81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

17
PT. YODYA KARYA Laporan Akhir BAB VII KONSEP PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN TERPADU DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 7.1. PENGELOLAAN DRAINASE KOTA SECARA UMUM Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyedia fasilitas drainase yang baik dan aman mempunyia posisi stategis dalam pengembangan permukiman, khususnya wilayah perkotaan. Pengelolaan (penanganan) drainase yang ada tidak baik sering kali menjadi pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman penduduk (pemukim) dari gangguan banjir dan pencemaran tidak terpenuhi. Pengelolaan drainase yang tidak baik seringkali timbul dan berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi. Dan budaya masyarakat. Kota Watampone sebagai kota yang sedang berkembang pesat tidak luput dari permasalahan di atas. Penanganan masalah diatas, memerlukan suatu pendekatan yang menyeluruh, karena pada dasarnya sistem drainase adalah suatu sistem yang mengatur penyaluran dan mengendalikan limpasan air hujan sesuai dengan karakteristiknya (pola dan intensitasnya) ke badan penerima air. Pengelolaan drainase harus didekati dari sisi konservasi, bukan semata membuang kelebihan air secepat dan sebanyak-banyaknya, namun penyaluran kelebihan air hanya dilakukan jika usaha mengendalikan (menahan dan memanfaatkan) air hujan telah dilakukan secara optimal. Inilah yang dinamakan pengelolaan drainase berwawasan lingkungan. 7.2. KONDISI EKSISTING DAN PERMASALAHAN KETERKAITAN PERSAMPAHAN, AIR LIMBAH DENGAN DRAINASE KOTA WATAMPONE Dari hasil survey lapangan dan informasi dari beberapa instansi terkait dengan pekerjaan ini, lokasi-lokasi genangan sebagian besar adalah merupakan lingkungan pemukiman umum, dan sebagian kecil merupakan lingkungan perumahan yang dibangun oleh pengembang. Fasilitas air limbah dan persampahan pada lingkungan tersebut sebagian besar telah disediakan oleh pemerintah kabupaten, dengan mengikuti pola pengelolaan sampah dan air limbah kota Watampone. MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 1 KOTA WATAMPONE

Transcript of 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

Page 1: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

BAB VII

KONSEP PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN TERPADU

DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

7.1. PENGELOLAAN DRAINASE KOTA SECARA UMUM

Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyedia fasilitas drainase yang baik dan

aman mempunyia posisi stategis dalam pengembangan permukiman, khususnya wilayah

perkotaan. Pengelolaan (penanganan) drainase yang ada tidak baik sering kali menjadi

pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman penduduk (pemukim) dari gangguan

banjir dan pencemaran tidak terpenuhi.

Pengelolaan drainase yang tidak baik seringkali timbul dan berkaitan dengan masalah

sosial, ekonomi. Dan budaya masyarakat. Kota Watampone sebagai kota yang sedang

berkembang pesat tidak luput dari permasalahan di atas.

Penanganan masalah diatas, memerlukan suatu pendekatan yang menyeluruh, karena

pada dasarnya sistem drainase adalah suatu sistem yang mengatur penyaluran dan

mengendalikan limpasan air hujan sesuai dengan karakteristiknya (pola dan intensitasnya)

ke badan penerima air.

Pengelolaan drainase harus didekati dari sisi konservasi, bukan semata membuang

kelebihan air secepat dan sebanyak-banyaknya, namun penyaluran kelebihan air hanya

dilakukan jika usaha mengendalikan (menahan dan memanfaatkan) air hujan telah

dilakukan secara optimal. Inilah yang dinamakan pengelolaan drainase berwawasan

lingkungan.

7.2. KONDISI EKSISTING DAN PERMASALAHAN KETERKAITAN PERSAMPAHAN,

AIR LIMBAH DENGAN DRAINASE KOTA WATAMPONE

Dari hasil survey lapangan dan informasi dari beberapa instansi terkait dengan pekerjaan

ini, lokasi-lokasi genangan sebagian besar adalah merupakan lingkungan pemukiman

umum, dan sebagian kecil merupakan lingkungan perumahan yang dibangun oleh

pengembang. Fasilitas air limbah dan persampahan pada lingkungan tersebut sebagian

besar telah disediakan oleh pemerintah kabupaten, dengan mengikuti pola pengelolaan

sampah dan air limbah kota Watampone.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 1KOTA WATAMPONE

Page 2: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

7.2.1.Permasalahan Drainase Akibat Persampahan

a. Pola Penanganan Sampah Saat ini.

