebagai berikut:100%= istimewa/ maksimal76%-99%= baik sekali/ optimal60%-75%= baik/ minimal< 59%= kurang(Djamarah dan Azwan, 2010:107)Data aktivitas siswa yang diperoleh melalui observasi selama proses pembelajaran dengan memberi skor pada tiap-tiap indikator disajikan dalam bentuk tabel pada lembar observasi aktivitas siswa. Kemudian data hasil pengamatan yang berupa skor tersebut dihitung utuk menentukan Persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran, dengan menggunakan rumus berikut:Persentase Aktivitas Siswa=Skor yang diperolehX 100 %Skor maksimalDengan kriteria persentase sebagai berikut:100%= istimewa/ maksimal76%-99%= baik sekali/ optimal60%-75%= baik/ minimal< 60%= kurang(Djamarah dan Azwan, 2010:107)Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui observasi selama proses pembelajaran dengan memberi skor pada tiap-tiap indikator disajikan dalam bentuk tabel pada lembar observasi hasil belajar siswa. Kemudian data hasil pengamatan yang berupa skor tersebut dihitung utuk menentukan Persentase ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran, dengan menggunakan rumus berikut:Persentase ketuntasan=Skor yang diperolehX 100 %Skor maksimalDengan kriteria persentase sebagai berikut:100%= istimewa/ maksimal76%-99%= baik sekali/ optimal60%-75%= baik/ minimal< 60%= kurang(Djamarah dan Azwan, 2010:107)Analisis data deskriptif kualitatif, yaitu untuk pemecahan masalah diperlukan teknik analisis data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif. Dilakukan dengan deskriptif kualitatif karena hanya menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahan untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas, sehingga dapat diketahui apakah ada penyimpangan-penyimpangan atau sudah sesuai dengan teori yang sudah ada, dan selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini.Teknik analisis data terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut: (1) Tahap pengumpulan data. Data-data ini diperoleh selama melakukan penelitian, data ini berupa catatan penulis saat melakukan pengamatan (observasi) awal. (2) Tahap reduksi data. Pada tahap ini peneliti melakukan pengaturan, pengurutan, memberi kode pada data-data tersebut, pengelompokan dan pengkategorian jawaban berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan. (3) Tahap penyajian data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau penyajian data dalam bentuk tabel dengan teks yang bersifat deskriptif. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya. (4) Tahap penyimpulan data. Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari gambaran data yang diperoleh. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah.Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang didapat menunjukkan keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah berdiskusi dengan sejawat) permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK diselesaikan pada siklus 1. Jika dari hasil analisis dan refleksi, indikator keberhasilan belum tercapai, maka dirancang kembali rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 2 dengan tahapan kegiatan yang sama dengan siklus 1.HASIL DAN PEMBAHASANAlat peraga atau media maket merupakan alat yang dirancang untuk membantu siswa dalam belajar IPA terutama pada materi ekosistem dan rantai makanan dapat berperan positif dalam meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar. Hal ini nampak dari setiap pelaksanaan dari siklus I sampai pada siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat kita lihat pada grafik berikut:Aktivitas GuruDalam keberhasilan suatu pembelajaran, peranan guru dalam menyajikan suatu pembelajaran sangatlah penting. Guru sebagai perencana sekaligus pelaksana harus mampu memciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, memotivasi dan mengarahkan siswa kedalam kegiatan belajar mengajar sesuai apa yang telah disusun dalam sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan guru dalam membimbing siswa dimana guru dituntut untuk dapat mengidentifikasi kesulitan yang dialami siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran memberikan pengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Kemampuan guru menyajikan pembelajaran yang terlihat dalam aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II. Peningkatan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II tersaji dalam Diagram berikut.Chart10.78570.9107Aktivitas GuruSheet1Aktivitas GuruSiklus I78.57%Siklus II91.07%To resize chart data range, drag lower right corner of range.Diagram 1 Aktivitas Guru pada Siklus I dan IIBerdasarkan Diagram 1 terlihat bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan media maket pada siklus I memperoleh persentase sebesar 78,57%. Hal ini berarti aktivitas guru dalam siklus I belum mencapai persentase yang ditetapkan pada indikator keberhasilan yaitu 80%. Secara umum, aktivitas guru pada siklus I memperoleh kategori baik meskipun ada beberapa aspek yang masih kurang. Guru kurang membimbing siswa selama pembelajaran dalam kelompok sehingga siswa masih belum mengerti benar tugas mereka. Siswa terbiasa dengan pembelajaran klasikal sehingga ketika pembelajaran