PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN...
Transcript of PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN...
![Page 1: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/1.jpg)
PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM (VMS)
DI INDONESIA
YOSEP HADINATA
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
![Page 2: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/2.jpg)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pelaksanaan Vessel Monitoring
System (VMS) di Indonesia adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
ilmiah yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Yosep Hadinata
![Page 3: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/3.jpg)
ABSTRAK
YOSEP HADINATA, C44053474. Pelaksanaan Vessel Monitoring System
(VMS) di Indonesia. Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR dan
FIS PURWANGKA.
Vessel Monitoring System (VMS) merupakan program pengawasan kapal
perikanan yang dibentuk oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sejak tahun
2003. Informasi mengenai VMS bagi pelaku perikanan masih sangat kurang.
Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi sistem kerja VMS (Vessel
Monitoring System) dan mengetahui persepsi para pelaku perikanan tentang VMS
yang telah dilaksanakan di Indonesia. Metode yang digunakan studi kasus untuk
menggambarkan prosedur-prosedur yang berkaitan dengan Vessel Monitoring
System (VMS) dan menganalisis persepsi pelaku perikanan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat transmitter online dan offline dalam sistem ini.
Hasil yang ditemukan terdapat beberapa kelebihan yang merupakan keberhasilan
tujuan pelaksanaan VMS, sedangkan kelemahan ditemukan dari pendapat pelaku
perikanan yang menggunakan transmitter. Kelemahan yang terjadi diantaranya
rumitnya prosedur mengenai transmitter, mahalnya biaya transmitter, tidak
mengurangi IUU fishing dan kurangnya sosialisasi mengenai transmitter.
Kata kunci : persepsi pelaku perikanan, transmitter, vessel monitoring system
(VMS)
![Page 4: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/4.jpg)
© Hak cipta IPB, Tahun 2010
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah,penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
![Page 5: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/5.jpg)
PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM (VMS)
DI INDONESIA
YOSEP HADINATA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
![Page 6: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/6.jpg)
Judul Skripsi : Pelaksanaan Vessel Monitoring System (VMS) di
Indonesia
Nama Mahasiswa : Yosep Hadinata
NRP : C44053474
Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. Fis Purwangka, S.Pi., M.Si.
NIP: 19670215 199103 1 004 NIP: 19720502 200701 1 002
Diketahui :
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.
NIP: 19621223 198703 1 001
Tanggal Lulus : 25 Januari 2010
![Page 7: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/7.jpg)
KATA PENGANTAR
Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Pelaksanaan Vessel
Monitoring System (VMS) di Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Fis Purwangka, S.Pi, M.Si. selaku
dosen pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian dan motivasi yang
sungguh tak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;
2. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.sc selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir.
Mohammad Imron, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP;
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan doa dalam
menghadapi segala sesuatunya;
4. Bapak Iyus, Bapak Nias, serta pengawas di Pangkalan PPS Nizam Zachman
yang telah membantu proses pengambilan data dan wawancaraBapak Budi
dan semua petugas di sekretariat VMS selaku narasumber yang telah
memberikan informasi dan bantuan yang sangat berarti;
5. Margaretha Angela Dian Indrawatie buat dukungan dan semangat yang sudah
diberikan selama ini.
6. Teman-teman PSP dan khususnya PSP’42 yang selalu memberikan semangat
dan menjadi keluarga baru.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2010
Yosep Hadinata
![Page 8: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/8.jpg)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16
Desember 1987 dari pasangan Suwandi dan Inawati.
Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Tahun 1992
penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Putra
IV Jakarta Barat dan pada tahun 1993 penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Tg. Duren
Selatan Jakarta Barat, Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri 69 Jakarta dan pada tahun 2002 penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 16 Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Mayor Teknologi dan Manakemen Perikanan Tangkap.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.
Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Penelitian dan
Pengembangan Keprofesian HIMAFARIN periode 2006-2007 dan 2007-2008.
Selain itu, penulis juga menjadi asisten Mata kuliah Tingkah Laku Ikan tahun
2007-2008.
Tahun 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul ” Pelaksanaan
Vessel Monitoring System (VMS) di Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen
Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
![Page 9: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/9.jpg)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Perumusan masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vessel Monitoring System (VMS) ...................................................... 4
2.1.1 Pengertian ................................................................................... 4
2.1.2 Manfaat ....................................................................................... 5
2.1.3 Perlengkapan .............................................................................. 6
2.2 Kapal Perikanan ................................................................................... 9
2.3 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ............................................ 9
2.4 Dasar Hukum ....................................................................................... 10
2.5 Code of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) ......................... 11
2.6 Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing ......................... 13
2.7 Monitoring, Controlling, and Surveillance (MCS) ............................. 15
2.8 Pengawasan ......................................................................................... 17
2.9 Pengawasan Kapal Perikanan .............................................................. 19
2.10 Persepsi ................................................................................................ 20
2.10.1 Definisi Persepsi ....................................................................... 20
2.10.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi ........................................ 21
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat penelitian ............................................................... 23
3.2 Metode penelitian ................................................................................ 23
3.3 Jenis dan sumber data .......................................................................... 23
3.4 Metode pengumpulan data ................................................................... 24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..................................................................................................... 25
4.1.1 Sistem pemantauan kapal perikanan .......................................... 25
4.1.2 Provider ...................................................................................... 27
4.1.3 Pusat pemantauan kapal perikanan ............................................. 29
4.1.4 Transmitter ................................................................................. 36
4.1.5 Transmitter offline ...................................................................... 55
4.1.6 Website Vessel Monitoring System (VMS) ................................. 56
4.1.7 Pelanggaran ................................................................................ 58
4.1.8 Sanksi ......................................................................................... 61
![Page 10: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/10.jpg)
ix
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 65
4.2.1 Persepsi pelaku perikanan .......................................................... 65
4.2.2 Persepsi peneliti ......................................................................... 69
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 78
5.2 Saran .................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
![Page 11: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/11.jpg)
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Daftar penyedia transmitter VMS .................................................................. 28
2. Pembagian operator berdasarkan alat tangkap ............................................... 32
3. Toolbar website VMS .................................................................................... 57
4. Ketaatan kapal berpangkalan berdasarkan SLO tahun 2008 ......................... 60
5. Tingkat pengetahuan tentang VMS ............................................................... 68
6. Jenis tindak pidana ........................................................................................ 75
7. Data keaktifan transmitter ............................................................................. 76
8. Kelebihan dan kelemahan VMS ................................................................... 77
![Page 12: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/12.jpg)
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema jaringan VMS ..................................................................................... 4
2. Wilayah perairan Indonesia terjadinya IUU fishing ....................................... 15
3. Skema Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) ............................. 16
4. Pangkalan Kapal Pengawas DITJEN PSDKP ................................................ 19
5. Warna pola pergerakkan kapal ........................................................................ 31
6. Prosedur pemasangan transmitter negara ....................................................... 39
7. Prosedur pengembalian transmitter milik ....................................................... 40
8. Prosedur izin docking kapal ............................................................................ 46
9. Prosedur penggantian transmitter ................................................................... 47
10. Prosedur penggantian surat izin ...................................................................... 48
11. Prosedur izin yang sedang menjalani proses hukum ..................................... 50
12. Prosedur izin kapal tidak beroperasi .............................................................. 51
13. Prosedur izin bila terjadi kerusakan transmitter ............................................. 54
14. Pola pergerakkan kapal melakukan pelanggaran pair trawl .......................... 59
15. Grafik keaktifan transmitter tahun 2008 ........................................................ 76
![Page 13: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/13.jpg)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Form surat keterangan aktivasi transmitter ................................................... 83
2. Form 2 Lembar peminjaman transmitter ....................................................... 84
3. Form 3 Lembar pemasangan transmitter ....................................................... 85
4. Form 4 Lembar pengembalian transmitter .................................................... 86
5. Form 6 Lembar pemeriksaan transmitter....................................................... 87
6. Surat keterangan aktivasi dan bukti pembayaran
airtime dari provider VMS ............................................................................ 88
7. Surat pendaftaran transmitter ........................................................................ 89
8. Surat pernyataan (transmitter milik negara) .................................................. 90
9. Surat pernyataan pinjam pakai (transmitter milik negara) ............................ 91
10. Surat pernyataan (transmitter milik sendiri) .................................................. 92
11. Surat perpanjangan transmitter ...................................................................... 93
12. Tampilan website www.VMSdkp.dkp.go.id .................................................. 94
13. Kegiatan pendaftaran dan pemasangan transmitter ....................................... 95
14. Transmitter dari setiap provider .................................................................... 96
15. Ruang server FMC ........................................................................................ 97
16. Ruang pemantauan FMC ............................................................................... 98
17. Pemasangan junction box di dalam wheelhouse ............................................ 99
18. .. Pemasangan transmitter di atas kapal ..........................................................100
![Page 14: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/14.jpg)
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Departemen Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2003 telah melakukan
pengawasan dengan menggunakan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan atau yang sering
disebut dengan Vessel Monitoring System (VMS). Sistem ini merupakan salah satu
program pengawasan yang dilakukan dalam menjaga sumberdaya kelautan dan perikanan
Indonesia. Program ini menjadi komponen pelaksanaan Monitoring, Controlling, and
Surveillance (MCS) dalam memerangi IUU fishing.
Program VMS diatur dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan,
Peraturan Menteri No.PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap dan
Peraturan Menteri No.PER.05/MEN/2007 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan
Kapal Perikanan. Peraturan tersebut mengamanatkan kewajiban kapal-kapal perikanan
untuk memasang transmitter Vessel Monitoring System. Berdasarkan Peraturan Menteri
No.PER.05/MEN/2007 pasal 2, dalam pelaksanaannya VMS bertujuan meningkatkan
efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan melalui pengendalian dan pemantauan terhadap
kapal perikanan; meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan usaha perikanan
yang dilakukan oleh perusahaan perikanan; meningkatkan ketaatan kapal perikanan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; serta memperoleh data
dan informasi kegiatan kapal perikanan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan
secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Sejak dilaksanakannya program ini, dirasakan bahwa masih kurang informasi yang
dapat diperoleh oleh masyarakat khususnya pelaku perikanan tangkap. Kekurangan
tersebut antara lain: kegunaan VMS, cara kerja, prosedur pemasangan transmitter,
manfaat yang akan diterima, dan masih banyak hal mengenai VMS yang belum mereka
ketahui. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan Departemen Kelautan dan Perikanan
menyebabkan hal ini terjadi. Pelaku perikanan selama ini hanya diwajibkan memasang
transmitter yang telah menjadi peraturan dalam bidang perikanan tangkap.
Kelebihan atau kekurangan program VMS yang telah dijalankan hingga kini tidak
banyak diketahui oleh masyarakat. Informasi ini lebih sering diterima oleh instansi terkait
atau orang/perusahaan perikanan yang telah cukup besar usahanya, sedangkan
![Page 15: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/15.jpg)
2
masyarakat kecil pelaku perikanan hanya dapat kabar dari orang-orang yang belum tentu
kebenarannya.
Sejak dilaksanakannya program Vessel Monitoring System (VMS) di Indonesia,
penelitian mengenai VMS hingga saat ini masih sangat sedikit dilakukan. Tujuan,
manfaat, komponen ataupun mengenai sistem kerja VMS masih banyak masyarakat yang
belum paham. Bahkan tak sedikit yang tidak mengetahui apa itu VMS. Selain itu yang
menjadi pertanyaan adalah apakah program ini memiliki kelebihan ataupun kekurangan
sejak dilaksanakannya tahun 2003.
Berdasarkan itu, maka penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan agar dapat
memberikan informasi mengenai Vessel Monitoring System (VMS) kepada masyarakat
khususnya pelaku perikanan di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Vessel Monitoring System (VMS) adalah salah satu dari penerapan
Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) yang berbasiskan pengawasan
dengan satelit. Indonesia sendiri telah menerapkan sistem ini sejak tahun 2003.
Prosedur atau tata cara pelaksanaan vessel monitoring system (VMS) masih
banyak yang belum diketahui terutama oleh pelaku perikanan (nelayan/pemilik
kapal). Sistematis pelaksanaan mulai dari pemasangan, pendaftaran hingga
pelaporan hasil yang dilakukan Fisheries Monitoring Centre (FMC) hingga saat
ini hanya beberapa orang atau instansi yang mengetahuinya.
Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1) Bagaimana sistem kerja program VMS dilaksanakan?;
2) Apa saja kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan program
VMS?; dan
3) Manfaat apa yang diterima bagi para pelaku perikanan (nelayan/pemilik kapal)
dengan adanya VMS?
![Page 16: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/16.jpg)
3
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1) Mengidentifikasi sistem kerja Vessel Monitoring System (VMS) yang ada di
Indonesia;
2) Mengetahui persepsi para pelaku perikanan tentang VMS yang telah dilaksanakan
di Indonesia; dan
3) Mengidentifikasi manfaat yang diterima oleh pemerintah dan pemilik kapal atau
nelayan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari yang ingin dicapai penelitian ini :
1) Sebagai informasi kepada pelaku perikanan khususnya pemilik kapal
mengenai prosedur pelaksanaan program VMS yang ada di Indonesia;
2) Sebagai salah satu informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan
3) Sebagai acuan untuk penelitian tentang VMS selanjutnya.
![Page 17: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/17.jpg)
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vessel Monitoring System (VMS)
2.1.1 Pengertian
Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor
PER.05/MEN/2007 tentang penyelenggaraan sistem pemantauan kapal perikanan,
sistem pemantauan kapal perikanan adalah salah satu bentuk sistem pengawasan
di bidang penangkapan dan/atau pengangkutan ikan, yang menggunakan peralatan
pemantauan kapal perikanan yang telah ditentukan. Sistem pemantauan kapal
perikanan/Vessel Monitoring System (VMS) adalah sebuah program pengawasan
kegiatan perikanan, yang menggunakan peralatan yang terpasang di kapal
perikanan memberikan informasi mengenai kegiatan dan posisi kapal (FAO,
2009). Pada Gambar 1 di bawah ini merupakan skema jaringan VMS.
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 1 Skema Jaringan VMS.
Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor
PER.05/MEN/2007, penyelenggaraan sistem pemantauan kapal perikanan/Vessel
Monitoring System (VMS) bertujuan untuk:
1) Meningkatkan efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan melalui pengendalian
dan pemantauan terhadap kapal perikanan;
2) Meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha perikanan yang dilakukan oleh
perusahaan perikanan;
![Page 18: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/18.jpg)
5
3) Meningkatkan ketaatan kapal perikanan yang melakukan kegiatan
penangkapan dan/atau pengangkutan ikan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
4) Memperoleh data dan informasi tentang kegiatan kapal perikanan dalam
rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab dan
berkelanjutan.
2.1.2 Manfaat
Vessel Monitoring System (VMS) sangat berguna dalam manajemen
perikanan diantaranya adalah (FAO, 1998):
1) VMS dapat meningkatkan pemantauan, pengendalian dan pengawasan (MCS)
perikanan dengan biaya yang efektif. MCS metode tradisional, seperti patroli
udara dan darat tidak efisien dan mahal dalam penggunaan personil dan
peralatannya, serta jangkauan metode tradisional ini relatif terbatas;
2) VMS dapat berperan dalam keselamatan kapal perikanan;
3) Membantu operator atau petugas pengawasan dalam melaksanakan peraturan
perikanan, karena adanya tindakan penyelewengan hukum dari kegiatan
penangkapan ikan yang tidak legal yang telah terdeteksi;
4) VMS dapat memberikan dokumentasi dari kapal perikanan dan dugaan
pelanggaran. Peralatan VMS di atas kapal secara otomatis menghasilkan
laporan posisi kapal, yang kemudian divalidasi dan disusun di pusat
pemantauan perikanan. Sistem pengamanan informasi dengan cara yang
sesuai dengan bukti-aturan dan pedoman penanganan potensial untuk proses
hukum. Informasi dapat ditindak segera, atau dapat disimpan untuk
investigasi berikutnya;
5) Efisien patroli dapat direncanakan dengan menggunakan VMS. VMS
perikanan yang memungkinkan lembaga-lembaga untuk menyebarkan patroli
aset efektif. Pencarian perjalanan waktu berkurang karena lokasi armada
kapal telah diketahui;
6) VMS efektif membantu dalam melakukan pengawasan di pelabuhan. VMS
yang dapat memberitahukan ke petugas pengawasan di pelabuhan mengenai
kedatangan rutin kapal-kapal perikanan, dan juga memberitahukan tentang
kedatangan kapal yang menjadi target pengawasan; dan
![Page 19: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/19.jpg)
6
7) VMS menawarkan layanan komunikasi yang terjangkau dan aman.
Contohnya pengaturan penjualan ikan di atas kapal di laut, tanpa melakukan
pendaratan ikan di pelabuhan terlebih dulu.
Adapun manfaat sistem pemantauan kapal perikanan bagi pemerintah
Indonesia adalah (Mukhtar, 2008):
1) Dapat melindungi ZEEI Indonesia dari kegiatan-kegiatan kapal perikanan,
melacak dan mengidentifikasi tindakan-tindakan illegal fishing, dan dengan
demikian menegakkan hukum Indonesia dan melindungi kepentingan-
kepentingan ekonomi;
2) Dapat menunjukkan penyebaran kapal-kapal di wilayah penangkapan ikan
dan membantu penegak hukum terkait untuk memeriksa apakah kapal-kapal
tersebut sungguh-sungguh beroperasi di areal penangkapan ikan yang telah
ditetapkan; dan
3) Memberikan informasi segera mengenai posisi kapal-kapal yang meminta
bantuan sehingga dapat terlacak dan bereaksi secara cepat dan efektif dalam
situasi-situasi darurat, seperti perampokan, atau kecelakaan-kecelakaan.
Manfaat sistem pemantauan kapal perikanan bagi pengusaha/pemilik kapal
adalah (Mukhtar, 2008) :
1) Dapat memanfaatkan informasi dari Vessel Monitoring System untuk
memantau keberadaan dan perilaku kapal di laut melalui Website; dan
2) Dapat memanfaatkan informasi Vessel Monitoring System untuk keadaan
darurat (pembajakan, kebakaran, tenggelam dan lain-lain).
2.1.3 Perlengkapan
VMS merupakan suatu sistem yang menggabungkan antara teknologi dan
sumberdaya manusia. Secara teknis VMS memiliki tiga elemen umum yaitu
(FAO, 1998):
1) Peralatan di atas kapal
Peralatan elektronik yang terpasang pada sebuah kapal adalah kebutuhan
utama kapal untuk berpartisipasi dalam program VMS. Alat ini biasanya terdiri
dari beberapa kombinasi antena dan transceiver, sumber daya eksternal dan kabel.
Menurut permen kelautan dan perikanan No. 5/MEN/2007, Transmitter adalah
alat yang berfungsi untuk melakukan pemantauan kapal perikanan secara
![Page 20: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/20.jpg)
7
langsung yang dipasang dan dioperasikan di atas kapal perikanan yang telah
ditentukan serta dipergunakan untuk menerima/mengirimkan data posisi kapal
perikanan ke pengelola sistem (FAO, 1998).
Teknologi VMS memiliki fungsi dalam menyediakan informasi umum
dalam laporan data VMS seperti unit identifier (ID transmitter kapal), tanggal dan
waktu, serta garis lintang dan bujur. Penyediaan informasi mengenai posisi kapal
menggunakan sistem GPS. GPS yang telah terintegrasi dengan unit dapat
menentukan posisi secara langsung termasuk laporan posisinya, atau sistem satelit
yang dapat menentukan posisi dengan mengukur pergeseran sinyal Doppler yang
dikirim dari unit di atas kapal (perubahan frekuensi dari gelombang ketika emitted
electromagnetic penerima yang berada dalam gerakan relatif terhadap satu sama
lain) (FAO, 1998).
Peralatan kapal (transmitter) yang mengirimkan laporan posisi dan
informasi dalam beberapa cara. Sistem satu arah secara otomatis mengirimkan
laporan dalam pra-interval yang telah ditetapkan, dan dapat juga mengirimkan
informasi tambahan. Sistem dua arah, laporan juga dikirim secara otomatis dalam
pra-interval yang ditetapkan. pusat pemantauan perikanan memungkinkan untuk
meminta informasi dari kapal, termasuk laporan posisi kapal yang terbaru atau
status peralatan, dan juga mengubah interval pelaporan. Arah pergerakkan dan
kecepatan kapal dapat dihitung secara langsung dan dikirim bersama-sama dengan
laporan posisi kapal, atau dapat juga dihitung dengan software di pusat
pemantauan perikanan, yang berdasarkan waktu dan jarak antara posisi laporan
(FAO, 1998).