Pola penanganan persampahan di tiap pemukiman atau perumahan yang ada adalah

pola komunal tidak langsung, artinya setiap penduduk mengumpulkan timbunan

sampah di setiap TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara) atau Container

kemudian dari TPS/Container diangkut ke Tempat Penampungan Akhir (TPA)

Sampah dengan menggunakan Truck atau Dump Truck.

b. Permasalahan

Permasalahan sistem drainase yang disebabkan oleh sampah di saluran-saluran

drainase baik tersier, sekunder maupun primer menimbulkan dampak negatif

terhadap kelancaran aliran pembuangan air hujan, yang mana pada akhirnya akan

menimbulkan genangan bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi banjir.

Di kota Watampone saluran drainase terutama di badan penerima air banyak

ditemukan sampah-sampah yang menumpuk dipinggiran sungai dan bahkan badan

sungai. Hal ini tentunya akan menimbulkan dampak negatif, juga dari segi estetika

kurang nyaman untuk dilihat. Bertumpuknya sampah di sungai antara lain sebagai

akibat penduduk yang berdomisili di pinggir sungai membuang sampah ke badan

penerima air, juga adanya kiriman sampah dari beberapa wilayah yang terlintasi oleh

sungai tersebut dan akibat adanya keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS ke

TPA sampah untuk masyarakat yang ada di perumahan yang pada akhirnya

penduduk perumahan membuang langsung sampah ke badan penerima air.

7.2.2.Permasalahan Drainase Akibat Air Limbah

a. Pola Penanganan Air Limbah Saat Ini

Limbah domestik terbagi menjadi 2 jenis air limbah yaitu :

1. Air bekas (grey water), yaitu air yang berasal dari mandi, urinoir, dan

kegiatan lainnya selain yang menimbulkan air bekas.

2. Air kotor (black water), air yang berasal dari kegiatan WC yang

menghasilkan limbah tinja.

Pola penanganan air limbah domestik yang ada diperumahan saait ini dilakukan

dengan sistem Pengolahan Setempat (On Site Sanitation) yaitu pengolahan

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 2KOTA WATAMPONE

Page 3: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

limbah dilakukan ditempat secara biologis yaitu dengan memanfaatkan

mikroorganisme an aerob untuk menguraikan limbah domestik menjadi zat

organik yang sempurna.

Limbah air bekas dialirkan ke bangunan kedap air yang mana luapan dari

bangunan itu masuk ke bidang resapan dan ada yang langsung masuk ke badan

penerima air.

Limbah air kotor dari masing-masing rumah ditampung di septik tank dan

limpasannya masuk ke resapan kemudian dalam periode ulang tertentu

dilakukan penyedotan lumpur tinja dengan truk tinja oleh Dinas Kebersihan Kota

untuk langsung dibuang ke IPLT (Instalasi pengolahan lumpur tinja) yang telah

ada.

b. Permasalahan

Penanganan air limbah seperti ini tentunya tidak dapat diterapkan ke semua

wilayah, mengingat lahan yang tersedia dan akses jalan untuk truk penyedot

lumpur tinja tidak bisa masuk ke lokasi septik tank, terutama lokasi diluar daerah

perumahan yang padat penduduknya, sehingga dengan demikian ada sebagian

penduduk di luar perumahan yang berdekatan dengan sungai ada yang

membuang limbah domestiknya ke sungai.

Kondisi tersebut diatas apabila tidak diantisipasi akan mengakibatkan kualitas air

sungai akan tercemar, dan akumulasi lumpur akan semakin bertambah selain

akibat sedimentasi lainnya dari kikisan tanah dasar sungai akibat debit banjir.

7.3. KONSEP PENGELOLAAN DRAINASE KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN

7.3.1.Pengertian/definisi

Maryono (2001), mengusulkan Konsep Eko-Drainage Concept) yaitu, eko-drainase

diartikan suatu usaha membuang/mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan waktu

seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan

banjir di sungai terkait (akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu

mencapai debit puncak). Dari pengertian ini dapat diuraikan ada 2 (dua) pendekatan

yang digunakan dalam konsep eko-drainase, yakni pendekatan eko-hidraulik, yakni

pengelolaan drainase yang dilakukan dengan memperhatikan fungsi hidraulik dan

fungsi ekologi, serta pendekatan kualitas air, yakni upaya meminimalkan dan atau

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 3KOTA WATAMPONE

Page 4: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

meniadakan pencemaran air yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi

manusia dan flora-fauna.

