PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI...

68
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Saiful Achmad NIM: 1110034000033 PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H. / 2017 M.

Transcript of PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI...

Page 1: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh: Saiful Achmad

NIM: 1110034000033

PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H. / 2017 M.

Page 2: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh: Saiful Achmad

NIM: 1110034000033

Pembimbing,

Maulana, M.Ag NIP 195702231992031001

PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H./2017 M. ii

Page 3: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI

Oleh: Saiful Achmad 1110034000033

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal (29 Maret 2017). Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Program Studi Ilmu Al-Quran Dan Hadis.

Jakarta, 29 Maret 2017

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Bustamin, SE M.Si NIP: 19600908 198903 1 005

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Banun Binaningrum, M.Pd NIP: 19680618 199903 2 001

Anggota,

Penguji I

Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag NIP: 19531231 198603 1 010

Penguji II

Hasanuddin Sinaga, S.Ag, MA NIP: 19701115 199703 1 002

Pembimbing

Maulana, M.Ag NIP: 19570223 199203 1 001

iii

Page 4: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara
Page 5: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

ABSTRAK

Saiful Achmad

PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW

Jual beli dalam Al-quran merupakan bagian dari ungkapan perdagangan. Syariah Islam memberikan keleluasaan, dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam. Disadari atau tidak, dalam hidup bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya masa ketika seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain sedangkan ia memiliki sesuatu yang orang lain butuhkan, sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima.

Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan langsung dan dapat pula dengan lelang. Cara jual beli dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah. Kajian secara komprehensif mengenai jual beli lelang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dari kalangan peneliti. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, sumber-sumber yang membahas tetang lelang masilah sangat terbatas, jual beli dengan sistem lelang masih sangat jarang terjadi dikalangan masyarakat bawah dan pelaksanan lelang itu sangat terikat pada sebuah peraturan. Terlebih dengan adanya sebuah hadis yang menyatakan bahwa seorang muslim dilarang menawar barang yang sedang dalam penawaran orang lain.

Melihat permasalahan di atas, penulis mencoba menjawab permasalahan di dalam skripsi ini,mengenai bagaimana menyikapi perbedaan antara hadis yang memperbolehkan lelang dan yang melarang menawar barang yang sedang dalam penawaran orang lain.

v

Page 6: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

gh ═ غ r ═ ر ’ ═ ء

f ═ ف z ═ ز b ═ ب

q ═ ق s ═ س t ═ ت

k ═ ك sh ═ ش th ═ ث

l ═ ل Ṣ ═ ص j ═ ج

m ═ م ḍ ═ ض ḥ ═ ح

n ═ ن ṭ ═ ط kh ═ خ

w ═ و ẓ ═ ظ d ═ د

h ═ ة/ه (nya) ‘ ═ ع dh ═ ذ

y ═ ي

B. Vokal dan Diftong

okal Pendek Vokal Panjang Diftong

◌ ═ a ا— ◌ ═ ā/â ى ◌ ═ īy

◌ ═ i ى— ◌ ═ á و ◌ ═ aw

◌ ═ u و— ◌ ═ ū ي ◌ ═ ay

x

Page 7: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

C. Keterangan Tambahan

1. Kata sandang ال (alif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya

ھ) al-âthâr dan (االثار) ,al-jizyah (الجزیھ) al-dhimmah. Kata sandang ini (الذم

menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.

2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-

muwaṭṭa’.

3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai

dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.

D. Singkatan

SWT = Subḥānahu wa ta’ālā

As = ‘Alaihi al-Salām

M = Masehi

QS = al-Qur’an Surah

SAW = Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam

H = Hijriyah

r.a = Raḍiya Allāh ‘anhu

w = Wafat

h = Halaman

x

Page 8: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan pada Allah swt. atas segala

nikmat dan pertolongan yang telah dan akan selalu Ia berikan kepada penulis.

Ialah yang memberikan petunjuk dan saat penulis kehilangan kata untuk diketik,

data untuk diolah, dan ide untuk dikembangkan. Kepada-Nya penulis mengadu

saat hati dan pikiran mulai lelah dan frustrasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

Dari-Nya penulis dapatkan inspirasi untuk menuliskan kata demi kata hingga

menjadi sekumpulan bab-bab yang dibundel menjadi sebuah skripsi ini.

Salawat beserta salam tak lupa kami hulurkan kepada pembawa risalah-

Nya Nabi Muhammad Saw, para keluarga, sahabat, dan mereka semua yang telah

berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid diatas muka bumi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak

kekurangan dan kelemahan yang di miliki pada diri penulis. Namun berkat

bantuan dan dorongan dari semua pihak, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung, besar atau kecil dan tidak ada kata lain untuk mereka adalah

terima kasih semoga Allah Swt membalas semua jasa-jasa mereka sehingga

akhirnya peenulisan skripsi ini dapat di selesaikan. Penulis mengungkapkan

ucapan terima kasih kepada:

x

Page 9: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

1. Kedua orang tua tercinta, Ponen dan Yoyoh Rokayah, yang karena

motivasi dan bimbingan mereka penulis tercatat sebagai mahasiswa UIN

Jakarta dan sebab doa merekalah penulis dapat bertahan sampai saat ini.

2. Bapak Maulana, MA sebagai pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran serta

keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.Ag., selaku ketua jurusan Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir, beserta Ibu Banun Binaningrum, MA., selaku sekjur

Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang telah

mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses

perkuliahan berlangsung. Semoga Allah Swt memberikan imbalan serta

pahala yang berlipat ganda atas ilmu yang telah diberikan selama ini,

semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi diri penulis.

5. Teman-teman seperjuangan TH A dan Angkatan 2010 TH atas semangat

kekompakan, solidaritasnya selama perkuliahan di kampus.

6. Tempat persinggahan selama perkulihan dan teman-teman ngopi—

Jamasari, Ahmad Rifai, Abdurahman, TB, Sunny, Dani, Arief, M. Rifki,

Angga Marzuki, Faris, Ais, dan rekan lainnya yang menghidupkan

suasana canda tawa di tengah kejenuhan penulisan skripsi. Semoga yang

belum sidang cepat menyusul.

Akhirnya penulis menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih

sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain-lain yang belum terbaca, menjadikan

x

Page 10: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya

menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan.

Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin menyampaikan

harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat buat sekalian pembaca.

Amin.

x

Page 11: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi

BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ............................................................ 6

a. Tujuan Penulisan ........................................................................... 6

b. Manfaat Penulisan ......................................................................... 6

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6

G. Metode Penelitian ................................................................................. 7

a. Jenis Penelitian .............................................................................. 7

b. Sumber Data .................................................................................. 7

H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8

xi

Page 12: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

BAB II:JUAL BELI DENGAN CARA LELANG MENURUT PANDANGAN

ULAMA .................................................................................................. 11

A. Pengertian Jual Beli Dalam Islam ...................................................... 11

B. Pengertian Lelang Menurut Ulama Islam........................................... 13

C. Sistematika Lelang Dalam Islam ........................................................ 14

a. Lelang Dengan Lisan ................................................................... 16

b. Lelang Dengan Tulisan ............................................................... 16

D. Syarat-Syarat Lelang Dalam Islam ..................................................... 17

E. Macam-Macam Lelang ....................................................................... 19

a. Lelang Turun ............................................................................... 20

b. Lelang Naik ................................................................................. 20

BAB III:HADIS TENTANG LELANG DAN LARANGAN MENAWAR

BARANG YANG TELAH DI TAWAR OLEH MUSLIM LAINNYA

................................................................................................................. 21

A. Hadis Nabi Yang Membahas Tentang Pelelangan ............................. 23

a. Teks Hadis ................................................................................... 23

b. Takhrij Hadis ............................................................................... 25

B. Hadis Nabi Tentang Larangan Menawar Barang Yang Telah Ditawar

Muslim Lainnya.................................................................................. 32

a. Teks Hadis ................................................................................... 32

b. Takhrij Hadis ............................................................................... 33

xii

Page 13: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

C. Penjelasan Hadis Dari Skema Sanad .................................................. 37

BAB IV : PENJELASAN MENGENAI PERBEDAAN HADIS NABI

(IKHTILAF HADIS IMAM SYAFI’) ............................................ 39

A. Ikhtilaf Hadis Mengenai Jual Beli Lelang .......................................... 41

B. Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Perbedaan Hadis ..................... 47

BAB V:PENUTUP ................................................................................................... 49

A. Kesimpulan ......................................................................................... 49

B. Saran ................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii

Page 14: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jual beli dalam Al-Quran merupakan bagian dari ungkapan

perdagangan atau dapat juga disamakan dengan perdagangan.Syariah

Islam memberikan keleluasaan, dankeluasan ruang gerak bagi kegiatan

usaha umat Islam. Disadari atau tidak, dalam hidup bermasyarakat

manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan

oleh adanyamasa ketika seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan

orang lain sedangkan ia memiliki sesuatu yang orang lain butuhkan,

sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima

˺

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya2.

Dalam kehidupan bermasyarakat, penulis menemukan sebuah

pertanyaan yang menggerakan hati untuk membahasnya dan dijadikan

sebuah karya ilmiah (skripsi). Bermula dalam sebuah diskusi sederhana,

1 Q,S Al-Maidah Ayat 2 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat

Pojok), Kudus: Menara Kudus, hal.106

1

Page 15: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

2

timbul pertanyaan mengenai jual beli lelang dalam islam itu bagaimana

dan adakah dalil mengenai lelang.

Kegiatan jual beli adalah salah satu sarana komunikasi antara

individu dengan sebuah komunitas atau dengan individu lainnya. Jual beli

secara umum adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu kedua belah

pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang

dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan. Cara jual beli

dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah3.

Bay’ muzayyadah atau yang lebih terkenal dengan jual beli lelang

merupakan suatu bentuk penawaran barang dagangan di tengah-tengah

keramaian kepada penawar yang pada awalnya membuka lelang dengan

harga rendah kemudian semakain naik sampai pada akhirnya diberikan

kepada calon pembeli dengan harga tertinggi4.

Dalam sejarah tercatat tentang munculnya jual beli lelang yaitu

saat seorang fakir yang kelaparan, tidak lagi memiliki makanan, dan tidak

mempunyai uang untuk membeli makanan. Saat itu rasῡlullah datang

menghampiri dan bertanya kepadanya seperti yang terdapat pada

kandungan hadis dibawah ini;

عن أنس بن مالك أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يسأله

فـقال لك في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب فيه الماء

قال ائتني بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده ثم قال من

3 Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam Juz. III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995, hal. 23

4 Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah Juz. II, Beirut Libanon, 1992, hal. 257

Page 16: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

3

يشتري هذين فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل

رهمين فأعطاهما األنصاري ◌ أنا آخذهما بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ الد

Dari Anas bin Mᾱlik ra bahwa ada seorang lelaki Anṣar yang datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya kepadanya, “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Lelaki itu menjawab “Ada. sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air.” Nabi saw berkata “Kalau begitu, bawalah kedua barang itu kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi saw bertanya, “Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah seorang sahabat beliau menjawab, “Saya mau membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi, “Ada yang mau membelinya dengan harga lebih mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata, “Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anṣar tersebut5.

