PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

23
PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL Dewa Gede Astana 1. Desain, Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah, Denpasar, 80235, Indonesia 2. Sanggar Kukuruyuk, Jalan Patimura, Denpasar 80235, Indonesia Email: degu555@gmail.com

Transcript of PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

Page 1: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

PELESTARIAN DONGENG BALI

MELALUI

MEDIA KOMUNIKASI VISUAL

Dewa Gede Astana

1. Desain, Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah, Denpasar,

80235, Indonesia

2. Sanggar Kukuruyuk, Jalan Patimura, Denpasar 80235, Indonesia

Email: [email protected]

Page 2: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

ABSTRAK

PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL

Dongeng merupakan salah satu warisan budaya bangsa diwariskan secara turun-temurun bertujuan

untuk menghibur anak-anak. Selain sebagai media penghibur, dongeng juga berperan dalam mendidik moral

anak-anak dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Dongeng Bali sendiri merupakan bagian dari dongeng

nusantara yang berperan penting dalam mendidik moral anak-anak khususnya di daerah Bali. Namun seiring

berjalannya waktu serta pengaruh modernisasi di bidang teknologi dan informasi, Dongeng Bali semakin

ditinggalkan masyarakat. Hal itu diperparah dengan semakin susahnya menemukan bacaan tentang Dongeng

Bali di toko-toko buku. Oleh karena itu perlu adanya tindakan pelestarian terhadap Dongeng Bali demi

terjaganya keutuhan budaya bangsa. Salah satu tindakan pelestarian tersebut adalah melalui pemanfaatan

ilmu Desain Komunikasi Visual. Dalam kegiatan pelestarian ini diperlukan perencanaan baik secara

konseptual maupun visual yang bertujuan untuk memperoleh media komunikasi visual yang efektif dan

komunikatif untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali sehingga mendapat tanggapan dari masyarakat

khususnya anak-anak.

Melalui metode penelitian, data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, kepustakaan

dan dokumentasi di Sanggar Kukuruyuk disesuaikan kembali dengan strategi pelestarian. Teori yang

digunakan dalam studi ini adalah teori Gaya Belajar oleh DePorter dkk dan teori Kominikasi oleh Liliweri.

Kemudian diolah melalui analisis deskriptif kualitatif dan sintesa sehingga diperoleh konsep dasar desain.

“Fantasi” merupakan konsep dasar yang relevan digunakan pada proses desain komunikasi visual

untuk pelestarain Dongeng Bali. Konsep tersebut sesuai dengan sasaran target umur usia 6 - 12 tahun yang

senang dengan sesuatu yang ceria, berwarna serta dunia imajinasi yang luas. Dalam proses desain, telah

ditentukan media yang tepat dan sesuai yaitu Dongeng Intetraktif dan Buku Dongeng dengan media

pendukungnya yaitu Iklan Tabloid, Spanduk, Poster, Pembatas Buku, Gantungan Pintu, Stiker, Jadwal Mata

Pelajaran dan Katalog.

Kata Kunci : desain, media komunikasi visual, Dongeng Bali

fantasi.

Page 3: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

ABSTRACT

PRESERVATION OF BALINESE TALES THROUGH VISUAL COMMUNICATION MEDIA

Tale is one of the nation's cultural heritage passed down from generation to generation aims to

entertain the children. Apart from being an entertainer media, tales also play a role in educating children’s

moral in socializing with people. Balinese tale itself is part of the archipelago’s tales which has an important

role in educating children’s moral, especially in Bali. But, as the time passed, and the influence of

modernization in the field of technology and information, the Balinese tale is abandoned by people. It is

getting worse that people are difficult to find books about Balinese tales at the bookstores. Therefore, it is

necessary to have preservation action to Balinese tales in order to keep the integrity of national culture. One

of the preservation actions is conducted through the use of Visual Communication Design. In this

preservation activity, we need plans either conceptually or visually that functions to obtain communicative

and effective visual communication media for the Balinese tales preservation activity; so that it will be

responded by the public, especially the children.

Through research method, the data which have been obtained from the observation, interview,

literary and documentation at Sanggar Kukuruyuk, that is readjusted with preservation strategy. The theory

that was applied in this study was Learning Style Theory which was proposed by DePorter et al and

Comunication Theory which was proposed by Liliweri. Then, the data was processed by the analysis of

descriptive qualitative and synthesis until the basic concept of design was acquired.

“Fantasy” is the relevant basic concept which is used in designing process of visual communication

for the Balinese Tales preservation. The concept is suitable with the audience targets of 6-12 years old who

are happy with something cheerful, colorful and a wide imaginative world. In designing process, it is already

determined the precise and appropriate media, there are Interactive Tales and Balinese Tale book with the

supporting media there are Tabloid Ads, Banners, Poster, Border Books, Door Hanger, Sticker, Lesson

Schedule and Catalog.

Keywords : design, visual communication media, Balinese Tales,

fantasy

Page 4: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal atau fiktif. Sementara itu Dongeng Bali

merupakan cerita fiktif yang berkembang di daerah Bali dan bersifat anonim berhubungan dengan

kejadian masa lampau diwariskan turun – temurun melalui penyampaian lisan. Dongeng Bali adalah

salah satu cerita yang berkembang di masyarakat dan disebarkan secara lisan sehingga tidak tertutup

kemungkinan Dongeng Bali ini ada juga di masyarakat lain seperti di Jawa, Sumatra, Kalimantan

dan daerah lain di Indonesia dengan versi yang beragam. Dongeng Bali memiliki ciri khas

menceritakan kisah kebaikan melawan kejahatan dan hampir sama dengan dongeng – dongeng yang

berkembang di nusantara (Wawancara dengan Made Taro. 16 Oktober 2012. Bertempat di Jl.

Wirasatya V Denpasar, Pukul 16.00 Wita).

Dongeng adalah cerita fiktif atau cerita imajinatif. Oleh karena itu di dalam dongeng ada

tokoh, watak tokoh, alur, latar dan unsur cerita lainnya. Perbedaan yang mencolok dengan cerita -

cerita lainnya adalah pada kefiksiannya. Kita dapat menemukan manusia yang bisa terbang atau

binatang bisa bicara di dalam dongeng. Dongeng dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara

lain yaitu Fabel (cerita binatang), Cerita Jenaka (cerita lucu), Legenda (cerita berkaitan dengan asal -

usul tempat), Mite (cerita dewa - dewi, makhluk halus dan hal - hal gaib), Sage (cerita dongeng yang

mengandung unsur sejarah), dan Parabel (cerita yang berisi unsur pendidikan atau keagamaan)

(Wawancara dengan Made Taro. 16 Oktober 2012. Bertempat di Jl. Wirasatya V Denpasar. Pukul

16.00 Wita).

Dongeng memiliki peran penting sebagai media pendidikan dan pembelajaran tentang moral

khususnya bagi anak - anak usia 6 – 12 tahun. Setiap cerita dalam dongeng biasanya mengandung

pesan - pesan positif yang bertujuan untuk mengajarkan pada anak - anak untuk bersikap bijaksana.

