peluang Dan Tantangan Pemanfaatan Nonkonvensional Hidrokarbon Untuk Energi Masa Depan

download peluang Dan Tantangan Pemanfaatan Nonkonvensional Hidrokarbon Untuk Energi Masa Depan

of 4

description

essay berisi tentang peluang dan tantangan untuk pemanfaatan nonkonvensional hidrokarbon sebagai energi masa depan

Transcript of peluang Dan Tantangan Pemanfaatan Nonkonvensional Hidrokarbon Untuk Energi Masa Depan

  • DENNIS YUNIAR FERNANDO

    UPN VETERAN YOGYAKARTA

    PELUANG DAN TANTANGAN PEMANFAATAN NONKONVENSIONAL

    HYDROCARBON UNTUK ENERGI MASA DEPAN

    Kehidupan manusia erat kaitannya dengan pemanfaatan energi, tanpa adanya energi

    kita mungkin tidak akan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk listrik dan

    transportasi. Berdasarkan hasil riset dari institusi perancis, pemanfaatan energi didunia

    didominasi oleh energi hasil dari zat-zat organic makhluk hidup (fosil) seperti minyak, gas,

    dan batubara yang kemudian energi ini disebut sebagai energi primer. Di Indonesia sendiri,

    pemanfaatan energi sudah dilakukan dari tahun 1871 saat sumur minyak dibor pertamakali di

    daerah oleh J. Reerink. Kemudian, pada tahun 1960 Indonesia mulai menjadikan minyak

    sebagai energi konvensional dibuktikan dengan membeli lapangan minyak cepu dan

    menggandeng kontraktor asing untuk produksi. Pada masa keemasannya, lapangan minyak di

    Indonesia bisa memproduksi lebih dari 1 juta barrel per hari. Namun, seiring berjalannya

    waktu cadangan minyak mulai turun dikarenakan cadangan yang diketahui hanyalah sedikit

    dan terus diproduksi. Maka pemerintah dan pelaku migas perlu ide serta inovasi untuk

    menjaga kestabilan energi nasional.

    Kemudian muncul istilah energi hidrokarbon non konvensional (unconventional

    hydrocarbon energy). Energi non konvensional merupakan energi yang memiliki perbedaan

    tak biasa dengan energi konvensional. Jenis-jenis energi non konvensional ada dua jenis, yaitu

    berbentuk minyak dan gas. Jenis kelompok minyak: Minyak serpih (oil shale), heavy shale,

    oil sand. Sedangkan kelompok gas: Coal Bed Methane(CBM), Shale gas.

    Gambar 1: segitiga sumber daya Holditch: Perbedaan energi konvensional dan energi

    nonkonvensional

    Dari gambar segitiga yang dibuat Holditch terdapat perbedaan antara energi konvensional dan

    non-konvensional:

    Berdasarkan segi geologi, sumber cadangan energi non konvensional terbentuk dan

    terjebak langsung di batuan asal (source rock). Sedangkan energi konvensional

  • terbentuk setelah terjadi migrasi dari batuan asal (source rock) dan terjebak oleh

    batuan tudung (cap rock).

    Berdasarkan segi kuantitas (volume), energi non konvensional memiliki potensi

    volume jauh lebih besar daripada energi konvensional, namun perlu kecanggihan

    teknologi serta biaya yang besar untuk memproduksinya.

    Coal Bed Methane (CBM) merupakan gas alam dengan komposisi utama metana

    (CH4) yang terbentuk bersamaan dengan (coalification) kemudian terjebak oleh air dan

    teradsorpsi pada retakan pada lapisan batubara (cleats). Air yang menempati cleats

    memberikan tekanan untuk menjebak gas metana agar tidak keluar. Indonesia memiliki

    potensi cadangan energi nonkonvensional yang cukup besar terutama CBM. Menurut hasil

    penelitian yang dilakukan ditjen migas dengan Advance Resource International (ARI)

    terdapat potensi cadangan total sebesar 453 TCF dari 11 cekungan yang ada di Indonesia

    (gambar 2). Cadangan sebesar ini hampir setara dengan potensi cadangan Gas bumi sebesar

    507 TCF.

    Gambar 2: Peta potensi CBM di Indonesia

    Tidak hanya potensi CBM saja yang besar, Indonesia juga mempunyai cadangan non-

    conventional hydrocarbon lainnya yaitu shale gas. Shale gas merupakan gas alam yang

    terkandung dalam batuan induk dan sering disebut sebagai shale. Shale gas memiliki

    karakteristik yaitu memiliki heterogenitas yang tinggi, matrik poros dan permeabilitas yang

    rendah. Shale gas jika ditinjau dari aktivitas log, pada zona tertentu akan menunjukkan

    aktivitas gamma ray yang tinggi. Teknologi shale gas dalam proses produksinya

    menggunakan hydraulic fracturing yaitu dengan memompakan material air, pasir serta

    campuran bahan kimia dengan tekanan 15.000 pon per inci melalui sumur yang dibor

    horizontal ke formasi shale. Tekanan ini memaksa membuka celah yang diakibatkan oleh

    pasir dan bahan kimia lainnya. Sehingga gas dalam rekahan batuan induk keluar, kemudian

    cairan dipompa kembali ke permukaan sehingga gas yang tadi sudah keluar dari rekahan

    mengalir bebas dan bisa naik keatas.

