Pemanfaatan brain drain indonesia dan semboyan american dream (harian pelita 8 maret 2013 hal19 by...
-
Upload
taruna-ikrar -
Category
Documents
-
view
113 -
download
1
Transcript of Pemanfaatan brain drain indonesia dan semboyan american dream (harian pelita 8 maret 2013 hal19 by...
19Harian PelitaSABTU | 9 MARET 2013/26 RABIUL AKHIR 1434 H
SAMBUNGAN
rugi? Kan nggak? KPU adalah aparat negara yang tidak mengl-ami kerugian apapun dengan keputusan PT TUN yang me-nyatakan PBB memenuhi syarat menjadi peserta pemilu 2014,” tandas mantan Menteri Sekre-taris Negara ini.
Secara terpisah, pendapat berbeda disampaikan Ketua De-wan Kehormatan Penyelengga-ra Pemilu (DKPP) Jimly Asshid-diqie. Menurut dia, KPU dapat mengajukan kasasi atas putu-san PT TUN yang menyatakan PBB layak menjadi peserta Pe-milu 2014.
“Bisa juga KPU berpendapat dia dirugikan. Ya, pokoknya ka-lau hukum itu mau dipahami
sulit-sulit, ya, bisa, tapi hukum itu juga bicara kemanfaatan, kemaslahatan dan kepentingan bersama,” tuturnya.
Tapi Jimly mengingatkan kasasi malah akan membuat ru-mit persoalan. “Pengadilan itu kan institusi negara. Nah, ka-lau pengadilan sudah memutus-kan, kalau misalnya KPU mau menghormati putusan itu bisa saja dia langsung laksanakan. Tapi kalau mau ribet, mau mem-perpanjang masalah bisa, masih bisa dia melawan dengan kasa-si,” kata Jimly.
Jimly menegaskan KPU in-dependen dalam menentu-kan keputusan yang akan di-ambil. “Tapi opsinya jelas dia (KPU) bisa memperpanjang ma-salah, tapi kalau mau menye-
derhanakan masalah juga bisa,” ujar dia.
Sementara itu, kemarin, ratu-san orang simpatisan Partai Ke-adilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) menggelar demo di depan Kantor KPU di Jalan Imam Bon-jol, Jakarta.
Mereka memblokir dua arah Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pu-sat sehingga menyebabkan ke-macetan.
Massa ini menuntut untuk berbicara dengan komisioner KPU, dan membawa spanduk putih besar bertulis “KPU dan Bawaslu Beda Pendapat Men-genai UU Pemilu, PKPI Jadi Ko-rban”.
Akibat tidak terkendali, se-jumlah simpatisan kemudian diamankan ke Kepolisian. (jon)
Bertempat di Lapangan Yonif 143/TWEJ, Kapolda Lampung memberikan arahan kepada seluruh anggota Yonif 143/TWEJ tentang sangat penting-nya menjaga hubungan yang harmonis antara TNI dan Pol-ri, khususnya dalam menjaga Kamtibmas. Dengan demiki-an diharapkan situasi Provinsi Lampung akan tetap kondusif. “Kita laksanakan tugas ini se-cara bersama-sama, bila ada permasalahan yang dihadapi, kita pecahkan bersama, kita ja-lin komunikasi dengan baik se-hingga terwujud kebersamaan dalam persatuan dan kesatu-
an sesama aparat negara,” ka-tanya.
Pada kesempatan ini Kapolda Lampung memberikan nomor HP pribadinya kepada seluruh anggota Yonif 143/TWEJ, den-gan harapan, apabila terjadi permasalahan yang berkaitan dengan Polri agar langsung bisa menghubungi Kapolda melalui telepon ataupun SMS.
Komandan Korem 043/Ga-tam Kolonel Czi Amalsyah Tarmizi, SIP dalam pengarah-annya mengajak seluruh ang-gota Yonif 143/TWEJ agar menjaga soliditas dan solidar-itas sesama anggota TNI mau-pun dengan Polri.
