Rancang Bangun Peleburan Bijih Galena

36
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode peleburan timbal tradisional dari konsentrat bijih galena yang menggunakan mesin sinter dan tanur tiup pada saat ini telah banyak digantikan oleh proses peleburan secara langsung yang memiliki keunggulan ditinjau dari aspek biaya modal dan biaya operasi, penggunaan energi dan efek terhadap lingkungan . Di samping itu didorong juga oleh adanya peraturan lingkungan yang makin ketat mengenai emisi dan nilai ambang batas timbal di udara telah mendorong pengembangan proses peleburan timbal untuk menggantikan kombinasi pabrik sinter dan tanur tiup. Proses baru ini dikenal sebagai proses peleburan langsung (direct smelting) dan merupakan teknologi peleburan timbal modern. Teknologi peleburan langsung timbal telah dikembangkan oleh berbagai perusahaan besar peleburan timbal di dunia seperti QSL, Kivset, AUSMELT, dan TBRC [1,2]. Teknologi QSL peleburan langsung timbal dari konsentrat dikembangkan oleh perusahaan peleburan timbal terbesar di Jerman, Berzelius Stolberg Gmbh, yang pertama kali dikomersialkan pada tahun 1990. Teknologi QSL secara komersial di dunia saat ini telah digunakan di beberapa negara selain Jerman, yaitu Republik Rakyat Cina, Kanada (Trial-Cominco Ltd) dan Korea Selatan (Onsan) [3, 4]. Teknologi ini telah diaplikasikan untuk berbagai proses seperti pengolahan terak, operasi peleburan dan converting. Teknologi ini didasarkan pada pengumpanan dari atas ( top- entry), submerged lance system, pemakaian gas alam, proses udara dan oksigen di bawah permukaan cairan terak. Proses ini mempunyai beberapa kelebihan di antaranya adalah: Memperbaiki kondisi Lingkungan Laju reaksi tinggi dan efisiensi perpindahan massa dan panas sangat baik Umpan sangat fleksibel Operasi dan pengendaliannya sederhana

description

Peralatan Peleburan Galena

Transcript of Rancang Bangun Peleburan Bijih Galena

  • 1

    BAB I.

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Metode peleburan timbal tradisional dari konsentrat bijih galena yang menggunakan

    mesin sinter dan tanur tiup pada saat ini telah banyak digantikan oleh proses

    peleburan secara langsung yang memiliki keunggulan ditinjau dari aspek biaya modal

    dan biaya operasi, penggunaan energi dan efek terhadap lingkungan. Di samping itu

    didorong juga oleh adanya peraturan lingkungan yang makin ketat mengenai emisi dan

    nilai ambang batas timbal di udara telah mendorong pengembangan proses peleburan

    timbal untuk menggantikan kombinasi pabrik sinter dan tanur tiup. Proses baru ini

    dikenal sebagai proses peleburan langsung (direct smelting) dan merupakan teknologi

    peleburan timbal modern. Teknologi peleburan langsung timbal telah dikembangkan

    oleh berbagai perusahaan besar peleburan timbal di dunia seperti QSL, Kivset,

    AUSMELT, dan TBRC [1,2].

    Teknologi QSL peleburan langsung timbal dari konsentrat dikembangkan oleh

    perusahaan peleburan timbal terbesar di Jerman, Berzelius Stolberg Gmbh, yang

    pertama kali dikomersialkan pada tahun 1990. Teknologi QSL secara komersial di

    dunia saat ini telah digunakan di beberapa negara selain Jerman, yaitu Republik

    Rakyat Cina, Kanada (Trial-Cominco Ltd) dan Korea Selatan (Onsan) [3, 4]. Teknologi

    ini telah diaplikasikan untuk berbagai proses seperti pengolahan terak, operasi

    peleburan dan converting. Teknologi ini didasarkan pada pengumpanan dari atas (top-

    entry), submerged lance system, pemakaian gas alam, proses udara dan oksigen di

    bawah permukaan cairan terak. Proses ini mempunyai beberapa kelebihan di

    antaranya adalah:

    Memperbaiki kondisi Lingkungan

    Laju reaksi tinggi dan efisiensi perpindahan massa dan panas sangat baik

    Umpan sangat fleksibel

    Operasi dan pengendaliannya sederhana

  • 2

    1.2 Ruang Lingkup Kegiatan

    Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan penelitian tahun sebelumnya (tahun

    2008). Kegiatan pada tahun 2009 ini meliputi :

    Penyiapan umpan proses QSL.

    Uji coba alat peleburan bijih galena.

    1.3 Tujuan

    Tujuan penelitian ini adalah karakterisasi sifat fisik dan kimia umpan pelet dan

    peleburan serta uji coba operasi alat rancang bangun peleburan bijih galena.

    1.4 Sasaran Kegiatan

    Sasaran kegiatan adalah mendapatkan umpan yang sesuai, yaitu berkadar 60% Pb

    untuk peleburan dan parameter proses peleburannya serta uji/pengecekan

    (commissioning) operasi alat rancang bangun hingga 12000C.