Kajian secara komprehensif mengenai jual beli lelang sampai saat

ini masih kurang mendapat perhatian dari kalangan peneliti6. Hal ini

disebabkan oleh tiga faktor, sumber-sumber yang membahas tetang lelang

masilah sangat terbatas,jual beli dengan sistem lelang masih sangat jarang

terjadi dikalangan masyarakat bawah (dewasa ini lelang hanya terjadi pada

sebuah instansi maupun lembaga tertentu saja), dan pelaksanan lelang itu

sangat terikat pada sebuah peraturan seperti pelelangan harus dilakukan

dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara resmi oleh

instansiresmi yang diakui oleh undang undang.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lelang menimbulkan

berbagai macam pertanyaan mulai dari adakah system lelang dalam islam,

5 At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988, Hadist No. 908. 6 Tinjauan historis rekontruksi pemahaman peraturan lelang di Indonesia, drs. H. aiyub

ahmad fiqh lelang xxix. 2007 hlm. 66

Page 17: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

4

kesahihan hadis, asbᾱb wῡrῡd hadis sampai pada perbandingan terhadap

hadis lain yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah

ditawar oleh orang lain. Adanya hadis ini menambah polemik yang sudah

ada pada lelang itu sendiri, kesahihan hadis satu diantara keduanya mulai

dipertanyakan dari berbagai kalangan.

Di sini penulis merasa perlu menjabarkan secara ilmu hadis tentang

kesahihan matan hadis. Melalui ikhtilah syafi’ penulis mencoba mencari

sebuah jalan keluar menyikapi masalah ini, yaitu bagaimana cara

menyikapi hadis tentang lelang yang ada, dengan hadis yang melarang

adanya lelang.

B. Identifikasi Masalah

Jual beli dalam kehidupan sehari- hari merupakan saran untuk

berkomunikasi, tak jarag disanalah tempat sosialisasi terbesar umat

manusia. Dalam jual belipun beragam cara, ada yang secara langsung

maupun tersembunyi, ada yang dengan cara sitem barter dan juga dengan

system berbayar uang (seperti pada umumnya)

Jual beli lelang dalam kehidupan umum memang banyak

menimbulkan pertanyaan, terlebih lagi belakangan ini muncul beberapa

macam metode lelang. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan seputar lelang,

mulai dari masalah hukum, dalil tentang lelang, cara islam dalam lelang,

bagaimana pendapat ulama mengenai lelang jabatan dan lelang secara

online. Begitu banyak masalah yang keluar dari wacana mengenai lelang,

Page 18: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

5

penulis mencoba mengambil satu masalah yang akan diangkat menjadi

tema dalam penulisan karya ilmiah (skripsi).

C. Pembatasan Masalah

Dari wacana yang terpapar di atas, berbagai permasalahan baru

mulai bermunculan. Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka

dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya pada dua hadis yang

bertentangan (antara sebuah hadis yang mebolehkan tawar menawar

dengan hadis yang melarang untuk tawar menawar), serta sisi lain dari

maksud kedua hadis tersebut. Bila kedua hadis ini sahih, maka penulis

akan mencari maksud yang tersirat dari kedua hadis tersebut. Namun bila

terbukti adanya hadis yang tidak sahih, maka penulis akan membeberkan

dimana letak ketidaksahihannya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan batasan

masalah yang sudah ada,dapat diketahui begitu banyak ragam masalah

yang tersajadi dalam jual beli lelang, pada akhirnya penulis menentukan

sebuah rumusan masalah untuk dijadikan sebuah pembahasan dalam

skripsi ini.

Bagaimana pemahaman terhadap hadis Nabi yang

membahastentang lelang dan hadis Nabi yang melarang seseorang untuk

menawar barang yang telah ditawar oleh muslim lainnya?

Page 19: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

6

E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

a. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman

ulama terhadap hadis Nabi yang membahas tentang lelang dan hadis

Nabi yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah

ditawar oleh muslim lainnya.

b. Manfaat Penelitian

1. Bagi Saya Selaku Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan tentang lelang dalam pandangan hadis Nabi.

2. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang

tertarik atau ingin meneliti lebih lanjut tentang lelang.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam dunia pendidikan, lelang sudah banyak sekali diangkat

menjadi sebuah pembahasan. Beberapa pembahasannya adalah sebagai

berikut.

1. “Persfektif Masyarakat Terhadap Proses Lelang Barang Jaminan

Pada Pt.Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan” oleh Sri

Suspa Hotmaidah Sarumpaet. Mahasiswa Fakultas Ekonomi,

Universitas Sumatera Utara 2012.

Page 20: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

7

2. “Konsep Harga Lelang Persfektif Islam” oleh Zumrotul Malikah.

Mahasiswa Fakultas Syariah, Institute Agama Islam Negeri

Walisongo.

Sejauh penulusuran penulis, belum ditemukan sebuah karya

maupun penelitian mengenai judul yang saya angkat sebagai bahan tugas

akhir perkuliahan (skripsi). Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk

melanjutkan riset dengan variasi judul baru guna melengkapi tema

pembahasan yang sudah tersaji.

G. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data maka ditempuhlah teknik-teknik

tertentu di antaranya yang paling utama ialah research,yakni

mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku, jurnal,dan bentuk-

bentuk bahan lain atau yang lazim disebut dengan penyelidikan

kepustakaan (library research7).

b. Sumber Data

Sumber data ialah tempat atau orang dimana data diperoleh8.

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan dapat diperoleh melalui

penelitian pustaka (library research). Bahan-bahan yang terkait

dengan penelitian dikumpulkan, diseleksi, dandiklasifikasikan menurut

pokok-pokok pembahasan. Sumber-sumber data tersebutterdiri atas:

7 Sutrino Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2002, hlm. 45.

Page 21: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

8

1. Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kitab

induk hadis yang menjadi sumber pengumpulan hadis mengenai

lelang, Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi (Cet,

5, Bandung: Karisma, 1997). Abu Abdullah Muhamad Idris Al-

Syafi’, Kitab Ikhtilaf Al-Hadis, (Beirut: Dar Al-Fikr,

1403H/1973M).

2. Data sekunder

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara

mengkaji literatur-literaturrelevan yang berkaitan dengan objek

penelitian. Skripsi ini akan mengolah kembali data-data sekunder

yang terdapat dalam skripsi-skripsi sebelumnya ataupun buku-

buku yang ada dengan pembahasan tentang pemikiran Ekonomi

Islam, seperti: Halal Dan Haram Dalam Islam oleh Dr. Yusuf

Qordhawi, Manajemen Pemasaran oleh Philip Kotler, Fiqih

Perlindungan Konsumen oleh Johan Arifin, Fikih Lelang oleh

DRS. H. Aiyub Ahmad, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam oleh Ir.

H.Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi empat bab

utama dan satu bab terakhir yaitu bab kesimpulan. Dalam bab pertama

Page 22: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

9

melalui latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

Kemudian dilanjutkan pada bab kedua yang di dalamnya

membahas tentang pemaknaan jual beli tersendiri dan pemaknaan jual beli

lelang dalam aspek sejarah dan bahasa, rukun dan syarat jual beli lelang,

dan macam-macam lelang.

Pada bab ketiga penulis mencoba memaparkan hadis-hadis yang

membahas lelang.Baik yang mengenai diperbolehkannya lelang dan yang

melarang akan jual beli lelang. Kemudian dilanjutkan dengan mentakhrij

hadis baik dari sanad maupun matan hadis.

Dibab keempat adalah bab dimana penulis memaparkan berbagai

aspek dari konteks lelang.Pada bab ini penulis merasa perlu menjabarkan

secara lebih terperinci menggunakan ilmu hadis tentang keshahian hadis

melalui penelitian (penilaian) sanad maupun matan hadis. Melalui ikhtilah

syafi’ penulis mencoba mencari sebuah jalan keluar menyikapi masalah

ini, yaitu bagaimana cara menyikapi hadis tentang lelang yang ada dengan

hadis yang melarang adanya lelang.

Bab kelima yang berarti bab terakhir dalampenelitian ini, berisi

kesimpulan dan saran-saran. Setelah mencoba memaparkan berbagai

pernyataan secara panjang lebar, penulis mencoba meringkas agar

pembaca lebih mudah menangkap dan memahami maksud dari apa yang

disampaikan. Serta penulis mencantumkan beberapa saran yang mudah-

Page 23: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

10

mudahan dapat berguna kelak untuk penulis maupun pembaca sekalian

dengan tanpa bermaksud menggurui.

Page 24: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

BAB II

JUAL BELI DENGAN CARA LELANGAN MENURUT

PANDANGAN ULAMA

Dengan berkembangnya teknologi, telah mendorong masyarakat untuk

mengadakan spesialisasi produksi. Dalam tingkatan ini orang tidak lagi

memproduksi untuk dirinya sendiri, melainkan mereka memproduksi untuk pasar.

Dalam hal ini muncul peranan jual beli atau perdagangan1.

A. Pengertian Jual Beli Dalam Islam

Jual beli secara bahasa berasal dari kata البـيع( ) yang artinya penjualan,

lawan kata dari lafadz الشراءyang berarti pembelian2. Begitu juga dalam kamus

Al-‘ashri3 diartikan dengan penjualan, bentuk jamaknya (plural) adalah بـيـوع .

Dalam terjemahan al-qur’an al-karim yang diterbitkan oleh Mujamma Al-

Malik Fahd, kata al-bai’ diartikan jual beli P11F

4P, begitu juga Quraish Shihab P12F

5P,

sedangkan Hamka dalam tafsirnya menterjemahkan dengan sinonim kata jual

1 A. M. Syaefuddin, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam Depag Ri,1997, Hlm. 93

2 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm. 24

3Atabik ‘Ali Dan Ahmad Zuhdi Muhdor, Kamus Kotemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, TT), Hlm. 374

4 Mujamma Al-Malik Fahd, Al-Qur’an Al-Karῑm Wa Tarjamah Ma’ᾱnῑhi Ilal Lughati Indunisiyyah, 1418 H), Hlm 69

5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), Hlm 549

11

Page 25: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

12

beli. Dalam fiqh muamalat شيئ بشيئ ) مقابـلة bermakna ) البـيع ( ) artinya ialah menukar

sesuatu dengan sesuatu yang lain P13F

6P.

Secara umum jual beli dapat didefinisikan dengan berbagai pendapat,

diantaranya; seperti yang diungkapkan oleh ulama Hanafiah, jual beli adalah

مبادلة مالبمال على وجه

“yang dapat diartikan dengan saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu”, atau

مبادلة شئ مرغوب فيه على وجه مفيدمحصوص

“yaitu tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat7”.

Unsur-unsur definisi yang dikemukakan oleh ulama hanfiah tersebut

adalah yang dimaksud dengan cara yang khusus adalah ijab dan kabul atau

biasa juga melalui saling memberikan barang dan menetapkan harga antara

penjual dan pembeli8. Selain itu harta yang diperjualbelikan itu harus

bermanfaat bagi manusia, seperti penjual bangkai dan darah tidak dibenarkan.

