Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

15
Pelayanan Gawat Darurat dan Rawat Jalan 1.Pelatihan Pelatihan gawat darurat biasanya diselenggarakan oleh suatu rumah sakit atau lembaga kesehatan, lebih dikenal dengan nama Pencegahan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD). Pelatihan tersebut umumnya diselenggarakan minimal selama satu hari atau lebih yang isi materinya berbagai macam sesuai dengan tema yang diusung pelatihan tersebut, tetapi tidak banyak berbeda dengan materi pelatihan pada umumnya. Contoh materinya seperti Upaya Pertama Gawat Darurat, Penanggulangan Kecelakaan, dsb. Pematerinya pun biasanya berasal dari rumah sakit atau lembaga kesehatan terkait. Sasaran utama atau pesertanya adalah mahasiswa, seluruh tim Gawat Darurat Rumah Sakit, anggota P2K3 Rumah Sakit (Klinik, Lab, RS), Safety Officer, Dokter, Perawat, Bidan, HRD Rumah Sakit dan semua pihak yang terlibat dalam tim tanggap darurat rumah sakit. 2.Sarana Fasilitas yang disediakan di instalasi / unit gawat darurat harus menjamin efektivitas dan efisiensi bagi

description

er

Transcript of Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

Page 1: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

Pelayanan Gawat Darurat dan Rawat Jalan

1. Pelatihan

Pelatihan gawat darurat biasanya diselenggarakan oleh suatu rumah sakit atau lembaga kesehatan, lebih dikenal dengan nama Pencegahan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD).

Pelatihan tersebut umumnya diselenggarakan minimal selama satu hari atau lebih yang isi materinya berbagai macam sesuai dengan tema yang diusung pelatihan tersebut, tetapi tidak banyak berbeda dengan materi pelatihan pada umumnya. Contoh materinya seperti Upaya Pertama Gawat Darurat, Penanggulangan Kecelakaan, dsb. Pematerinya pun biasanya berasal dari rumah sakit atau lembaga kesehatan terkait.

Sasaran utama atau pesertanya adalah mahasiswa, seluruh tim Gawat Darurat Rumah Sakit, anggota P2K3 Rumah Sakit (Klinik, Lab, RS), Safety Officer, Dokter, Perawat, Bidan, HRD Rumah Sakit dan semua pihak yang terlibat dalam tim tanggap darurat rumah sakit.

2. Sarana

Fasilitas yang disediakan di instalasi / unit gawat darurat harus menjamin efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari seminggu secara terus menerus.

1) Ketentuan umum fisik bangunan a. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat .b. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda ( alur masuk

kendaraan / pasien tidak sama dengan alur keluar ).c. Harus memiliki ruang dekontaminasi ( dengan fasilitas shower ) yang

terletak antara ruang triase dengan ruang tindakan.d. Ambularis/ kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di

depan pintu.

Page 2: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

e. Pintu IRD harus dapat dilalui oleh brankar / kursi roda.f. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.

2) Ruang Penerimaan Pasien (Triase)a. Ruang untuk seleksi pasien yaitu dalam bentuk los (ada ruang untuk

“false emergency”).b. Ruang pemeriksaan pasien

a) False emergencyb) True emergencyc) Ruang resusitasi pasien d) Ruang observasi pasien

3) Ruang Penunjang Medisa. Ruang Laboratorium b. Ruang Radiologi :

a) Radiologi konvensional b) CT- Scanc) Ultrasonografi d) MRIe) Echocardiografif) Ruang prosesing film rontgeng) Gudang alat, film, dll.

c. Ruang Farmasi dan Depo Sentral4) Ruang Tindakan Medis

a. Ruang tindakan bedah :a) Ruang pemeriksaan pasien (Bedah, kebidanan dan penyakit

kandungan, THT, mata, dll.)b) Ruang tindakan Bedah minorc) Ruang tindakan Bedah Kebidanan dan Penyakit kandungan

(VK kebidanan, kuretase, persalinan normal dan patologis, vacum, dll.)

d) Ruang observasi dan persiapan operasi b. Ruang tindakan non-bedah :

a) Ruang pemeriksaan pasien non-bedah (Penyakit dalam, Neurologi, pediatric, Psikiatri, Kulit dan kelamin, dll.)

b) Ruang tindakan Endoskopi .c) Ruang observasi dan persiapan tindakan pasien.

Page 3: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

5) Ruang Penunjang Non-Medisa. Ruang administrasi b. Ruang dokter c. Ruang perawat d. Ruang peserta didik e. Ruang penyimpanan alat medis f. Ruang penyimpanan barang habis pakai dan obat – obatan emergencyg. Ruang persiapan alat h. Ruang alat - alat non-medis

6) Kamar Operasia. Kamar Operasi Umum b. Kamar Operasi Orthopedi c. Kamar Operasi Bedah saraf d. Kamar Kebidanan / Penyakit kandungan e. Ruang Persiapan Operasi f. Ruang Pemulihan Pasca Bedah g. Ruang cuci petugas kamar Operasi h. Ruang ganti Petugas (Dokter, perawat, dll.) laki - laki dan wanita i. Kamar mandi j. Gudang alat medis steril k. Gudang obat dan bahan habis pakai l. Spolhok

7) Ruang Khususa. Ruang High Careb. Ruang Isolasi c. Ruang luka bakar d. Ruang dekontaminasi

Page 4: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

3. Triage (Triase)

Triage adalah suatu sistem pembagian / klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat / ringannya kondisi klien / kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.

