PELEBURAN-BIJIH-TIMAH
-
Upload
vinaldo-wibowo -
Category
Documents
-
view
140 -
download
0
description
Transcript of PELEBURAN-BIJIH-TIMAH
PELEBURAN BIJIH TIMAH
I. PRA OLAHAN
1) Aglomerasi
Suatu proses penggumpalan dari partikel yang kecil menjadi partikel yang
lebih besar. Biasa dilakuakn pada bijih, konsentrat dan partikel partikel yang
mengalami roasting. Aglomerasi diperlukana bila diumpankan butiran yang
terlalu halus dapat terjadi penyumbatan aliran aliran gas terganggu.
Jenis Aglomerasi :
1. Pembriketan (Briqueting)
2. Peletisasi (Pelletizing)
3. Sintering
4. Modulasi
Pembriketan
Pembriketan dilakukan dengan percetakan tekan, menggunakan bahan perekat
(kapur, semen, lempung dan minyak residu). Hasil dari roasting yang
mempunyai partikel yang sangat halus dengan ditambahkan reduktor carbon
dibentuk suatu briket.
Pelletisasi
Dilakukan terhadap bijih yang berbutir sangat halus sehingga sulit disinter,
produknya berupa bola-bola kecil. Tahapan proses pelletisasi pembentukna
berukuran 1-3cm dengan penambahan perekat dan air yang dilakukan pada
temperatur (!0% berat air dari 1% flux) dan juga pembakran pada temperatur
1200-1300oC. jenis fluks yang dipakai adalah bentonite, zat zat organis dan
garam garam logam.
Sintering
Sinterisasi merupakan aglomerasi yang paling luas penerapannya khususnya
pada proses penyiapan bijih besi untuk peleburan didalam tanur tiup. Feeding
Kondisi Dingin
Kondisi panas
terdiri atas : konsentrat yang halus, 15% kokas sebagai bahan bakar dan 10% air
supaya bersifat porous. Dalam proses ini bijih besi dicampur dengan kokas dan
air lalu dilakukan pemanasan dalam suatu mesin. Aglomerasi terjadi karena
pelelehan sebagian senyawa silikat yang terdapat dalam bijih atau karena
terjadinya pertumbuhan kristal dan rekristalisasi. Untuk bijih sulfide sinterisasi
biasanya dilakukan dengan proses pemanggangan
Modulasi
Proses ini dikerjakan seperti pada pembuatan klinker semen dengan cara
pemanasan didalam tanur putar, sehingga gumpalan-gumpalan material yang
terikat kuat.
2) Kalsinasi
Temperatur kaslinasi harus lebih tinggi dari drying dan membutuhkan
panas untuk menguraikan air hidrat
Tujuan kalsinasi :
1. Penguraian karbonat
2. Penguraian hydrant (air kristal)
MOH2O MO + H2O
Proses yang terjadi dalam kalsinasi :
1. Reaksi endoterm
2. Suhu didalam reaksi > suhu diluar
3. Tekanan didalam > tekanan luar
3) Roasting
Pemanggangan secara oksidasi terjadi peleburan
Pemanggangan sulfide tidak sampai terjadi peleburan
4) Drying
Tuuan dari drying :
1. Mengeluarkan H2O
2. Merubah dari fase padat ke fase cair tetapi tidak terjadi peleburan
II. PERSIAPAN PELEBURAN
Peleburan adalah pekerjaan metalurgi yang terjadi pada fase suhu tinggi dan
terbentuk fase padatdan cair yang terdiri atas :
A. Pirometalurgi
B. Hidrometalurgi
C. Elektrometalurgi
Fenomena utama yang terjadi pada proses peleburan adalah :
a. Berlangsungnya reaksi kimia yang menghasilkan logam dari senyawa
senyawannya
b. Terbentuknya dua atau lebih fase yangmenungkinkan terpisahnya senyawa
logam yang dihasilkan dari senyawa senyaw yang tidak dikehendaki.
Pembentukan fasa fasa yang diperlukan untuk berlangsungnya pemisahan
fisik antara logam logam dengan unsur pengotornya dapat terjadi dengan sendirinya
atau dengan bantuan penambahan bahan bahan atau reagen reagen lain.
Syarat Kualitas Bijih Timah
Bahan baku untuk memproduksi logam timah terdiri dari bijih timah, antrasit
dan batu kapur. Sedangkan bahan sirkulasi dalam proses peleburan terdiri dari
debu,, dross dan hard head. Bahan baku semuanya didapatkan dari material
produksi
Bijih timah yang berasal dari unit penambangan darat dan penambangan laut
kadar timah dan pengotornya beda. Namun demikian konsentrat timah yangkan
dilebur harus memenuhi syarat yang ditetapkan untuk peleburan dengan kandungan
Sn tinggi. Sebelum dilebur bijih timah diambil sample untuk mengetahui
kandungan unsurnya dimaterial produksi.