Dalam definisi di atas ditekankan kepada “hak milik dan kepemilikan”,

sebab ada tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa

penyewa. Kemudian dalam kaitannya dengan harta terdapat pula perbedaan

pendapat antara mazhab Hanafi dengan jumhur ulama.

6 Prof. Dr. Minhajuddin, Ma. Hikmah Dan Filsafat Fiqh Muamalah Dalam Islam, Hal. 99 7 Prof. Dr. Minhajuddin, Ma Hikmah Dan Filsafat Fikih Mu’amalah Dalam Islam, Hal.

110-115. 8 M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Hal.113

Page 26: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

13

Menurut jumhur ulama yang dimaksud harta adalah materi dan

manfaat. Oleh sebab itu, manfaat dari suatu benda dapat dimanfaatkan

(diperjualbelikan). Sedangkan ulama mazhab Hanafi berpendapat, bahwa yang

dimaksud dengan harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai. Oleh sebab itu

manfaat dan hak-hak, tidak dapat dijadikan objek jual beli.

Pada masyarakat primitif, jual beli biasanya dilakukan dengan tukar

menukar barang (harta), tidak dengan uang seperti yang berlaku dalam

masyarakat pada umumnya. Mereka umpamanya, menukar rotan (hasil hutan)

dengan pakaian, garam dan sebagainya yang menjadi keperluan pokok mereka

sehari hari9. Mereka belum menggunakan uang sebagai alat tukar namun, pada

saat ini orang yang tertinggal dipedalaman sudah mengenal uang sebagai alat

tukar yang sah.

B. Pengertian Lelang Menurut Ulama Islam

Di dalam kosa kata bahasa arab ) مزيدة ( berasal dari kata زاد -

sedangkan dalam literatur fiqh, lelang dikenal dengan istilah muzayadahيزيد

maka muzayadah berarti saling menambahi. Maksudnya, orang-orang ,(مزايدة )

saling menambahi harga atas suatu barang.

9 M. Ali Hasan .Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Hal.113

Page 27: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

14

Sedangkan dalam kamus Al-Mu’jam Al-Wasith, kata muzayadah

diartikan sebagai: التـنافس في زيادة ثمن السلعة المعروضة للبـيع artinya adalah

persaingan dalam menambah harga suatu barang yang ditawarkan untuk dijual.

Secara istilah, lelang atau muzayadah dapat didefinisikan sebagai

berikut

ها فـيأخذها ها بـعضهم على بـعض حتى تـقف على اخر زائد فيـ أن يـنادى على السلعة ويزيد الناس فيـ

“mengajak orang membeli suatu barang, dimana para calon pembelinya saling menambahi nilai tawar harga, hungga penawaran berhenti pada harga tertimggi”10.

Dan sebagaimana kita ketahui, dalam prakteknya sebuah penjualan

lelang, penjual menawarkan barang kepada beberapa calon pembeli11.

Kemudian para calon pembeli itu saling mengajukan harga yang mereka

inginkan. Sehingga terjadilah semacam saling tawar dengan satu harga12.

C. Sistematika Lelang Dalam Islam

Dalam sistematika lelang, penjual tidak diperkenankan terlebih dahulu

menyebutkan harga barang yang dilelang, karena dikhawatirkan ada yang

mendengar dari jauh dan mengira barang itu dihargai dengan nominal tersebut.

Para pembeli dikumpulkan terlebih dahulu, lalu satu persatu ditanyai

mengenai berapa harga yang selanjutnya atau siapa yang ingin membeli dengan

10Al-Kalbi. Ibn Juzayy, Al-Qawanin al-Fiqhiyyah fi Talkhis Madhhab al-Malikiyyah, Hal 413

11Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif, Jakarta: Kiswah, 2004, Hal.34

12 Suhendi, Hendi, 2002, Fiqh Muamalat, Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 86-87

Page 28: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

15

harga yang lebih tinggi. Naik dan terus naik tinggi harga sampai pada penawar

terakhir dan jatuhlah barang tersebut kepada sipenawar terakhir dengan harga

yang ia kemukakan13.

Al-lajnah ad-daimah menjelaskan “seseorang yang menambahi harga

barang yang dilelang padahal dia tidak bermaksud untuk membelinya,

tindakan tersebut adalah haram, karena mengandung unsur penipuan

terhadap pembeli lainnya. Sebab pembeli akan mengira atau meyakini bahwa

orang tersebut tidak akan berani menambah harga melainkan karena memang

barang tersebut seharga tersebut, padahal tidak demikian.

Inilah yang disebut najsy yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa salam dengan larangan haram. Sebagaimana yang disebutkan dalam

hadis yang diriwayatkan oleh ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma:

ن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم نـهى عن النجش أ

“bahwasannya Rasῡlullah Shallallahu ‘alaihi wa salam melarang najsy” (muttafaqun ‘alaihi)

Juga dirwayatkan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, pada

perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam

التـلقوا الركبان واليبع بـعضكم على بـيع بـعض والتـناجشوا حاضر لباد

“janganlah kalian mencegah khalifah dagang sebelum masuk pasar. Jangan pula sebagian kalian membeli apa yang sedang dibeli orang lain. Jangan pula kalian saling najsy. Dan orang kota tidak boleh menjualkan barang orang dusun”. (muttafaqun ‘alaihi)14.

13Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 13/120-121, Dan Syarhul Buyu’ Hal:53 14Hadis riwayat bukhari. No.2006

Page 29: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

16

Bila dilihat dari segi penawarannya, dalam lelang dikenal dengan dua

sistem, yaitu sistem penawaran dengan lisan dan sistem penawaran secara

tertulis15.

a. Lelang Dengan Cara Lisan

Sistem pelelangan dengan cara lisan ini terbagi dalam dua

katagori yaitu yang pertama pada jenjang penawaran turun dan yang

satu lagi jelas adalah jenjang penawaran naik. Dalam system

penawaran berjenjang naik, juru lelang menyuarakan sebuah harga

dengan lantang di depan para peminat/pembeli. Juri lelang membuka

harga(kotler 1976)(soeharno 2007)(punomo 2005) terendah dan

kemudian naik seiring dengan suara yang diajukan oleh para penawar.

Sedangkan dalam sisitem penawaran dengan jenjang rendah

adalah juru lelang menawarkan harga barang dengan harga tertinggi

kemudian menghitung mundur sampai pada hitungan tertentu, bila

tidak ada yang tertarik maka harga diturunkan sampai ada penawar

yang tertarik menawar barang tersebut16.

b. Lelang Dengan Cara Tertulis

Sistem lelang dengan cara ini biasanya sang juri atau instansi

yang berkaitan membagikan sebuah amplop yang berisi surat

penawaran kepada para penawar. Dalam surat tersubut para penawar

menuliskan identitas diri mereka, bertindak untuk diri sendiri atau

sebagai kuasa menuliskan berapa banyak harga yang ia tawarkan atas

15 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran (Edisi Kesebelas) Jilid 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, Hal. 752

16 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007, Hal. 42

Page 30: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

17

sebuah barang dan berapa banyak barang yang ia tawar atas sebuah

harga17.

Pada akhirnya semua amplop tersebut dikumpulkan pada suatu

tempat dan dibacakan isi dari penawaran para penawar atau pembeli.

Kemudian dewan juri atau dewan penyelenggara memanggil penawar

dengan penawaran tertinggi atau terendah sebagai peminat atau

pembeli.

Bila terjadi persamaan harga didalam penawaran maka

diadakan sebuah undian atau sebuah perundingan untuk menentukan

siapa yang berhak atas barang tersebut18.

D. Syarat-Syarat Lelang Dalam Islam

Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan secara rinci bahwa lelang

merupakan salah satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara yang berbeda

dan tetap mempunyai kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaiman

diatur dalam jual beli secara umum. Dalam lelang, rukun dan syarat-syarat

dapat diaplikasikan dalam panduan dan kriteria umum sebagai pedoman pokok

yaitu diantaranya:

a. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling

sukarela (‘an taradhin).

b. Objek lelang harus halal dan bermanfaat.

c. Kepemilikan / kuasa penuh pada barang yang dijual

17 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007, Hal. 43 18 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007. hal. 49

Page 31: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

18

d. Kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya

manipulasi

e. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual,

f. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi

menimbulkan perselisihan.

g. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk

memenangkan tawaran.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pelelangan

adalah sebagai berikut:

a. Bukti diri pemohon lelang

b. Bukti pemilikan atas barang

c. Keadaan fisik dari barang

Bukti diri dari pemohon lelang ini diperlukan untuk mengetahui bahwa

pemohon lelang tersebut benar-benar orang yang berhak untuk melakukan

pelelangan atas barang yang dimaksud. Apabila pemohon lelang tersebut

bertindak sebagai kuasa, maka harus membawa surat bukti dari pemberi

kuasa. Jika pelelangan tersebut atas permintaan hakim atau panitia urusan

piutang negara, harus ada surat penetapan dari pengadilan negeri atau panitia

urusan piutang negara.

Kemudian, bukti kepemilikan atas barang diperlukan untuk mengetahui

bahwa pemohon lelang tersebut merupakan orang yang berhak atas barang

yang dimaksud. Bukti pemilikan misalnya, tanda pembayaran, surat bukti hak

Page 32: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

19

atas tanah (sertifikat), dan lainnya. Di samping itu, keadaan fisik dari barang

yang dilelang juga perlu untuk diketahui keadaan sebenarnya.

Untuk barang bergerak, harus ditunjukkan mana barang yang akan

dilelang, sedangkan untuk barang tetap seperti tanah, harus ditunjukkan

sertifikatnya apabila tanah tersebut sudah didaftarkan atau dibukukan.

Adapun, tanah yang belum didaftarkan/dibukukan harus diketahui dimana

letak tanah tersebut dan bagaimana keadaan tanahnya, dengan disertai

keterangan dari pejabat setempat19.

E. Macam-Macam Lelang

Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan

lelang naik. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut;

a. Lelang Turun

Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya

membuka lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai

akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan tawaran tertinggi

yang disepakati penjual melalui juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa

si penjual untuk melakukan lelang dan biasanya ditandai dengan

ketukan.

b. Lelang Naik

Sedangkan penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada

mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin

19Aiyub, Ahmad.H. Fikih Lelang (Pesfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif). Jakarta: Kiswah, 110 XI Viii, 2004. Hal.79-80

Page 33: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

20

naik sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga

tertinggi, sebagaimana lelang ala Belanda (Dutch Auction) dan disebut

dengan lelang naik20.

20 Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agricultural), Surakarta: FE-UMS, 2005, Hal. 302

Page 34: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

BAB III

HADIS TENTANG LELANG DAN LARANGAN MENAWAR

BARANG YANG TELAH DI TAWAR OLEH MUSLIM LAINNYA

Hadis sebagai penjelas Al-Quran merupakan fungsi hadis yang paling

utama, namun terkadang hadis juga diperlukan dalam menetapkan suatu hukum

sendiri yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Sebagai sumber ajaran, hadis

menjangkau seluruh aspek ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah, mu`amalah

dan akhlak.

Sebagai contoh adalah hadis mengenai lelang, dalam Al-Quran tidak

dijelaskan apa itu lelang atau dalam bahasa arabnya adalah المزایدة, diperlukan

peranan hadis untuk menjelaskan hal ini. Demikian adalah sebagian kecil contoh

peranan hadis sebagai penjelas Al-quran1.