Jenis transmitter yang paling banyak digunakan dalam program ini
termasuk VMS Argos transmitters, Inmarsat-C dan Inmarsat-D+ transceivers,
Qualcomm unit (EutelTRACS dan Boatracs), dan Orbcomm sistem. Kebanyakan
dari peralatan ini merupakan integrasi dari GPS untuk mendapatkan posisi (FAO,
1998).
2) Sistem komunikasi
Sistem komunikasi membawa laporan posisi dan pesan lainnya dari
peralatan yang berada di atas kapal, melalui ruang angkasa dan jalur darat, menuju
pusat pemantauan perikanan. Provider yang menggunakan segmen ruang angkasa
![Page 21: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/21.jpg)
8
dalam program VMS di bidang perikanan adalah Argos, dan Inmarsat-C dan
Inmarsat D+. Sistem Argos (CLS) memiliki orbit satelit di daerah kutub dan
dioperasikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration USA.
Orbital satelit di daerah kutub memberikan cakupan pengawasan yang baik pada
daerah lintang tinggi, dan prosesnya satu arah, dari kapal langsung ke pantai.
Inmarsat-C dan Inmarsat D+ menggunakan satelit geostationary sepanjang
khatulistiwa, memberikan wilayah cakupan pengawasan hampir global dua arah.
Karena lokasi satelit di khatulistiwa, maka tidak dapat melakukan cakupan pada
wilayah lintang tinggi. Inmarsat menawarkan beberapa jenis layanan komunikasi,
tetapi Inmarsat-C dan Inmarsat D+ adalah yang paling sesuai untuk aplikasi VMS
karena biaya-efektif untuk pesan teks dan paket data (FAO, 1998).
3) Pusat pemantauan perikanan
Pusat pemantauan perikanan/Fisheries Monitoring Centre (FMC) adalah
sebuah pusat yang memantau dan menerima laporan yang dikirimkan melalui
transmitter dan kemudian menyimpannya ke dalam database dari semua kegiatan
kapal penangkap ikan yang telah menggunakan sistem VMS. Pengawas di FMC
mengawasi seluruh kegiatan penangkapan dari monitor dan dianalisis jika terjadi
indikasi pelanggaran untuk segera diambil tindakan. FMC merupakan lokasi yang
aman dimana hanya personil atau petugas pengawasan yang berwenang yang
dapat mengakses data VMS. Semua data dilindungi dari kesengajaan atau
kebetulan atau memperlihatkan kerusakan.
Informasi mengenai posisi kapal sangat berharga dan sensitif karena untuk
kegiatan komersial. Dengan demikian, lembaga pengawasan harus berusaha
untuk menjamin keamanan dari fisik peralatan dan operasional kapal, komunikasi,
dan pusat pemantauan perikanan. Keamanan adalah penting bagi manajer
perikanan untuk memastikan bahwa informasi dari VMS asli dan non-repudiated,
memiliki integritas yang tinggi, dan bersifat pribadi.
Program VMS tidak hanya menjadi solusi teknis dalam memantau kapal
perikanan. Komponen tambahan dari program VMS kebanyakan adalah manusia,
yaitu orang-orang yang membuat kebijakan dan kerangka hukum, teknisi yang
memasang dan memelihara peralatan di atas kapal, orang-orang yang
menggunakan link komunikasi dan staf pusat pemantauan perikanan, serta petugas
![Page 22: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/22.jpg)
9
pengawasan, penyelidik dan para personil hukum yang menganalisis dan
menanggapi informasi yang diberikan oleh VMS. Operator kapal dan industri
perikanan yang berperan dalam penangkapan ikan bertanggung jawab untuk
berpartisipasi dalam program ini (FAO, 1998).
2.2 Kapal Perikanan
Menurut Fyson (1985) kapal perikanan adalah kapal yang dibangun untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran,
rancangan bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai
perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana
operasi. Menurut Nomura & Yamazaki (1977) mengemukakan bahwa kapal
perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup
penggunaan atau aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya
penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam
beberapa aktivitas seperti riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan bahwa kapal
perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan,
dan penelitian atau eksplorasi perikanan.
2.3 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
ZEE adalah suatu jalur laut yang berada diluar dan berbatasan dengan laut
teritorial yang batas terluarnya diukur dari suatu garis pangkal atau surut terendah
ke arah laut bebas sejauh tidak melebihi jarak 200 mil laut. ZEE merupakan suatu
rezim hukum khusus dimana negara pantai memiliki hak dan kedaulatan untuk
melakukan kegiatan eksploitasi dan ekplorasi sumberdaya alam baik hayati
maupun non hayati, termasuk yuridikasi lainnya, sedang kepentingan masyarakat
internasional seperti kebebasan berlayar tetap berlaku (Wirjono, 1984).
Berdasarkan pengumuman pemerintah RI tanggal 21 mei 1980 tentang ZEE
Indonesia dan lahirnya konfensi dewan PBB tentang hukum laut internasional
tahun 1982, maka sejak saat itu hak kedaulatan Indonesia atas wilayah perairan
![Page 23: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/23.jpg)
10
laut bertambah sekitar 2,7 juta km2. Dengan demikian maka segala kekayaan
sumberdaya yang berada di dalamnya seperti salah satunya sumberdaya hayati
laut menjadi hak bangsa Indonesia untuk mengelola dan memanfaatkannya
(Dirjen Perikanan, 1994).
2.4 Dasar Hukum
Terdapat beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan
sistem pemantauan kapal perikanan atau VMS, yaitu:
1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan pada Pasal 7 ayat 1
butir j ”Dalam mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, Menteri
menetapkan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan” dan Pasal 7 ayat 2 ”Setiap
orang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib
mematuhi ketentuan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan”;
2) Kepmen Nomor 60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal
Perikanan di ZEEI pada Pasal 32 Ayat 1 “Kapal perikanan yang diperoleh
dengan cara usaha patungan, beli-angsur atau lisensi, wajib memasang
transmitter untuk kepentingan sistem pemantauan kapal (Vessel Monitoring
System / VMS)”;
3) Permen Nomor 05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap pada Pasal
88 ayat (1) Setiap kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan
berbendera asing, wajib memasang dan mengaktifkan transmitter atau sistem
pemantauan kapal perikanan (Vessel Monitoring System / VMS). Ayat (2)
Setiap kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan berbendera
Indonesia berukuran lebih dari 30 (tiga puluh) GT wajib memasang dan
mengaktifkan transmitter atau sistem pemantauan kapal perikanan (Vessel
Monitoring System/VMS). Ayat (3) Pelaksanaan pemasangan dan pengaktifan
transmitter atau sistem pemantauan kapal perikanan (VMS) sebagaimana
dimaksud ayat 1 dan ayat 2 dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri yang
mengatur mengenai penyelenggaraan system pemantauan kapal perikanan;
4) Permen Nomor 03/MEN/2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan
pada Pasal 8 ayat (1) Persyaratan kelayakan teknis operasional bagi kapal
penangkap ikan meliputi keberadaan dan keaktifan alat pemantauan kapal
![Page 24: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/24.jpg)
11
perikanan yang dipersyaratkan. Ayat (2) Bagi kapal perikanan yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi dan kelayakan teknis
operasional tidak diterbitkan SLO; dan
5) Permen Nomor 05/MEN/2007 tentang Penyelengaraan Sistem Pemantauan
Kapal Perikanan pasal 11, pasal 12 dan pasal 13. Kapal perikanan Indonesia
berukuran 60 GT keatas dan seluruh kapal perikanan asing wajib dilengkapi
transmitter yang diadakan sendiri oleh pengguna transmitter. Kapal
perikanan Indonesia berukuran 60 GT sampai dengan kurang dari 100 GT
dapat menggunakan transmitter milik negara sepanjang masih tersedia.
Kapal perikanan Indonesia berukuran diatas 30 GT sampai dengan 60 GT
wajib dilengkapi transmitter offline. Kapal perikanan Indonesia berukuran 60
GT keatas dan seluruh kapal perikanan Asing yang telah dilengkapi SIPI
dan/atau SIKPI dapat dioperasionalkan apabila telah dilengkapi dengan Surat
Keterangan Aktivasi Transmitter.
2.5 Code of Conduct for Resposible Fisheries (CCRF)
Code of Conduct for Responsible Fisheries atau juga disebut CCRF
merupakan hasil kesepakatan dalam konferensi Committee on Fisheries (COFI)
ke-28 FAO tanggal 31 Oktober 1995. Di dalam resolusi Nomor : 4/1995 secara
resmi mengadopsi dokumen Code of Conduct for Responsible Fisheries, serta
meminta FAO berkolaborasi dengan anggota dan organisasi yang relevan untuk
menyusun technical guidelines yang mendukung pelaksanaan Code of Conduct
for Responsible Fisheries tersebut.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum Code of Conduct for Responsible
Fisheries (FAO, 1995):
1) Pelaksanaan hak untuk menangkap ikan bersamaan dengan kewajiban untuk
melaksanakan hak tersebut secara berkelanjutan dan lestari agar dapat
menjamin keberhasilan usaha konservasi dan pengelolaannya;
2) Pengelolaan sumber-sumber perikanan harus menggalakkan upaya
mempertahankan kualitas, keanekaragaman hayati dan kelestarian sumber-
sumber perikanan dalam jumlah yang mencukupi untuk kepentingan generasi
sekarang dan akan datang;
![Page 25: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/25.jpg)
12
3) Pengembangan armada perikanan harus mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya sesuai dengan kemampuan reproduksi demi keberlanjutan
pemanfaatannya;
4) Perumusan kebijakan dalam pengelolaan perikanan harus didasarkan pada
bukti-bukti ilmiah yang terbaik, dengan memperhatikan pengetahuan
tradisional tentang pengelolan sumber-sumber perikanan serta habitatnya;
5) Dalam rangka konservasi dan pengelolaan sumber-sumber perikanan, setiap
negara dan organisasi perikanan regional harus menerapkan prinsip kehati-
hatian (precautionary approach) seluas-luasnya;
6) Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin
selektif dan aman terhadap kelestarian lingkungan hidup sehingga dapat
mempertahankan keanekaragaman dan populasinya;
7) Cara penangkapan ikan, penanganan, pemrosesan dan pendistribusiannya
harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat mempertahankan nilai
kandungan nutrisinya;
8) Habitat sumber-sumber yang kritis sedapat mungkin harus dilindungi dan
direhabilitasi;
9) Setiap negara harus mengintegrasikan pengelolaan sumber-sumber
perikanannya ke dalam kebijakan pengelolaan wilayah pesisir;
10) Setiap negara harus mentaati dan melaksanakan mekanisme monitoring,
controlling and surveillance (MCS) yang diarahkan pada penataan dan
pengakuan hukum di bidang konservasi sumber-sumber perikanan;
11) Negara bendera harus mampu melaksanakan pengendalian secara efektif
terhadap kapal-kapal perikanan yang mengibarkan benderanya guna
menjamin pelaksanaan CCRF ini secara efektif;
12) Setiap negara harus bekerjasama melalui organisasi regional untuk
mengembangkan cara penangkapan ikan secara bertanggung jawab, baik di
dalam maupun di luar wilayah yuridiksinya;
13) Setiap negara harus mengembangkan mekanisme pengambilan keputusan
secara transparan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
terhadap pengembangan peraturan dan kebijakan pengelolaan di bidang
perikanan;
![Page 26: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/26.jpg)
13
14) Perdagangan perikanan harus diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prisip,
hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam persetujuan World Trade
Organization (WTO);
15) Apabila terjadi sengketa, setiap negara harus bekerjasama secara damai untuk
mencapai penyelesaian sementara sesuai dengan persetujuan internasional
yang relevan;
16) Setiap negara harus mengembangkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya konservasi melalui pelatihan dan pendidikan, serta melibatkan di
dalam proses pengambilan keputusan;
17) Setiap negara harus menjamin bahwa segala fasilitas dan peralatan perikanan
serta lingkungan kerjanya memenuhi standar keselamatan internasional;
18) Setiap negara harus memberikan perlindungan terhadap lahan kehidupan
nelayan dengan mengingat kontribusinya yang besar terhadap penyediaan
kesempatan kerja, sumber penghasilan dan keamanan pangan; serta
19) Setiap negara harus mempertimbangkan pengembangan budidaya perikanan
untuk menciptakan keragaman sumber penghasilan dan bahan makanan.
2.6 Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing
IUU fishing merupakan kegiatan perikanan yang sangat merugikan dapat
mengancam manajemen perikanan yang bertanggung jawab. IUU fishing dapat
dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu (Widodo, 2003) :
1) Illegal fishing, mengacu kepada berbagai kegiatan :
(1) Dilakukan oleh kapal-kapal nasional atau asing di dalam perairan di bawah
yuridikasi suatu negara, tanpa ijin dari negara itu, atau dalam keadaan
melawan hukum dan regulasi negara tersebut.
(2) Dilakukan oleh kapal-kapal berbendera negara beranggota dari suatu
organisasi pengelolaan yang relevan tetapi beroperasi melawan aturan-
aturan konservasi dan pengelolaan sumberdaya yang diadopsi oleh
organisasi tersebut, dimana negara-negara tersebut terikat, atau melawan
hukum internasional yang sedang dilaksanakan; atau melanggar hukum
nasional, atau kewajiban internasional, termasuk yang dilaksanakan oleh
![Page 27: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/27.jpg)
14
negara-negara yang bekerjasama dengan suatu organisasi pengelolaan
yang relevan.
2) Unreported fishing, mengacu pada kegiatan penangkapan :
(1) Tidak dilaporkan, atau dilaporkan secara tidak benar (misreported),
kepada otoritas nasional yang relevan, bertentangan dengan peraturan
dan perundang-undangan; atau
(2) Dilakukan di dalam area di bawah kompetensi sebuah organisasi
pengelolaan perikanan regional yang tidak dilaporkan atau dilaporkan
secara tidak benar, bertentangan dengan prosedur pelaporan dari
organisasi tersebut.
3) Unregulated fishing, mengacu pada kegiatan penangkapan :
(1) Di dalam area suatu organisasi pengelolaan regional yang dilakukan kapal
tanpa nasionalitas, atau oleh kapal dengan bendera suatu negara bukan
anggota dari organisasi tersebut, atau oleh suatu fishing entity dengan
cara yang tidak konsisten dengan atau melawan aturan konservasi dan
pengelolaan organisasi tersebut; atau
(2) Di area dari berbagai stok ikan yang berkaitan dengan tiadanya aturan
(tindakan) konservasi dan pengelolaan yang diaplikasikan dan dimana
aktivitas penangkapan dilakukan dengan cara-cara yang tidak konsisten
dengan tanggung jawab negara bagi konservasi sumberdaya hayati
kelautan di bawah tanggung jawab hukum internasional.
IUU fishing terjadi di wilayah perairan Indonesia karena beberapa alasan,
yaitu (Widodo, 2003):
1) Industri pengolahan ikan di negara-negara tetangga membutuhkan
sumberdaya ikan yang cukup banyak agar kegiatan industri dapat tetap
berjalan;
2) Sedikitnya jumlah sumberdaya ikan yang dimiliki oleh negara lain;
3) Rasionalisasi kapal perikanan;
4) Perbedaan harga ikan khususnya untuk ikan-ikan ekonomis penting yang
menjadi komoditas utama pasar dunia;
5) Sangat terbukanya teritorial perairan Indonesia yang menyebabkan mudahnya
akses masuk kapal-kapal penangkapan asing; dan
![Page 28: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/28.jpg)
15
6) Terbatasnya kapasitas pengawasan (wilayah, sarana dan prasarana,
sumberdaya manusia dan dana).
Jenis-jenis IUU Fishing yang sering terjadi di Indonesia diantaranya (Latar,
2004):
1) Kegiatan penangkapan ikan tanpa memiliki ijin penangkapan;
2) Penggunaan ijin palsu dalam kegiatan penangkapan ikan;
3) Tidak melaporkan hasil penangkapan ikan di pelabuhan perikanan;
4) Penggunaan alat tangkap yang dilarang digunakan di wilayah perairan
Indonesia;
5) Melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan yang dilarang
untuk dilakukannya kegiatan penangkapan ikan; dan
6) Melakukan penangkapan ikan di wilayah yang tidak sesuai dengan ijin
penangkapan yang telah diberikan.
Kasus-kasus pelanggaran penangkapan ikan di wilayah Indonesia terjadi di
wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan di perairan teritorial Indonesia.
Gambar 2 wilayah Indonesia yang menjadi focal point atau wilayah utama sering
terjadinya kegiatan IUU fishing adalah Laut Sulawesi bagian utara dan Laut
Natuna yang berada di ZEE Indonesia berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan
Samudera Pasifik, serta Laut Arafura yang berada di bagian timur Indonesia.
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 2 Wilayah perairan Indonesia terjadinya IUU fishing.
2.7 Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS)
Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS) merupakan salah satu
kebijakan manajemen perikanan dalam memerangi masalah IUU fishing yang
terjadi di dunia (P2SDKP, 2008). MCS telah disepakati dalam konferensi FAO di
Roma dengan uraian sebagai berikut :
![Page 29: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/29.jpg)
16
1) Monitoring : the continuous requirement for the measurement of fishing effort
characteristics and resources yield;
2) Control : the regulatory conditions under which the exploitation of the
resource may be conducted; dan
3) Surveillance : the degree and types of observation required to maintain with
the regulatory control imposed on fishing activities.
Pada Gambar 3 dibawah ini merupakan contoh skema MCS yang telah
disepakati dalam konferensi FAO.
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 3 Skema Monitoring, Controlling and Surveillance (MCS).
Ditjen Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
(P2SDKP) mendefinisikan MCS sebagai berikut (Mukhtar, 2008):
1) Monitoring (pemantauan) adalah pencarian dan pengumpulan data, informasi,
fakta yang dilakukan setiap saat secara berkelanjutan untuk memperoleh
kejelasan serta akibat peristiwa yang terjadi;
2) Controlling (pemeriksaan) adalah upaya menemukan terjadinya sebuah
peristiwa yang dilakukan di luar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku; dan
3) Surveillance (pengamatan) adalah tindakan hukum yang dilakukan terhadap
suatu tindak pidana yang disengaja atau tidak disengaja oleh seseorang atau
badan hukum.
![Page 30: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/30.jpg)
17
2.8 Pengawasan
Handayaningrat (1994) yang dikutip oleh Mansur (2007), menyatakan
pengawasan dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidak-
sesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan. Tujuan pengawasan adalah agar pelaksanaan
pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.
Berikut adalah macam-macam pengawasan (Handayaningrat, 1994 yang
dikutip oleh Mansur, 2007) :
1) Pengawasan dari dalam adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau
unit pengawasan yang dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri, aparat
pengawas bertindak untuk dan atas nama pimpinan organisasi. Aparat
pengawas ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
oleh pimpinan organisasi untuk perbaikan atau kebijaksanaan lebih lanjut;
2) Pengawasan dari luar adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau
unit dari luar organisasi itu. Aparat atau unit pengawasan bertindak atas
nama atasan dari pimpinan organisasi itu, atau atas nama pimpinan organisasi
itu atas permintaannya;
3) Pengawasan preventif adalah pengawasan sebelum suatu rencana
dilaksanakan, pengawasan untuk mencegah terjadinya kekeliruan, kesalahan
dalam pelaksanaan kegiatan; serta
4) Pengawasan represif, pengawasan kapal ikan dimaksudkan untuk memastikan
bahwa tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pelaksanaan ijin oleh
kapal ikan tersebut, berupa surveillance dengan cara melakukan pemeriksaan
secara langsung pelaksanaan kegiatan kapal ikan tersebut di laut.
Metode pengawasan terdiri dari enam jenis (Handayaningrat, 1994 yang
dikutip oleh Mansur, 2007) :
1) Pengawasan langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan
organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan
pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif, maupun investigative.
Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan;
![Page 31: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/31.jpg)
18
2) Pengawasan tidak langsung adalah apabila aparat pengawasan atau pimpinan
organisasi melakukan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hanya melalui
laporan-laporan yang masuk padanya. Laporan dapat berupa deretan angka-
angka statistik dan lain-lain tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
Kelemahan laporan ini tidak segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menimbulkan kerugian yang sangat
besar;
3) Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat
pengawas yang bertindak atas nama pimpinan organisasi itu atau atasan dari
pimpinan organisasi tersebut. Dalam pengawasan ini telah diatur prosedur,
hubungan dan tata kerja, dan periode waktunya. Aparat pengawasan ini harus
melakukan pengawasan dan pelaporan pengawasannya secara periodik,
laporan harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaan;
4) Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal
atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya
dilakukan oleh Pejabat Pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi
(pribadi), atau secara incognito. Hal ini berguna untuk menghindari
kekakuan hubungan antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana
keterbukaan dalam memperoleh informasi tentang pelaksanaan pekerjaan,
usul dan saran-saran dari bawahan;
5) Pengawasan administratif adalah pengawasan meliputi bidang keuangan,
kepegawaian dan material; dan
6) Pengawasan teknis adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik,
misalnya pemeriksaan terhadap pembangunan gedung, pembuatan kapal dan
sebagainya.
Prinsip-prinsip pengawasan (Handayaningrat, 1994 yang dikutip oleh
Mansur, 2007) adalah :
1) Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi;
2) Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum dari
pada kepentingan pribadi;
3) Pengawasan harus berorientasi pada kebenaran menururt peraturan
perundangan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi pada kebenaran atas
![Page 32: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/32.jpg)
19
prosedur yang telah ditetapkan (rechtmatigheid), dan berorientasi terhadap
tujuan atau manfaat dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatifheid);
4) Pengawasan harus menjamin daya guna dan hasil guna pekerjaan;
5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat;
6) Pengawasan harus bersifat terus menerus; dan
7) Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan
dan penyempurnaan pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan di masa
depan.
2.9 Pengawasan Kapal Perikanan
Pengawasan kapal perikanan adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparatur pengawas yang ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan atau
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk dan Gubernur Propinsi atau pejabat yang
ditunjuk atas nama pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap kapal
perikanan yang masuk, membongkar ikan hasil tangkapan serta kapal perikanan
yang keluar pelabuhan dengan tata cara dan prosedur sebagaimana ditetapkan.
Pelaku utama pengawasan kapal perikanan adalah pemerintah atau petugas yang
ditunjuk atas nama pemerintah. Pertimbangan pemerintah utamanya adalah
efektifitas dan bukan efesiensi, karena sulit untuk mengukur efisiensi dalam
pekerjaan pemerintah (Handayaningrat 1994 yang dikutip oleh Mansur 2007).
Gambar 4 merupakan pangkalan kapal pengawas yang tersebar di beberapa
pelabuhan di Indonesia.
PANGKALAN KAPAL PENGAWAS DITJEN PSDKP
HIU 007
HIU 008
HIU 002
HIU 003
HIU 004
HIU 005
BARRACUDA 02
TODAK 01
MARLIN 01 & 02
MARLIN 03
MARLIN 04
MARLIN 05
MARLIN 06
TODAK 02
BELAWAN
HIU 001
HIU 006
BARRACUDA 01
MARLIN 11
MARLIN 10
MARLIN 09
MARLIN 08
MARLIN 07
HIU MACAN 002
HIU MACAN 001
KP. HIU MACAN (36 METER)
KP. HIU (28 METER)
KP. TODAK (18 METER)
KP. BARRACUDA (17 METER)
MARLIN (SPEEDBOAT)
BUNGUS
JAKARTASEMARANG
CILACAP
TG. PANDAN
KETAPANG
BANJARMASIN
KOTABARU
BENOA BIMAMATARAM
KUPANG
MUNA
KENDARI
PAOTERE
GORONTALOBITUNG
SORONG
TUAL
MERAUKE
MANOKWARI
TARAKAN
TIPE KAPAL PENGAWAS:
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 4 Pangkalan kapal pengawas DITJEN PSDKP.
![Page 33: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/33.jpg)
20
Pengawasan kapal ikan sebagai pengawasan represif dapat menggunakan
beberapa sistem (Handayaningrat, 1994 yang dikutip oleh Mansur, 2007) yaitu :
1) Sistem komparatif yaitu mempelajari laporan penangkapan ikan (Fishing Log
Book) dibandingkan dengan lamanya trip penangkapan dan jenis ikan yang
tertangkap, mengadakan analisa dan memberikan penilaian serta
penyempurnaan;
2) Sistem verifikatif yaitu pemeriksaan berdasarkan pedoman atau petunjuk
teknis dan dibuat laporan periodik, melihat perkembangan dan penilaian hasil
pelaksanaan serta memutuskan tindakan-tindakan lebih lanjut;
3) Sistem inspektif yaitu dengan cara mengecek kebenaran dari suatu laporan
penangkapan ikan dengan pemeriksaan di tempat (on the spot inspection);
dan
4) Sistem investigative yaitu pemeriksaan dengan titik berat pada penyelidikan
atau penelitian yang lebih mendalam terhadap indikasi adanya pelanggaran
perikanan, baik dari laporan masyarakat atau laporan dari masyarakat atau
dari pengamatan langsung di lapangan, tujuannya untuk memberi keyakinan
tentang kebenaran laporan atau dugaan pelanggaran yang telah diterima
sebelumnya.
Keempat sistem tersebut saat ini digunakan dalam pelaksanaan kebijakan
pengawasan kapal ikan di Indonesia. Kebijakan tersebut dikenal dengan sistem
MCSI yang merupakan singkatan dari Monitoring, Controlling, Surveillance, and
Investigation.
2.10 Persepsi
2.10.1 Definisi Persepsi
Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
orang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu
(Leavitt, 1978). Persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang,
cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional.
Menurut Sukmalana (2004) yang dikutip oleh Herryanto (2008) persepsi
adalah proses pemberian arti (kognitive) terhadap lingkungan oleh seseorang
![Page 34: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/34.jpg)
21
kepada stimulus. Demikian setiap individu yang berbeda akan melihat hal yang
sama dengan cara yang berbeda-beda. Maka arti suatu objek atau suatu kejadian
objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme.
Dengan alasan demikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang
berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan
dengan aspek situasi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.
2.10.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi pada prinsipnya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
eksternal. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi proses persepsi adalah faktor
stimulus itu berlangsung (faktor eksternal). Sedangkan salah satu faktor internal
yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah usia.
Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis,
mempengaruhi persepsi anggota-anggota populasi itu (Rakhmat, 2003). Setiap
orang punya persepsi yang berbeda-beda, (Yuniarti, 2000 yang dikutip oleh
Herryanto, 2008) hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1) Keadaan pribadi yang mempersepsikan
Hal ini adalah suatu faktor yang terdapat dalam diri seseorang. Kebutuhan
akan sesuatu, suasana hati, pengalaman akan masa lalu mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap sesuatu hal.
2) Karakteristik target yang dipersepsikan
Hubungan antar target dan latar belakang serta kedekatan akan beberapa hal
yang dipersepsikan juga dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap
sesuatu.
3) Konteks terjadinya persepsi
Waktu ataupun faktor-faktor eksternal yang lain seperti lokasi memiliki
kekuatan untuk membuat persepsi seseorang akan sesuatu objek menjadi
berbeda dengan persepsi orang lain yang juga memandang sesuatu objek yang
sama.
Ketiga faktor di atas dapat menyebakan berbedanya persepsi setiap orang
terhadap objek yang sama. Faktor yang paling mendasar mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap dunia menurut Leavitt (1978), adalah relevansinya terhadap
kebutuhan dirinya, dimana besar kecenderungan seseorang melihat sesuatu berarti
![Page 35: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/35.jpg)
22
jika hal-hal itu mereka anggap dapat memenuhi kebutuhan mereka dan
mengabaikan hal-hal yang mengganggu mereka, serta kemudian melihat pada
gangguan yang berlangsung lama dan cenderung meningkat. Kecenderungan
diperolehnya persepsi atau pandangan yang berbeda-beda dari beberapa orang
terhadap suatu objek yang sama wajar.
Dalam pembahasannya mengenai persepsi sosial, Rakhmat (2003)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dirinci
sebagai berikut:
1) Faktor stimuli yang terdiri dari nilai, familiaritas, arti emosional, dan
intensitas;
2) Faktor yang berhubungan dengan ciri-ciri khas kepribadian seseorang;
3) Faktor pengaruh kelompok; dan
4) Faktor perbedaan latar belakang kultural yang menyangkut antara lain:
kekayaan bahasa dan pembentukkan konsep-konsep serta pengalaman khusus
seseorang anggota kebudayaan tertentu.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Caphlin
(1999) yang dikutip oleh Herryanto (2008) adalah:
1) Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat mempengaruhi
persepsi untuk sementara waktu maupun permanen;
2) Kondisi lingkungan;
3) Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan
atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa
lalunya;
4) Kebutuhan dan keinginan. Ketika seseorang individu membutuhkan atau
menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal-hal yang
dibutuhkan dan diinginkannya tersebut; dan
5) Kepercayaan, prasangka, dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan
menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama
dengannya.
![Page 36: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/36.jpg)
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah
pengumpulan data yang dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2009 di
Fisheries Monitoring Centre (FMC) Direktorat P2SDKP Departemen Kelautan
dan Perikanan Jakarta Pusat, dan Pangkalan Pengawasan P2SDKP di PPS Nizam
Zachman Jakarta. Tahap kedua adalah tahap pengolahan data dan penulisan yang
dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2009.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study).
Studi kasus merupakan cara yang logis dan individu-individu yang diteliti
dibandingkan dan dianalisis (Myers, 1999 yang dikutip oleh Herryanto, 2008).
Menurut Suryabrata (1995) yang dikutip oleh Herryanto (2008), keunggulan
penelitian kasus terutama sangat berguna untuk informasi mengenai latar belakang
permasalahan guna perencanaan penelitian yang lebih besar karena intensif
sifatnya dan studinya menerangkan variabel-variabel yang penting, proses-proses
dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian lebih luas.
Studi kasus bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang
latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari
individu yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum (Nazir, 1985). Penelitian ini menggunakannya metode studi kasus
bertujuan agar mampu menggambarkan dan menganalisis sistem kerja Vessel
Monitoring System yang telah dijalankan serta menganalisis persepsi pelaku
perikanan baik nelayan, pemilik usaha perikanan, maupun pengawas perikanan.
Untuk itu dilakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak yang
terkait.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara
![Page 37: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/37.jpg)
24
kepada pengawas kapal perikanan yang berada di PPS Nizam Zachman maupun di
Fisheries Monitoring Centre (FMC) serta unit kerja yang berhubungan dengan
VMS dan kepada pelaku perikanan (nelayan ABK, kapten kapal, pemlik kapal)
yang telah menggunakan transmitter pada kapalnya. Wawancara ini dimaksudkan
untuk mengetahui pendapat mereka dan mendapatkan gambaran terkait dengan
sistem pemantauan kapal perikanan. Serta mengetahui permasalahan mendasar
dalam pelaksanaan dan pengembagan serta solusi yang diambil untuk mengatasi
permasalahan.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain data keaktifan transmitter.
Data sekunder ini merupakan data dari Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP) sebelum dan setelah dilakukannya sistem pengawasan kapal perikanan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk
menentukan responden dalam melakukan wawancara. Responden yang dipilih
telah ditentukan sebelumnya menjadi nelayan ABK, kapten kapal, pemilik kapal
yang telah memasang transmitter pada kapalnya. Ini untuk mengetahui tanggapan
(persepsi) dari pelaku perikanan tentang Vessel Monitoring System. Wawancara
kepada pengawas perikanan dilakukan untuk mengetahui kinerja dari VMS yang
telah dilakukan hingga saat ini.
![Page 38: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/38.jpg)
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Sistem pemantauan kapal perikanan
Sistem pemantauan kapal perikanan ini merupakan sistem pemantauan
dengan menggunakan satelit dan peralatan transmitter yang ditempatkan pada
kapal perikanan. Di dalam sistem pemantauan kapal perikanan memiliki sistem
kerja yang dibagi menjadi tiga berdasarkan pelakunya yaitu sebagai pemasang dan
penyedia layanan, pemantau, dan penindak.
Pemasang dan penyedia layanan dilakukan oleh provider. Provider sebagai
penyedia layanan bertugas menyediakan transmitter dan layanan satelit dalam
pelaksanaanya. Sebagai pemasang, provider bertugas melakukan pemasangan
unit-unit transmitter ke setiap kapal perikanan yang telah diwajibkan untuk
memasang. Akan tetapi terkadang pula pemasangan transmitter dilakukan oleh
pengawas di tiap-tiap pelabuhan.
Pemantau dalam sistem pemantauan kapal perikanan dilakukan oleh
pengawas atau operator di Fisheries Monitoring Centre (FMC) atau sekretariat
VMS dan pengawas di pelabuhan. Operator melakukan pemantauan dengan
mengamati pergerakkan kapal-kapal perikanan yang telah memasang transmitter
dari layar monitor. Operator menganalisis setiap pergerakkan kapal berdasarkan
data-data kapal yang telah divalidasi. Selain pengawas di FMC terdapat juga
pengawas di pelabuhan yang bertugas memeriksa kondisi transmitter yang
ditempatkan di setiap kapal perikanan.
Penindak di dalam sistem pemantauan kapal perikanan adalah Direktorat
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
(P2SDKP). Dirjen P2SDKP memiliki tugas mengambil keputusan dalam kegiatan
sistem pemantauan kapal perikanan jika terjadi pelanggaran kapal perikanan yang
berada di Indonesia. Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan laporan dari hasil
pemantauan yang dilakukan oleh operator di sekretariat VMS.
Sistem pemantauan kapal perikanan atau Vessel Monitoring System (VMS)
telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2003. Di tahun 2007, sistem ini
berubah dan berkembang. Pengaturan penggunaan transmitter dibedakan menjadi
![Page 39: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/39.jpg)
26
dua, transmitter online dan transmitter offline. Penggunaan transmitter online
berlaku bagi Kapal Ukan Indonesia (KII) berukuran 60GT keatas dan seluruh
Kapal Ikan Asing (KIA), sedangkan transmitter offline dipasangkan pada kapal
berukuran 30GT hingga 60GT.
Rangkaian cara kerja dari sistem pemantauan kapal perikanan ini adalah
sebagai berikut :
1) Setiap Kapal Perikanan Asing (KIA) dan Kapal Ikan Indonesia (KII) di atas
60 GT wajib memasang transmitter pada kapalnya;
2) Transmitter yang telah terpasang akan mengirimkan sinyal kepada satelit
provider masing-masing. Pengiriman sinyal dilakukan secara otomatis oleh
transmitter dengan interval waktu satu jam;
3) Sinyal-sinyal yang diterima oleh satelit teruskan atau dikirimkan kembali ke
processing centre untuk diolah data-data yang telah dikirimkan satelit.
Lokasi processing centre ini berbeda-beda tergantung provider. Untuk argos
lokasinya berada di Perancis dan inmarsat di Inggris;
4) Setelah diolah menjadi data-data posisi kapal, kemudian data dikirimkan ke
pusat pemantauan kapal perikanan. Di FMC, data tersebut diolah server-
server yang dimiliki untuk dapat tampilan gambar pergerakan kapal serta
data-data lainnya;
5) Di FMC data kapal di analisis. Jika terdapat pelanggaran maka akan
dilakukan pemeriksaan;
6) Tampilan posisi kapal yang telah diterima FMC, kemudian akan di
beritahukan kepada para pemilik kapal. Ini dilakukan dengan menggunakan
fasilitas website yang dikelola oleh FMC; dan
7) Pemilik yang ingin mengetahui posisi kapalnya dapat mengakses website ke
http://VMSdkp.dkp.go.id, dapat dilihat pada Lampiran 1. Tampilan yang
dapat dilihat oleh pemilik berupa gambar sejarah pergerakan kapal beserta
posisinya.
Pelanggaran yang dilakukan oleh kapal perikanan dapat terpantau melalui
pergerakkan kapal di layar pengawasan FMC. Pelanggaran-palanggaran yang
terpantau adalah pelanggaran yang dilakukan pada saat pengawasan ataupun
![Page 40: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/40.jpg)
27
pelanggaran yang dilakukan di waktu yang lampau. Pelanggaran yang dilakukan
kapal perikanan seperti :
1) Mematikan transmitter secara disengaja;
2) Menggunakan alat tangkap yang dilarang;
3) Melakukan penangkapan di wilayah yang tidak sesuai izin penangkapan;
4) Melakukan penangkapan di wilayah yang dilarang;
5) Melakukan penangkapan atau kapal berlayar melewati wilayah ZEE
Indonesia;
6) Melakukan ketidaktaatan berlabuh di pelabuhan pangkalan; dan
7) Melakukan transshipment.
4.1.2 Provider
Provider merupakan suatu perusahaan yang bekerjasama dengan pemerintah
dalam menyelenggarakan sistem pemantauan kapal perikanan. Provider
bekerjasama dalam menyediakan alat dan perlengkapan komunikasi sistem satelit.
Provider yang bekerjasama kini berjumlah empat perusahaan provider. Keempat
perusahaan tersebut adalah PT. CLS Argos Indonesia, PT. Amalgam Indocorpora,
PT. SOG Indonesia, dan PT. Pasifik Satelit Nusantara. Tiga dari empat provider
tersebut adalah perusahaan swasta asing yang berada di Indonesia.
Jumlah provider yang bekerjasama dengan pemerintah tersebut merupakan
perbaikan atau peningkatan dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal
perikanan. Pada awal pelaksanaan periode pertama sistem ini yaitu tahun 2003
hingga 2006, provider yang bekerjasama hanya PT. CLS Argos Indonesia.
Provider ini menyediakan segala kebutuhan alat transmitter dan sarana sistem
satelit untuk kapal perikanan dan pusat pemantauan kapal perikanan dalam
melaksanakan sistem ini. Pada periode kedua pelaksanaannya, pemerintah telah
bekerjasama dengan empat provider. Akan tetapi hanya tiga provider yang telah
aktif dalam pelaksanaanya. PT. Amalgam Indocorpora hingga saat ini belum aktif
dalam kegiatan sistem pemantauan kapal perikanan.
Provider-provider tersebut memiliki peranan dalam menyediakan alat dan
sarana komunikasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan sistem pemantauan
kapal perikanan. Provider menyediakan kebutuhan transmitter yang akan
![Page 41: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/41.jpg)
28
dipasangkan pada kapal-kapal perikanan. Dalam satu unit transmitter tersebut
memiliki kelengkapan seperti:
1) Kabel catu daya;
2) Kabel data;
3) Junction box (Lampiran 2);
4) Bracket;
5) Tiang; dan
6) Buku petunjuk.
Satelit dan tipe transmitter yang dimiliki oleh setiap perusahaan berbeda-
beda dapat dilihat pada Lampiran 3. Satelit ini berfungsi sebagai alat dan sarana
komunikasi dalam pemantauan kapal perikanan. Tipe transmitter yang disediakan
merupakan keputusan hasil kerjasama dengan pemerintah. Setiap transmitter
dilengkapi dengan nomor ID yang diberikan oleh pihak provider. Nomor ID
tersebut berbeda-beda pada setiap transmitter. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
kesamaan penomoran ID transmitter pada kapal yang berbeda. Karena nomor ID
yang sama akan membuat kesalahan analisis yang akan dilakukan oleh pengawas.
Dapat dilihat pada Tabel 1 Satelit dan tipe transmitter tersebut adalah :
Tabel 2 Daftar penyedia transmitter VMS
No Nama perusahaan Satelit Tipe
transmitter
ID transmitter
1 PT. CLS Argos
Indonesia
ARGOS Mar-GE 5 angka
2 PT. Amalgam
Indocorpora
Iridium Iridium
3 PT. SOG Indonesia Inmarsat C
Inmarsat D+
Thrane &
Thrane mini C
Satamatic D+
(SAT 201)
Dimulai angka
496
4 PT. Pasifik Satelit
Nusantara
Garuda 1 Byru Marine
Tracking
Dimulai angka
8681 Sumber: Ditsarpras pengawasan, 2008.
Provider mengeluarkan surat keterangan aktivasi. Surat tersebut
dikeluarkan setelah dilaksanakannya pemasangan transmitter dan pembayaran
airtime oleh pemilik kapal atau pengguna transmitter. Transmitter yang
![Page 42: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/42.jpg)
29
dibuatkan surat keterangan aktivasi yaitu transmitter yang telah terpasang dan
diaktifkan di atas kapal.