Pengambilan sample konsentrat timah dilakukan dengan menggunakan
knight sample dari suatu partai konsentrat, dengan sample timah sebanyak 9,6 kg.
Setelah dilakukan mixing dan splitting hingga didapat sample sebanyak dua bagian
dengan berat masing masing 0,15 kg. Satu disimpan sebagai arsip sedangkan
sisanya dikirim ke laboratorium. Bijih timah yang diterima berdasarkan unsur
pengotornya di bagi atas :
1. Clean Consentrate (konsentrate bersih) yaitu bijih timah yang langsung dapat
dilebur untuk menghasilkan logam yang telah ditentukan, tanpa adanya proses
tambahan dalam pemurnian kecuali pemurnian besi.
2. Blendable Consentrate (konsentrat menengah) yaitu bijih timah yang sebelum
dilebur harus dicampur (blending) terlebih dahulu dengan clean konsentrat yang
mempunyai kadar pengotor tidak sama.
3. High Impurities Consentrate (konsentrat yang kadar pengotornya tinggi) yaitu
bijih timah di luar kategori satu dan dua diatas. Biasanya bijih jenis ini
digunakan untuk melebur dross dan hardhead dengan kandungan Pb tinggi
dalam bijih timah.
Secara umum bijih timah yang akan dilebur mengandung unsure-unsur
sebagai berikut :
TABEL I.1
Kandungan Unsur dalam Sample
Unsur dalam bijih timah Kadar rata-rata (%)
Sn 72,0
Fe 1,5
Pb 0,02
As 0,012
Cu 0,005
S 0,55
Antrasit yang diperlukan sebagai reduktor harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan sebagai berikut :
TABEL I.2
Kandungan Unsur dalam Antrasit
Unsur Kadar rata-rata
Fixed Carbon 78 % (min)
Ash 8 % (max)
Total Moisture 7 % (min)
Volatile Matter 5 % (max)
Sulfur 1 % (max)
Batu kapur dalam proses peleburan timah berfungsi sebagai flux atau bahan
pengikat kotoran harus mengandung CaO yang tinggi dengan kandungan unsur
lainnya rendah. Kandungan unsur dalam batu kapur :
TABEL I.3
Kandungan Unsur dalam Batu Kapur
Unsur Kadar rata-rata
CaO 53 % (min)
CO2 41,6 % (min)
MgO 0,8 % (max)
SiO2 0,8 % (max)
Fe2O3 0,2 % (max)
S 0,5 % (max)
H2O 0,5 % (max)
P 0,5 % (max)
Penimbangan Komposisi
Material peleburan yang ada di gudang produksi ditempatkan dalam bunker
penimbangan selanjutnya akan dimasukkan dalam tanur peleburan. Penimbangan
material dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Penimbangan komposisi untuk peleburan bijih timah
bahan baku utama untuk peleburan tahap I adalah bijih timah ditambah
dengan bahan sirkulasi. Material peleburan ditimbang berdasarkan komposisi
yang ditentukan sehingga proses berjalan baik. Bahan sirkulasi peleburan
dross, hardhead, debu mengandung unsur yang berbeda dengan bijih timah
maka komposisi peleburan disesuaikan dengan jumlah material lainnya.
b. Penimbangan komposisi untuk peleburan slag I
bahan baku dalam peleburan slag I terdiri dari slag I, antrasit sebagai reduktor
dan batu kapur sebagai flux.
c. Cara penimbangan
penimbangan komposisi dilakukan dengan timbangan Electrycally Drive
Batch Scale yang bergerak di rel dengan kapasitas 10 ton. Alat ini dilengkapi
dengan dua buah container untuk menampung curahan material dari bunker,
bahan baku yang telah ditimbang kemudian dimasukkan dalam hopper tanur
pantul tetap dengan crane.
Proses penimbangan dilakukan dari bunker material masing-masing yang
beratnya dapat dipantau dari ruang control. Material dicampur dalam kubel dan
diangkat dengan crane untuk dicurahkan dalam hopper tanur.
III. PRINSIP,MEKANISME DAN TEKNOLOGI PELEBURAN BIJIH TIMAH
PELEBURAN BIJIH TIMAH PRIMER
Peleburan bijh timah dilakukan dalam dua tahapyaitu peleburan bijih timah
dan peleburan slag I. Pada peleburan bijih tiah dihasilkan logam timah kasar (crude
tin) sedangkan pada peleburan slag I dihasilkan slag II dan hardhead.
Tujuan dilakukan peleburan dua tahap adalah :
1. Pada peleburan bijih diharapkan besi dalam logam yang terbentuk tidak terlalu
besar sehingga temperatur operasi relatif rendah dan penggunaan bahan
redukstor dipakai relatif sedikit.