Namun, dalam beberapa hadis di anggap cacat dalam sanad. Oleh karena

itu diperlukan sebuah studi takhrij, tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui

apakah para perawi itu dapat dipercaya ataukah tidak2. Dalam kegiatan takhrij

hadis, penelusuran tentang riwayat hidup para perawi dalam rangkaian sanad

hadis dapat mendatangkan manfaat ganda.

Pertama, kegiatan ini akan memberikan informasi mengenai kitab-kitab

mana saja yang memuat hadis yang sedang ditelusuri berikut jalur-jalur sanad

yang dimilikinya. Kedua, kegiatan ini akan memberikan pengetahuan mengenai

bersambung tidaknya sanad hadis tersebut. Ketiga, melalui kegiatan ini akan

1 Badri Khaeruman, Ulum Al Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 46. 2Zuhri. Muh, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta, Tiara Wacana,

1997, hlm. 150

21

Page 35: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

22

diketahui tigkat kepercayaan, termasuk ada tidaknya cacat dalam diri para

periwayat yang terdapat dalam rangkaian sanad dari hadis tersebut.

Pada akhirnya manfaat terbesar yang didapat dari kegiatan takhrij hadis ini

adalah diperolehnya pengetahuan tentang kualitas sebuah hadis. Ini disebut

manfaat terbesar karena dari sinilah umat Islam dapat mengetahui apakah hadis

yang ditelusuri tersebut dapat diterima sebagai dalil (maqbul) ataukah tidak

(mardud).

Sekilas mengenai apa itu Takhrij al-Hadist secara bahasa kata takhrij

adalah bentuk mashdar dari kata تخريجا- يخرج - خرج , yang berarti mengeluarkan3.

Kata tersebut juga dapat diartikan dengan makna " االستنباط" , (mengeluarkan)4,

atau , "التدريب " (meneliti), dan " التـوجيه" , (menerangkan)P32 F

5P. Secara terminologi,

takhrij menurut ahli hadis adalah bagaimana seseorang menyebutkan hadis

dengan sanadnya sendiri dalam kitab yang dikarangnyaP33 F

6P. Misalnya, Imam Bukhari

mengeluarkan hadis berikut sanad-sanadnya dari kitab yang dikarangnya. Dalam

konteks ini tokoh hadis tersebut bertindak sebagai mukharrij.

Adapun metode – metode yang digunakan untuk meneliti kualitas hadis,

Pertama adalahTakhrij melalui Lafadh Pertama dari Matan Hadis, kedua adalah

Takhrij melalui Salah Satu Lafadh yang Terdapat dalam Matan Hadis, ketiga

3 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir al-Qur’an, 1973, hlm. 115.

4 A. J. Wensink, Qamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-I`lam, Beirut, Maktabah al-Syarqiyah, 1986, hlm. 172.

5 Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa al-Dirasah al-Asanid, Penerjemah: Ridwan Nasir, Surabaya, Bina Ilmu 1995, hlm. 2

6 Abdul Qadir ibn Abdul Hadi, Thuruq al-Takhrij al-Hadits Rasulullah, Penerjemah: Said Aqil Husain al Munawwar, Semarang, Dina Utama, 1994, hlm. 2

Page 36: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

23

adalah Takhrij Hadis melalui Periwayat Pertama, keempat adalah Takhrij melalui

Tema Hadis dan kelima adalah Takhrij Berdasarkan Status Hadis7.

Para pentakhrij hadis pada umumnya melakukan kegiatan takhrij dengan

menggunakan metode ini, karena cukup mudah untuk dilakukan. Salah satu kitab

terbaik yang dapat dipakai sebagai pedoman atau panduan dalam melakukan

takhrij hadis dengan menggunakan metode ini adalah al- Mu`jam al-Mufahras li

Alfadh al-Hadits Nabawi. Kitab ini ditulis oleh A. J. Wensink, seorang orientalis

yang sekaligus guru besar Bahasa Arab di Universitas Leiden.

Kitab ini menghimpun potongan-potongan hadis yang terdapat di sembilan

kitab hadis induk, yaitu: Shahih al- Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,

Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-

Muwaththa` Malik bin Anas, dan dan Musnad Ahmad bin Hanbal8.

A. Hadis Nabi Yang Membahas Tentang Lelang

1. Teks Hadis Dan Maknanya

حدثـنا عبد اهللا ين مسلمه أخبـرنا عيسى بن يـونس عن ألخضر بن عجالن عن أبـويكر الخنفي

أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يسأله فـقال لك في عن أنس بن مالك

بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب فيه الماء قال ائتني بهما

قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده ثم قال من يشتري هذين فـقال

رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل أنا آخذهما بدرهمين

رهمين فأعطاهما األنصاري فأعطاهما إياه وأخذ الد

7 Muhamad Abu Zahu, al-hadits wa al-Muhadditsun, Mesir, Dar al- Fikr al-`Araby, tth., hlm. 448; Lihat pula: Mahmud al-Thahhan, Ushul al- Takhrij, Op. Cit., hlm. 41

8Bahrudin.Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadits Ahad.Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni 2009 hlm. 453

Page 37: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

24

“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah9, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus10 dari Al Akhdhar bin 'Ajlan11 dari Abu Bakr Al Hanafi12dari Annas berkata: Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “Siapa yang mau beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?” Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut.”

Dari teks hadis di atas dapat diambil empat kata sebagai berikut

pertama يشترىاشتـرى - kedua keempatزاد –يزيد ketigaأعط - يـعطي - أخذ

Melalui kelima kata di atas akan dimulai pencarian hadis mengenai.يأخذ

lelang dalam sembilan kitab induk hadis.

9 Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim mengatakan: tsiqah hujjah - bisa dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah.(Taqribut Tahdzib, Hal. 547, No. 3620)

10 Imam Abu Zur’ah mengatakan: “Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At Ta’dil wat Tajrih, 3/1146).Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah. (Ma’rifah Atsiqaat, 2/200)

11 Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’in- Riwayah Ad Dauri, 4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32)

12Abu Bakr Al Hanafi Nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.”(Al Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)

Page 38: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

25

2. Takhrij Hadis

Dengan merujuk pada kitab kamus al-Mu’jam al-Mufahras li

Alfaz al-Hadist al-Nabawi karya A. J. Wensinck. Kata pertama yang

digunakan untuk mencari hadis-hadis mengenai lelang adalah يشترى fi’il

mudhari’ yang berasal dari kata اشتـرى -يشترى yang berarti membeli13:

Dalam melakukan kegitan takhrij hadist, saya menggunakan

metode bi al-lafazh {metode melalui lafal}.dari matan hadist yang dapat,

bila di tempuh dengan metode takhrij hadist bi al-lafazh penggalan kata

yang saya dapat adalah : Adapun data yang . - اشتـرى-فأعطاه - يأخذيزيد

saya dapat pada kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadist al-

Nabawi melalui penelusuran kataاشترى adalah sebagai berikut:

Dari keseluruhan kata yang dicari terdapat 4 hadis yang berkaitan

langsung dengan tema pelelangan di antaranya adalah diriwayatkan

dalam kitab hadis Imam Ahmad (Musnad, III/100 & 114), Abu Dawud,

no. 1398; an-Nasa`i, VII/259, at-Tirmidzi, hadits no. 1218)14.

لبخارى : في الباب "ال بيع على بـيع أخيه و اليسوم على سوم أخيه حتى يأذن " ا

١٩٩٥.١٩٩٦

رك " مسلم : ٢٥٣٠في الباب "تحريم الخطبة على خطبة أخيه حتى يأذنأويـتـ

13 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm.42

14Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23; Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, hal. 111

Page 39: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

26

١٢١٣في الباب "ماجاء في النـهي عن البـيع على بـيع أخيه " الترميذى :

١٧٨٢في الباب "في كراهية أن يخطب الرجل على خطبة أخيه " أبـوداود :

٣١٨٧في الباب "النـهى أن يخطب الرجل على خطبة أخيه " النسائ :

٢١٦٢في الباب "أل بـيع الرجل على بـيع أخيه وال يسوم على سومه " ابن ماجه :

Adapun teks hadis dari masing-masing periwayatnya adalah

sebagai berikut:

Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Ahmad bin Hanbal;

ثني أبو بكر الحنفي عن أنس بن مالك ثـنا يحيى بن سعيد عن األخضر بن عجالن حد حد

أن رجال من األنصار أتى النبي صلى الله عليه وسلم فشكا إليه الحاجة فـقال له النبي

صلى الله عليه وسلم ما عندك شيء فأتاه بحلس وقدح وقال النبي صلى الله عليه وسلم

من يشتري هذا فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم فسكت القوم

فـقال من يزيد على درهم فـقال رجل أنا آخذهما بدرهمين قال هما لك ثم قال إن

ألحد ثالث ذي دم موجع أو غرم مفظع أو فـقر مدقع المسألة ال تحل إال

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Al Akhdhar bin 'Ajlan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik; bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengeluhkan kebutuhan hidupnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya kepadanya: "Apakah engkau tidak mempunyai sesuatupun?" beliau lalu membawa alas pelana kuda dan sebuah gelas, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Siapa yang ingin membeli ini?" seorang laki-laki berkata; "Aku berani membeli keduanya dengan satu dirham, " beliau bersabda: "Siapa yang ingin menambah?" orang-orang semuanya terdiam, beliau bersabda lagi: "Siapa yang ingin menambah?" seorang laki-laki berkata; "Aku akan membeli keduanya dengan dua dirham, " lalu beliau bersabda kepada laki-

Page 40: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

27

laki yang meminta sedekah tersebut: "Kedua dirham itu untukmu." Setelah itu beliau bersabda: "Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali tiga golongan; orang yang mendapat tanggungan membayar tebusan pembunuhan (dan ia tidak mempunyai kemampuan), orang yang terlilit hutang dan orang yang teramat fakir15."