“Adakan komunikasi yang
baik setiap ada permasalah-an di lapangan, khususnya dengan Polri. Jangan meru-sak aset negara, hindari nar-koba, hindari perkelahian se-sama anggota TNI dan Polri ser-ta masyarakat. Laporkan setiap permasalahan, baik menyang-kut pribadi dan keluarga ke-pada atasan. Hindari pelangga-ran yang menyimpang dari nor-ma dan aturan serta pedomani Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI. Lak-sanakan tugas dengan ikhlas dan sebaik-baiknya, sehingga tercipta situasi wilayah Provinsi Lampung aman dan damai, karena damai itu indah,” ucap Danrem. (be)
Selain Mapolres yang habis di-lalap si jago merah, sejumlah ban-gunan dan kendaraan sepeda mo-tor yang ada di dekat kantor itu juga ikut terbakar. Dalam peristi-wa itu, dua Poslantas OKU ikut di-hancurkan, satu Subsektor diru-sak, 75 sepeda motor dan sembi-lan mobil dibakar.
“Mapolsek Martapura yang tak jauh dari Mapolres juga hancur,” kata Kepala Biro Penerangan Ma-syarakat Polri, Brigjen Pol Boy Raf-li Amar di Mabes Polri, Jakarta.
Kerugian akibat penyerangan yang diduga dilakukan sejumlah anggota TNI masih belum dikalku-lasi. Sebab tim yang terdiri dari Mabes Polri dan Mabes TNI ma-sih fokus mengungkap aktor di balik pembakaran itu
“Mungkin dalam dua hari baru bisa diketahui berapa kerugian yang dimunculkan akibat peris-tiwa itu,” ujar Boy Rafly.
Dalam kasus ini, baik Pol-ri maupun TNI berharap para pelaku dan penyebab kasus ini bisa segera terungkap. Kini kon-disi di lokasi sudah kondusif dan tim pengamanan dari Polda Sum-sel dan Kodim setempat tetap melakukan pengamanan.
“Nanti hasil tim dari Polri dan tim dari TNI kita kumpulkan,” ka-tanya.
Hentikan Aksi KoboiSementara itu, kasus pemba-
karan Polres OKU, kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane harus membuat Polri introspeksi dan segera meng-hentikan aksi-aksi koboi yang di-lakukan anggotanya. Dia meminta Kapolri Jenderal Pol Timur Prado-
po segera mencopot Kapolres OKU dan Kapolda Sumsel.
Menurut Neta, pihaknya men-, pihaknya men-pihaknya men-catat ada dua pemicu kasus pem-bakaran Polres OKU. Pertama, anggota Polri terlalu ringan tan-gan melepaskan tembakan yang mematikan, meski yang dihadapi hanya persoalan sepele.
Pada 2012 ada 37 kasus salah tembak dan main tembak oleh po-lisi. Korbannya 49 orang, 17 tewas dan 32 luka. Hingga 7 Maret ada empat kasus salah tembak yang belum ditangani maksimal.
Kedua, Polri tidak bertindak ce-pat dan transparan dalam menun-taskan kasus penembakan terha-dap anggota TNI yang melanggar lalu-lintas di OKU. Hal ini mem--lintas di OKU. Hal ini mem-buat keluarga dan teman-teman korban marah kemudian meny-erbu dan membakar Polres OKU.
“Dari kasus ini terlihat para pe-jabat Polri di Sumsel tidak peka terhadap kasus sensitif yang bisa memicu konflik,” tegasnya.
Menurut Neta jika sikap, pe-rilaku, dan kinerja seperti ini terus dibiarkan; dipastikan konflik an-tara polisi-tentara dan masyara-kat akan terus terjadi.
Ketimpangan KewenanganSejumlah anggota DPR menilai,
konflik yang sering terjadi anta-ra TNI dan Polri lebih dipicu oleh ketimpangan, baik dari segi sos-ial maupun kewenangan. Sebe-lum reformasi, kewenangan TNI begitu besar dan dominan dalam kehidupan politik, keamanan, dan sosial; ketimbang Polri, kini kon-disinya berbalik. Polri-lah saat ini yang memiliki kewenangan be-sar itu.
