Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil...

30
i LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENERAPAN IPTEKS, PROGRAM P2M DANA DIPA Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil Penelitian pada Siswa SMA Negeri 1 Kediri, Tabanan Oleh Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.(NIDN: 0020036501) Prof. Dr. Nyoman Sudiana, M.Pd. (NIDN : 0001125708 Ida Bagus Manik Aryana, S.S., M.Si.(NIDN:0031127308 Drs. Ida Bagus Sutresna, M.Si. (NIDN: 00313105602) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 190/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS GANESHA SINGARAJA 2015

Transcript of Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil...

i

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENERAPAN IPTEKS, PROGRAM P2M DANA DIPA

Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil

Penelitian pada Siswa SMA Negeri 1 Kediri,

Tabanan

Oleh

Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.(NIDN: 0020036501)

Prof. Dr. Nyoman Sudiana, M.Pd. (NIDN : 0001125708

Ida Bagus Manik Aryana, S.S., M.Si.(NIDN:0031127308

Drs. Ida Bagus Sutresna, M.Si. (NIDN: 00313105602)

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha

dengan SPK Nomor: 190/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS GANESHA

SINGARAJA

2015

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

a. Judul Program :

Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil Penelitian pada Siswa

SMA Negeri 1 Kediri, Tabanan

b. Jenis Program : Pelatihan

c. Bidang Kegiatan : Peningkatan SDM

d. Identitas Pelaksana :

1. Ketua Pelaksana

a. Nama : Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.

b. NIP : 196503201990031002

c. Pangkat/Golongan : Pembina TK I/IVa

d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja

e. Alamat Rumah : Griya Pemaron

2. Anggota 1

a. Nama : Ida Bagus Manik Aryana, S.S., M.Si.

b. NIP : 0031127308

c. Pangkat/Golongan : Penata Muda/IIIb

d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja

e. Alamat Rumah : Sanur, Denpasar

3. Anggota 2

a. Nama : Drs. Ida Bagus Sutresna, M.Si.

b. NIP : 196503201990031002

c. Pangkat/Golongan : Pembina/IVb

d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja

e. Alamat Rumah : Jalan Mayor Metra, Singaraja

4. Anggota 3

a. Nama : Prof. Dr. Nyoman Sudiana, M.Pd.

b. NIP : 195712311985031013

c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama/IVc

d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja

e. Alamat Rumah : Br. Kelingkung, Desa Tambang, Buleleng

iii

e. Biaya yang diperlukan : Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh Juta rupiah)

f. Lama Kegiatan : 6 bulan

Singaraja, 6 Oktober 2015

Menyetujui,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu bentuk usaha terbaik atau paling unggul

dari manusia untuk memperoleh pengetahuan yang diharapkan bermanfaat untuk

memudahkan kehidupan ini. Keunggulannya disebabkan oleh prosedur

pelaksanaannya yang paling ilmiah diantara cara-cara lain dalam mendapatkan

pengetahuan. Oleh karena itulah, penelitian dianggap sebagai usaha terbaik dalam

menemukan kebenaran objektif dalam mendapatkan pengetahuan.

Mengingat hal itu, maka sudah sewajarnyalah jika kegiatan ini, pada dunia

modern, mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, lebih-lebih dalam

dunia pendidikan. Sejak dari Sekolah Dasar semestinya siswa sudah diarahkan

untuk melakukan penelitian. Siswa-siswi SD sudah mulai dapat diarahkan untuk

melakukan kegiatan penelitian dalam skala kecil. Misalnya, siswa SD diajak

untuk mengamati tingkah laku binatang atau serangga tertentu kemudian

menulisnya dalam sebuah laporan pengamatan. Kegiatan yang sederhana ini pada

hakikatnya adalah salah satu bentuk pemerolehan pengetahuan lewat penelitian.

Dari kegiatan skala kecil seperti itu, dikembangkan ke skala yang lebih besar

untuk tingkatan kelas dan sekolah yang lebih tinggi. Pada tingkat SMA, kegiatan

penelitian sudah hampir menjadi bagian integral dari beberapa mata pelajaran.

Berbagai lomba yang berkaitan dengan pelaporan hasil penelitian sudah juga

diadakan. Hanya saja, lomba-lomba penulisan karya ilmiah terutama hasil

penelitian, secara kuantitas maupun kualitas belum memenuhi harapan

penyelenggaraannya. Usaha untuk menggalakkan pelaksanaan penelitian dan

penulisan laporan hasil penelitian tampaknya masih menemui jalan buntu. Secara

kuantitas, bisa dihitung dengan jari peserta dari satu kabupaten yang mau ikut

dalam lomba-lomba penulisan laporan penelitian. Secara kualitas, lebih

memprihatinkan lagi, baik dari segi isi, organisasi tulisan, maupun penggunaan

bahasa, masih jauh di luar harapan.

2

Terlepas dari semua kondisi di atas, siswa sebenarnya cukup antusias

untuk meneliti, menulis, berekpresi atau pun berkreativitas. Banyak siswa yang

beranggapan bahwa meneliti itu menyenangkan, apalagi sampai mampu

menuangkannya menjadi sebuah laporan hasil penelitian. Mereka memiliki

keinginan untuk mampu melahirkan sebuah laporan hasil penelitian ilmiah seperti

itu. Hanya sayang, mereka kurang mendapat bimbingan yang intensif untuk

melakukannya sampai terwujud menjadi sebuah laporan hasil penelitian. Kondisi

seperti ini tentu tidak bisa terus dibiarkan jika kita menginginkan munculnya

peneliti-peneliti muda yang berkualitas untuk melahirkan pengetahuan yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia kelak.