Selain itu dongeng juga berperan dalam menanamkan nilai - nilai luhur bangsa. Nilai-nilai luhur itu

merupakan nilai universal yang mengandung etika, pengendalian diri, karma phala dan lain – lain.

Nilai-nilai ini kemudian nantinya diharapkan merasuk dalam imajinasi dan alam pikiran anak-anak

serta membangkitkan rasa optimisme anak - anak terhadap masa depan.

Mendengarkan ataupun membaca dongeng adalah peluang untuk mengembangkan imajinasi

yang lincah, bebas dan kreatif. Begitu juga halnya dengan dongeng daerah Bali yang merupakan

salah satu kekayaan peninggalan budaya warisan leluhur dan menjadi ciri khas bangsa. Meng Kuuk

dan Siap Selem, Ni Diah Tantri, Kebo Iwa dan lain sebagainya adalah beberapa dongeng yang

berasal dari Bali yang setia menghibur dan memancing daya imajinasi anak - anak Bali pada jaman

dahulu hingga sekarang.

Seiring perkembangan jaman, Dongeng Bali perlahan-lahan mulai ditinggalkan dan

masyarakat khususnya anak - anak beralih pada cerita-cerita yang berasal dari luar negeri. Begitu

pula dengan keberadaan buku-buku tentang Dongeng Bali yang semakin susah diperoleh di toko-

toko buku. Pecinta sekaligus pelestari cerita rakyat dan Dongeng Bali Drs. Made Taro mengaku

sangat mencemaskan keberadaan cerita rakyat dan Dongeng Bali yang kini makin terdesak oleh

cerita – cerita produk impor. Salah satu buktinya, buku Dongeng Bali ataupun cerita rakyat Bali itu

kini sudah sangat sulit diperoleh di toko-toko buku lantaran memang sudah sangat jarang ada pihak

yang mau menerbitkannya. Khawatir Dongeng Bali itu akan hilang dimakan zaman, pendiri Sanggar

Kukuruyuk ini mendesak Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dan Dinas

Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali kembali membangkitkan cerita rakyat dan Dongeng Bali itu

sebagai bahan bacaan wajib bagi siswa-siswa di jenjang SD dan SMP (Natanews, Senin 30 juli

2012).

Semakin sedikitnya buku – buku, kurang kreatifnya tampilan buku serta kurangnya perhatian

pemerintah terhadap Dongeng Bali membuat warisan budaya ini perlahan – lahan mulai dilupakan.

Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan tindakan pelestarian untuk mencegah semakin

terlupakannya Dongeng Bali. Pengertian pelestarian yang dikemukakan oleh International of

Federation Library Association (IFLA) dan ditetapkan sebagai pedoman pelestarian oleh

Pertustakaan Nasional Indonesia, mencakup tiga aspek yaitu :

Page 5: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

a. Semua aspek usaha untuk melestarikan bahan-bahan, cara-cara untuk pengelolaan, keuangan,

sumberdaya manusia pelaksanaannya, metode dan teknik-teknik penyimpanan bahan-bahan

pustaka;

b. Semua kebijakan dan kegiatan yang bersangkutan dengan pengawetan atau konservasi, yaitu

cara-cara khusus untuk melindungi bahan-bahan pustaka demi kelestarian bahan-bahan pustaka

tersebut;

c. Semua langkah untuk mempertimbangakan dan melaksanakan pemugaran atau restorasi, yaitu

cara-cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan-bahan pustaka yang rusak.

(http://pejalantangguh.blogspot.com/2007/11/pelestarian-definisi-dan-permasalahan.html) diunduh

13/9/12.

Konsep awal pelestarian adalah konservasi, yaitu upaya melestarikan dan melindungi

sekaligus memanfaatkan sumber daya suatu tempat dengan adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa

menghilangkan makna kehidupan budaya (Pontoh,1992:36).

Adapun tindakan pelestarian yang penulis lakukan nantinya adalah melalui pemanfaatan

ilmu Desain Komunikasi Visual dengan merancang media cetak maupun elektronik mengenai

Dongeng Bali yang nantinya akan dilihat oleh masyarakat khususnya anak–anak. Melalui kegiatan

ini diharapkan timbul rasa memiliki dan rasa cinta anak – anak terhadap Dongeng Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas adalah

sebagai berikut:

1. Media komunikasi visual apa yang efektif, komunikatif untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali

sesuai dengan target audience yaitu anak-anak usia 6 – 12 tahun?

2. Bagaimanakah merancang media komunikasi visual yang efektif, komunikatif untuk pelestarian

Dongeng Bali?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas adalah media yang akan dibuat sebagai sarana pelestarian

Dongeng Bali agar terlihat lebih menarik dan komunikatif sehingga dapat diterima masyarakat. Batasan

masalah menitikberatkan pada proses desain media pelestarian Dongeng Bali berupa media cetak dan media

elektronik. Dongeng Bali yang akan diangkat dalam kasus ini adalah dongeng Siap Selem dan Meng Kuuk.

Adapun media media yang akan dibuat yaitu Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif), Buku Dongeng,

Stiker, Pembatas Buku, Jadwal Mata Pelajaran, Iklan Tabloid, Spanduk, Poster, Gantungan Pintu dan

Katalog.

1.4 Tujuan dan Manfaat Desain

Adapun tujuan kegiatan desain dalam upaya pelestarian Dongeng Bali diuraikan sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan

Tujuan dari desain ini adalah dapat menjawab berbagai pertanyaan yang timbul sesuai dengan

rumusan masalah yang akan dijawab dan diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang

berguna baik bagi pembaca, penulis dan masyarakat khususnya anak-anak yang dijabarkan sebagai

berikut :

a. Tujuan Khusus

1) Menciptakan dan menghasilkan media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif untuk

kegiatan pelestarian Dongeng Bali sesuai dengan target audience yaitu anak-anak usia 6 - 12

tahun.

2) Menghasilkan media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif melalui proses merancang

dan mengacu pada target audience.

b. Tujuan Umum

1) Mahasiswa mampu menciptakan media komunikasi untuk turut serta dalam usaha melestarikan

Dongeng Bali

Page 6: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

2) Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat khususnya anak –anak usia 6 – 12 tahun mengenal

dan mencintai Dongeng Bali sebagai budaya yang diwariskan secara turun – temurun oleh

leluhur Bali.

1.5.1 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari karya Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut :

a. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu merancang media komunikasi visual yang efektif, komunikatif dalam upaya

pelestarian Dongeng Bali

b. Bagi Lembaga (ISI)

Bagi lembaga (ISI) kegiatan ini bermanfaat untuk menambah referensi bagi akademis khususnya

desain komunikasi visual mengenai desain media untuk kegiatan sosial dalam pelestarian Dongeng

Bali

c. Bagi Target Audience (Anak-Anak Usia 6 – 12 Tahun)

Anak – anak mengenal dan mencintai warisan budaya daerah khususnya Dongeng Bali.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam hal desain terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data untuk memudahkan sistem kerja.

Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk kasus desain ini kemudian dianalisa dan dicari

sintesanya. Dalam proses desain ini, data-data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data

Primer yang digunakan terdiri dari metode observasi dan metode wawancara sedangkan Data Sekunder yang

digunakan terdiri dari metode kepustakaan dan dokumentasi.

1.7 Metode Analisis Data

Metode Analisa data merupakan cara atau langkah pemikiran peneliti untuk mengolah data yang

berhasil dikumpulkan dan merupakan tindak lanjut dari usaha untuk menguji kebenaran. Dalam hal ini

metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis SWOT. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji

hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi

kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (oportunity) dan ancaman (threat). Hasil kajian dari

keempat segi ini kemudian disimpulkan meliputi strategi pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan dan

optimalisasi (Sarwono,2007: 18).

1.8 Indikator

Indikator yang digunakan dalam menilai desain pada media dalam upaya pelestarian Dongeng

Bali nantinya adalah fungsional, komunikatif, informatif, ergonomis, artistik, unity, simplicity, kreatif,

surprise, dan etis.

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA

2.1 Data Teoritis / Aktual Data teoritis atau data aktual adalah data yang mengacu pada sumber-sumber data ilmiah dan literatur

mengenai teori tentang media komunikasi visual yang berhubungan dengan konsep pengerjaan Tugas Akhir.

2.1.1 Pengertian Objek / Kasus Pada Tugas Akhir ini judul kasus yang diangkat adalah “Pelestarian Dongeng Bali melalui

Media Desain Komunikasi Visual”. Dimana dari judul tersebut dapat diartikan sebagai upaya pelestarian

budaya lokal berupa Dongeng Bali dengan pemikiran yang dituangkan melalui sarana penyampaian

pesan berupa gambar maupun tulisan yang dapat dinikmati dengan penglihatan secara langsung.

Keberadaan informasi tentang Dongeng Bali di media cetak maupun media elektronik masih

sangat minim. Keberadaan buku dongeng di toko buku semakin jarang. Dan tidak banyak pihak yang

mau menerbitkan buku Dongeng Bali. Begitu pula pola prilaku masyarakat yang lebih memilih cerita-

cerita impor daripada Dongeng Bali. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan terutama bagi budaya

Bali itu sendiri. Dalam hal ini penulis melakukan kegiatan perancangan media yang yang nantinya

Page 7: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

diharapkan mampu membuat masyarakat khususnya anak–anak mencintai dan bangga terhadap Dongeng

Bali.

2.1.2 Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual

Aspek-aspek desain komunikasi visual merupakan aspek yang diperlukan dalam perancangan

suatu media yang berhubungan dengan Tugas Akhir. Aspek desain komunikasi visual antara lain berupa

media, ilustrasi, warna, tipografi, ukuran huruf dan teks.

2.1.3 Prinsip Desain Komunikasi Visual

Prinsip desain merupakan suatu prinsip atau acuan yang harus diketahui untuk menghasilkan desain

yang baik untuk tampilan media. Adapun bagian – bagian dari prinsip desain yang digunakan dalam

Tugas Akhir ini yaitu prinsip keseimbangan, prinsip ritme, prinsip kesatuan, tata letak dan komposisi

(layout).

2.1.4 Aspek Teknis Perwujudan

Visual desain dalam kegiatan pelestarian Dongeng Bali nantinya harus memiliki kesatuan

konsep dalam perwujudannya. Oleh karena itu diperlukan aspek teknis perwujudan pada suatu desain

untuk mewujudkan kesatuan konsep tersebut. Teknis perwujudan yang dimaksud terdiri dari bahan dan

teknik cetak.

2.1.5 Teori Sosial yang Mendukung Kasus

Berikut merupakan teori sosial yang digunakan dalam merancang media untuk pelestarian

Dongeng Bali :

a. Teori komunikasi

Komunikasi massa secara umum merupakan sebuah proses yang melukiskan bagaimana

komunikator secara profesional menggunakan teknologi pembagi dalam menyebarluaskan

pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Proses lebih lanjut memiliki unsur yang istimewa, yaitu penggunaan saluran. Teknologi pembagi atau

media dengan massa yang disebut saluran dipergunakan untuk mengirim pesan yang melintasi jarak jauh

misalnya buku, pamflet, poster, majalah, surat kabar, rekaman-rekaman, televisi, bahkan saat ini

menggunakan komputer ditambah dengan aplikasi dan jaringan telepon serta satelit. (Liliweri, 1991; 36)

b. Teori Gaya Belajar

Menyampaikan suatu pesan terhadap anak–anak tentunya harus menggunakan metode yang

berbeda dengan penyampaian pesan pada orang dewasa. Masing–masing anak biasanya memiliki tipe

yang berbeda–beda dalam menangkap suatu pesan yang disampaikan oleh suatu media, buku cerita dan

sebagainya. Berikut merupakan tiga tipe gaya belajar menurut Deporter dkk dalam bukunya Quantum

Learning Psikology (2001:112-118) yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan melalui media

pelestarian Dongeng Bali:

1) Visual (Visual Learners)

Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa

mempercayainya.

Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini : 1)

kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya,

2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, 3) memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah

artistik, 4) memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, 5) terlalu reaktif terhadap suara, 6) sulit

mengikuti anjuran secara lisan, 7) seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Page 8: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan, sehingga

belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Pendekatan tersebut

seperti menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pesan.

Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan

dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.

2) Auditory Learners

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.

Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama

menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa

mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah

semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap

informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

3) Kinesthetic Learners

Kinesthetic Learners mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang

memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model

belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Hanya dengan memegangnya saja,

seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.

Beberapa ciri-ciri individu seperti ini adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama

agar bisa terus mengingatnya, menggunakan jari sebagai petunjuk, menyukai buku-buku yang

mencerminkan aksi gerakan tubuh.

Dalam perancangan media pelestarian Dongeng Bali akan menggunakan teori komunikasi dengan

memanfaatkan kombinasi dari tiga gaya belajar menurut DePorter dkk. Penyampaian pesan yang hanya

berupa teks tentunya tidak menarik bagi anak-anak. Sehingga perlu dimasukan unsur visual, auditory

dan kinesthetic pada media pelestarian Dongeng Bali. Dengan menggunakan ketiga gaya belajar tersebut

diharapkan anak-anak tertarik, nyaman, dan senang terhadap media pelestarian Dongeng Bali. Gaya

visual diaplikasikan dalam media dengan ilustrasi seperti buku dongeng dan dongeng interaktif. Gaya

auditory diaplikasikan pada media yang berisi gambar/ilustrasi, teks dan tambahan unsur audio. Audio

ini berupa musik dan narasi tentang cerita dongeng dari pengisi suara sehingga anak tidak hanya melihat

dan membaca tetapi juga mendengar penuturan cerita yang dilakukan pengisi suara dari media.