    1.5 Lokasi Penelitian

    Lokasi kegiatan rancang bangun peleburan bijih galena di Laboratorium Puslitbang

    tekMIRA dan Sentra Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat, Bandung,

    sedangkan pengambilan percontoh bijih galena dilakukan di Jawa Barat.

    .

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Reaksi Kimia Proses

    Proses peleburan langsung timbal dengan tanur QSL mempunyai siklus proses yang

    terdiri dari dua tahap, yaitu tahap peleburan (peleburan oksida dan sulfida) diikuti oleh

    tahap reduksi terak oleh material reduktor seperti material karbon. Reaksi-reaksi yang

    berlangsung pada tahap pertama dapat dituliskan sebagai berikut:

    PbS + 1,5 O2 PbO + SO2 (2.1.1)

    ZnS + 1,5 O2 ZnO + SO2 (2.1.2)

    FeS + 1,5 O2 FeO + SO2 (2.1.3)

    PbS + 2 O2 PbSO4 (2.1.4)

    PbS + O2 Pb + SO2 (2.1.5)

    PbS + 2 PbO 3 Pb + SO2 (2.1.5)

    PbSO4 PbO + SO2 + 0,5 O2 (2.1.6)

    Tahap kedua adalah reduksi terak. Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses reduksi

    adalah sebagai berikut:

    Fe2O3 + C 2 FeO + CO (2.1.7)

    PbO + C Pb + CO (2.1.8)

    CO2 + C 2 CO (2.1.9)

    Terak yang terbentuk juga mengandung seng. Ketika timbal dalam terak kurang dari

    6%, proses reduksi seng oksida menjadi signifikan dan terjadi volatilisasi logam seng.

    Setelah oksidasi, seng pada daerah di atas terak sebagai uap oksida (oxide fume).

    Sistem pengendalian proses secara online bisa mengatur komposisi material umpan,

    sistem keseimbangan panas dan target kondisi operasi. Permodelan secara metalurgi

    telah dikembangkan untuk membantu menentukan kondisi proses yang optimum dan

    mendapatkan kestabilan proses.

    2.2. Komposisi Terak

    Pengendalian komposisi terak dilakukan supaya:

    Mencegah terlapisinya bata tahan api oleh terak

  • 4

    Mengurangi terselimutinya lubang umpan akibat penutupan terak

    Memastikan fluiditas terak sehingga memungkinkan transfer massa yang baik di

    dalam tungku dan mencegah masalah penyumbatan pada slag tapping

    Mencegah fenomena pembusaan terak (slag foaming)

    Kombinasi penelitian secara percobaan dan model termodinamika telah digunakan

    untuk menguji komposisi terak yang sesuai. Sistem computer MTData dan NPL

    termodinamik database digunakan untuk menghitung diagram fasa dan tahap-tahap

    kristalisasi dalam sistem terak industri, meliputi PbO, CaO, FeO, Fe2O3 dan ZnO.

    Contoh diagram fasa disajikan pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1.

    Sistem PbO-SiO2+CaO-FeO+Fe2O3 dengan CaO/SiO2 = 1% berat dan FeO/Fe2O3 =

    0.5 % berat.

  • 5

    Komposisi terak yang terjadi selama tahap peleburan disajikan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Komposisi terak selama peleburan

    Unsur/senyawa Kisaran (persen berat)

    Pb

    Zn

    SiO2

    CaO

    FeO + Fe2O3

    40-60

    5-15

    10-20

    5-10

    10-30

    2.3 Tanur QSL Peleburan Langsung Timbal

    Skema umum proses QSL peleburan timbal ditunjukkan pada Gambar 2.2.

    Gambar 2. 2. Skema umum proses QSL peleburan timbal

    Konsentrat galena, bahan imbuh, bahan bakar batu bara tambahan, daur ulang debu

    bahan imbuh, dan komponen umpan lain dicampur (b) dalam kondisi basah

    membentuk gumpalan (pelet) sebagai umpan tunggal ke reaktor QSL. Reaktor QSL

    adalah tabung silinder mendatar dan terlapis bata tahan api di bagian dalam yang

  • 6

    terbagi oleh dinding pemisah antara bagian reaksi oksidasi (c) dan reaksi reduksi terak

    (d). Dimensi tanur skala pabrik untuk 10 ton konsentrat per jam (30.000 ton timbal per

    tahun) adalah 2.5 m diameter dan panjang 22 m yang terbagi sepanjang 7 m untuk

    zona oksidasi dan 15 m zona reduksi.

    Produk oksidasi proses QSL adalah terak kadar tinggi timbal, gas sulfur dioksida

    (SO2), flue dust, dan bulion timbal. Besaran timbal yang dihasilkan dalam zona

    oksidasi dipengaruhi oleh kadar timbal dalam konsentrat dan pembaharuan umpan.