2. Pada pelebran slag I yang mengandung Sn 20-35% diharapkan mampu
menghasilkan hardhead dan slag II dengan kadar Sndibawah 1%
3. Untuk mendapatkan recovary peleburan yang setinggi tingginya karena
peleburan timah ini memerlukan biaya yang besar,sehingga setiap langkah kerja
harus efektif.
Bijih timah dan bahan sirkulasi seperti debu,dross, hardhead serta antrasit,
batu kapur dalam bunker komposisi ditimbang dengan Electrically Drive Batch
Scale yang bergerak diatas rel, alat ini dilengkapi dengan buah kontainer untuk
menampung material dari bunker.
Selesai penimbangan material dimasukkan ke dalam hopper, dilakukan
mixing agar material yang akan dilebur menjadi homogen. Material yang telah
homogen tersebut ditempatkan dalam hopper-hopper tanur dengan melalui bukaan
valve material dicharge kedalam tanur. Setiap charge kurang dari 35 dan 20
komposisi. Dalam peleburan bijih timah diperlukan udara kurang dari 6.000
m3/jam dan temperatur peleburan lebih kurang 1100-1350oC. Udara pembakaran
diambil dari atmosfer menggunakan axial fan refrigerator yang berkapasitas
maksimum 10.000 m3/jam. Minyak yang dipakai untuk pembakaran dalam tanur
adalah minyak jenis FO(Fuel Oil)
Pada temperatur diatas 700oC gas CO akan lebih stabil daripada gas CO2
sehingga pada temperatur operasi akan diperoleh gas CO. Selain faktor, faktor
isapan yang berperan dalam pembentukan CO. Dengan isapan tekanan dalam tanur
menjadi kecildan jumlah oksigen didalam tanur sangat terbatas,sehingga gas CO2
akan bereaksi dengan antrasit membentuk CO yang akan mereduksi oksida oksida
dalam tanur.
Gas gas yang dihasilkan selama proses peleburan berlangsung dihisap keluar
dari tanur menuju gerbong. Setiap tanur mempunyai dua buah refrigerator yang
bekerja secara bergantian sesua dengan pergantian sparay nozzle. Flue gas hasil
pembakaran dimanfaatkan untuk pemanasan refrigerator lainnya sampai temperatur
mencapai 400-600oC dan tekanan operasi dalam tanur berkisar -0,01 in H2O sampai
dengan -0,02 in H2O.
Empat jam setelah charge dilakukan tapping yaitu pengeluaran material hasil
peleburan untuk mengeluarkan timah cair. Temperatur pada saat tapping
dipertaankan sekitar 1200oC, setelah itu tiap jam dilakukan rabbling yaitu
pengadukan material dalam tanur merata. Setelah material mencair semua
dilakukan tapping C atau tapping akhir terakhir untuk mengeluarkan timah cair dan
slagnya yang ditampung dalam fore heart. Fore Heart iniini dibagi dua bagian yang
dipisahkan oleh weir sekat pemisah, dimana pada bagian bwahnya ada saluran yang
menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya. Pemisahan di foreheart
didasarkan pada perbedaan berat jenis antara timah cair dengan slag seperti pada
gambar.
GAMBAR 1
PEMISAHAN TIMAH CAIR DAN SLAG
Pengeluaran hasil peleburan atau tapping dilakukan apabila reaksi dalam tanur
relatif tidak terjadi lagi dngan cara membuka tapping menggunakan pipa yang
disemprotkan udara bertekanan tinggi. Tapping dilakukan dalam tiga tahap yaitu
Tapping A dan B untuk pengeluaran logam timah dengan slagnya.
SLAG
WEIR
TIMAH CAIR
TIMAH CAIR
GAMBAR 2
PROSES PELEBURAN
Kurasan foreheart, float dan ketel rafinasi mengandung sn yang sangat tinggi
mencapai 90% dinamakan sebagai wet dross, untuk itu dilakukan peleburan di flame
oven yang prinsipnya sama dengan ditanur tetap hanya temperatur dan bahan bakar
yang digunakan berbeda. Hasil peleburan ini dituang ke ketel rafinasi kembali
sedangkan dry dross dilebur bersama sama dengan bijih timah. Pada peleburan bijih
timah dengan dross material sirkulasi ternyata membutuhkan waktu yang sangat
panjang dibandingan dengan peleburan bijih timah biasa atau pun peleburan slag.
PELEBURAN SLAG
Bahan baku yang dilebur pada peleburan tahap kedua adalah slag I, batu kapur
dan antrasit. sama halnya dengan peleburan pertama antrasit yang digunakan untuk
peleburan sebagai bahan konduktor dan batu kapur sebagai flux untuk mengikat
oksida pengotor.