7.3.2.Konsep Penanganan air Limbah

Tujuan pengolahan limbah cair adalah untuk menurunkan kadar zat-zat pencemar

yang terkandung didalam air limbah sampai memenuhi persyaratan effluent yang

berlaku. Proses pengolahan air limbah apapun tidak mungkin dapat menghilangkan

sama sekali kadar zat pencemar, melainkan hanya dapat menurunkan sampai batas-

batas yang diperkenankan oleh peraturan yang berlaku. Dalam menentukan sistem

pengolahan air limbah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut :

a. Peraturan tentang air limbah

Peraturan yang berlaku terhadap badan penerima air yang bersangkutan.

Peraturan ini tergantung dari peruntukan (beneficial use) badan penerima air yang

dimaksud. Pada dasarnya terdapat dua peraturan, yaitu :

• Stream standard (peraturan kualitas badan penerima air)

• Effluent standard (peraturan yang mengatur air limbah yang akan dibuang ke

badan penerima air).

Stream standard lebih cocok daripada effluent standard, sebab dalam stream

standard yang diatur adalah beban airnya, yang lebih mudah mengontrolnya.

Disamping itu yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah badan penerima air

bukan limbahnya. Sedangkan effluent standard jauh lebih sulit mengontrol

pelaksanaannya, karena menyangkut banyak sekali hal yang harus diawasi.

Tetapi mengingat kondisi badan penerima air yang ada di tanah air kita,

khususnya di kota-kota besar, badan penerima airnya sudah tercemar, maka

stream standard belum dapat dilaksanakan. Sehingga effluent standardlah yang

diberlakukan.

a. Konsep penanganan air limbah domestik

Konsep penanganan air limbah dalam pekerjaan ini adalah menjaga agar air

limbah yang dihasilkan tidak mencemari kualitas air yang ada di saluran drainase.

Konsep penanganan drainase berwawasan lingkungan merupakan konsep yang

paling tepat dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut dia atas.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 4KOTA WATAMPONE

Page 5: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

Konsep penanganan air limbah tentunya tidak mudah dilakukan mengingat

kondisi lapangan sudah sangat sulit dilakukan karena keterbatasan lahan yang

tersedia. Oleh karena itu diperlukan upaya semua pihak yang terkait dengan

permasalahan tersebut diatas. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Adanya peraturan daerah yang jelas dan tegas terhadap pelaku penghasil

pencemar.

2. Diperlukan pola penanganan air limbah dengan melibatkan masyarakat

sebagai pelaku program dan instansi/dinas terkait yang akan memberi

arahan mengenai cara dan bentuk pengolahan yang akan diterapkan, proyek

itu diantaranya SANIMAS (sanitasi berbasis masyarakat).

Proyek ini cukup unik karena bekerja berdasarkan inisiatif masyarakat dan bukan

inisiatif pemerntah. Proyek ini bertujuan membantu masyarakat madani dan

pemerintah daerah menerapkan sanitasi berbasis masyarakat di Indonesia,

memberikan demontrasi di wilayah-wilayah baru, dan mengembangkan

permodalan untuk meningkatkan perencanaan pembangunan kota terpadu.

Dengan adanya pengembangan program pembangunan prasarana dan sarana

sanitasi yang berbasis pada masyarakat diharapkan dapat melengkapi dan

menambah prasarana dan sarana sanitasi yang dibangun dan diusahakan

dengan inisiatif dari masyarakat, termasuk dalam pengelolaan, pengoperasian

dan pemeliharaan.