Demikian ditegaskan Ketua
Komisi I DPR Mahfudz Siddiq ke-pada wartawan, di Gedung DPR, Senayan Jakarta. “Kan kondis-inya, TNI itu dulu gemuk tam-bun, sekarang dilangsingkan, maka timbullah kecemburuan itu dan itu sudah berlangsung sejak dulu,” ungkap dia.
Pendapat yang sama juga di-sampaikan Wakil Ketua Komisi I DPR Tb Hasanuddin. Menurut dia, konflik antara TNI-Polri ter-jadi bukan karena persoalan se-pele. Di era reformasi, dengan ke-wenangan Polri yang luar biasa saat ini, kalangan TNI melihat ada kesenjangan yang luar biasa, khu-susnya dalam mengakses sum-ber daya.
“Ada kesenjangan sosial yang dalam antara sesama aparat, ke-senjangan itu dapat meledak sewaktu-waktu. Ini bukan han-ya persoalan ‘kakak tua, dan adik bungsu’. Di mana adik bungsu setelah era reformasi dipersepsi-kan petentang-petenteng sok jago-an,” ujar dia.
Wakil Ketua DPR Pramono Anung menyampaikan, kecem-buruan TNI kepada Polri sebagai salah satu pemicu kerapnya mun-cul konflik antara keduanya. “Kita melihat kalau ke daerah memang ada ketimpangan seorang Koman-dan Kodim dan Kapolres. Padahal, dalam wilayah yang sama. Dulu Komandan Kodim begitu domi-nan. Sekarang, ketimpangan itu terasa di bawah,” ungkap dia.
Apalagi, ucap dia, dalam beber-apa hal, masyarakat dipertontonk-an bagaimana seorang petinggi Pol-ri bisa memiliki kekayaan yang me-limpah luar biasa, dengan istri lebih dari satu orang. “Misalnya korup-
si simulator, seorang jenderal bin-tang dua begitu besar korupsi nya, dan ternyata istrinya juga banyak. Menurut saya sebuah contoh yang tak baik dari Polri,” kata dia.
Dalam catatannya, sejak pro-ses pemisahan wewenang anta-ra TNI dan Polri, hingga sekarang ada peningkatan konflik hingga mencapai 300 persen. “Ada pen-ingkatan bentrokan ini hampir 300 persen. Jadi, ini menunjuk-kan memang ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam hubun-gan TNI dan Polri,” jelas Pramono.
Anggota Komisi III DPR Aboe Bakar Al Habsy menegaskan, ter-us berulangnya konflik terbuka antara TNI-Polri merupakan hal yang memalukan. Tidak sepatut-nya bagi aparat negara yang hid-up dari uang rakyat memperton-tonkan hal tersebut.
“Ini sangat memalukan. Ma-sak aparat negara berbuat kay-ak gini, mereka kan dihidupi dari pajak rakyat, seharusnya malu dong pada rakyat yang sudah taat membayar pajak,” kata Aboe.
Dia pun meminta Kapolri Jen-deral Pol Timur Pradopo dan Pan-glima TNI Laksamana Agus Su-hartono mengkondisikan jajaran-nya agar keamanan stabil. Jangan sampai ada aksi balasan atas in-siden tersebut, atau terulang hal sama di daerah lainnya.
“Memang sepatutnya Menko-polhukam mengkoordinasikan persoalan ini dengan Kapolri dan Panglima TNI, saya yakin aparat di lapangan pasti akan dapat dik-endalikan oleh pimpinan mereka, pasti patuh pada sistem koman-do,” pungkas dia. (cr-14/(cr-7/ck-226)
imigran. Aspirasi “Ameri-can Dream” dalam arti luas, menunjukkan mobilitas yang sistematis dan diarahkan ke seluruh penjuru dunia, dalam semua bidang, misalnya: bis-nis, agama, filantropi, Holly-wood, serikat buruh, dan lem-baga kepresidenan Washing-ton; dalam menjangkau dunia dengan cara yang demokratis. Dengan strategi yang luar bi-asa canggihnya: dalam untaian kalimat “visi kemajuan sosial global, visi demokratis dunia, dan keberdayaan dunia”, yang dibungkus oleh komponen uta-ma:(1) keyakinan bahwa nega-ra-negara lain bisa dan mam-pu mereplikasi pengalaman kemajuan Amerika, (2) kema-juan berwirausaha, (3) dukun-gan untuk akses bagi keter-bukaan perdagangan dan in-vestasi, (4) promosi aliran be-bas informasi dan budaya, dan (5) pemerintah akan melind-ungi perusahaan swasta dan merangsang dan mengatur partisipasi Amerika dalam per-tukaran ekonomi dan budaya internasional.
