PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN...

113
PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM (VMS) DI INDONESIA YOSEP HADINATA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN...

Page 1: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM (VMS)

DI INDONESIA

YOSEP HADINATA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pelaksanaan Vessel Monitoring

System (VMS) di Indonesia adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen

pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya

ilmiah yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Yosep Hadinata

Page 3: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

ABSTRAK

YOSEP HADINATA, C44053474. Pelaksanaan Vessel Monitoring System

(VMS) di Indonesia. Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR dan

FIS PURWANGKA.

Vessel Monitoring System (VMS) merupakan program pengawasan kapal

perikanan yang dibentuk oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sejak tahun

2003. Informasi mengenai VMS bagi pelaku perikanan masih sangat kurang.

Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi sistem kerja VMS (Vessel

Monitoring System) dan mengetahui persepsi para pelaku perikanan tentang VMS

yang telah dilaksanakan di Indonesia. Metode yang digunakan studi kasus untuk

menggambarkan prosedur-prosedur yang berkaitan dengan Vessel Monitoring

System (VMS) dan menganalisis persepsi pelaku perikanan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat transmitter online dan offline dalam sistem ini.

Hasil yang ditemukan terdapat beberapa kelebihan yang merupakan keberhasilan

tujuan pelaksanaan VMS, sedangkan kelemahan ditemukan dari pendapat pelaku

perikanan yang menggunakan transmitter. Kelemahan yang terjadi diantaranya

rumitnya prosedur mengenai transmitter, mahalnya biaya transmitter, tidak

mengurangi IUU fishing dan kurangnya sosialisasi mengenai transmitter.

Kata kunci : persepsi pelaku perikanan, transmitter, vessel monitoring system

(VMS)

Page 4: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

© Hak cipta IPB, Tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah,penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

Page 5: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM (VMS)

DI INDONESIA

YOSEP HADINATA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 6: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

Judul Skripsi : Pelaksanaan Vessel Monitoring System (VMS) di

Indonesia

Nama Mahasiswa : Yosep Hadinata

NRP : C44053474

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. Fis Purwangka, S.Pi., M.Si.

NIP: 19670215 199103 1 004 NIP: 19720502 200701 1 002

Diketahui :

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.

NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus : 25 Januari 2010

Page 7: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Pelaksanaan Vessel

Monitoring System (VMS) di Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Fis Purwangka, S.Pi, M.Si. selaku

dosen pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian dan motivasi yang

sungguh tak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;

2. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.sc selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir.

Mohammad Imron, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP;

3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan doa dalam

menghadapi segala sesuatunya;

4. Bapak Iyus, Bapak Nias, serta pengawas di Pangkalan PPS Nizam Zachman

yang telah membantu proses pengambilan data dan wawancaraBapak Budi

dan semua petugas di sekretariat VMS selaku narasumber yang telah

memberikan informasi dan bantuan yang sangat berarti;

5. Margaretha Angela Dian Indrawatie buat dukungan dan semangat yang sudah

diberikan selama ini.

6. Teman-teman PSP dan khususnya PSP’42 yang selalu memberikan semangat

dan menjadi keluarga baru.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2010

Yosep Hadinata

Page 8: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16

Desember 1987 dari pasangan Suwandi dan Inawati.

Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Tahun 1992

penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Putra

IV Jakarta Barat dan pada tahun 1993 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Tg. Duren

Selatan Jakarta Barat, Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah

Menengah Pertama Negeri 69 Jakarta dan pada tahun 2002 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 16 Jakarta.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Mayor Teknologi dan Manakemen Perikanan Tangkap.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.

Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Penelitian dan

Pengembangan Keprofesian HIMAFARIN periode 2006-2007 dan 2007-2008.

Selain itu, penulis juga menjadi asisten Mata kuliah Tingkah Laku Ikan tahun

2007-2008.

Tahun 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul ” Pelaksanaan

Vessel Monitoring System (VMS) di Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen

Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Page 9: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1

1.2 Perumusan masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 3

1.4 Manfaat ................................................................................................. 3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vessel Monitoring System (VMS) ...................................................... 4

2.1.1 Pengertian ................................................................................... 4

2.1.2 Manfaat ....................................................................................... 5

2.1.3 Perlengkapan .............................................................................. 6

2.2 Kapal Perikanan ................................................................................... 9

2.3 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ............................................ 9

2.4 Dasar Hukum ....................................................................................... 10

2.5 Code of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) ......................... 11

2.6 Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing ......................... 13

2.7 Monitoring, Controlling, and Surveillance (MCS) ............................. 15

2.8 Pengawasan ......................................................................................... 17

2.9 Pengawasan Kapal Perikanan .............................................................. 19

2.10 Persepsi ................................................................................................ 20

2.10.1 Definisi Persepsi ....................................................................... 20

2.10.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi ........................................ 21

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat penelitian ............................................................... 23

3.2 Metode penelitian ................................................................................ 23

3.3 Jenis dan sumber data .......................................................................... 23

3.4 Metode pengumpulan data ................................................................... 24

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ..................................................................................................... 25

4.1.1 Sistem pemantauan kapal perikanan .......................................... 25

4.1.2 Provider ...................................................................................... 27

4.1.3 Pusat pemantauan kapal perikanan ............................................. 29

4.1.4 Transmitter ................................................................................. 36

4.1.5 Transmitter offline ...................................................................... 55

4.1.6 Website Vessel Monitoring System (VMS) ................................. 56

4.1.7 Pelanggaran ................................................................................ 58

4.1.8 Sanksi ......................................................................................... 61

Page 10: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

ix

4.2 Pembahasan ......................................................................................... 65

4.2.1 Persepsi pelaku perikanan .......................................................... 65

4.2.2 Persepsi peneliti ......................................................................... 69

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 78

5.2 Saran .................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80

LAMPIRAN ......................................................................................................... 82

Page 11: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar penyedia transmitter VMS .................................................................. 28

2. Pembagian operator berdasarkan alat tangkap ............................................... 32

3. Toolbar website VMS .................................................................................... 57

4. Ketaatan kapal berpangkalan berdasarkan SLO tahun 2008 ......................... 60

5. Tingkat pengetahuan tentang VMS ............................................................... 68

6. Jenis tindak pidana ........................................................................................ 75

7. Data keaktifan transmitter ............................................................................. 76

8. Kelebihan dan kelemahan VMS ................................................................... 77

Page 12: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema jaringan VMS ..................................................................................... 4

2. Wilayah perairan Indonesia terjadinya IUU fishing ....................................... 15

3. Skema Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) ............................. 16

4. Pangkalan Kapal Pengawas DITJEN PSDKP ................................................ 19

5. Warna pola pergerakkan kapal ........................................................................ 31

6. Prosedur pemasangan transmitter negara ....................................................... 39

7. Prosedur pengembalian transmitter milik ....................................................... 40

8. Prosedur izin docking kapal ............................................................................ 46

9. Prosedur penggantian transmitter ................................................................... 47

10. Prosedur penggantian surat izin ...................................................................... 48

11. Prosedur izin yang sedang menjalani proses hukum ..................................... 50

12. Prosedur izin kapal tidak beroperasi .............................................................. 51

13. Prosedur izin bila terjadi kerusakan transmitter ............................................. 54

14. Pola pergerakkan kapal melakukan pelanggaran pair trawl .......................... 59

15. Grafik keaktifan transmitter tahun 2008 ........................................................ 76

Page 13: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Form surat keterangan aktivasi transmitter ................................................... 83

2. Form 2 Lembar peminjaman transmitter ....................................................... 84

3. Form 3 Lembar pemasangan transmitter ....................................................... 85

4. Form 4 Lembar pengembalian transmitter .................................................... 86

5. Form 6 Lembar pemeriksaan transmitter....................................................... 87

6. Surat keterangan aktivasi dan bukti pembayaran

airtime dari provider VMS ............................................................................ 88

7. Surat pendaftaran transmitter ........................................................................ 89

8. Surat pernyataan (transmitter milik negara) .................................................. 90

9. Surat pernyataan pinjam pakai (transmitter milik negara) ............................ 91

10. Surat pernyataan (transmitter milik sendiri) .................................................. 92

11. Surat perpanjangan transmitter ...................................................................... 93

12. Tampilan website www.VMSdkp.dkp.go.id .................................................. 94

13. Kegiatan pendaftaran dan pemasangan transmitter ....................................... 95

14. Transmitter dari setiap provider .................................................................... 96

15. Ruang server FMC ........................................................................................ 97

16. Ruang pemantauan FMC ............................................................................... 98

17. Pemasangan junction box di dalam wheelhouse ............................................ 99

18. .. Pemasangan transmitter di atas kapal ..........................................................100

Page 14: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Departemen Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2003 telah melakukan

pengawasan dengan menggunakan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan atau yang sering

disebut dengan Vessel Monitoring System (VMS). Sistem ini merupakan salah satu

program pengawasan yang dilakukan dalam menjaga sumberdaya kelautan dan perikanan

Indonesia. Program ini menjadi komponen pelaksanaan Monitoring, Controlling, and

Surveillance (MCS) dalam memerangi IUU fishing.

Program VMS diatur dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan,

Peraturan Menteri No.PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap dan

Peraturan Menteri No.PER.05/MEN/2007 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan

Kapal Perikanan. Peraturan tersebut mengamanatkan kewajiban kapal-kapal perikanan

untuk memasang transmitter Vessel Monitoring System. Berdasarkan Peraturan Menteri

No.PER.05/MEN/2007 pasal 2, dalam pelaksanaannya VMS bertujuan meningkatkan

efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan melalui pengendalian dan pemantauan terhadap

kapal perikanan; meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan usaha perikanan

yang dilakukan oleh perusahaan perikanan; meningkatkan ketaatan kapal perikanan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; serta memperoleh data

dan informasi kegiatan kapal perikanan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan

secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Sejak dilaksanakannya program ini, dirasakan bahwa masih kurang informasi yang

dapat diperoleh oleh masyarakat khususnya pelaku perikanan tangkap. Kekurangan

tersebut antara lain: kegunaan VMS, cara kerja, prosedur pemasangan transmitter,

manfaat yang akan diterima, dan masih banyak hal mengenai VMS yang belum mereka

ketahui. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan Departemen Kelautan dan Perikanan

menyebabkan hal ini terjadi. Pelaku perikanan selama ini hanya diwajibkan memasang

transmitter yang telah menjadi peraturan dalam bidang perikanan tangkap.

Kelebihan atau kekurangan program VMS yang telah dijalankan hingga kini tidak

banyak diketahui oleh masyarakat. Informasi ini lebih sering diterima oleh instansi terkait

atau orang/perusahaan perikanan yang telah cukup besar usahanya, sedangkan

Page 15: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

2

masyarakat kecil pelaku perikanan hanya dapat kabar dari orang-orang yang belum tentu

kebenarannya.

Sejak dilaksanakannya program Vessel Monitoring System (VMS) di Indonesia,

penelitian mengenai VMS hingga saat ini masih sangat sedikit dilakukan. Tujuan,

manfaat, komponen ataupun mengenai sistem kerja VMS masih banyak masyarakat yang

belum paham. Bahkan tak sedikit yang tidak mengetahui apa itu VMS. Selain itu yang

menjadi pertanyaan adalah apakah program ini memiliki kelebihan ataupun kekurangan

sejak dilaksanakannya tahun 2003.

Berdasarkan itu, maka penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan agar dapat

memberikan informasi mengenai Vessel Monitoring System (VMS) kepada masyarakat

khususnya pelaku perikanan di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Vessel Monitoring System (VMS) adalah salah satu dari penerapan

Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) yang berbasiskan pengawasan

dengan satelit. Indonesia sendiri telah menerapkan sistem ini sejak tahun 2003.

Prosedur atau tata cara pelaksanaan vessel monitoring system (VMS) masih

banyak yang belum diketahui terutama oleh pelaku perikanan (nelayan/pemilik

kapal). Sistematis pelaksanaan mulai dari pemasangan, pendaftaran hingga

pelaporan hasil yang dilakukan Fisheries Monitoring Centre (FMC) hingga saat

ini hanya beberapa orang atau instansi yang mengetahuinya.

Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1) Bagaimana sistem kerja program VMS dilaksanakan?;

2) Apa saja kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan program

VMS?; dan

3) Manfaat apa yang diterima bagi para pelaku perikanan (nelayan/pemilik kapal)

dengan adanya VMS?

Page 16: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

3

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) Mengidentifikasi sistem kerja Vessel Monitoring System (VMS) yang ada di

Indonesia;

2) Mengetahui persepsi para pelaku perikanan tentang VMS yang telah dilaksanakan

di Indonesia; dan

3) Mengidentifikasi manfaat yang diterima oleh pemerintah dan pemilik kapal atau

nelayan.

1.4 Manfaat

Manfaat dari yang ingin dicapai penelitian ini :

1) Sebagai informasi kepada pelaku perikanan khususnya pemilik kapal

mengenai prosedur pelaksanaan program VMS yang ada di Indonesia;

2) Sebagai salah satu informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan

3) Sebagai acuan untuk penelitian tentang VMS selanjutnya.

Page 17: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vessel Monitoring System (VMS)

2.1.1 Pengertian

Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor

PER.05/MEN/2007 tentang penyelenggaraan sistem pemantauan kapal perikanan,

sistem pemantauan kapal perikanan adalah salah satu bentuk sistem pengawasan

di bidang penangkapan dan/atau pengangkutan ikan, yang menggunakan peralatan

pemantauan kapal perikanan yang telah ditentukan. Sistem pemantauan kapal

perikanan/Vessel Monitoring System (VMS) adalah sebuah program pengawasan

kegiatan perikanan, yang menggunakan peralatan yang terpasang di kapal

perikanan memberikan informasi mengenai kegiatan dan posisi kapal (FAO,

2009). Pada Gambar 1 di bawah ini merupakan skema jaringan VMS.

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 1 Skema Jaringan VMS.

Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor

PER.05/MEN/2007, penyelenggaraan sistem pemantauan kapal perikanan/Vessel

Monitoring System (VMS) bertujuan untuk:

1) Meningkatkan efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan melalui pengendalian

dan pemantauan terhadap kapal perikanan;

2) Meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha perikanan yang dilakukan oleh

perusahaan perikanan;

Page 18: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

5

3) Meningkatkan ketaatan kapal perikanan yang melakukan kegiatan

penangkapan dan/atau pengangkutan ikan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan

4) Memperoleh data dan informasi tentang kegiatan kapal perikanan dalam

rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab dan

berkelanjutan.

2.1.2 Manfaat

Vessel Monitoring System (VMS) sangat berguna dalam manajemen

perikanan diantaranya adalah (FAO, 1998):

1) VMS dapat meningkatkan pemantauan, pengendalian dan pengawasan (MCS)

perikanan dengan biaya yang efektif. MCS metode tradisional, seperti patroli

udara dan darat tidak efisien dan mahal dalam penggunaan personil dan

peralatannya, serta jangkauan metode tradisional ini relatif terbatas;

2) VMS dapat berperan dalam keselamatan kapal perikanan;

3) Membantu operator atau petugas pengawasan dalam melaksanakan peraturan

perikanan, karena adanya tindakan penyelewengan hukum dari kegiatan

penangkapan ikan yang tidak legal yang telah terdeteksi;

4) VMS dapat memberikan dokumentasi dari kapal perikanan dan dugaan

pelanggaran. Peralatan VMS di atas kapal secara otomatis menghasilkan

laporan posisi kapal, yang kemudian divalidasi dan disusun di pusat

pemantauan perikanan. Sistem pengamanan informasi dengan cara yang

sesuai dengan bukti-aturan dan pedoman penanganan potensial untuk proses

hukum. Informasi dapat ditindak segera, atau dapat disimpan untuk

investigasi berikutnya;

5) Efisien patroli dapat direncanakan dengan menggunakan VMS. VMS

perikanan yang memungkinkan lembaga-lembaga untuk menyebarkan patroli

aset efektif. Pencarian perjalanan waktu berkurang karena lokasi armada

kapal telah diketahui;

6) VMS efektif membantu dalam melakukan pengawasan di pelabuhan. VMS

yang dapat memberitahukan ke petugas pengawasan di pelabuhan mengenai

kedatangan rutin kapal-kapal perikanan, dan juga memberitahukan tentang

kedatangan kapal yang menjadi target pengawasan; dan

Page 19: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

6

7) VMS menawarkan layanan komunikasi yang terjangkau dan aman.

Contohnya pengaturan penjualan ikan di atas kapal di laut, tanpa melakukan

pendaratan ikan di pelabuhan terlebih dulu.

Adapun manfaat sistem pemantauan kapal perikanan bagi pemerintah

Indonesia adalah (Mukhtar, 2008):

1) Dapat melindungi ZEEI Indonesia dari kegiatan-kegiatan kapal perikanan,

melacak dan mengidentifikasi tindakan-tindakan illegal fishing, dan dengan

demikian menegakkan hukum Indonesia dan melindungi kepentingan-

kepentingan ekonomi;

2) Dapat menunjukkan penyebaran kapal-kapal di wilayah penangkapan ikan

dan membantu penegak hukum terkait untuk memeriksa apakah kapal-kapal

tersebut sungguh-sungguh beroperasi di areal penangkapan ikan yang telah

ditetapkan; dan

3) Memberikan informasi segera mengenai posisi kapal-kapal yang meminta

bantuan sehingga dapat terlacak dan bereaksi secara cepat dan efektif dalam

situasi-situasi darurat, seperti perampokan, atau kecelakaan-kecelakaan.

Manfaat sistem pemantauan kapal perikanan bagi pengusaha/pemilik kapal

adalah (Mukhtar, 2008) :

1) Dapat memanfaatkan informasi dari Vessel Monitoring System untuk

memantau keberadaan dan perilaku kapal di laut melalui Website; dan

2) Dapat memanfaatkan informasi Vessel Monitoring System untuk keadaan

darurat (pembajakan, kebakaran, tenggelam dan lain-lain).

2.1.3 Perlengkapan

VMS merupakan suatu sistem yang menggabungkan antara teknologi dan

sumberdaya manusia. Secara teknis VMS memiliki tiga elemen umum yaitu

(FAO, 1998):

1) Peralatan di atas kapal

Peralatan elektronik yang terpasang pada sebuah kapal adalah kebutuhan

utama kapal untuk berpartisipasi dalam program VMS. Alat ini biasanya terdiri

dari beberapa kombinasi antena dan transceiver, sumber daya eksternal dan kabel.

Menurut permen kelautan dan perikanan No. 5/MEN/2007, Transmitter adalah

alat yang berfungsi untuk melakukan pemantauan kapal perikanan secara

Page 20: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

7

langsung yang dipasang dan dioperasikan di atas kapal perikanan yang telah

ditentukan serta dipergunakan untuk menerima/mengirimkan data posisi kapal

perikanan ke pengelola sistem (FAO, 1998).

Teknologi VMS memiliki fungsi dalam menyediakan informasi umum

dalam laporan data VMS seperti unit identifier (ID transmitter kapal), tanggal dan

waktu, serta garis lintang dan bujur. Penyediaan informasi mengenai posisi kapal

menggunakan sistem GPS. GPS yang telah terintegrasi dengan unit dapat

menentukan posisi secara langsung termasuk laporan posisinya, atau sistem satelit

yang dapat menentukan posisi dengan mengukur pergeseran sinyal Doppler yang

dikirim dari unit di atas kapal (perubahan frekuensi dari gelombang ketika emitted

electromagnetic penerima yang berada dalam gerakan relatif terhadap satu sama

lain) (FAO, 1998).

Peralatan kapal (transmitter) yang mengirimkan laporan posisi dan

informasi dalam beberapa cara. Sistem satu arah secara otomatis mengirimkan

laporan dalam pra-interval yang telah ditetapkan, dan dapat juga mengirimkan

informasi tambahan. Sistem dua arah, laporan juga dikirim secara otomatis dalam

pra-interval yang ditetapkan. pusat pemantauan perikanan memungkinkan untuk

meminta informasi dari kapal, termasuk laporan posisi kapal yang terbaru atau

status peralatan, dan juga mengubah interval pelaporan. Arah pergerakkan dan

kecepatan kapal dapat dihitung secara langsung dan dikirim bersama-sama dengan

laporan posisi kapal, atau dapat juga dihitung dengan software di pusat

pemantauan perikanan, yang berdasarkan waktu dan jarak antara posisi laporan

(FAO, 1998).