Harga satu unit transmitter berbeda pada setiap transmitter. Harga tersebut
berkisar dua puluh juta hingga dua puluh lima juta untuk satu unit transmitter.
Selain itu terdapat pula biaya airtime transmitter yang harus dibayarkan oleh
pengguna. Biaya airtime berkisar enam juta hingga tujuh juta setiap transmitter.
Biaya tersebut merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh pengguna untuk
penggunaan transmitter yang telah mengirimkan sinyal setiap satu jam.
Pembayaran tersebut dilakukan untuk jangka waktu satu tahun penggunaan.
4.1.3 Pusat pemantauan kapal perikanan
Pusat pemantauan kapal perikanan adalah tempat pemantauan dan
pengelolaan sistem pemantauan kapal perikanan. Di Indonesia, pusat pemantauan
kapal perikanan ini berada di Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta. Selain
Fisheries Monitoring Centre (FMC), Direktorat Jenderal Pengawasan memiliki
dua Regional Monitoring Centre (RMC) yang berada di Batam dan Ambon.
Fisheries Monitoring Centre (FMC) di Indonesia terletak di Sekretariat VMS
Departemen Kelautan dan Perikanan. Sekretariat VMS merupakan tim kerja yang
berada di bawah tanggung jawab Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan yang
bertugas untuk menangani operasional pelaksanaan VMS.
FMC bertugas memantau dan mengawasi kegiatan kapal perikanan yang
melakukan operasi penangkapan di perairan Indonesia. Kegiatan ini berlaku bagi
kapal-kapal yang telah memasang transmitter pada kapal. Hal ini untuk
mengawasi indikasi tindak pelanggaran yang dilakukan oleh kapal penangkapan
ikan. Selain itu pusat pemantauan kapal perikanan juga mengelola website yang
digunakan sebagai fasilitas kepada pemilik kapal untuk mengakses posisi
kapalnya.
1) Keadaan pusat pemantauan kapal perikanan
FMC memiliki delapan unit perangkat komputer yang digunakan untuk
memantau kapal perikanan yang sedang beroperasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Komputer tersebut digunakan oleh masing-masing operator dalam melakukan
pengawasan. Selain komputer untuk proses pengawasan kapal, FMC juga
![Page 43: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/43.jpg)
30
memiliki empat unit komputer yang digunakan sebagai server. Serta tujuh unit
komputer yang digunakan untuk pengentrian database kapal yang telah
mendaftarkan ke sekretariat dan untuk kepentingan pembuatan laporan hasil
pemantauan. FMC juga memiliki satu unit monitor layar lebar yang dapat
digunakan sewaktu-waktu jika dibutuhkan ketika proses pengawasan.
Pusat pemantauan kapal perikanan memiliki sepuluh unit server, dapat
dilihat pada Lampiran 5. Server-server tersebut digunakan untuk menjalankan
program dan sebagai database untuk kapal-kapal perikanan yang telah
mendaftarkan transmitternya ke sekretariat VMS. Server beroperasi selama dua
puluh empat jam dalam seharinya tanpa henti. Setiap satu unit server hanya
menjalankan satu program yang ada di FMC.
Di dalam melakukan pemantauan, FMC menggunakan program-program
software yang dapat membaca data yang masuk ke Pusat Pemantauan Kapal
Perikanan. FMC menggunakan software Terravision untuk menampilkan data
kapal pada layar monitor. Data tersebut adalah data posisi kapal, pergerakan
kapal, kecepatan, ID transmitter, nama kapal. Dari data tersebut pengawas dapat
menganalisis kegiatan kapal tersebut.
Selain software Terravision, sistem pengawasan ini didukung juga dengan
software lain seperti Display x, Indonesian Map 007i, Traffic table, DB Eksplorer,
dan DB Mapper. Fungsi software-software ini ialah untuk mendukung kerja
Terravision, seperti Indonesian Map 007i untuk menampilkan peta wilayah
Indonesia yang merupakan wilayah pengawasan kapal perikanan di perairan
Indonesia. Software lain berfungsi untuk menyimpan data tentang kapal-kapal
yang telah memasang transmitter.
Hasil yang ditampilkan pada layar monitor dapat beragam tergantung
kebutuhan pengawasan. Posisi kapal, ID transmitter, nama kapal, kecepatan
kapal, tanggal serta pergerakannya dapat dilihat. Namun pada umumnya data
yang ditampilkan posisi kapal, tanggal dan pergerakannya. Hal ini karena
pengawas hanya akan menganalisis pergerakan kapal yang diindikasi melakukan
pelanggaran.
Pergerakan yang ditampilkan pada layar monitor ditunjukan dengan bentuk
garis. Kapal yang bergerak akan digambarkan dengan garis lurus. Garis-garis ini
![Page 44: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/44.jpg)
31
merupakan hasil dari sinyal yang dikirimkan transmitter. Pada setiap jamnya
transmitter akan mengirimkan sinyal, dan interval waktu tersebut dihubungkan
dengan garis pada layar monitor. Garis-garis tersebut menyatakan posisi terakhir
kapal tersebut berada.
Tampilan garis pergerakan kapal juga berhubungan dengan kecepatan kapal
tersebut bergerak yang dapat dilihat pada gambar 5. Garis pada tampilan tersebut
memiliki warna yang mengartikan besar kecepatan kapal bergerak. Arti dan
Warna-warna tersebut adalah:
1) Hijau, kecepatan > 4 knots;
2) Hijau tua, kecepatan 3 – 4 knots;
3) Coklat, kecepatan 2 – 3 knots;
4) Merah tua, kecepatan 1 – 2 knots; dan
5) Merah, kecepatan 0 knots.
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 5 Warna pola pergerakan kapal.
.
Pusat pemantauan kapal perikanan atau disebut juga sekretariat VMS
memiliki sembilan orang petugas pengawasan, satu orang petugas server, dan satu
orang kepala sekretariat VMS yang bertanggung jawab atau semua kegiatan di
Sekretariat VMS. Petugas server bertugas menangani server yang rusak dan
menjaga agar dapat bekerja dengan baik. Petugas pengawasan atau operator
![Page 45: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/45.jpg)
32
tersebut bertugas mengawasi kapal perikanan sesuai dengan jenis alat tangkapnya.
Masing-masing operator menangani kapal dengan jenis alat tangkap tertentu.
Selain itu pengawasan yang dilakukan, operator melakukan pengentrian data
kapal. Berikut kapal dengan jenis alat tangkapnya yang telah diklasifikasikan
untuk masing-masing operator seperti dapat dilhat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pembagian operator berdasarkan alat tangkap
No Jenis alat tangkap Operator
1 Bouke ami Deddy
2 Jaring insang (gillnet)
Jaring insang (gillnet) hanyut organik Nanang
3 Pancing cumi Bambang
4
Hand line
Huhate (pole and line)
Payang
Pancing rawai dasar
Totok
5 Pengangkut atau pengumpul Aning
6 Pukat ikan Atik
7 Pukat udang Ferry
8
Purse seiner
Purse seine (pukat cincin) besar
Purse seine (pukat cincin) kecil
Purse seine PB armada (light)
Purse seine PB armada (pengangkut)
Purse seine PK armada (pengangkut)
Herry
9 Rawai tuna (tuna longline) Danang
Sumber : Sekretariat VMS, 2009
Petugas operator bertugas mengawasi kapal perikanan setiap hari selama
jam kerja (Senin-Jum’at). Akan tetapi petugas operator juga melakukan
pengawasan jika diperlukan selain di jam kerjanya. Setiap operator harus
melakukan pengentrian database kapal-kapal perikanan berdasarkan alat tangkap
![Page 46: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/46.jpg)
33
yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Jumlah kapal yang banyak
membuat kerja operator dalam pemantauan menjadi kurang optimal.
2) Cara kerja pusat pemantauan kapal perikanan
Setiap minggunya setiap operator membuat laporan analisa dari hasil
pengamatan minimal dua laporan analisa. Hasil laporan analisis yang dibuat oleh
operator wajib disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Laporan-laporan tersebut
diserahkan satu kali dalam seminggunya. Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Direktur Jenderal Perikanan
Tangkap, dan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan wajib melakukan
evaluasi kegiatan tersebut dari laporan-laporan yang telah diberikan. Hasil
evaluasi tersebut kemudian wajib dilaporkan kepada Menteri Kelautan dan
Perikanan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. Jika didapatkan terjadi
tindak pelanggaran yang dilakukan atau transmitter yang tidak aktif, maka
operator wajib memberitahukan kepada nakhoda atau pemilik kapal dan membuat
laporannya. Laporan tentang pemantauan wajib dilaporkan kepada Direktur
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Laporan tersebut seperti terjadinya indikasi terjadinya pelanggaran kapal
perikanan.
Pelanggaran tersebut dapat diketahui oleh operator setelah dianalisis.
Kegiatan analisis tersebut dilakukan dengan sangat teliti melihat data yang
diperoleh pusat pemantauan kapal perikanan. Cara menganalisis dan menetapkan
kapal terbukti melakukan pelanggaran berbeda-beda. Keahlian dan pengalaman
dalam menganalisis tindak pelanggaran sangat dibutuhkan dalam hal ini. Cara
menganalisis tersebut adalah:
(1) Mematikan transmitter secara disengaja
Operator menetapkan bahwa kapal perikanan melakukan pematian
transmitter secara disengaja dengan melihat pergerakan dan kecepatan kapal yang
tiba-tiba menjadi nol knot. Hal ini ditandai dengan garis berwarna merah. Sinyal
akan kembali diterima dan tampilan di layar akan membentuk garis lurus
berwarna merah. Akan tetapi matinya transmitter dapat terjadi karena kerusakan.
![Page 47: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/47.jpg)
34
Maka sebelum menetapkan pelanggaran operator memberitahu dan menanyakan
terlebih dahulu kondisi transmitter.
(2) Menggunakan alat tangkap yang dilarang
Penggunaan alat tangkap yang dilarang dapat diketahui dengan melihat data
kapal yang telah didaftarkan. Jenis alat tangkap apa yang digunakan kapal pada
awal pendaftarannya. Jika digunakan alat tangkap yang dilarang dapat diketahui
dengan pergerakan dan kecepatan kapal dalam melakukan operasi
penangkapannya.
(3) Melakukan penangkapan yang tidak sesuai dengan izin penangkapan
Penentuan pelanggaran ini diketahui dengan melihat wilayah operasi
dilakukanya penangkapan yang dicocokkan dengan jenis alat tangkap dan ukuran
GT kapal. Alat tangkap dan ukuran GT kapal telah diatur wilayah
penangkapannya. Kapal-kapal yang telah mengajukan izin terhadap wilayah
penangkapannya akan ditetapkan telah melakukan pelanggaran dan akan diberi
sanksi.
(4) Melakukan penangkapan di wilayah yang dilarang.
Operator menetapkan pelanggaran telah dilakukan oleh kapal yang
melakukan penangkapan di wilayah yang dilarang. Hal ini dibuktikan dengan
pergerakan penangkapan yang dilakukan apakah dilakukan di wilayah yang
dilarang beroperasinya alat tangkap tersebut. Jika terbukti operator langsung
menetapkan kapal tersebut melakukan pelanggaran dan membuat laporannya.
(5) Melakukan penangkapan atau kapal berlayar melewati wilayah ZEE
Indonesia.
Kapal-kapal dengan ukuran GT tertentu dilarang untuk melakukan
penangkapan melewati wilayah ZEE Indonesia. Jika hal tersebut dilakukan, maka
kapal tersebut terbukti telah melanggar peraturan. Operator mencocokan data
kapal yang dimiliki dengan pergerakan yang telah dilakukannya.
(6) Melakukan ketidaktaatan berlabuh di pelabuhan pangkalan.
Pada saat pendaftaran, kapal perikanan juga mencantumkan pelabuhan-
pelabuhan yang menjadi tempat pendaratan hasil tangkapannya. Petugas operator
bertugas mengawasi ketaatan kapal perikanan tersebut agar mendaratkan hasil
tangkapan hanya di pelabuhan yang telah didaftarkan sebagai lokasi pendaratan.
![Page 48: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/48.jpg)
35
Jika diketahui terdapat kapal yang melakukan pendaratan atau berhenti di
pelabuhan lain, maka kapal tersebut telah melakukan pelanggaran. Tugas
operator untuk menetapkan dan membuatkan laporan yang berisikan bahwa kapal
tersebut telah melakukan pelanggaran.
(7) Melakukan transshipment.
Transshipment atau penjualan ikan di tengah laut secara ilegal merupakan
salah satu pelanggaran yang cukup sering terjadi. Operator berkewajiban untuk
mengawasi agar tindakan ini tidak terjadi. Petugas yang mengawasi dari layar
monitor pengawasan dapat mengetahui tindakan transshipment dengan pergerakan
dan posisi kapal yang merapat kepada kapal lain dengan kurun waktu yang cukup
lama. Tampilan gambar tersebut diyakini petugas bahwa kapal telah menjual
hasil tangkapannya. Petugas membuat laporan tentang terjadinya pelanggaran
transshipment dengan bukti yang dimiliki. Akan tetapi terdapat pengecualian
untuk kapal-kapal yang bertindak sebagai pengangkut untuk kapal-kapal
kelompoknya. Kapal pengangkut tersebut menerima hasil tangkapan dari kapal-
kapal yang menjadi kelompoknya. Tindakan tersebut dibenarkan pelaksanaannya
oleh Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Perikanan.
Pusat pemantauan kapal perikanan dapat memberikan laporan rekaman
pergerakan kapal ketika dibutuhkan saat proses penegakan hukum di persidangan.
Rekaman tersebut sebagai barang bukti dalam persidangan untuk kasus
pelanggaran yang dilakukan oleh kapal-kapal perikanan. Hal ini dilakukan untuk
memperkuat tindakan yang telah dilakukan kapal perikanan ketika melakukan
pelanggaran. Selain itu petugas pengawasan di FMC juga dapat dijadikan saksi
ahli selama proses persidangan.
Pusat pemantauan kapal perikanan melayani perusahaan atau pemilik kapal
yang ingin mendaftarkan transmitternya. Pelayanan ini dilakukan dari hari senin
hingga jum’at selama jam kerja. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi buku
acara tentang maksud dan tujuannya terlebih dahulu. Petugas yang menerima
permohonan tersebut akan mencek kelengkapan pendaftaran sesuai dengan syarat
telah ditentukan. Lengkapnya berkas dokumen pendaftaran yang diberikan akan
diterima dan diberikan kepada operator yang menangani kapal berdasarkan alat
tangkapnya. Operator akan memeriksa apakah transmitter yang telah dipasang
![Page 49: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/49.jpg)
36
telah terpantau pada sistem pemantauan. Transmitter yang telah aktif ditandai
dengan terdeteksinya transmitter tersebut di layar pemantauan. Hal kemudian
yang dilakukan operator adalah membuatkan Surat Keterangan Aktivasi
Transmitter dan disahkan oleh direktur sarana dan prasarana pengawasan. SKAT
yang telah disahkan dapat diberikan kepada pemohon. Setelah pendaftaran dan
SKAT telah diterima, kapal dapat melakukan operasi penangkapan dengan
menempatkan SKAT bersama dokumen yang lainnya di atas kapal.
4.1.4 Transmitter
1) Prosedur pemasangan transmitter
Dalam pemasangan unit transmitter di atas kapal memiliki dua prosedur
yaitu pemasangan transmitter milik sendiri dan transmitter milik negara.
Pemasangan transmitter milik sendiri dimulai dengan pembelian unit transmitter
di provider dan membayarkan biaya airtime untuk masa jangka waktu satu tahun
dan selanjutnya diperpanjang setiap tahun hingga izin berakhir. Pemasangan unit
transmitter yang dilakukan harus disaksikan oleh pengawas perikanan di
pelabuhan setempat dan mengisi Form 3 lembar pemasangan transmitter yang
ditandatangani oleh pemasang yang dapat dilihat pada Lampiran 6 dan pada
Lampiran 7 (bawah) adalah kegiatan pemasangan transmitter yang dilakukan oleh
pengawas. Apabila pemasangan transmitter dilakukan di negara lain maka
pengisisan Form 3 ditandatangani pemasang, nakhoda, dan wakil perusahaan serta
oleh pengawas pada saat dilakukan pemeriksaan kapal di pelabuhan pangkalan.
Setelah pemasangan selesai dilakukan maka tahap selanjutnya yang harus
dilakukan adalah mendaftarkan transmitter.
Pendaftaran transmitter ini dilakukan untuk mandapatkan Surat Keterangan
Aktivasi Transmitter (SKAT). Pendaftaran dilakukan di Sekretariat VMS (FMC)
pusat yang berada di Departemen Kelautan dan Perikanan, dapat dilihat pada
Lampiran 7 (atas). Pendaftaran transmitter yang telah dipasang di kapal
perikanan harus dilengkapi surat pendaftaran transmitter (Lampiran 8) dengan
mencantumkan data-data seperti: nomor ID transmitter, nomor seri, jenis, tipe,
merk, spesifikasi dan provider, dokumen pembelian transmitter dan pembayaran
airtime, bukti aktivasi dari provider dan Form 3 Lembar Pemasangan Transmitter
![Page 50: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/50.jpg)
37
serta surat pernyataan transmitter milik sendiri (Lampiran 9). Setelah pendaftaran
dilakukan oleh pemilik kapal, maka kemudian Surat Keterangan Aktivasi
Transmitter (Form FMC 1) akan dikeluarkan oleh Direktorat Sarana dan
Prasarana, Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan dapat dilihat pada Lampiran 10. Form FMC 1 (pada
Lampiran 10) sebagai bukti telah terpantaunya kapal perikanan tersebut oleh
Sistem Pemantauan Kapal Perikanan, sehingga kapal diizinkan untuk beroperasi
melakukan penangkapan dan/atau pengangkutan ikan di perairan Indonesia.
Kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan oleh pemilik kapal atau
nakhoda kapal adalah meletakkan SKAT bersama dokumen perizinan lainnya di
atas kapal. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah pemeriksaan kapal ketika
berada di laut ataupun di pelabuhan pangkalan.
Pemasangan transmitter milik Negara dimulai dengan mengajukan
permohonan peminjaman berupa surat pinjam pakai transmitter milik Negara
(Lampiran 11) ke Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan c.q. Direktur Sarana dan Prasarana. Di dalam surat
permohonan tersebut dicantumkan nama kapal, nama perusahaan, jenis atau status
atau alat tangkap atau GT kapal, bendera dan SIPI atau SIKPI serta SIUP.
Peminjaman transmitter milik Negara dapat dilakukan bila persediaan transmitter
tersebut masih ada.
Peminjaman transmitter milik negara, hanya diperbolehkan bagi kapal ikan
Indonesia (KII) berukuran 30 GT hingga 60 GT. Ketentuan ini berlaku sejak
tahun 2007 hingga sekarang. Hal ini dikarenakan keterbatasan unit transmitter
yang dimiliki oleh negara.
Pemilik kapal atau perusahaan perikanan yang berhasil meminjam
transmitter milik Negara selanjutnya akan diberikan nomor ID transmitter.
Nomor ID transmitter tersebut diberikan oleh sekretariat VMS. Kemudian pihak
pemohon harus menghubungi provider transmitter sesuai dengan yang diberikan.
Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan biaya airtime yang nantinya harus
dibayarkan terlebih dahulu.
Setelah pembayaran diselesaikan dan mendapatkan bukti dokumen
pembayaran airtime dan bukti aktivasi dari pihak provider (pada Lampiran 12),
![Page 51: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/51.jpg)
38
maka selanjutnya pihak pemohon dapat menerima transmitter dan semua
kelengkapannya dari Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengelolaan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Penerimaan transmitter dilengkapi dengan
bukti penerimaan dan lembar peminjaman transmitter Negara (Form 2) yang
dapat dilihat pada Lampiran 13. Di dalam Form 2 tersebut harus diisi dengan data
seperti nama kapal, nama perusahaan, jenis atau status atau alat tangkap atau GT
kapal, nomor SIPI atau SIKPI, penerima transmitter, petugas yang menyerahkan
transmitter, dan diketahui oleh wakil perusahaan.