Penanganan permasalahan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi yang

berbasis pada masyarakat (SANIMAS) dilakukan dengan metode Spply Driven

Approach/memberi pengarahan dengan pendekatan kepada keinginan

masyarakat. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Kebutuhan dari masyarakat adalah bagian dari pertimbangan

b. Pengguna diletakkan pada proses, sehingga mempunyai rasa memiliki yang

besar

c. Ada usaha untuk mengatur, mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan masyarakat

d. Dampak positif yang besar

e. Kepuasan pengguna yang besar

f. Berkesinambungan (sustainable)

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 5KOTA WATAMPONE

Page 6: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

Partisipasi Masyarakat dan Rencana Aksi Masyarakat (Community Action Plan)

berupa kegiatan :

a. Pelatihan dan transfer pengetahuan/keterampilan

b. Pembiayaan dan pengadaan bahan/peralatan

c. Konstruksi dan supervisi

d. Pelaporan

Sedangkan hasil yang diharapkan adalah :

a. Peningkatan kesehatan masyarakat, perilaku masyarakat, pelayanan

kesehatan masyarakat

b. Ketersediaan, cost-effective, kemudahan dalam akses pelayanan air bersih

dan sanitasi

c. Kesinambungan (sustainability) dan efektifitas melalui partisipasi

masyarakat.

a. Rencana penanganan limbah domestik

Rencana penanganan air limbah domestik diusulkan mengikuti pola pengolahan

limbah yang ada yaitu on site sanitation. Pembuangan air limbah yang berasal

dari WC disalurkan ke septic tank yang dilengkapi dengan tempat bidang resapan

atau bisa menggunakan sistem wet land. Sedang air limbah yang berasal dari

urinoir, tempat cuci, dll disalurkan keruang penampungan dan luapannya

disalurkan ke ruang resapan ataupun ke wet land.

Pelaksanaan sistem ini tentunya tidak terlepas dari kesadaran masyarakat dalam

upaya meningkatkan tingkat kesehatan, hal mana pelaksanaan proyek ini akan

membutuhkan lahan yang cukup luas dalam penempatan posisinya. Lumpur tinja

yang tertampung di septik tank dalam periode ulang tertentu disedot

menggunakan mobil tinja untuk diangkut kelokasi pengolahan limbah domestik

yang ada (IPLT), lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

b. Rencana penanganan limbah industri

Rencana penanganan limbah industri mengikuti pola pengolahan limbah yang

direncanakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota.

Rencana sistem penyaluran air limbah industri yang memiliki bahan berbahaya

beracun diharuskan melalui proses pengolahan di IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah Industri) sebelum dialirkan ke badan penerima air.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 6KOTA WATAMPONE

Page 7: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

7.3.3.Konsep Pengolahan Sampah

1. Pengertian dan klasifikasi sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat atau setengah padat, yang terdiri dari

zat organik dan anorganik, berasal dari kegiatan manusia, yang dianggap tidak

berguna lagi. Sampah disini tidak termasuk kotoran padat manusia dan sampah

harus dikelola agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan mencemari

lingkungan serta untuk menyelamatkan investasi pembangunan.

Sumber sampah diantaranya meliputi :

• Daerah permukiman (rumah tangga)

• Daerah komersil (pasar dan pertokoan)

• Daerah industri

• Perkantoran, pariwisata, sarana umum

• Kandang hewan atau pemotongan hewan

• Jalan dan taman, dan lain-lain.

1. Sampah sungai

Sampah yang diproduksi oleh permukiaman, daerah perkantoran dan

perdagangan, dan fasum dan fasos di perkotaan dan perdesaan tidak semua

dapat terangkut ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) atau tereduksi dengan

kegiatan 3R (Reduce, Reuse, Recicle) dan komposting, ternyata masih ada

sebagian dari prosentase sampah tersebut yang dibuang ke badan penerima air

(sungai, danau dan pantai/laut).

Jenis sampah yang sering dibuang ke sungai dan saluran-saluran drainase

tersebut diantaranya adalah sampah basah seperti sampah sisa-sisa makanan

dan sayur-mayur, buah-buahan; sampah kering seperti kayu, plastik, pakaian,

kasur, dan bantal, logam, kaca, keramik; sampah balokan seperti batang pohon

tumbang, balok kayu; sampah bangkai binatang; sampah industri pertanian dan

perkebunan seperti sisa-sisa pestisida dan herbisida.