Jenis transmitter yang paling banyak digunakan dalam program ini

termasuk VMS Argos transmitters, Inmarsat-C dan Inmarsat-D+ transceivers,

Qualcomm unit (EutelTRACS dan Boatracs), dan Orbcomm sistem. Kebanyakan

dari peralatan ini merupakan integrasi dari GPS untuk mendapatkan posisi (FAO,

1998).

2) Sistem komunikasi

Sistem komunikasi membawa laporan posisi dan pesan lainnya dari

peralatan yang berada di atas kapal, melalui ruang angkasa dan jalur darat, menuju

pusat pemantauan perikanan. Provider yang menggunakan segmen ruang angkasa

Page 21: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

8

dalam program VMS di bidang perikanan adalah Argos, dan Inmarsat-C dan

Inmarsat D+. Sistem Argos (CLS) memiliki orbit satelit di daerah kutub dan

dioperasikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration USA.

Orbital satelit di daerah kutub memberikan cakupan pengawasan yang baik pada

daerah lintang tinggi, dan prosesnya satu arah, dari kapal langsung ke pantai.

Inmarsat-C dan Inmarsat D+ menggunakan satelit geostationary sepanjang

khatulistiwa, memberikan wilayah cakupan pengawasan hampir global dua arah.

Karena lokasi satelit di khatulistiwa, maka tidak dapat melakukan cakupan pada

wilayah lintang tinggi. Inmarsat menawarkan beberapa jenis layanan komunikasi,

tetapi Inmarsat-C dan Inmarsat D+ adalah yang paling sesuai untuk aplikasi VMS

karena biaya-efektif untuk pesan teks dan paket data (FAO, 1998).

3) Pusat pemantauan perikanan

Pusat pemantauan perikanan/Fisheries Monitoring Centre (FMC) adalah

sebuah pusat yang memantau dan menerima laporan yang dikirimkan melalui

transmitter dan kemudian menyimpannya ke dalam database dari semua kegiatan

kapal penangkap ikan yang telah menggunakan sistem VMS. Pengawas di FMC

mengawasi seluruh kegiatan penangkapan dari monitor dan dianalisis jika terjadi

indikasi pelanggaran untuk segera diambil tindakan. FMC merupakan lokasi yang

aman dimana hanya personil atau petugas pengawasan yang berwenang yang

dapat mengakses data VMS. Semua data dilindungi dari kesengajaan atau

kebetulan atau memperlihatkan kerusakan.

Informasi mengenai posisi kapal sangat berharga dan sensitif karena untuk

kegiatan komersial. Dengan demikian, lembaga pengawasan harus berusaha

untuk menjamin keamanan dari fisik peralatan dan operasional kapal, komunikasi,

dan pusat pemantauan perikanan. Keamanan adalah penting bagi manajer

perikanan untuk memastikan bahwa informasi dari VMS asli dan non-repudiated,

memiliki integritas yang tinggi, dan bersifat pribadi.

Program VMS tidak hanya menjadi solusi teknis dalam memantau kapal

perikanan. Komponen tambahan dari program VMS kebanyakan adalah manusia,

yaitu orang-orang yang membuat kebijakan dan kerangka hukum, teknisi yang

memasang dan memelihara peralatan di atas kapal, orang-orang yang

menggunakan link komunikasi dan staf pusat pemantauan perikanan, serta petugas

Page 22: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

9

pengawasan, penyelidik dan para personil hukum yang menganalisis dan

menanggapi informasi yang diberikan oleh VMS. Operator kapal dan industri

perikanan yang berperan dalam penangkapan ikan bertanggung jawab untuk

berpartisipasi dalam program ini (FAO, 1998).

2.2 Kapal Perikanan

Menurut Fyson (1985) kapal perikanan adalah kapal yang dibangun untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran,

rancangan bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai

perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana

operasi. Menurut Nomura & Yamazaki (1977) mengemukakan bahwa kapal

perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup

penggunaan atau aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya

penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam

beberapa aktivitas seperti riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan bahwa kapal

perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk

melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan,

dan penelitian atau eksplorasi perikanan.

2.3 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

ZEE adalah suatu jalur laut yang berada diluar dan berbatasan dengan laut

teritorial yang batas terluarnya diukur dari suatu garis pangkal atau surut terendah

ke arah laut bebas sejauh tidak melebihi jarak 200 mil laut. ZEE merupakan suatu

rezim hukum khusus dimana negara pantai memiliki hak dan kedaulatan untuk

melakukan kegiatan eksploitasi dan ekplorasi sumberdaya alam baik hayati

maupun non hayati, termasuk yuridikasi lainnya, sedang kepentingan masyarakat

internasional seperti kebebasan berlayar tetap berlaku (Wirjono, 1984).

Berdasarkan pengumuman pemerintah RI tanggal 21 mei 1980 tentang ZEE

Indonesia dan lahirnya konfensi dewan PBB tentang hukum laut internasional

tahun 1982, maka sejak saat itu hak kedaulatan Indonesia atas wilayah perairan

Page 23: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

10

laut bertambah sekitar 2,7 juta km2. Dengan demikian maka segala kekayaan

sumberdaya yang berada di dalamnya seperti salah satunya sumberdaya hayati

laut menjadi hak bangsa Indonesia untuk mengelola dan memanfaatkannya

(Dirjen Perikanan, 1994).

2.4 Dasar Hukum

Terdapat beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan

sistem pemantauan kapal perikanan atau VMS, yaitu:

1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan pada Pasal 7 ayat 1

butir j ”Dalam mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, Menteri

menetapkan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan” dan Pasal 7 ayat 2 ”Setiap

orang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib

mematuhi ketentuan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan”;

2) Kepmen Nomor 60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal

Perikanan di ZEEI pada Pasal 32 Ayat 1 “Kapal perikanan yang diperoleh

dengan cara usaha patungan, beli-angsur atau lisensi, wajib memasang

transmitter untuk kepentingan sistem pemantauan kapal (Vessel Monitoring

System / VMS)”;

3) Permen Nomor 05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap pada Pasal

88 ayat (1) Setiap kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan

berbendera asing, wajib memasang dan mengaktifkan transmitter atau sistem

pemantauan kapal perikanan (Vessel Monitoring System / VMS). Ayat (2)

Setiap kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan berbendera

Indonesia berukuran lebih dari 30 (tiga puluh) GT wajib memasang dan

mengaktifkan transmitter atau sistem pemantauan kapal perikanan (Vessel

Monitoring System/VMS). Ayat (3) Pelaksanaan pemasangan dan pengaktifan

transmitter atau sistem pemantauan kapal perikanan (VMS) sebagaimana

dimaksud ayat 1 dan ayat 2 dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri yang

mengatur mengenai penyelenggaraan system pemantauan kapal perikanan;

4) Permen Nomor 03/MEN/2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan

pada Pasal 8 ayat (1) Persyaratan kelayakan teknis operasional bagi kapal

penangkap ikan meliputi keberadaan dan keaktifan alat pemantauan kapal

Page 24: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

11

perikanan yang dipersyaratkan. Ayat (2) Bagi kapal perikanan yang

dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi dan kelayakan teknis

operasional tidak diterbitkan SLO; dan

5) Permen Nomor 05/MEN/2007 tentang Penyelengaraan Sistem Pemantauan

Kapal Perikanan pasal 11, pasal 12 dan pasal 13. Kapal perikanan Indonesia

berukuran 60 GT keatas dan seluruh kapal perikanan asing wajib dilengkapi

transmitter yang diadakan sendiri oleh pengguna transmitter. Kapal

perikanan Indonesia berukuran 60 GT sampai dengan kurang dari 100 GT

dapat menggunakan transmitter milik negara sepanjang masih tersedia.

Kapal perikanan Indonesia berukuran diatas 30 GT sampai dengan 60 GT

wajib dilengkapi transmitter offline. Kapal perikanan Indonesia berukuran 60

GT keatas dan seluruh kapal perikanan Asing yang telah dilengkapi SIPI

dan/atau SIKPI dapat dioperasionalkan apabila telah dilengkapi dengan Surat

Keterangan Aktivasi Transmitter.

2.5 Code of Conduct for Resposible Fisheries (CCRF)

Code of Conduct for Responsible Fisheries atau juga disebut CCRF

merupakan hasil kesepakatan dalam konferensi Committee on Fisheries (COFI)

ke-28 FAO tanggal 31 Oktober 1995. Di dalam resolusi Nomor : 4/1995 secara

resmi mengadopsi dokumen Code of Conduct for Responsible Fisheries, serta

meminta FAO berkolaborasi dengan anggota dan organisasi yang relevan untuk

menyusun technical guidelines yang mendukung pelaksanaan Code of Conduct

for Responsible Fisheries tersebut.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum Code of Conduct for Responsible

Fisheries (FAO, 1995):

1) Pelaksanaan hak untuk menangkap ikan bersamaan dengan kewajiban untuk

melaksanakan hak tersebut secara berkelanjutan dan lestari agar dapat

menjamin keberhasilan usaha konservasi dan pengelolaannya;

2) Pengelolaan sumber-sumber perikanan harus menggalakkan upaya

mempertahankan kualitas, keanekaragaman hayati dan kelestarian sumber-

sumber perikanan dalam jumlah yang mencukupi untuk kepentingan generasi

sekarang dan akan datang;

Page 25: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

12

3) Pengembangan armada perikanan harus mempertimbangkan ketersediaan

sumberdaya sesuai dengan kemampuan reproduksi demi keberlanjutan

pemanfaatannya;

4) Perumusan kebijakan dalam pengelolaan perikanan harus didasarkan pada

bukti-bukti ilmiah yang terbaik, dengan memperhatikan pengetahuan

tradisional tentang pengelolan sumber-sumber perikanan serta habitatnya;

5) Dalam rangka konservasi dan pengelolaan sumber-sumber perikanan, setiap

negara dan organisasi perikanan regional harus menerapkan prinsip kehati-

hatian (precautionary approach) seluas-luasnya;

6) Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin

selektif dan aman terhadap kelestarian lingkungan hidup sehingga dapat

mempertahankan keanekaragaman dan populasinya;

7) Cara penangkapan ikan, penanganan, pemrosesan dan pendistribusiannya

harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat mempertahankan nilai

kandungan nutrisinya;

8) Habitat sumber-sumber yang kritis sedapat mungkin harus dilindungi dan

direhabilitasi;

9) Setiap negara harus mengintegrasikan pengelolaan sumber-sumber

perikanannya ke dalam kebijakan pengelolaan wilayah pesisir;

10) Setiap negara harus mentaati dan melaksanakan mekanisme monitoring,

controlling and surveillance (MCS) yang diarahkan pada penataan dan

pengakuan hukum di bidang konservasi sumber-sumber perikanan;

11) Negara bendera harus mampu melaksanakan pengendalian secara efektif

terhadap kapal-kapal perikanan yang mengibarkan benderanya guna

menjamin pelaksanaan CCRF ini secara efektif;

12) Setiap negara harus bekerjasama melalui organisasi regional untuk

mengembangkan cara penangkapan ikan secara bertanggung jawab, baik di

dalam maupun di luar wilayah yuridiksinya;

13) Setiap negara harus mengembangkan mekanisme pengambilan keputusan

secara transparan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan

terhadap pengembangan peraturan dan kebijakan pengelolaan di bidang

perikanan;

Page 26: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

13

14) Perdagangan perikanan harus diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prisip,

hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam persetujuan World Trade

Organization (WTO);

15) Apabila terjadi sengketa, setiap negara harus bekerjasama secara damai untuk

mencapai penyelesaian sementara sesuai dengan persetujuan internasional

yang relevan;

16) Setiap negara harus mengembangkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya konservasi melalui pelatihan dan pendidikan, serta melibatkan di

dalam proses pengambilan keputusan;

17) Setiap negara harus menjamin bahwa segala fasilitas dan peralatan perikanan

serta lingkungan kerjanya memenuhi standar keselamatan internasional;

18) Setiap negara harus memberikan perlindungan terhadap lahan kehidupan

nelayan dengan mengingat kontribusinya yang besar terhadap penyediaan

kesempatan kerja, sumber penghasilan dan keamanan pangan; serta

19) Setiap negara harus mempertimbangkan pengembangan budidaya perikanan

untuk menciptakan keragaman sumber penghasilan dan bahan makanan.

2.6 Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing

IUU fishing merupakan kegiatan perikanan yang sangat merugikan dapat

mengancam manajemen perikanan yang bertanggung jawab. IUU fishing dapat

dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu (Widodo, 2003) :

1) Illegal fishing, mengacu kepada berbagai kegiatan :

(1) Dilakukan oleh kapal-kapal nasional atau asing di dalam perairan di bawah

yuridikasi suatu negara, tanpa ijin dari negara itu, atau dalam keadaan

melawan hukum dan regulasi negara tersebut.

(2) Dilakukan oleh kapal-kapal berbendera negara beranggota dari suatu

organisasi pengelolaan yang relevan tetapi beroperasi melawan aturan-

aturan konservasi dan pengelolaan sumberdaya yang diadopsi oleh

organisasi tersebut, dimana negara-negara tersebut terikat, atau melawan

hukum internasional yang sedang dilaksanakan; atau melanggar hukum

nasional, atau kewajiban internasional, termasuk yang dilaksanakan oleh

Page 27: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

14

negara-negara yang bekerjasama dengan suatu organisasi pengelolaan

yang relevan.

2) Unreported fishing, mengacu pada kegiatan penangkapan :

(1) Tidak dilaporkan, atau dilaporkan secara tidak benar (misreported),

kepada otoritas nasional yang relevan, bertentangan dengan peraturan

dan perundang-undangan; atau

(2) Dilakukan di dalam area di bawah kompetensi sebuah organisasi

pengelolaan perikanan regional yang tidak dilaporkan atau dilaporkan

secara tidak benar, bertentangan dengan prosedur pelaporan dari

organisasi tersebut.

3) Unregulated fishing, mengacu pada kegiatan penangkapan :

(1) Di dalam area suatu organisasi pengelolaan regional yang dilakukan kapal

tanpa nasionalitas, atau oleh kapal dengan bendera suatu negara bukan

anggota dari organisasi tersebut, atau oleh suatu fishing entity dengan

cara yang tidak konsisten dengan atau melawan aturan konservasi dan

pengelolaan organisasi tersebut; atau

(2) Di area dari berbagai stok ikan yang berkaitan dengan tiadanya aturan

(tindakan) konservasi dan pengelolaan yang diaplikasikan dan dimana

aktivitas penangkapan dilakukan dengan cara-cara yang tidak konsisten

dengan tanggung jawab negara bagi konservasi sumberdaya hayati

kelautan di bawah tanggung jawab hukum internasional.

IUU fishing terjadi di wilayah perairan Indonesia karena beberapa alasan,

yaitu (Widodo, 2003):

1) Industri pengolahan ikan di negara-negara tetangga membutuhkan

sumberdaya ikan yang cukup banyak agar kegiatan industri dapat tetap

berjalan;

2) Sedikitnya jumlah sumberdaya ikan yang dimiliki oleh negara lain;

3) Rasionalisasi kapal perikanan;

4) Perbedaan harga ikan khususnya untuk ikan-ikan ekonomis penting yang

menjadi komoditas utama pasar dunia;

5) Sangat terbukanya teritorial perairan Indonesia yang menyebabkan mudahnya

akses masuk kapal-kapal penangkapan asing; dan

Page 28: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

15

6) Terbatasnya kapasitas pengawasan (wilayah, sarana dan prasarana,

sumberdaya manusia dan dana).

Jenis-jenis IUU Fishing yang sering terjadi di Indonesia diantaranya (Latar,

2004):

1) Kegiatan penangkapan ikan tanpa memiliki ijin penangkapan;

2) Penggunaan ijin palsu dalam kegiatan penangkapan ikan;

3) Tidak melaporkan hasil penangkapan ikan di pelabuhan perikanan;

4) Penggunaan alat tangkap yang dilarang digunakan di wilayah perairan

Indonesia;

5) Melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan yang dilarang

untuk dilakukannya kegiatan penangkapan ikan; dan

6) Melakukan penangkapan ikan di wilayah yang tidak sesuai dengan ijin

penangkapan yang telah diberikan.

Kasus-kasus pelanggaran penangkapan ikan di wilayah Indonesia terjadi di

wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan di perairan teritorial Indonesia.

Gambar 2 wilayah Indonesia yang menjadi focal point atau wilayah utama sering

terjadinya kegiatan IUU fishing adalah Laut Sulawesi bagian utara dan Laut

Natuna yang berada di ZEE Indonesia berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan

Samudera Pasifik, serta Laut Arafura yang berada di bagian timur Indonesia.

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 2 Wilayah perairan Indonesia terjadinya IUU fishing.

2.7 Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS)

Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) merupakan salah satu

kebijakan manajemen perikanan dalam memerangi masalah IUU fishing yang

terjadi di dunia (P2SDKP, 2008). MCS telah disepakati dalam konferensi FAO di

Roma dengan uraian sebagai berikut :

Page 29: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

16

1) Monitoring : the continuous requirement for the measurement of fishing effort

characteristics and resources yield;

2) Control : the regulatory conditions under which the exploitation of the

resource may be conducted; dan

3) Surveillance : the degree and types of observation required to maintain with

the regulatory control imposed on fishing activities.

Pada Gambar 3 dibawah ini merupakan contoh skema MCS yang telah

disepakati dalam konferensi FAO.

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 3 Skema Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS).

Ditjen Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

(P2SDKP) mendefinisikan MCS sebagai berikut (Mukhtar, 2008):

1) Monitoring (pemantauan) adalah pencarian dan pengumpulan data, informasi,

fakta yang dilakukan setiap saat secara berkelanjutan untuk memperoleh

kejelasan serta akibat peristiwa yang terjadi;

2) Controlling (pemeriksaan) adalah upaya menemukan terjadinya sebuah

peristiwa yang dilakukan di luar ketentuan perundang-undangan yang

berlaku; dan

3) Surveillance (pengamatan) adalah tindakan hukum yang dilakukan terhadap

suatu tindak pidana yang disengaja atau tidak disengaja oleh seseorang atau

badan hukum.

Page 30: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

17

2.8 Pengawasan

Handayaningrat (1994) yang dikutip oleh Mansur (2007), menyatakan

pengawasan dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidak-

sesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan

wewenang yang telah ditentukan. Tujuan pengawasan adalah agar pelaksanaan

pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya.

Berikut adalah macam-macam pengawasan (Handayaningrat, 1994 yang

dikutip oleh Mansur, 2007) :

1) Pengawasan dari dalam adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau

unit pengawasan yang dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri, aparat

pengawas bertindak untuk dan atas nama pimpinan organisasi. Aparat

pengawas ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan

oleh pimpinan organisasi untuk perbaikan atau kebijaksanaan lebih lanjut;

2) Pengawasan dari luar adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau

unit dari luar organisasi itu. Aparat atau unit pengawasan bertindak atas

nama atasan dari pimpinan organisasi itu, atau atas nama pimpinan organisasi

itu atas permintaannya;

3) Pengawasan preventif adalah pengawasan sebelum suatu rencana

dilaksanakan, pengawasan untuk mencegah terjadinya kekeliruan, kesalahan

dalam pelaksanaan kegiatan; serta

4) Pengawasan represif, pengawasan kapal ikan dimaksudkan untuk memastikan

bahwa tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pelaksanaan ijin oleh

kapal ikan tersebut, berupa surveillance dengan cara melakukan pemeriksaan

secara langsung pelaksanaan kegiatan kapal ikan tersebut di laut.

Metode pengawasan terdiri dari enam jenis (Handayaningrat, 1994 yang

dikutip oleh Mansur, 2007) :

1) Pengawasan langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan

organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan

pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif, maupun investigative.

Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan dan

penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan;

Page 31: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

18

2) Pengawasan tidak langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan

organisasi melakukan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hanya melalui

laporan-laporan yang masuk padanya. Laporan dapat berupa deretan angka-

angka statistik dan lain-lain tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

Kelemahan laporan ini tidak segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam

pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menimbulkan kerugian yang sangat

besar;

3) Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat

pengawas yang bertindak atas nama pimpinan organisasi itu atau atasan dari

pimpinan organisasi tersebut. Dalam pengawasan ini telah diatur prosedur,

hubungan dan tata kerja, dan periode waktunya. Aparat pengawasan ini harus

melakukan pengawasan dan pelaporan pengawasannya secara periodik,

laporan harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaan;

4) Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal

atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya

dilakukan oleh Pejabat Pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi

(pribadi), atau secara incognito. Hal ini berguna untuk menghindari

kekakuan hubungan antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana

keterbukaan dalam memperoleh informasi tentang pelaksanaan pekerjaan,

usul dan saran-saran dari bawahan;

5) Pengawasan administratif adalah pengawasan meliputi bidang keuangan,

kepegawaian dan material; dan

6) Pengawasan teknis adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik,

misalnya pemeriksaan terhadap pembangunan gedung, pembuatan kapal dan

sebagainya.

Prinsip-prinsip pengawasan (Handayaningrat, 1994 yang dikutip oleh

Mansur, 2007) adalah :

1) Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi;

2) Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum dari

pada kepentingan pribadi;

3) Pengawasan harus berorientasi pada kebenaran menururt peraturan

perundangan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi pada kebenaran atas

Page 32: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

19

prosedur yang telah ditetapkan (rechtmatigheid), dan berorientasi terhadap

tujuan atau manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatifheid);

4) Pengawasan harus menjamin daya guna dan hasil guna pekerjaan;

5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat;

6) Pengawasan harus bersifat terus menerus; dan

7) Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan

dan penyempurnaan pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan di masa

depan.

2.9 Pengawasan Kapal Perikanan

Pengawasan kapal perikanan adalah pengawasan yang dilakukan oleh

aparatur pengawas yang ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan atau

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk dan Gubernur Propinsi atau pejabat yang

ditunjuk atas nama pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap kapal

perikanan yang masuk, membongkar ikan hasil tangkapan serta kapal perikanan

yang keluar pelabuhan dengan tata cara dan prosedur sebagaimana ditetapkan.

Pelaku utama pengawasan kapal perikanan adalah pemerintah atau petugas yang

ditunjuk atas nama pemerintah. Pertimbangan pemerintah utamanya adalah

efektifitas dan bukan efesiensi, karena sulit untuk mengukur efisiensi dalam

pekerjaan pemerintah (Handayaningrat 1994 yang dikutip oleh Mansur 2007).

Gambar 4 merupakan pangkalan kapal pengawas yang tersebar di beberapa

pelabuhan di Indonesia.

PANGKALAN KAPAL PENGAWAS DITJEN PSDKP

HIU 007

HIU 008

HIU 002

HIU 003

HIU 004

HIU 005

BARRACUDA 02

TODAK 01

MARLIN 01 & 02

MARLIN 03

MARLIN 04

MARLIN 05

MARLIN 06

TODAK 02

BELAWAN

HIU 001

HIU 006

BARRACUDA 01

MARLIN 11

MARLIN 10

MARLIN 09

MARLIN 08

MARLIN 07

HIU MACAN 002

HIU MACAN 001

KP. HIU MACAN (36 METER)

KP. HIU (28 METER)

KP. TODAK (18 METER)

KP. BARRACUDA (17 METER)

MARLIN (SPEEDBOAT)

BUNGUS

JAKARTASEMARANG

CILACAP

TG. PANDAN

KETAPANG

BANJARMASIN

KOTABARU

BENOA BIMAMATARAM

KUPANG

MUNA

KENDARI

PAOTERE

GORONTALOBITUNG

SORONG

TUAL

MERAUKE

MANOKWARI

TARAKAN

TIPE KAPAL PENGAWAS:

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 4 Pangkalan kapal pengawas DITJEN PSDKP.

Page 33: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

20

Pengawasan kapal ikan sebagai pengawasan represif dapat menggunakan

beberapa sistem (Handayaningrat, 1994 yang dikutip oleh Mansur, 2007) yaitu :

1) Sistem komparatif yaitu mempelajari laporan penangkapan ikan (Fishing Log

Book) dibandingkan dengan lamanya trip penangkapan dan jenis ikan yang

tertangkap, mengadakan analisa dan memberikan penilaian serta

penyempurnaan;

2) Sistem verifikatif yaitu pemeriksaan berdasarkan pedoman atau petunjuk

teknis dan dibuat laporan periodik, melihat perkembangan dan penilaian hasil

pelaksanaan serta memutuskan tindakan-tindakan lebih lanjut;

3) Sistem inspektif yaitu dengan cara mengecek kebenaran dari suatu laporan

penangkapan ikan dengan pemeriksaan di tempat (on the spot inspection);

dan

4) Sistem investigative yaitu pemeriksaan dengan titik berat pada penyelidikan

atau penelitian yang lebih mendalam terhadap indikasi adanya pelanggaran

perikanan, baik dari laporan masyarakat atau laporan dari masyarakat atau

dari pengamatan langsung di lapangan, tujuannya untuk memberi keyakinan

tentang kebenaran laporan atau dugaan pelanggaran yang telah diterima

sebelumnya.

Keempat sistem tersebut saat ini digunakan dalam pelaksanaan kebijakan

pengawasan kapal ikan di Indonesia. Kebijakan tersebut dikenal dengan sistem

MCSI yang merupakan singkatan dari Monitoring, Controlling, Surveillance, and

Investigation.

2.10 Persepsi

2.10.1 Definisi Persepsi

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

orang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau

pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu

(Leavitt, 1978). Persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang,

cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional.

Menurut Sukmalana (2004) yang dikutip oleh Herryanto (2008) persepsi

adalah proses pemberian arti (kognitive) terhadap lingkungan oleh seseorang

Page 34: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

21

kepada stimulus. Demikian setiap individu yang berbeda akan melihat hal yang

sama dengan cara yang berbeda-beda. Maka arti suatu objek atau suatu kejadian

objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme.

Dengan alasan demikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang

berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan

dengan aspek situasi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.

2.10.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi pada prinsipnya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan

eksternal. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi proses persepsi adalah faktor

stimulus itu berlangsung (faktor eksternal). Sedangkan salah satu faktor internal

yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah usia.

Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis,

mempengaruhi persepsi anggota-anggota populasi itu (Rakhmat, 2003). Setiap

orang punya persepsi yang berbeda-beda, (Yuniarti, 2000 yang dikutip oleh

Herryanto, 2008) hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1) Keadaan pribadi yang mempersepsikan

Hal ini adalah suatu faktor yang terdapat dalam diri seseorang. Kebutuhan

akan sesuatu, suasana hati, pengalaman akan masa lalu mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap sesuatu hal.

2) Karakteristik target yang dipersepsikan

Hubungan antar target dan latar belakang serta kedekatan akan beberapa hal

yang dipersepsikan juga dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap

sesuatu.

3) Konteks terjadinya persepsi

Waktu ataupun faktor-faktor eksternal yang lain seperti lokasi memiliki

kekuatan untuk membuat persepsi seseorang akan sesuatu objek menjadi

berbeda dengan persepsi orang lain yang juga memandang sesuatu objek yang

sama.

Ketiga faktor di atas dapat menyebakan berbedanya persepsi setiap orang

terhadap objek yang sama. Faktor yang paling mendasar mempengaruhi persepsi

seseorang terhadap dunia menurut Leavitt (1978), adalah relevansinya terhadap

kebutuhan dirinya, dimana besar kecenderungan seseorang melihat sesuatu berarti

Page 35: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

22

jika hal-hal itu mereka anggap dapat memenuhi kebutuhan mereka dan

mengabaikan hal-hal yang mengganggu mereka, serta kemudian melihat pada

gangguan yang berlangsung lama dan cenderung meningkat. Kecenderungan

diperolehnya persepsi atau pandangan yang berbeda-beda dari beberapa orang

terhadap suatu objek yang sama wajar.

Dalam pembahasannya mengenai persepsi sosial, Rakhmat (2003)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dirinci

sebagai berikut:

1) Faktor stimuli yang terdiri dari nilai, familiaritas, arti emosional, dan

intensitas;

2) Faktor yang berhubungan dengan ciri-ciri khas kepribadian seseorang;

3) Faktor pengaruh kelompok; dan

4) Faktor perbedaan latar belakang kultural yang menyangkut antara lain:

kekayaan bahasa dan pembentukkan konsep-konsep serta pengalaman khusus

seseorang anggota kebudayaan tertentu.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Caphlin

(1999) yang dikutip oleh Herryanto (2008) adalah:

1) Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat mempengaruhi

persepsi untuk sementara waktu maupun permanen;

2) Kondisi lingkungan;

3) Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan

atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa

lalunya;

4) Kebutuhan dan keinginan. Ketika seseorang individu membutuhkan atau

menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal-hal yang

dibutuhkan dan diinginkannya tersebut; dan

5) Kepercayaan, prasangka, dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan

menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama

dengannya.

Page 36: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah

pengumpulan data yang dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2009 di

Fisheries Monitoring Centre (FMC) Direktorat P2SDKP Departemen Kelautan

dan Perikanan Jakarta Pusat, dan Pangkalan Pengawasan P2SDKP di PPS Nizam

Zachman Jakarta. Tahap kedua adalah tahap pengolahan data dan penulisan yang

dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2009.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study).

Studi kasus merupakan cara yang logis dan individu-individu yang diteliti

dibandingkan dan dianalisis (Myers, 1999 yang dikutip oleh Herryanto, 2008).

Menurut Suryabrata (1995) yang dikutip oleh Herryanto (2008), keunggulan

penelitian kasus terutama sangat berguna untuk informasi mengenai latar belakang

permasalahan guna perencanaan penelitian yang lebih besar karena intensif

sifatnya dan studinya menerangkan variabel-variabel yang penting, proses-proses

dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian lebih luas.

Studi kasus bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang

latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari

individu yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang

bersifat umum (Nazir, 1985). Penelitian ini menggunakannya metode studi kasus

bertujuan agar mampu menggambarkan dan menganalisis sistem kerja Vessel

Monitoring System yang telah dijalankan serta menganalisis persepsi pelaku

perikanan baik nelayan, pemilik usaha perikanan, maupun pengawas perikanan.

Untuk itu dilakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak yang

terkait.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara

Page 37: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

24

kepada pengawas kapal perikanan yang berada di PPS Nizam Zachman maupun di

Fisheries Monitoring Centre (FMC) serta unit kerja yang berhubungan dengan

VMS dan kepada pelaku perikanan (nelayan ABK, kapten kapal, pemlik kapal)

yang telah menggunakan transmitter pada kapalnya. Wawancara ini dimaksudkan

untuk mengetahui pendapat mereka dan mendapatkan gambaran terkait dengan

sistem pemantauan kapal perikanan. Serta mengetahui permasalahan mendasar

dalam pelaksanaan dan pengembagan serta solusi yang diambil untuk mengatasi

permasalahan.

Data sekunder yang dikumpulkan antara lain data keaktifan transmitter.

Data sekunder ini merupakan data dari Departemen Kelautan dan Perikanan

(DKP) sebelum dan setelah dilakukannya sistem pengawasan kapal perikanan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk

menentukan responden dalam melakukan wawancara. Responden yang dipilih

telah ditentukan sebelumnya menjadi nelayan ABK, kapten kapal, pemilik kapal

yang telah memasang transmitter pada kapalnya. Ini untuk mengetahui tanggapan

(persepsi) dari pelaku perikanan tentang Vessel Monitoring System. Wawancara

kepada pengawas perikanan dilakukan untuk mengetahui kinerja dari VMS yang

telah dilakukan hingga saat ini.

Page 38: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sistem pemantauan kapal perikanan

Sistem pemantauan kapal perikanan ini merupakan sistem pemantauan

dengan menggunakan satelit dan peralatan transmitter yang ditempatkan pada

kapal perikanan. Di dalam sistem pemantauan kapal perikanan memiliki sistem

kerja yang dibagi menjadi tiga berdasarkan pelakunya yaitu sebagai pemasang dan

penyedia layanan, pemantau, dan penindak.

Pemasang dan penyedia layanan dilakukan oleh provider. Provider sebagai

penyedia layanan bertugas menyediakan transmitter dan layanan satelit dalam

pelaksanaanya. Sebagai pemasang, provider bertugas melakukan pemasangan

unit-unit transmitter ke setiap kapal perikanan yang telah diwajibkan untuk

memasang. Akan tetapi terkadang pula pemasangan transmitter dilakukan oleh

pengawas di tiap-tiap pelabuhan.

Pemantau dalam sistem pemantauan kapal perikanan dilakukan oleh

pengawas atau operator di Fisheries Monitoring Centre (FMC) atau sekretariat

VMS dan pengawas di pelabuhan. Operator melakukan pemantauan dengan

mengamati pergerakkan kapal-kapal perikanan yang telah memasang transmitter

dari layar monitor. Operator menganalisis setiap pergerakkan kapal berdasarkan

data-data kapal yang telah divalidasi. Selain pengawas di FMC terdapat juga

pengawas di pelabuhan yang bertugas memeriksa kondisi transmitter yang

ditempatkan di setiap kapal perikanan.

Penindak di dalam sistem pemantauan kapal perikanan adalah Direktorat

Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

(P2SDKP). Dirjen P2SDKP memiliki tugas mengambil keputusan dalam kegiatan

sistem pemantauan kapal perikanan jika terjadi pelanggaran kapal perikanan yang

berada di Indonesia. Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan laporan dari hasil

pemantauan yang dilakukan oleh operator di sekretariat VMS.

Sistem pemantauan kapal perikanan atau Vessel Monitoring System (VMS)

telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2003. Di tahun 2007, sistem ini

berubah dan berkembang. Pengaturan penggunaan transmitter dibedakan menjadi

Page 39: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

26

dua, transmitter online dan transmitter offline. Penggunaan transmitter online

berlaku bagi Kapal Ukan Indonesia (KII) berukuran 60GT keatas dan seluruh

Kapal Ikan Asing (KIA), sedangkan transmitter offline dipasangkan pada kapal

berukuran 30GT hingga 60GT.

Rangkaian cara kerja dari sistem pemantauan kapal perikanan ini adalah

sebagai berikut :

1) Setiap Kapal Perikanan Asing (KIA) dan Kapal Ikan Indonesia (KII) di atas

60 GT wajib memasang transmitter pada kapalnya;

2) Transmitter yang telah terpasang akan mengirimkan sinyal kepada satelit

provider masing-masing. Pengiriman sinyal dilakukan secara otomatis oleh

transmitter dengan interval waktu satu jam;

3) Sinyal-sinyal yang diterima oleh satelit teruskan atau dikirimkan kembali ke

processing centre untuk diolah data-data yang telah dikirimkan satelit.

Lokasi processing centre ini berbeda-beda tergantung provider. Untuk argos

lokasinya berada di Perancis dan inmarsat di Inggris;

4) Setelah diolah menjadi data-data posisi kapal, kemudian data dikirimkan ke

pusat pemantauan kapal perikanan. Di FMC, data tersebut diolah server-

server yang dimiliki untuk dapat tampilan gambar pergerakan kapal serta

data-data lainnya;

5) Di FMC data kapal di analisis. Jika terdapat pelanggaran maka akan

dilakukan pemeriksaan;

6) Tampilan posisi kapal yang telah diterima FMC, kemudian akan di

beritahukan kepada para pemilik kapal. Ini dilakukan dengan menggunakan

fasilitas website yang dikelola oleh FMC; dan

7) Pemilik yang ingin mengetahui posisi kapalnya dapat mengakses website ke

http://VMSdkp.dkp.go.id, dapat dilihat pada Lampiran 1. Tampilan yang

dapat dilihat oleh pemilik berupa gambar sejarah pergerakan kapal beserta

posisinya.

Pelanggaran yang dilakukan oleh kapal perikanan dapat terpantau melalui

pergerakkan kapal di layar pengawasan FMC. Pelanggaran-palanggaran yang

terpantau adalah pelanggaran yang dilakukan pada saat pengawasan ataupun

Page 40: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

27

pelanggaran yang dilakukan di waktu yang lampau. Pelanggaran yang dilakukan

kapal perikanan seperti :

1) Mematikan transmitter secara disengaja;

2) Menggunakan alat tangkap yang dilarang;

3) Melakukan penangkapan di wilayah yang tidak sesuai izin penangkapan;

4) Melakukan penangkapan di wilayah yang dilarang;

5) Melakukan penangkapan atau kapal berlayar melewati wilayah ZEE

Indonesia;

6) Melakukan ketidaktaatan berlabuh di pelabuhan pangkalan; dan

7) Melakukan transshipment.

4.1.2 Provider

Provider merupakan suatu perusahaan yang bekerjasama dengan pemerintah

dalam menyelenggarakan sistem pemantauan kapal perikanan. Provider

bekerjasama dalam menyediakan alat dan perlengkapan komunikasi sistem satelit.

Provider yang bekerjasama kini berjumlah empat perusahaan provider. Keempat

perusahaan tersebut adalah PT. CLS Argos Indonesia, PT. Amalgam Indocorpora,

PT. SOG Indonesia, dan PT. Pasifik Satelit Nusantara. Tiga dari empat provider

tersebut adalah perusahaan swasta asing yang berada di Indonesia.

Jumlah provider yang bekerjasama dengan pemerintah tersebut merupakan

perbaikan atau peningkatan dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal

perikanan. Pada awal pelaksanaan periode pertama sistem ini yaitu tahun 2003

hingga 2006, provider yang bekerjasama hanya PT. CLS Argos Indonesia.

Provider ini menyediakan segala kebutuhan alat transmitter dan sarana sistem

satelit untuk kapal perikanan dan pusat pemantauan kapal perikanan dalam

melaksanakan sistem ini. Pada periode kedua pelaksanaannya, pemerintah telah

bekerjasama dengan empat provider. Akan tetapi hanya tiga provider yang telah

aktif dalam pelaksanaanya. PT. Amalgam Indocorpora hingga saat ini belum aktif

dalam kegiatan sistem pemantauan kapal perikanan.

Provider-provider tersebut memiliki peranan dalam menyediakan alat dan

sarana komunikasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan sistem pemantauan

kapal perikanan. Provider menyediakan kebutuhan transmitter yang akan

Page 41: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

28

dipasangkan pada kapal-kapal perikanan. Dalam satu unit transmitter tersebut

memiliki kelengkapan seperti:

1) Kabel catu daya;

2) Kabel data;

3) Junction box (Lampiran 2);

4) Bracket;

5) Tiang; dan

6) Buku petunjuk.

Satelit dan tipe transmitter yang dimiliki oleh setiap perusahaan berbeda-

beda dapat dilihat pada Lampiran 3. Satelit ini berfungsi sebagai alat dan sarana

komunikasi dalam pemantauan kapal perikanan. Tipe transmitter yang disediakan

merupakan keputusan hasil kerjasama dengan pemerintah. Setiap transmitter

dilengkapi dengan nomor ID yang diberikan oleh pihak provider. Nomor ID

tersebut berbeda-beda pada setiap transmitter. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi

kesamaan penomoran ID transmitter pada kapal yang berbeda. Karena nomor ID

yang sama akan membuat kesalahan analisis yang akan dilakukan oleh pengawas.

Dapat dilihat pada Tabel 1 Satelit dan tipe transmitter tersebut adalah :

Tabel 2 Daftar penyedia transmitter VMS

No Nama perusahaan Satelit Tipe

transmitter

ID transmitter

1 PT. CLS Argos

Indonesia

ARGOS Mar-GE 5 angka

2 PT. Amalgam

Indocorpora

Iridium Iridium

3 PT. SOG Indonesia Inmarsat C

Inmarsat D+

Thrane &

Thrane mini C

Satamatic D+

(SAT 201)

Dimulai angka

496

4 PT. Pasifik Satelit

Nusantara

Garuda 1 Byru Marine

Tracking

Dimulai angka

8681 Sumber: Ditsarpras pengawasan, 2008.

Provider mengeluarkan surat keterangan aktivasi. Surat tersebut

dikeluarkan setelah dilaksanakannya pemasangan transmitter dan pembayaran

airtime oleh pemilik kapal atau pengguna transmitter. Transmitter yang

Page 42: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

29

dibuatkan surat keterangan aktivasi yaitu transmitter yang telah terpasang dan

diaktifkan di atas kapal.

Harga satu unit transmitter berbeda pada setiap transmitter. Harga tersebut

berkisar dua puluh juta hingga dua puluh lima juta untuk satu unit transmitter.

Selain itu terdapat pula biaya airtime transmitter yang harus dibayarkan oleh

pengguna. Biaya airtime berkisar enam juta hingga tujuh juta setiap transmitter.

Biaya tersebut merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh pengguna untuk

penggunaan transmitter yang telah mengirimkan sinyal setiap satu jam.

Pembayaran tersebut dilakukan untuk jangka waktu satu tahun penggunaan.

4.1.3 Pusat pemantauan kapal perikanan

Pusat pemantauan kapal perikanan adalah tempat pemantauan dan

pengelolaan sistem pemantauan kapal perikanan. Di Indonesia, pusat pemantauan

kapal perikanan ini berada di Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta. Selain

Fisheries Monitoring Centre (FMC), Direktorat Jenderal Pengawasan memiliki

dua Regional Monitoring Centre (RMC) yang berada di Batam dan Ambon.

Fisheries Monitoring Centre (FMC) di Indonesia terletak di Sekretariat VMS

Departemen Kelautan dan Perikanan. Sekretariat VMS merupakan tim kerja yang

berada di bawah tanggung jawab Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan yang

bertugas untuk menangani operasional pelaksanaan VMS.

FMC bertugas memantau dan mengawasi kegiatan kapal perikanan yang

melakukan operasi penangkapan di perairan Indonesia. Kegiatan ini berlaku bagi

kapal-kapal yang telah memasang transmitter pada kapal. Hal ini untuk

mengawasi indikasi tindak pelanggaran yang dilakukan oleh kapal penangkapan

ikan. Selain itu pusat pemantauan kapal perikanan juga mengelola website yang

digunakan sebagai fasilitas kepada pemilik kapal untuk mengakses posisi

kapalnya.

1) Keadaan pusat pemantauan kapal perikanan

FMC memiliki delapan unit perangkat komputer yang digunakan untuk

memantau kapal perikanan yang sedang beroperasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Komputer tersebut digunakan oleh masing-masing operator dalam melakukan

pengawasan. Selain komputer untuk proses pengawasan kapal, FMC juga

Page 43: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

30

memiliki empat unit komputer yang digunakan sebagai server. Serta tujuh unit

komputer yang digunakan untuk pengentrian database kapal yang telah

mendaftarkan ke sekretariat dan untuk kepentingan pembuatan laporan hasil

pemantauan. FMC juga memiliki satu unit monitor layar lebar yang dapat

digunakan sewaktu-waktu jika dibutuhkan ketika proses pengawasan.

Pusat pemantauan kapal perikanan memiliki sepuluh unit server, dapat

dilihat pada Lampiran 5. Server-server tersebut digunakan untuk menjalankan

program dan sebagai database untuk kapal-kapal perikanan yang telah

mendaftarkan transmitternya ke sekretariat VMS. Server beroperasi selama dua

puluh empat jam dalam seharinya tanpa henti. Setiap satu unit server hanya

menjalankan satu program yang ada di FMC.

Di dalam melakukan pemantauan, FMC menggunakan program-program

software yang dapat membaca data yang masuk ke Pusat Pemantauan Kapal

Perikanan. FMC menggunakan software Terravision untuk menampilkan data

kapal pada layar monitor. Data tersebut adalah data posisi kapal, pergerakan

kapal, kecepatan, ID transmitter, nama kapal. Dari data tersebut pengawas dapat

menganalisis kegiatan kapal tersebut.

Selain software Terravision, sistem pengawasan ini didukung juga dengan

software lain seperti Display x, Indonesian Map 007i, Traffic table, DB Eksplorer,

dan DB Mapper. Fungsi software-software ini ialah untuk mendukung kerja

Terravision, seperti Indonesian Map 007i untuk menampilkan peta wilayah

Indonesia yang merupakan wilayah pengawasan kapal perikanan di perairan

Indonesia. Software lain berfungsi untuk menyimpan data tentang kapal-kapal

yang telah memasang transmitter.

Hasil yang ditampilkan pada layar monitor dapat beragam tergantung

kebutuhan pengawasan. Posisi kapal, ID transmitter, nama kapal, kecepatan

kapal, tanggal serta pergerakannya dapat dilihat. Namun pada umumnya data

yang ditampilkan posisi kapal, tanggal dan pergerakannya. Hal ini karena

pengawas hanya akan menganalisis pergerakan kapal yang diindikasi melakukan

pelanggaran.

Pergerakan yang ditampilkan pada layar monitor ditunjukan dengan bentuk

garis. Kapal yang bergerak akan digambarkan dengan garis lurus. Garis-garis ini

Page 44: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

31

merupakan hasil dari sinyal yang dikirimkan transmitter. Pada setiap jamnya

transmitter akan mengirimkan sinyal, dan interval waktu tersebut dihubungkan

dengan garis pada layar monitor. Garis-garis tersebut menyatakan posisi terakhir

kapal tersebut berada.

Tampilan garis pergerakan kapal juga berhubungan dengan kecepatan kapal

tersebut bergerak yang dapat dilihat pada gambar 5. Garis pada tampilan tersebut

memiliki warna yang mengartikan besar kecepatan kapal bergerak. Arti dan

Warna-warna tersebut adalah:

1) Hijau, kecepatan > 4 knots;

2) Hijau tua, kecepatan 3 – 4 knots;

3) Coklat, kecepatan 2 – 3 knots;

4) Merah tua, kecepatan 1 – 2 knots; dan

5) Merah, kecepatan 0 knots.

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 5 Warna pola pergerakan kapal.

.

Pusat pemantauan kapal perikanan atau disebut juga sekretariat VMS

memiliki sembilan orang petugas pengawasan, satu orang petugas server, dan satu

orang kepala sekretariat VMS yang bertanggung jawab atau semua kegiatan di

Sekretariat VMS. Petugas server bertugas menangani server yang rusak dan

menjaga agar dapat bekerja dengan baik. Petugas pengawasan atau operator

Page 45: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

32

tersebut bertugas mengawasi kapal perikanan sesuai dengan jenis alat tangkapnya.

Masing-masing operator menangani kapal dengan jenis alat tangkap tertentu.

Selain itu pengawasan yang dilakukan, operator melakukan pengentrian data

kapal. Berikut kapal dengan jenis alat tangkapnya yang telah diklasifikasikan

untuk masing-masing operator seperti dapat dilhat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pembagian operator berdasarkan alat tangkap

No Jenis alat tangkap Operator

1 Bouke ami Deddy

2 Jaring insang (gillnet)

Jaring insang (gillnet) hanyut organik Nanang

3 Pancing cumi Bambang

4

Hand line

Huhate (pole and line)

Payang

Pancing rawai dasar

Totok

5 Pengangkut atau pengumpul Aning

6 Pukat ikan Atik

7 Pukat udang Ferry

8

Purse seiner

Purse seine (pukat cincin) besar

Purse seine (pukat cincin) kecil

Purse seine PB armada (light)

Purse seine PB armada (pengangkut)

Purse seine PK armada (pengangkut)

Herry

9 Rawai tuna (tuna longline) Danang

Sumber : Sekretariat VMS, 2009

Petugas operator bertugas mengawasi kapal perikanan setiap hari selama

jam kerja (Senin-Jum’at). Akan tetapi petugas operator juga melakukan

pengawasan jika diperlukan selain di jam kerjanya. Setiap operator harus

melakukan pengentrian database kapal-kapal perikanan berdasarkan alat tangkap

Page 46: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

33

yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Jumlah kapal yang banyak

membuat kerja operator dalam pemantauan menjadi kurang optimal.

2) Cara kerja pusat pemantauan kapal perikanan

Setiap minggunya setiap operator membuat laporan analisa dari hasil

pengamatan minimal dua laporan analisa. Hasil laporan analisis yang dibuat oleh

operator wajib disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Laporan-laporan tersebut

diserahkan satu kali dalam seminggunya. Direktur Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Direktur Jenderal Perikanan

Tangkap, dan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan wajib melakukan

evaluasi kegiatan tersebut dari laporan-laporan yang telah diberikan. Hasil

evaluasi tersebut kemudian wajib dilaporkan kepada Menteri Kelautan dan

Perikanan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. Jika didapatkan terjadi

tindak pelanggaran yang dilakukan atau transmitter yang tidak aktif, maka

operator wajib memberitahukan kepada nakhoda atau pemilik kapal dan membuat

laporannya. Laporan tentang pemantauan wajib dilaporkan kepada Direktur

Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Laporan tersebut seperti terjadinya indikasi terjadinya pelanggaran kapal

perikanan.

Pelanggaran tersebut dapat diketahui oleh operator setelah dianalisis.

Kegiatan analisis tersebut dilakukan dengan sangat teliti melihat data yang

diperoleh pusat pemantauan kapal perikanan. Cara menganalisis dan menetapkan

kapal terbukti melakukan pelanggaran berbeda-beda. Keahlian dan pengalaman

dalam menganalisis tindak pelanggaran sangat dibutuhkan dalam hal ini. Cara

menganalisis tersebut adalah:

(1) Mematikan transmitter secara disengaja

Operator menetapkan bahwa kapal perikanan melakukan pematian

transmitter secara disengaja dengan melihat pergerakan dan kecepatan kapal yang

tiba-tiba menjadi nol knot. Hal ini ditandai dengan garis berwarna merah. Sinyal

akan kembali diterima dan tampilan di layar akan membentuk garis lurus

berwarna merah. Akan tetapi matinya transmitter dapat terjadi karena kerusakan.

Page 47: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

34

Maka sebelum menetapkan pelanggaran operator memberitahu dan menanyakan

terlebih dahulu kondisi transmitter.

(2) Menggunakan alat tangkap yang dilarang

Penggunaan alat tangkap yang dilarang dapat diketahui dengan melihat data

kapal yang telah didaftarkan. Jenis alat tangkap apa yang digunakan kapal pada

awal pendaftarannya. Jika digunakan alat tangkap yang dilarang dapat diketahui

dengan pergerakan dan kecepatan kapal dalam melakukan operasi

penangkapannya.

(3) Melakukan penangkapan yang tidak sesuai dengan izin penangkapan

Penentuan pelanggaran ini diketahui dengan melihat wilayah operasi

dilakukanya penangkapan yang dicocokkan dengan jenis alat tangkap dan ukuran

GT kapal. Alat tangkap dan ukuran GT kapal telah diatur wilayah

penangkapannya. Kapal-kapal yang telah mengajukan izin terhadap wilayah

penangkapannya akan ditetapkan telah melakukan pelanggaran dan akan diberi

sanksi.

(4) Melakukan penangkapan di wilayah yang dilarang.

Operator menetapkan pelanggaran telah dilakukan oleh kapal yang

melakukan penangkapan di wilayah yang dilarang. Hal ini dibuktikan dengan

pergerakan penangkapan yang dilakukan apakah dilakukan di wilayah yang

dilarang beroperasinya alat tangkap tersebut. Jika terbukti operator langsung

menetapkan kapal tersebut melakukan pelanggaran dan membuat laporannya.

(5) Melakukan penangkapan atau kapal berlayar melewati wilayah ZEE

Indonesia.

Kapal-kapal dengan ukuran GT tertentu dilarang untuk melakukan

penangkapan melewati wilayah ZEE Indonesia. Jika hal tersebut dilakukan, maka

kapal tersebut terbukti telah melanggar peraturan. Operator mencocokan data

kapal yang dimiliki dengan pergerakan yang telah dilakukannya.

(6) Melakukan ketidaktaatan berlabuh di pelabuhan pangkalan.

Pada saat pendaftaran, kapal perikanan juga mencantumkan pelabuhan-

pelabuhan yang menjadi tempat pendaratan hasil tangkapannya. Petugas operator

bertugas mengawasi ketaatan kapal perikanan tersebut agar mendaratkan hasil

tangkapan hanya di pelabuhan yang telah didaftarkan sebagai lokasi pendaratan.

Page 48: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

35

Jika diketahui terdapat kapal yang melakukan pendaratan atau berhenti di

pelabuhan lain, maka kapal tersebut telah melakukan pelanggaran. Tugas

operator untuk menetapkan dan membuatkan laporan yang berisikan bahwa kapal

tersebut telah melakukan pelanggaran.

(7) Melakukan transshipment.

Transshipment atau penjualan ikan di tengah laut secara ilegal merupakan

salah satu pelanggaran yang cukup sering terjadi. Operator berkewajiban untuk

mengawasi agar tindakan ini tidak terjadi. Petugas yang mengawasi dari layar

monitor pengawasan dapat mengetahui tindakan transshipment dengan pergerakan

dan posisi kapal yang merapat kepada kapal lain dengan kurun waktu yang cukup

lama. Tampilan gambar tersebut diyakini petugas bahwa kapal telah menjual

hasil tangkapannya. Petugas membuat laporan tentang terjadinya pelanggaran

transshipment dengan bukti yang dimiliki. Akan tetapi terdapat pengecualian

untuk kapal-kapal yang bertindak sebagai pengangkut untuk kapal-kapal

kelompoknya. Kapal pengangkut tersebut menerima hasil tangkapan dari kapal-

kapal yang menjadi kelompoknya. Tindakan tersebut dibenarkan pelaksanaannya

oleh Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Perikanan.

Pusat pemantauan kapal perikanan dapat memberikan laporan rekaman

pergerakan kapal ketika dibutuhkan saat proses penegakan hukum di persidangan.

Rekaman tersebut sebagai barang bukti dalam persidangan untuk kasus

pelanggaran yang dilakukan oleh kapal-kapal perikanan. Hal ini dilakukan untuk

memperkuat tindakan yang telah dilakukan kapal perikanan ketika melakukan

pelanggaran. Selain itu petugas pengawasan di FMC juga dapat dijadikan saksi

ahli selama proses persidangan.

Pusat pemantauan kapal perikanan melayani perusahaan atau pemilik kapal

yang ingin mendaftarkan transmitternya. Pelayanan ini dilakukan dari hari senin

hingga jum’at selama jam kerja. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi buku

acara tentang maksud dan tujuannya terlebih dahulu. Petugas yang menerima

permohonan tersebut akan mencek kelengkapan pendaftaran sesuai dengan syarat

telah ditentukan. Lengkapnya berkas dokumen pendaftaran yang diberikan akan

diterima dan diberikan kepada operator yang menangani kapal berdasarkan alat

tangkapnya. Operator akan memeriksa apakah transmitter yang telah dipasang

Page 49: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

36

telah terpantau pada sistem pemantauan. Transmitter yang telah aktif ditandai

dengan terdeteksinya transmitter tersebut di layar pemantauan. Hal kemudian

yang dilakukan operator adalah membuatkan Surat Keterangan Aktivasi

Transmitter dan disahkan oleh direktur sarana dan prasarana pengawasan. SKAT

yang telah disahkan dapat diberikan kepada pemohon. Setelah pendaftaran dan

SKAT telah diterima, kapal dapat melakukan operasi penangkapan dengan

menempatkan SKAT bersama dokumen yang lainnya di atas kapal.

4.1.4 Transmitter

1) Prosedur pemasangan transmitter

Dalam pemasangan unit transmitter di atas kapal memiliki dua prosedur

yaitu pemasangan transmitter milik sendiri dan transmitter milik negara.

Pemasangan transmitter milik sendiri dimulai dengan pembelian unit transmitter

di provider dan membayarkan biaya airtime untuk masa jangka waktu satu tahun

dan selanjutnya diperpanjang setiap tahun hingga izin berakhir. Pemasangan unit

transmitter yang dilakukan harus disaksikan oleh pengawas perikanan di

pelabuhan setempat dan mengisi Form 3 lembar pemasangan transmitter yang

ditandatangani oleh pemasang yang dapat dilihat pada Lampiran 6 dan pada

Lampiran 7 (bawah) adalah kegiatan pemasangan transmitter yang dilakukan oleh

pengawas. Apabila pemasangan transmitter dilakukan di negara lain maka

pengisisan Form 3 ditandatangani pemasang, nakhoda, dan wakil perusahaan serta

oleh pengawas pada saat dilakukan pemeriksaan kapal di pelabuhan pangkalan.

Setelah pemasangan selesai dilakukan maka tahap selanjutnya yang harus

dilakukan adalah mendaftarkan transmitter.

Pendaftaran transmitter ini dilakukan untuk mandapatkan Surat Keterangan

Aktivasi Transmitter (SKAT). Pendaftaran dilakukan di Sekretariat VMS (FMC)

pusat yang berada di Departemen Kelautan dan Perikanan, dapat dilihat pada

Lampiran 7 (atas). Pendaftaran transmitter yang telah dipasang di kapal

perikanan harus dilengkapi surat pendaftaran transmitter (Lampiran 8) dengan

mencantumkan data-data seperti: nomor ID transmitter, nomor seri, jenis, tipe,

merk, spesifikasi dan provider, dokumen pembelian transmitter dan pembayaran

airtime, bukti aktivasi dari provider dan Form 3 Lembar Pemasangan Transmitter

Page 50: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

37

serta surat pernyataan transmitter milik sendiri (Lampiran 9). Setelah pendaftaran

dilakukan oleh pemilik kapal, maka kemudian Surat Keterangan Aktivasi

Transmitter (Form FMC 1) akan dikeluarkan oleh Direktorat Sarana dan

Prasarana, Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan dapat dilihat pada Lampiran 10. Form FMC 1 (pada

Lampiran 10) sebagai bukti telah terpantaunya kapal perikanan tersebut oleh

Sistem Pemantauan Kapal Perikanan, sehingga kapal diizinkan untuk beroperasi

melakukan penangkapan dan/atau pengangkutan ikan di perairan Indonesia.

Kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan oleh pemilik kapal atau

nakhoda kapal adalah meletakkan SKAT bersama dokumen perizinan lainnya di

atas kapal. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah pemeriksaan kapal ketika

berada di laut ataupun di pelabuhan pangkalan.

Pemasangan transmitter milik Negara dimulai dengan mengajukan

permohonan peminjaman berupa surat pinjam pakai transmitter milik Negara

(Lampiran 11) ke Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan c.q. Direktur Sarana dan Prasarana. Di dalam surat

permohonan tersebut dicantumkan nama kapal, nama perusahaan, jenis atau status

atau alat tangkap atau GT kapal, bendera dan SIPI atau SIKPI serta SIUP.

Peminjaman transmitter milik Negara dapat dilakukan bila persediaan transmitter

tersebut masih ada.

Peminjaman transmitter milik negara, hanya diperbolehkan bagi kapal ikan

Indonesia (KII) berukuran 30 GT hingga 60 GT. Ketentuan ini berlaku sejak

tahun 2007 hingga sekarang. Hal ini dikarenakan keterbatasan unit transmitter

yang dimiliki oleh negara.

Pemilik kapal atau perusahaan perikanan yang berhasil meminjam

transmitter milik Negara selanjutnya akan diberikan nomor ID transmitter.

Nomor ID transmitter tersebut diberikan oleh sekretariat VMS. Kemudian pihak

pemohon harus menghubungi provider transmitter sesuai dengan yang diberikan.

Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan biaya airtime yang nantinya harus

dibayarkan terlebih dahulu.

Setelah pembayaran diselesaikan dan mendapatkan bukti dokumen

pembayaran airtime dan bukti aktivasi dari pihak provider (pada Lampiran 12),

Page 51: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

38

maka selanjutnya pihak pemohon dapat menerima transmitter dan semua

kelengkapannya dari Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengelolaan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Penerimaan transmitter dilengkapi dengan

bukti penerimaan dan lembar peminjaman transmitter Negara (Form 2) yang

dapat dilihat pada Lampiran 13. Di dalam Form 2 tersebut harus diisi dengan data

seperti nama kapal, nama perusahaan, jenis atau status atau alat tangkap atau GT

kapal, nomor SIPI atau SIKPI, penerima transmitter, petugas yang menyerahkan

transmitter, dan diketahui oleh wakil perusahaan.

Pemasangan transmitter milik Negara di atas kapal harus

diketahui/disaksikan oleh pengawas perikanan. Saat pemasangan harus

melakukan pengisian Form 3 Lembar Pemasangan Transmitter dan ditandatangani

oleh pemasang, nakhoda, wakil perusahaan dan pengawas perikanan setempat.

Seperti pada pemasangan transmitter milik sendiri, pemasangan transmitter yang

dilakukan di Negara lain proses pengisian Form 3 dilakukan saat pemeriksaan

terhadap kapal perikanan ketika berlabuh di pelabuhan pangkalan.

Proses pendaftaran dan meminta Surat Keterangan Aktivasi Transmitter

(SKAT) dilakukan setelah pemasangan selesai dan Form 3 telah diisi dan

ditandatangani. Pendaftaran transmitter harus dilengkapi dengan bukti

pembayaran airtime, bukti aktivasi dari provider, Surat pernyataan transmitter

milik negara (Lampiran 14), dan lembar Form 3. Setelah kapal pemohon tersebut

dapat terpantau pada sistem pemantauan kapal perikanan di FMC, maka

selanjutnya akan dikeluarkannya Surat Keterangan Aktivasi Transmitter. Surat

ini nantinya harus ditempatkan bersama dengan dokumen perizinan lainnya.