Dalam peleburan bijih maupun dalam peleburan slag, SnO yang terbentuk tidak
seluruhnya tereduksi menjadi logam timah. Tetapi sebagian akan masuk ke dalam
slag cair dan sebagian lagi dalam bentuk debu timah bersama dengan gas lain dari
tanur. Temperatur tanur mula mula 1100oCdan terus dinaikkan hingga mencapai
temperatur operasi antara 1400-1500oC kenaikkan temperatur kurang dari 45oC/jam.
Udara yang dipakai untuk embakaran slag I kurang 6000m3/jam atau sesuai dengan
temepratur yang diperlukan. Tekanan bahan bakar 7 kg/m2dan tekanan dalam tanur
berkisar -0,01 in H2O sampai dengan -0,02 in H2O.
PEMURNIAN LOGAM TIMAH
Tujuan dari proses pemurnian adalah memurnikan cairan timah yang dihasilkan
dari proses pelebran, sehingga didapat logam timah cair sebagaian besar adalah
senyawa kimia dalam bentuk intermetallic compound yang mempunyai titik lebur di
atas temperatur operasi peleburan. Proses pemurnian dititikberatkan untuk
menurunkan kadar Fe, as, Pb dan Cu yang terkandung dalam timah cair.
A. PENGATURAN LETAK KETEL
Ketel berbentuk setengah boladengan fungsi utama sebagai tempat
pemurnian timah kasar dari unsur-unsur pengotor terutama Fe, As dan Cu.
Penambahan bahan-bahan pengikat dilakukan setelah diketahui komposisi timah
serta unsur-unsur pengotornya. Temperatur ketel diatur pada suhu 280-400oC. Hal
ini dimaksudkan untuk mengurangi kelarutan Fe karena memilki titik lebur
1536oC dan Sn 232oC maka Fe mengendap didinding dinding ketel.
Untuk memudahkan uraian tentang proses rafinasi atau pemurnian bijih timah,
maka ditentukan nomor dari ketel ketel yang ada. cara pembagian nomor ketel
tersebut hanyalah untuk mencapai kapasitas maksimum. Ditentukan dua jalur
utama dari lirtanm timah yang kana dimurnikan dengan cara ini, timah kasar yang
hanya memerlukan rafinasi sedikit maupun timh kasar yang banyak
impurituiesnya dapat diproses pada instalasi pemurnian yang sama tanpa
menimbulkan kesulitan yang berarti. Pengaturan letak ketel pemurnian seperti
pada gambar.
B. PROSES STIRING
Proses stiring adalah proses pemurnian timah kasar dengan cara pengadukan
dengan menggunakan stirre karena ada putara stirrer, maka permukaan timah cair
akan membentuk lekukan (vortex) dan ditambahakan serbuk gergaji. Pada suhu
400oC serbuk gergaji akan menghasilkan gas Co2 dan uap H2O yang akan naik ke
permukaan timah cair dalam bentuk gelembung gelembung. Unsur pengotor yang
ada dalam timah cair akan kontak dengan gelembung gelembung gas CO2 dan
H2O dengan adanya pengadukan akan mempercepat terjadinya kontak gelembung
gelembung gas dengan pengotor yang ikut terbawa ke permukan timah cair
kotoran yang mengapung selanjutnya di skimming, material ini disebut sebagai
dross.
C. PEMURNIAN Fe
Cara untuk menghilangkan besi didasarkan pada sifat besi yang membentuk
persenyawaan dengan timah pada temperaut tinggi. Bila bijih yang dilebur
mengandung besi, maka timah kasar yang dihasilkan akan mengandung besi pula
karena timah dan besi mempunyai sifat kimia yang hampir sama. Persenyawaan
yang terbentuk ada dua macam yaitu : FeSn dengan 32% Fe dan FeSn2 dengan
19% Fe.
Selanjutnya dariketel stirring timah cair dipindahkan ke ketel pindah agar
pemurnian lebih sempurna.timah cair yang sudah mmenuhi persyaratan terhadap
unsur unsur pengotornya, dipindahkan ke ketel cetak yang langsung dicetak
menjadi logam timah. Pada temperatur 800oC akan terjadi pengendapan FeSn dan
bila pendinginan dilanjutkan maka pengendapan FeSn yang halussemakin banyak,
sementara timah akan bertambah murni. Pada suhu 400oC akan terbentuk
persenyawaan baru, kristal FeSn akan bereaksi dengan cairan timah
disekelilingnya membentuk FeSn2.
D. PEMURNIAN Cu
Untuk mengurangi kadar Cu dalam timah cair ditambahakan sulfur (S)
selain dengan Cu sulfur juga bereaksi dengan Fe.
Partikel Cu2Sdan FeS akan terngkat ke permukaan cairan logam karena berat
jenisnya rendah dan dipisahkan dari cairan logam timah. Penambahan sulfur
tergatung dari banyaknya pengotor dalam timah cair.