Sampah-sampah tersebut ada yang kondisi terapung, melayang dan berada

didasar saluran/sungai/waduk. Hal ini terjadi tergantung pada sifat-sifat fisik

sampah, yang mana akan menentukan konsep penanganan pemeliharaan dan

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 7KOTA WATAMPONE

Page 8: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

operasional sarana (O&P) dan prasarana drainase. Sampah-sampah tersebut

selain menyebabkan dibutuhkannya kegiatan kegiatan O&P seperti kegiatan

pengerukan, pembuatan saringan samah, juga menyebabkan peningkatan biaya

pemeliharaan prasarana dan sarana drainase dan pengendalian banjir.

2. Konsep Penanganan Sampah

Penanganan permasalahan sampah sedang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Program pengelolaan sampah dari sumber timbulan sampah sudah dilakukan

untuk mengantisipasi berlebihnya pengangkutan sampah ke TPA Sampah.

Kegiatan yang sedang dilaksanakan adalah salah satunya metode 3R.

Konsep penanganan sampah 3R (Reuse, Recicle, Reduce) ini sangat efektif

dilaksanakan di daerah perkotaan selain dapat mengurangi beban TPA sampah

juga hasilnya dapat menambah pendapatan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan dalam metode 3R, diantaranya sebagai berikut :

1. Meminimalkan penggunaan plastik/kertas pembungkus;

2. Meminimalkan penggunaan berbagai bahan pembungkus

makanan/minuman/barang pada industri kecil/rumah tangga seperti;

penggunaan daun pisang/pepaya/kelapa dan lainnya;

3. Pemanfaatan kembali plastik/kertas pembungkus untuk penggunaan lainnya;

4. Pemanfaatan ember/kaleng/botol/ban bekas sebagai pot bunga atau hiasan

rumah/kerajinan lainnya;

5. Pembuatan bubur kertas dari kertas bekas, kertas karton, dus, dsb;

6. Composting;

Upaya teknis lainnya yang dapat mengurangi sampah didalam saluran/sungai

adalah dengan pembangunan saringan sampah. Peletakannya saringan sampah

dapat pada permukaan saja (surface area) yang sifatnya mengapung atau

terkonstruksi sampai dengan dasar saluran. Ukuran saringan sampah

disesuaikan dengan target sampah yang akan ditangkap/dihalangi. Disekitar

bangunan saringan sampah juga dibangun bak sampah permanen/non

permanen sebagai penampung sampah yang disaring yang kemudian dibawa

oleh petugas kebersihan menuju ke TPS.

Dalam pekerjaan ini peletakan saringan sampah diletakkan di setiap out fall

saluran drainase dari lingkungan perumahan dengan dimensi sesuai rencana

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 8KOTA WATAMPONE

Page 9: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

saluran drainase. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbunan sampah dari

perumahan masuk ke badan penerima air.

7.3.4.Konsep Pengurangan polusi; Potensi Banjir dan Perbaikan lingkungan Biofilter

Biofilter atau biasa disebut parit tumbuhan adalah saluran alamiah yang sedemikian

rupa dimana terdapat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi mengelola pengaliran

limpasan sehingga lebih lambat mengalir diantara tumbuhan untuk saluran alamiah/

sungai yang tidak mendatangkan banjir.

Biofilter efektif jika arus lambat dan dangkal pada saluran parit alamiah. Kondisi ini

dapat dicapai bila kontur kawasan dan kemiringan lereng mendukung pengaliran

limpasan diatas. Untuk sistem biofilter, kondisi yang menyebabkan konsentrasi aliran,

seperti tahanan dan belokan, dan saluran yang langsung menyeberang ke seberang

jalan, harus diperkecil. Gerakan melambat dari aliran melalui tumbuh-tumbuhan

menyediakan kesempatan untuk terjadinya sedimentasi dan tersaringnya partikular

dan degradasi oleh aktifitas biologi. Dala berbagai jenis tanah, biofilter juga

menyebabkan terjadinya penyerapan hujan ke dalam tanah, lebih lanjut mengurangi

polusi air dan mengurangi debit limpasan (yang akhirnya mengurangi potensi banjir).

Aliran lambat, aliran limpasan halus dapat dijaga dengan biofilter yang dibangun

dengan menjaga kemiringan kedua sisi (kemiringan maksimum 3:1, minimal

kemiringan memanjang (direkomendasikan 1 – 2%, dengan check dam untuk

kemiringan yang lebih curam), dan suatu alur pengaliran (flowpath) panjangnya

sedikitnya 3 meter. Konsep utamanya adalah menggerakkan aliran air dengan lambat

melalui tumbuh-tumbuhan.