Keberadaan penelitian sebagai bentuk perolehan pengetahuan bahkan ilmu

pengetahuan mendapatkan angin segar dengan diberlakukannnya Kurikulum

2013. Kurikulum ini menghendaki agar perolehan pengetahuan para siswa

didapatkan dengan metode ilmiah dalam balutan Pendekatan Saintifik.

Keberadaan pendekatan saintifik ini seharusnya semakin memotivasi para guru

dan siswa untuk melakukan penelitian secara lebih intens.

1.2 Analisis Situasi

SMA Negeri 1 Kediri didirikan tahun 1998 berdasarkan Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 13a/O/l998 tentang Pembukaan

dan Penegerian Sekolah Tahun Pelajaran 1996/1997 tanggal 29 Januari 1998.

Luas tanah bangunan SMA Negeri 1 Kediri seluas 7375 m2 , berlokasi di Jalan

Bingin Ambe di Lingkungan Desa Adat Banjar Anyar, Kecamatan Kediri,

Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

Sarana yang ada di SMA Negeri 1 Kediri boleh dikatakan cukup memadai

bahkan hampir lengkap. Untuk sarana belajar, SMAN 1 Kediri memiliki 16 ruang

kelas, 1 perpustakaan, dan 6 laboratorium (komputer, biologi, bahasa, kimia,

multimedia, ips). Ada juga gedung fisika, biologi, kimia, panggung terbuka,

padepokan seni, dan ruang untuk ekstra lainnya seperti ruang pramuka, ruang

kapela/bianglala, ruang DKM, ruang UKS dan sarana lainnya untuk sivitas di

sekolah tersebut.

3

Jumlah siswa di SMAN 1 Kediri ada sebanyak 1009 orang dengan sebaran seperti

tabel berikut.

Tabel 01 : Sebaran dan jumlah siswa SMAN 1 Kediri, Tabanan

No Kelas Laki Perempuan Jumlah

1. Kelas X 146 172 318

2. Klas XI IPA 124 162 286

3. Klas XI IPS 18 27 45

4. Klas XII IPA 120 172 292

5. Klas XII IPS 34 34 68

Total 1009

Dalam hal prestasi, SMAN 1 Kediri telah meraih beberapa prestasi di

tingkat kabupaten, tetapi dalam hal kegiatan ilmiah berupa penelitian maupun

penulisan karya ilmiah tampaknya belum banyak berkembang di sekolah. Tahun

2000 sekolah ini pernah mengikuti lomba kegiatan ilmiah tetapi prestasi tersebut

tampak mengalami penurunan bahkan mulai tahun 2008 mulai jarang mengikuti

kegiatan ilmiah penelitian. Perlombaan yang diikuti lebih banyak mengarah

kepada kegiatan ekstra non ilmiah seperti pramuka, gerak jalan, lomba busana,

dan sejenisnya.

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian belum tumbuh dalam

tradisi yang baik di sekolah-sekolah. Walaupun kegiatan ini sudah ada yang

menjadi bagian integral dari beberapa mata pelajaran, namun keberadaannya

sering hanya dianggap sebagai pelengkap agar memenuhi tuntutan kurikulum. Ini

berarti, hakikat penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian itu belum

dipahami secara baik oleh pelaksananya. Akibatnya, kalau pun dihasilkan sebuah

laporan hasil penelitian, kualitasnya masih jauh dari harapan. Demikian juga

secara kuantitas, kemunculannya sebatas ada perintah atau keharusan untuk

membuatnya.

4

Secara kuantitas, kita dapat melihat terbatasnya jumlah peserta lomba

karya tulis ilmiah hasil penelitian. Peserta lomba itupun tampaknya mengikuti

lomba karena adanya dorongan atau mungkin paksaan dari guru pembimbing atau

pihak lainnya, agar mengikuti lomba. Selain itu, kalau kita menengok ke sekolah-

sekolah, belum terlihat adanya aktivitas penelitian dan menyusunan laporan hasil

penelitian. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya mencari contoh-contoh hasil

penelitian siswa SMA di sekolahnya.

Secara kualitas, jelas sekali terlihat hasil laporan atau pun tulisan

ilmiahnya belum memenuhi standar penulisan ilmiah. Isinya belum menunjukkan

tingkat keilmiahan. Demikian juga pengorganisasian tulisan bahkan sampai

pemilihan katanya juga kurang memadai. Banyak karya ilmiah yang

diikutsertakan dalam lomba sangat berbau subjektif sehingga kadar ilmiahnya

menjadi kabur.

Masalah yang paling urgen, tampaknya terletak pada tiga hal yaitu

merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian sederhana, dan menyusun

laporan hasil penelitian. Apa yang dapat diteliti dan apa persiapan yang perlu

dilakukan untuk melaksanakan penelitian? Bagaimana langkah-langkah

pelaksanaan penelitian, bagaimana mengumpulkan data, mengolah data, dan

bagaimana melaporkannya sehingga layak disebut sebagai karya ilmiah? Ini

adalah beberapa permasalahan yang tampaknya perlu dipecahkan dalam pelatihan

ini.

1.4 Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada para siswa dalam

melaksanakan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Setelah pelatihan,

peserta diharapkan memiliki kemampuan minimal dalam tiga hal, yaitu 1)

memiliki kemampuan merencanakan sebuah penelitian, 2) memiliki keterampilan

melaksanakan penelitian, dan 3) memiliki keterampilan menyusun laporan hasil

penelitian.