    Terak dari zona oksidasi mengalir melalui underflow port dalam reaktor dengan dinding

    pemisah ke dalam zona reduksi terak (d). Bullion timbal dikeluarkan melalui syphon

    timbal pada sisi reaktor.

    Gambar 2.3. Skema zona oksidasi dan zona reduksi

    2.4 Bijih dan Preparasinya

    Untuk mendapatkan bijih galena yang diinginkan untuk proses peleburan pertama-

    tama harus ditingkatkan kadarnya ke dalam bentuk konsentrat dengan kandungan

    timbal tinggi (50-70% PbS) tetapi dengan kehilangan timbal yang minimum.

    Secara umum metode konsentrasi bijih galena adalah dengan memanfaatkan

    perbedaan berat jenis material (jigging dan shaking table) dan perbedaan sifat

    permukaan material (flotasi). Metode flotasi dapat mencapai efesiensi perolehan lebih

    tinggi yang dapat memisahkan timbal dan seng serta mineral pengotor lainnya.

    Tahapan prosesnya meliputi peremukan (crushing), penggerusan (grinding), flotasi

    (flotation) dan pengeringan konsentrat. Flotasi bijih galena selalu diterapkan sebagai

    tahap pertama dalam proses pemisahan terhadap bijih galena-seng dan galena-seng-

  • 7

    tembaga. Perolehan metode flotasi untuk bijih galena dapat dicapai sebesar 90-95%

    dengan kadar galena dalam konsentrat sebesar 95-98%_PbS.

    Proses flotasi bijih galena, proses pertama adalah mensuspensi ukuran partikel bijih

    yang halus hasil proses penggerusan (grinding) baik dengan ball mill ataupun rod mill,

    ukuran partikel yang baik lebih kecil dari 0.25 mm, dalam air. Pengenceran pulp

    suspension ini dapat bervariasi dari 5 hingga 40%-padatan (berat). Udara kemudian

    ditiupkan melalui pulp ini dalam sel atau tangki flotasi, yang sebelumnya ditambahkan

    berbagai bahan kimia dan diaduk dengan baik, partikel mineral yang diinginkan

    menempel pada gelembung udara (bubble) dan terbawa ke permukaan membentuk

    lapisan gelembung mineralisasi yang stabil yang kemudian diambil. Partikel yang tidak

    diinginkan (gangue) tidak terpengaruh (terendapkan) dan tersisa dalam pulp.

    Konsentrat galena yang diperoleh dari proses flotasi mengandung sekurang-

    kurangnya 50%-PbS. Selanjutnya dijadikan sebagai umpan proses peleburan

    (smelting process). Diharapkan recovery dalam konsentrat 90-95 % Pb dengan kadar

    antara 95-98 % Pb.

    Pada kasus bijih galena-seng, mineral logam umumnya dipisahkan dalam dua tahap

    proses. Pertama seng sulfida ditenggelamkan jika timbal sulfdida akan diapungkan.

    Tahap pemisahan selanjutnya penambahan reagen untuk mengaktifkan seng sulfida

    yang kemudian diapungkan. Sejumlah reagen kimia yang digunakan dalam proses ini

    meliputi seng sulfat, natrium sianida atau natrium sulfida untuk menekan seng dan

    tembaga sulfat untuk mengaktifkannya.

    2.5 Deskripsi Proses Peleburan Timbal QSL

    Peleburan konsentrat galena di tanur QSL dilakukan dalam dua tahap: peleburan

    oksidasi dan peleburan reduksi. Konsentrat bijih galena, batu kapur (limes stone) dan

    senyawa silikat (sodium silicate) dicampur dan dibentuk menjadi pelet dan kemudian

    diumpankan ke dalam tanur melalui sistem pengumpan. Pengumpan konsentrat

    melalui lance bersama dengan oksigen/udara, peleburan dapat dilakukan dengan

    kontrol secara autogenous. Reaksi oksidasi (zona oksidasi) yang berlangsung dapat

    dituliskan sebagai berikut:

    PbS + O2 Pb + SO2 (2.1.10)

    PbS + 11/2O2 PbO + SO2 (2.1.11)

    Peleburan berlanjut, terak yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dialirkan ke zona

    reduksi. Tahap reduksi dimulai dengan penambahan serbuk batubara untuk mereduksi

    timbal dalam terak ke tingkat yang dihasilkan. Terak akhir dapat dikeluarkan.

    Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

    PbO + CO Pb + CO2 (2.1.12)

  • 8

    C + CO2 2CO (2.1.13)

    Reaksi ini bersifat endotermis, karenanya panas harus diberikan melalui burner oil

    /oksigen.Terak akhir yang dihasilkan akan mempunyai kandungan Pb antara 2-5%,

    besaran ini sangat dipengaruhi oleh seng (Zn) yang terkandung. Reaksi reaksi yang

    mungkin dapat berlangsung dan harga energi bebas pembentukannya dapat dilihat di

    Lampiran 3.