Susunan Hadis yang mukharrijnya adalah Imam Abu Daud : ثـنا عبد الله بن مسلمة أخبـرنا عيسى بن يونس عن األخضر بن عجالن حد

عن أبي بكر الحنفي عن أنس بن مالك أن رجال من األنصار أتى النبي صلى الله عليه

وسلم يسأله فـقال أما في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه

وقـعب نشرب فيه من الماء قال ائتني بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى

الله عليه وسلم بيده وقال من يشتري هذين قال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد

على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل أنا آخذهما بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ

رهمين وأعطاهما األنصاري وقال اشتر بأحدهما طعاما فانبذه إلى أهلك واشتر الد

باآلخر قدوما فأتني به فأتاه به فشد فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم عودا بيده ثم

قال له اذهب فاحتطب وبع وال أريـنك خمسة عشر يـوما فذهب الرجل يحتطب ويبيع

فجاء وقد أصاب عشرة دراهم فاشتـرى ببـعضها ثـوبا وببـعضها طعاما فـقال رسول الله

ر لك من أن تجيء المسألة نكتة في وجهك يـوم القيامة صلى الله عليه وسلم هذا خيـ

إن المسألة ال تصلح إال لثالثة لذي فـقر مدقع أو لذي غرم مفظع أو لذي دم موج

“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus dari Al Akhdhar bin 'Ajlan dari Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik bahwa seorang laki-laki dari kalangan Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada beliau, kemudian beliau bertanya: "Apakah di rumahmu terdapat sesuatu?" Ia berkata; ya, alas pelana yang Kami pakai sebagiannya dan Kami hamparkan sebagiannya, serta gelas besar yang gunakan untuk minum air. Beliau berkata: "Bawalah keduanya kepadaku." Anas berkata; kemudian ia membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mengambilnya dengan tangan beliau dan berkata;

15Hadis syarh Imam Ahmad. Bab. Musnad Imam Ahmad, Maktab Al-lami III/100 & 114, no. 11691

Page 41: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

28

"Siapakah yang mau membeli kedua barang ini?" seorang laki-laki berkata; saya membelinya dengan satu dirham. Beliau berkata: "Siapa yang menambah lebih dari satu dirham?" Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Seorang laki-laki berkata; saya membelinya dengan dua dirham. Kemudian beliau memberikannya kepada orang tersebut, dan mengambil uang dua dirham. Beliau memberikan uang tersebut kepada orang anshar tersebut dan berkata: "Belilah makanan dengan satu dirham kemudian berikan kepada keluargamu, dan belilah kapak kemudian bawalah kepadaku." Kemudian orang tersebut membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mengikatkan kayu pada kapak tersebut dengan tangannya kemudian berkata kepadanya: "Pergilah kemudian carilah kayu dan juAllah. Jangan sampai aku melihatmu selama lima belas hari." Kemudian orang tersebut pergi dan mencari kayu serta menjualnya, lalu datang dan ia telah memperoleh uang sepuluh dirham. Kemudian ia membeli pakaian dengan sebagiannya dan makanan dengan sebagiannya. Kemudian Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Ini lebih baik bagimu daripada sikap meminta-minta datang sebagai noktah di wajahmu pada Hari Kiamat. Sesungguhnya sikap meminta-minta tidak layak kecuali untuk tiga orang, yaitu untuk orang fakir dan miskin, atau orang yang memiliki hutang sangat berat, atau orang yang menanggung diyah (sementara ia tidak mampu membayarnya16)."

Susunan Hadis yang mukharrijnya adalah Imam Tirmidzi :

ثـنا األخضر بن ثـنا حميد بن مسعدة أخبـرنا عبـيد الله بن شميط بن عجالن حد حد

عجالن عن عبد الله الحنفيعن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم باع

حلسا وقدحا وقال من يشتري هذا الحلس والقدح فـقال رجل أخذتـهما بدرهم فـقال

النبي صلى الله عليه وسلم من يزيد على درهم من يزيد على درهم فأعطاه رجل درهمين

فـباعهما منه قال أبو عيسى هذا حديث حسن ال نـعرفه إال من حديث األخضر بن

عجالن وعبد الله الحنفي الذي روى عن أنس هو أبو بكر الحنفي والعمل على هذا

عند بـعض أهل العلم لم يـروا بأسا ببـيع من يزيد في الغنائم والمواريث وقد روى هذا

ر واحد من كبار الناس عن األخضر بن عجالن الحديث المعتمر بن سليمانـوغيـ

16Syarh Imam Abu Daud, Dar Kitab al-Ilmiyah Jilid, VI, no. 1398 hal: 269

Page 42: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

29

“Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Ma'adah telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Syumaith bin 'Ajlan telah menceritakan kepada kami Al Akhdhar bin 'Ajlan dari Abdullah bin Al Hanafi dari Anas bin Abdul Malik bin Amru bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menjual alas pelana dan gelas, lalu beliau menawarkan: "Siapa yang akan membeli alas pelana dan gelas ini?" Seseorang berkata; Saya akan membelinya seharga satu dirham, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menawarkan lagi: "Siapa yang mau membelinya lebih dari satu dirham?" Lalu seorang laki-laki memberinya dua dirham, beliau pun menjual kepadanya. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Al Akhdhar bin 'Ajlan dan Abdullah Al Hanafi yang meriwayatkan dari Anas, ia adalah Abu Bakr Al Hanafi. Hadits ini menjadi pedoman amal menurut sebagian ulama, mereka berpendapat bolehnya menjual harta rampasan perang dan warisan kepada orang yang membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dan hadits ini telah diriwayatkan oleh Al Mu'tamir bin Sulaiman dan banyak dari kalangan ulama besar kaum muslimin dari Al Akhdhar bin 'Ajlan17.

Berikut merupakan hadis yang ditakhrijkan oleh imam An nasai’:

ثـنا أبو بكر ثـنا األخضر بن عجالن حد ثـنا عيسى بن يونس حد ثـنا هشام بن عمار حد حد

الحنفي عن أنس بن مالك أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم

يسأله فـقال لك في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب

فيه الماء قال ائتني بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده

ثم قال من يشتري هذين فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو

رهمين فأعطاهما األنصاري ثالثا قال رجل أنا آخذهما بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ الد

وقال اشتر بأحدهما طعاما فانبذه إلى أهلك واشتر باآلخر قدوما فأتني به فـفعل فأخذه

رسول الله صلى الله عليه وسلم فشد فيه عودا بيده وقال اذهب فاحتطب وال أراك

خمسة عشر يـوما فجعل يحتطب ويبيع فجاء وقد أصاب عشرة دراهم فـقال اشتر

ر لك من أن تجيء والمسألة نكتة في وجهك ببـعضها طعاما وببـعضها ثـوبا ثم قال هذا خيـ

يـوم القيامة إن المسألة ال تصلح إال لذي فـقر مدقع أو لذي غرم مفظع

17 Syarh Imam Tirmidzi, Dar Fikri,bab jual beli. Jilid IV, hal 356

Page 43: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

30

“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Al Akhdlar bin Ajlan berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik berkata, "Seorang lelaki Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta kepada Beliau. Maka beliau pun bertanya kepadanya: "Apakah di rumahmu ada sesuatu?" Ia menjawab, "Ya. Sebuah alas pelana yang sebagian kami pakai dan sebagian lagi kami bentangkan, serta sebuah gelas yang kami gunakan untuk minum air." Beliau bersabda: "Berikanlah keduanya itu untukku." Anas berkata, "Orang itu lantas membawa keduanya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambilnya dengan tangannya, kemudian bersabda: "Siapa yang mau membeli dua barang ini?" Seorang laki-laki berkata, "Saya mau membelinya dengan satu dirham! " Beliau bertanya lagi: "Siapa yang mau menambahnya?" Beliau ulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu seorang laki-laki berkata, "Saya akan membelinya dengan dua dirham." Lalu Beliau memberikan barang tersebut kepadanya, kemudian meminta uang pembayarannya seraya memberikannya kepada sahabat Anshar tadi. Beliau kemudian bersabda: "Belilah makanan dengan satu dirham untuk keluargamu, dan sisanya belikanlah sebuah kapak. Setelah itu bawalah kapak itu kepadaku." Laki-laki itu pun melakukannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mengambil kapak dan memasang kayu sebagai gagangnya. Beliau lalu bersabda: "Pergi dan carilah kayu bakar, dan selama lima belas hari ini aku tidak ingin melihatmu." Setelah itu, laki-laki tersebut pergi mencari kayu bakar dan menjualnya. Kemudian ia datang menemui Nabi setelah menghasilkan sepuluh dirham, beliau lalu bersabda: "Belilah makanan dengan separuh uangmu dan belilah pakaian dengan separuh yang lain." Kemudian beliau bersabda: "Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang dan meminta-minta. Pada hari kiamat kelak meminta-minta akan menjadi titik hitam di wajahmu, maka tidak boleh meminta-minta kecuali bagi orang yang sangat fakir, atau orang yang terlilit hutang, atau darah yang menyakitkan (untuk membayar denda karena membunuh orang)18."

18Syarh Imam Ibnu Majah, Dar Kotob al-Ilmiyah, Jilid II, hal. 1315

Page 44: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

31

Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Bukhari;

ثـنا بشر بن محمد أخبـرنا عبد الله أخبـرنا الحسين المكتب عن عطاء بن أبي رباح حد

هماأن رجال أعتق غالما له عن دبر فاحتاج فأخذه عن جابر بن عبد الله رضي الله عنـ

النبي صلى الله عليهوسلم فـقال من يشتريه مني فاشتـراه نـعيم بن عبد الله بكذا وكذا

فدفـعه إليه

Telah menceritakan kepada kami Bisyir bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Al Husain Al Muktib dari 'Atho' bin Abu Ribah dari Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki membebaskan seorang budak dengan syarat asalkan dirnya telah meninggal (mudabbar),. Maka budak tersebut diambil oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu Beliau berkata: "Siapa yang mau membeli dariku". Maka budak itu kemudian dibeli oleh Nu'aim bin 'Abdullah seharga segini segini lalu Beliau memberikan uang itu kepada orang laki-laki tadi19".

Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Muslim:

ثـنا محمد بن رمح أخبـرنا الليث عن أبي الزبـير عن ثـنا ليث ح و حد ثـنا قـتـيبة بن سعيد حد حد

جابر قاألعتق رجل من بني عذرة عبدا له عن دبر فـبـلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم

ره فـقال الفـقال من يشتريه مني فاشتـراه نـعيم بن عبد الله العدوي بثمان فـقال ألك مال غيـ

مائة درهم فجاء بها رسول الله صلى الله عليه وسلمفدفـعها إليه ثم قال ابدأ بنـفسك فـتصدق

ها فإن فضل شيء فألهلك فإن فضل عن أهلك شيء فلذي قـرابتكفإن فضل عن ذي عليـ

ثني يـعقوب بن قـرابتك شيء فـهكذا وهكذا يـقول فـبـين يديك وعن يمينك وعن شمالكو حد

ثـنا إسمعيل يـعني ابن علية عن أيوب عن أبي الزبـير عن جابر أن رجال إبـراهيم الدورقي حد

مناألنصار يـقال له أبو مذكور أعتق غالما له عن دبر يـقال له يـعقوب وساق الحديث بمعنى

حديث الليث Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah

menceritakan kepada kami Al Laits -dalam jalur lain- Dan Telah

19Syarh ImamBukhari, Dar Kotob al-Ilmiyah, Jilid II, bab jual beli. No: 1997

Page 45: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

32

menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami Laits dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata; Seorang laki-laki dari Bani Udzrah memerdekakan hamba sahayanya dengan tebusan. Berita itu sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bertanya kepada pemilik budak itu: "Masih adakah hartamu selain budak itu?" orang itu menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Siapakah yang mau membeli budak itu daripadaku?" Akhirnya budak itu pun dibeli oleh Nu'aim bin Abdullah Al Adawi, dengan harga delapan ratus dirham yang diserahkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau meneruskannya kepada pemilik hamba sahaya itu. Kemudian beiau bersabda kepadanya: "Manfaatkanlah uang ini untuk dirimu sendiri, bila ada sisanya maka untuk keluargamu, jika masih tersisa, maka untuk kerabatmu, dan jika masih tersisa, maka untuk orang-orang disekitarmu." Dan telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim Ad Dauraqi Telah menceritakan kepada kami Isma`il yakni Ibnu Ulayyah, dari Ayyub dari Abu Zubair dari Jabir bahwa seorang laki-laki dari Anshar yang biasa dipanggil Abu Madzkur, memerdekakan hamba sahaya miliknya yang namanya Ya'qub dengan tebusan. Ia pun menuturkan hadits yang semakna dengan haditsnya Laits20.