Dengan konsep tersebut, maka berbondong-bondonglah seluruh ahli, ilmuwan, pa-kar, dan orang-orang poten-
sial memasuki Amerika; dan keberadaan orang-orang he-bat tersebut, dipermudah un-tuk memiliki izin tinggal, per-manent resident (Green Card), bahkan kemudaan untuk pin-dah warga negara.
Kondisi yang seperti di atas, akan secara spontan menjadi magnet atau daya tarik yang luar biasa bagi orang-orang pintar di dunia, untuk mema-suki Amerika Serikat. Sehing-ga ratusan ribu hingga juta-an doktor atau PhD, bermim-pi untuk melanjutkan pendidi-kan, berkarier, bahkan mene-tap dan menjadi Warga Nega-ra Amerika. Kondisi ini, dalam istilah umum, disebut “Brain Drain”, aliran orang-orang pin-tar datang ke Amerika-Serikat.
Dampak dari kondisi terse-but, maka tak diragukan lagi, lebih 50 persen peneri-ma Hadiah Nobel menetap di AS. Demikian pula berdam-pak, mayoritas universitas-uni-versitas terbaik di dunia bera-da di Amerika Serikat. Sehing-ga terjadi ledakan teknologi in-formasi, digital, komputer, dan pelayanan kesehatan di Ameri-ka Serikat. Ini semua meru-pakan dampak positif Brain Drain. Amerika Serikat, men-jadi seperti surganya orang-
orang pintar di dunia.Selanjutnya dengan kondisi
tersebut, dalam melihat kema-juan di Tanah Air Indonesia tercinta. Apa yang bisa kita pe-tik dengan kemajuan tersebut, untuk selanjutnya menjadi mo-tivasi dan membangun suatu strategi untuk kemajuan Indo-nesia, yang dipetik dari Brain Drain ini.
Sebetulnya, Indonesia dapat memetik manfaat juga, dari para pakar atau ilmuwan, pro-fesor, atau orang-orang Indo-nesia yang telah menetap, bah-kan telah menjadi warga neg-ara di AS. Yaitu menjadikan mereka sebagai duta, untuk melakukan transfer teknologi, transfer pengetahuan, trans-fer budaya, hingga trans-fer dolar sebagai devisa nega-ra. Demikian pula, menjadikan mereka sebagai agent Indone-sia yang tersebar di negara-negara maju, untuk melanjut-kan transformasi, demi kema-juan Indonesia tercinta. Karena tidak bisa dipungkiri, di dalam batin dan sanubari mereka, terpatri rasa cinta yang men-dalam, rasa rindu yang luar biasa, bahkan suatu keyaki-nan dan kemauan keras un-tuk berbuat demi kemajuan di Tanah Air tercinta. n
u Sambungan dari hal 1
u Sambungan dari hal 1 u Sambungan dari hal 1
u Sambungan dari hal 1Jakarta, Pelita
Hercules bersama puluhan anak buahnya ditangkap aparat gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Barat. Mereka di-duga melakukan tindak pidana kekerasan dan pemerasan terha-dap warga.
Hercules bersama anak buahn-ya diangkut ke Polda Metro Jaya dan angkutan kota (angkot).
“Hercules bersama 45 orang anak buahnya telah ditangkap Resmob,” kata Kasat Resmob Pol-da AKBP Herry Heryawan di loka-si penangkapan, Perumahan Ke-bon Jeruk Indah II, Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, Ju-mat (8/3).