    Bagan alir proses peleburan langsung bijih galena dan neraca masa serta proses

    lanjut yaitu pemurnian (refining) secara skematik disajikan pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4. Bagan alir proses peleburan timbal(Dutrizak dkk,2000)

  • 9

    BAB III

    PROGRAM KEGIATAN

    Program kegiatan rancang bangun peleburan bijih galena ramah lingkungan meliputi :

    Penyiapan umpan sebagai bahan baku peleburan :

    - Penyiapan umpan yang memenuhi syarat sebagai bahan baku peleburan

    - Penyiapan pelet/briket sebagai umpan kajian proses peleburan.

    - Karakterisasi sifat fisik pelet/briket umpan.

    Uji coba peleburan pelet dan alat rancang bangun :

    1. Karakterisasi peleburan pelet skala laboratorium, yaitu

    a. Uji parameter proses peleburan

    b. Uji komposisi pelet umpan

    2. Uji coba tungku peleburan galena.

    a. Penyetelan peralatan hasil rancang bangun

    b. Pengujian parameter proses.

  • 10

    BAB IV

    METODOLOGI

    Kegiatan peleburan bijih galena meliputi :

    1. Uji karakterisasi peleburan bijih galena yang dilakukan di laboratorium

    2. Uji pengoperasian tanur hasil rancang bangun dengan beban kosong untuk

    menguji pencapaian suhu (yang diinginkan sampai 12000C).

    4.1. Uji Karakterisasi Peleburan Bijih Galena

    4.1.1 Preparasi Percontoh

    Percontoh bijih galena yang diperoleh sebagai bahan baku, mempunyai kisaran

    ukuran antara 2 hingga 10 cm. Untuk mendapatkan mineral galena yang terliberasi

    sempurna bijih galena tersebut dilakukan pengerjaan preparasi hingga mencapai

    ukuran butiran bijih galena tertentu. Tahap pengerjaan preparasi meliputi sebagai

    berikut:

    a) Unit pemecah : jaw crusher, roll mill, dan ball mill

    b) Unit pengayakan

    c) Unit pemercontohan

    4.1.2 Alat Percobaan

    Percobaan oksidasi dalam skala laboratorium telah dilakukan menggunakan tube

    furnace dengan ukuran diameter luar 8 cm, diameter dalam 7 cm, dan panjang tube

    keramik 70 cm; 35 40 gram bentuk pelet dimasukkan ke dalam cawan keramik

    diameter 6 cm, pelet tersebut sudah dicampur karbon aktif dan kapur CaO dengan

    perbandingan 1 :1 :1 ( 2000 gram bijih galena kadar 20,014 % PbS : 1 % karbon aktip

    dan 4,7% CaO ) dan perbandingan 1 : 2 : 1 seperti di atas. Pelet dimasukkan krus

    keramik dan dimasukan ke dalam tube furnace dan dipanaskan hingga suhu 900 oC

    dan 1000 oC. Selama proses pemanasan dihembuskan oksigen dengan debit 3

    liter/menit yang dimasukkan ke dalam tube furnace untuk membantu proses oksidasi.

    Selama pemanggangan atau peleburan dihembuskan oksigen dengan waktu yang

    berbeda yaitu : 20, 40, 50 dan 60 menit . Kemudian setelah selesai secara bertahap

    cawan keramik dan isinya dikeluarkan dan disimpan sampai dingin kemudian digerus

    untuk dianalisis kandungan S (sulfur ) total dalam produk pemanggangan PbO, serta

    karakterisasi lainnya.

  • 11

    Hasil pembakaran pada temperature 900oC, selama waktu 20 menit sudah mulai

    menyinter dan pada waktu 40 menit seluruh percontoh pelet yang ada sudah

    menyinter semuanya dan kemungkinan sudah terbentuk PbO atau Pb. Untuk hal

    tersebut perlu menunggu hasil analisis XRD dan mineralogi serta hasil analisis kimia.

    Susunan alat percobaan pemanggangan timbal sulfida ditunjukkan pada Gambar 4.1.

    Gambar 4. 1. Unit tube furnace yang digunakan untuk pemanggangan oksidasi

  • 12

    4.1.3 Parameter-Parameter Proses

    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses peleburan berdasarkan tinjauan teori secara

    termodinamika dan kinetika serta dari data literatur mengenai peleburan galena, maka

    parameter proses peleburan yang akan ditinjau meliputi waktu, suhu proses dan

    komposisi pelet. Komposisi pelet yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Parameter proses peleburan tersebut diharapkan dapat memberikan bahasan

    terhadap kecenderungan pengaruhnya terhadap proses teroksidasinya bijih galena

    (PbS) menjadi PbO (kalsin).

    Tabel 4.1. Komposisi pelet

    Jenis pelet

    Komposisi pelet, perbandingan berat

    PbS CaO Carbon (C)

    Pelet 1 1 1 1

    Pelet 2 1 2 1

    4.2. Uji Pengoperasian Tanur Hasil Rancang Bangun

    Pengujian pengoperasian tanur hasil rancang bangun dilakukan untuk mengetahui

    apakah kinerja semua peralatan yang terpasang dapat mencapai kondisi yang

    diharapkan. Peralatan yang akan diuji dan diamati kinerjanya terdiri atas:

    1. Tanur peleburan rancang bangun.

    Tanur peleburan mempergunakan bata tahan api SK 34 jenis alumina, kondisi netral

    dan tahan pada temperatur 1.400 oC. Rancang bangun tungku terdiri atas dua bagian,

    yaitu tanur ruang proses oksidasi dan tanur ruang proses reduksi dengan spesifikasi

    sebagai berikut:

    a. Tanur ruang proses oksidasi:

    Panjang 91 92 cm

    Diameter dalam 86 87 cm

    Diamater luar 110 120 cm

    Volume 6075,8324 kg

  • 13

    b. Tanur ruang proses reduksi

    Panjang 148,8 cm

    Diameter dalam 74,4 cm

    Diamater luar 965,56 cm

    Volume 7435,6047 kg

    2. Burner (alat sumber panas)

    Burner yang terpasang OM 2, mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

    Konsumsi bahan bakar 8 -17 kg/jam

    Laju panas (kalori/jam) 63240 163.800 kal/jam

    Motor 250 watt

    On - Off

    3. Alat pengukur suhu

    Alat pengukur suhu yang dilengkapi alat control panel yang mempunyai

    spesifikasi sebagai berikut: termokopel jenis Pt-Rh ,Pt .

    Parameter pengujian dilakukan terhadap peralatan yang terpasang untuk mengamati

    akurasi alat-alat tersebut untuk mencapai kondisi yang diharapkan. Parameter yang

    diuji terdiri atas suhu yang dicapai pada ruang proses oksidasi dan ruang proses

    reduksi sebagai fungsi dari waktu. Selain itu diamati kualitas bata tahan api sebelum

    dan sesudah pengujian. Parameter suhu yang akan diamati terdiri atas suhu 9000C,

    10000C, 11000C, 12000C.

  • 14

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Percobaan

    5.1.1 Pengamatan Bahan Baku Pelet

    Analisis kimia bahan baku yang digunakan sebagai umpan untuk pengkajian yang

    akan dilakukan, telah dilakukan tahap pengerjaan preparasi hingga mempunyai ukuran

    butiran -100 mesh. Unsur-unsur yang dianalisis kimia dari percontoh bijih galena

    hanya terhadap unsur logam dasar yang sangat berpengaruh terhadap kemurnian

    logam timbal, yaitu unsur tembaga, seng dan besi serta kandungan total sulfur.

    Pembuatan pellet dilakukan pada alat peletizer. Alat dijalankan sambil berputar sedikit

    demi sedikit bijih galena yang sudah dicampur karbon aktif dan kapur ditaburkan

    sedikit demi-sedikit sambil disemprotkan air dan berulang-ulang sehingga terjadi

    butiran pelet yang diinginkan. Setelah selesai lalu dikeringkan di dalam open hingga

    kering.

    Bijih timbal tersebut mempunyai komposisi kimia seperti disajikan pada Tabel 5.1.

    Tabel 5.1 Komposisi kimia bijih galena

    Komposisi kimia %

    Pb Cu Zn S-total Ca Fe

    17,34 0,0810 13,08 17,69 0,182 9,61

    5.1.2 Hasil Analisis Mineralogi

    Dengan alat mikroskop optik terlihat bahwa percontoh bijih sulfida yang mengandung

    galena adalah mineral paling dominan. Selain itu teridentifikasi pula adanya mineral-

    mineral sulfida lainnya seperti sfalerite dan pirit yang merupakan mineral ikutan.

    Hasil mineralogi belum terindikasi adanya logam Pb dan PbO, diperkirakan belum

    sempurnanya reaksi oksidasi sehingga masih adanya senyawa sulfida. Data hasil

    mineralogi dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan 5.2.

  • 15

  • 16

    Gambar 5.1.

    Fotomikrograf sayatan poles bijih galena bahan asal

    Keterangan : G=Galena, P=Pirit, S=Sfalerit

    Tabel 5.2. Hasil analisis produk leburan dengan XRD dan fotomikrograf

    Suhu

    ( oC)

    Waktu

    (menit)

    Komposisi leburan

    Logam Pb PbO PbS

    900 60 Tidak ada Tidak ada Ada

    1000 60 Tidak ada Tidak ada Ada

    5.1.3 Karakteristik Hasil Peleburan

    Tabel 5.3. Hasil analisis mineragrafi

    No No.LAB. &

    Kode Conto

    Komposisi mineral (%)

    Galena Pirit Sfalerit Kalkopirit Mangan Mineral

    pengotor

    1 6244/09/111-

    900/60#

    47 12 9 - 15 17

    2 6245/09/111-

    900/60#

    42 9 14 - 12 23

    Berdasarkan hasil uji SEM peleburan galena pada temperatur 9000C selama 1 jam

    dengan komposisi 1:1:1 menunjukkan galena yang sudah teroksidasi, dan telah

    terbentuk Pb = 11,68 % dan PbO 12,58 %.

  • 17

    Hasil X-ray mapping mendeteksi adanya unsur Pb, Cu, Fe, Zn, Al dan Si. Empat unsur

    pertama kemungkinan berasal dari mineral sulfida galena, kalkopirit dan pirit serta

    spalerit.

    Fe terlihat lebih dominan dibandingkan dengan Pb dan Fe. Al dan Si kemungkinan

    berasal dari mineral lempung, Komposisi masing-masing unsur pada partikel uji

    terlampir.

    5.2. Kegiatan Pengujian Tanur Hasil Rancang Bangun

    5.2.1 Persiapan

    Tahap persiapan terdiri dari pemasangan tanur yang terdiri dari dua bagian

    yaitu tungku reduksi dan oksidasi menjadi satu bagian. Susunan gambar

    skematik pembagian tungku reduksi dan oksidasi seperti disajikan pada

    Gambar 5.2.

    Gambar 5.2. Skematik pembagian zona peleburan : zona reduksi dan zona oksidasi

  • 18

    Gambar 5.3. Penyambungan pada tungku QSL hasil rancang bangun

    (tanur oksidasi dan reduksi)

    Gambar 5.4. Tungku QSL hasil rancang bangun, dilengkapi burner

    5.2.2 Pemanasan Awal Tungku QSL

    5.2.2.1 Pemanasan Awal Tungku Oksidasi

    Setelah pelapisan selesai, lapisan harus dikeringkan perlahanlahan, pengeringan

    dilakukan dengan membakar kayu bakar di bagian segmen oksidasi dan segmen

    reduksi. Pembakaran awal dilakukan selama kurang lebih 3 4 jam lalu dimatikan

    dan nyala api sedang /tidak besar. Setelah 2 hari lalu dilakukan uji coba pembakaran

    tungku bagian oksidasi dari mulai temperatur 900oC, dengan waktu kurang lebih 51

    menit dengan menghabiskan solar 18 liter, dan diteruskan pada temperatur 950 oC,

    waktu 63 menit kebutuhan solar 23 liter. Pembakaran dilanjutkan pada 1000 oC,

    waktu 75 menit dan kebutuhan solar 37 liter, pembakaran berlanjut sampai 1050oC,

    waktu 88 menit, konsumsi solar 45 liter dan pembakaran dilanjutkan hingga sampai

    temperatur 1100 oC , waktu 105 menit solar yang terpakai 56 liter dan terus

    dilanjutkan sampai 1150oC, ditempuh dalam waktu 125 menit dan menghabiskan solar

    63 liter. Uji coba pembakaran dilanjutkan sampai 1200 oC kebutuhan solar 69 liter

    dengan waktu 164 menit, lalu burner dimatikan .

    Pada pemanasan atau pembakaran ini pengujian temperatur hanya berdasarkan

    panas termocople yang ada di panel listrik yang tertera dan tidak dilakukan kontrol

    pembanding karena belum mendapatkan alat kalibrasi pembanding.

  • 19

    Dari hasil uji coba pembakaran setelah dilihat dua hari berikutnya, tungku tidak

    mengalami pecah atau retak sehingga tungku dianggap baik. Hasil monitor

    pembakaran tungku oksidasi di atas ditabelkan (lihat tabel 5.4.).

    Tabel 5.4. Uji coba pembakaran tungku oksidasi

    5.2.2.2 Uji Coba Pembakaran Segmen Tungku Reduksi

    Sehubungan burner yang tersedia baru satu buah maka untuk uji coba pembakaran

    segmen tungku reduksi dilakukan setelah selesai uji coba bagian segmen oksidasi.

    Karena pemanasan awal sudah dilakukan maka pemanasan langsung dilakukan dan

    mulai dicatat pada temperatur 900 oC dengan waktu 62 menit dengan menghabiskan

    solar 26 liter. Burner ini mempunyai cara kerja otomatis, begitu temperatur mencapai

    yang diinginkan sesuai dengan penyetelan temperatur maka burner akan mati sendiri

    dan juga solar akan mati, begitu temperatur turun sampai 10 oC atau di bawahnya

    maka burner menyala lagi dan seterusnya.

    Pada temperatur 950 oC, waktu 73 menit kebutuhan solar 35 liter, dilanjutkan pada

    1000 oC, waktu 85 menit dan kebutuhan solar 49 liter. Pembakaran berlanjut sampai

    1050 oC, waktu 101 menit, konsumsi solar 62 liter dan pembakaran dilanjutkan hingga

    sampai temperatur 1100 oC , waktu 121 menit solar yang terpakai 76 liter dan terus

    dilanjutkan sampai 1150 oC, ditempuh dalam waktu 148 menit dan habis solar 86 liter.

    Uji coba pembakaran dilanjutkan sampai 1200 oC kebutuhan solar 97 liter dengan

    waktu 181 menit, lalu burner dimatikan. Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji coba

    pembakaran segmen tungku reduksi

    Pada pemanasan atau pembakaran ini pengujian temperatur hanya berdasarkan

    panas termocople yang ada di panel kontrol temperatur dan tidak dilakukan kontrol

    pembanding karena belum mendapatkan alat kalibrasi pembanding.

    Temperatur

    oC

    Waktu (menit) Konsumsi bahan bakar

    (Solar, liter)

    Keterangan

    900 51 18 Stabil/tidak retak

    950 63 23 Stabil/tidak retak

    1.000 75 37 Stabil/tidak retak

    1.050 88 45 Stabil/tidak retak

    1.100 105 56 Stabil/tidak retak

    1.150 125 63 Stabil/tidak retak

    1.200 164 69 Stabil/tidak retak

  • 20

    Tabel 5.5. Uji coba pembakaran segmen tungku reduksi .

    Temperatur

    oC

    Waktu (menit) Konsumsi bahan bakar

    (solar, liter)

    Keterangan

    900 62 26 Stabil/tidak retak

    950 73 35 Stabil/tidak retak

    1.000 85 49 Stabil/tidak retak

    1.050 101 62 Stabil/tidak retak

    1.100 121 76 Stabil/tidak retak

    1.150 148 86 Stabil/tidak retak

    1.200 181 97 Stabil/tidak retak

  • 21

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    Bijih timbah sulit diperoleh dengan kadar tinggi (60 % Pb), sehingga perlu adanya

    peralatan kominusi (pengecilan ukuran butir) dan upgrading (konsentrasi secara

    gravity).

    Hasil analisis X-RD dan mineralogi terhadap hasil uji coba laboratorium

    menunjukkan bahwa peleburan pelet pada suhu 900oC waktu 60 menit belum

    terbentuk PbO dan Pb walaupun pelet sudah menyinter.

    Hasil SEM sulfida (S) sudah habis/hilang dan mengindikasikan adanya fasa PbO =

    12,58 % dan fasa logam Pb = 11,68 %

    Tungku QSL dapat dioperasikan hingga temperatur 1200oC, dan waktu

    pencapaiannya adalah 181 menit dengan konsumsi solar 97 liter.

    6.2. Saran

    Perlu diuji coba peralatan tungku QSL setelah perlengkapan lengkap.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. M. Sibony, N. Basin and J. Lecadet, 2000. The lead bath smelting process in Nordenham, Germany

    2. Lead and Zinc Smelting, 2007. Diunduh dari http://www.ifc.org/ifcext/enviro.nsf/Content/EnvironmentalGuldelines

    3. Burton, D.J., 1981, An overview of occupational exposure control technologi in non

    ferrous smelting, American Journal of Industrial Medicine, hal. 293-305.

    4. Dutrizac, J.Ea., Ramachandr, V. dan Gonzales, J.A., 2000, Lead-Zinc 2000, TMS

    5. http://www.britanica.com/ERchecked/topic/485833/QSL-process

    6. Lee, Y. dan Choi, C., 1995, Behavior of lead and impurities in QSL lead smelting, An

    International Symposium on the Extraction and Applications Zinc and Lead.

    7. Kerle-Oshmer Encyclopedia 2005.

  • 23

    LAMPIRAN 1 HASIL ANALISIS XRD

    Hasil difraksi sinar-X bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 900oC

    (perbandingan 1:1:1)

  • 24

  • 25

    Hasil difraksi sinar-X bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 1000oC

    (perbandingan 1:2:1)

  • 26

  • 27

    LAMPIRAN 2. HASIL ANALISIS SEM

    Hasil SEM bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 900oC

    (perbandingan 1:1:1)

  • 28

  • 29

  • 30

    Hasil SEM bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 1000oC

    (perbandingan 1:2:1)

  • 31

  • 32

  • 33

    LAMPIRAN 3

    Nilai Energi bebas standar pembentukan

    No. Reaksi - Reaksi G0 (kal/mol)

    1 Pb(l) + O(g) = PbO(l) -46824 + 18,648 T

    2 Pb(l) + O2(g) = PbS(l) 12304,8 11,016 T

    3 PbO(l) = PbO(g) 54768 30 ,72 T

    4 Pb(l) = Pb(g) 47436 23.52 T

    5 S2 + O2(g) = SO2(g) -86976 + 17.376 T

    6 CO(g) + O2(g) = CO2(g) -66780.8 + 20.78 T

    7 Sb(l) + O2(g) = SbO1,5(g) -80020 + 27.3 T

    8 As(l) + O2(g) = AsO1,5(g) -79020 + 27.58 T

    9 Bi(l) + O2(g) = BiO1,5(g) -53910 + 19.65 T

    10 Cu(l) + O2(g) = CuO0,5(g) -14112 + 4.692 T

    11 Sb(l) = Sb(g) 56820 24.56 T

    12 Sb(l) = Sb2(g) 20750 + 11.2 T

    13 Sb2(g) + S2(g) = SbS(g) -1460 1.88 T

    14 Sb2(g) + O2(g) = SbO(g) -6430 2.39 T

    15 As(l) = As(g) 66180 27.11 T

    16 As(l) = As2(g) 16660 13.64 T

    17 As2(g) + S2(g) = AsS(g) 4350 2.66 T

    18 As2(g) + O2(g) = AsO (g) -6990 3.19 T

    19 Bi(l) = Bi(g) 45860 23.86 T

    20 Bi(l) = Bi2(g) 21670 11.17 T

    21 Bi2(g) + S2(g) = BiS(g) -1090 1.75 T

    22 Bi2(g) + O2(g) = BiO(g) 1830 1.85 T

    23 PbO(l) + CO(g) = Pb(l) + CO2(g) -20957 + 2.15 T

    24 ZnO(s) + CO(g) = Zn(l) + CO2(g) 42725 26.784 T

    25 Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(l) + CO2(g) -10474 + 9.15 T

    26 Cu2O(l) + CO(g) = 2Cu(l) + CO2(g) -39557 + 11.412 T

  • 34

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

    S A R I .............................................................................................................. ii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................... 2

    1.3. Tujuan ............................................................................................... 2

    1.4. Sasaran Kegiatan ............................................................................. 2

    1.5. Lokasi Penelitian ............................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

    2.1. Reaksi Kimia Proses ......................................................................... 3

    2.2. Komposisi Terak ............................................................................... 3

    2.3. Tanur QSL Peleburan Langsung Timbal ........................................... 5

    2.4. Bijih dan Preparasinya ...................................................................... 6

    2.5. Deskripsi Proses Peleburan Timbal QSL ......................................... 7

    BAB III PROGRAM KEGIATAN ................................................................... 9

    BAB IV METODOLOGI ................................................................................. 10

    4.1. Uji Karakterisasi Peleburan Bijih Galena .......................................... 10

    4.2. Uji Pengoperasian Tanur Hasil Rancang Bangun ............................ 12

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 14

    5.1. Hasil Percobaan ................................................................................ 14

    5.2. Kegiatan Pengujian Tanur Hasil Rancang Bangun ........................... 17

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 21

    6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 21

    6.2. Saran ................................................................................................. 21

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

    LAMPIRAN 1. HASIL ANALISIS XRD ............................................................. 23

    LAMPIRAN 2. HASIL ANALISIS SEM ............................................................. 27

  • 35

    DAFTAR TABEL

    Tabel

    2.1. Komposisi terak selama peleburan ................................................... 5

    4.1. Komposisi pelet ................................................................................. 12

    5.1. Komposisi kimia bijih galena ............................................................. 14

    5.2. Hasil analisis produk leburan dengan XRD dan fotomikrograf ......... 16

    5.3. Hasil analisis mineragrafi .................................................................. 16

    5.4. Uji coba pembakaran tungku oksidasi .............................................. 19

    5.5. Uji coba pembakaran segmen tungku reduksi .................................. 20

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar

    2.1. Sistem PbO-SiO2+CaO-FeO+Fe2O3 dengan CaO/SiO2 = 1 % berat

    dan FeO/Fe2O3 = 0,5 % berat ..........................................................

    4

    2.2. Skema umum proses QSL peleburan timbal .................................... 5

    2.3. Skema zona oksidasi dan zona reduksi ........................................... 6

    2.4. Bagan alir proses peleburan timbal .................................................. 8

    4.1. Unit tube furnace yang digunakan untuk pemanggangan oksidasi .. 11

    5.1. Hasil fotomikrograf ............................................................................ 15

    5.2. Fotomikrograf sayatan poles bijih galena bahan asal ...................... 16

    5.3. Penyambungan pada tungku QSL hasil rancang bangun ............... 17

    5.4. Tungku QSL hasil rancang bangun, dilengkapi burner .................... 18

  • 36

    KATA PENGANTAR

    Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian Tim Rancang Bangun

    Peleburan Bijih Galena Ramah Lingkungan, lanjutan 2008. Laporan 2009 meliputi

    kegiatan uji coba karakterisasi peleburan bijih galena atau uji coba reduksi pelet

    dengan perbandingan dan suhu tertentu, dihembuskan oksigen pada tanur tube

    Furnace dan uji coba pengoperasian tanur hasil rancang bangun dengan beban

    kosong/tanpa umpan bijih galena.

    Kegiatan ini seluruhnya dilakukan di Laboratorium Puslitbang tekMIRA dan Sentra

    Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat, Bandung, sedangkan pengambilan

    sampel bijih galena dilakukan di Jawa Barat.

    Kegiatan penelitian ini dibiayai oleh DIPA Departemen Energi dan Sumberdaya

    Mineral, tahun anggaran 2009.

    Kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam kegiatan

    penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.

    Harapan kami, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-

    besarnya terutama bagi industri pertambangan bijih galena yang memperhatikan

    aspek efisiensi dan lingkungan.

    Bandung, Desember 2009

    Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara,

    DR. Bukin Daulay, M.Sc.

    NIP. 100002751