Sedangkan gaya kinesthetic diaplikasikan dalam tombol-tombol yang ada dalam media dongeng

interaktif sehingga anak-anak dapat menikmati cerita dongeng dengan sentuhan.

2.2 Data Lapangan / Faktual Data Faktual merupakan data-data yang diambil berdasar fakta yang ada dilapangan. Fakta artinya

peristiwa, sesuatu yang terjadi sungguh-sungguh, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi (Anwar,

2003:137).

2.2.1 Nama Objek / Kasus Pada pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis mengangkat judul “Pelestrian Dongeng Bali

melalui Media Komunikasi Visual”. Dimana judul tersebut dapat diartikan sebagai upaya pelestarian

budaya lokal berupa Dongeng Bali dengan pemikiran yang dituangkan melalui sarana penyampaian

pesan berupa gambar maupun tulisan dan dapat dinikmati dengan penglihatan secara langsung.

Penelitian untuk memperoleh data-data mengenai Dongeng Bali dilakukan bersama dengan Sanggar

Kukuruyuk yang dikelola oleh Made Taro.

Page 9: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

2.2.2 Data-data Lembaga Berikut merupakan data-data lembaga yang diperoleh penulis dalam usaha pelestarain Dongeng

Bali melalui media komunikasi visual :

a. Nama lembaga : Sanggar Kukuruyuk

b. Pengelola : Made Taro

c. Alamat : Jl. Patimura, Denpasar

d. Peta lokasi lembaga :

Gambar 2.18 Lokasi Sanggar Kukuruyuk

e. Telepon : 08133 744 0680

f. Profil singkat :

Objek yang digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam perancangan ini adalah Sanggar

Kukuruyuk. Sanggar Kukuruyuk merupakan sebuah sanggar yang didirikan oleh Made Taro.

Terbentuknya Sanggar Kukuruyuk terinspirasi dari kecintaan Made Taro terhadap dunia anak-anak.

Waktu ia jalan-jalan di mess guru-guru SMA dan melihat anak-anak tetangganya yang melamun. Made

Taro yang masa kecilnya diwarnai dengan kegiatan ceria di Desa Sengkidu, Karangasem ini tergerak

hatinya untuk mengajak anak tersebut bermain, membuatkan mobil-mobilan dan layang-layangan.

Setelah itu ia mencoba bercerita tentang dongeng dan ternyata anak-anak tersebut senang sehingga

Made Taro dan anak-anak makin akrab.

Semenjak saat itu Made Taro semakin sering bercengkrama dengan anak-anak hingga pada

tahun 1973 beliau mendirikan semacam sanggar cerita yang pada waktu itu belum diberi nama. Di

sanggar ini beliau mengembangkan kegemarannya menceritakan dongeng dan permainan tradisional

sehingga anak-anak memperoleh aktivitas tambahan yang menyenangkan setalah selesai sekolah.

Setelah stasiun TVRI Denpasar berdiri pada tahun 1978, Made Taro mendirikan Teater Si Paku-

paku di SMA 2 Denpasar. Teater Si Paku-paku yang sebelumnya sering mengudara di RRI Denpasar

mengkhususkan kegiatan drama televisi dan musikalisasi puisi berbahasa Indonesia dan Bali. Di sela-

sela sibuk menggarap beberapa tayangan tiba-tiba ada usul agar Made taro mendirikan sanggar anak-

anak untuk tampil di televisi. Usul ini disambut Made Taro sehingga muncullah nama Sanggar

Kukuruyuk.

2.2.3 Sarana Komunikasi yang Ada

Sarana yang telah ada dalam upaya pelestarian dongen bali sebelumnya adalah berupa buku

dongeng Bali dengan ilustrasi hitam-putih.

Page 10: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

2.2.4 Potensi Kasus

Dongeng merupakan suatu cerita yang sarat dengan muatan pesan moral dan berperan dalam

menanamkan nilai-nilai luhur bangsa. Dongeng berperan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran,

kebijaksanaan rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, moral maupun kebiasaan sehari-hari tentang

pentingnya menggosok gigi dan pentingnya memelihara buang sampah pada tempatnya. Melalui

dongeng anak-anak diharapkan lebih mudah menyerap nilai tersebut dan tokoh-tokoh dalam dongeng

berperan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Dongeng memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Sebelum anak-anak tidur kerap kali

mereka meminta diceritakan atau dibacakan dongeng oleh ibu, nenek atau orang terdekatnya. Meski

dapat ditafsirkan dongeng tidak selamanya dan tidak semuanya menyenangkan, namun kenyataannya

dongeng mampu membuat anak-anak mudah tertidur. Disamping itu dongeng efektif memberikan

rileksasi dan memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Mendengarkan

atau membaca dongeng memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu

mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, membangkitkan rasa optimisme anak-anak terhadap

masa depan, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak

terutama sosialisasi dengan orang tuanya.

Selain pemaparan diatas, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang

tidak kalah efektif utnuk memberikan sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng

pula jelajah cakrawala pemikiran anak menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa

membedakan mana yang patut ditiru dan mana yang tidak patut ditiru. Hal ini akan membantu mereka

mengidentifitkasi diri dengan lingkungan serta memposisikan diri di tengah-tengah masyarakat.

Sebaliknya, anak yang kurang mendapat imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit

bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Dongeng Bali merupakan salah satu warisan kebudayaan Bali yang rentang terhadap kepunahan.

Dongeng Bali diceritakan melalui pemaparan orang (pendongeng) atau dari buku bacaan dongeng.

Dongeng biasanya berkembang dari penyampaian lisan dari satu orang ke orang lain tanpa sumber

tertulis yang jelas. Adapun kegiatan pelestarian terhadap kebudayaan ini telah dilakukan dengan

menerbitkan buku–buku tentang cerita dan Dongeng Bali ke toko–toko buku yang tersebar di Bali.

Namun strategi dan desain dari buku yang kurang menarik membuat masyarakat khususnya anak-anak

enggan melirik buku – buku tentang Dongeng Bali. Disamping itu tidak banyak pihak yang mau

menerbitkan buku Dongeng Bali sehingga sangat sulit menemukan bacaan tentang Dongeng Bali.

Dengan melihat fenomena tersebut, penulis merasa perlu untuk turut serta melestarikan Dongeng

Bali dengan memanfaatkan ilmu Desain Komunikasi Visual melalui penciptaan media komunikasi cetak

ataupun media elektronik yang efektif dan komunikatif. Dengan mengetahui data–data tentang buku

Dongeng Bali yang telah beredar sebelumnya penulis berusaha membuat media yang lebih kreatif,

komunikatif dan efektif sebagai upaya menarik perhatian masyarakat khususnya anak-anak terhadap

Dongeng Bali.