E. PEMURNIAN As
Untuk mengurangi kadar As dalam timah kasar perlu ditambahkan dengan
aluminium sehingga terjadi reaksi pembentukan AlAs dengan titik lebur 1700oC.
Antimon akan membentuk AlSb dengan titik lebur 1050-1080o. Kedua kristal
tersbut mudah sekali mengapung karena brat jenisnya lebih kecil dibanding logam
timah.Untuk mempercepat reaksi dilakukan pengadukan dan menaikkan
temperatur hingga 400oC diketel rafinasi. komposisi AlAsdalam dross
dipermukaan logam cair sulit untuk dipisahkan sehingga perlu dilakukan polling
dengan mnghembuskan udara ke dalam logam cair kurang lebih 5 jam. Dengan
adanya polling maka Al yang masih tertinggal teroksidasi menjadi Al2O3.
F. PEMURNIAN Pb
Untuk pemurnian Pb dengan memanfaatkan diagram dua fasa PbSn. Pada
temperatur eutetic, dengan perbandingan PbSn lebih kurang 40-60%, maka PbSn
pada kondisi cair, sedangkan Sn dalam bentuk solid. Cara kerja crystallizer
berdasarkan titik lebur Pb 185oC dan Sn 232oC. Paduan logam PbSn dipanaskan
melalui blade pada temperatur dianatara titik lebur kedua logam tersebut.
ELECTROCITY REFINING
Selain pemurnian terhadap impuritis di pyro refining dan eutectic refining,
pemurnian juga dilakukan di electrolytic refining yang bertujuan untuk menghasilkan
logam timah berkadar 99,99 % Sn atau disebut Fournine. Pemurnian yang
menggunakan prinsip elektrolisis ini terjadi karena adanya perbedaan tegangan listrik
pada kedua elektroda (katoda dan anoda) yang menimbulkan arus listrik dalam
larutan elektrolit barupa aliran ion-ion positif (kation) bergerak ke arah elektroda
negatif (katoda), terjadi reaksi reduksi yang mengkonsumsi electron. Sedangkan ion
negatif (anion) bergerak ke arah elektroda positif (anoda) terjadi reaksi oksidasi yang
melepaskan electron. Reaksi oksidasi yang terjadi adalah :
Anoda : Sn Sn2+ + 2e (oksidasi)
Katoda : Sn2+ + 2e Sn (reduksi)
Sn (anoda) Sn (katoda)
Logam timah dalam bentuk lempengan (katoda) direndam dalam larutan
elektrolit, hasilnya berupa lempengan anoda dengan kadar Sn tinggi selanjutnya
diletak di ketel percetakan. Lempengan katoda sisa dari proses pemurnian elektrolitik
dibentuk dalam lempengan katoda kembali untuk diproses ulang. Proses pemurnian
ini berlangsung lambat karena menggunakan tegangan dan arus rendah agar unsur Sn
yang didapat mencapai kadar yang diinginkan. Bila tegangan dan arus yang
digunakan tidak tepat maka hasilnya berupa pengotor yang memiliki potensial
elektroda berdekatan dengan Sn seperti Pb dan Co. Prinsip pemisahan unsur Sn dari
impuritisnya sesuai dengan nilai elektroda potensial standar unsur-unsur logam.
Unsur-unsur pengotor dalam logam timah akan terpisah disebabkan adanya
perbedaan potensial elektroda standar. Ketentuan pemisahan unsur-unsur pengotor
dalam logam timah adalah :
1. unsur yang harga E0 nya lebih kecil dari E0 Sn, seperti Al, Zn, Fe, Ni, In dan Co
akan turut teroksidasi dan akan larut ke dalam larutan elektrolit. Tetapi tidak
tereduksi karena harga E0 lebih kecil dari Sn.
2. unsur-unsur yang harga E0nya lebih besar daripada E0 Sn, seperti Bi, Sb, As, dan
Cu tidak ikut teroksidasi dan akhirnya berubah menjadi Lumpur.
3. unsur-unsur yang harga E0 nya hamper sama dengan E0 Sn, seperti Pb akan
teroksidasi dan tereduksi. Untuk mencegah agar Pb tidak ikut mengendap pada
katoda, maka ditambahkan H2SO4.
Pb(s) + H2SO4(l) PbSO4(l) + H2(g)
Larutan elektrolit yang digunakan dalam proses elektrolisa ini adalah
campuran antara Stannosulfat (SnSO4), asam sulfat (H2SO4), asam fluorosilikat
(H2SiF6). Gelatin dan B-nafthol dengan temperature operasi pada suhu kamar bagan
alir electrolytic refining.