  • Gambar 3. Proses teknologi produksi shale gas

    Potensi shale gas di Indonesia sangat menjanjikan yaitu sekitar 574 TCF. Harga

    potensi ini lebih besar daripada potensi CBM (453.3 TCF) dan gas bumi (334.5 TCF). Potensi

    yang cukup besar berada di cekungan sumatera.

    Namun potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan dengan baik karena terkendala

    beberapa masalah yang harus diatasi. Diantaranya :

    1. Biaya yang sangat mahal dalam proses pengembangan gas nonkonvensional.

    2. Teknologi yang digunakan dalam hal eksplorasi gas nonkonvensional.

    3. Teknik pengeborannya menggunakan metode hydraulic fracturing.

    4. Dasar hukum yang mendukung pengembangan gas nonkonvensional.

    5. Dampak setelah produksi harus baik. Jangan sampai mencemari lingkungan

    sekitar.

    6. Sarana infrastruktur.

    Solusi Dalam mengatasi permasalahan yang ada adalah:

    1. Untuk mengatasi investasi yang mahal, Pemerintah dalam hal ini Pertamina harus

    bisa melakukan joint investasi dengan investor asing untuk mendukung proses

    pengembangan gas nonkonvensional.

    2. Dalam mengatasi masalah teknologi eksplorasi yang tepat adalah dengan

    memperbanyak penelitian dan mempertajam ilmu tentang nonkonvensional

    hidrokarbon. Penelitian tersebut berupa pengoptimalan teknologi penemuan

    eksplorasi unuk mendukung proses pengembangan gas nonkonvensional.

    3. Untuk mengatasi masalah teknologi produksinya adalah dengan mempelajari lebih

    lanjut tentang teknik pengeborannya menggunakan hydraulic fracturing.

  • 4. Solusi untuk mengatasi masalah dasar hukum adalah pemerintah seharusnya lebih

    memperjelas dalam membuat aturan untuk gas nonkonvensional. Harus

    dipisahkan mana hukum untuk gas nonkonvensional dengan gas konvensional.

    5. Untuk mengatasi masalah dampak lingkungan setelah proses produksi adalah

    dengan meningkatkan health, Safety, Environment (HSE) selama proses operasi.

    Dengan menggunakan teknik pengeboran fracturing harus ramah lingkungan.

    6. Untuk mengatasi masalah infrastruktur dengan memberikan infrastruktur yang

    memadai karena tidak jarang lokasi pengeboran letaknya jauh di pedalaman

    sehingga sarana infrastrukutur harus memadai agar proses produksi bisa berjalan

    dengan lancar.

    7. Sebaiknya masyarakat juga harus mendukung usaha pemerintah dalam melakukan

    proses pengembangan energi ini caranya dengan menggunakan energi seefisien

    dan sehemat mungkin. Menggunakan listrik seperlunya, mematikan lampu saat

    siang hari, serta membudayakan green energy dengan menambah tanaman hijau di

    rumah.

    8. Kita juga harus belajar untuk pemanfaatan non konvensional hidrokarbon yang

    lain seperti tight gas, shale oil sebagai bahan energi alternatif untuk masa depan.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki cadangan non-

    conventional hydrocarbon yang cukup besar namun, dalam pemanfaatannya masih kurang

    dikarenakan terdapat banyak masalah yang harus dihadapi. Terutama masalah tentang

    teknologi, butuh teknologi yang canggih untuk memanfaatkan energi non-konvensional ini.

    Selain masalah teknologi juga terdapat masalah investasi dan dampak lingkungan, butuh

    biaya mahal untuk proses pemanfaatan non-konvensional hidrokarbon ini serta dalam proses

    pemanfaatan energi tidak berdampak pada lingkungan yang buruk. Sehingga, perlu adanya

    evaluasi tentang pemanfaatan ini, pemerintah sebaiknya memfokuskan terhadap masalah yang

    dihadapi kemudian dicari solusinya secepatnya. Tidak hanya pemerintah saja yang ikut

    berperan dalam proses pengembangan nonkonvensional energi ini, masyarakat juga harus ikut

    berperan dengan mendukung proses pengembangan non-konvensional hidrokarbon ini. agar

    kita rakyat Indonesia bisa memanfaatkan sumber daya non-konvensional hydrocarbon dengan

    baik untuk ketahanan energi nasional.