dalam kelompok siswa mengalami kebingungan terhadap tugas yang harus mereka kerjakan. Guru juga kurang memberikan kesempatan bertanya pada siswa sehingga siswa tidak dapat menyampaikan hal yang belum mereka mengerti. Berdasarkan kekurangan tersebut, maka diadakan upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Upaya perbaikan dilakukan dengan meningkatkan aktivitas membimbing siswa dalam kelompok belajar agar siswa dapat mengatasi kesulitan yang mereka alami dan membimbing siswa dalam kelompok. Selain itu, guru perlu memotivasi dan memberikan kesempatan bertanya lebih banyak bagi siswa agar dapat menyampaikan hal yang menjadi kesulitan mereka. Sebagai fasilitator selama proses pembelajaran guru perlu meningkatkan rasa ingin tahu siswa agar mendorong terjadinya interaksi antar siswa. Upaya perbaikan lainnya yaitu melakukan refleksi pembelajaran dengan tanya jawab dengan mengaitkan dalam kehidupan nyata siswa agar pertanyaan yang diberikan tidak membingungkan siswa sehingga mudah dimengerti dan menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa.Setelah ada upaya perbaikan, kualitas aktivitas guru pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 12,5% dari siklus sebelumnya. Aktivitas guru selama proses pembelajaran dalam siklus II mencapai persentase 91,07%. Aktivitas guru dalam semua aspek dikategorikan sangat baik. Dalam memotivasi dan melakukan apersepsi, guru menyajikan media maket dan memotivasi siswa dengan kegiatan tanya jawab yang menyenangkan sehingga merangsang siswa untuk bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kegiatan sehari-hari siswa sehingga siswa mudah memahami tentang materi yang akan diajarkan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru melaksanakan pembelajaran sesuai langkah pembelajaran yang telah disusun dalam RPP sesuai dengal alokasi waktu yang ditentukan. Guru juga meningkatkan kegiatan membimbing siswa dalam kelompok belajar. Pada setiap sesi pelajaran, guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa. Guru memberikan kesempatan untuk siswa yang lain menjawab pertanyaan dari temannya sehingga mendorong terjadinya interaksi antar siswa. Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa dengan memberikan penilaian dari hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan. Pada akhir pelajaran guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan refleksi pembelajaran untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Peningkatan kualitas pada aktivitas guru menyebabkan tercipatnya suasana belajar yang kondusif. Siswa juga lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar siswa juga mangalami peningkatan .Dengan demikian maka aktivitas guru pada siklus II dapat diakhiri. Aktivitas SiswaSelain aktivitas guru, keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II. Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II tersaji dalam Diagram .2 berikut.Chart10.750.925Series 1Sheet1Series 1Siklus I75.00%Siklus II92.50%To resize chart data range, drag lower right corner of range.Diagram 2 Aktivitas SiswaBerdasarkan Diagram 2 terlihat bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan media maket pada siklus I memperoleh persentase sebesar 75%. Hal ini berarti aktivitas siswa dalam siklus I belum mencapai persentase yang ditetapkan pada indikator keberhasilan yaitu 80%. Secara umum, aktivitas siswa pada siklus I memperoleh kategori baik meskipun ada beberapa aspek yang belum optimal.Pada saat proses pembelajaran berlangsung, sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa terkesan malu-malu dan ragu untuk menyampaikan pertanyaan di depan teman lainnya secara lisan. Siswa kurang percaya diri ketika memberikan pendapat saat menyimpulkan hasil pembelajaran. Siswa cenderung menunggu untuk ditunjuk guru dan menyampaikan pendapatnya dengan suara yang pelan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran.Kekurangan dalam aktivitas siswa pada siklus I diberikan upaya perbaikan kualitas agar mengalami peningkatan. Dalam menyajikan pembelajaran, guru lebih banyak memberikan kesempatan dan memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Guru juga mendorong siswa untuk berani menyampaikan pendapatnya secara lisan didepan teman yang lain. Upaya ini dapat meningkatkan aktivitas siswa di siklus II. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas siswa sebesar 17,5% menjadi 92,5% pada siklus II. Siswa menjadi aktif berlomba-lomba dengan temannya untuk mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang dirasa sulit. Siswa juga menjadi lebih berani dan percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan sehingga potensi siswa dapat terus dikembangkan. Aspek siswa yang lain seperti menyimak penjelasan guru, bekerja dalam kelompok, berdiskusi dengan teman dalam kelompok, menjawab pertanyaan, membuat karya sendiri, mengerjakan soal evaluasi pada akhir pembelajaran, juga semakin meningkat pada siklus II. Dengan demikian, aktivitas siswa telah mencapai persentase yang ditetapkan pada indikator keeberhasilan dan penelitian dapat dihentikan pada siklus II. Hasil Belajar Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada setiap siklus dapat diamati pada Diagram 3 berikut:Chart10.78610.9055Series 1Sheet1Series 1Siklus I78.61%Siklus II90.55%To resize chart data range, drag lower right corner of range.Diagram 3 Ketuntasan Hasil Belajar SiswaBerdasarkan Diagram 3 terlihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I memperoleh presentase sebesar 78,61%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 11,94% pada siklus II menjadi 90,55%.. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II telah mencapai persentase yang ditetapkan pada indikator keberhasilan. Peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal menunjukkan bahwa penggunaan media maket dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa untuk lebih mudah mengingat dan memahami materi pembelajaran. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam berbagai cara, diantaranya meningkatkan aktivitas guru dalam membimbing kelompok. Guru lebih intensif untuk membimbing siswa dalam kelompok. Dari hasil laporan yang dibuat siswa dengan kreasinya sendiri, akan lebih menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa untuk kembali membaca dan mempelajari materi ajar sehingga pada saat mengerjakan soal evaluasi siswa tidak mengalami kesulitan karena telah menguasai dan memahami materi ajar. Tercapainya ketuntasan belajar siswa secara klasikal ini tidak lepas dari beberapa aspek yang menunjang dalam proses pembelajaran. Aspek-aspek tersebut antara lain : aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran IPA dengan menggunakan media maket, aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswaPENUTUPSimpulanBerdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembangan pembelajaran IPA pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media maket siswa kelas IV SDN Nogosari Mojokerto mengalami peningkatan dan mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Aktivitas guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan media maket mengalami peningkatan dan mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Kualitas aktivitas guru mengalami peningkatan yaitu dari siklus I sampai dengan siklus II sebesar 12,5% yaitu 78,57% pada siklus I menjadi 91,07% pada siklus II. Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sebesar 75% pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 17,5% menjadi 92,5% pada siklus II. (2) Hasil belajar siswa dalam dalam pembelajaran IPA dibagi menjadi 3, yaitu hasil belajar kognitif, afektif, dan hasil belajar psikomotor. Ketiga hasil belajar tersebut mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, peningkatan hasil belajar kognitif sebesar 20%, yaitu 75% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. Hasil belajar afektif meningkat sebesar 15,83% yaitu 77,5% pada siklus I meningkat menjadi 93,33% pada siklus II. Hasil belajar Psikomotor tidak mengalami peningkatan dari siklus I kesiklus II tetap sebesar 83,33%. Jadi Hasil belajar siswa meningkat sebesar 11,94% pada siklus I sebesar 78,61% meningkat menjadi 90,55% pada siklus II.SaranDalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan selanjutnya, dan peningkatan untuk pembelajaran IPA di sekolah dasar, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : (1) Guru hendaknya terus mengembangkan media maket dalam kegiatan pembelajaran IPA untuk materi ekosistem dan rantai makanan. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam menyajikan pembelajaran dengan menghadirkan media-media yang inovatif agar siswa memiliki pengalaman baru dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA. (2) Untuk sekolah agar dapat memfasilitasi dan memotivasi guru dalam mengembangkan pembelajaran dan kurikulum di sekolah. (3) Untuk peneliti lain diharapkan dapat menggunakan media maket dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang mengenal ekosistem dan rantai makanan serta dapat menambah wawasan dan gambaran yang baru untuk kualitas pendidikan di sekolah. Dengan menggunakan alat peraga atau media maket merupakan salah satu alternatif yang layak untuk dikembangkan dalam rangka mengatasi masalah rendahnya mutu proses dan hasil pembelajara IPA khususnya dalam materi ekosistem.DAFTAR PUSTAKAAqib, Zainal. 2013. Model-Model Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama WidyaArikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi AksaraArikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka CiptaBadan Standarisasi Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.Darmadi, Hamid. 2011.Metode Penelitian Pendidkan. Bandung:AlfabetaDjamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka CiptaJulianto, dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya:Unesa University Press.Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: DepdiknasSadiman,Arief S. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali PersSanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaSudjana N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruSugiono, Dendy, dkk. 2010. Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: GramediaUsman, Moh.Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja RosdakaryaWinataputra, Udin. S. dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka