Survey Bijih Besi

7
EKSPLORASI BIJIH BESI MAGNETITE (Fe2O3) DENGAN METODE RESISTIVITY DI KABUPATEN LUMAJANG OLEH: SANIA CAHYA MAULIDA (105090300111019) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

description

surve biji besi tugas e dosen

Transcript of Survey Bijih Besi

Page 1: Survey Bijih Besi

EKSPLORASI BIJIH BESI MAGNETITE (Fe2O3)

DENGAN METODE RESISTIVITY

DI KABUPATEN LUMAJANG

OLEH:SANIA CAHYA MAULIDA (105090300111019)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2013

Page 2: Survey Bijih Besi

Tujuan Utama Survey : Eksplorasi Bijih Besi di Kabupaten Lumajang

Daerah survey berlokasi di kawasan gunung seeru di sisi timur yang mana area ini masih dalam wilayah kabupaten Lumajang. Pada gambar diatas terlihat peta kabupaten lumajang. Dan deerah ber garis merah tersebut meerupakan area survey.

Daerah Lumajang merupakan salah satu daerah tambang bijih besi terluas di Indonesia. Bijih besi di daerah Lumajang ditemukan pada aliran sungai yang berasal dari Gunung Semeru. Sehingga adanya bijih besi yang ada di daerah Lumajang berasal dari aliran lahar Gunung Semeru. Kandungan besi di dalam suatu batuan tidaklah murni mengandung 100% kandungan Fe. Besi di dalam batuan selalu bersenyawa dengan unsur lain seperti HAEMATITE ( Fe2O3 ), MAGNETITE ( Fe3 O4), PYRITIES (FeS2 ), LIMONITE (2Fe2O3.3H2O ), SIDERITES (FeCO3). Kandungan besi yang paling besar terdapat pada senyawa Fe2O3, yaitu dengan persentase sekitar 75%. Massa jenis Fe2O3tergolong tinggi antara 4,9 hingga 5,3, semakin tinggi massa jenis suatu material maka letak dari material tersebut akan semakin dalam(terletak di bawah) dari permukaan. Karena material tersebut seiring dengan perubahan lapisan tanah maka akan tertimbun jauh dibawah permukaan tanah. Sehingga dapat diasumsikan bahwa lahar yang mengandung Fe2O3 merupakan lahar yang dihasilkan dari luapan Gunung Semeru yang terdahulu. Berdasarkan peta di bawah ini, dapat diketahui aliran lahar dari Gunung Semeru baik aliran lahar baru maupun aliran lahar yang telah terjadi selama bertahun-tahun.

Page 3: Survey Bijih Besi

Pada peta di atas dapat diketahui bahwa aliran lahar terlama yang pernah terjadi adalah

pada era Pleistocene. Pada era ini kemungkinan besar dapat ditemukan bijih besi dengan senyawa Fe2O3karena terjadi akibat lahar yang terdahulu menyebabkan kandungan besi akibat lahar telah terkubur lama di bawah permukaan tanah sehingga dapat diperkirakan banyak terdapat besi dengan senyawa Fe2O3pada daerah tersebut. Pada peta terdapat beberapa daerah yang dulunya dilewati oleh lahar Gunung Semeru pada era Pleistocene. Oleh karena itu dibutuhkan peta topografi yang bertujuan untuk mengetahui kontur daerah aliran lahar. Berdasarkan peta kontur, dapat diketahui keadaan topografi untuk mendapatkan sasaran lokasi penambangan bijih besi. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi maka dipilih daerah penambangan yang dekat dengan Sungai Koboan. Hal ini dikarenakan keadaan topografinya cenderung lebih landai jika dibandingkan daerah aliran lahar pada era Pleistocene(pada peta 1). Karena kondisi daerah tidak terlalu curam akan memudahkan pengambilan data secara geolistrik.

Page 4: Survey Bijih Besi

Berdasarkan tujuan utama yaitu menentukan daerah tambang bijih besi dengan metode geolistrik serta beberapa peta lokasi telah dikumpulkan maka untuk melakukan penambangan bijih besi digunakan Konfigurasi Wenner. Penggunaan konfigurasi ini memiliki alasan karena daerah yang dijadikan sasaran belum diketahui pasti persebaran kandungan bijih besinya. Sehingga diperlukan konfigurasi yang dapat memetakan persebaran bijih besi dibawah permukaan tanah(secara lateral/horizontal atau disebut mapping).

Page 5: Survey Bijih Besi

Daerah sasaran survey serta penentuan line dengan konfigurasi Wenner

Pada kasus ini pengambilan data dengan konfigurasi Wenner memeliki sasaran untuk memperoleh penampang melintang sebaran kandungan besi dengan sasaran kedalaman 100 m. Sehingga bentangan yang dilakukan sepanjang 200 m dengan panjang a = 70 m.

Pada konfigurasi ini digunakan 2 rencana pengambilan data persebaran bijih besi. Rencana A pengambilan data memanjang ke atas seperti pada gambar.

Keuntungan Rencana A :

Memperoleh data dengan cakupan sesuai dengan lokasi yang dijadikan sasaran survey.

Kerugian Rencana A:

Pengambilan data tidak mudah karena daerah yang dilewati line sangat terjal(terlihat pada peta topografi)

Keuntungan Rencana B:

plan ini lebih mudah dilakukan dilakukan jika disbanding plan A karena lintasannya mengikuti kontur sehingga lebih landai.

Kerugian Rencara B:

Data yang dicakup relative lebih kecil jika disbanding plan A.

Kekurangan dari area ini adalah di kawasan hutan jadi akan lebih sulit untuk dilakukan survey dengan metode ini.

Rencana A Rencana B