B. Hadis Nabi Tentang Larangan Menawar Barang Yang Telah Ditawar

Muslim Lainnya

a) Teks Hadis

Seperti pada pencarian hadis pertama mengenai jual beli

pelelangan dengan menggunakan metode yang berdasarkan pada

penggalan kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa

kata benda ataupun kata kerja dalam bahasa arab dikenal dengan

metodeTakhrij al-Hadist bi al-Lafz. Adapun teks hadis yang akan

dicari adalah

20Syarh ImamMuslim, Dar Kitab al-Ilmiyahbab jual beli, no. 1663. hal: 269

Page 46: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

33

ثـنا عبـيد الله بن أبي جعفر عن زيد بن أسلم قالسمعت ثـنا ابن لهيعة حد ثـنا حسن حد حد

رجال سأل عبد الله بن عمر عن بـيع المزايدة فـقال ابن عمر نـهى رسول الله صلى الله عليه

وسلم أن يبيع أحدكم على بـيع أخيه إال الغنائم والمواريث Berkata kepada kami Hasan, berkata kepada kami Ibnu

Luhai’ah, berkata kepada kami Ubaidillah bin Abi Ja’far, dari Zaid bin Aslam, dia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang membeli dengan cara lelang. Dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kalian membeli barang belian saudaranya kecuali pada harta rampasan perang dan warisan21.”

b) Takhrij hadis

Dengan merujuk pada kitab kamus al-Mu’jam al-Mufahras li

Alfaz al-Hadist al-Nabawi karya A. J. Wensinck. Kata pertama yang

digunakan untuk mencari hadis-hadis mengenai lelang adalah kata باع

: yang berarti menjual22- یبیع

Dalam melakukan kegitan takhrij hadist, saya menggunakan

metode bi al-lafazh {metode melalui lafal}.dari matan hadist yang

dapat, bila di tempuh dengan metode takhrij hadist bi al-lafazh

penggalan kata yang saya dapat adalah :

زاد أصله المزايدة \باع أصله بـيع \ سمع أصله سمعت

. Adapun data yang saya dapat pada kitab mu’jamal-Mu’jam al-

Mufahras li Alfaz al-Hadist al-Nabawi melalui penelusuran

kataزادterdapat 6 hadis yang berkaitan langsung dengan tema

21Hadis syarh Imam Ahmad.Maktab Al-lami III/100 & 114, no. 5398 22 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka

Progressif, 1997), Hlm.56

Page 47: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

34

pelelangan di antaranya adalah diriwayatkan dalam kitab hadis Imam

Bukharidan at-Tirmidzi. ١٩٩٧لبخارى : في الباب "البـيع " ا

١٦٦٣في الباب "البـيع " مسلم :

١١٣٩في الباب "ما جاء في بـيع من يزيد " الترميذى :

١٣٩٨في الباب " ما تجوز المسألة " أبـوداود :

١١٦٩١في الباب "مسند أنسى بن مالك " أحمد :

٢١٨٩في الباب "بـيع المزيدة " ابـنماجه :

Adapun teks hadisdari masing-masing periwayat adalah sebagai

berikut:

Susunan hadis dengan mukharrij Imam Bukhari :

هما ثني مالك عن نافع عن عبد الله بن عمر رضي الله عنـ ثـنا إسماعيل قال حد حد

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع أخيه Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah

menceritakan kepada saya Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya23".

Susunan hadis dengan mukharij Imam Muslim:

ثـنا ابن رمح أخبـرنا الليث عن نافع عن ابن ثـنا ليث ح و حد ثـنا قـتـيبة بن سعيد حد حد

23Hadis syarh imam Bukhari. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 1995

Page 48: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

35

عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ال يبع بـعضكم على بـيع بـعض وال يخطب

بـعضكم على خطبة بـعض

Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Al Laits. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Rumh telah mengabarkan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah ditawar, dan janganlah sebagian kalian meminang wanita yang telah dipinang."

Susunan hadis dengan mukharij Imam Abu Daud:

ثـنا عبد الله بن نمير عن عبـيد الله عن نافع عن ابن عمر قال ثـنا الحسن بن علي حد حد

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ال يخطب أحدكم على خطبة أخيهوال يبع على بـيع

أخيه إال بإذنه

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari 'Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang diantara kalian meminang pinangan saudaranya, dan janganlah ia menjual sesuatu yang sedang dalam penawaran saudaranya kecuali dengan seizinnya24."

Susunan hadis dengan mukharrij Imam At-Tirmidzi:

ثـنا الليث عن نافع عن ابن عمرعن النبي صلى الله عليه وسلمقال ال ثـنا قـتـيبة حد حد

يبع بـعضكم على بـيع بـعض وال يخطب بـعضكم على خطبة بـعض قال وفي الباب

عن أبي هريـرة وسمرة قال أبو عيسى حديث ابن عمر حديث حسن صحيح وقد روي

عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال ال يسوم الرجل على سوم أخيه ومعنى البـيع

في هذا

24Hadis syarh imam Muslim. Kitab jual beli, bab. Diharamkan mengkhitbah di atas khitbah sodaranya no. 2530

Page 49: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

36

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian menjual barang yang sedang ditawar oleh sebagian dari kalian, dan janganlah sebagian dari kalian meminang wanita yang ada dalam pinangan sebagian dari kalian." Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Samurah. Abu Isa berkata; Hadits Ibnu Umar adalah hadits hasan shahih dan telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Seseorang tidak boleh menawar barang yang sedang ditawar saudaranya." Dan menurut para ulama, makna menjual dalam hadits ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah menawar25.

Susunan hadis dengan mukharij An-Nasai’:

ثـنا سفيان عن الزهري أخبـرنا محمد بن منصور وسعيد بن عبد الرحمن قاال حد

عن سعيد عن أبي هريـرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال محمد عن النبي

صلى الله عليه وسلم ال تـناجشوا وال يبع حاضر لباد وال يبع الرجل على بـيع أخيه وال

يخطب على خطبة أخيه وال تسأل المرأة طالق أختها لتكتفئ ما في إنائها

Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Manshur dan Sa'id bin Abdur Rahman mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Sa'id dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dan (dari redaksi Muhammad, ia berkata) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Janganlah saling menawar agar orang lain memberikan penawaran, janganlah orang kota menjualkan untuk orang desa, janganlah seseorang menjual diatas jual beli saudaranya, dan janganlah meminang diatas pinangan saudaranya. Dan janganlah seorang wanita meminta cerai saudaranya agar ia dapat menguasai bagian saudaranya tersebut26."

Susunan hadis dengan mukharij Imam Ibnu Majah:

ثـنا مالك بن أنس عن نافع عن ابن عمر ثـنا سويد بن سعيد حد حد

25 Sunan at-tirmidzi kitab jual beli bab larangan membeli yang telah dibeli saudaranya no. hadis 1213

26Hadis syarh sunan An-Nasai’. Kitab nikah, bab. Larang mengkhitbah si atas khitbah orang lain no. 3187

Page 50: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

37

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع بـعض Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah

menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya27." Susunan hadis dengan mukharijnyaImam ibnu majah ثـنا مالك بن أنس عن نافع عن ابن عمر أن رسول الله صلى الله ثـنا سويد بن سعيد حد حد

عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع بـعض

Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya28."

C. Penjelasan Hadis Dari Skema Sanad

Merujuk kepada sebuah kitab takhrij hadis Tahzib At- Tahzib karangan

Syihab ad-Din Abi al Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani29, penulis

mencoba meneliti drajat dari perawi masing-masing hadis tersebut.

Periwat-periwayat dalam hadis pertama (lelang) yang diriwayatkan oleh

Imam Abu Daud (dalam bab jual beli, no. 1398), Imam Tirmidzi ( dalam bab

jual beli, no. 1139), Imam Ibnu Madjah (dalam bab jual beli ziadah, no.

2189), Imam Ahmad (dalam musnad ‘Anas bin Malik, no.11691)30.

Periwayat-periwayat dalam hadis kedua (larangan membeli di atas

belian muslim lainnya) yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dalam bab

27Hadis syarh sunan ibnu majah. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 2162

28Hadis syarh sunan ibnu majah. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 2163

29Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H

30Terlampir pada halaman terakhir skripsi.

Page 51: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

38

janganlah membeli di atas belian sodaramu, no. 1995 dan 1996), Imam

Muslim (dalam bab diharamkan mengkhitbah di atas khitbah orang lin,

no.2530), Imam Tirmdzi (dalam bab telah datang larang untuk membeli di

atas belian orang lain, no. 1213), Imam Abu Daud (dalam bab khitbah, no.

1782), Imam An-Nasa’I (dalam bab larangan menkhitbah di atas khitbah laki

laki lain, no. 3187), Imam Ibnu Madjah (dalam bab jual beli, no. 2162 dan

2163)31.

31Terlampir pada halaman terakhir skripsi.

Page 52: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

BAB IV

PENJELASAN MENGENAI PERBEDAAN HADIS NABI

(IKHTILAF HADIS IMAM SYAFI’)

Sepintas bila didengar, lelang memang bukanlah hal baru dan aneh diranah

perdangangan era modern saat ini. Sebuah praktik jual beli dengan cara publik ini

mengikutsertakan banyak pihak, mulai dari pemilik barang, peserta lelang, panitia

lelang, juri lelang, dan pembawa acara lelang1.

Dalam identifikasi maslaah telah dijelaskan begitu banyak problematika

dalam hal lelang ini, mulai dari sudut pandang hukum, kajian-kajian kitab fiqh

sampai pada ranah kebenaran adnaya dalil akan lelang ini.

Dalam kesempatan ini penulis mencoba mengambil sebuah masalah yang

akan dibahas dalam redaksi di bawah. Sebelum penjelasan lebih jauh, penulis

ingin menjelaskan sedikit mengenai biografi salah seorang pesohor agama yang

akan menjadi penengah dalam masalah perbedaan hadis antara hadis mengenai

tawar menawar (lelang) dengan hadis yang melarang adanya tawar menawar.

Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi'

bin As-Saaib bin 'Ubaid bin 'Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthollib bin 'Abdi

Manaaf, sehingga nasab beliau bermuara kepada Abdu Manaaf kakek buyut Nabi

shallallahu 'alaihi wa sallam2.

Al-Muthollib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul Muthholib kakek

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.Dan kepada Syafi' bin As-Saaib penisbatan Al-

1 Vendue Reglement (V.R.): Peraturan Lelang Stb. 1908 No.189 Jo Peraturan Menteri Keuangan No. 40/PMK.07/2006

2Siyar A'laam An-Nubalaa, jilid10. Hal: 5-6 dan Tobaqoot Asy-Syaafi'iyah Al-Kubro jilid 2. Hal: 71-72

39

Page 53: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

40

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah.Meskipun nenek moyang beliau suku Quraisy di

Mekah akan tetapi beliau tidak lahir di Mekah, karena ayah beliau Idris merantau

di Palestina. Sehingga beliau dilahirkan di Ghozza (Palestina) dan ada yang

mengatakan bahwa beliau lahir di 'Asqolan pada tahun 150 Hijriah, tahun dimana

wafatnya Al-Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsaabit Al-Kuufi rahimahullah,

bahkan ada pendapat yang menyatakan di hari wafatnya Al-Imam Abu Hanifah3.