2.3 Analisis dan Sintesa Dalam proses ini, penulis meneliti berbagai media yang sebelumnya telah dibuat dalam upaya

pelestarian Dongeng Bali. Dari analisis media-media tersebut penulis dapat menentukan kelemahan maupun

kekuatan dari setiap media untuk diaplikasikan ke dalam desain yang akan dibuat melalui sintesa. Adapun

prosesnya adalah sebagai berikut:

2.3.1 Analisis Analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab musababnya, unsur-

unsurnya dan prosesnya (Zain, 2001:46).

2.3.2 Sintesa

Sintesis sendiri merupakan paduan beberapa pengertian agar terbentuk kesatuan yang selaras

(Zain, 2001:1332). Dalam hal ini meliputi beberapa diantaranya:

Page 11: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

a. Media

Media yang akan dibuat harus tepat, jelas sasaran, efektif, komunikatif sehingga mampu

memberikan informasi dan memancing imajinasi anak-anak tentang Dongeng Bali sesuai dengan kasus

yang diangkat. Media komunikasi visual yang akan didesain untuk kegiatan pelestarian dongeng adalah

media TTL atau through the line media. Media yang akan dirancang antara lain Dongeng Interaktif (CD

ROM Interaktif), Buku Dongeng, Pembatas Buku, Stiker, Poster, Gantungan Pintu, Spanduk, Iklan

Tabloid, Jadwal Mata Pelajaran dan Katalog.

b. Ilustrasi

Jenis ilustrasi yang digunakan dalam proses desain Tugas Akhir ini adalah ilustrasi gambar

tangan (hand drawing) dengan finishing ilustrasi teknik digital. Penggunaan jenis ilustrasi tersebut akan

diaplikasikan ke media yang berisi unsur karakter dongeng, bakcground, dan dekorasi. Pada media

pelestarian Dongeng Bali, ilustrasi gambar tangan dan ilustrasi digital memiliki fungsi 1) menerangkan

atau menghiasi suatu cerita, tulisan atau informasi tertulis lainnya sehingga mudah dicerna, 2)

mengkomunikasikan cerita, 3) memberikan humor, 4) memberikan bayangan terhadap setiap karakter

cerita. Ilustrasi tersebut akan digunakan hampir diseluruh media. Hal ini dilakukan bertujuan untuk

menarik perhatian anak-anak terhadap media.

c. Warna

Warna yang digunakan untuk media pelestarian Dongeng Bali nantinya adalah dengan

memanfaatkan warna-warna yang lembut seperti warna pastel dan kombinasi warna analog.

Warna ini nantinya digunakan pada penggunaan ilustrasi gambar tangan yang disempurnakan

dengan ilustrasi teknik digital untuk menambahkan efek-efek pewarnaan yang tidak bisa dilakukan

dengan teknik ilustrasi gambar tangan.

d. Teks

Teks yang digunakan pada media menggunakan tata bahasa yang sederhana baik itu tata bahasa

pada judul, subjudul, naskah dan kata penutup agar mudah dimengerti oleh anak-anak. Anak-anak

biasanya tidak suka melihat teks yang terlalu padat. Oleh karena itu teks nantinya akan dibuat sederhana

dan efektif dikombinasikan dengan ilustrasi-ilustrasi tokoh cerita ataupun adegan suatu cerita dongeng

sehingga media terlihat lebih menarik.

e. Huruf

Penggunaan huruf serif dan sans serif nantinya harus sesuai dan saling mendukung sehingga tidak

merusak tampilan suatu media. Media yang akan dibuat nanti dominan menggunakan huruf sans serif dan

huruf latin. Sedangkan huruf serif akan digunakan sebagai pendukung beberapa media yang bersifat

formal seperti buku dongeng.

3. KONSEP DESAIN

3.1Konsep Dasar Desain

Konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran-suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian.

Pemakaian konsep adalah hal yang penting dan menjadi acuan dalam perancangan media. Konsep

merupakan penyusun utama dalam suatu pemikiran yang dalam hal ini dituangkan dalam media-media

pelestarian Dongeng Bali. Pemilihan konsep yang benar tentunya akan berpengaruh terhadap respon yang

ditunjukan target audience terhadap media yang diciptakan. Konsep dasar yang digunakan dalam merancang

media-media dalam pelestarian Dongeng Bali adalah “fantasi”. Fantasi adalah gambar (bayangan) rekaan

angan-angan; khayal (tidak sebagaimana lazimnya) (Sugono, 2008:403). Dalam media-media bertemakan

fantasi kita dapat melihat tingkah hewan seperti layaknya manusia, sihir, dan hal-hal lain yang tidak terjadi

dalam kenyataan. Proses dalam memperoleh konsep “fantasi” dilakukan dengan menggunakan sistem

brainstorming. Sebagian besar dari proses kreatif, beberapa agensi menggunakan teknik berpikir yang

disebut brainstorming, dimana satu kelompok terdiri dari 6 – 10 orang bekerja sama untuk mendapatkan ide

Page 12: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

dengan menyumbangkan suatu gagasan yang kemudian dirangkum untuk memperoleh kesimpulan menjadi

gagasan utama (Moriaty, 2009:160).

Proses memperoleh konsep fantasi dilakukan dengan mengambil kata-kata yang berhubungan dengan

psikologi dan kesenangan anak-anak. Dalam proses tersebut diperoleh kata fun, hiper aktif, fantasi, warna-

warni, tidak pernah puas dan mimpi. Dalam proses berikutnya yaitu mencari cabang dari kata yang telah

diperoleh. Dari proses tersebut diperoleh satu kata yang memusat yaitu fantasi yang menjadi konsep dari

perancangan desain media pelestarian Dongeng Bali.

Fantasi berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada

dalam benak atau pikiran saja. Fantasi merupakan bagian penting bagi anak-anak karena mampu merangsang

daya imajinasi mereka. Cerita yang diceritakan dan permainan yang mereka mainkan dapat mempengaruhi

spritual, emosional dan pertumbuhan mental mereka. Melalui konsep fantasi yang diapliaksikan pada visual

media pelestarian Dongeng Bali, anak-anak diharapkan dapat belajar dan berkembang sebagai individu dan

belajar sebagai anggota masyarakat.

3.2 Strategi Media

Strategi media yang digunakan dalam pelestarain Dongeng Bali adalah melalui kegiatan peluncuran dan

pemberian sumbangan media seperti buku dan dongeng interaktif ke suatu sekolah kemudian dilakukan

pendataan untuk memperoleh perkembangan sejauh mana media tersebut berperan dalam pelestarian

Dongeng Bali. Selain disumbangkan sekolah, media-media pelestraian dongeng akan disumbangkan di

perpustakaan di setiap daerah kabupaten Bali.

3.5.1 Khalayak Sasaran

Target audience yaitu khalayak yang merupakan pendengar, hadirin, penonton atau pembaca suatu

media yang menjadi sasaran usaha atau kegiatan periklanan. Target audiens dibedakan dari kondisi

demografi, geografis, pssikografis dan behavioristik dari sasaran.