Penangkapan ini terjadi seki-tar 18.00 WIB. Sebelum mem-bekuk 45 orang pengikut Hercu-les lima orang lainnya sudah leb-ih dulu ditangkap, sehingga to-tal 50 orang yang sudah ditang-kap. Mereka sempat diminta ti-arap dan diborgol oleh petugas.
Saat ditangkap oleh puluhan polisi gabungan dari Resmob Pol-da Metro Jaya dan Polres Jak-bar, Hercules yang berbaju kun-ing menolak diborgol.
“Saya nggak mau diborgol,” kata Hercules di lokasi.
Tapi polisi yang menangkapnya mengatakan ini perintah. Hercu-
les lantas digiring ke mobil patro-li polisi. Sedangkan anak buahn-ya, sedang disiapkan 3 angkot M 11. Mereka semua dibawa ke Pol-da Metro Jaya.
Penangkapan ini berawal dari informasi yang diperoleh petugas kepolisian dari masyarakat ter-kait kelompok Hercules yang di-duga kerap mengintimidasi pe-milik rumah toko (ruko) dan ma-syarakat sekitar.
Dalam penangkapan itu sem-pat terdengar suara tembakan di belakang Gedung RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat sekitar pu-kul 17.00 WIB. Polisi awalnya su-dah berusaha melakukan lang-kah persuasif sebelum menang-kap Hercules dan puluhan anak buahnya.
Namun perintah pertama ti-dak diindahkan Hercules dan anak buahnya hingga terpaksa dilakukan penangkapan. “Mere-ka melawan petugas karena per-intah petugas tidak diindahkan. Sesuai dengan UU akhirnya kita menangkap Hercules dan pengi-kutnya,” tegas AKBP Herry.
Sedang Kasat Reskrim Pol-res Jakarta Barat AKBP Heng-ki Hariyadi mengatakan, kasus ini akan terus dikembangkan. Pi-haknya tak menoleransi aksi pre-manisme di wilayah tersebut. “Ke-
lompok Hercules sering melaku-kan pemerasan dan intimida-si terkait adanya pembangunan ruko,” terang Hengki.
Hercules dan 50 anak buahn-ya ditangkap di kawasan Belmont Residence, Jakarta Barat. Pen-angkapan itu tegang karena Her-cules dan anak buahnya melaku-kan perlawanan dengan senjata tajam.
Sekitar 70 aparat gabungan dari Resmob Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Barat semua dilengkapi senjata api. Penggere-bekan tempat mereka berkum-pul bermula saat Polres Jakar-ta Barat berpatroli untuk mem-berantas premanisme yang sering dikeluhkan warga.
Ada lima anak buah Hercules mencoba melawan dengan sen-jata tajam ketika hendak ditang-kap. Namun tanpa kesulitan poli-si berhasil mengamankan kelima orang itu kemudian dibawa ke Polres Jakarta Barat.
Hercules bersama 45 anak buahnya yang lain masih beru-saha bertahan dan melakukan perlawanan menggunakan sen-jata tajam. Melihat situasi seper-ti itu, Polres Jakarta Barat me-minta bantuan ke Resmob Polda Metro Jaya.
Resmob Polda yang dipimpin
Kasat Resmob Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan pun me-luncur hingga akhirnya Hercules dan anak buahnya berhasil di-tahan. Saat ditahan polisi, Her-cules sempat menolak diborgol. “Saya nggak mau diborgol,” kata Hercules.
Namun akhirnya Hercules te-tap diborgol dengan tangan ke depan dan digiring ke mobil pa-troli polisi. Sedangkan 45 anak buahnya disuruh tiarap ke tanah dan diborgol dengan tangan ke belakang lalu digiring ke dalam mobil.
Salah PahamSaat pemeriksaan di Polda Met-
ro Jaya, Hercules mengatakan bahwa penangkapan ini han-ya karena kesalahpahaman. “Ini cuma salah paham saja,” ujarnya.
Menurutnya, saat pulang ke rumahnya di Komplek KJI II, ter-dapat pasukan polisi yang sedang apel. Dia mengaku Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat sudah men-ghubunginya tentang apel terse-but.