Pemasangan transmitter milik Negara di atas kapal harus
diketahui/disaksikan oleh pengawas perikanan. Saat pemasangan harus
melakukan pengisian Form 3 Lembar Pemasangan Transmitter dan ditandatangani
oleh pemasang, nakhoda, wakil perusahaan dan pengawas perikanan setempat.
Seperti pada pemasangan transmitter milik sendiri, pemasangan transmitter yang
dilakukan di Negara lain proses pengisian Form 3 dilakukan saat pemeriksaan
terhadap kapal perikanan ketika berlabuh di pelabuhan pangkalan.
Proses pendaftaran dan meminta Surat Keterangan Aktivasi Transmitter
(SKAT) dilakukan setelah pemasangan selesai dan Form 3 telah diisi dan
ditandatangani. Pendaftaran transmitter harus dilengkapi dengan bukti
pembayaran airtime, bukti aktivasi dari provider, Surat pernyataan transmitter
milik negara (Lampiran 14), dan lembar Form 3. Setelah kapal pemohon tersebut
dapat terpantau pada sistem pemantauan kapal perikanan di FMC, maka
selanjutnya akan dikeluarkannya Surat Keterangan Aktivasi Transmitter. Surat
ini nantinya harus ditempatkan bersama dengan dokumen perizinan lainnya.
Prosedur pemasangan transmitter milik sendiri ataupun milik negara dapat dilihat
pada Gambar 6.
![Page 52: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/52.jpg)
39
Gambar 6 Prosedur pemasangan transmitter.
2) Prosedur pengembalian transmitter
Prosedur pengembalian hanya dilakukan untuk transmitter milik Negara.
Masa peminjaman transmitter milik Negara hanya berlaku untuk jangka waktu
satu tahun. Dan setelah jangka waktu tersebut selesai transmitter yang telah
tersebut wajib di kembalikan ke Direktorat Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Selain karena jangka waktu
peminjaman yang telah berakhir, pengembalian juga dilakukan karena suatu sebab
izin dinonaktifkan, dicabut, atau tidak diperpanjang. Pengembalian transmitter
Pembelian unit transmitter Pemberian nomor ID transmitter
Pemasangan transmitter diketahui oleh pengawas
perikanan
Pembayaran airtime oleh pihak pemohon
Mendaftarkan dan meminta Surat Keterangan
Aktivasi Transmitter (SKAT)
Penerimaan transmitter dan kelengkapannya
Pengeluaran SKAT oleh Direktorat Sarana dan
Prasarana Pengawasan
Pemasangan transmitter di atas kapal dan
pengisian form 3 Lembar Pemasangan
Transmitter
SKAT asli ditaruh bersama dokumen perizinan
pada kapal perikanan.
Mendaftarkan dan meminta SKAT
Pengeluaran SKAT oleh Direktorat Sarana dan
Prasarana Pengawasan
SKAT asli ditaruh bersama dokumen perizinan
pada kapal perikanan.
Mulai
Selesai
Prosedur pemasangan transmitter sendiri Prosedur pemasangan transmitter milik negara
Selesai
![Page 53: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/53.jpg)
40
ditujukan kepada Direktur Sarana dan Prasarana P2SDKP. Prosedur
pengembalian transmitter milik negara dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.
Gambar 7 Prosedur pengembalian transmitter milik negara.
Pengembalian transmitter dilakukan setelah masa peminjaman berakhir.
Pengembalian dilakukan di Sekretariat VMS. Di sekretariat tersebut, transmitter
yang akan dikembalikan diperiksa kelengkapan dan fungsi transmitter.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas dan hasil pemeriksaan dilaporkan ke
dalam Form 4 Lembar Pengembalian Transmitter (Lampiran 15). Form tersebut
berisikan tanggal pengembalian, nama kapal, nama perusahaan, jenis atau alat
tangkap, GT kapal, nomor SIPI atau SIKPI, pengecekan kelengkapan dan fungsi
transmitter, petugas yang menerima, dan wakil perusahaan yang menyerahkan.
Ketidaklengkapan ataupun tidak berfungsinya transmitter menjadi tanggung
jawab peminjam dan dikenakan sanksi. Peminjam wajib mengganti atau
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi pada transmitter. Pengembalian
tersebut harus menyertakan surat pernyataan sanggup memperbaiki atau
menggantinya di atas materai enam ribu rupiah dan mempunyai kekuatan hukum.
Ketidakpatuhan dalam mengembalikan, memperbaiki, atau mengganti transmitter
milik Negara yang rusak atau hilang akan diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemilik yang ingin memperpanjang transmitternya baik milik sendiri atau
milik negara harus mengirimkan surat perpanjangan transmitter dan menyertakan
SIUP/SIKPI, bukti pembayaran airtime, bukti aktivasi dari provider, Form
Mulai
Pengecekan kelengkapan dan
berfungsinya transmitter
Penerimaan lembar pengembalian
transmitter milik negara
Selesai
![Page 54: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/54.jpg)
41
pemeriksaan transmitter, kartu identitas pemilik kapal, dan SKAT asli yang lama.
Surat perpanjangan transmitter dapat dilihat pada Lampiran 16.
3) Pemeriksaan transmitter
Pemeriksaan transmitter adalah kegiatan yang dilakukan pada kapal-kapal
ikan yang telah memasang transmitter untuk mengetahui keadaan atau kondisi
transmitter. Pemeriksaan dilakukan untuk melakukan konfirmasi terhadap fisik,
fungsi, dan lingkungan transmitter. Pemeriksaan ini meliputi hal sebagai berikut :
(1) Pemasangan dilakukan sesuai atau benar pada kapal perikanan, seperti yang
tertera pada saat pengajuan pemasangan transmitter.
(2) Hasil kualitas pemasangan, dibuktikan dengan terpantaunya posisi kapal di
layar monitor Pusat Pemantauan Kapal Perikanan.
(3) Penempatan transmitter tidak mengganggu dan terganggu oleh, peralatan
navigasi, komunikasi dan peralatan komunikasi lainnya.
Pemeriksaan transmitter ini dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan oleh pengawas perikanan di pelabuhan, staf
Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan atau oleh staf Direktorat Jenderal
P2SDKP. Hasil dari pemeriksaan tersebut dicatat ke dalam Form Pemeriksaan
Transmitter (Form 6) dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil pemeriksaan
dilaporkan kepada Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan.
Lembar pemeriksaan transmitter (Form 6) berisikan :
(1) Lokasi pemeriksaan;
(2) Tanggal pemeriksaan;
(3) Nama kapal;
(4) Nama perusahaan;
(5) Jenis/status/alat tangkap/GT kapal;
(6) Call sign dan frekuensi;
(7) Nomor SIPI/SIKPI;
(8) Transmitter;
a) Merk;
b) Tipe;
c) No. ID/No. Seri; dan
d) Provider.
![Page 55: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/55.jpg)
42
(9) Pengecekan kelengkapan dan fungsi transmitter; serta
(10) Petugas pemeriksa.
Bila dalam hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, maka
Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan akan menindaklanjuti dengan memberikan peringatan dan sanksi.
Kerusakan atau ketidakaktifan pada transmitter milik sendiri ataupun transmitter
milik negara akan menjadi kewajiban pihak pengguna untuk memperbaiki atau
mengganti transmitternya. Jika terjadi ketidaktaatan dari pihak pengguna, maka
pihak pengguna akan dikenakan sanksi administrasi atau pidana.
4) Kewajiban pengguna transmitter
Dalam sistem pemantauan kapal perikanan setiap kapal diatas 60 GT ke atas
memiliki kewajiban diantaranya :
(1) Wajib memasang dan mengaktifkan transmitter.
(2) Dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap di Indonesia, setiap kapal
perikanan wajib ikut serta dalam sistem pemantauan kapal perikanan. Salah
satu peran sertanya dalam kegiatan ini adalah setiap kapal wajib memasang
dan mengaktifkan transmitter pada kapalnya masing-masing. Transmitter ini
dapat berupa transmitter milik sendiri ataupun transmitter milik negara yang
telah dipinjam.
(3) Wajib membayar airtime.
(4) Setiap pemilik ataupun perusahaan yang telah memasang transmitter pada
kapalnya wajib membayarkan biaya airtime. Pembayaran biaya airtime
dilakukan pada awal pemasangan transmitter dan setiap satu tahun
berikutnya. Airtime ini merupakan biaya pengiriman posisi yang dilakukan
transmitter selama satu tahun dengan interval pengiriman posisi setiap satu
jam sekali.
(5) Wajib mendaftarkan transmitter
(6) Pendaftaran transmitter merupakan salah kewajiban penting yang harus
dilakukan oleh pengguna transmitter. Hal ini dikarenakan agar transmitter
terdaftar dalam sistem pemantauan kapal perikanan dan dapat terpantau
dalam FMC. Pendaftaran transmitter dilakukan di Sekretariat VMS dan
ditujukan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
![Page 56: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/56.jpg)
43
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Proses pendaftaran transmitter,
pemohon menyerahkan Form 3 Lembar Pemasangan Transmitter, bukti
pembayaran airtime dan aktivasi dari provider, serta dilengkapi dengan
dokumen pembelian transmitter.
(7) Wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan hal-hal yang terkait dengan kapal atau
transmitter, dengan ketentuan batas waktu sebagai berikut:
a) Docking kapal, selambat-lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan
docking.
b) Penggantian transmitter, selambat-lambatnya satu minggu sebelum
dilaksanakan penggantian
c) Penggantian surat izin, selambat-lambatnya satu bulan sebelum
dilaksanakan penggantian.
d) Perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan selambat-
lambatnya satu minggu sebelum dan satu minggu sesudah dilaksanakan
perubahan.
e) Proses penegakan hukum yang sedang dijalani, selambat-lambatnya dua
hari sejak dimulai penyelidikan.
f) Tidak beroperasinya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu minggu
sejak kapal tidak beroperasi.
g) Tidak diperpanjang izinnya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu
bulan sebelum habisnya masa berlaku izin.
h) Force Majeure, selambat-lambatnya satu minggu sesudah kejadian
dilengkapi dengan laporan kejadian dan berita acara dari pihak berwajib.
(8) Laporan sebagaimana dimaksud angka empat dengan tembusan kepada:
Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan, Direktorat Jenderal Pengawasan
dan Pengendalian Sumberdaya Kelautaan dan Perikanan.
(9) Wajib menempatkan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter bersama dengan
dokumen perizinan. SKAT yang telah diterima ditempatkan bersama
dokumen-dokumen lain di atas kapal. SKAT yang ditaruh adalah SKAT asli
yang diberikan oleh sekretariat VMS. Hal ini bertujuan agar
![Page 57: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/57.jpg)
44
mempermudahkan proses pemeriksaan perizinan kapal saat berada di laut
ataupun ketika berada di pelabuhan.
(10) Wajib menjaga, memelihara dan memperlakukan transmitter dengan baik.
Transmitter yang ada di atas kapal wajib dijaga dan dipeliahara dengan baik
kondisinya oleh nakhoda ataupun ABK kapal. Ini bertujuan agar transmitter
dapat tetap berfungsi secara teknis dan dapat menyampaikan data kegiatan
penangkapan atau pengangkutan ikan.
(11) Wajib memelihara lingkungan teknis transmitter. Lingkungan sekitar tempat
transmitter di pasang juga wajib dipelihara dan dijauhkan dari segala macam
gangguan termasuk alat komunikasi dan alat komunikasi lainnya di atas
kapal. Upaya ini dilakukan agar pengiriman atau penerimaan data yang
dilakukan transmitter dapat berfungsi dengan baik.
(12) Wajib menempatkan transmitter pada posisi yang tepat seperti dapat dilihat
pada Lampiran 18. Penempatan posisi transmitter di atas kapal sangat
penting. Posisi transmitter yang tepat di atas kapal akan mempengaruhi kerja
transmitter sehingga dapat mengirimkan data posisi kapal dengan baik dan
tidak menggangu peralatan navigasi, peralatan komunikasi atau peralatan
elektronik lainnya serta terhindar dari gangguan lain yang menyebabkan
terhalangnya fungsi teknis dan komunikasi.
(13) Wajib membalas, menanggapi, menindaklanjuti setiap surat
pemberitahuan/peringatan dari Direktorat Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
(14) Wajib menerima petugas atau pengawas dan kapal pengawas perikanan untuk
melakukan pemeriksaan transmitter. Setiap pengawas yang hendak
memeriksa keadaan dan kondisi transmitter di atas kapal harus diperbolehkan
kegiatannya. Pemeriksaan ini dilakukan karena adanya laporan dari FMC
ataupun sekedar untuk memeriksa kondisi fisik transmitter di atas kapal.
(15) Wajib mematuhi petunjuk teknis tentang Sistem Pemantauan Kapal
Perikanan atau Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
![Page 58: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/58.jpg)
45
5) Pengaturan lain transmitter
Di dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan, setiap kapal
wajib memasang dan mengaktikan transmitter secara terus-menerus. Pengguna
transmitter wajib melaporkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan mengenai hal-hal yang terkait
dengan transmitternya atau kapalnya. Wajib lapor ini seperti izin kapal untuk
melakukan docking, penggantian transmitter, penggantian surat izin (SIPI atau
SIKPI), perubahan pemilik kapal, proses hukum yang sedang dijalani, sedang
tidak beroperasinya kapal, izin yang tidak diperpanjang, izin dicabut, transmitter
dalam keadaan rusak, kapal mengalami force majeure.
(1) Docking kapal
Kapal ikan yang akan melakukan docking di pelabuhan wajib melaporkan
kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan c.q. Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan. Izin yang
diberikan berupa laporan tertulis dan diberikan satu bulan sebelum
dilaksanakannya proses docking. Di dalam izin tersebut berisikan jangka waktu,
tempat pelaksanaan, dan saat dimulainya docking. Pada saat docking
dilaksanakan, disampaikan pula laporan tertulis susulan yang dilengkapi dengan
surat keterangan dari galangan kapal. Di dalam surat tersebut menyatakan bahwa
kapal tersebut sedang melakukan docking. Setelah surat izin disampaikan,
transmitter pada kapal dapat dinonaktifkan pada saat dimulainya sampai dengan
selesai docking.
Pihak pengguna wajib melaporkan kembali docking yang telah selesai
dilaksanakan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q. Direktorat Sarana dan Prasarana
Pengawasan. Laporan tersebut menyatakan bahwa docking kapal telah selesai
dilaksanakan dan transmitter sudah diaktifkan kembali. Prosedur perizinan untuk
kapal yang akan melakukan docking dapat dilihat pada Gambar 8.
![Page 59: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/59.jpg)
46
Gambar 8 Prosedur izin docking kapal.
(2) Penggantian transmitter
Penggantian transmitter yang dilakukan oleh pemilik kapal atau perusahaan
perikanan wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Laporan tersebut dikirimkan
selambat-lambatnya satu minggu sebelum dilaksanakannya penggantian. Dalam
izin tersebut, pihak pengguna menyebutkan alasan penggantian transmitter serta
spesifikasi transmitter pengganti yang dilengkapi identitas transmitter tersebut.
Penggantian transmiter yang baru di atas kapal harus diketahui atau
disaksikan oleh pengawas perikanan di pelabuhan. Proses pemasangan
transmitter pengganti sama seperti pemasangan transmitter baru pada kapal
perikanan. Pengisian Form 3 lembar pemasangan transmitter harus dilakukan
kembali dan ditandatangani oleh nakhoda, pemasang transmitter, wakil
perusahaan dan pengawas perikanan yang menyaksikannya.
Docking kapal
Laporan tertulis alasan penggantian
Docking dilakukan
Docking selesai
Izin tertulis selesai docking
Transmitter aktif
Transmitter non aktif
Mulai
Selesai
![Page 60: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/60.jpg)
47
Setelah pemasangan transmitter pengganti selesai, selanjutnya pemilik
kapal atau perusahaan mendaftarkan dan meminta Surat Keterangan Aktivasi
Transmitter pengganti. Surat Keterangan Aktivasi Transmitter diberikan setelah
posisi transmitter terpantau pada Pusat pemantauan kapal perikanan. Surat
tersebut nantinya wajib ditempatkan bersama dengan surat izin lainnya di atas
kapal. Gambar 9 berikut merupakan prosedur untuk melakukan penggantian
transmitter pada kapal perikanan.
Gambar 9 Prosedur penggantian transmitter.
(3) Penggantian surat izin (SIPI atau SIKPI)
Penggatian surat izin penangkapan ikan (SIPI) atau surat izin kapal
penangkapan ikan (SIKPI) yang dimiliki oleh kapal perikanan wajib
melaporkannya. Pengguna wajib melaporkan selambat-lambatnya satu bulan
sebelum dilaksanakannya penggantian. Penggantian surat izin tersebut meliputi :
a) Penggantian izin karena perpanjangan masa berlakunya izin;
b) Penggantian izin karena perubahan fungsi kapal (dari kapal pengangkut
menjadi kapal penangkap dan sebaliknya);
Penggantian transmitter
Izin tertulis pelaksanaan docking
Pemasangan transmitter pengganti
SKAT diterima
SKAT ditempatkan di atas kapal
Pendaftaran transmitter dan meminta SKAT
Selesai
Mulai
![Page 61: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/61.jpg)
48
c) Penggantian izin karena perubahan pemilik;
d) Penggantian izin karena perubahan nama kapal; dan
e) Penggantian izin karena perubahan keagenan kapal perikanan.
Proses penggantian yang telah selesai dilaksanakan harus dilaporkan
kembali ke Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan dengan melampirkan dokumen perizinan yang baru
selambat-lambatnya satu minggu setelah selesai penggantian izin. Selama proses
penggantian izin tersebut, transmitter tetap diaktifkan. Gambar 10 berikut
merupakan prosedur untuk melakukan penggantian surat izin bagi kapal yang
memiliki transmitter.
Gambar 10 Prosedur penggantian surat izin.
(4) Perubahan pemilik kapal
Pengguna transmitter wajib melaporkan perubahan kepemilikan kapal,
nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan. Perubahan tersebut dilaporkan
selambat-lambatnya satu minggu sebelum dan sesudah dilaksanakannya
perubahan. Surat tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Penggantian Surat Izin
Melaporkan izin yang ingin diganti
Proses penggantian izin
Melaporkan dan menyertakan izin baru
Transmitter aktif
Mulai
Selesai
![Page 62: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/62.jpg)
49
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan beserta dengan dokumen
perubahan yang baru.
Apabila pengguna menggunakan transmitter milik negara, maka pemilik
kapal yang baru harus membuat surat pernyataan peminjaman transmitter milik
negara. Selama proses perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal
perikanan transmitter harus tetap diaktifkan.
(5) Pemilik sedang menjalani proses hukum
Perusahaan atau pemilik kapal yang sedang menjalani proses pengadilan
atau penegakan hukum wajib melaporkannya kepada Direktur Jenderal
Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q Direktur
Sarana dan Prasarana Pengawasan. Kewajiban ini dilakukan selambat-lambatnya
dua hari sejak dimulainya proses penyidikan. Di dalam laporan tersebut
dijelaskan tentang kasus yang sedang dihadapi, tempat pelaksanaan penyidikan
dan perkiraan lamanya proses pengadilan tersebut. Laporan tersebut dilengkapi
dengan surat keterangan dari penyidik atau pengadilan setempat.
Setelah proses pengadilan selesai dijalani, perusahaan perikanan atau
pemilik kapal memberikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal Pengawasan
dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q Direktur Sarana dan
Prasarana Pengawasan yang menyatakan bahwa proses pengadilan telah selesai
dijalani dengan melampirkan bukti-bukti hasil penetapan pengadilan. Apabila
keputusan pengadilan menyatakan bahwa kapal perikanan miliknya disita untuk
negara, maka transmitter negara wajib dikembalikan ke sekretariat VMS. Jika
pengadilan menyatakan atau menetapkan putusan bebas terhadap kapal perikanan
tersebut, maka perusahaan atau pemilik kapal wajib melaporkan bahwa proses
peradilan telah selesai dilaksanakan.
Selama proses peradilan dilaksanakan, transmitter pada kapal perikanan
dapat dinonaktifkan. Dan setelah masa proses peradilan selesai, kapal tersebut
harus mengaktifkan kembali transmitternya. Pada Gambar 11 berikut prosedur
perizinan bagi kapal bertransmitter yang sedang menjalani proses hukum.
![Page 63: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/63.jpg)
50
Gambar 11 Prosedur izin yang sedang menjalani proses hukum.
(6) Kapal tidak beroperasi
Kapal perikanan yang tidak beroperasi wajib dilaporkan oleh pemilik kapal
selambat-lambatnya satu minggu sejak kapal tidak beroperasi. Pada Gambar 12
dapat dilihat prosedur perizinan bagi kapal bertransmitter yang tidak beroperasi.
Laporan tidak beroperasinya kapal dilengkapi dengan informasi mengenai sebab-
sebab yang saat dipertanggung jawabkan perihal tidak beroperasinya kapal. Kapal
yang tidak beroperasi dilaporkan lokasi dan jangka waktu tidak beroperasinya
kapal dengan melampirkan surat keterangan dari pengawas perikanan atau
galangan kapal tempat perbaikan. Selama kapal tidak beroperasi, transmitter
dapat dinonaktifkan.
Menjalani proses hukum
Melaporkan hukum yang dijalani
Proses penyidikan dijalani
Transmitter dinonaktifkan
Transmitter Negara dikembalikan
Ditetapkan tidak bersalah Ditetapkan bersalah
Pelaporan hasil pengadilan
Melaporkan dan menyertakan hasil pengadilan
Transmitter diaktifkan kembali
Mulai
Selesai
Selesai
![Page 64: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/64.jpg)
51
Setelah perbaikan selesai dan kapal siap beroperasi, pihak pengguna
memberikan laporan tertulis kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan c.q Direktur Sarana dan
Prasarana Pengawasan. Laporan tersebut menyatakan bahwa kapal siap
beroperasi kembali dan transmitter sudah diaktifkan kembali. Apabila posisi
kapal tidak terpantau di Pusat Pemantauan Kapal Perikanan, maka Direktorat
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan akan
memberikan surat pemberitahuan kepada pengguna, kapal belum diizinkan
beroperasi dan pengawas perikanan tidak akan menerbitkan SLO.
Kapal yang tidak beroperasi seterusnya, maka transmitter milik negara
harus segera dikembalikan ke sekretariat VMS. Pengembalian transmitter
tersebut harus dalam keadaan lengkap dan berfungsi serta dilengkapi Lembar
Pengembalian Transmitter (Form 4).
Gambar 12 Prosedur izin kapal tidak beroperasi
Kapal tidak beroperasi
Melaporkan dan menuliskan sebab kapal tidak beroperasi
Kapal rusak
Transmitter Negara dikembalikan
Kapal tidak beroperasi selamanya
Transmitter dinonaktifkan
Menyertakan surat keterangan pengawas
perikanan
Melaporkan kembali kapal telah diperbaiki
Transmitter diaktifkan kembali
Mulai
Selesai
Selesai
![Page 65: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/65.jpg)
52
(7) Izin tidak diperpanjang
Perusahaan atau pemilik kapal perikanan wajib melaporkan kepada Direktur
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
tentang tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan. Kewajiban tersebut
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum habisnya masa berlaku izin.
Dalam laporan tersebut menyebutkan nomor ID transmitter, nama kapal, nama
perusahaan, nomor SIPI atau SIKPI.
Pemilik kapal wajib mengembalikan transmitter milik negara yang telah
dipinjam dalam keadaan baik dan lengkap dengan dilengkapi Form 4 lembar
pengembalian transmitter. Transmitter yang mengalami kerusakan harus
diperbaiki atau diganti oleh pihak peminjam.
(8) Izin dicabut
Pemilik kapal melaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan perihal izin yang
dinonaktifkan atau dibekukan atau dicabut. Waktu pemilik kapal melaporkan hal
ini selambat-lambatnya dua hari setelah izin dinonaktifkan atau dicabut. Isi
laporan tersebut disebutkan nomor ID transmitter, nama kapal, nama perusahaan,
nomor SIPI atau SIKPI.
Pemilik kapal wajib mengembalikan transmitter milik negara yang telah
dipinjam dalam keadaan baik dan lengkap dengan dilengkapi Form 4 lembar
pengembalian transmitter. Transmitter yang mengalami kerusakan harus
diperbaiki atau diganti oleh pihak peminjam.
(9) Transmitter dalam keadaan rusak
Pemilik kapal wajib menyediakan pengganti transmitter yang mengalami
kerusakan. Transmitter yang tidak terpantau di Pusat Pemantauan Kapal
Perikanan ketika kapal sedang beroperasi akan diberitahukan kepada pemilik
kapal melalui sarana komunikasi yang tersedia. Nakhoda atau pemilik kapal
wajib memberitahukan kepada provider tentang kerusakan transmitternya setelah
informasi diterima dari Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Kapal yang sedang beroperasi ketika terjadi kerusakan pada transmitternya
wajib menyampaikan posisi kapal ke Sekretariat VMS dan kepala UPT atau
![Page 66: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/66.jpg)
53
pelabuhan pangkalan, minimal satu kali dalam dua puluh empat jam secara terus
menerus. Kapal diwajibkan merapat ke pelabuhan terdekat untuk melakukan
pemeriksaan. Bagi kapal yang memiliki transmitter cadangan dapat terus
melakukan operasi setelah melaporkan penggunaan serta berfungsinya transmitter
cadangan yang dibuktikan dengan terpantaunya posisi kapal di Pusat Pemantauan
Kapal Perikanan.
Pengawas perikanan wajib melakukan pemeriksaan transmitter setelah
kapal merata di pelabuhan. Hasil pemeriksaan transmitter tersebut dituangkan ke
dalam Form 6 untuk kemudian dilaporkan ke Direktur Sarana dan Prasarana
Pengawasan. Transmitter yang mengalami kerusakan setelah dilakukan
pengecekan harus diperbaiki atau diganti oleh pemilik kapal.
Proses penggantian transmitter baru harus melaksanakan prosedur
pemasangan transmitter dengan mengisi Form 3 dan melapokannya ke Direktorat
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Transmitter yang telah terpantau akan diberikan Surat Keterangan Aktivasi
Transmitter kepada pemilik kapal dan ditempatkan bersama dokumen perizinan
lain di atas kapal. Perbaikan atau penggantian transmitter yang belum dapat
terpantau posisinya tidak akan dikeluarkannya Surat Laik Operasi (SLO) oleh
pengawas perikanan. Gambar 13 berikut merupakan prosedur perizinan bila
terjadi kerusakan pada transmitter.
![Page 67: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/67.jpg)
54
Gambar 13 Prosedur izin bila terjadi kerusakan transmitter.
(10) Kejadian force majeure
Kejadian force majeure adalah peristiwa yang terjadi yang tidak
diperkirakan sebelumnya sebagai akibat terjadinya perubahan kondisi cuaca,
kondisi alam, dan atau kejadian lainnya yang tidak dapat dikendalikan dan diluar
unsur kesengajaan yang mengakibatkan kecelakaan antara lain:
a) Tenggelam di laut;
b) Tersambar petir; dan
c) Kebakaran di kapal.
Transmitter rusak
Diberitahukan bahwa transmitter tidak aktif
Memberitahukan kepada provider terjadi
kerusakan transmitter
Merapat ke pelabuhan terdekat
Dilakukan pemeriksaan
Mengganti dengan transmitter baru
Menyampaikan posisi terakhir
Melaporkan penggunaannya
Tetap beroperasi Penggantian atau perbaikan transmitter
Pendaftaran untuk penggantian transmitter
Kapal beroperasi kembali
Mulai
Selesai
Selesai
![Page 68: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/68.jpg)
55
Kehilangan atau kerusakan yang diakibatkan kejadian force mejeure wajib
dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan c.q Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan selambat-
lambatnya satu minggu sesudah kejadian dilengkapi dengan berita acara laporan
kejadian dari pihak berwajib. Apabila kapal perikanan tersebut menggunakan
transmitter milik negara, maka wajib mengganti dengan transmitter yang sejenis.
4.1.5 Transmitter offline
Transmitter offline merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan
pemantauan kapal perikanan secara tidak langsung, yang dipasang dan
dioperasikan di atas kapal perikanan yang telah ditentukan serta dipergunakan
untuk menerima atau mengirimkan data posisi kapal perikanan ke pengelola
sistem. Transmitter offline diwajibkan penggunaannya pada kapal perikanan yang
berukuran 30 GT hingga 60 GT. Transmitter ini dipinjamkan oleh pemerintah
kepada kapal perikanan yang telah ditetapkan. Unit transmitter offline yang
dimiliki oleh pemerintah sebanyak 500 unit. Dan baru 400 unit yang dipasangkan
pada kapal perikanan 30 GT hingga 60 GT. Jenis transmitter yang digunakan
dalam transmitter offline sama seperti transmitter online.
Di dalam sistem penggunaannya transmitter offline tidak jauh berbeda
dengan transmitter online. Perbedaan terdapat pada proses pengiriman sinyal data
oleh transmitter dan pemantauan yang dilakukan pengawas. Transmitter offline
tidak mengirimkan sinyal data melalui satelit. Transmitter ini hanya menyimpan
data kegiatan yang telah dilakukan oleh kapal perikanan.
Kapal perikanan yang memasang transmitter offline akan menjalani
pemeriksaan oleh pengawas perikanan. Sesampainya di pelabuhan pangkalan,
transmitter offline yang dipasang pada kapal perikanan akan diolah data-datanya.
Pengawas perikanan mendatangi kapal dengan transmitter offline untuk melihat
apa saja yang telah dilakukan kapal selama melakukan operasi. Data dari
transmitter ditransfer ke laptop pengawas perikanan. Dari data-data tersebut
pengawas akan melihat kegiatan kapal. Pengawas akan menganalisis kegiatan
tersebut, apa ada indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh kapal tersebut. Jika
dari hasil analisis terbukti kapal melakukan pelanggaran, maka pengawas tersebut
![Page 69: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/69.jpg)
56
berkewajiban menindak dan membuat berita acaranya. Pengawas lapangan akan
menyerahkan berkas tersebut kepada Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Keterampilan dan kemampuan dari pengawas perikanan di pelabuhan sangat
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan proses kegiatan kapal penangkapan yang
dilakukan cukup lama, jadi pengawas harus menganalisa seluruh kegiatan dari
awal keberangkatan hingga kapal tersebut kembali ke pelabuhan.
4.1.6 Website Vessel Monitoring System (VMS)
Website Vessel Monitoring System (VMS) merupakan alat komunikasi yang
disediakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai layanan fasilitas
untuk para perusahaan atau pemilik kapal yang telah mengikuti program VMS.
Website ini beralamat di http://dkpVMS.dkp.go.id dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sistem informasi ini memungkinkan perusahaan perikanan untuk memantau kapal
perikanan yang dimilikinya tanpa memandang letak geografisnya. Website ini
dapat digunakan untuk melakukan kegiatan pemantauan kapal perikanan dengan
mengakses internet kapanpun dan di manapun pengguna berada.
Fasilitas website VMS hanya bisa digunakan oleh perusahaan atau pemilik
kapal yang telah memiliki user account dan password. User account dan
password diberikan oleh sekretariat VMS kepada pemilik kapal setelah terlebih
ahulu mendaftarkan transmitternya. User account dan password tersebut pribadi
dan rahasia, maka pemilik kapal hanya dapat melihat posisi kapal perikanannya
sendiri. Kapal milik orang lain tidak dapat terpantau atau dilihat dengan password
yang berbeda.
User dan password tidak boleh digunakan sembarangan dan harus dijaga
kerahasiaannya. Tata tertib pengguna user dan password adalah sebagai berikut:
1) User dan password diberikan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan kepada pengusaha atau
pemilik kapal dalam amplop tertutup dan dikirim langsung untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya;
2) User dan password tidak boleh diberitahukan kepada pihak lain;
![Page 70: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/70.jpg)
57
3) User dan password menjadi tanggung jawab perusahaan perikanan atau
pemilik kapal dan pengelola (DKP) tidak bertanggung jawab atas pemberian
password yang telah diseahkan ke user; dan
4) Administrator Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dapat melakukan perubahan user dan
password apabila dianggap perlu dan perusahaan perikanan atau pemilik
kapal diberitahukan perubahan tersebut dalam amplop tertutup yang
dikirimkan secara langsung.
Pada halaman daftar kapal terdapat empat menu dengan masing-masing
kegunaan sebagai berikut :
1) Available unit, adalah daftar nama kapal yang memasang transmitter.
Memilih lebih dari satu kapal gunakan tombol SHIFT atau CTRL disertai
dengan klik kiri mouse;
2) Position labeling, adalah menampilkan informasi label di posisi peta;
3) History mode, adalah menampilkan sejarah pergerakan kapal; dan
4) Centre on mobile, adalah untuk menampilkan posisi di peta.
Di bawah peta terdapat toolbar yang berisikan sekumpulan tombol perintah
untuk navigasi peta seperti terlihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3 Toolbar website VMS
No Nama tombol Keterangan
1 Zoom into selected
point or region
Untuk memperbesar target atau daerah. Gunakan
klik kiri mouse atau membuat seleksi daerah
2 Zoom away from
selected point
Untuk memperkecil target atau daerah. Gunakan
klik kiri mouse
3 Click to recentre Untuk membuat target berada di tengah-tengah
layar jendela peta
4 Pan map Untuk menggeser peta
5 Measure distance Mengukur jarak
6 Position Informasi posisi di peta
Sumber: Ditsarpras pengawasan, 2008
![Page 71: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/71.jpg)
58
4.1.7 Pelanggaran
1) Bentuk pelanggaran
Di dalam penggunaan transmitter pada kapal perikanan masih banyak
ditemukan pelanggaran yang dilakukan. Bentuk-bentuk pelanggaran tersebut
diantaranya :
(1) Tidak memasang transmitter VMS bagi kapal perikanan 60 GT keatas dan
seluruh kapal asing.
(2) Memasang transmitter tetapi tidak memberikan informasi secara terus
menerus dengan periode waktu setiap jam sekali.
(3) Memasang transmitter tetapi dengan sengaja tidak mengaktifkan seperti :
1) Melakukan pemutusan arus listrik dengan sengaja, sehingga transmitter
tidak berfungsi dan tidak dapat terpantau di Pusat Pemantauan Kapal
Perikanan.
2) Melakukan sesuatu terhadap transmitter dan peralatan pendukungnya
seperti menutup transmitter dengan sesuatu atau karena perlakuan lain,
sehingga mengakibatkan transmitter tidak dapat terpantau di Pusat
Pemantauan Kapal Perikanan
(4) Tidak mendaftarkan transmitter (yang dilengkapi nomor ID, nomor seri,
jenis, tipe, merk, spesifikasi, provider, dokumen pembelian, dokumen
pembayaran airtime, bukti aktivasi dari provider), kepada Direktorat Jenderal
Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang
dipasang pada kapal perikanan berukuran di atas 60 GT dan seluruh Kapal
Ikan Asing.
(5) Tidak melengkapi Surat Keterangan Aktivasi Transmitter yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan (Form FMC 1) untuk kapal perikanan di atas 60 GT dan
seluruh Kapal Ikan Asing.
(6) Tidak melaporkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, sesuai dengan waktu yang ditetapkan
pada saat docking kapal, penggantian transmitter, penggantian surat izin,
perubahan pemilik, nama fungsi, dan keagenan kapal perikanan, proses
![Page 72: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/72.jpg)
59
penegakan hukum yang sedang dijalani, tidak beroperasinya kapal perikanan,
tidak diperpanjangnya izin kapal perikanan dan force majeure.
(7) Tidak melaporkan perubahan kepemilikan, keagenan, nama, spesifikasi, dan
perizinan kapal perikanan, serta perubahan nomor ID transmitter, kepada
Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan.
2) Pelanggaran operasional kapal perikanan
Pelanggaran operasional kapal perikanan adalah pelanggaran yang
dilakukan oleh kapal perikanan terhadap ketentuan-ketentuan perizinan dan
ketentuan-ketentuan lain yang berlaku yang dapat diketahui dari hasil pemantauan
VMS terhadap kapal perikanan yang telah memasang transmitter seperti :
(1) Perizinan (SIPI/SIKPI/SIUP);
(2) Dokumen kapal/Spesifikasi;
(3) Wilayah penangkapan;
(4) Wilayah tertutup/terbatas;
(5) Alat tangkap; dan
(6) Indikasi pelanggaran seperti ; transshipment, ketaatan berlabuh di pelabuhan
pangkalan, dan lain-lain.
Gambar 14 berikut merupakan contoh pola pergerakkan kapal melakukan
pelanggaran pair trawl yang berhasil terdeteksi. Dan pada Tabel 4 merupakan
data ketaatan kapal berpangkalan berdasarkan SLO tahun 2008.
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 14 Pola pergerakan kapal melakukan pelanggaran pair trawl.
![Page 73: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/73.jpg)
60
Tabel 4 Ketaatan kapal berpangkalan berdasarkan SLO tahun 2008
N0 Pelabuhan
Jumlah kapal
yang
memiliki izin
berpangkalan
Jumlah
ketaatan kapal
berpangkalan Kapal yang
tidak
berpangkalan
Tingkat
ketaatan
(%) Sesuai
izin
Tidak
sesuai
izin
1 PPS Belawan 249 203 9 46 81,53
2 PPS Bungus 109 7 28 102 6,42
3 PPS Cilacap 365 65 7 300 17,81
4 PPS Nizam
Zachman
1528 394 202 1134 25,79
5 PPN Pemangkat 59 50 12 9 84,75
6 PPN Pekalongan 407 246 70 161 60,44
7 PPN Kejawanan 20 15 6 5 75,00
8 PPN Sibolga 326 268 11 58 82,21
9 PPN Pelabuhan
Ratu
54 4 32 50 7,41
10 Juwana 187 104 76 83 55,61
11 Tegalsari/Tegal 105 33 16 72 31,43
12 PU Probolinggo 178 92 15 86 51,69
13 Tanjung Pandan 13 0 5 13 0
14 Sungai Liat 7 0 14 7 0
15 Sei Rengas 90 10 23 80 11,11
16 Batam 323 133 2 190 41,18
17 Natuna/Ranai 62 24 5 38 38,71
18 TB Asahan 68 46 40 22 67,65
19 Muara Angke 59 15 74 44 25,42
20 PPN Bitung 1306 444 33 862 34,00
21 PPS Kendari 345 73 20 272 21,16
22 PPN Ambon 1933 227 11 1706 11,74
23 PPN Ternate 332 1 0 331 0,30
24 PPN Tual 1207 142 8 1065 11,76
25 Pel. Benoa 1674 618 32 1056 36,92
26 Pel. Benjina 334 139 26 195 41,62
27 PPP Kupang 363 87 15 276 23,97
28 PPP Merauke 1079 92 24 997 8,53
29 PPP Sorong 525 126 16 399 24,00
30 Pel. Dobo 407 67 54 340 16,46
31 Pel Biak 425 33 3 392 7,76
32 Kaimana Avona 96 30 20 66 31,25
33 Melanguane 14 5 0 9 35,71
34 Timika 87 13 6 74 14,94
Sumber: P2SDKP, 2008
![Page 74: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/74.jpg)
61
3) Proses penanganan pelanggaran
Proses penanganan pelanggaran kapal perikanan yang telah terjadi yaitu
dengan :
(1) Dilakukan proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
mengenakan sanksi administratif dan sanksi pidana; dan
(2) Dilakukan pemantauan terhadap tindak lanjut penanganan pelanggaran.
4.1.8 Sanksi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.PER.03/MEN/2007, tentang Surat Laik Kapal Perikanan
1) Sesuai dengan pasal 10 dinyatakan bahwa : bagi kapal perikanan yang
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan adminitrasi dan kelayakan teknis
operasional, tidak diterbitkan Surat Laik Operasi (SLO);
2) Bagi kapal perikanan yang tidak memenuhi syarat untuk diterbitkan SLO,
pengawas perikanan merekomendasikan kepada syahbandar untuk tidak
menerbitkan Surat Izin Berlayar (SIB);
3) Sesuai dengan pasal 8 dinyatakan bahwa: persyaratan kelayakan teknis
operasional, diantaranya keberadaan dan keaktifan alat pemantau perikanan;
serta
4) Dengan demikian apabila kapal perikanan tidak dilengkapi dengan
transmitter atau dilengkapi transmitter tetapi tidak aktif/ tidak dapat terpantau
di pusat pemantauan kapal perikanan, maka tidak diterbitkan SLO
Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER.05/MEN/2007, tentang Penyelenggaran Sistem Pemantauan Kapal Perikanan
Departemen Kelautan dan Perikanan dapat memberikan sanksi apabila orang atau
badan hukum atau pengusaha atau pemilik kapal melakukan pelanggaran dalam
pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan kapal perikanan
berukuran 60GT ke atas dan seluruh kapal perikanan asing yang tidak
dilengkapi transmitter dikenakan sanksi pidana berdasarkan pasal 100
undang-undang no. 31 tentang perikanan;
![Page 75: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/75.jpg)
62
2) Setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan kapal perikanan
berukuran 60GT ke atas dan seluruh kapal perikanan asing yang tidak
mengaktifkan transmitter secara terus menerus dan membayar air time
dikenakan sanksi pidana berdasarkan pasal 100 Undang-Undang No. 31
tentang perikanan.