5

Pada akhir kegiatan, setiap kelompok siswa diharapkan menghasilkan

sebuah laporan hasil penelitian yang layak diikutsertakan dalam lomba penelitian

dan karya tulis ilmiah.

1.5 Manfaat Kegiatan

Kegitan ini akan sangat bermanfaat bagi :

1. siswa peserta pelatihan karena mereka akan mendapatkan bekal :

a. untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan penelitian

dalam menunjang kualitas dirinya sebagai anggota masyarakat

kelak,

b. untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya kelak dengan

menggunakan prosedur berpikir yang sistematis dan logis (model

berpikir ilmiah).

c. sekolah tempat para siswa menuntut ilmu karena dengan

kemampuan yang dimilikinya akan lebih menggairahkan kegiatan

baik intra maupun ekstrakurikuler, khususnya yang berkaitan

dengan penelitian dan pembuatan laporan hasil penelitian.

Kemajuan ini akan ikut mendongkrak prestise dan prestasi sekolah

tersebut.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Ilmiah dengan Model Berpikir Reflektif sebagai Salah Satu

Cara Modern dan Terbaik untuk Memperoleh Kebenaran.

Ada beberapa cara yang digunakan oleh manusia untuk memperoleh

kebenaran maupun pengetahuan. Pertama, ada orang yang mencari pengetahuan

melalui pihak yang berwenang (Hadi, 1994:33). Dalam cara ini, orang tersebut

pergi kepada seorang ahli atau pihak-pihak lain yang dianggap berwenang. Jika

dia sakit, dia pergi ke dukun atau dokter. Jika bermimpi ia pergi ke ahli nujum

atau peramal. Sadar atau tidak sangat banyak orang yang menerima begitu saja

apa yang dikatakan tradisi sebagai suatu kebenaran. Perjodohan, hari perkawinan,

arah bepergian mencari rejeki, dan lain-lainnya, banyak yang didasarkan pada

tradisi yang sudah kuno tersebut. Cara tersebut berjalan dari generasi ke generasi.

Mungkin cara ini merupakan jalan pendek dan praktis, tetapi belum tentu

merupakan kebenaran yang tak terguncangkan. Sejarah telah membuktikan bahwa

sejarah masa lalu tidak hanya menelurkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, tetapi

banyak juga menelurkan kesesatan-kesesatan. Simak saja misalnya permasalahan

kembar buncing yang baru-baru ini ramai dibicarakan. Cara-cara semacam ini

adalah bersifat ekonomis dan efisien, akan tetapi bukan tidak terbuka untuk

sesuatu kesalahan.

Cara kedua adalah memperoleh pengetahuan melalui pengalaman pribadi.

Banyak pengatahuan manusia diperoleh dari pengalamannya sehari-hari.

Memecahkan persoalan hidup dengan menggunakan pengalaman, dalam banyak

hal memang sangat berguna. Banyak kesulitan yang dapat dipecahkan. Dari

pengalamannya, seorang petani tahu, kapan ia harus mulai menanam tanaman

tertentu agar berhasil.

Pengalaman memang membuat orang menjadi bijaksana, tetapi jika tidak

digunakan secara hati-hati dan kritis, pengalaman itu justru akan sangat

merugikan. Karena kebiasaan memilih kue yang besar, maka seorang anak kecil

memilih kado yang bungkusannya paling besar, padahal isinya mungkin hanya

7

sebuah barang yang jauh kurang berharga dibandingkan dengan kado yang

bungkusannya lebih kecil. Segi negatif lain jika hanya mengandalkan pengalaman

adalah keterbatasan kemampuan mengamati dan sifat subjektifitas yang dimiliki

manusia sehingga pengalaman pribadi mungkin sangat tidak cocok untuk orang

lain yang kita ajak tinggal serumah sekali pun, apalagi yang berada di belahan lain

dari bumi ini. Boleh dikatakan, derajat kermaknaannya sangat terbatas atau

mungkin sangat pribadi.

Cara ketiga adalah cara berpikir deduktif. Prinsip berpikir deduktif adalah :

apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis,

berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam

kelas atau jenis itu. Alat yang dipakai untuk mancapai pengetahuan dengan jalan

deduksi adalah silogisme. Berpikir secara deduktif memungkin seorang dedektif

mengatur premis-premis dalam rangkain yang sedemikian rupa sehingga menjadi

bukti-bukti yang konklusif untuk membenarkan suatu konklusi yang khusus.

Demikian juga seorang dokter. Dia menyelidiki penderita yang datang kepadanya,

memeriksa seluruh badannya, dan kemudian mencocokkan keadaan penderita itu

dengan pengetahuan kedokteran yang dimilikinya. Dari situ dia menentukan atau

mengambil kesimpulan penyakit yang diderita pasiennya dan memberinya resep.

Memang cara berpikir ini banyak digunakan orang, bahkan para peneliti modern

pun menggunakan untuk hal-hal tertentu. Akan tetapi sesungguhnya berpikir

deduktif tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan tertentu. Deduktif yang

menggunakan silogisme sebagai alatnya, menyandarkan diri pada kata-kata. Kita

tahu bahwa kata-kata tidak sama betul artinya untuk tipe tiap-tiap orang atau

untuk waktu yang berbeda-beda. Dalam banyak kejadian, sesuatu yang kelihatan

logis, namun menyimpan kesalahan fatal. Oleh karena itulah cara ini tidak dapat

dipercaya sepenuhnya.

Cara keempat adalah cara berpikir induktif. Berlawanan dengan cara

deduktif, cara berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-

peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa

konkret itu ditarik kesimpulan-kesimpulan yang mempunyai sifat umum. Dengan

induksi ini orang akan mendapatkan pengetahuan yang sangat dapat dipercaya.

8

Akan tetapi suatu persoalan timbul : Apakah perhitungan ciri-ciri subjek, individu,

dan peristiwa seluruhnya dapat kita lakukan tanpa suatu kesulitan? Apakah

mungkin kita dapat menyelidiki semua orang dalam suatu desa, misalnya? Untuk

memudahkan pekerjaan penyelidik, biasanya digunakan sampel, tetapi jelas

kebenarannya memiliki derajat yang lebih rendah.

Cara kelima yang merupakan cara yang sangat dianjurkan untuk saat ini

adalah memperoleh pengetahuan atau kebenaran dengan reflective thinking seperti

yang disarankan oleh John Dewey. Cara berpikir reflektif memiliki unsur-unsur

sebagai berikut ini:

1) menjumpai suatu persoalan atau mengalami kesulitan. Suatu kesulitan

dapat berwujud : a) belum dapat menerangkan suatu kejadian yang

timbulnya tidak diduga-duga, b) belum memperoleh alat atau cara untuk

mencapai suatu tujuan yang diinginkan, c) belum menemukan ciri-ciri,

sifat-sifat, atau unsur-unsur suatu objek persoalan.

2) mendudukkan dan memberi batasan terhadap kesulitan atau problem,

3) mengajukan hipotesa-hipotesa,

4) secara deduktif membeberkan atau menerangkan hipotesa-hipotesa yang

telah diajukan itu,

5) menguji atau mengetes hipotesa dengan fakta-fakta, dan

6) menarik kesimpulan.

Unsur-unsur inilah yang kemudian dikenal dengan metode ilmiah. Dengan model

bekerja seperti itu, berkembanglah ilmu pengetahuan dengan pesatnya pada

dekade ini. Cara inilah yang digunakan dalam penelitian. Langkah-langkah

tersebut merupakan esensi dari semua aktivitas penelitian ilmiah sehingga sangat

perlu mendapat perhatian dan pendalaman dengan seksama (lihat Hadi, 1994;

Suriasumantri, 1989 dan 1990).

2.2 Kegiatan Penelitian sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Lintas

Kompetensi

Sekarang ini, pembelajaran lintas kompetensi kembali menjadi sorotan

pemerhati pendidikan hampir di seluruh belahan bumi ini. Berbagai pendekatan

9

pembelajaran pun muncul untuk mengaplikasikan konsep tersebut. Pembelajaran

terpadu, misalnya, merupakan salah satu pendekatan yang pernah diperkenalkan

dalam dunia pengajaran. Belakangan, pendekatan kontekstual sepertinya dielukan

untuk mengaplikasikan konsep tersebut. Di Indonesia, dengan rancangan

pembaharuan kurikulum berbasis kompetensi, gaung ke arah pembelajaran lintas

kompetensi tampak begitu menggema. Ujung-ujungnya, berbagai pelatihan mulai

dilaksanakan. Salah satu pelatihan itu adalah pelatihan pembelajaran dengan

pendekatan belajar dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and

learning).

Munculnya konsep pembelajaran lintas kompetensi ini didasari oleh

pemikiran berikut ini. (1) Untuk hidupnya, manusia tidak cukup hanya menguasai

satu jenis pengetahuan atau keterampilan saja. Kehidupan bermasyarakat begitu

kompleks sehingga diperlukan berbagai pengetahuan maupun keterampilan.

Tidak mungkin untuk hidup bermasyarakat, manusia hanya menguasai satu jenis

pengetahuan tertentu. (2) Pembelajaran mesti memperhatikan keragaman serta

multi-intelegnsi siswa. Partisipasi siswa di sekolah haruslah memperhatikan

kebutuhannya untuk hidup dan delapan orientasi pembelajarannya. Kedelapan

orientasi pembelajaran tersebut menurut Gardner (1993) adalah spasial-verbal,

linguistik-verbal, interpersonal, musikal-ritmik, naturalis, badan-kinestetika,

intrapersonal, dan logis-matematis.

Di mana keberadaan kegiatan penelitian sampai kepada pelaporan hasilnya

untuk merealisasikan konsep pembelajaran lintas kompetensi tersebut? Hal ini

dengan mudah dapat kita lihat dari beragamnya kegiatan yang harus dilakukan

siswa dalam kegiatan tersebut. Pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang

menjadi pilar sistem pendidikan dapat diperolehnya dari kegiatan penelitian ini.

Oleh karena melaksanakan penelitian mencakup berbagai kompetensi,

maka untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap ilmiah.

Karena untuk mewujudkan sebuah hasil penelitian yang memenuhi standar

keilmiahan ini membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah, untuk

menunjang keberhasilannya membutuhkan kolaborasi berbagai kompetensi.

10

Dengan demikian, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan laporannya,

pada hakikatnya pembelajaran lintas kompetensi. Model pembelajaran ini

bermaksud mengasah berbagai kompetensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga

diharapkan dapat melahirkan manusia yang dapat menjalani kehidupannya kelak

di masyarakat.

11

BAB III

METODE PELAKSANAAN DAN MATERI

3.1 Metode Pelaksanaan

3.1.1 Kerangka Pemecahan masalah

Penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian di kalangan siswa di

Indonesia memang belum membudaya. Padahal, kegiatan ini mengantarkan siswa

kepada kemapuan berpikir kritis dan tingkat tinggi untuk mampu menghasilkan

karya inovatif yang diharapkan untuk kemajuan bangsa. Hal ini juga terjadi pada

siswa SMAN 1 Kediri, Tabanan. Permasalahan yang pada kalangan siswa dalam

hal penelitian dan pennyusunan laporan hasil penelitian tersebut adalah (1)

rendahnya wawasan siswa terhadap manfaat dan teknik penelitian, (2) rendahnya

kemampuan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil

penelitian yang dilakukannya. Dalam kaitan dengan permasalahan tersebut, maka

pemecahan permasalahan yang dilakukan adalah seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 02 : Kerangka pemecahan masalah

No Permasalahan Akar permasalahan Pemecahannya

1 Rendahnya minat siswa

melakukan penelitian

Siswa kurang

memiliki wawasan

tentang manfaat

Seminar tentang hakikat

penelitian dan

manfaatnya bagi

kehidupan manusia

2 Rendahnya

keterampilan

merencanakan

penelitian

Siswa belum

memiliki cara-cara

menemukan masalah

penelitian dan

menuangkannya

dalam proposal

penelitian

Pelatihan secara

terstruktur dengan

pendampingan dalam

menggali masalah dan

membuat proposal

penelitian

3 Rendahnya ketrampilan

dalam melaksanakan

penelitian

Sangat jarang

melaksanakan

penelitian

Pelatihan secara

terstruktur dengan

pendampingan dalam

12

melaksanakan

penelitian

4 Rendahnya ketrampilan

siswa melaporkan hasil

penelitiannya

Kurang memiliki

strategi dalam

penulisan karya ilmiah

penelitian

Pelatihan secara

terstruktur dengan

pendampingan dalam

menyusun laporan hasil

penelitian

Untuk menangani permasalahan yang telah dikemukakan di depan,

kegiatan ini menggunakan model pelatihan. Untuk memilih anggota pelatihan

akan dilakukan penyampelan. Sampel akan menggunakan teknik sampel wilayah

(area sampling) dan sampel “purposive” karena sampel terpilih harus memiliki

kriteria berupa (1) anggota sampel harus dapat menyebarluaskan hasil pelatihan

kepada siswa lainnya, (2) anggota sampel harus juga ada yang mampu menjadi

suvervisor bagi siswa lainnya. Hal ini diperlukan, mengingat arah kegiatan ini

adalah untuk meningkatkan kegairahan dan kemampuan siswa dalam

melaksanakan penelitian sampai menghasilkan laporan hasil penelitian sehingga

kelak terjadi peningkatan hasil, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.

Jumlah peserta yang akan dilibatkan kurang lebih duabelas kelompok

dengan masing-masing kelompok terdiri antara 4-5 orang dan akan didampingi

oleh seorang guru pembimbingnya serta seorang dosen pendambing yang

sekaligus sebagai narasumber bagi kelompok tersebut baik saat pelatihan maupun

saat berlatih meneliti.

Secara sederhana, pelaksanaan kegiatan ini dapat uraikan sebagai berikut.

Pertama, dilakukan presentasi makalah tentang 1) konsep dan teori yang

diperlukan untuk melaksanakan penelitian sampai menghasilkan laporan hasil

penelitian yang berkualitas, dan 2) teknik menyusun laporan hasil penelitian.

Setelah itu, dilanjutkan dengan praktik melaksanakan penelitian oleh siswa

mengenai objek penelitian yang mereka minati dengan bimbingan guru dan dosen

pendampingnya.

13

3.1.2 Realisasi Pemecahan Masalah

Realisasi pemecahan masalah ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2015.

Pemilihan waktu pelaksanaan tersebut sesuai dengan kesepakatan dari pihak

penyedia tempat, dalam hal ini SMA Negeri 1 Kediri di Desa Banjar Anyar,

Kediri. Dalam realisasinya, pelatihan ini diikuti oleh 45 orang siswa yang terbadi

dalam 9 kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh seorang guru

pembimbingnya.

Teknik yang dipakai dalam pemecahan masalah adalah dengan

memberikan pelatihan kepada peserta. Lama pelaksanaan pelatihan ini adalah satu

hari dari pukul 09.00 Wita sampai dengan pukul 15.00 Wita. Dalam kurun waktu

itu, peserta diberikan bekal pengetahuan dan praktik penelitian dan penulisannya,

berupa pembuatan draf awal proposal penelitian.

Selanjutnya pada tanggal 8 dan 29 Agustus dilakukan bimbingan

pendampingan untuk merevisi proposal penelitian yang telah dirancang oleh

kelompok peserta.

3.1.3 Khalayak Sasaran antara yang Strategis

Pelatihan ini membidik kelompok KIR siswa SMA Negeri 1 Kediri.

Peserta ini diharapkan kelak mampu menularkan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap ilmiah yang diperoleh selama pelatihan kepada teman-temannya sehingga

tradisi penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian di lingkungan tersebut

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

3.1.4 Keterkaitan

Kegiatan ini memiliki keterkaitan dengan lembaga formal yang menangani

masalah kependidikan. Lembaga tersebut antara lain Diknas, sekolah dari masing-

masing siswa yang terlibat dalam pelatihan, dan Undiksha, khususnya Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni.

14

3.1.5 Evaluasi Kegiatan

Sesuai dengan tujuan pelatihan, maka evaluasi yang dilakukan adalah

evaluasi terhadap pemahaman peserta terhadap penelitian dan produk yang

dihasilkan selama pelatihan. Untuk itu, maka evaluasinya menggunakan 2 jenis

teknik evaluasi. Untuk mengetahui pemahaman peserta dilakukan evaluasi berupa

tes, sedangkan untuk produk berupa karya yang dihasilkan oleh siswa selama

pelatihan digunakan model penilaian fortofolio. Hart (1994) mengatakan

fortofolio adalah koleksi dari berbagai keterampilan, ide, minat, dan keberhasilan

atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu. Indikator penilaian produk

berpedoman pada indikator penilaian karya ilmiah yang digunakan dalam lomba-

lomba karya ilmiah, khususnya karya penelitian.

3.2 Materi Kegiatan

Sesuai dengan tujuan pelatihan ini, yaitu bermaksud memberikan bekal

yang memadai kepada kelompok siswa yang akan melaksanakan penelitian dan

menuliskan hasil penelitiannya itu ke dalam bentuk laporan hasil penelitian, maka

materi pelatihan ini diarahkan kepada dua hal tersebut. Materi pertama adalah

mengenai seluk-beluk penelitian, mulai dari konsep-konsep penelitian sebagai

sebuah cara memperoleh pengetahuan sampai dengan prosedur-prosedur yang

harus ditempuh dalam merencanakan sampai melaksanakan penelitian. Dengan

demikian, bahasan tentang hakikat penelitian, permasalahan penelitian, judul

penelitian, serta metode penelitian yang menyangkut hal-hal pemilihan sampel,

penyusunan instrumen, pengumpulan data, dan pengolahan data, menjadi bahan

pelatihan. Materi pelatihan ini disampaikan oleh Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.

15

BAB IV

HASIL PELATIHAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelatihan

Pelatihan ini dilaksanakan selama satu hari (dari pagi sampai sore) pada

tanggal 27 Juni 2015 dan dilanjutkan pendampingan pembimbingan pada tanggal

29 Agustus 2015 dan tanggal 5 September 2015 dengan lokasi di SMA Negeri 1

Kediri. Pelaksanaan pelatihan ini diikuti oleh 45 orang siswa, yang terbagi ke

dalam 9 kelompok peneliti. Para siswa didampingi guru pembimbing KIR di SMA

Negeri 1 Kediri. Jumlah guru pembina KIR yang hadir sebanyak 5 orang. Para

guru ini tampaknya merasakan bahwa kegiatan ini tidak semata-mata bermanfaat

bagi siswa, tetapi juga bermanfaat bagi dirinya, terutama untuk menambah

wawasan dalam menyusun karya ilmiah.

Pelaksanaan pelatihan ini berlangsung sebanyak 4 tahap. Tahap pertama

berupa pembukaann yang dibuka oleh Wakasek bidang Kesiswaan, Drs. I Wayan

Muliarta. Tahap kedua, berupa pelatihan penelitian berlangsung dari pukul 10.00

sampai pukul 12.30 Wita. Tahap ketiga berupa pelatihan penulisan proposal dan

penulisan laporan hasil penelitian berlangsung dari pukul 13.00 sampai pukul

15.30 Wita. Tahap keempat adalah tahap penutup berlangsung pukul 15.30 Wita

sampai pukul 15.45.00 Wita. Dari empat tahapan tersebut, tahap kedua dan ketiga

merupakan inti kegiatan ini. Pada tahap kedua, dari pukul 10.00 sampai pukul

12.30 Wita, berlangsung kegiatan berupa pemaparan makalah tentang penelitian

dan teknik penulisan proposal dan laporan oleh Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd. Pada

tahap ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan seluk beluk penelitian, yang

diawali dengan penjelasan mengenai pentingnya ilmu, sumber pengetahuan, hal-

hal yang berkaitan dengan masalah penelitian (syarat-syarat masalah yang dapat

diteliti, sumber masalah atau tempat menemukan masalah, dan lainnya yang

berkaitan dengan masalah penelitian), kemudian manfaat penelitian, dan terakhir,

metode penelitian (yang menyangkut masalah teknik penyampelan, teknik

pengumpulan data, dan teknik pengolahan data). Sesi kedua dari penyampaian

makalah ini membahas mengenai teknik penulisan proposal penelitian dari

16

perumusan judul penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian.

Tahapan selanjutnya dari sesi inti pelatihan adalah berlatih menemukan

judul penelitian kemudian merumuskan sebuah draft proposal penelitian. Pada

tahap ini, setiap kelompok didampingi oleh guru pamong dan dosen pembimbing.

Kegiatan ini diawali dengan mengidentifikasikan masalah penelitian. Siswa diajak

mengidentifikasikan masalah-masalah yang dapat diteliti dalam penelitian ilmiah.

Tahapan ini merupakan tahapan yang cukup penting dalam penelitian karena

penemuan masalah penelitian biasanya kegiatan yang sering dirasakan cukup sulit

tidak hanya oleh para siswa, tetapi juga oleh para mahasiswa yang akan menyusun

skripsi. Tahap yang oleh peneliti pemula sebagai tahapan paling sulit karena

keurgenannya dalam penelitian ini sudah berhasil dilalui oleh peserta. Siswa

peserta sudah mulai mampu mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi

dalam kehidupannya sehari-hari, untuk dijadikan sebuah masalah penelitian. Yang

juga cukup menggembirakan adalah ada beberapa kelompok yang mampu

mengidentifikasi masalah penelitian lebih dari dua masalah. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah masalah penelitian yang ada jika dibandingkan dengan jumlah

kelompok maka akan terlihat bahwa satu kelompok rata-rata mampu

mengidentifiksi dua masalah penelitian bahkan ada yang lebih dari dua. Jumlah

masalah yang mampu diidentifikasi dalam selang waktu tersebut tentunya

merupakan sesuatu yang cukup menggembirakan, apalagi dari mereka itu banyak

yang baru untuk pertama kalinya ikut dalam kegiatan seperti ini. Pengalaman

mereka dalam kegiatan penelitian itu tentunya sangat terbatas.

Kegiatan selanjutnya setelah masalah teridentifikasi adalah menyusun

judul penelitian, peserta diajak untuk menyusun judul yang memenuhi persyaratan

sebuah judul penelitian dari permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Hasil dari kegiatan ini adalah dirumuskannya sebelas judul dari kelompok-

kelompok yang ada. Dalam arti, setiap kelompok sudah berhasil menyusun sebuah

judul penelitian dari masalah-masalah yang sudah diidentifikasi sebelumnya.

Setelah judul berhasil diidentifikasi, peserta diajak untuk menemukan

butir-butir penting yang dapat dijadikan pijakan untuk menyusun latar belakang

17

sebuah proposal. Dari mana kita dapat menulis sebuah latar belakang suatu

penelitian?; Apa yang dapat dijadikan latar belakang?; dan Bagaimana

menuangkannya dalam bentuk sebuah kerangka latar belakang? Pada kesempatan

tersebut, peserta sudah berhasil mengidentifikasi poin-poin yang dapat dijadikan

latar belakang. Poin-poin penting latar belakang penelitiannya dituangkan dalam

bentuk kalimat topik. Peserta juga berhasil mengurutkan poin-poin penting

tersebut menjadi sebuah kerangka latar belakang.

Kegiatan selanjutnya adalah menyusun permasalahan dan tujuan

penelitian. Kegiatan penyusunan permasalahan dan tujuan penelitian dapat

berjalan dengan baik. Peserta tidak menemukan banyak kesulitan dalam kegiatan

ini setelah mereka diarahkan dengan penjelasan teoretis sebelumnya. Peserta

merasa menyusun permasalahan penelitian lebih sulit dibandingkan dengan

menyusun tujuan penelitian. Hal ini dapat dipahami karena tujuan penelitian,

boleh dikatakan hanya berupa kalimat jawaban dari permasalahan penelitian,

walaupun hakikat tujuan yang sebenarnya tidak selalu demikian. Yang banyak

keliru adalah dalam penyusunan manfaat penelitian. Ada beberapa kelompok yang

menulis manfaat penelitiannya merupakan penjabaran dari manfaat variabel pada

judul penelitiannya. Banyak peserta mengira manfaat penelitian itu merupakan

uraian dari manfaat variabel penelitian. Kekeliruan ini kemudian dapat ditangani

setelah tim pengabdian yang langsung mendampingi setiap kelompok untuk

menyusun manfaat penelitian.

4.2 Pembahasan

Sesuatu yang patut dibahas pada kesempatan ini adalah antusias siswa

untuk mengikuti pelatihan ini. Hal ini tidak hanya tampak pada saat pelatihan

berlangsung. Jauh hari sebelum pelaksanaan pelatihan pun hal ini sudah muncul.

Dari pihak sekolah, banyak yang melaporkan bahwa banyak siswa mereka yang

ingin mengikuti pelatihan tetapi karena keterbatasan kuota, mereka terpaksa tidak

bisa ikut. Bahkan ada sekolah-sekolah yang siswanya siap antre untuk mengikuti

pelatihan ini. Mereka siap menjadi pengganti seandainya ada peserta utama yang

tidak jadi ikut. Ini suatu yang dapat kita sebut sebagai fantastis.

18

Dengan demikian, motivasi yang tinggi dari siswa saat mengikuti

pelatihan ini tampaknya menjadi sebuah temuan yang pantas untuk dibahas.

Mengapa siswa begitu antusias dan memiliki motivasi yang tinggi? Hal ini

tampaknya didorong oleh beberapa hal. Pertama, mungkin pelatihan yang

mengarah kepada keterampilan semacam ini sangat jarang dilakukan. Jika benar

demikian, maka ini membuktikan bahwa siswa kita bukanlah sosok yang pasif.

Mereka adalah sosok yang gelisah mencari pengetahuan. Rasa ingin tahu yang

tinggi dari siswa sangat tampak dalam hal ini. Hal ini sebenarnya merupakan

potensi yang sangat mungkin dikembangkan menjadi sesuatu yang berhasil guna.

Kalau ada yang mengatakan bahwa siswa kurang aktif, loyo, malas dan lain-

lainnya, tampaknya tidaklah selalu benar. Mereka selalu ingin berkembang.

Mereka juga ingin menghasilkan sesuatu yang fundamental. Mereka menjadi

kurang aktif karena kurangnya rangsangan untuk berkarya secara nyata. Mungkin

cara-cara pendidikan kita selama ini lebih banyak menanamkan pemahaman

terhadap teori yang verbalistik, tanpa adanya realisasi dalam kehidupan siswa.