3.5.2 Panduan Media

Panduan media adalah petunjuk tentang media komunikasi yang nantinya berfungsi dalam memberikan

informasi pada masyarakat atau khalayak sasaran. Dalam Tugas Akhir ini penulis mengambil beberapa jenis

media yang akan digunakan dalam upaya pelestraian Dongeng Bali, antara lain sebagai berikut :

a. Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif)

CD-ROM Interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat

dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD-ROM (Read

Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video,

teks, dan program dalam CD (http://maroebeni.wordpress.com/2008/11/05/perkembangan-multimedia-

dan-cd-interaktif/) diunduh 11/12/12 .

Media ini nantinya akan digunakan sebagai media menyampaikan cerita dongeng secara intraktif

yaitu melalui komputer atau komputer tablet dengan perintah-perintah tertentu sehingga khalayak yang

didominasi oleh anak-anak dapat menikmati dongeng dengan menyenangkan dan tidak membosankan.

Tujuan pemilihan media ini adalah untuk memberikan media bacaan baru memanfaatkan perkembangan

teknologi informasi melalui komputer atau komputer tablet sehingga anak-anak merasa fun membaca

Dongeng Bali

b. Pembatas Buku

Pembatas buku adalah suatu pembatas yang diberikan untuk menandai lokasi karya cetak. Jenis

pembatas buku yang sering digunakan biasanya secarik kertas atau seuntai tali yang digunakan untuk

membatasi buku (http://roempi.wordpress.com/2011/07/25/pembatas-buku/) diunduh 13/10/12.

Media ini dipilih karena selain digunakan untuk pembatas buku, media ini juga berfungsi sebagai

hiasan dan dapat juga dimanfaatkan sebagai media untuk mengingatkan khalayak terhadap Dongeng Bali.

c. Poster

Page 13: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di

atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya

dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-

warna kontras dan kuat. Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi. Selain

itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal (http://id.wikipedia.org/wiki/Poster) diunduh 12/11/12.

Media poster yang dibuat lebih bersifat poster dekorasi. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian

anak-anak tentang serba-serbi Dongeng Bali sehingga secara tidak langsung berfungsi dalam pelestarian

Dongeng Bali.

d. Iklan Tabloid

Iklan adalah berita pesanan yang mendorong, membujuk, khalayak ramai agar tertarik pada barang

atau jasa yang ditawarkan, pemberitahuan pada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang

di dalam media massa (seperti majalah dan surat kabar) atau di tempat-tempat umum (Poerwadarminta,

1994:369). Tabloid adalah istilah suatu format surat kabar yang lebih kecil (597 mm × 375 mm) dari

ukuran standar koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penerbitan surat kabar reguler non

harian (bisa mingguan, dwimingguan, dan sebagainya), yang terfokus pada hal-hal yang lebih "tidak

serius", terutama masalah pesohor, olahraga,kriminalitas, dan lain-lain

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tabloid) diunduh 1/2/13. Jadi iklan tabloid dapat diartikan sebagai

penyampaian pesan dipasang pada media yang diterbitkan sekala berkala baik itu mingguan, bulanan

menurut kala penerbitan.

Media ini dipilih karena dapat memberikan pengenalan awal tentang bagaimana pentingnya membaca

Dongeng Bali, memberikan informasi tentang media Dongeng Bali, peluncuran dan juga kegiatan tertentu

yang yang diselenggarakan untuk kegiatan pelestarian Dongeng Bali.

e. Buku Dongeng

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya

dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman

(http://www.pemustaka.com/pengertian-buku-dan-sejarahnya.html) diunduh 12/12/2012. Sedangkan

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur

perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan

makhluk lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng) diunduh 12/12/2012. Jadi dapat diartikan buku

dongeng adalah kisah fiktif yang diceritakan kedalam bentuk tulisan dan gambar pada lembaran-lembaran

kertas yang dijilid.

Media ini dipilih karena media Dongeng Bali semakin sulit ditemukan di toko buku. Oleh karena itu

buku dongeng diharapkan menjadi media penyampaian pesan moral yang menyenangkan bagi anak-anak.

f. Gantungan Pintu

Adalah benda yang digantung di pintu. Fungsi gantungan pintu dapat dianggap serupa dengan yang

dari poster di mana kegiatan promosi terjadi tetapi hanya dalam skala yang relatif kecil dan dalam jumlah

terbatas ditargetkan audience (http://id.prmob.net/cetak/gantungan-pakaian/bisnis-525794.html) diunduh

13/12/12.

Media Gantungan Pintu ini difungsikan sebagai marchandise yang secara tidak langsung

mengingatkan anak-anak terhadap Dongeng Bali

g. Stiker

Stiker merupakan media komunikasi grafis tentang produk, jasa atau identitas yang dapat ditempel

pada berbagai tempat. Umumnya berbahan kertas vinyl yang mengandung perekat (Pujiriyanto, 2005:17).

Media Stiker ini difungsikan sebagai marchandise dibagikan saat peluncuran buku dan Dongeng Bali

interaktif. Stiker berperan sebagai reminder atau media pengingat sehingga dengan dipilihnya media

Stiker, diharapkan anak-anak tertarik membaca Dongeng Bali.

Page 14: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

h. Jadwal Mata Pelajaran

Jadwal Mata Pelajaran adalah daftar yang memuat atau berisi nama mata pelajaran, guru pengampu

mata pelajaran, waktu dan lain sebagainya (http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/21/konsep-dasar-

merancang-jadwal-perkuliahan-terintegrasi-dengan-sistem-informasi-akademik-464713.html) diunduh

13/12/12.

Media Jadwal Mata Pelajaran ini difungsikan sebagai marchandise dibagikan saat peluncuran buku

dan dongeng interaktif. Jadwal Mata Pelajaran berperan sebagai media multi fungsi yaitu untuk mencatat

jadwal mata pelajaran dan juga berperan sebagai reminder atau media pengingat sehingga dengan

dipilihnya media Jadwal Mata Pelajaran, anak-anak mengingat dan tertarik membaca Dongeng Bali.

i. Spanduk

Media komunikasi grafis yang dibuat dari kain panjang dan dipasang dengan direntangkan di atas

atau tepi jalan secara horizontal (Pujiryanto, 2005:22). Media ini dibuat untuk memberikan informasi

tentang puluncuran Dongeng Interaktif dan Buku Dongeng Bali.

j. Katalog

Katalog merupakan media komunikasi grafis berbentuk buku yang di dalamnya berisi aneka jenis

produk, harga, formulasi, dan cara penggunaanya (Pujiriyanto, 2005:20). Media ini dipilih agar dapat

memuat seluruh karya/desain yang dibuat dalam Tugas Akhir.