3) Bagi pengguna transmitter yang:
(1) Tidak mendaftarkan transmitter (yang dilengkapi no. ID, no. Seri, jenis,
tipe, merk, spesifikasi, provider, dokumen pembelian, dokuman
pembayaran air time, bukti aktifasi dari provider), kepada Direktorat
Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan
dan Kelautan yang dipasang pada kapal perikanan berukuran di atas
60GT dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 undang-undang
no. 31 tentang perikanan;
(2) Tidak melakukan perubahan kepemilikan, keagenan, nama, spesifikasi
dan perizinan kapal perikanan, serta perubahan ID transmitter kepada
Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
Perikanan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 Undang-
Undang No. 31 tentang perikanan; serta
(3) Menggunakan kapal perikanan berukuran di atas 60 GT dan seluruh
kapal perikanan asing yang dilengkapi SIPI dan/atau SIKPI tetapi tidak
dilengkapi surat keterangan aktivasi transmitter yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
Perikanan (FORM FMC 1), dikenakan sanksi pidana sesuai dengan pasal
100 Undang-Undang No. 31 tentang perikanan.
4) Bagi pengguna transmitter yang:
(1) Tidak memberi informasi posisi kapal perikanan ke pusat pemantauan
kapal perikanan, Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya kelautan perikanan, sekurang-kurangnya setiap jam sekali
kecuali dalam keadaan docking dan/atau kapal perikanan sedang tidak
beroperasi, dikenakan sanksi adminitratif berupa penerbitan surat
peringatan I, II, dan III disertai surat rekomendasi pencabutan izin
![Page 76: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/76.jpg)
63
dan/atau sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 Undang-Undang No. 31
tentang perikanan.
(2) Tidak melaporkan kepada Direktorat Jendral Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan mengenai hal-hal yang
terkait dengan kapal dan/atau transmitter sesuai dengan batas waktu yang
ditetapkan seperti :
a) Docking kapal, selambat-lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan
docking;
b) Penggantian transmitter, selambat-lambatnya satu minggu sebelum
dilaksanakan penggantian;
c) Penggantian surat izin, selambat-lambatnya satu bulan sebelum
dilaksanakan penggantian;
d) Perubahan pemilik, nama, fungsi, dan keagenan kapal perikanan
selambat-lambatnya satu minggu sebelum dan satu minggu sesudah
dilaksanakan perubahan;
e) Proses penegakan hukum yang sedang dijalani, selambat-lambatnya
dua hari sejak dimulai penyelidikan;
f) Tidak beroperasinya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu
minggu sejak kapal tidak beroperasi;
g) Tidak diperpanjang izinnya kapal perikanan, selambat-lambatnya satu
bulan sebelum habisnya masa berlaku izin; dan
h) Force Majeure, selambat-lambatnya satu minggu sesudah kejadian
dilengkapi dengan laporan kejadian dan berita acara dari pihak
berwajib.
Sanksi administratif akan dikenakan berupa surat peringatan I, II dan III
disertai surat rekomendasi pencabutan izin dan/atau sanksi pidana sesuai dengan
pasal 100 Undang-Undang No. 31 tentang perikanan
5) Sanksi administratif dan/atau pidana sebagai mana yang dimaksud pada ayat
(3), dikenakan dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Diberikan peringatan I oleh Direktorat Jendral Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan;
![Page 77: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/77.jpg)
64
(2) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak
terbitnya peringatan tertulis I, pengguna transmitter tidak melaksanakan
isi peringatan tertulis I, diberikan peringatan II;
(3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak
terbitnya perimgatan tertulis II, pengguna transmitter tidak melaksanakan
isi peringatan tertulis I, diberikan peringatan III, disertai dengan
rekomendasi pencabutan izin kepada Direktur Jendral Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan Perikanan tidak menerbitkan Surat
Laik Operasi; dan
(4) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak
terbitnnya perimgatan tertulis III, pengguna transmitter tidak
melaksanakan isi peringatan tertulis III dan Direktur Jendral Perikanan
Tangkap tidak mencabut izin, penyidik pegawai negeri sipil perikanan
berhak menahan izin kapal perikanan yang bersangkutan dan dilakukan
proses hukum berdasarkan pasal 100 Undang-Undang No. 31 tentang
perikanan.
6) Sanksi terhadap penggunaan transmitter milik negara:
(1) Kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya transmitter maka
perusahaan atau pemilik kapal atau agen perusahaan dikenakan sanksi
berupa penggantian tranmitter baru;
(2) Kerusakan yang terjadi pada keseluruhan ataupun bagian-bagian dari
transmitter, maka pihak pengguna wajib memperbaiki dan/atau
mengganti dengan transmitter baru; dan
(3) Kehilangan transmitter karena berbagai sebab, termasuk force majeure,
maka pihak pengguna wajib mengganti dengan transmitter baru yang
sejenis
![Page 78: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/78.jpg)
65
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persepsi pelaku perikanan
Di dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan (VMS) di
Indonesia, banyak ditemukan pendapat-pendapat atau persepsi dari para pelaku
perikanan. Dari mereka dapat diketahui berbagai hal teknis dalam pelaksanaan
VMS, baik itu berupa kelebihan maupun kekurangan yang ditimbulkan dari
program ini. Dan itu semua di dapat dari pengalaman-pengalaman mereka selama
berpartisipasi dalam program VMS.
Salah satu kekurangannya adalah biaya yang harus mereka keluarkan untuk
kepartisipasian dalam program ini menurut mereka dinilai terlalu mahal. Mereka
harus membeli transmitter untuk dipasang pada kapal mereka yang harga satu
unitnya berkisar dua puluh juta hingga tiga puluh juta rupiah. Biaya airtime yang
harus dibayarkan setiap satu tahunnya yang juga tidak kecil yaitu berkisar enam
juta hingga delapan juta rupiah pertahunnya. Biaya ini tentunya akan menambah
biaya tetap dan biaya operasional penangkapan ikan. Menurut kebanyakan kapten
dan ABK kapal, biaya ini masih terlalu mahal karena dengan bertambahnya biaya
ini akan mengurangi pendapatan mereka.
Selain biaya pembelian dan pembayaran airtime, biaya tersebut akan
bertambah jika terjadi kerusakan terhadap transmitter. Kerusakan yang terjadi
akan menjadi tanggung jawab pemilik kapal. Kerusakan transmitter tersebut
harus segera diperbaiki oleh provider. Perbaikan ini tentunya akan mengeluarkan
biaya perbaikan. Biaya perbaikkan untuk teknisinya sekitar satu juta lima ratus
ribu rupiah per satu kali perbaikkan. Biaya tersebut belum termasuk dengan
komponen yang harus diganti jika terdapat yang rusak. Karena dalam setiap
pembelian tidak berlaku garansi yang diberikan pihak provider. Jika transmitter
tersebut tidak dapat diperbaiki, maka harus diganti dengan yang baru. Dengan
demikian akan terus menambah biaya yang harus dikeluarkan pemilik kapal.
Menurut pengawas perikanan di pelabuhan bahwa pada awal pelaksanaan
periode kedua program vessel monitoring system, banyak ditemukan terjadinya
kerusakan transmitter. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh kejadian force
majeure atau lebih sering dikarenakan kondisi kapal yang tidak mendukung.
Kerusakan yang sering dialami adalah putusnya sikring pada transmitter atau
![Page 79: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/79.jpg)
66
kabel yang putus karena gigitan tikus. Hal ini dapat terjadi karena kondisi wheel
house yang terlalu berantakan disekitar transmitter. Seharusnya kejadian ini tidak
harus terjadi jika saja terdapat pengetahuan yang cukup dari kapten kapal ataupun
ABK.
Transmitter yang tidak aktif di tengah laut sering dianggap bahwa sengaja
dilakukan oleh kapten kapal. Akan tetapi tidak semuanya kejadian tersebut benar,
karena sering ditemukan kapal yang transmitternya mati bukan karena sengaja
dimatikan akan tetapi kapten atau ABK kapal tidak tahu kalau transmitternya
telah tidak aktif. Jika seperti ini keadaannya akan menghalangi kegiatan
penangkapan, karena transmitter pada kapal tersebut harus segera diperbaiki dan
jika tidak kapal harus segera merapat ke pelabuhan terdekat yang selanjutnya
dilakukan perbaikan oleh pengawas perikanan di pelabuhan tersebut.
Kerusakan tersebut harusnya dapat diatasi sendiri oleh kapten ataupun ABK
kapal perikanan. Namun karena kurangnya pengalaman dan sosialisasi kepada
mereka dalam menangani kerusakan kecil transmitter diatas kapal, membuat
mereka merasa takut untuk bertindak. Walaupun telah terdapat panduan
pemeliharaan transmitter yang diberikan oleh pihak provider, mereka tetap tidak
mengetahui cara pelaksanaannya. Hal ini disebabkan tidak adanya tindakan
langsung dalam latihan penanganan pemeliharaan transmitter.
Salah satu pemilik kapal yang juga merupakan anggota Asosiasi Tuna
Longline Indonesia (ATLI) menyatakan bahwa kewajiban menggunakan
transmitter sangat berpengaruh besar terhadap usaha perikanannya. Setiap kapal
penangkapan ikan tuna untuk ekspor wajib memiliki transmitter. Hal ini
disebabkan ikan tuna yang ditangkap oleh kapal yang tidak memiliki transmitter
akan dikembalikan kembali atau ditolak untuk pasar ekspor. Ketetapan ini sudah
menjadi keputusan atau peraturan dalam asosiasi tuna longline dunia.
Pemeriksaan yang dilakukan pengawas perikanan terhadap kapal perikanan
di tengah laut, menurut salah satu kapten kapal mengatakan bahwa pemeriksaan
pertama kali adalah pengecekan transmitter. Saat ini pemeriksaan kapal lebih
diutamakan kelengkapan transmitter yang dimiliki kapal ukuran 30 GT ke atas.
Pengecekan ini untuk mengetahui kondisi transmitter yang telah terpasang. Jika
di kapal tidak dilengkapi transmitter atau transmitter tidak aktif, maka pengawas
![Page 80: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/80.jpg)
67
langsung melakukan hendrik (kegiatan membawa kapal perikanan ke pelabuhan
terdekat oleh pengawas kapal perikanan yang terbukti melakukan pelanggaran)
terhadap kapal tersebut.
Ketika dalam penerimaan sinyal dari unit transmitter setelah dilakukan
pemasangan di atas kapal terdapat pula kendala yang dihadapi. Menurut
pengawas perikanan di pelabuhan, bahwa sering terjadi keterlambatnya
penerimaan sinyal oleh pusat pemantauan kapal perikanan dalam menerima sinyal
dari transmitter yang telah diaktifkan. Kendala tersebut seharusnya tidak terjadi,
karena setelah dilakukan pengecekan kepada pihak provider, bahwa transmitter
tersebut telah terpantau oleh provider. Kendala tersebut akan merugikan pihak
nelayan. Terjadinya hal ini akan menghambat kegiatan penangkapan.
Pemilik kapal sesekali mengecek posisi kapalnya. Akan tetapi tampilan
gambar yang ada menurutnya masih sangat kurang. Tampilan yang hanya
berbentuk titik dan garis pola pergerakkan belum sepenuhnya dapat mewakili
kegiatan kapal tersebut. Mereka belum mengetahui cara mengartikan tampilan
tersebut. Beda halnya jika tampilan tersebut berupa gambar asli yang direkam
oleh satelit. Seperti salah satu program internet Google Earth yang pernah
mereka lihat. Tampilan gambar yang disajikan dapat memperlihatkan keadaan
muka bumi dari satelit. Jika seperti ini tentunya akan membantu mereka melihat
kapalnya di laut.
Pengawas perikanan berpendapat bahwa program VMS tidak dapat
mengurangi praktek IUU fishing yang dilakukan oleh kapal perikanan. Menurut
mereka jika hanya mengandalkan VMS untuk mengurangi illegal fishing sangat
kecil peluangnya. Setiap kapal perikanan akan terus mencari cara untuk terhindar
dari pengawasan dan akan tetap mencari keuntungan dari sumberdaya ikan yang
ada di Indonesia. Jadi menurut mereka VMS hanya dapat mengawasi pergerakan
kapal. Hasil rekaman pergerakkan dapat sebagai bukti persidangan jika terdapat
kapal yang telah melakukan pelanggaran.
Salah satu tindakan yang dilakukan ABK kapal perikanan agar terhindar
dari pengawasan adalah memindahkan transmitter kepada kapal lain. Menurut
pengawas perikanan bahwa sering ditemui pelanggaran seperti ini. Cara ini yang
sering dilakukan ABK kapal perikanan saat ini. Jadi seharusnya terdapat
![Page 81: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/81.jpg)
68
perbaikkan dalam instalasi pemasangan dari provider yang membuat agar
transmitter tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan.
Setiap unit transmitter yang dikeluarkan oleh provider juga memiliki
kelemahan. Menurut pengawas perikanan, transmitter-transmitter tersebut
memiliki kelemahan mengirimkan sinyal di wilayah perairan tertentu. Di dalam
pengawasan, transmitter tertentu tidak dapat terdeteksi di pusat pemantauan kapal
perikanan. Seperti argos yang tidak dapat terdeteksi di wilayah perairan timur
Indonesia. Hal ini karena posisi satelit yang orbit lintasannya tidak dapat
mendeteksi daerah tersebut. Jika seperti ini tentunya akan menghambat proses
pengawasan. Oleh karena itu kapal perikanan yang wilayah operasi
penangkapannya di daerah tersebut harus memasang transmitter yang dapat
terdeteksi di daerah tersebut.
Manfaat yang seharusnya diterima juga sangat kurang atau tidak dirasakan
langsung oleh pengguna transmitter. Menurut beberapa nelayan bantuan sering
terlambat ataupun tidak ada bantuan sama sekali ketika terjadi masalah terhadap
kapalnya. Hal ini membuat pengguna transmitter merasa tidak mendapatkan
keuntungan dari pemasangan transmitter. Selain itu manfaat yang diberikan dari
VMS yaitu pemilik dapat memantau kapalnya bagi mereka tidak berpengaruh
besar. Menurut mereka hal semacam itu dapat mereka lalukan dengan radio
komunikasi ataupun telepon selular. Cara ini cukup mudah dilakukan dan murah.
Jika dilihat tingkat pengetahuan tentang VMS dari nelayan pemilik kapal,
kapten, maupun ABK kapal sangat berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini:
Tabel 5 Tingkat pengetahuan tentang VMS
Sangat tidak
mengetahui Mengetahui
Sangat
mengetahui Jumlah
Nelayan ABK 15 5 0 20
Nakhoda 4 4 2 10
Pemilik 0 2 3 5
Berdasarkan Tabel 5 diatas, masih banyak ditemukan kekurang-pahaman
dari para pelaku perikanan seperti pemilik kapal, nakhoda, serta ABK kapal.
Hasil wawancara yang dilakukan pada kapal perikanan di PPS Nizam Zachman
![Page 82: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/82.jpg)
69
menunjukkan bahwa masih banyak pelaku perikanan tidak mengetahui maksud,
tujuan, maupun manfaat dari sistem pemantauan kapal perikanan ini.
Hasil wawancara sebanyak lima belas orang dari dua puluh responden pada
posisi sebagai ABK dihasilkan bahwa mereka sangat tidak mengetahui tentang
VMS. Lima orang ABK lainnya mengetahui VMS. Akan tetapi tingkat
kepahaman mereka hanya sebatas tentang fungsinya. Mereka mengatakan bahwa
VMS dapat menampilkan posisi kapal mereka di layar monitor. Pengetahuan ini
mereka dapat dari informasi yang berasal dari kapten kapal mereka.
Hal yang sama terjadi pada posisi nakhoda atau kapten kapal. Tingkat
pemahaman mereka tentang VMS masih belum terlalu banyak. Dari sepuluh
orang responden pada posisi nakhoda, terdapat empat orang sangat tidak
mengetahui, empat orang mengetahui, dan dua orang yang sangat mengetahui.
Mereka mendapatkan pengetahuan tentang VMS dari lingkungan dan pemilik
kapal. Dua orang nakhoda yang sangat mengetahui tentang VMS mengatakan
bahwa tidak ada sosialisasi yang diberikan tentang VMS. Akan tetapi mereka
telah mengetahui fungsi, cara kerja, dan manfaat yang dapat diterima dengan
pemasangan transmitter pada kapalnya. Di lain pihak pemahaman tentang VMS
yang dimiliki oleh pemilik kapal sangat berbeda dengan nakhoda ataupun kapten
kapal. Fungsi, tujuan, manfaat, bahkan cara kerja sistem ini cukup mereka
ketahui. Teknologi informasi yang membantu pemilik kapal mengetahui semua
tentang VMS.
4.2.2 Persepsi peneliti
Vessel monitoring system (VMS) memiliki fungsi dan manfaat untuk
memantau kapal perikanan yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia. Di
dalam PERMEN No PER. 05/MEN/2007 tentang penyelenggaraan sistem
pemantauan kapal perikanan terdapat empat tujuan penyelenggaraan. Keempat
tujuan tersebut telah terlaksana dengan baik yang menjadi kelebihan sistem ini.
Selain kelebihan yang diperoleh, jika dilihat pada pelaksanaannya masih banyak
kekurangan atau kendala yang terjadi. Kendala tersebut terjadi di tingkat
pengguna maupun di tingkat pengawasan.
![Page 83: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/83.jpg)
70
Tujuan pertama yaitu meningkatkan efektivitas pengelolaan sumberdaya
ikan melalui pengendalian dan pemantauan terhadap kapal perikanan hingga saat
ini sudah dijalankan dengan baik. Dengan pemasangan transmitter pada kapal
perikanan akan memudahkan pemantauan kapal perikanan yang akan berdampak
langsung terhadap peningkatan efektivitas pengelolaan sumberdaya ikan. Akan
tetapi terdapat pula kelemahan dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Pemantauan
terhadap kapal ikan belum sepenuhnya dapat mengelola sumberdaya ikan. Masih
sering ditemukan pelanggaran yang dilakukan kapal perikanan dalam operasinya.
Kapal ikan melakukan pelanggaran dengan memanfaatkan kelemahan dari
sistem ini, seperti mematikan transmitter ditengah laut. Pusat pemantauan kapal
perikanan mengetahui hal ini dan mengirimkan surat peringatan kepada pemilik
kapal untuk disampaikan kepada kapten kapalnya. Tetapi apakah transmitter
yang tidak aktif benar karena kerusakan yang terjadi di atas kapal atau memang
kesengajaan yang dilakukan kapal perikanan. Di dalam kasus ini pengawas di
FMC hanya mengawasi dan tidak dapat bukti, maka VMS belum sepenuhnya
efektif dalam pengelolaan sumberdaya ikan.
Tujuan yang kedua meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha perikanan
yang dilakukan oleh perusahaan perikanan. Sebelum VMS dilaksanakan di
Indonesia, para pengusaha perikanan yang dalam hal ini adalah pemilik kapal,
tidak dapat mengetahui keberadaan dan kondisi kapal mereka ketika melakukan
operasi penangkapan. Komunikasi yang dilakukan hanya dengan menggunakan
radio atau telepon satelit. Ini tidak membantu banyak dalam mengetahui
keberadaan kapalnya.
Salah satu pelaksanaannya adalah dengan memberikan fasilitas website
VMS yang dikelola oleh Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan. Website
tersebut akan menampilkan pergerakan dan posisi kapal perikanan di perairan
Indonesia. Tujuan tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan perikanan.