Prosedur pemasangan transmitter milik sendiri ataupun milik negara dapat dilihat

pada Gambar 6.

Page 52: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

39

Gambar 6 Prosedur pemasangan transmitter.

2) Prosedur pengembalian transmitter

Prosedur pengembalian hanya dilakukan untuk transmitter milik Negara.

Masa peminjaman transmitter milik Negara hanya berlaku untuk jangka waktu

satu tahun. Dan setelah jangka waktu tersebut selesai transmitter yang telah

tersebut wajib di kembalikan ke Direktorat Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Selain karena jangka waktu

peminjaman yang telah berakhir, pengembalian juga dilakukan karena suatu sebab

izin dinonaktifkan, dicabut, atau tidak diperpanjang. Pengembalian transmitter

Pembelian unit transmitter Pemberian nomor ID transmitter

Pemasangan transmitter diketahui oleh pengawas

perikanan

Pembayaran airtime oleh pihak pemohon

Mendaftarkan dan meminta Surat Keterangan

Aktivasi Transmitter (SKAT)

Penerimaan transmitter dan kelengkapannya

Pengeluaran SKAT oleh Direktorat Sarana dan

Prasarana Pengawasan

Pemasangan transmitter di atas kapal dan

pengisian form 3 Lembar Pemasangan

Transmitter

SKAT asli ditaruh bersama dokumen perizinan

pada kapal perikanan.

Mendaftarkan dan meminta SKAT

Pengeluaran SKAT oleh Direktorat Sarana dan

Prasarana Pengawasan

SKAT asli ditaruh bersama dokumen perizinan

pada kapal perikanan.

Mulai

Selesai

Prosedur pemasangan transmitter sendiri Prosedur pemasangan transmitter milik negara

Selesai

Page 53: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

40

ditujukan kepada Direktur Sarana dan Prasarana P2SDKP. Prosedur

pengembalian transmitter milik negara dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.

Gambar 7 Prosedur pengembalian transmitter milik negara.

Pengembalian transmitter dilakukan setelah masa peminjaman berakhir.

Pengembalian dilakukan di Sekretariat VMS. Di sekretariat tersebut, transmitter

yang akan dikembalikan diperiksa kelengkapan dan fungsi transmitter.

Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas dan hasil pemeriksaan dilaporkan ke

dalam Form 4 Lembar Pengembalian Transmitter (Lampiran 15). Form tersebut

berisikan tanggal pengembalian, nama kapal, nama perusahaan, jenis atau alat

tangkap, GT kapal, nomor SIPI atau SIKPI, pengecekan kelengkapan dan fungsi

transmitter, petugas yang menerima, dan wakil perusahaan yang menyerahkan.

Ketidaklengkapan ataupun tidak berfungsinya transmitter menjadi tanggung

jawab peminjam dan dikenakan sanksi. Peminjam wajib mengganti atau

memperbaiki kerusakan yang telah terjadi pada transmitter. Pengembalian

tersebut harus menyertakan surat pernyataan sanggup memperbaiki atau

menggantinya di atas materai enam ribu rupiah dan mempunyai kekuatan hukum.

Ketidakpatuhan dalam mengembalikan, memperbaiki, atau mengganti transmitter

milik Negara yang rusak atau hilang akan diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pemilik yang ingin memperpanjang transmitternya baik milik sendiri atau

milik negara harus mengirimkan surat perpanjangan transmitter dan menyertakan

SIUP/SIKPI, bukti pembayaran airtime, bukti aktivasi dari provider, Form

Mulai

Pengecekan kelengkapan dan

berfungsinya transmitter

Penerimaan lembar pengembalian

transmitter milik negara

Selesai

Page 54: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

41

pemeriksaan transmitter, kartu identitas pemilik kapal, dan SKAT asli yang lama.

Surat perpanjangan transmitter dapat dilihat pada Lampiran 16.

3) Pemeriksaan transmitter

Pemeriksaan transmitter adalah kegiatan yang dilakukan pada kapal-kapal

ikan yang telah memasang transmitter untuk mengetahui keadaan atau kondisi

transmitter. Pemeriksaan dilakukan untuk melakukan konfirmasi terhadap fisik,

fungsi, dan lingkungan transmitter. Pemeriksaan ini meliputi hal sebagai berikut :

(1) Pemasangan dilakukan sesuai atau benar pada kapal perikanan, seperti yang

tertera pada saat pengajuan pemasangan transmitter.

(2) Hasil kualitas pemasangan, dibuktikan dengan terpantaunya posisi kapal di

layar monitor Pusat Pemantauan Kapal Perikanan.

(3) Penempatan transmitter tidak mengganggu dan terganggu oleh, peralatan

navigasi, komunikasi dan peralatan komunikasi lainnya.

Pemeriksaan transmitter ini dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan

kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan oleh pengawas perikanan di pelabuhan, staf

Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan atau oleh staf Direktorat Jenderal

P2SDKP. Hasil dari pemeriksaan tersebut dicatat ke dalam Form Pemeriksaan

Transmitter (Form 6) dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil pemeriksaan

dilaporkan kepada Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan.

Lembar pemeriksaan transmitter (Form 6) berisikan :

(1) Lokasi pemeriksaan;

(2) Tanggal pemeriksaan;

(3) Nama kapal;

(4) Nama perusahaan;

(5) Jenis/status/alat tangkap/GT kapal;

(6) Call sign dan frekuensi;

(7) Nomor SIPI/SIKPI;

(8) Transmitter;

a) Merk;

b) Tipe;

c) No. ID/No. Seri; dan

d) Provider.

Page 55: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

42

(9) Pengecekan kelengkapan dan fungsi transmitter; serta

(10) Petugas pemeriksa.

Bila dalam hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, maka

Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan akan menindaklanjuti dengan memberikan peringatan dan sanksi.

Kerusakan atau ketidakaktifan pada transmitter milik sendiri ataupun transmitter

milik negara akan menjadi kewajiban pihak pengguna untuk memperbaiki atau

mengganti transmitternya. Jika terjadi ketidaktaatan dari pihak pengguna, maka

pihak pengguna akan dikenakan sanksi administrasi atau pidana.

4) Kewajiban pengguna transmitter

Dalam sistem pemantauan kapal perikanan setiap kapal diatas 60 GT ke atas

memiliki kewajiban diantaranya :

(1) Wajib memasang dan mengaktifkan transmitter.

(2) Dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap di Indonesia, setiap kapal

perikanan wajib ikut serta dalam sistem pemantauan kapal perikanan. Salah

satu peran sertanya dalam kegiatan ini adalah setiap kapal wajib memasang

dan mengaktifkan transmitter pada kapalnya masing-masing. Transmitter ini

dapat berupa transmitter milik sendiri ataupun transmitter milik negara yang

telah dipinjam.

(3) Wajib membayar airtime.

(4) Setiap pemilik ataupun perusahaan yang telah memasang transmitter pada

kapalnya wajib membayarkan biaya airtime. Pembayaran biaya airtime

dilakukan pada awal pemasangan transmitter dan setiap satu tahun

berikutnya. Airtime ini merupakan biaya pengiriman posisi yang dilakukan

transmitter selama satu tahun dengan interval pengiriman posisi setiap satu

jam sekali.

(5) Wajib mendaftarkan transmitter

(6) Pendaftaran transmitter merupakan salah kewajiban penting yang harus

dilakukan oleh pengguna transmitter. Hal ini dikarenakan agar transmitter

terdaftar dalam sistem pemantauan kapal perikanan dan dapat terpantau

dalam FMC. Pendaftaran transmitter dilakukan di Sekretariat VMS dan

ditujukan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian

Page 56: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

43

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Proses pendaftaran transmitter,

pemohon menyerahkan Form 3 Lembar Pemasangan Transmitter, bukti

pembayaran airtime dan aktivasi dari provider, serta dilengkapi dengan

dokumen pembelian transmitter.

(7) Wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan hal-hal yang terkait dengan kapal atau

transmitter, dengan ketentuan batas waktu sebagai berikut:

a) Docking kapal, selambat-lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan

docking.

b) Penggantian transmitter, selambat-lambatnya satu minggu sebelum

dilaksanakan penggantian

c) Penggantian surat izin, selambat-lambatnya satu bulan sebelum

dilaksanakan penggantian.

d) Perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan selambat-

lambatnya satu minggu sebelum dan satu minggu sesudah dilaksanakan

perubahan.

e) Proses penegakan hukum yang sedang dijalani, selambat-lambatnya dua

hari sejak dimulai penyelidikan.

f) Tidak beroperasinya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu minggu

sejak kapal tidak beroperasi.

g) Tidak diperpanjang izinnya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu

bulan sebelum habisnya masa berlaku izin.

h) Force Majeure, selambat-lambatnya satu minggu sesudah kejadian

dilengkapi dengan laporan kejadian dan berita acara dari pihak berwajib.

(8) Laporan sebagaimana dimaksud angka empat dengan tembusan kepada:

Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan, Direktorat Jenderal Pengawasan

dan Pengendalian Sumberdaya Kelautaan dan Perikanan.

(9) Wajib menempatkan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter bersama dengan

dokumen perizinan. SKAT yang telah diterima ditempatkan bersama

dokumen-dokumen lain di atas kapal. SKAT yang ditaruh adalah SKAT asli

yang diberikan oleh sekretariat VMS. Hal ini bertujuan agar

Page 57: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

44

mempermudahkan proses pemeriksaan perizinan kapal saat berada di laut

ataupun ketika berada di pelabuhan.

(10) Wajib menjaga, memelihara dan memperlakukan transmitter dengan baik.

Transmitter yang ada di atas kapal wajib dijaga dan dipeliahara dengan baik

kondisinya oleh nakhoda ataupun ABK kapal. Ini bertujuan agar transmitter

dapat tetap berfungsi secara teknis dan dapat menyampaikan data kegiatan

penangkapan atau pengangkutan ikan.

(11) Wajib memelihara lingkungan teknis transmitter. Lingkungan sekitar tempat

transmitter di pasang juga wajib dipelihara dan dijauhkan dari segala macam

gangguan termasuk alat komunikasi dan alat komunikasi lainnya di atas

kapal. Upaya ini dilakukan agar pengiriman atau penerimaan data yang

dilakukan transmitter dapat berfungsi dengan baik.

(12) Wajib menempatkan transmitter pada posisi yang tepat seperti dapat dilihat

pada Lampiran 18. Penempatan posisi transmitter di atas kapal sangat

penting. Posisi transmitter yang tepat di atas kapal akan mempengaruhi kerja

transmitter sehingga dapat mengirimkan data posisi kapal dengan baik dan

tidak menggangu peralatan navigasi, peralatan komunikasi atau peralatan

elektronik lainnya serta terhindar dari gangguan lain yang menyebabkan

terhalangnya fungsi teknis dan komunikasi.

(13) Wajib membalas, menanggapi, menindaklanjuti setiap surat

pemberitahuan/peringatan dari Direktorat Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

(14) Wajib menerima petugas atau pengawas dan kapal pengawas perikanan untuk

melakukan pemeriksaan transmitter. Setiap pengawas yang hendak

memeriksa keadaan dan kondisi transmitter di atas kapal harus diperbolehkan

kegiatannya. Pemeriksaan ini dilakukan karena adanya laporan dari FMC

ataupun sekedar untuk memeriksa kondisi fisik transmitter di atas kapal.

(15) Wajib mematuhi petunjuk teknis tentang Sistem Pemantauan Kapal

Perikanan atau Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Page 58: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

45

5) Pengaturan lain transmitter

Di dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan, setiap kapal

wajib memasang dan mengaktikan transmitter secara terus-menerus. Pengguna

transmitter wajib melaporkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan mengenai hal-hal yang terkait

dengan transmitternya atau kapalnya. Wajib lapor ini seperti izin kapal untuk

melakukan docking, penggantian transmitter, penggantian surat izin (SIPI atau

SIKPI), perubahan pemilik kapal, proses hukum yang sedang dijalani, sedang

tidak beroperasinya kapal, izin yang tidak diperpanjang, izin dicabut, transmitter

dalam keadaan rusak, kapal mengalami force majeure.

(1) Docking kapal

Kapal ikan yang akan melakukan docking di pelabuhan wajib melaporkan

kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan c.q. Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan. Izin yang

diberikan berupa laporan tertulis dan diberikan satu bulan sebelum

dilaksanakannya proses docking. Di dalam izin tersebut berisikan jangka waktu,

tempat pelaksanaan, dan saat dimulainya docking. Pada saat docking

dilaksanakan, disampaikan pula laporan tertulis susulan yang dilengkapi dengan

surat keterangan dari galangan kapal. Di dalam surat tersebut menyatakan bahwa

kapal tersebut sedang melakukan docking. Setelah surat izin disampaikan,

transmitter pada kapal dapat dinonaktifkan pada saat dimulainya sampai dengan

selesai docking.

Pihak pengguna wajib melaporkan kembali docking yang telah selesai

dilaksanakan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q. Direktorat Sarana dan Prasarana

Pengawasan. Laporan tersebut menyatakan bahwa docking kapal telah selesai

dilaksanakan dan transmitter sudah diaktifkan kembali. Prosedur perizinan untuk

kapal yang akan melakukan docking dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 59: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

46

Gambar 8 Prosedur izin docking kapal.

(2) Penggantian transmitter

Penggantian transmitter yang dilakukan oleh pemilik kapal atau perusahaan

perikanan wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Laporan tersebut dikirimkan

selambat-lambatnya satu minggu sebelum dilaksanakannya penggantian. Dalam

izin tersebut, pihak pengguna menyebutkan alasan penggantian transmitter serta

spesifikasi transmitter pengganti yang dilengkapi identitas transmitter tersebut.

Penggantian transmiter yang baru di atas kapal harus diketahui atau

disaksikan oleh pengawas perikanan di pelabuhan. Proses pemasangan

transmitter pengganti sama seperti pemasangan transmitter baru pada kapal

perikanan. Pengisian Form 3 lembar pemasangan transmitter harus dilakukan

kembali dan ditandatangani oleh nakhoda, pemasang transmitter, wakil

perusahaan dan pengawas perikanan yang menyaksikannya.

Docking kapal

Laporan tertulis alasan penggantian

Docking dilakukan

Docking selesai

Izin tertulis selesai docking

Transmitter aktif

Transmitter non aktif

Mulai

Selesai

Page 60: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

47

Setelah pemasangan transmitter pengganti selesai, selanjutnya pemilik

kapal atau perusahaan mendaftarkan dan meminta Surat Keterangan Aktivasi

Transmitter pengganti. Surat Keterangan Aktivasi Transmitter diberikan setelah

posisi transmitter terpantau pada Pusat pemantauan kapal perikanan. Surat

tersebut nantinya wajib ditempatkan bersama dengan surat izin lainnya di atas

kapal. Gambar 9 berikut merupakan prosedur untuk melakukan penggantian

transmitter pada kapal perikanan.

Gambar 9 Prosedur penggantian transmitter.

(3) Penggantian surat izin (SIPI atau SIKPI)

Penggatian surat izin penangkapan ikan (SIPI) atau surat izin kapal

penangkapan ikan (SIKPI) yang dimiliki oleh kapal perikanan wajib

melaporkannya. Pengguna wajib melaporkan selambat-lambatnya satu bulan

sebelum dilaksanakannya penggantian. Penggantian surat izin tersebut meliputi :

a) Penggantian izin karena perpanjangan masa berlakunya izin;

b) Penggantian izin karena perubahan fungsi kapal (dari kapal pengangkut

menjadi kapal penangkap dan sebaliknya);

Penggantian transmitter

Izin tertulis pelaksanaan docking

Pemasangan transmitter pengganti

SKAT diterima

SKAT ditempatkan di atas kapal

Pendaftaran transmitter dan meminta SKAT

Selesai

Mulai

Page 61: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

48

c) Penggantian izin karena perubahan pemilik;

d) Penggantian izin karena perubahan nama kapal; dan

e) Penggantian izin karena perubahan keagenan kapal perikanan.

Proses penggantian yang telah selesai dilaksanakan harus dilaporkan

kembali ke Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan dengan melampirkan dokumen perizinan yang baru

selambat-lambatnya satu minggu setelah selesai penggantian izin. Selama proses

penggantian izin tersebut, transmitter tetap diaktifkan. Gambar 10 berikut

merupakan prosedur untuk melakukan penggantian surat izin bagi kapal yang

memiliki transmitter.

Gambar 10 Prosedur penggantian surat izin.

(4) Perubahan pemilik kapal

Pengguna transmitter wajib melaporkan perubahan kepemilikan kapal,

nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan. Perubahan tersebut dilaporkan

selambat-lambatnya satu minggu sebelum dan sesudah dilaksanakannya

perubahan. Surat tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan

Penggantian Surat Izin

Melaporkan izin yang ingin diganti

Proses penggantian izin

Melaporkan dan menyertakan izin baru

Transmitter aktif

Mulai

Selesai

Page 62: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

49

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan beserta dengan dokumen

perubahan yang baru.

Apabila pengguna menggunakan transmitter milik negara, maka pemilik

kapal yang baru harus membuat surat pernyataan peminjaman transmitter milik

negara. Selama proses perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal

perikanan transmitter harus tetap diaktifkan.

(5) Pemilik sedang menjalani proses hukum

Perusahaan atau pemilik kapal yang sedang menjalani proses pengadilan

atau penegakan hukum wajib melaporkannya kepada Direktur Jenderal

Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q Direktur

Sarana dan Prasarana Pengawasan. Kewajiban ini dilakukan selambat-lambatnya

dua hari sejak dimulainya proses penyidikan. Di dalam laporan tersebut

dijelaskan tentang kasus yang sedang dihadapi, tempat pelaksanaan penyidikan

dan perkiraan lamanya proses pengadilan tersebut. Laporan tersebut dilengkapi

dengan surat keterangan dari penyidik atau pengadilan setempat.

Setelah proses pengadilan selesai dijalani, perusahaan perikanan atau

pemilik kapal memberikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal Pengawasan

dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q Direktur Sarana dan

Prasarana Pengawasan yang menyatakan bahwa proses pengadilan telah selesai

dijalani dengan melampirkan bukti-bukti hasil penetapan pengadilan. Apabila

keputusan pengadilan menyatakan bahwa kapal perikanan miliknya disita untuk

negara, maka transmitter negara wajib dikembalikan ke sekretariat VMS. Jika

pengadilan menyatakan atau menetapkan putusan bebas terhadap kapal perikanan

tersebut, maka perusahaan atau pemilik kapal wajib melaporkan bahwa proses

peradilan telah selesai dilaksanakan.

Selama proses peradilan dilaksanakan, transmitter pada kapal perikanan

dapat dinonaktifkan. Dan setelah masa proses peradilan selesai, kapal tersebut

harus mengaktifkan kembali transmitternya. Pada Gambar 11 berikut prosedur

perizinan bagi kapal bertransmitter yang sedang menjalani proses hukum.

Page 63: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

50

Gambar 11 Prosedur izin yang sedang menjalani proses hukum.

(6) Kapal tidak beroperasi

Kapal perikanan yang tidak beroperasi wajib dilaporkan oleh pemilik kapal

selambat-lambatnya satu minggu sejak kapal tidak beroperasi. Pada Gambar 12

dapat dilihat prosedur perizinan bagi kapal bertransmitter yang tidak beroperasi.

Laporan tidak beroperasinya kapal dilengkapi dengan informasi mengenai sebab-

sebab yang saat dipertanggung jawabkan perihal tidak beroperasinya kapal. Kapal

yang tidak beroperasi dilaporkan lokasi dan jangka waktu tidak beroperasinya

kapal dengan melampirkan surat keterangan dari pengawas perikanan atau

galangan kapal tempat perbaikan. Selama kapal tidak beroperasi, transmitter

dapat dinonaktifkan.

Menjalani proses hukum

Melaporkan hukum yang dijalani

Proses penyidikan dijalani

Transmitter dinonaktifkan

Transmitter Negara dikembalikan

Ditetapkan tidak bersalah Ditetapkan bersalah

Pelaporan hasil pengadilan

Melaporkan dan menyertakan hasil pengadilan

Transmitter diaktifkan kembali

Mulai

Selesai

Selesai

Page 64: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

51

Setelah perbaikan selesai dan kapal siap beroperasi, pihak pengguna

memberikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q Direktur Sarana dan

Prasarana Pengawasan. Laporan tersebut menyatakan bahwa kapal siap

beroperasi kembali dan transmitter sudah diaktifkan kembali. Apabila posisi

kapal tidak terpantau di Pusat Pemantauan Kapal Perikanan, maka Direktorat

Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan akan

memberikan surat pemberitahuan kepada pengguna, kapal belum diizinkan

beroperasi dan pengawas perikanan tidak akan menerbitkan SLO.

Kapal yang tidak beroperasi seterusnya, maka transmitter milik negara

harus segera dikembalikan ke sekretariat VMS. Pengembalian transmitter

tersebut harus dalam keadaan lengkap dan berfungsi serta dilengkapi Lembar

Pengembalian Transmitter (Form 4).

Gambar 12 Prosedur izin kapal tidak beroperasi

Kapal tidak beroperasi

Melaporkan dan menuliskan sebab kapal tidak beroperasi

Kapal rusak

Transmitter Negara dikembalikan

Kapal tidak beroperasi selamanya

Transmitter dinonaktifkan

Menyertakan surat keterangan pengawas

perikanan

Melaporkan kembali kapal telah diperbaiki

Transmitter diaktifkan kembali

Mulai

Selesai

Selesai

Page 65: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

52

(7) Izin tidak diperpanjang

Perusahaan atau pemilik kapal perikanan wajib melaporkan kepada Direktur

Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

tentang tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan. Kewajiban tersebut

dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum habisnya masa berlaku izin.

Dalam laporan tersebut menyebutkan nomor ID transmitter, nama kapal, nama

perusahaan, nomor SIPI atau SIKPI.

Pemilik kapal wajib mengembalikan transmitter milik negara yang telah

dipinjam dalam keadaan baik dan lengkap dengan dilengkapi Form 4 lembar

pengembalian transmitter. Transmitter yang mengalami kerusakan harus

diperbaiki atau diganti oleh pihak peminjam.

(8) Izin dicabut

Pemilik kapal melaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan perihal izin yang

dinonaktifkan atau dibekukan atau dicabut. Waktu pemilik kapal melaporkan hal

ini selambat-lambatnya dua hari setelah izin dinonaktifkan atau dicabut. Isi

laporan tersebut disebutkan nomor ID transmitter, nama kapal, nama perusahaan,

nomor SIPI atau SIKPI.

Pemilik kapal wajib mengembalikan transmitter milik negara yang telah

dipinjam dalam keadaan baik dan lengkap dengan dilengkapi Form 4 lembar

pengembalian transmitter. Transmitter yang mengalami kerusakan harus

diperbaiki atau diganti oleh pihak peminjam.

(9) Transmitter dalam keadaan rusak

Pemilik kapal wajib menyediakan pengganti transmitter yang mengalami

kerusakan. Transmitter yang tidak terpantau di Pusat Pemantauan Kapal

Perikanan ketika kapal sedang beroperasi akan diberitahukan kepada pemilik

kapal melalui sarana komunikasi yang tersedia. Nakhoda atau pemilik kapal

wajib memberitahukan kepada provider tentang kerusakan transmitternya setelah

informasi diterima dari Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Kapal yang sedang beroperasi ketika terjadi kerusakan pada transmitternya

wajib menyampaikan posisi kapal ke Sekretariat VMS dan kepala UPT atau

Page 66: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

53

pelabuhan pangkalan, minimal satu kali dalam dua puluh empat jam secara terus

menerus. Kapal diwajibkan merapat ke pelabuhan terdekat untuk melakukan

pemeriksaan. Bagi kapal yang memiliki transmitter cadangan dapat terus

melakukan operasi setelah melaporkan penggunaan serta berfungsinya transmitter

cadangan yang dibuktikan dengan terpantaunya posisi kapal di Pusat Pemantauan

Kapal Perikanan.

Pengawas perikanan wajib melakukan pemeriksaan transmitter setelah

kapal merata di pelabuhan. Hasil pemeriksaan transmitter tersebut dituangkan ke

dalam Form 6 untuk kemudian dilaporkan ke Direktur Sarana dan Prasarana

Pengawasan. Transmitter yang mengalami kerusakan setelah dilakukan

pengecekan harus diperbaiki atau diganti oleh pemilik kapal.

Proses penggantian transmitter baru harus melaksanakan prosedur

pemasangan transmitter dengan mengisi Form 3 dan melapokannya ke Direktorat

Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Transmitter yang telah terpantau akan diberikan Surat Keterangan Aktivasi

Transmitter kepada pemilik kapal dan ditempatkan bersama dokumen perizinan

lain di atas kapal. Perbaikan atau penggantian transmitter yang belum dapat

terpantau posisinya tidak akan dikeluarkannya Surat Laik Operasi (SLO) oleh

pengawas perikanan. Gambar 13 berikut merupakan prosedur perizinan bila

terjadi kerusakan pada transmitter.

Page 67: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

54

Gambar 13 Prosedur izin bila terjadi kerusakan transmitter.

(10) Kejadian force majeure

Kejadian force majeure adalah peristiwa yang terjadi yang tidak

diperkirakan sebelumnya sebagai akibat terjadinya perubahan kondisi cuaca,

kondisi alam, dan atau kejadian lainnya yang tidak dapat dikendalikan dan diluar

unsur kesengajaan yang mengakibatkan kecelakaan antara lain:

a) Tenggelam di laut;

b) Tersambar petir; dan

c) Kebakaran di kapal.

Transmitter rusak

Diberitahukan bahwa transmitter tidak aktif

Memberitahukan kepada provider terjadi

kerusakan transmitter

Merapat ke pelabuhan terdekat

Dilakukan pemeriksaan

Mengganti dengan transmitter baru

Menyampaikan posisi terakhir

Melaporkan penggunaannya

Tetap beroperasi Penggantian atau perbaikan transmitter

Pendaftaran untuk penggantian transmitter

Kapal beroperasi kembali

Mulai

Selesai

Selesai

Page 68: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

55

Kehilangan atau kerusakan yang diakibatkan kejadian force mejeure wajib

dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan c.q Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan selambat-

lambatnya satu minggu sesudah kejadian dilengkapi dengan berita acara laporan

kejadian dari pihak berwajib. Apabila kapal perikanan tersebut menggunakan

transmitter milik negara, maka wajib mengganti dengan transmitter yang sejenis.

4.1.5 Transmitter offline

Transmitter offline merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan

pemantauan kapal perikanan secara tidak langsung, yang dipasang dan

dioperasikan di atas kapal perikanan yang telah ditentukan serta dipergunakan

untuk menerima atau mengirimkan data posisi kapal perikanan ke pengelola

sistem. Transmitter offline diwajibkan penggunaannya pada kapal perikanan yang

berukuran 30 GT hingga 60 GT. Transmitter ini dipinjamkan oleh pemerintah

kepada kapal perikanan yang telah ditetapkan. Unit transmitter offline yang

dimiliki oleh pemerintah sebanyak 500 unit. Dan baru 400 unit yang dipasangkan

pada kapal perikanan 30 GT hingga 60 GT. Jenis transmitter yang digunakan

dalam transmitter offline sama seperti transmitter online.

Di dalam sistem penggunaannya transmitter offline tidak jauh berbeda

dengan transmitter online. Perbedaan terdapat pada proses pengiriman sinyal data

oleh transmitter dan pemantauan yang dilakukan pengawas. Transmitter offline

tidak mengirimkan sinyal data melalui satelit. Transmitter ini hanya menyimpan

data kegiatan yang telah dilakukan oleh kapal perikanan.

Kapal perikanan yang memasang transmitter offline akan menjalani

pemeriksaan oleh pengawas perikanan. Sesampainya di pelabuhan pangkalan,

transmitter offline yang dipasang pada kapal perikanan akan diolah data-datanya.

Pengawas perikanan mendatangi kapal dengan transmitter offline untuk melihat

apa saja yang telah dilakukan kapal selama melakukan operasi. Data dari

transmitter ditransfer ke laptop pengawas perikanan. Dari data-data tersebut

pengawas akan melihat kegiatan kapal. Pengawas akan menganalisis kegiatan

tersebut, apa ada indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh kapal tersebut. Jika

dari hasil analisis terbukti kapal melakukan pelanggaran, maka pengawas tersebut

Page 69: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

56

berkewajiban menindak dan membuat berita acaranya. Pengawas lapangan akan

menyerahkan berkas tersebut kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Keterampilan dan kemampuan dari pengawas perikanan di pelabuhan sangat

dibutuhkan. Hal ini dikarenakan proses kegiatan kapal penangkapan yang

dilakukan cukup lama, jadi pengawas harus menganalisa seluruh kegiatan dari

awal keberangkatan hingga kapal tersebut kembali ke pelabuhan.

4.1.6 Website Vessel Monitoring System (VMS)

Website Vessel Monitoring System (VMS) merupakan alat komunikasi yang

disediakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai layanan fasilitas

untuk para perusahaan atau pemilik kapal yang telah mengikuti program VMS.

Website ini beralamat di http://dkpVMS.dkp.go.id dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sistem informasi ini memungkinkan perusahaan perikanan untuk memantau kapal

perikanan yang dimilikinya tanpa memandang letak geografisnya. Website ini

dapat digunakan untuk melakukan kegiatan pemantauan kapal perikanan dengan

mengakses internet kapanpun dan di manapun pengguna berada.

Fasilitas website VMS hanya bisa digunakan oleh perusahaan atau pemilik

kapal yang telah memiliki user account dan password. User account dan

password diberikan oleh sekretariat VMS kepada pemilik kapal setelah terlebih

ahulu mendaftarkan transmitternya. User account dan password tersebut pribadi

dan rahasia, maka pemilik kapal hanya dapat melihat posisi kapal perikanannya

sendiri. Kapal milik orang lain tidak dapat terpantau atau dilihat dengan password

yang berbeda.

User dan password tidak boleh digunakan sembarangan dan harus dijaga

kerahasiaannya. Tata tertib pengguna user dan password adalah sebagai berikut:

1) User dan password diberikan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan kepada pengusaha atau

pemilik kapal dalam amplop tertutup dan dikirim langsung untuk

dipergunakan sebagaimana mestinya;

2) User dan password tidak boleh diberitahukan kepada pihak lain;

Page 70: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

57

3) User dan password menjadi tanggung jawab perusahaan perikanan atau

pemilik kapal dan pengelola (DKP) tidak bertanggung jawab atas pemberian

password yang telah diseahkan ke user; dan

4) Administrator Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dapat melakukan perubahan user dan

password apabila dianggap perlu dan perusahaan perikanan atau pemilik

kapal diberitahukan perubahan tersebut dalam amplop tertutup yang

dikirimkan secara langsung.

Pada halaman daftar kapal terdapat empat menu dengan masing-masing

kegunaan sebagai berikut :

1) Available unit, adalah daftar nama kapal yang memasang transmitter.

Memilih lebih dari satu kapal gunakan tombol SHIFT atau CTRL disertai

dengan klik kiri mouse;

2) Position labeling, adalah menampilkan informasi label di posisi peta;

3) History mode, adalah menampilkan sejarah pergerakan kapal; dan

4) Centre on mobile, adalah untuk menampilkan posisi di peta.

Di bawah peta terdapat toolbar yang berisikan sekumpulan tombol perintah

untuk navigasi peta seperti terlihat pada Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3 Toolbar website VMS

No Nama tombol Keterangan

1 Zoom into selected

point or region

Untuk memperbesar target atau daerah. Gunakan

klik kiri mouse atau membuat seleksi daerah

2 Zoom away from

selected point

Untuk memperkecil target atau daerah. Gunakan

klik kiri mouse

3 Click to recentre Untuk membuat target berada di tengah-tengah

layar jendela peta

4 Pan map Untuk menggeser peta

5 Measure distance Mengukur jarak

6 Position Informasi posisi di peta

Sumber: Ditsarpras pengawasan, 2008

Page 71: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

58

4.1.7 Pelanggaran

1) Bentuk pelanggaran

Di dalam penggunaan transmitter pada kapal perikanan masih banyak

ditemukan pelanggaran yang dilakukan. Bentuk-bentuk pelanggaran tersebut

diantaranya :

(1) Tidak memasang transmitter VMS bagi kapal perikanan 60 GT keatas dan

seluruh kapal asing.

(2) Memasang transmitter tetapi tidak memberikan informasi secara terus

menerus dengan periode waktu setiap jam sekali.

(3) Memasang transmitter tetapi dengan sengaja tidak mengaktifkan seperti :

1) Melakukan pemutusan arus listrik dengan sengaja, sehingga transmitter

tidak berfungsi dan tidak dapat terpantau di Pusat Pemantauan Kapal

Perikanan.

2) Melakukan sesuatu terhadap transmitter dan peralatan pendukungnya

seperti menutup transmitter dengan sesuatu atau karena perlakuan lain,

sehingga mengakibatkan transmitter tidak dapat terpantau di Pusat

Pemantauan Kapal Perikanan

(4) Tidak mendaftarkan transmitter (yang dilengkapi nomor ID, nomor seri,

jenis, tipe, merk, spesifikasi, provider, dokumen pembelian, dokumen

pembayaran airtime, bukti aktivasi dari provider), kepada Direktorat Jenderal

Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang

dipasang pada kapal perikanan berukuran di atas 60 GT dan seluruh Kapal

Ikan Asing.

(5) Tidak melengkapi Surat Keterangan Aktivasi Transmitter yang dikeluarkan

oleh Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan (Form FMC 1) untuk kapal perikanan di atas 60 GT dan

seluruh Kapal Ikan Asing.

(6) Tidak melaporkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, sesuai dengan waktu yang ditetapkan

pada saat docking kapal, penggantian transmitter, penggantian surat izin,

perubahan pemilik, nama fungsi, dan keagenan kapal perikanan, proses

Page 72: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

59

penegakan hukum yang sedang dijalani, tidak beroperasinya kapal perikanan,

tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan dan force majeure.

(7) Tidak melaporkan perubahan kepemilikan, keagenan, nama, spesifikasi, dan

perizinan kapal perikanan, serta perubahan nomor ID transmitter, kepada

Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan.

2) Pelanggaran operasional kapal perikanan

Pelanggaran operasional kapal perikanan adalah pelanggaran yang

dilakukan oleh kapal perikanan terhadap ketentuan-ketentuan perizinan dan

ketentuan-ketentuan lain yang berlaku yang dapat diketahui dari hasil pemantauan

VMS terhadap kapal perikanan yang telah memasang transmitter seperti :

(1) Perizinan (SIPI/SIKPI/SIUP);

(2) Dokumen kapal/Spesifikasi;

(3) Wilayah penangkapan;

(4) Wilayah tertutup/terbatas;

(5) Alat tangkap; dan

(6) Indikasi pelanggaran seperti ; transshipment, ketaatan berlabuh di pelabuhan

pangkalan, dan lain-lain.

Gambar 14 berikut merupakan contoh pola pergerakkan kapal melakukan

pelanggaran pair trawl yang berhasil terdeteksi. Dan pada Tabel 4 merupakan

data ketaatan kapal berpangkalan berdasarkan SLO tahun 2008.

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 14 Pola pergerakan kapal melakukan pelanggaran pair trawl.

Page 73: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

60

Tabel 4 Ketaatan kapal berpangkalan berdasarkan SLO tahun 2008

N0 Pelabuhan

Jumlah kapal

yang

memiliki izin

berpangkalan

Jumlah

ketaatan kapal

berpangkalan Kapal yang

tidak

berpangkalan

Tingkat

ketaatan

(%) Sesuai

izin

Tidak

sesuai

izin

1 PPS Belawan 249 203 9 46 81,53

2 PPS Bungus 109 7 28 102 6,42

3 PPS Cilacap 365 65 7 300 17,81

4 PPS Nizam

Zachman

1528 394 202 1134 25,79

5 PPN Pemangkat 59 50 12 9 84,75

6 PPN Pekalongan 407 246 70 161 60,44

7 PPN Kejawanan 20 15 6 5 75,00

8 PPN Sibolga 326 268 11 58 82,21

9 PPN Pelabuhan

Ratu

54 4 32 50 7,41

10 Juwana 187 104 76 83 55,61

11 Tegalsari/Tegal 105 33 16 72 31,43

12 PU Probolinggo 178 92 15 86 51,69

13 Tanjung Pandan 13 0 5 13 0

14 Sungai Liat 7 0 14 7 0

15 Sei Rengas 90 10 23 80 11,11

16 Batam 323 133 2 190 41,18

17 Natuna/Ranai 62 24 5 38 38,71

18 TB Asahan 68 46 40 22 67,65

19 Muara Angke 59 15 74 44 25,42

20 PPN Bitung 1306 444 33 862 34,00

21 PPS Kendari 345 73 20 272 21,16

22 PPN Ambon 1933 227 11 1706 11,74

23 PPN Ternate 332 1 0 331 0,30

24 PPN Tual 1207 142 8 1065 11,76

25 Pel. Benoa 1674 618 32 1056 36,92

26 Pel. Benjina 334 139 26 195 41,62

27 PPP Kupang 363 87 15 276 23,97

28 PPP Merauke 1079 92 24 997 8,53

29 PPP Sorong 525 126 16 399 24,00

30 Pel. Dobo 407 67 54 340 16,46

31 Pel Biak 425 33 3 392 7,76

32 Kaimana Avona 96 30 20 66 31,25

33 Melanguane 14 5 0 9 35,71

34 Timika 87 13 6 74 14,94

Sumber: P2SDKP, 2008

Page 74: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

61

3) Proses penanganan pelanggaran

Proses penanganan pelanggaran kapal perikanan yang telah terjadi yaitu

dengan :

(1) Dilakukan proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan

mengenakan sanksi administratif dan sanksi pidana; dan

(2) Dilakukan pemantauan terhadap tindak lanjut penanganan pelanggaran.

4.1.8 Sanksi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

No.PER.03/MEN/2007, tentang Surat Laik Kapal Perikanan

1) Sesuai dengan pasal 10 dinyatakan bahwa : bagi kapal perikanan yang

dinyatakan tidak memenuhi persyaratan adminitrasi dan kelayakan teknis

operasional, tidak diterbitkan Surat Laik Operasi (SLO);

2) Bagi kapal perikanan yang tidak memenuhi syarat untuk diterbitkan SLO,

pengawas perikanan merekomendasikan kepada syahbandar untuk tidak

menerbitkan Surat Izin Berlayar (SIB);

3) Sesuai dengan pasal 8 dinyatakan bahwa: persyaratan kelayakan teknis

operasional, diantaranya keberadaan dan keaktifan alat pemantau perikanan;

serta

4) Dengan demikian apabila kapal perikanan tidak dilengkapi dengan

transmitter atau dilengkapi transmitter tetapi tidak aktif/ tidak dapat terpantau

di pusat pemantauan kapal perikanan, maka tidak diterbitkan SLO

Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

PER.05/MEN/2007, tentang Penyelenggaran Sistem Pemantauan Kapal Perikanan

Departemen Kelautan dan Perikanan dapat memberikan sanksi apabila orang atau

badan hukum atau pengusaha atau pemilik kapal melakukan pelanggaran dalam

pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan, dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan kapal perikanan

berukuran 60GT ke atas dan seluruh kapal perikanan asing yang tidak

dilengkapi transmitter dikenakan sanksi pidana berdasarkan pasal 100

undang-undang no. 31 tentang perikanan;

Page 75: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

62

2) Setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan kapal perikanan

berukuran 60GT ke atas dan seluruh kapal perikanan asing yang tidak

mengaktifkan transmitter secara terus menerus dan membayar air time

dikenakan sanksi pidana berdasarkan pasal 100 Undang-Undang No. 31

tentang perikanan.

3) Bagi pengguna transmitter yang:

(1) Tidak mendaftarkan transmitter (yang dilengkapi no. ID, no. Seri, jenis,

tipe, merk, spesifikasi, provider, dokumen pembelian, dokuman

pembayaran air time, bukti aktifasi dari provider), kepada Direktorat

Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan

dan Kelautan yang dipasang pada kapal perikanan berukuran di atas

60GT dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 undang-undang

no. 31 tentang perikanan;

(2) Tidak melakukan perubahan kepemilikan, keagenan, nama, spesifikasi

dan perizinan kapal perikanan, serta perubahan ID transmitter kepada

Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan

Perikanan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 Undang-

Undang No. 31 tentang perikanan; serta

(3) Menggunakan kapal perikanan berukuran di atas 60 GT dan seluruh

kapal perikanan asing yang dilengkapi SIPI dan/atau SIKPI tetapi tidak

dilengkapi surat keterangan aktivasi transmitter yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan

Perikanan (FORM FMC 1), dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal

100 Undang-Undang No. 31 tentang perikanan.

4) Bagi pengguna transmitter yang:

(1) Tidak memberi informasi posisi kapal perikanan ke pusat pemantauan

kapal perikanan, Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya kelautan perikanan, sekurang-kurangnya setiap jam sekali

kecuali dalam keadaan docking dan/atau kapal perikanan sedang tidak

beroperasi, dikenakan sanksi adminitratif berupa penerbitan surat

peringatan I, II, dan III disertai surat rekomendasi pencabutan izin

Page 76: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

63

dan/atau sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 Undang-Undang No. 31

tentang perikanan.

(2) Tidak melaporkan kepada Direktorat Jendral Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan mengenai hal-hal yang

terkait dengan kapal dan/atau transmitter sesuai dengan batas waktu yang

ditetapkan seperti :

a) Docking kapal, selambat-lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan

docking;

b) Penggantian transmitter, selambat-lambatnya satu minggu sebelum

dilaksanakan penggantian;

c) Penggantian surat izin, selambat-lambatnya satu bulan sebelum

dilaksanakan penggantian;

d) Perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan

selambat-lambatnya satu minggu sebelum dan satu minggu sesudah

dilaksanakan perubahan;

e) Proses penegakan hukum yang sedang dijalani, selambat-lambatnya

dua hari sejak dimulai penyelidikan;

f) Tidak beroperasinya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu

minggu sejak kapal tidak beroperasi;

g) Tidak diperpanjang izinnya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu

bulan sebelum habisnya masa berlaku izin; dan

h) Force Majeure, selambat-lambatnya satu minggu sesudah kejadian

dilengkapi dengan laporan kejadian dan berita acara dari pihak

berwajib.

Sanksi administratif akan dikenakan berupa surat peringatan I, II dan III

disertai surat rekomendasi pencabutan izin dan/atau sanksi pidana sesuai dengan

pasal 100 Undang-Undang No. 31 tentang perikanan

5) Sanksi administratif dan/atau pidana sebagai mana yang dimaksud pada ayat

(3), dikenakan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Diberikan peringatan I oleh Direktorat Jendral Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan;

Page 77: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

64

(2) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak

terbitnya peringatan tertulis I, pengguna transmitter tidak melaksanakan

isi peringatan tertulis I, diberikan peringatan II;

(3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak

terbitnya perimgatan tertulis II, pengguna transmitter tidak melaksanakan

isi peringatan tertulis I, diberikan peringatan III, disertai dengan

rekomendasi pencabutan izin kepada Direktur Jendral Pengawasan dan

Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan tidak menerbitkan Surat

Laik Operasi; dan

(4) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak

terbitnnya perimgatan tertulis III, pengguna transmitter tidak

melaksanakan isi peringatan tertulis III dan Direktur Jendral Perikanan

Tangkap tidak mencabut izin, penyidik pegawai negeri sipil perikanan

berhak menahan izin kapal perikanan yang bersangkutan dan dilakukan

proses hukum berdasarkan pasal 100 Undang-Undang No. 31 tentang

perikanan.

6) Sanksi terhadap penggunaan transmitter milik negara:

(1) Kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya transmitter maka

perusahaan atau pemilik kapal atau agen perusahaan dikenakan sanksi

berupa penggantian tranmitter baru;

(2) Kerusakan yang terjadi pada keseluruhan ataupun bagian-bagian dari

transmitter, maka pihak pengguna wajib memperbaiki dan/atau

mengganti dengan transmitter baru; dan

(3) Kehilangan transmitter karena berbagai sebab, termasuk force majeure,

maka pihak pengguna wajib mengganti dengan transmitter baru yang

sejenis

Page 78: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

65

4.2 Pembahasan

4.2.1 Persepsi pelaku perikanan

Di dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan (VMS) di

Indonesia, banyak ditemukan pendapat-pendapat atau persepsi dari para pelaku

perikanan. Dari mereka dapat diketahui berbagai hal teknis dalam pelaksanaan

VMS, baik itu berupa kelebihan maupun kekurangan yang ditimbulkan dari

program ini. Dan itu semua di dapat dari pengalaman-pengalaman mereka selama

berpartisipasi dalam program VMS.

Salah satu kekurangannya adalah biaya yang harus mereka keluarkan untuk

kepartisipasian dalam program ini menurut mereka dinilai terlalu mahal. Mereka

harus membeli transmitter untuk dipasang pada kapal mereka yang harga satu

unitnya berkisar dua puluh juta hingga tiga puluh juta rupiah. Biaya airtime yang

harus dibayarkan setiap satu tahunnya yang juga tidak kecil yaitu berkisar enam

juta hingga delapan juta rupiah pertahunnya. Biaya ini tentunya akan menambah

biaya tetap dan biaya operasional penangkapan ikan. Menurut kebanyakan kapten

dan ABK kapal, biaya ini masih terlalu mahal karena dengan bertambahnya biaya

ini akan mengurangi pendapatan mereka.

Selain biaya pembelian dan pembayaran airtime, biaya tersebut akan

bertambah jika terjadi kerusakan terhadap transmitter. Kerusakan yang terjadi

akan menjadi tanggung jawab pemilik kapal. Kerusakan transmitter tersebut

harus segera diperbaiki oleh provider. Perbaikan ini tentunya akan mengeluarkan

biaya perbaikan. Biaya perbaikkan untuk teknisinya sekitar satu juta lima ratus

ribu rupiah per satu kali perbaikkan. Biaya tersebut belum termasuk dengan

komponen yang harus diganti jika terdapat yang rusak. Karena dalam setiap

pembelian tidak berlaku garansi yang diberikan pihak provider. Jika transmitter

tersebut tidak dapat diperbaiki, maka harus diganti dengan yang baru. Dengan

demikian akan terus menambah biaya yang harus dikeluarkan pemilik kapal.

Menurut pengawas perikanan di pelabuhan bahwa pada awal pelaksanaan

periode kedua program vessel monitoring system, banyak ditemukan terjadinya

kerusakan transmitter. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh kejadian force

majeure atau lebih sering dikarenakan kondisi kapal yang tidak mendukung.

Kerusakan yang sering dialami adalah putusnya sikring pada transmitter atau

Page 79: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

66

kabel yang putus karena gigitan tikus. Hal ini dapat terjadi karena kondisi wheel

house yang terlalu berantakan disekitar transmitter. Seharusnya kejadian ini tidak

harus terjadi jika saja terdapat pengetahuan yang cukup dari kapten kapal ataupun

ABK.

Transmitter yang tidak aktif di tengah laut sering dianggap bahwa sengaja

dilakukan oleh kapten kapal. Akan tetapi tidak semuanya kejadian tersebut benar,

karena sering ditemukan kapal yang transmitternya mati bukan karena sengaja

dimatikan akan tetapi kapten atau ABK kapal tidak tahu kalau transmitternya

telah tidak aktif. Jika seperti ini keadaannya akan menghalangi kegiatan

penangkapan, karena transmitter pada kapal tersebut harus segera diperbaiki dan

jika tidak kapal harus segera merapat ke pelabuhan terdekat yang selanjutnya

dilakukan perbaikan oleh pengawas perikanan di pelabuhan tersebut.

Kerusakan tersebut harusnya dapat diatasi sendiri oleh kapten ataupun ABK

kapal perikanan. Namun karena kurangnya pengalaman dan sosialisasi kepada

mereka dalam menangani kerusakan kecil transmitter diatas kapal, membuat

mereka merasa takut untuk bertindak. Walaupun telah terdapat panduan

pemeliharaan transmitter yang diberikan oleh pihak provider, mereka tetap tidak

mengetahui cara pelaksanaannya. Hal ini disebabkan tidak adanya tindakan

langsung dalam latihan penanganan pemeliharaan transmitter.

Salah satu pemilik kapal yang juga merupakan anggota Asosiasi Tuna

Longline Indonesia (ATLI) menyatakan bahwa kewajiban menggunakan

transmitter sangat berpengaruh besar terhadap usaha perikanannya. Setiap kapal

penangkapan ikan tuna untuk ekspor wajib memiliki transmitter. Hal ini

disebabkan ikan tuna yang ditangkap oleh kapal yang tidak memiliki transmitter

akan dikembalikan kembali atau ditolak untuk pasar ekspor. Ketetapan ini sudah

menjadi keputusan atau peraturan dalam asosiasi tuna longline dunia.

Pemeriksaan yang dilakukan pengawas perikanan terhadap kapal perikanan

di tengah laut, menurut salah satu kapten kapal mengatakan bahwa pemeriksaan

pertama kali adalah pengecekan transmitter. Saat ini pemeriksaan kapal lebih

diutamakan kelengkapan transmitter yang dimiliki kapal ukuran 30 GT ke atas.

Pengecekan ini untuk mengetahui kondisi transmitter yang telah terpasang. Jika

di kapal tidak dilengkapi transmitter atau transmitter tidak aktif, maka pengawas

Page 80: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

67

langsung melakukan hendrik (kegiatan membawa kapal perikanan ke pelabuhan

terdekat oleh pengawas kapal perikanan yang terbukti melakukan pelanggaran)

terhadap kapal tersebut.

Ketika dalam penerimaan sinyal dari unit transmitter setelah dilakukan

pemasangan di atas kapal terdapat pula kendala yang dihadapi. Menurut

pengawas perikanan di pelabuhan, bahwa sering terjadi keterlambatnya

penerimaan sinyal oleh pusat pemantauan kapal perikanan dalam menerima sinyal

dari transmitter yang telah diaktifkan. Kendala tersebut seharusnya tidak terjadi,

karena setelah dilakukan pengecekan kepada pihak provider, bahwa transmitter

tersebut telah terpantau oleh provider. Kendala tersebut akan merugikan pihak

nelayan. Terjadinya hal ini akan menghambat kegiatan penangkapan.

Pemilik kapal sesekali mengecek posisi kapalnya. Akan tetapi tampilan

gambar yang ada menurutnya masih sangat kurang. Tampilan yang hanya

berbentuk titik dan garis pola pergerakkan belum sepenuhnya dapat mewakili

kegiatan kapal tersebut. Mereka belum mengetahui cara mengartikan tampilan

tersebut. Beda halnya jika tampilan tersebut berupa gambar asli yang direkam

oleh satelit. Seperti salah satu program internet Google Earth yang pernah

mereka lihat. Tampilan gambar yang disajikan dapat memperlihatkan keadaan

muka bumi dari satelit. Jika seperti ini tentunya akan membantu mereka melihat

kapalnya di laut.

Pengawas perikanan berpendapat bahwa program VMS tidak dapat

mengurangi praktek IUU fishing yang dilakukan oleh kapal perikanan. Menurut

mereka jika hanya mengandalkan VMS untuk mengurangi illegal fishing sangat

kecil peluangnya. Setiap kapal perikanan akan terus mencari cara untuk terhindar

dari pengawasan dan akan tetap mencari keuntungan dari sumberdaya ikan yang

ada di Indonesia. Jadi menurut mereka VMS hanya dapat mengawasi pergerakan

kapal. Hasil rekaman pergerakkan dapat sebagai bukti persidangan jika terdapat

kapal yang telah melakukan pelanggaran.

Salah satu tindakan yang dilakukan ABK kapal perikanan agar terhindar

dari pengawasan adalah memindahkan transmitter kepada kapal lain. Menurut

pengawas perikanan bahwa sering ditemui pelanggaran seperti ini. Cara ini yang

sering dilakukan ABK kapal perikanan saat ini. Jadi seharusnya terdapat

Page 81: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

68

perbaikkan dalam instalasi pemasangan dari provider yang membuat agar

transmitter tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan.

Setiap unit transmitter yang dikeluarkan oleh provider juga memiliki

kelemahan. Menurut pengawas perikanan, transmitter-transmitter tersebut

memiliki kelemahan mengirimkan sinyal di wilayah perairan tertentu. Di dalam

pengawasan, transmitter tertentu tidak dapat terdeteksi di pusat pemantauan kapal

perikanan. Seperti argos yang tidak dapat terdeteksi di wilayah perairan timur

Indonesia. Hal ini karena posisi satelit yang orbit lintasannya tidak dapat

mendeteksi daerah tersebut. Jika seperti ini tentunya akan menghambat proses

pengawasan. Oleh karena itu kapal perikanan yang wilayah operasi

penangkapannya di daerah tersebut harus memasang transmitter yang dapat

terdeteksi di daerah tersebut.

Manfaat yang seharusnya diterima juga sangat kurang atau tidak dirasakan

langsung oleh pengguna transmitter. Menurut beberapa nelayan bantuan sering

terlambat ataupun tidak ada bantuan sama sekali ketika terjadi masalah terhadap

kapalnya. Hal ini membuat pengguna transmitter merasa tidak mendapatkan

keuntungan dari pemasangan transmitter. Selain itu manfaat yang diberikan dari

VMS yaitu pemilik dapat memantau kapalnya bagi mereka tidak berpengaruh

besar. Menurut mereka hal semacam itu dapat mereka lalukan dengan radio

komunikasi ataupun telepon selular. Cara ini cukup mudah dilakukan dan murah.

Jika dilihat tingkat pengetahuan tentang VMS dari nelayan pemilik kapal,

kapten, maupun ABK kapal sangat berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5

berikut ini:

Tabel 5 Tingkat pengetahuan tentang VMS

Sangat tidak

mengetahui Mengetahui

Sangat

mengetahui Jumlah

Nelayan ABK 15 5 0 20

Nakhoda 4 4 2 10

Pemilik 0 2 3 5

Berdasarkan Tabel 5 diatas, masih banyak ditemukan kekurang-pahaman

dari para pelaku perikanan seperti pemilik kapal, nakhoda, serta ABK kapal.

Hasil wawancara yang dilakukan pada kapal perikanan di PPS Nizam Zachman

Page 82: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

69

menunjukkan bahwa masih banyak pelaku perikanan tidak mengetahui maksud,

tujuan, maupun manfaat dari sistem pemantauan kapal perikanan ini.

Hasil wawancara sebanyak lima belas orang dari dua puluh responden pada

posisi sebagai ABK dihasilkan bahwa mereka sangat tidak mengetahui tentang

VMS. Lima orang ABK lainnya mengetahui VMS. Akan tetapi tingkat

kepahaman mereka hanya sebatas tentang fungsinya. Mereka mengatakan bahwa

VMS dapat menampilkan posisi kapal mereka di layar monitor. Pengetahuan ini

mereka dapat dari informasi yang berasal dari kapten kapal mereka.

Hal yang sama terjadi pada posisi nakhoda atau kapten kapal. Tingkat

pemahaman mereka tentang VMS masih belum terlalu banyak. Dari sepuluh

orang responden pada posisi nakhoda, terdapat empat orang sangat tidak

mengetahui, empat orang mengetahui, dan dua orang yang sangat mengetahui.

Mereka mendapatkan pengetahuan tentang VMS dari lingkungan dan pemilik

kapal. Dua orang nakhoda yang sangat mengetahui tentang VMS mengatakan

bahwa tidak ada sosialisasi yang diberikan tentang VMS. Akan tetapi mereka

telah mengetahui fungsi, cara kerja, dan manfaat yang dapat diterima dengan

pemasangan transmitter pada kapalnya. Di lain pihak pemahaman tentang VMS

yang dimiliki oleh pemilik kapal sangat berbeda dengan nakhoda ataupun kapten

kapal. Fungsi, tujuan, manfaat, bahkan cara kerja sistem ini cukup mereka

ketahui. Teknologi informasi yang membantu pemilik kapal mengetahui semua

tentang VMS.

4.2.2 Persepsi peneliti

Vessel monitoring system (VMS) memiliki fungsi dan manfaat untuk

memantau kapal perikanan yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia. Di

dalam PERMEN No PER. 05/MEN/2007 tentang penyelenggaraan sistem

pemantauan kapal perikanan terdapat empat tujuan penyelenggaraan. Keempat

tujuan tersebut telah terlaksana dengan baik yang menjadi kelebihan sistem ini.

Selain kelebihan yang diperoleh, jika dilihat pada pelaksanaannya masih banyak

kekurangan atau kendala yang terjadi. Kendala tersebut terjadi di tingkat

pengguna maupun di tingkat pengawasan.

Page 83: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

70

Tujuan pertama yaitu meningkatkan efektivitas pengelolaan sumberdaya

ikan melalui pengendalian dan pemantauan terhadap kapal perikanan hingga saat

ini sudah dijalankan dengan baik. Dengan pemasangan transmitter pada kapal

perikanan akan memudahkan pemantauan kapal perikanan yang akan berdampak

langsung terhadap peningkatan efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan. Akan

tetapi terdapat pula kelemahan dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Pemantauan

terhadap kapal ikan belum sepenuhnya dapat mengelola sumberdaya ikan. Masih

sering ditemukan pelanggaran yang dilakukan kapal perikanan dalam operasinya.

Kapal ikan melakukan pelanggaran dengan memanfaatkan kelemahan dari

sistem ini, seperti mematikan transmitter ditengah laut. Pusat pemantauan kapal

perikanan mengetahui hal ini dan mengirimkan surat peringatan kepada pemilik

kapal untuk disampaikan kepada kapten kapalnya. Tetapi apakah transmitter

yang tidak aktif benar karena kerusakan yang terjadi di atas kapal atau memang

kesengajaan yang dilakukan kapal perikanan. Di dalam kasus ini pengawas di

FMC hanya mengawasi dan tidak dapat bukti, maka VMS belum sepenuhnya

efektif dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Tujuan yang kedua meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha perikanan

yang dilakukan oleh perusahaan perikanan. Sebelum VMS dilaksanakan di

Indonesia, para pengusaha perikanan yang dalam hal ini adalah pemilik kapal,

tidak dapat mengetahui keberadaan dan kondisi kapal mereka ketika melakukan

operasi penangkapan. Komunikasi yang dilakukan hanya dengan menggunakan

radio atau telepon satelit. Ini tidak membantu banyak dalam mengetahui

keberadaan kapalnya.

Salah satu pelaksanaannya adalah dengan memberikan fasilitas website

VMS yang dikelola oleh Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan. Website

tersebut akan menampilkan pergerakan dan posisi kapal perikanan di perairan

Indonesia. Tujuan tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan perikanan.

Efeknya sudah cukup dirasakan oleh perusahaan perikanan, akan tetapi masih

terdapat sedikit kekurangan. Tampilan yang menggambarkan pola garis

pergerakan kapal menyulitkan perusahaan perikanan mengartikannya. Perlu

dilakukan sosialisasi kepada pengguna website dalam mengartikan maksud pola

pergerakan tersebut, serta perbaikkan tampilan gambar di website.

Page 84: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

71

Tujuan ketiga meningkatkan ketaatan kapal perikanan yang melakukan

kegiatan penangkapan dan/atau pengangkutan ikan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini ketaatan hanya terjadi dengan

pemasangan transmitter pada kapal perikanan yang melakukan operasi

penangkapan ikan di Indonesia. Pelaksanaan operasi perikanan di laut, masih

banyak pelanggaran yang dilakukan kapal perikanan. Di dalam penangkapan,

masih terdapat kapal perikanan yang berusaha mencari cara untuk terhindar dari

pengawasan. Hal ini disebabkan tujuan mereka mencari ikan sebanyak mungkin.

Jadi peningkatkan efektivitas ketaatan kapal perikanan tidak akan terlaksana

dengan program ini, jika tidak ada kerjasama dari kapal perikanan tersebut.

Tujuan keempat memperoleh data dan informasi tentang kegiatan kapal

perikanan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab

dan berkelanjutan. Tujuan keempat ini telah terlaksana dengan baik.

Terpasangnya transmitter pada kapal perikanan akan diperoleh data dan informasi

mengenai posisi dan pergerakan kapal. Hal tersebut akan membantu pengelolaan

sumberdaya perikanan.

Berdasarkan empat tujuan dari penyelengaraan sistem pemantauan kapal

perikanan yang dilakukan oleh DKP hanya tiga tujuan dirasakan dapat terlaksana

dengan baik. Ketiga tujuan tersebut seperti meningkatkan efektivitas pengelolaan

sumberdaya ikan melalui pengendalian dan pemantauan terhadap kapal perikanan,

meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha perikanan yang dilakukan oleh

perusahaan perikanan, dan memperoleh data dan informasi tentang kegiatan kapal

perikanan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab

dan berkelanjutan. Hal ini menjadi suatu manfaat yang diterima oleh pemerintah

dari pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan. Sedangkan apa yang

menjadi manfaat bagi pemilik kapal dengan mengikuti program ini.

Di dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan manfaat bagi

pengusaha/pemilik kapal menurut Mukhtar (2008) terdapat dua yaitu dapat

memanfaatkan informasi dari Vessel Monitoring System untuk memantau

keberadaan dan perilaku kapal di laut melalui website dan dapat memanfaatkan

informasi Vessel Monitoring System untuk keadaan darurat (pembajakan,

kebakaran, tenggelam dan lain-lain). Akan tetapi hingga saat ini pemilik kapal

Page 85: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

72

hanya menerima satu dari dua manfaat yaitu memudahkan pemantauan kapalnya

ketika beroperasi. Sedangkan jika terjadi kecelakaan atau sesuatu hal yang

menimpa tidak dengan cepat bantuan yang dijanjikan datang ke lokasi.

Berdasarkan perbandingan jumlah manfaat yang diperoleh antara

pemerintah dan pemilik kapal/nelayan sangat tidak berimbang. Jumlah manfaat

yang diperoleh pemerintah lebih banyak dibandingkan dengan pemilik kapal. Jika

dilihat dari pelaksanaannya pemerintah hanya sebagai pengelola sistem,

sedangkan pemilik kapal sebagai pengguna yang harus mengeluarkan biaya

pembelian transmitter dan pembayaran airtime setiap tahunnya.

Pemilik kapal merasa dengan penggunaan transmitter sangat tidak

menguntungkan. Karena dengan penambahan penggunaan transmitter di kapal,

akan meningkatkan beban biaya operasional. Selain itu kerahasiaan operasi

penangkapan yang dilakukan kapal perikanan akan mudah diketahui.

Kenyataannya setiap kapal menginginkan daerah penangkapan ikan yang

menguntungkan tidak diketahui oleh kapal lain. Oleh karena itu pelaksanaan

sistem ini dirasakan masih belum dapat terlaksana dengan baik dan tidak mampu

menguntungkan pemerintah dan pelaku perikanan, sehingga kekurangan masih

terjadi dalam sistem pemantauan kapal perikanan.

Berdasarkan hasil observasi masih banyak ditemukan kekurangan atau

hambatan dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan. Seperti dalam

pemasangan dan pendaftaran transmitter. Prosedur yang harus dilakukan oleh

perusahaan perikanan terlampau lama dan rumit. Ketika mendaftarkan

transmitter, pengguna harus mendaftarkannya sekretariat VMS gedung

Departemen Kelautan dan Perikanan. Akan menggangu atau mempersulit kapal

atau pemilik yang berada jauh dari Departemen Perikanan dan Kelautan dalam

mendaftarkan transmitternya. Ini menjadi hambatan besar bagi perusahaan

perikanan.

Ketika pendaftaran transmitter untuk mendapatkan SKAT juga harus

menunggu transmitter pada kapalnya dapat terpantau di Pusat Pemantauan Kapal

Perikanan. Server yang terlambat atau tidak dapat menerima sinyal akan

menghambat kapal yang akan melakukan operasi. Padahal transmitter telah

diaktifkan dan dapat terpantau pada monitor provider.

Page 86: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

73

SKAT yang dikeluarkan harus disahkan dengan ditandatangani oleh

Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan. Akan tetapi akan menjadi satu

hambatan lagi bagi pengguna transmitter jika direktur tidak berada ditempat atau

sedang menjalani tugas lain. Kapal yang seharusnya sudah dapat berangkat

beroperasi menjadi terhambat dengan terjadinya hal ini. Jika hambatan-hambatan

tersebut dapat diminimalisir atau tidak ada sama sekali akan membantu cepatnya

proses pemasangan dan pendaftaran transmitter. Oleh karena itu perlu dilakukan

perbaikan sistem ini.

Transmitter negara yang dipinjam oleh pemilik kapal terdapat prosedur

yang merumitkan para peminjam. Peminjam harus melakukan permohonan izin

peminjaman yang rumit. Transmitter milik negara yang seharusnya membantu

nelayan yang tidak mampu membeli transmitter, kini merasa disusahkan dengan

prosedur yang rumit.

Pengguna transmitter langsung dalam hal ini adalah kapten dan ABK kapal

sering dipersulit jika transmitternya rusak. Kurangnya sosialisasi kepada kapten

atau ABK kapal membuat pelaksanaanya terhambat. Meskipun telah terdapat

panduan pemeliharaan dan perbaikan transmitter, mereka masih segan atau takut

bertindak untuk memperbaiki. Hal ini karena mereka tidak mengetahui maksud

dan cara penanganannya jika hanya dengan membaca panduan. Komponen-

komponen pada transmitter belum mereka ketahui. Jadi jika terjadi kerusakan,

kapten kapal tidak tahu komponen mana yang rusak pada transmitter.

Jarak tempat atau lokasi pengguna transmitter dengan FMC akan menjadi

kendala dalam pelaksanaan sistem ini. Jarak ini akan mempersulit pengguna

ketika akan melakukan perizinan terhadap kapalnya. Pengguna yang berada jauh

akan menggunakan jasa agen yang tentu akan menambah biaya yang dikeluarkan.

Seperti yang banyak terjadi di PPS Nizam Zachman, pemilik kapal yang berada

jauh sedangkan kapalnya berpangkalan di Jakarta akan menggunakan jasa agen

untuk mengurus perizinannya. Jasa agen ini yang selama ini membantu perizinan

kapal yang pemiliknya berada jauh.

Jarak yang menjadi hambatan selama ini mungkin akan dapat teratasi

dengan membuat tempat pengawasan transmitter tersebut di setiap pelabuhan

pangkalan kapal perikanan. Seperti pelaksanaan transmitter offline, bahwa

Page 87: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

74

pengawas perikanan di pelabuhan dapat langsung melihat kegiatan kapal setelah

kapal berlabuh dengan pengawasan langsung ke kapal tersebut. Jika pemantauan

transmitter online juga dilaksanakan di pelabuhan pangkalan dengan terdapat unit

alat pegawasan, tentunya akan mempersingkat waktu penindakan pelanggaran jika

terbukti terdapat pelanggaran.

Proses pengawasan kapal perikanan yang dilakukan di Pusat Pemantauan

Kapal Perikanan dirasakan juga memiliki sedikit kekurangan. Di dalam

pengawasan kapal perikanan hanya dilakukan oleh sepuluh orang operator yang

telah dibagi berdasarkan alat tangkap. Jumlah operator ini dirasakan sangat

kurang jika dilihat kefektifannya. Kapal perikanan yang telah memasang

transmitter pada kapal yang sudah mencapai dua ribu sembilan ratus unit pada

tahun 2008. Jika dilihat maka setiap operator harus mengawasi kapal perikanan

sekitar dua ratus sembilan puluh unit.

Pengawasan terhadap kapal perikanan tiap harinya tidak optimal. Dengan

keterbatasan operator maka pengawasan terhadap satu unit kapal tidak dapat

dilakukan setiap harinya. Dengan begitu akan mengurangi proses pengawasan

kapal perikanan. Kapal yang tidak terawasi pada saat melakukan pelanggaran

tidak akan dapat langsung diambil tindakan penegakkan sanksi.

Kapal perikanan yang telah memasang transmitter tidak menutup

kemungkinan tetap melakukan pelanggaran. Hal ini disebabkan yang terawasi

hanya pola pergerakan kapal dan posisinya. Pelaku perikanan akan mencari cara

untuk tetap melakukan pelanggaran. VMS yang diharapkan dapat menghilangkan

praktek IUU fishing, tidak mungkin dapat terjadi. Hal ini dikarenakan fungsi

sistem ini yang hanya melakukan pengawasan tidak dapat kegiatan yang

dilakukan kapal perikanan secara langsung. Berikut Tabel 6 berisikan jenis tindak

pidana yang dilakukan oleh kapal perikanan selama tahun 2004 hingga 2008.

Page 88: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

75

Tabel 6 Jenis tindak pidana

Jenis tindak pidana

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Tanpa ijin 53 26 29 48 25

Alat tangkap terlarang 70 36 19 3 2

Tanpa ijin dan alat tangkap 9 37 33 25 -

Pemalsuan dokumen 2 - - - -

Dokumen tidak lengkap - - - 15 22

Electrical fishing 1 1 34 - -

Bahan peledak/Bom 9 9 2 1 -

Fishing ground 7 24 8 9 7

Fishing ground dan alat tangkap 14 18 1 1 2

Pengangkutan ikan (transhipment) 5 11 6 2 -

Menampung ikan tidak sesuai SIKPI 4 1 - - -

Tanpa keterangan jenis tindak pidana - 2 - - 3

sTranshipment dan alat tangkap - - 5 - -

Tidak ada transmitter - - - 4 6

Pencurian terumbu karang - - 2 1 -

Alat tangka tidak sesuai ijin (SIPI) - - - 7 10

Jumlah 174 165 139 116 77 Sumber: P2SDKP, 2008

Berdasarkan Tabel 6 tersebut diketahui bahwa terjadi pengurangan tindak

pidana yang dilakukan kapal perikanan. Pengurangan tersebut tidak terjadi hanya

dengan melakukan sistem pemantauan kapal perikanan. Jika dilihat bahwa

pelanggaran yang terjadi sebagian besar adalah tindak pelanggaran yang

kemungkinan bukan karena hasil pengawasan dengan VMS.

Selama tahun 2008, jumlah pengguna transmitter terus bertambah. Dalam

setiap bulannya mulai Januari hingga Desember terdapat peningkatan kapal

perikanan yang memasang transmitter. Pada bulan Januari transmitter yang telah

terpasang berjumlah 1278 unit transmitter dan diakhir tahun yaitu bulan

Desember kapal yang memasang transmitter sebanyak 2902 unit. Seperti yang

dapat dilihat pada Tabel 7 data keaktifan transmitter dan Gambar 15 grafik

keaktifan transmitter berikut :

Page 89: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

76

Tabel 7 Data keaktifan transmitter

Bulan Transmitter terpasang Transmitter aktif Prosentase keaktifan

Januai 1278 871 68

Pebruari 1405 917 65

Maret 1760 1106 63

April 1959 1268 65

Mei 2129 1130 53

Juni 2320 1273 55

Juli 2522 1426 57

Agustus 2638 1403 53

September 2715 1408 52

Oktober 2798 1260 45

November 2863 983 34

Desember 2902 1288 44

Rata-rata prosentase keaktifan 54.5 Sumber: P2SDKP, 2008

Data Keaktifan Transmitter Tahun 2008

0500

100015002000250030003500

Jan

uai

Peb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Juni

Juli

Ag

ust

us

Sep

tem

ber

Ok

tober

No

vem

ber

Des

emb

er

Bulan

Ju

mla

h

Transmitter Terpasang

Transmitter Aktif

Sumber: P2SDKP, 2008

Gambar 15 Grafik keaktifan transmitter tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 7 tersebut dapat dilihat bahwa tingkat keaktifan

transmitter sekitar 54,5%. Jadi walaupun telah terdapat peraturan untuk selalu

mengaktifkan transmitter pada kapal perikanan, masih terdapat kapal yang tidak

mengaktifkan transmitternya. Persentase terbesar hanya sekitar 68% dan terendah

34%. Dari sini terbukti bahwa tidak semua peraturan tersebut dapat terlaksana

seluruhnya.

Page 90: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

77

Berikut disajikan Tabel 8 mengenai kelemahan dan kelebihan yang terjadi

dalam sistem pemantauan kapal perikanan. Kelebihan dan kelemahan tersebut

diperoleh dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan.

Tabel 8 Kelebihan dan kelemahan VMS

Kelebihan Kelemahan

Efektif dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan.

Prosedur pengurusan mengenai

transmitter rumit dan lama.

Membantu perusahaan perikanan

dalam mengetahui kondisi keberadaan

kapal.

Biaya pembelian, airtime, dan

perbaikkan mahal.

Diperoleh data dan informasi kegiatan

kapal perikanan.

Pengetahuan penanganan dan

pemeliharaan transmitter masih

rendah.

Membantu pengawasan perikanan

dalam program MCS.

Penerimaan sinyal oleh pusat

pemantauan kapal perikanan

terganggu.

Dapat menjadi bukti pelanggaran

dalam persidangan.

Tampilan gambar pergerakkan kapal

di website sulit dimengerti.

VMS membantu pengusaha tuna

longline dalam mengekspor ikan.

VMS tidak menghentikan kegiatan

IUU fishing.

Tidak ada manfaat langsung yang

diterima nelayan.

Masih kurang sosialisasi mengenai

VMS.

Page 91: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Sistem kerja Vessel Monitoring System (VMS) dibagi menjadi tiga, yaitu

pemasang yang dilakukan oleh provider atau pengawas lapangan, pemantau

oleh petugas atau operator pengawasan, dan penindak oleh Ditjen P2SDKP.

2) Pengelolaan sistem VMS dilakukan oleh Fisheries Monitoring Centre

(FMC) Jakarta sebagai pusat dan dua Regional Monitoring Centre (RMC) di

Batam dan Ambon sebagai pengelolaan pendukung.

3) Sistem pemantauan kapal perikanan memiliki dua jenis sistem pemantauan

yang diterapkan pada kapal perikanan di Indonesia yaitu pemantauan

dengan sistem transmitter online dan offline yang dibedakan berdasarkan

dengan ukuran GT kapal.

4) Transmitter online berlaku untuk Kapal Ikan Indonesia (KII) berukuran 60

GT ke atas dan semua Kapal Ikan Asing (KIA), sedangkan transmitter

offline berlaku pada kapal berukuran 30 GT hingga 60 GT.

5) Pelaksanaan sistem ini terdapat ketentuan mengenai transmitter yaitu

prosedur pemasangan transmitter, prosedur pengembalian transmitter,

pemeriksaan transmitter, kewajiban pengguna transmitter, serta pengaturan

lain transmitter.

6) Pelanggaran kapal perikanan teknis maupun operasional dikenakan sanksi

berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

PER.05/MEN/2007, tentang penyelenggaraan sistem pemantauan kapal

perikanan.

7) Persepsi pelaku perikanan mengenai VMS berpendapat bahwa sistem ini

memiliki beberapa kelebihan dan masih banyak kekurangannya. Diantara

persepsi tersebut pengusaha perikanan mudah memantau kapalnya.

Pendapat pelaku perikanan lebih banyak menyatakan bahwa VMS lebih

banyak menyulitkan dan merugikan nelayan baik dari pengadaan

transmitter maupun pelaksanaannya.

Page 92: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

79

8) Manfaat yang diterima oleh pemerintah adalah meningkatkan efektivitas

pengelolaan sumberdaya ikan melalui pengendalian dan pemantauan

terhadap kapal perikanan, meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha

perikanan yang dilakukan oleh perusahaan perikanan, dan memperoleh data

dan informasi tentang kegiatan kapal perikanan dalam rangka pengelolaan

sumberdaya ikan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan

9) Manfaat yang diterima pemilik kapal atau nelayan hanya sebatas untuk

memantau keberadaan dan perilaku kapal di laut yang dilakukan melalui

Website.

5.2 Saran

1) Direktorat Perikanan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan hendaknya perlu melakukan perbaikan sistem pemantauan kapal

perikanan dalam proses pengurusan transmitter, proses analisis data

transmitter, pelaksanaan transmitter di kapal dan penampilan gambar pada

website VMS.

2) Perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap pelaku perikanan

(pengusaha, nakhoda, dan ABK kapal) mengenai tujuan, manfaat, cara

teknis pengelolaan, dan perawatan transmitter.

3) Perlu penelitian tentang pengaruh VMS terhadap pelanggaran kapal

perikanan di Indonesia.

Page 93: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

DAFTAR PUSTAKA

Caphlin, J. P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi 5. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001. Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan No: Kep 60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal

Perikanan di ZEEI. Jakarta: DKP.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. UU No. 31 Tentang Perikanan.

Jakarta: DKP

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan No: Permen. 03/MEN/2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal

Perikanan.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan No: Permen. 05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan

Tangkap. Jakarta: DKP.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1994. Pola Pengembangan dan Pengelolaan

Berkelanjutan di ZEEI. Jakarta: Departemen Pertanian. 141 hal.

Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan. 2008. Standar Operasional Prosedur

Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (Vessel Monitoring System). Jakarta:

Departemen Kelautan dan Perikanan. 34 hal.

FAO. 1995. Code of Conduct For Responsible Fisheries. ROMA. 218 hal.

FAO. 1998. Technical Guidelines for Rensponsible Fisheries - Fishing Operaions

- 1 Suppl. 1 - 1. Vessel Monitoring Systems. Roma

Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. England: Fishing News Book.

Handayaningrat. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen CV.

Haji Mas Agung. Jakarta. 172 hal.

Herryanto, D. 2008. Persepsi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Provinsi Jambi. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Latar, A.R. 2004. Strategi Kebijakan Untuk Penanggulangan Kegiatan IUU

Fishing di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia Utara Papua

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

Page 94: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

81

Leavitt, Hj. 1978. Psikologi Manajemen. Muslichah Zarkasi, penerjemah. Jakarta:

Erlangga. Terjemahan dari: Managerial Psychology.

Mansur, A. 2007. Kinerja Pengawasan Kapal Perikanan (Studi Kasus di

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta). [Tesis]. Bogor:

Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Mukhtar. 2008. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan

(Vessel Monitoring Sistem). [terhubung tidak berkala]. www.mukhtar-

api.blogspot.com/2008/09/pengaturan-penggunaan-vms.html. [17 Juli

2009].

Myers, D. 1999. Social Psychology. USA: Mc Grow-Hill College.

Nomura, M dan T. Yamazaki. 1977. Fishing Techniques I. Tokyo: Japan

Internasional Cooperation Agency.206 hal.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Permen. 05/MEN/2007. Tentang

Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan.

P2SDKP. 2008. IUU Fishing in Indonesia. Jakarta

P2SDKP. 2008. The Policy of Surveillance and Control for Marine Resources and

Fisheries. Jakarta

Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmalana, S. 2004. Peranan dalam MSDM Organisasi Bisnis Global. Modul

(tidak dipublikasikan). Bandung.

Widodo. 2003. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Perairan ZEE

Indonesia dan Sekitarnya. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta: Departemen

Kelautan Perikanan. 37 hal.

Wirjono, P. 1984. Hukum Laut Bagi Indonesia. Bandung: PT. Sumur Bandung.

205 hal.

Yuniarti, NT. 2000. Persepsi Masyarakat Pesisir Terhadap Pendidikan Formal di

Pantai Pemayang. Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Bogor: Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Page 95: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

LAMPIRAN

Page 96: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

83

Lampiran 1 Tampilan website www.VMSdkp.dkp.go.id

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 97: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

84

Lampiran 2 Pemasangan junction box di dalam wheelhouse

Page 98: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

85

Lampiran 3 Transmitter dari setiap provider

Argos – MARGE V2Argos – MARGE V2

SOG Indonesia –Inmarsat D+ SAT201

SOG Indonesia –Inmarsat D+ SAT201

Argos Inmarsat D+

PSN – Byru MarinePSN – Byru Marine

Amalgam – IridiumAmalgam – Iridium

Byru Marine Tracking Iridium

Page 99: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

86

Lampiran 4 Ruang pemantauan FMC

Page 100: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

87

Lampiran 5 Ruang server FMC

Page 101: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

88

Lampiran 6 Form 3 Lembar pemasangan transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 102: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

89

Lampiran 7 Kegiatan pendaftaran dan pemasangan transmitter

Kegiatan pendaftaran transmitter

Argos - MARGEArgos - MARGE

Kegiatan pemasangan transmitter

Page 103: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

90

Lampiran 8 Surat pendaftaran transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 104: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

91

Lampiran 9 Surat pernyataan (transmitter milik sendiri)

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 105: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

92

Lampiran 10 Form surat keterangan aktivasi transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 106: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

93

Lampiran 11 Surat pernyataan pinjam pakai (transmitter milik negara)

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 107: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

94

Lampiran 12 Surat keterangan aktivasi dan bukti pembayaran airtime dari

provider VMS

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 108: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

95

Lampiran 13 Form 2 Lembar peminjaman transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 109: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

96

Lampiran 14 Surat pernyataan (transmitter milik negara)

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 110: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

97

Lampiran 15 Form 4 Lembar pengembalian transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 111: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

98

Lampiran 16 Surat perpanjangan transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 112: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

99

Lampiran 17 Form 6 Lembar pemeriksaan transmitter

Sumber: Dirsarpras, 2008

Page 113: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang

100

Lampiran 18 Pemasangan transmitter di atas kapal