Bioremediasi

Bioremediasi adalah teknik pengurangan atau penghilangan tingkat toksitas,

mobilitas dan kuantitas bahan pencemar (kontaminan) pada sumber air dan tanah

terkontaminasi menggunakan mikroorganisme.

Dalam pekerjaan ini ada kemungkinan muncul pekerjaan pengerukan sedimen di

saluran drainase dengan kapasitas yang cukup besar.

Dari hasil kunjungan lapangan banyak ditemukan pengerukan lumpur disaluran

drainase ditumpuk dipinggir saluran sehingga dengan kondisi tersebut apabila terjadi

hujan ada kemungkinan sedimen tersebut terbawa kembali ke saluran.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 9KOTA WATAMPONE

Page 10: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

Berangkat dari kondisi terebut maka perlu adanya pengolahan mulai penyimpanan

sampai pemanfaatan kembali sedimen/lumpur yang dihasilkan. Mengingat lahan ada

sekarang disekitar saluran drainase yang sempit maka proses pengolahan harus

dilakukan di lahan / tempat lain (ex situ). Proses pengolahan yang akan diterapkan

adalah dengan cara Land Farming.

Pengolahan ex situ tentunya membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk

pengangkutan sedimentasi ke lokasi land farming, selain itu membutuhkan tempat

yang cukup luas.

7.3.5.Konsep Pengurangan Debit Limpasan

a. Danau Resapan

Konsep pengurangan debit limpasan di lokasi perumahan yang terkena

genangan / banjir belum banyak ditemukan. Salah satu alternatif yang bisa

dilaksanakan adalah dengan menyediakan danau resapan di lokasi-lokasi yang

memungkinkan. Keberadaan danau dipergunakan untuk menampung limpasan

air hujan yang terjadi. Disamping itu, danau-danau tersebut juga bisa digunakan

sebagai kolam ikan atau kolam pemancingan. Untuk menjaga agar sedimen tidak

banyak masuk ke danau, maka perlu dilengkapi dengan penampungan lumpur

sebelum masuk danau resapan.

b. Sumur Resapan

Disamping danau resapan untuk penanganan pengurangan debit limpasan

adalah dengan membuat sumur resapan. Pelaksanaannya dapat dilakukan

dengan mengharuskan setiap perumahan menyediakan sumur-sumur resapan,

dan ini akan bisa terlaksana apabila didukung dengan Perda (Peraturan Daerah).

Fungsi sumur resapan adalah sebagai berikut :

1) Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah.

2) Untuk menjaga keseimbangan hidrologi air tanah sehingga mencegah intrusi

air laut.

3) Dapat mereduksi dimensi saluran drainase.

4) Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah

5) Mempertahankan tinggi muka air tanah.

6) Mengurangi debit limpasan sehingga mencegah banjir.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 10KOTA WATAMPONE

Page 11: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

Sebagai acuan dasar untuk menentukan volume air resapan dalam pekerjaan ini

dengan kondisi permeabilitas tanah rendah dapat dilihat pada Tabel 7.1. berikut.

Tabel 7.1.

Volume Resapan Pada Kondisi Permeabilitas Rendah

No. Luas Kav

(m2)

Volume resapan

Ada saluran drainase

Pelimpahan (m3)

Volume resapan

tidak ada saluran drainase

pelimpahan (m3)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

50

100

150

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1.3 – 2.1

2.6 – 4.1

3.9 – 6.2

5.2 – 8.2

7.8 – 12.3

10.4 – 16.4

13 – 20.5

15.6 – 24.6

18.2 – 28.7

20.8 – 32.8

23.4 – 36.8

26 - 41

2.1 – 4

4.1 – 7.9

6.2 – 11.9

8.2 – 15.8

12.3 – 23.4

16.4 – 31.6

20.5 – 39.6

24.6 – 47.4

28.7 – 55.3

32.8 – 63.2

36.8 – 71.1

41 - 79

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 11KOTA WATAMPONE

Page 12: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 12KOTA WATAMPONE

Page 13: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 13KOTA WATAMPONE

Gam

bar 7.1C

ontoh peletakan

sumur resapan

individu

Page 14: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 14KOTA WATAMPONE

Gam

bar 7.2C

ontoh peletakan sum

ur resapan Kolektif

Page 15: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

c. Biopori

Biopori adalah suatu upaya untuk menyerapkan air hujan kedalam tanah dengan

pembuatan lubang-lubang berpori setiap 2 m2. Dimensi biopori lubang dengan

diameter 30 cm kedalaman 100 cm.