Ayah beliau Idris meninggal dalam keadaan masih muda, hingga akhirnya

Imam Asy-Syafi'i dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yatim. Karena khawatir

terhadap anaknya maka sang ibu membawa beliau yang masih berumur 2 tahun-

ke kampung halaman aslinya yaitu Mekah, sehingga beliau tumbuh berkembang

di Mekah dalam kondisi yatim. Beliau menghafal Al-Qur'an tatkala berusia 7

tahun, dan menghafal kitab Al-Muwattho' karya Imam Malik tatkala umur beliau

10 tahun.Ini menunjukkan betapa cerdasnya Al-Imam Asy-Syafi'i.

Beliaupun belajar dari para ulama Mekah, diantaranya Muslim bin Kholid

Az-Zanji Al-Makky yang telah memberi ijazah kepada Al-Imam Asy-Syafi'i

untuk boleh berfatwa padahal umur beliau masih 15 tahun. Lalu setelah itu beliau

bersafar ke Madinah dan berguru bertahun-tahun kepada Al-Imam Malik bin Anas

rahimahullah.

Pada tahun 195 H beliau pergi ke Baghdad, dan beliau mengajar di sana

sehingga banyak ulama yang berputar haluan dari madzhab ahli ro'yu menuju

madzhab Syafi'i. di Baghdad beliau banyak menulis buku-buku lama beliau,

setelah itu beliaupun kembali ke Mekah. Pada tahun 198 beliau kembali lagi ke

3Al-Bahr Al-Muhiith fi Ushuul Al-Fiqh li Az-Zarkasyi jilid: 2, hal: 15-16

Page 54: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

41

Baghdad dan menetap di sana selama sebulan lalu beliau pergi ke Mesir dan

menetap di sana meneruskan dakwah beliau hingga akhirnya beliau sakit bawasir

yang menyebabkan beliau meninggal dunia pada tahu 204 Hijriyah, rahimahullah

rahmatan waasi'ah.

A. Ikhtilaf Hadis Mengenai Jual Beli Lelang

Sepintas mengutkan ingatak kita, penulis akan menerangkan sedikit

tentang apa itu ikhtilaf hadis. Ikhtilaf adalah perbedaan metodologi para

ulama dalam mengistinbatkan hukum Islam (pengambilan hukum) dari teks-

teks Al-Qur’an dan Al-Hadits Rasulullah s.a.w. Ikhtilaf tidak selalu identik

dengan perselisihan.Ikhtilah adalah perbedaan yang didasarkan pada Nash Al-

Qur’an dan Al-Hadits dalam rangka mencari kebenaran4.Sedangkan

perselisihan tidak semuanya didasarkan pada Nash Al-Qur’an dan Al-Hadits,

dan tidak semuanya dalam rangka mencapai kebenaran. Sangat banyak

perselisihan dalam Islam tanpa didasarkan pada nash, tetapi pada hawa nafsu

dan kecendrungan dan keinginan masing-masing5.

Ikhtilaf (perbedaan) bisa dibedakan menjadi dua.

Pertama, ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang

termasuk kategori tafarruq (perpecahan) dan oleh karenanya ia tertolak dan

tidak ditolerir. Dan ini mencakup serta meliputi semua jenis perbedaan dan

perselisihan yang terjadi antar ummat manusia, tanpa membedakan tingkatan,

topik masalah, faktor penyebab, unsur pelaku, dan lain-lain.Yang jelas jika

suatu perselisihan telah memasuki wilayah hati, sehingga memunculkan rasa

4Ahmad Umar Hasyim, Qawa’ id Ushul al-Hadits (Beirut: Alimul Kutub, 1997), hal: 203. 5M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya

(Jakarta:Gema Insani Press, 1995), hal: 110.

Page 55: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

42

kebencian, permusuhan, sikap wala’-bara’, dan semacamnya, maka berarti

itu termasuk tafarruq (perpecahan) yang tertolak dan tidak ditolerir.

Kedua, ikhtilaful ‘uqul wal afkar (perbedaan dan perselisihan dalam

hal pemikiran dan pemahaman), yang masih bisa dibagi lagi menjadi dua:

Pertama Ikhtilaf dalam masalah-masalah ushul (prinsip). Ini jelas termasuk

kategori tafarruq atauiftiraq(perpecahan) dan oleh karenanya ia tertolak dan

tidak ditolerir. Maka pembahasannya tidak termasuk dalam materi fiqhul

ikhtilaf, melainkan dalam materi aqidah, yang biasa saya sebut dan istilahkan

dengan fiqhul iftiraq (fiqih perpecahan)6.

Dan perselisihan jenis inilah yang melahirkan kelompok-kelompok

sempalan dan menyimpang di dalam Islam yang biasa dikenal dengan

sebutan firaq daallah (firqah-firqah sesat) danahlul bida’ wal ahwaa’ (ahli

bid’ah aqidah dan mengikut hawa nafsu), seperti Khawarij, Rawafidh

(Syi’ah), Qadariyah (Mu’tazilah dan Jabriyah), Jahmiyah, Murji-ah, dan lain-

lain.

Kedua Ikhtilaf dalam masalah-masalah furu’ (cabang, non

prinsip).Inilah perbedaan dan perselisihan yang secara umum termasuk

kategori ikhtilafut tanawwu’ (perbedaan keragaman) yang diterima dan

ditolerir, selama tidak berubah menjadi perbedaan dan perselisihan

hati.Dan ikhtilaf jenis inilah yang menjadi bahasan utama dalam materifiqhul

ikhtilaf pada umumnya, dan dalam tulisan ini pada khususnya7.

6Yusuf Qardlawi, Studi Krtis As-Sunnah,(Bandung:Trigenda Karya, 1995), hal: 140-142. 7Nafiz Husain Hammad, Mukhtalif al-Hadits Baina al-Fuqaha’ wa al-Muhadditsin,

(Mesir: Darul Wafa;, 1993),hal: 26.

Page 56: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

43

Kembali pada materi bahwa dalam sejarah lelang terjadi di mana pada

waktu itu ada seorang lelaki miskin yang kelaparan dan tidak memiliki

apapun untuk dimakan. Saat itu lelaki tersebut datang kepada Rasulullah dan

mengadukan kondisinya, kemudian Rasulullah berkata “adakah suatu barang

di rumahmu” sang lelaki menjawab “ada ya Rasul, senuah pelana dan kain

untuk alas meja. Rasul kembali berkata “ambillah barang tersebut dan

bawalah kesini”. Kemudian lelaki itu pulang dan mengambil kedua barang

tersebut. “ya Rasullullah “ini kedua barang kepunyaanku”, kemudian

Rasulullah bersorak dihadapan para sahabat dan masyarakat “adakah dari

kalia yang ini membeli kedua barang ini dengan harga satu dirham.

Setelah itu salah seorang mengangkat tangan dan bersedia membeli

barang tersebut dengan harga satu dirham. Kemudian Rasulullah kembali

bersorak dihadapan para sahabat dan masyarakat “adakah dari kalia yang ini

membeli kedua barang ini dengan harga dua dirham, kemudian salah seorang

lainnya mengangkat tangan dan bersedia membeli dengan harga yang

disorakan oleh Rasulullah. Setalah beberapa saat tidak ada yang kembali

mengangkat tangan dengan maksud membeli dengan harga tinggi, Rasulullah

menyatakan bahwa barang tersebut terjual dengan harga dua dirham.

Adapun hadis yang meriwayatkan mengenai jual beli lelang seperti

tertera dibawah ini, sebuah hadis dari diriwayatkan oleh Malik:

حدثنا عبد اهللا ين مسلمه أحبرنا عيسى بن يونس عن ألخضر بن عجالن عن أبويكر الخنفي

أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يسأله فـقال لك عن أنس بن مالك

في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب فيه الماء قال ائتني

Page 57: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

44

بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده ثم قال من يشتري هذين

فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل أنا آخذهما

رهمين فأعطاهما األنصاري بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ الد“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah8, telah

mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus9 dari Al Akhdhar bin 'Ajlan10 dari Abu Bakr Al Hanafi11dari Annas berkata: Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “Siapa yang mau beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?” Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut.”

Pertentangan dalam hadis ini adalah dengan sebuah hadis mengenai

janganlah kalian seorang muslim menawar barang yang telah ditawar oleh

sodara muslim lainya. Adapun hadis tersebut sebgai mana yang tertera di

bawah ini, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ibn ‘Umar Ra:

8 Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim mengatakan: tsiqah hujjah - bisa dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah.(Taqribut Tahdzib, Hal. 547, No. 3620)

9 Imam Abu Zur’ah mengatakan: “Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At Ta’dil wat Tajrih, 3/1146).Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah. (Ma’rifah Atsiqaat, 2/200)

10 Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’in- Riwayah Ad Dauri, 4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32)

11Abu Bakr Al Hanafi Nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.”(Al Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)

Page 58: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

45

هما ثني مالك عن نافع عن عبد الله بن عمر رضي الله عنـ ثـنا إسماعيل قال حد حد

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع أخيه Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah

menceritakan kepada saya Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya12".

Dalam kitab ihktilaf hadis dari imam Syafi’ dijelaskan bahwasanya

pertentangan kedua hadis ini terjadi pada kurun waktu yang berbeda.

Dalam hadis yang pertama diriwayatkan bahwasanya Nabi memberikan

penawaran kepada orang lain ketika barang tersebut sudah di tawar dengan

harga satu dirham.

Penawaran ini terjadi ketika memang belum ada mufakat atau ijab

dan qabul antara si pemilik barang, Nabi dan penawar pertama. Ketika

harga mencapai dua riham tidak ada yang menawar kembali dan akhirnya

Nabi menyatakan barang ini terjual dengan harga dua dirham dan terjadi

ijan dan qabul antara penjual dan pembeli.

Sedangkan dalam hadis yang kedua di terangkan tentang

dilarangnya kita membeli di atas belian sodara lainnya, membeli di sini

diartikan ketika memang barang tersebut telah disepakati harganya antara

penjual dan pembeli.

Oleh karena itulah kegiatan itu dilarang oleh Nabi dikarenakan

sudah terjadi kesepakatan di awal antara penjual dan pembeli13.Dalam

12Hadis syarh imam Bukhari. Kitab jual beli, bab. Larangan membeli barang di atas belian sodaranya no. 1995

13Ihktilaf imam Syafi, kitab kesepuluh. Bab janganlah membeli di atas belian soda muslim lainnya. Hal 145-157

Page 59: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

46

kasus ini, pembahasan diterangkan oleh salah seorang ulama besar islam.

Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salamah bin Abdil Malik al-

Azdy al-Mishri Ath-Thahawi menjelaskan dari salah satu riwayat

Mujahid14, mujahid mengatakan ;

ال بأس أن يسوم الرجل اذاكان في صحن السوق , يسوم هذا وهذا , فأما اذا خال به "

رجل , فال يسوم عليه "

Tidak masalah seorang menawar barang yang sedang (sudah) ditawar oleh orang lain jika pasar masih terbuka (selama lelang belum tutup dan belum ketuk palu oleh juri lelang). Dan jika barang sudah dibawa oleh pemenang lelang, tidak boleh untuk ditawar kembali15.

Pendapat ini diperkuat juga oleh seorang ulama kontenmporer

dalam kitabnya Raudhatu At-Thalibin, Namun jika lelang belum ditutup,

bukan termasuk dalam larangan menawar barang yang telah ditawar oleh

orang lain, karena satu sama lain telah memahamibahwa penawaran masih

terbuka. Penjelasan seperti ini juga telah disampaikan oleh an-Nawawi

dalam kitabnya Raudhatut Thalibin.

لغيره الدخول عليه والزيادة فيه . وانما يحرم فأما ما يطاف به فيمن يزيد وطلبه طالب فـ

.اذا حصل التـراضي صريحا

Barang yang masih ditawarkan untuk pembeli yang berani memberi harga lebih, yang lain boleh ikut bergabung dan memberikan tambahan harga, meskipun sudah ada yang menawar. Yang dilawang adalah ketika sudah terjadi sebuah kesepakatan antar penjual dan pembeli16.

14 Ulama Tabiin, Murid Dari Ibnu Abbas, W. 104 H 15Abu Ja’far Ahmad.Syarh Ma’ani Al Atsar. Baerut jilid.3 bab.7 hal:3 16 Raudhatuth Thalibin, Imam An-Nawawi.(tahqiq : fuad bin siraj ‘abdul ghafar ) Jilid 3.

Hlm. 415

Page 60: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

47

B. Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Perbedaan Hadis

Dalam menyikapi berbedaan makna kedua hadis ini terletak pada

kata larangan menawar barang, karena pada hadis pertama jelas terjadi

tawar menawar karena berada pada porsi pelelangan. Sedangkan hadis

yang kedua adalah hadis dimana menawar itu dilarang (tidak dianjurkan).

Beberapa ulama kontemporer ikut mengeluarkan suaranya

menanggapi permasalah ini, diantaranya ;

1. Syaikh Wahbah Az Zuhaili Hafizhahullah mengatakan:

ها بـعضهم على بـعض حتى تـقف على آخر وهو أن يـنادي على السلعة، ويزيد الناس فيـ

ها فيأخذها، فـهو بـيع صحيح جائز ال ضرر فيه .زائد فيـ

Lelang adalah menawarkan dengan seruan terhadap sebuah barang, dan manusia satu sama lain menambahkan harganya sampai berhenti, maka yang akhir yang berhak mengambilnya. Ini adalah jual beli yang sah dan boleh, dan tidak ada masalah di dalamnya17.

2. Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah

Beliau mengatakan: وهذا الحديث يدل على جواز البـيع بالمزايدة، وأنه ال يدخل في النهي عن البـيع على

البـيع، ألن النـهي عن البـيع على البـيع يكون إذا وجد االستقرار وتمام البيع، ويكون في مدة

بھ خيار، وأما أن يـقول : من يشتري هذا؟ فـيـقول رجل : أنا بكذا، ثم يزيد آخر فـهذا ال بأس

Hadits ini menunjukkan kebolehan membeli dengan cara lelang, dan itu tidak termasuk dalam lingkup larangan membeli sesuatu terhadap barang yang sudah pesan orang lain, karena larangan membeli terhadap barang yang sudah dibeli baru terjadi jika sudah ada ketetapan sempurna terhadap barang belian tersebut, yang dengan itu membuatnya mengambil pilihan. Ada pun orang mengatakan: “Siapa yang mau membeli ini?” ada orang menjawab: “Saya membeli

17Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid 4, Hal. 592

Page 61: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

48

sekian,” lalu yang lainnya menambahkan harga, maka itu tidak apa-apa18.

3. Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah

Beliau mengatakan:

وهذا بـيع جائز بإجماع المسلمين، كما صرح به الحنابلة فصححوه ولم يكرهوه، وقـيده

عية بأمرين : أن ال يكون فيه قصد اإلضرار بأحد، وبإرادة الشراء وإال حرمت الزيادة الشافـ

إلنـها من النجش .Ini adalah jual beli yang dibolehkan berdasarkan ijma’ kaum

muslimin, sebagaimana yang dijelaskan kalangan Hanabilah (Hambali) mereka men-sah-kannya dan tidak memakruhkannya. Kalangan Syafi’iyah memberikan dua syarat: Tidak boleh ada maksud melakukan dharar(kerusakan) kepada seseorang, dan hendaknya dia berkehendak membelinya, jika tidak maka itu tambahan (harga) yang diharamkan, karena itu termasukAn Najasy(semata-mata untuk menyingkirkan orang lain19.

18Syarh Sunan Abi Daud,jilid 9, hal: 61 19Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah, No fatwa. 17455

Page 62: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

BAB V

PENUTUP

Bila dilihat dari awal penulisan,terlihat betapa besarnya ilmu islam. Segala

macam permasalahan sudah sangat rapi terbalut dengan solusinya. Mulai dari hal

terkecil hingga pada sebuah permasalahan besar mengenai konflik dan perbedaan

hadis, sudah terangkum penjelasaanya. Jauh sebelum manusia memikirkan akan

pertanyaan mengenai sebuah permasalahan, maka Allah SWT sudah dengan jelas

menjawabnya baik dalam ayat maupun hadis Rasulullah.

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang tertulis di atas dapat disimpulkan yaitu;

Pada hadis pertama diperbolehkannya menawar barang adalah

saat di mana belum adanya mufakat antar penawar dan pemilik barang

(penjual), sedangkan dalam hadis kedua yang dinyatakan dalam hadis,

bahwa seorang muslim dimenawar atas tawaran muslim lainnya

adalah saat di mana sudah terjadi mufakat antar pembeli dan penjual

(pemilik barang).

B. Saran

Ini hanyalah sebagian kecil mengenai penjelasan akan sebuah

ikhtilaf yang terjadi dalam perkataan Rasulullah, masih banyak hadis

yang perlu kita kaji untuk mengetahui maksud dari sebuah perbedaan.

Dalam hal ini lelang memang sebuah wacana kecil namun diperlukan

sebuah perhatian besar pada hadis mengenai larangan menawar suatu

Page 63: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

barang yang telah ditawar oleh orang lain, karena proses sebuah tawar

menawar selalu terjadi kapanpun dan dimanapun.

Dalam hal ini penulis mencoba mengajak para pembaca untuk

terus mengkaji maksud dan tujuan sebuah hadis Nabi dan perbedaanya

antara satu dan lainya. Dalam hal ini tidak banyak yang penulis

utarakan, masih banyak pendapat dari ulama lain yang harus kita cari

tahu dan kita kembangkan. Jangan pernah puas akan sebuah

keberhasilan galilah terus keberhasilan selanjutnya agar menjadi

sebuah kebanggan untuk anak dan penerus muslim lainnya.

Page 64: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

أبوداود مسلم أحمد ترمیذ

یحي بن سعید عبدهللا بن مسلمھ حمید بن مسعدة ھشام بن عمار

عیسى بن یونس عبید هللا شمیھ

األخضر بن عجالن

أنس بن مالك

أبي بكر الحنفي

Page 65: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

بخارى

مسلم

أبوداود

أنسائ

صفیان بن عوبنة علي بن عبد هللا بن جعفر اسماعیل بن عبد هللا سوید بن سعید ین سھل قتیبة بن سعید الحسن بن علي بن محمد

عبدهللا بن نمیر لبت بن سعید عبد الرحمن مالك بن أنس بن مالك محمد بن مسلم بن عبید هللا

عبیدهللا بن عمر بن حفس نافع مول ابن عمر سعید بن المسلمة

عبد هللا بن عمر عبد الرحمن بن شكر

Page 66: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Al Karim Dan Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Departemen

Agama RI, 2006.

Abdul Qadir ibn Abdul Hadi, Thuruq al-Takhrij al-Hadits Rasulullah,

Penerjemah: Said Aqil Husain al Munawwar, Semarang, Dina Utama,

1994

Aiyub, Ahmad.H. Fikih Lelang (Pesfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif).

Jakarta: Kiswah,110 XI Viii, 2004.

A. J. Wensink, Qamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-I`lam, Beirut, Maktabah al-

Syarqiyah, 1986

Arikunto, Suharmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:

Pustka Progressif, 1997).

Bahrudin.Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadits Ahad. Jurnal Ilmu

Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni 2009

Fahd, Al Malik. Al Quran Al Karim Wa Ma'anihi Ilal Lughati Indunisiyyah. 1418

H.

Fauzan, Shalih. Perbedaan Jual Beli Dan Riba Dalam Syariat Islam. Jakarta:

Balai Pustaka, 2001.

Halabi, Musthafa. Abu Daud, Imam, Sunan Abu Daud. Mesir, 1952.\

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalm Islam. Bandung: Grafika, 2004.

Page 67: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut Libanon,1992).

Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995).

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. (No. 304/KM K.01/2002).

Khaeruman, Badri. Ulum Al Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Balai Putaka, 1976.

M. Azami, Mustafa.Historisitas Hadis Journal of Qur’an and HadithStudies –

Vol. 3, No. 1, (2014).

Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa al-Dirasah al-Asanid, Penerjemah:

Ridwan Nasir, Surabaya, Bina Ilmu 1995

Mizzy, Jamal al-Din Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahzrib al- Kamal fi Asma al-Rijal. Juz

IV, Dar al Fikr, tth.

Mohd. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, t.th).

Muh. Zuhri, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta, Tiara

Wacana, 1997

Muhamad Abu Zahu, al-hadits wa al-Muhadditsun, Mesir, Dar al- Fikr al-`Araby,

1998

Muhdor, Atabik 'Ali Dan Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia.

Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2001.

Munawwir, A. W. Kamus Al Munawwir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997.

Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indoesia. Jakarta : Balai Pustaka,

1976.

Page 68: PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAWrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34685/1/SAIFUL... · dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara

Prof. Dr/ Minhajudiin, Ma. Hikmah Dan Filsafat Fiqh Muamalat Dala Islam.

Surabaya: Lentera, 1999.

Prof.DR.Shalah, Al-Muslih. Prof.DR.Abdulullah Dan. Jual Beli Dan Hukum-

Hukumnya. Badung: Ersco, 1998.

Punomo, Didit. Buku Pegangan Kebijakan Harga (Pendekatan Agricultural).

Surakarta: Fe-Ums, 2005.

Rochmat, Soemitro. Peraturan Dan Instruksi Lelang. Bandung: PT. Ersco, 1987.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jilid IV, (Bandung, 2006).

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Soeharno. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Rajawali Pers, 2002.

Syaefuddin, A. M. Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi . Jakarta: Dirjen Lembaga

Islam Depag RI, 1997.

Syaukani, Asy. Nailul Authar Juz V. Bairut Libanon, 1986.

Yunus.Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara

Penerjemah Penafsir al-Qur’an, 1973