3.6 Program Tayangan Media

Program tayangan media dilakukan dalam upaya memberikan informasi mengenai bagaimana suatu

media difungsikan sehingga mendapat tanggapan dari khalayak sasaran. Program tayangan media dalam

usaha pelestarian Dongeng Bali dapat dilihat sebagai berikut :

No Media Waktu Tempat Lamanya

1 Dongeng

Interaktif (CD-

ROM

Interaktif)

Media ini dapat

diperoleh di

Perpustakan Daerah

tiap Kabupaten di

Bali dan di Sanggar

Kukuruyuk

Dapat diperoleh di

di Sanggar

Kukuruyuk, dan

Perpustakaan

Daerah tiap

Kabupaten di Bali

Selamanya dan

dialakukan

penambahan

media dengan

judul baru setiap

tahunnya

2 Iklan Tabloid Dua bulan sebelum

peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Tabloid Lintang Enam edisi

3 Buku Dongeng Media ini dapat

diperoleh di

Perpustakan Daerah

tiap Kabupaten di

Bali dan di Sanggar

Kukuruyuk

Dapat diperoleh di

di Sanggar

Kukuruyuk, dan

Perpustakaan

Daerah tiap

Kabupaten di Bali

Selamanya dan

dilakukan

penambahan

media dengan

judul baru setiap

tahunnya

4 Poster dongeng

Media ini dipasang

dan dibagikan saat

peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Dapat diperoleh di

di Sanggar

Kukuruyuk, dan

Perpustakaan

Daerah tiap

Kabupaten di Bali

Selama sebulan

kegiatan promosi

Page 15: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

5

Pembatas buku

Dibagikan melalui

game tertentu pada

saat peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Di Sekolah SD No 8

Denpasar

Selama even

peluncuran

berlangsungnya

Dongeng

Interaktif dan

Buku Dongeng

Bali

6 Stiker Dibagikan melalui

games tertentu pada

saat peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Di Sekolah SD No 8

Denpasar

Selama even

peluncuran

berlangsungnya

Dongeng

Interaktif dan

Buku Dongeng

Bali

7 Gantungan

Pintu

Dibagikan melalui

games tertentu pada

saat peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Di Sekolah SD No 8

Denpasar

Selama even

peluncuran

berlangsungnya

Dongeng

Interaktif dan

Buku Dongeng

Bali

8 Jadwal Mata

Pelajaran

Dibagikan melalui

games tertentu pada

saat peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Di Sekolah SD No 8

Denpasar

Selama even

peluncuran

berlangsungnya

Dongeng

Interaktif dan

Buku Dongeng

Bali

9 Spanduk Dipasang di depan

pintu masuk sekolah

saat peluncuran

Dongeng Interaktif

dan Buku Dongeng

Bali

Di Sekolah SD No 8

Denpasar

Selama even

peluncuran

berlangsungnya

Dongeng

Interaktif dan

Buku Dongeng

Bali

10 Katalog Media ini digunakan

saat ujian Tugas

Akhir berlangsung.

Disediakan saat

ujian Tugas Akhir

Studio.

Dengan jangka

waktu selama

ujian Tugas

Akhir

berlangsung.

Tabel 3.1 Program Tayangan Media

3.7 Strategi Kreatif

Perecanaan suatu strategi tentunya akan berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu media ditujukan

pada tujuan sasaran. Berikut merupakan strategi kreatif yang dilakukan terhadap media pelestarian Dongeng

Bali.

Page 16: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

3.7.1 Isi Pesan

Pesan yang disampaikan pada khalayak sasaran tentunya harus informatif, komunikatif dan

edukatif agar target audience dalam hal ini anak-anak dapat memahami setiap pesan yang disampaikan

pada suatu media. Isi pesan dalam media secara umum bertujuan untuk mengajak anak-anak untuk

membaca Dongeng Bali. Adapun pesan yang hendak disampaikan melalui media-media dalam upaya

pelestarian Dongeng Bali adalah sebagai berikut:

- Mengajak anak-anak membaca dan mencintai Dongeng Bali

- Menberikan informasi berupa beberapa kumpulan Dongeng Bali pada anak-anak sehingga mereka

dapat memilih dongeng yang mereka suka

- Memberikan cerita dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti, sederhana, menarik dan

menyenangkan disertai dengan ilustrasi berwarna sehingga anak-anak tidak bosan terhadap cerita

yang disampaikan

- Menggunakan kalimat-kalimat yang bersifat mendidik serta sesuai dengan norma-norma yang

berlaku dimasyarakat

3.7.2 Bentuk Pesan

Bentuk pesan yang disampaikan menggunakan kalimat-kalimat yang sopan dan sederhana. Hal

ini bertujuan agar target audience yang didominasi oleh anak-anak tidak bingung dan mudah mengerti

terhadap pesan yang disampaikan pada media. Bahasa yang digunakan sebagai pengantar menggunakan

Bahasa Indonesia.

3.7.3 Strategi Visual

Teknik visual yang digunakan dalam visualisasi desain menggunakan teknik gambar tangan

dengan finishing menggunakan program komputer (ilustrasi teknik digital). Ilustrasi yang ditampilkan

digunakan sebagai penghias suatu media berupa karakter-karakter tokoh cerita diikuti dengan teks yang

menjelaskan tentang jalannya cerita dongeng. Teks nantinya akan dibuat sederhana dan singkat.

3.7.4 Gaya Visual

Gaya visual yang ditampilkan pada media adalah gaya visual yang mengutamakan ilustrasi adegan

cerita dongeng dengan memanfaatkan teknik digital diikuti oleh teks cerita yang dibuat sederhana dan

singkat. Perhatian utama anak-anak biasanya lebih tertuju pada ilustrasi. Maka dari itu ilustrasi akan

dominan digunakan pada layout media kemudian teks digunakan sebagai pendukung untuk menjelaskan

adegan yang diceritakan dalam ilustrasinya

3.7.5 Material

Material merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam mewujudkan media-media komunikasi

visual sehigga media tersebut siap dipublukasikan dan digunakan khalayak. Bahan dari media-media

disesusaikan dengan yang akan diwujudkan. Adapun jenis material masing-masing media yang

dirancang diuraikan sebagai berikut :

a. Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif)

1) CD

Aplikasi yang digunakan untuk membuat desain yaitu Adobe Flash CS 6 dengan format Small

Web Format (swf) dengan ukuran media 800 pixel x 566 pixel.

2) Label CD

Menggunakan bahan artpaper 70 gsm dengan diameter 12 cm.

3) Cover CD

Menggunakan bahan artpaper doff 150 gsm dengan ukuran 14 x 26 cm

b. Iklan Tabloid

Menggunakan bahan kertas koran 150 gsm 13 x 8 cm. Ukuran kertas disesuaikan dengan majalah

yang nantinya menjadi media penyampaian iklan.