Kedua, siswa tampaknya merasa bahwa segala yang mereka dapatkan dalam

pelatihan ini bermanfaat langsung untuk kehidupannya, baik sebagai siswa

maupun sebagai anggota masyarakat atau pencari kerja kelak. Ini berarti prinsip

kebermaknaan dan keterkaitan pelajaran dengan kehidupan nyata siswa sangat

menopang antusias dan motivasi belajarnya. Pelatihan ini adalah salah satu bentuk

pembelajaran juga. Hanya saja bedanya dengan pembelajaran di kelas adalah

dalam pelatihan ini siswa belajar secara alami seperti mereka alami dalam

kehidupannya di masyarakat, sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mereka

belajar secara sangat formal dan terikat oleh begitu banyak aturan yang justru

menjadi tekanan bagi perkembangan aktifitas, kreativitasnya, dan kecerdasannya.

Siswa akan senang jika mereka langsung dapat melihat hasil karyanya. Ini

adalah teori yang sudah cukup lama, tetapi sering dilupakan dalam pembelajaran.

Dalam pelatihan ini, kebenaran konsep ini tampaknya muncul. Dengan langsung

dapat melihat hasil kerjanya (berupa judul penelitian, permasalahan penelitian,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian), mereka tampak lebih tertantang dan

giat untuk belajar sampai-sampai waktu pun mereka lupakan. Karya siswa,

19

bagaimana pun jeleknya, adalah perwujudan dari jati diri siswa. Mungkin ini perlu

dipahami sehingga pelatihan-pelatihan menjadi lebih efektif.

20

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan pelatihan ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1) Sebagaian besar siswa, khususnya peserta pelatihan sangat memerlukan

adanya pelatihan semacam ini. Hal ini dapat dilihat dari keantusiasan mereka

saat mengikuti pelatihan. Mereka sangat menikmati pelatihan ini sehingga

semua tugas yang diberikan dikerjakan dengan motivasi yang tinggi.

2) Sebagian besar siswa yang menjadi peserta pelatihan membawa pengetahuan

awal yang sangat minim mengenai penelitian.

3) Pelaksanaan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan para peserta dalam hal

(a) menemukan masalah penelitian, (b) menyusun masalah yang telah

ditemukan tersebut menjadi sebuah judul penelitian, (c) menyusun latar

belakang, permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian, (d) menentukan

metode penelitian yang tepat sesuai dengan judul penelitiannya.

4) Kelompok peserta berhasil merumuskan draf proposal untuk dikembangkan

nantinya menjadi proposal dan selanjutnya siap untuk diteliti.

5) Pelaksanaan pelatihan juga dapat meningkatkan apresiasi siswa dan juga guru

pembimbingnya tentang pentingnya penelitian.

5.2 Saran-saran

Sehubungan dengan hasil pelatihan seperti di atas, maka dapat disarankan

beberapa hal sebagai berikut.

1) Perlu diadakan pelatihan lanjutan untuk lebih meningkatkan kemampuan

siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.

2) Siswa perlu lebih dimotivasi dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan

penelitian karena mereka tampak sangat antusias untuk melakukan penelitian.

21

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Joan. 1997. Meningkatkan Kecerdasan Anak. diterjemahkan oleh Dudi

Misky. Jakarta : Pustaka Delapratasa.

Chauhan, S.S. 1979. Inovation in Teaching-Learning Process. New Delhi : Vikas

Publishing House.

Egglu, Paul D. et.al. 1979. Strategis for Teachers Information Processing Model

in The Classroom, Englewood Cleffs.

Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences : The Theory in Practice. New York :

Basic Books

Hadi, Sutrisno. 1994. Metodelogi Research. Yogyakarta : Andi Offset.

Suriasumantri, Jujun S. 1989. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : Gramedia.

Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :

Sinar Harapan.

22

Lampiran 01 : Permasalahan yang berhasil diidentifikasi

Pengaruh zat yang terdapat dalam daun sirih terhadap kekokohan gigi

Pengaruh formalin dalam pembuatan bakso terhadap kesehatan konsumen

Pengaruh iklim terhadap perkembangan kebudayaan suatu daerah

Mengapa suhu bumi bisa lebih panas dibandingkan suhu udara di bumi yang

dahulu

Dampak pemilihan langsung terhadap pelaksanaan demokrasi di Indonesia

Daun pepaya dan daun ubi kayu dipakai sebagai sayur agar tidak digigit

nyamuk

Pengaruh limbah minuman yang berarbonasi terhadap pertumbuhan pisang

Pengaruh urine terhadap pertumbuhan tanaman jeruk

Pengaruh sekam terhadap pertumbuhan gulma yang hidup pada tanaman

Cara mengatasi kebiasaan merokok dan minum-minuman keras pada remaja

Dampak modernisasi teknologi terhadap budi pekerti

Upaya meningkatkan hasil pertanian pada lahan yang sempit

Pengaruhn ASI terhadap perkembangan anak

Pengolahan sampah plastik menjadi pot bunga

Efektivitas abu dapur untuk mempercepat perkecambahan biji cabai rawit

Pengaruh pengawinan Fanili pada pagi hari dengan sore hari

Efektivitas penggunaan asam untuk pencuci logam

Apakah benar orang yang yang tidak makan daging, IQ-nya rendah?

Apakah benar mengkonsumsi rokok dapat meningkatkan daya pikir?

Kurangnya minat siswa mempelajari matematika

Pembuatan kripik waluh jepang

Pengaruh penyimpanan buah terhadap penurunan kadar vitamin C

Bakteri yang terkandung dalam minuman kemasan karton

23

Lampiran 2 : Foto Kegiatan

24

25

26

27