Triage berasal dari bahasa Perancis trier, bahasa Inggris triage dan diturunkan ke dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat.

Menurut Brooker (2008), dalam prinsip Triase diberlakukan sistem prioritas, yaitu penentuan / penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pda tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan pasien berdasarkan :

1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit2) Dapat mati dalam hitungan jam3) Trauma ringan4) Sudah meninggal

Pada umumnya penilaian korban dalam Triase dapat dilakukan dengan :

1) Menilai tanda vital dan kondisi umum korban2) Menilai kebutuhan medis3) Menilai kemungkinan bertahan hidup4) Menilai bantuan yang memungkinkan5) Memprioritaskan penanganan definitive6) Tag warna

Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem Triase adalah kondisi pasien yang meliputi :

a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.

Page 5: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat sseperti kegawatan.

c. Gawat Darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / bernafas, dan Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau cacat.

Berdasarkan tingkat prioritas (Labelling), maka dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

Klasifikasi KeteranganPrioritas I (Merah) Mengancam nyawa atau fungsi vital,

perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok temoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II & III > 25%.

Prioritas II (Kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemiindahan bersifat jangan terlambat. Contohnya patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II & III < 25%, trauma thorak / abdomen, trauma bola mata.

Prioritas III (Hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contohnya luka superficial, luka-luka ringan.

Prioritas 0 (Hitam) Kemungkinan hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contohnya jantung henti kritis, trauma kepaala kritis.

Page 6: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

Alur dalam proses Triase :

1) Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD2) Di ruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat

(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya olehperawat.3) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase

dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung UGD)4) Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :

a. Segera / Immediate (Merah)Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Pasien dapat langsung segera diberikan pengobatan di ruang tindakan UGD.

Page 7: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

b. Tunda / Delayed (Kuning)Pasien memerlukan tindakan definitif tapi tidak ada ancaman jiwa segera. Pasien yang memerlukan tindakan lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan mmenunggu giliran setelah pasien kategori triase merah telah selesai ditangani.

c. Minimal (Hijau)Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Pasien dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan maka pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.

d. Expectant (Hitam)Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun sudah mendapat pertolongan. Pasien / korban yang telah meninggal dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

Page 8: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

4. Mutu

Klasifikasi yang membedakan setiap pelayanan di Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit adalah adanya :

1) Ketersediaan sumber daya manusia2) Ketersediaan fasilitas dan peralatan3) Ketersediaan sarana pendukung4) Ketersediaan sistem kendali mutu5) Ketersediaan fasilitas pendidikan dan pelatihan

Pelayanan Unit Pelayanan Gawat Darurat ditetapkan sesuai standar klasifikasi tempat pelayanan, diperlukan data jumlah / jenis kunjungan yang diterima sehari-hari dan kesiapan serta kemampuan menangani korban masal.

Klasifikasi Unit Pelayanan Gawat Darurat terdiri dari :

1) Unit Gawat Darurat kelas IV2) Unit Gawat Darurat kelas III3) Unit Gawat Darurat kelas II4) Unit Gawat Darurat kelas I

5. Indikator Mutu di UGD

Untuk mengendalikan mutu pelayanan Unit Gawat Darurat, maka perlu dilakukan upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan instalasi / unit gawat darurat. Dengan kriteria :

1) Ada data dan informasi mengenai :a. Jumlah kunjunganb. Kecepatan pelayanan (respon time)c. Pola penyakit / kecelakaan (10 terbanyak)d. Angka kematian

2) Instalasi / Unit Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap pelayanan kasus gawat darurat sedikitnya satun kali dalam setahun.

3) Instalasi / Unit Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap kasus-kasus tertentu sedikitnya satu kali dalam setahun.

Page 9: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

6. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes).

Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu :

1) Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh pertolongan segera dan mendadak.

2) Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.

3) Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.

4) Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama.

Page 10: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

Sama halnya dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, maka salah satu syarat pelayanan rawat jalan yang baik adalah pelayanan yang bermutu. Karena itu untuk dapat menjamin mutu pelayanan rawat jalan tersebut, maka program menjaga mutu pelayanan rawat jalan perlu pula dilakukan.

Untuk ini diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, namun karena pada pelayanan rawat jalan ditemukan beberapa ciri khusus, menyebabkan penyelenggaraan program menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidaklah semudah yang diperkirakan, ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah:

1) Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam, sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersufat baku.

Page 11: Pelayanan Gawat Darurat Dan Rawat Jalan

2) Tenaga pelaksana bekerja pada srana pelayanan rawat jalan umumnya terbatas, sehigga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat khusus yang diserahkan tanggung jawab penyelengaraa program menjaga mutu, dan pihak lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu untuk menyelengarakan program menjaga mutu.

3) Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.

4) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit dilakukan.

5) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga menyulitkan pekerjaan penilaian.

6) Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang kesarana pelayanan rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangannya sebenarnya berada di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan menyulitkan pekerjaan penilaian.

7) Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak selengkap rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak lengkap

8) Perilaku pasien yang datang kesarana pelayanan rawat jalansukar dikontrol, dan karenanya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dalami tidak sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.