“Oke enggak masalah. Setelah itu, teman-teman Polres apel di sana. Kalau mereka mau apel enggak apa-apa, silakan. Saya minta maaf sama Resmob. Apel lanjut, terus bubar,” kata Hercu-les. (cr-7)
Ditangkap Bersama 50 Anak Buahnya
Hercules: Saya Tidak Suka Diborgol
Jakarta, PelitaJaksa Agung Basrief Arief
memastikan pihaknya segera eksekusi mantan Kabareskrim Mabes Polri Susno Duaji ke LP guna menjalani hukuman 3 ta-hun 6 bulan penjara setelah Mahkamah Agung (MA) meno-lak kasasi Susno.
“Eksekusi terhadap Susno itu hanya tinggal waktu saja,” kata Basrief kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/3) seusai Launching Penelitian Biaya Pen-anganan Perkara Pidum dan Pengelolaan SDM.
Ditegaskan Basrief, eksekusi terhadap Susno untuk melak-sanakan putusan MA yang su-dah berkekuatan hukum tetap atau inkracht. “Karena itu ti-dak ada alasan bagi jaksa un-tuk tidak melaksanakan pu-tusan peradilan yang sudah inkrach terutama oleh MA baik di tingkat kasasi maupun Penin-jauan Kembali,” tegasnya. Apa-lagi, kata Basrief, sudah ada pernyataan dari MA dan Mah-kamah Konstitusi (MK) bahwa Susno bisa dieksekusi setelah permohonan kasasinya ditolak MA. Oleh karena itu, tuturnya, tidak ada dalam sejarah jika yang bisa dieksekusi jaksa ha-nya biaya perkara seperti dalih pengacara Susno karena putu-san MA dinilai tidak ada perin-tah menahan kliennya.
Ketua MK Mahfud MD belum lama ini menyatakan jaksa tidak perlu ragu-ragu mengeksekusi Susno Duaji. Dia pun menye-butkan putusan MK terkait uji materiil pasal 197 KUHAP tidak
bisa dijadikan alasan untuk me-nolak eksekusi.
“Salah jika putusan MK dija-dikan sebagai alasan. MK Jus-tru menyatakan mereka pa-ra terpidana tersebut harus se gera dieksekusi,” katanya. Karena setiap putusan MA yang sudah inkracht, kata dia, ha-rus dilaksanakan jaksa meski-pun tidak adanya perintah pe-nahanan.
Akan Eksaminasi Di bagian lain Basrief me-
ngatakan pihaknya akan me-lakukan eksaminasi terhadap jaksa Kartika Yanti dari Kejati Sumsel menyusul putusan ha-kim yang jauh lebih berat dari tuntutan jaksa dalam kasus shabu-shabu seberat 300 gram. Eksaminasi tersebut akan di-lakukan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dalam penanganan perkara oleh sang jaksa.
Masalahnya dalam tuntutan-nyajaksa Kartika hanya menun-tut pelakunya Agus 10 bulan penjara. Namun hakim di Pe-ngadilan Negeri (PN) Palembang pada 13 Februari 2013 meng-hukum Agus jauh lebih berat 8 tahun penjara, Hakim meng-hukum berat Agus karena yang bersangkutan dinilai terbuk-ti melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 131 UU No 35/ 2009 tentang Narkoba. Diakui Bas-rief terkait putusan hakim yang sangat jomplang dengan tuntut-an jaksa mungkin karena hakim menerapkan pasal yang berbeda dari jaksa. (did)
Basrief: Eksekusi Susno Hanya Tunggu Waktu
Pemanfaatan “Brain Drain” Indonesia dan Semboyan “American Dream”
Yusril: KPU Tak Berhak KasasiDPR: Ada Ketimpangan Kewenangan TNI-Polri
Kapolda Lampung Berikan Nomor HP kepada Semua Prajurit Yonif 143/TWEJ
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN — Seorang pengunjuk rasa yang tergabung dalam Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) melakukan aksi damai di perempatan Kantor Pos Besar, Yogyakarta, Jumat (8/3). Dalam aksinya mereka mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, dan menagih janji pemerintah memberikan perlindungan terhadap perempuan melalui berbagai peraturan yang telah dibuat. n ant/noveradika/ed/pd/13