Lubang-lubang ini nantinya dipakai untuk menampung buangan sampah organik.

Lubang-lubang pori-pori tanah akan terbentuk setelah terjadi pembusukan sampah

dalam periode ulang tertentu sebagai akibat adanya binatang tanah seperti cacing

yang memerlukan sampah yang sudah membusuk.

Pembuatan biopori bisa menggunakan pipa paralon yang dilubangi/perforated. Lebih

jelasnya tampak atas peletakan biopori dapat dilihat pada Gambar 7.3.

Gambar 7.3

Gambar tampak atas Biopori

d. Persinggungan Antara Komponen Drainase dengan Kelestarian Lingkungan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan kegiatan yang dapat dilakukan terkait dengan

hubungan persinggungan antara komponen drainase dan persampahan sebagai

berikut :

1) Pembangunan saringan sampah (manual) diletakkan disetiap out fall pada sistem

drainase utama untuk mengurangi sampah padat yang dapat menyebabkan

degradasri kapsitas saluran drainase yang pada akhirnya menyebabkan banjir

dan genangan.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 15KOTA WATAMPONE

Page 16: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

2) Pengembangan konsep 3R dikawasan atau daerah bantaran sungai yang

termasuk dalam daerah potensial sumber pembuang sampah ke badan penerima

air. Usaha ini melibatkan peran serta masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan terkait dengan hubungan persinggungan

antara komponen drainase dan kelestarian lingkungan yaitu :

1) Penanaman pohon/rumput yang berfungsi sebagai biofilter.

2) Pembuatan sumur-sumur resapan dan biopori, yang berfungsi mengurangi debit

limpasan air hujan yang masuk ke badan air, karena sebagian air akan menyerap

kedalam tanah dan mempertahankan kestabilan kondisi air tanah.

Berikut ini disampaikan beberapa usulan kegiatan penanganan saluran drainase di

lokasi prioritas dan lokasi yang menyusul akan diatangani sebagai kegiatan lanjutan

dari kegiatan ini dengan konsep Eco-Drainase.

a. Tipikal Saluran Drainase

Mengingat lokasi proyek yang relatif datar dan lahan cukup sempit maka design

tipikal saluran drainase diusulkan adalah dengan adanya ruang atau tempat

terakumulasinya lumpur dan stabilitas aliran bisa mengalir terus, selain itu

penampang basah saluran menjadi lebih besar.

Sedangkan alternatif saluran drainase primer yang diusulkan adalah menggunakan

proteksi proteksi tebing dengan bronjong atau pasangan batu kosong dengan

maksud agar pada suatu saat akan tumbuh rumput-rumput yang bisa menambah

kekuatan bronjong itu sendiri.

b. Usulan Penataan Bantaran Saluran Drainase

Di daerah penampah basah tidak dibenarkan ada pohon besar atau ditanami pohon

besar, karena pada saat banjir dikhawatirkan akan tumbang akibat gerusan air, oleh

karena itu dianjurkan memakai perkuatan bronjong. Lebih jelasnya lihat Gambar 7.4.

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 16KOTA WATAMPONE

Page 17: 81242906 BAB 07 Konsep Pengelolaan Eco Drain

PT. YODYA KARYA Laporan Akhir

Gambar 7.4

Penggunaan Perkerasan Tebing dengan Bronjong dan Menanam Vegetasi

untuk Renaturalisasi Sungai

Perkuatan tebing konstruksi ekologis biasanya terbentur oleh keberadaan luas lahan

yang tersedia. Dengan demikian pada tempat tertentu perkuatan tebing tetap

menggunakan konstruksi non ekologis seperti terlihat pada Gambar 7.5.

Gambar 7.5

Perkuatan Tebing

Bagian kanan harmoni antara pembangunan dan karakteristik sungai (talud ramah

lingkungan) sedang bagian kiri tidak harmoni antara pembangunan dan karakteristik

sungai (talud tidak ramah lingkungan).

MASTER PLAN DAN DED DRAINASE Halaman VII - 17KOTA WATAMPONE