Page 17: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

c. Poster Dongeng

Menggunakan kertas artpaper 210 gsm dengan ukuran 42 x 29,7 cm

d. Buku Dongeng

Menggunakan bahan kertas artpaper 150 gsm dengan teknik cetak ofset ukuran 21 x 29,7 cm

posisi terbuka.

e. Pembatas Buku

Menggunkan kertas artpaper 210 gsm dengan ukurun 5 x 15 cm.

f. Stiker

Menggunakan bahan vinyl berukuran 7 x 8 cm

g. Gantungan Pintu

Menggunakan bahan artpaper 210 gsm berukuran 9 x 25 cm

h. Jadwal Mata Pelajaran

Menggunakan bahan artpaper 210 gsm berukuran 21 x 29,7 cm

i. Spanduk

Menggunakn bahan frontlite berukuran 200 x 80 cm.

j. Katalog

Menggunakan bahan art paper 260 gsm pada cover dan 150 gsm pada bagian isi. Ukuran media

yang digunakan 30 cm x 10 cm dalam keadaan terbuka dan berukuran 15 cm x 10 cm dalam

keadaan tertutup.

4. VISUALISASI DESAIN

4. 1 Buku Dongeng

Gambar 4.1 Desain Buku Dongeng

Nama Media : Buku Dongeng

Ukuran : 14,8 cm x 21 cm (tertutup), 29,7 cm x 21 cm (terbuka)

Bahan : Art Paper 150 gsm, Art Paper 210 gsm, Kertas Karton

Huruf : Rumpelstiltskin, Times New Roman dan Freehand

Teknik : Cetak Offset

Page 18: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

4.2 Stiker

Gambar 4.2 Desain Stiker

Nama Media : Stiker

Ukuran : 7 cm x 8 cm

Bahan : Vinyl

Huruf : Freehand dan Janda Light Shine Your Light On Us

Teknik : Digital Print

4.3 Dongeng Interaktif (CD-ROM Interaktif)

Gambar 4.3 Desain Dongeng Interaktif

Nama Media : Dongeng Interaktif

Dimensi : 800 x 566 pixel

Format : swf

Huruf : Freehand dan Rumpelstiltskin

Teknikn Cetak : Burn CD

Page 19: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

4.4 Jadwal Mata Pelajaran

Gambar 4.4 Desain Jadwal Mata Pelajaran

Nama Media : Jadwal Mata Pelajaran

Ukuran : 21 cm x 29,7 cm

Bahan : Art paper 210 gsm

Huruf : Freehand, Rumpelstiltskin dan Janda Light Shine Your

Light On Us

Teknik : Digital Print

4.5 Spanduk

Gambar 4.5 Desain Spanduk

Nama Media : Spanduk

Ukuran : 200 x 80 cm

Bahan : Frontlite

Huruf : Freehand, Rumplestiltskin dan Janda Light Shine Your

Light On Us

Teknik : Digital Print

Page 20: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

4.6 Iklan Tabloid

Gambar 4.12 Desain Iklan Tabloid

Nama Media : Iklan Tabloid

Ukuran : 13 x 8 cm

Bahan : Kertas Koran

Huruf : Offset

4.7 Poster

Gambar 4.14 Desain Poster

Nama Media : Poster

Ukuran : 29,7 x 42 cem

Bahan : Art paper

Huruf : Freehand, Rumplestiltskin dan Janda Light Shine Your

Light On Us

Teknik : Digital Print

Page 21: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

4.8 Gantungan Pintu

Gambar 4.16 Desain Gantungan Pintu

Nama Media : Gantungan Pintu

Ukuran : 9 x 25 cm

Bahan : Art paper 250 gsm

Huruf : Freehand dan Janda Light Shine Your Light On Us

Teknik : Digital Print

4.9 Pembatas Buku

Gambar 4.18 Desain Pembatas Buku

Nama Media : Pembatas Buku

Ukuran : 5 x 15 cm

Bahan : Art paper 260 gsm

Huruf : Freehand, dan Janda Light Shine Your Light

On Us

Teknik : Digital Print

Page 22: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

4.10 Katalog

Gambar 4.20 Desain Katalog

Nama Media : Katalog

Ukuran : 15cm x 10cm (tertutup), 30cm x 10cm (terbuka)

Bahan : Art Paper 260 gsm (cover)

Art Paper 150 gsm (isi)

Huruf : Freehand, Rumplestiltskin dan Janda Light Shine Your

Light On Us

Teknik : Digital Print

5. Simpulan dan Saran

a. Simpulan Setelah melakukan survey dan penelitian pada studi kasus desain komunikasi visual untuk

pelestarian Dongeng Bali, berdasarkan data-data yang telah diperoleh dengan menerapkan metode-

metode penelitian maka dapat ditarik suatu kesimpulan antara lain:

1. Media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif untuk melengkapi kegiatan pelestarian

Dongeng Bali adalah Dongeng Interaktif (CD ROM Interaktif), Pembatas Buku, Poster, Iklan Tabloid,

Buku Dongeng, Gantungan Pintu, Stiker, Jadwal Mata Pelajaran, Spanduk dan Katalog,. Setiap

media tersebut memiliki fungsi masing-masing, efektif dan sesuai untuk memberikan informasi

tentang Dongeng Bali.

2. Dalam desain media komunikasi visual perlu dipertimbangkan teori-teori desain, teori sosial, prinsip

desain, serta mempertimbangkan keadaan calon konsumen sehingga akan terwujud media komunikasi

visual yang efektif dan komunikatif. “Fantasi” merupakan konsep dasar yang relevan digunakan pada

proses desain komunikasi visual untuk pelestarian Dongeng Bali. Konsep tersebut dapat membantu

dalam desain media komunikasi visual yang efektif, efisien dan komunikatif, serta tepat pada sasaran.

b. Saran Saran-saran penulis sebagai pertimbangan setelah mengetahui dan melakukan berbagai

kegiatan dalam desain komunikasi visual untuk pelestarian Dongeng Bali, antara lain :

1. Dongeng Bali seharusnya dilestarikan melalui pengembangan dengan memanfaatkan kemajuan

teknologi dan informasi. Dengan demikian Dongeng Bali dapat dilestariakan bahkan mungkin

dikenal di dunia internasional.

2. Perlunya kesadaran lebih dari berbagai pihak untuk melestarikan budaya bangsa termasuk Dongeng

Bali agar terhindar dari kepunahan.

Page 23: PELESTARIAN DONGENG BALI MELALUI MEDIA KOMUNIKASI …

3. Bagi para desainer dan disiplin ilmu Desain Komunikasi Visual, dalam membuat desain sebaiknya

memperhatikan konsep yang digunakan, dengan menyesuaikan unsur-unsur desain, seperti ilustrasi,

teks / tipografi, warna, dan layout. Yang selanjutnya bisa diwujudkan dengan bahan dan teknik cetak

yang sesuai dengan media-media yang dirancang. Serta juga memperhatikan kapan, dimana, dan

frekuensi media tersebut disebarkan. Sehingga media-media tersebut, bisa efektif dan efisien

digunakan sebagai sarana promosi.