PERALATAN PELEBURAN TIMAH
A. TANUR PANTUL TETAP
Setiap tanur memiliki 12 buah hopper yang diletakkan secara merata di atas
tanur. Dua buah hopper terdekat dengan lubang trapping biasanya tidak diisi
material, untuk memindahkan saat trapping.
Bahan bakar dimasukkan ke dalam tanur melalui nozzle pada burner dengan
kapasitas tertentu sesuai pengaturan. Udara bebas yang diisap oleh axial fan
dipanaskan terlebih dahulu oleh regenerator. Udara panas dan bahan bakar
bereaksi menghasilkan kalor, yang selanjutnya kalor ini sebagian dimanfaatkan
untuk memanaskan regenerator sebelum udara panas sisa pembakaran dibuang.
Material peleburan yang telah disiapkan baik dari komposisi maupun beratnya
dimasukkan ke dalam tanur melalui hopper. Rabbling atau pengadukan dilakukan
melalui pintu rabbling yang berjumlah 7 buah tiap tanur tujuannya untuk
meratakan material dan panas selama proses peleburan berlangsung.
B. FLAME OVEN
Wet dross dan kurasan Forehearth dimasukkan ke dalam flame oven,
setelah atap flame oven dibuka suhu operasi dipertahankan dengan menggunakan
burner yang menyemprotkan bahan bakar dan udara sekaligus sehingga terjadi
pembakaran dan menghasilkan kalor. Operasi flame oven hanya untuk
memisahkan timah dengan dross pada temperatur operasi dibuat sedemikian rupa
sehingga yang mencair hanya logam timahnya saja. Setelah timah mencair,
lubang tapping dibuka agar timah cair keluar, sementara slagnya tetap tertinggal
di dalam oven.
C. COOLER
Cooler digunakan untuk menurunkan temperatur debu yang akan masuk ke
dalam filter. Gas-gas hasil reaksi yang mengandung debu itu dilewatkan pada
silinder-silinder tegak yang berjumlah 160 buah. Di bagian bawah dari cooler
disediakan kantung-kantung penampung (cyclone) guna mengurangi keasaman
gas. Settling chamber berfungsi untuk mengurangi debu dari main flue.
Aliran udara disebabkan oleh isapan axial fan. Adanya gaya grafitasi dan dibantu
oleh sekat-sekat paku pada dinding pipa pendingin, maka debu yang relatif berat
akan mengendap. Penurunan temperatur terjadi karena adanya radiasi panas dari
flue gas ke udara bebas. Panjangnya lintasan yang dilalui menyebabkan
banyaknya panas yang terbuang. Debu-debu yang tertampung secara periodik
dibuang dengan membuka katup.
D. FILTER
Filter digunakan untuk memisahkan debu dengan gas-gas hasil reaksi dalam
tanur. Debu ini memiliki kadar Sn yang cukup tinggi, sehingga perlu dilebur
kembali. Pemakaian filter ini selain dapat mengurangi Sn yang terbuang juga
dapat mengurangi kadar polusi gas buang terhadap lingkungan sekitar.
Pendistribusian gas-gas ke kamar-kamar diatur oleh katup pengatur aliran.
Kamar yang diisi gas buang akan membuka katup pengatur aliran gas buang
secara otomatis, dan katup pengatur udara bebas ditutup. Gas tersebut selanjutnya
didistribusikan ke dalam 176 filter bag dalam tiap kamar filter. Pengaliran ini
dilakukan oleh fan penghisap melalui sebuah lubang atau pintu pada tiap kamar.
Pada waktu pengeluaran, katup pengatur aliran gas buang dan lubang isapan
ditutup. Dengan suatu sentakan, debu akan terlepas dari saringan wool dan
dengan dibantu oleh udara bebas, yang masuk melalui katup pengatur udara
bebas, maka debu akan jatuh ke bawah.
E. DUST COLLECTING SYSTEM
Flue gas hasil peleburan biasanya terdiri dari gas Oksigen (O2), Nitrogen
(N2), Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), gas sulfur, uap timah dan
debu timah yang semuanya dialirkan melalui regenerator, sehingga panas dari flue
gas akan diserap oleh regenerator hingga temperatur regenerator mencapai 6000
C. Panas yang dibawa oleh flue gas, kemudian dilewatkan pada main flue dan dua
buah setlling chamber, selanjutnya flue gas melewati cooler system yang
berfungsi menurunkan temperatur flue gas tersebut sebelum masuk filter system
sehingga temperatur lebih kurang 1100 C.
Fungsi filter system untuk mendapatkan debu timah, di mana debu timah
bersama dengan gas lain meninggalkan tanur sebelum ke system filter,
didinginkan dulu lewat pendingin udara (cooler system). Debu timah dan gas
tersebut masuk ke kantung-kantung filter. Sedangkan gas-gas lain yang ikut
sebagai flue gas keluar lewat pori-pori (dinding) kantung filter melalui cerobong.
Dengan ketukan mekanis debu akan turun, lalu ditampung di screw conveyor
yang dilanjutkan ke belt conveyor kemudian masuk ke bunker debu. Dari bunker
debu ini dilakukan palletizing dengan suatu alat yang disebut pelletizer, untuk
menghasilkan debu timah yang berbentuk pellet. Debu timah yang dihasilkan
dipakai dalam peleburan tingkat I sebagai bahan sirkulasi.
Selain dalam bentuk SnO, hasil reaksi di dalam tanur dapat menghasilkan
uap sulfide (SnS), yang terbentuk karena adanya penurunan temperatur. Setelah
meninggalkan tanur maka uap SnS ini akan mengendap sebagai debu bersama-
sama dengan debu SnO.
Proses peleburan dan pemurnian bijih timah dilakukan dengan berulang-ulang
dengan tujuan mendapatkan logam timah cair sebanyak-banyaknya dengan kadar
setinggi mungkin.
IV. TINGKAT PRODUKSI DAN LOKASI PELEBURAN
Bijih timah yang dihasilkan dari penambangan kapal keruk dan produksi
tambang terlebih dahulu dilakukan pengolahan secara terpusat di Pusat Pencucian
Bijih Timah Mentok dan Pusat Metalurgi PT Tambang Timah terletak di Mentok
Provinsi Bangka Belitungdengan kadar lebih dari 72%Sn.
Pencetakan balok timah dilakukan secara manual dengan caram,emasukkan
timah cair ke dalam cetakan dengan bantuan pompa. Dilihat dari segi bentuknya,
logam timah produksi Pusat Metalurgi PT. Tambang Timah terdiri dari :
a. Normal Ingot : dengan berat sekitar25 kg per balok
b. Small Ingot : dengan berat sekitar17 kg per balok
c. Tim Anoda : dengan anoda pesanan jepang, beratnya sekitar40 kg
d. Tin Shot : bentuk butiran kecil timah yang dibuat dengan pesanan
khusus
e. Old Standard Ingot : dengan berat sekitar 36 kg
Sedangkan dari segi kandungan timahnya, logam timah produksi Pusat Metalurgi
PT. Tambang Timah dipasarkan beberapa jenis :
a. Bangka Tin : kadar timah minimum 99,9%
b. Mentok Tin : kadar timah minimum 99,85%
c. Banka low Lead : kadar Pb rendah 20-200 ppm
d. Banka Four Nine : kadar timah minimum 99,99%
Tingkat Produksi per bulan timah oleh PT. Tambang Timah berkisar 250.000 ton
dengan variasi produknya
IV. FLOWCHART, TINGKAT PRODUKSI DAN LOKASI PELEBURAN
TIMAH
GAMBAR 3
PROSES PELEBURAN TIMAH
BAHAN BAKU PELEBURAN
TANUR
KETEL PENAMPUNGAN
HOLDING POT CRYSTALLIZER
CRYSTALLIZER
KETEL PEMURNIAN
KETEL PERCETAKAN
BALOK TIMAH
PbSn
Kadar Pb & SnTemperatur MaterialTemperatur Setting
TAPPING
Ketel 2,4,6 (Kadar Pb rendah)Penurunan Suhu dan kadar Ar
Ketel 1,3,5Penurunan kadar besi (Fe) pada suhu 280oC
Ketel Cetak (7&8)
SLAG I
Balok Timah Kapal Ekspor
Endapan Bijih Timah di Alam
Penambangan Laut dan Daratkadar Sn = 10-20% Sn
PPBT (Dari kapal Keruk)Kadar Sn+ 70%Sn
Material ProduksiAnalisa Kadar
Bunker PabrikPenimbangan Komposisi
Pengisian Hopper I pada tanur (25 Ton)Proses 6 jam pada suhu 1300-1400oC
Pengisian Hopper I pada tanur (25 Ton)Proses 6 jam pada suhu 1300-1400oC
GAMBAR 4
PENGOLAHAN TIMAH Pb RENDAH
TAPPING
Ketel 2,4,6 (Kadar Pb Tinggi)Penurunan Suhu dan kadar Ar
Ketel 1,3,5Penurunan kadar besi (Fe) pada suhu 280oC
Ketel Cetak (7&8)
SLAG I
Balok Timah Kapal Ekspor
Endapan Bijih Timah di Alam
Penambangan Laut dan Daratkadar Sn = 10-20% Sn
PPBT (Dari kapal Keruk)Kadar Sn+ 70%Sn
Material ProduksiAnalisa Kadar
Bunker PabrikPenimbangan Komposisi
Pengisian Hopper I pada tanur (25 Ton)Proses 6 jam pada suhu 1300-1400oC
Pengisian Hopper I pada tanur (25 Ton)Proses 6 jam pada suhu 1300-1400oC
GAMBAR 5
PENGOLAHAN TIMAH Pb
RENDAH
STUDI KASUS PELEBURAN
Dross dan hardhead selama ini tidak bisa dilebur terpisah dari bijih timah,
karena dalam peleburan timah diperlukan senyawa silika sebagai stabilisator
keasaman dalam tanur. Hal ini menyebabkan bijih timah yang dilebur bersama kedua
material tersebut tidak dapat menjadi logam timah berkadar tinggi, karena tingginya
impurities di dalam logam timah cair dardross dan heardehead.
Persediaan dross dan hardhead di Pusat Metalurgi Mentok berlimpah namun
untuk meleburnya secaraterpisah dari bijih timah perlu dilakukan penelitian. Untuk
melebur dross dan hardhead diperlukan perhitungan komposisi sesuai dengan
perbandingan peleburan bijih timah dan perlu dicarikan solusi pengganti bijih timah
yang mengandung senyawa silika. Penambahan pasirsilika dalam kasusini
dimaksudkan untuk mengetahui peranannya dalam peleburan dross dan hardhead,
karena berfungsi untuk menjaga keasaman dan menurunkan titik lebur material.
PENYELESAIAN
Peleburan dross dan hardhead dapat dilakukan secara terpisah dari bijih timah
dengan penambahan pasir silika pada temperatur 1300oC.
Pasir silika dalam percobaan peleburan dross dan hardhead berfungsi untuk
membuat kondisi asam dalam tanur dan menurunkan temperatur titik lebur slag.
Slag dominan dengan persenyawaan oksida membentuk sistem CaO-FeO-SiO2.
Kadar Sn dalam slag akan minimal pada keasaman 1,25 – 1,5 yang diperoleh dari
perbandingan jumlah oksigen pada SiO2 dengan oksigen pada FeO dan CaO.
Kadar Sn dalam timah kasar lebih besar dari 97% dan kadar logam Fe dalam
timah kasar 2,35%.
Slag yang dihasilkan dari percobaan peleburan dross dan hardhead adalah
96,199% sedangkan Sn yang losses dalam slag 1,76%.
Komposisi yang tepat untuk melebur 500 gram dross dan 500 hardhead adalah
200 gram antrasit, 25 gram silika, 15 batu kapur dengan temperatur 1300oC serta
waktu kampanye 10 jam.
Reaksi pada peleburan bijih timah merupakan reaksi berkebalikan dan berulang
untuk membentuk logam timah.
NERACA ENERGI PADA PROSES PELEBURAN
Neraca Energi: pembukuan masukan dan luaran energi dalam suatu proses/reactor.
neraca kalor : jenis neraca energi yang hanya memperhitungkan masukan dan luaran
energi termal.
PERSAMAAN DASAR :
CS kalor ke dalam sistem = S kalor keluar dari sistem + kalor terakumulasi di dalam
system, Pada keadaan tunak, tidak ada kalor terakumulasi
SKEMATIK PERUBAHAN KALOR REAKSI
AT1 + BT2 = CT3 + DT4
AT1 BT2 CT3
298 298 298 DT4
HT1 HT2 HT3 298
HT4
Tref : 298K
A298 + B298 = C298 + D298
DH298
Catatan: 1. Perubahan kalor = - Perubahan entalpi
2. Cara menentukan perubahan kalor sensibel (karena
perubahan temperatur) dapat menggunakan Appendix B buku Rosenqvist
Dalam neraca kalor dilakukan pengelompokan masukan di satu sisi dan luaran di sisi
yang lain
Masukan: kumpulan semua perubahan entalpi yang negatif (perubahan kalor yang
positif), terdiri dari:
1. perubahan entalpi dari semua reaktan yang temperaturnya di
atas temperatur acuan;
2. entalpi pembentukan yang negatif semua produk reaksi
3. entalpi pembentukan yang positif semua reaktan
Luaran: kumpulan semua perubahan entalpi yang positif (perubahan kalor yang
negatif), terdiri dari:
1. Perubahan entalpi dari semua produk yang temperaturnya di atas temperatur
acuan;
2. Entalpi pembentukan yang negatif semua reaktan
3. Entalpi pembentukan yang positif semua produk
Untuk reaksi-reaksi yang sederhana dapat langsung dihitung kalor/entalpi reaksinya.
Untuk reaksi eksotermik dikelompokkan dalam masukan, sedangkan reaksi
endotermik masuk kelompok luaran
TUGAS KELOMPOK
EKSTRAKSI METALURGI
TAHAPAN PROSES PELEBURAN BIJIH TIMAH
Dosen Pengasuh :
Ir. Taufik Arif, MT
Oleh :
Hiras P Tindaon 03043120028Marthin Ch J Bintang 03043120071Fhadil M B H 03043120059
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
INDERALAYA
2008