Efeknya sudah cukup dirasakan oleh perusahaan perikanan, akan tetapi masih
terdapat sedikit kekurangan. Tampilan yang menggambarkan pola garis
pergerakan kapal menyulitkan perusahaan perikanan mengartikannya. Perlu
dilakukan sosialisasi kepada pengguna website dalam mengartikan maksud pola
pergerakan tersebut, serta perbaikkan tampilan gambar di website.
![Page 84: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/84.jpg)
71
Tujuan ketiga meningkatkan ketaatan kapal perikanan yang melakukan
kegiatan penangkapan dan/atau pengangkutan ikan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini ketaatan hanya terjadi dengan
pemasangan transmitter pada kapal perikanan yang melakukan operasi
penangkapan ikan di Indonesia. Pelaksanaan operasi perikanan di laut, masih
banyak pelanggaran yang dilakukan kapal perikanan. Di dalam penangkapan,
masih terdapat kapal perikanan yang berusaha mencari cara untuk terhindar dari
pengawasan. Hal ini disebabkan tujuan mereka mencari ikan sebanyak mungkin.
Jadi peningkatkan efektivitas ketaatan kapal perikanan tidak akan terlaksana
dengan program ini, jika tidak ada kerjasama dari kapal perikanan tersebut.
Tujuan keempat memperoleh data dan informasi tentang kegiatan kapal
perikanan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab
dan berkelanjutan. Tujuan keempat ini telah terlaksana dengan baik.
Terpasangnya transmitter pada kapal perikanan akan diperoleh data dan informasi
mengenai posisi dan pergerakan kapal. Hal tersebut akan membantu pengelolaan
sumberdaya perikanan.
Berdasarkan empat tujuan dari penyelengaraan sistem pemantauan kapal
perikanan yang dilakukan oleh DKP hanya tiga tujuan dirasakan dapat terlaksana
dengan baik. Ketiga tujuan tersebut seperti meningkatkan efektivitas pengelolaan
sumberdaya ikan melalui pengendalian dan pemantauan terhadap kapal perikanan,
meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha perikanan yang dilakukan oleh
perusahaan perikanan, dan memperoleh data dan informasi tentang kegiatan kapal
perikanan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab
dan berkelanjutan. Hal ini menjadi suatu manfaat yang diterima oleh pemerintah
dari pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan. Sedangkan apa yang
menjadi manfaat bagi pemilik kapal dengan mengikuti program ini.
Di dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan manfaat bagi
pengusaha/pemilik kapal menurut Mukhtar (2008) terdapat dua yaitu dapat
memanfaatkan informasi dari Vessel Monitoring System untuk memantau
keberadaan dan perilaku kapal di laut melalui website dan dapat memanfaatkan
informasi Vessel Monitoring System untuk keadaan darurat (pembajakan,
kebakaran, tenggelam dan lain-lain). Akan tetapi hingga saat ini pemilik kapal
![Page 85: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/85.jpg)
72
hanya menerima satu dari dua manfaat yaitu memudahkan pemantauan kapalnya
ketika beroperasi. Sedangkan jika terjadi kecelakaan atau sesuatu hal yang
menimpa tidak dengan cepat bantuan yang dijanjikan datang ke lokasi.
Berdasarkan perbandingan jumlah manfaat yang diperoleh antara
pemerintah dan pemilik kapal/nelayan sangat tidak berimbang. Jumlah manfaat
yang diperoleh pemerintah lebih banyak dibandingkan dengan pemilik kapal. Jika
dilihat dari pelaksanaannya pemerintah hanya sebagai pengelola sistem,
sedangkan pemilik kapal sebagai pengguna yang harus mengeluarkan biaya
pembelian transmitter dan pembayaran airtime setiap tahunnya.
Pemilik kapal merasa dengan penggunaan transmitter sangat tidak
menguntungkan. Karena dengan penambahan penggunaan transmitter di kapal,
akan meningkatkan beban biaya operasional. Selain itu kerahasiaan operasi
penangkapan yang dilakukan kapal perikanan akan mudah diketahui.
Kenyataannya setiap kapal menginginkan daerah penangkapan ikan yang
menguntungkan tidak diketahui oleh kapal lain. Oleh karena itu pelaksanaan
sistem ini dirasakan masih belum dapat terlaksana dengan baik dan tidak mampu
menguntungkan pemerintah dan pelaku perikanan, sehingga kekurangan masih
terjadi dalam sistem pemantauan kapal perikanan.
Berdasarkan hasil observasi masih banyak ditemukan kekurangan atau
hambatan dalam pelaksanaan sistem pemantauan kapal perikanan. Seperti dalam
pemasangan dan pendaftaran transmitter. Prosedur yang harus dilakukan oleh
perusahaan perikanan terlampau lama dan rumit. Ketika mendaftarkan
transmitter, pengguna harus mendaftarkannya sekretariat VMS gedung
Departemen Kelautan dan Perikanan. Akan menggangu atau mempersulit kapal
atau pemilik yang berada jauh dari Departemen Perikanan dan Kelautan dalam
mendaftarkan transmitternya. Ini menjadi hambatan besar bagi perusahaan
perikanan.
Ketika pendaftaran transmitter untuk mendapatkan SKAT juga harus
menunggu transmitter pada kapalnya dapat terpantau di Pusat Pemantauan Kapal
Perikanan. Server yang terlambat atau tidak dapat menerima sinyal akan
menghambat kapal yang akan melakukan operasi. Padahal transmitter telah
diaktifkan dan dapat terpantau pada monitor provider.
![Page 86: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/86.jpg)
73
SKAT yang dikeluarkan harus disahkan dengan ditandatangani oleh
Direktur Sarana dan Prasarana Pengawasan. Akan tetapi akan menjadi satu
hambatan lagi bagi pengguna transmitter jika direktur tidak berada ditempat atau
sedang menjalani tugas lain. Kapal yang seharusnya sudah dapat berangkat
beroperasi menjadi terhambat dengan terjadinya hal ini. Jika hambatan-hambatan
tersebut dapat diminimalisir atau tidak ada sama sekali akan membantu cepatnya
proses pemasangan dan pendaftaran transmitter. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan sistem ini.
Transmitter negara yang dipinjam oleh pemilik kapal terdapat prosedur
yang merumitkan para peminjam. Peminjam harus melakukan permohonan izin
peminjaman yang rumit. Transmitter milik negara yang seharusnya membantu
nelayan yang tidak mampu membeli transmitter, kini merasa disusahkan dengan
prosedur yang rumit.
Pengguna transmitter langsung dalam hal ini adalah kapten dan ABK kapal
sering dipersulit jika transmitternya rusak. Kurangnya sosialisasi kepada kapten
atau ABK kapal membuat pelaksanaanya terhambat. Meskipun telah terdapat
panduan pemeliharaan dan perbaikan transmitter, mereka masih segan atau takut
bertindak untuk memperbaiki. Hal ini karena mereka tidak mengetahui maksud
dan cara penanganannya jika hanya dengan membaca panduan. Komponen-
komponen pada transmitter belum mereka ketahui. Jadi jika terjadi kerusakan,
kapten kapal tidak tahu komponen mana yang rusak pada transmitter.
Jarak tempat atau lokasi pengguna transmitter dengan FMC akan menjadi
kendala dalam pelaksanaan sistem ini. Jarak ini akan mempersulit pengguna
ketika akan melakukan perizinan terhadap kapalnya. Pengguna yang berada jauh
akan menggunakan jasa agen yang tentu akan menambah biaya yang dikeluarkan.
Seperti yang banyak terjadi di PPS Nizam Zachman, pemilik kapal yang berada
jauh sedangkan kapalnya berpangkalan di Jakarta akan menggunakan jasa agen
untuk mengurus perizinannya. Jasa agen ini yang selama ini membantu perizinan
kapal yang pemiliknya berada jauh.
Jarak yang menjadi hambatan selama ini mungkin akan dapat teratasi
dengan membuat tempat pengawasan transmitter tersebut di setiap pelabuhan
pangkalan kapal perikanan. Seperti pelaksanaan transmitter offline, bahwa
![Page 87: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/87.jpg)
74
pengawas perikanan di pelabuhan dapat langsung melihat kegiatan kapal setelah
kapal berlabuh dengan pengawasan langsung ke kapal tersebut. Jika pemantauan
transmitter online juga dilaksanakan di pelabuhan pangkalan dengan terdapat unit
alat pegawasan, tentunya akan mempersingkat waktu penindakan pelanggaran jika
terbukti terdapat pelanggaran.
Proses pengawasan kapal perikanan yang dilakukan di Pusat Pemantauan
Kapal Perikanan dirasakan juga memiliki sedikit kekurangan. Di dalam
pengawasan kapal perikanan hanya dilakukan oleh sepuluh orang operator yang
telah dibagi berdasarkan alat tangkap. Jumlah operator ini dirasakan sangat
kurang jika dilihat kefektifannya. Kapal perikanan yang telah memasang
transmitter pada kapal yang sudah mencapai dua ribu sembilan ratus unit pada
tahun 2008. Jika dilihat maka setiap operator harus mengawasi kapal perikanan
sekitar dua ratus sembilan puluh unit.
Pengawasan terhadap kapal perikanan tiap harinya tidak optimal. Dengan
keterbatasan operator maka pengawasan terhadap satu unit kapal tidak dapat
dilakukan setiap harinya. Dengan begitu akan mengurangi proses pengawasan
kapal perikanan. Kapal yang tidak terawasi pada saat melakukan pelanggaran
tidak akan dapat langsung diambil tindakan penegakkan sanksi.
Kapal perikanan yang telah memasang transmitter tidak menutup
kemungkinan tetap melakukan pelanggaran. Hal ini disebabkan yang terawasi
hanya pola pergerakan kapal dan posisinya. Pelaku perikanan akan mencari cara
untuk tetap melakukan pelanggaran. VMS yang diharapkan dapat menghilangkan
praktek IUU fishing, tidak mungkin dapat terjadi. Hal ini dikarenakan fungsi
sistem ini yang hanya melakukan pengawasan tidak dapat kegiatan yang
dilakukan kapal perikanan secara langsung. Berikut Tabel 6 berisikan jenis tindak
pidana yang dilakukan oleh kapal perikanan selama tahun 2004 hingga 2008.
![Page 88: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/88.jpg)
75
Tabel 6 Jenis tindak pidana
Jenis tindak pidana
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Tanpa ijin 53 26 29 48 25
Alat tangkap terlarang 70 36 19 3 2
Tanpa ijin dan alat tangkap 9 37 33 25 -
Pemalsuan dokumen 2 - - - -
Dokumen tidak lengkap - - - 15 22
Electrical fishing 1 1 34 - -
Bahan peledak/Bom 9 9 2 1 -
Fishing ground 7 24 8 9 7
Fishing ground dan alat tangkap 14 18 1 1 2
Pengangkutan ikan (transhipment) 5 11 6 2 -
Menampung ikan tidak sesuai SIKPI 4 1 - - -
Tanpa keterangan jenis tindak pidana - 2 - - 3
sTranshipment dan alat tangkap - - 5 - -
Tidak ada transmitter - - - 4 6
Pencurian terumbu karang - - 2 1 -
Alat tangka tidak sesuai ijin (SIPI) - - - 7 10
Jumlah 174 165 139 116 77 Sumber: P2SDKP, 2008
Berdasarkan Tabel 6 tersebut diketahui bahwa terjadi pengurangan tindak
pidana yang dilakukan kapal perikanan. Pengurangan tersebut tidak terjadi hanya
dengan melakukan sistem pemantauan kapal perikanan. Jika dilihat bahwa
pelanggaran yang terjadi sebagian besar adalah tindak pelanggaran yang
kemungkinan bukan karena hasil pengawasan dengan VMS.
Selama tahun 2008, jumlah pengguna transmitter terus bertambah. Dalam
setiap bulannya mulai Januari hingga Desember terdapat peningkatan kapal
perikanan yang memasang transmitter. Pada bulan Januari transmitter yang telah
terpasang berjumlah 1278 unit transmitter dan diakhir tahun yaitu bulan
Desember kapal yang memasang transmitter sebanyak 2902 unit. Seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 7 data keaktifan transmitter dan Gambar 15 grafik
keaktifan transmitter berikut :
![Page 89: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/89.jpg)
76
Tabel 7 Data keaktifan transmitter
Bulan Transmitter terpasang Transmitter aktif Prosentase keaktifan
Januai 1278 871 68
Pebruari 1405 917 65
Maret 1760 1106 63
April 1959 1268 65
Mei 2129 1130 53
Juni 2320 1273 55
Juli 2522 1426 57
Agustus 2638 1403 53
September 2715 1408 52
Oktober 2798 1260 45
November 2863 983 34
Desember 2902 1288 44
Rata-rata prosentase keaktifan 54.5 Sumber: P2SDKP, 2008
Data Keaktifan Transmitter Tahun 2008
0500
100015002000250030003500
Jan
uai
Peb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Juni
Juli
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
Ok
tober
No
vem
ber
Des
emb
er
Bulan
Ju
mla
h
Transmitter Terpasang
Transmitter Aktif
Sumber: P2SDKP, 2008
Gambar 15 Grafik keaktifan transmitter tahun 2008.
Berdasarkan Tabel 7 tersebut dapat dilihat bahwa tingkat keaktifan
transmitter sekitar 54,5%. Jadi walaupun telah terdapat peraturan untuk selalu
mengaktifkan transmitter pada kapal perikanan, masih terdapat kapal yang tidak
mengaktifkan transmitternya. Persentase terbesar hanya sekitar 68% dan terendah
34%. Dari sini terbukti bahwa tidak semua peraturan tersebut dapat terlaksana
seluruhnya.
![Page 90: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/90.jpg)
77
Berikut disajikan Tabel 8 mengenai kelemahan dan kelebihan yang terjadi
dalam sistem pemantauan kapal perikanan. Kelebihan dan kelemahan tersebut
diperoleh dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan.
Tabel 8 Kelebihan dan kelemahan VMS
Kelebihan Kelemahan
Efektif dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan.
Prosedur pengurusan mengenai
transmitter rumit dan lama.
Membantu perusahaan perikanan
dalam mengetahui kondisi keberadaan
kapal.
Biaya pembelian, airtime, dan
perbaikkan mahal.
Diperoleh data dan informasi kegiatan
kapal perikanan.
Pengetahuan penanganan dan
pemeliharaan transmitter masih
rendah.
Membantu pengawasan perikanan
dalam program MCS.
Penerimaan sinyal oleh pusat
pemantauan kapal perikanan
terganggu.
Dapat menjadi bukti pelanggaran
dalam persidangan.
Tampilan gambar pergerakkan kapal
di website sulit dimengerti.
VMS membantu pengusaha tuna
longline dalam mengekspor ikan.
VMS tidak menghentikan kegiatan
IUU fishing.
Tidak ada manfaat langsung yang
diterima nelayan.
Masih kurang sosialisasi mengenai
VMS.
![Page 91: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/91.jpg)
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1) Sistem kerja Vessel Monitoring System (VMS) dibagi menjadi tiga, yaitu
pemasang yang dilakukan oleh provider atau pengawas lapangan, pemantau
oleh petugas atau operator pengawasan, dan penindak oleh Ditjen P2SDKP.
2) Pengelolaan sistem VMS dilakukan oleh Fisheries Monitoring Centre
(FMC) Jakarta sebagai pusat dan dua Regional Monitoring Centre (RMC) di
Batam dan Ambon sebagai pengelolaan pendukung.
3) Sistem pemantauan kapal perikanan memiliki dua jenis sistem pemantauan
yang diterapkan pada kapal perikanan di Indonesia yaitu pemantauan
dengan sistem transmitter online dan offline yang dibedakan berdasarkan
dengan ukuran GT kapal.
4) Transmitter online berlaku untuk Kapal Ikan Indonesia (KII) berukuran 60
GT ke atas dan semua Kapal Ikan Asing (KIA), sedangkan transmitter
offline berlaku pada kapal berukuran 30 GT hingga 60 GT.
5) Pelaksanaan sistem ini terdapat ketentuan mengenai transmitter yaitu
prosedur pemasangan transmitter, prosedur pengembalian transmitter,
pemeriksaan transmitter, kewajiban pengguna transmitter, serta pengaturan
lain transmitter.
6) Pelanggaran kapal perikanan teknis maupun operasional dikenakan sanksi
berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER.05/MEN/2007, tentang penyelenggaraan sistem pemantauan kapal
perikanan.
7) Persepsi pelaku perikanan mengenai VMS berpendapat bahwa sistem ini
memiliki beberapa kelebihan dan masih banyak kekurangannya. Diantara
persepsi tersebut pengusaha perikanan mudah memantau kapalnya.
Pendapat pelaku perikanan lebih banyak menyatakan bahwa VMS lebih
banyak menyulitkan dan merugikan nelayan baik dari pengadaan
transmitter maupun pelaksanaannya.
![Page 92: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/92.jpg)
79
8) Manfaat yang diterima oleh pemerintah adalah meningkatkan efektivitas
pengelolaan sumberdaya ikan melalui pengendalian dan pemantauan
terhadap kapal perikanan, meningkatkan efektivitas pengelolaan usaha
perikanan yang dilakukan oleh perusahaan perikanan, dan memperoleh data
dan informasi tentang kegiatan kapal perikanan dalam rangka pengelolaan
sumberdaya ikan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan
9) Manfaat yang diterima pemilik kapal atau nelayan hanya sebatas untuk
memantau keberadaan dan perilaku kapal di laut yang dilakukan melalui
Website.
5.2 Saran
1) Direktorat Perikanan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan hendaknya perlu melakukan perbaikan sistem pemantauan kapal
perikanan dalam proses pengurusan transmitter, proses analisis data
transmitter, pelaksanaan transmitter di kapal dan penampilan gambar pada
website VMS.
2) Perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap pelaku perikanan
(pengusaha, nakhoda, dan ABK kapal) mengenai tujuan, manfaat, cara
teknis pengelolaan, dan perawatan transmitter.
3) Perlu penelitian tentang pengaruh VMS terhadap pelanggaran kapal
perikanan di Indonesia.
![Page 93: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/93.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Caphlin, J. P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi 5. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001. Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan No: Kep 60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal
Perikanan di ZEEI. Jakarta: DKP.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. UU No. 31 Tentang Perikanan.
Jakarta: DKP
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan No: Permen. 03/MEN/2007 tentang Surat Laik Operasi Kapal
Perikanan.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan No: Permen. 05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan
Tangkap. Jakarta: DKP.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1994. Pola Pengembangan dan Pengelolaan
Berkelanjutan di ZEEI. Jakarta: Departemen Pertanian. 141 hal.
Direktorat Sarana dan Prasarana Pengawasan. 2008. Standar Operasional Prosedur
Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (Vessel Monitoring System). Jakarta:
Departemen Kelautan dan Perikanan. 34 hal.
FAO. 1995. Code of Conduct For Responsible Fisheries. ROMA. 218 hal.
FAO. 1998. Technical Guidelines for Rensponsible Fisheries - Fishing Operaions
- 1 Suppl. 1 - 1. Vessel Monitoring Systems. Roma
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. England: Fishing News Book.
Handayaningrat. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen CV.
Haji Mas Agung. Jakarta. 172 hal.
Herryanto, D. 2008. Persepsi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Provinsi Jambi. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Latar, A.R. 2004. Strategi Kebijakan Untuk Penanggulangan Kegiatan IUU
Fishing di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia Utara Papua
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
![Page 94: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/94.jpg)
81
Leavitt, Hj. 1978. Psikologi Manajemen. Muslichah Zarkasi, penerjemah. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Managerial Psychology.
Mansur, A. 2007. Kinerja Pengawasan Kapal Perikanan (Studi Kasus di
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta). [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Mukhtar. 2008. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan
(Vessel Monitoring Sistem). [terhubung tidak berkala]. www.mukhtar-
api.blogspot.com/2008/09/pengaturan-penggunaan-vms.html. [17 Juli
2009].
Myers, D. 1999. Social Psychology. USA: Mc Grow-Hill College.
Nomura, M dan T. Yamazaki. 1977. Fishing Techniques I. Tokyo: Japan
Internasional Cooperation Agency.206 hal.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Permen. 05/MEN/2007. Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan.
P2SDKP. 2008. IUU Fishing in Indonesia. Jakarta
P2SDKP. 2008. The Policy of Surveillance and Control for Marine Resources and
Fisheries. Jakarta
Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmalana, S. 2004. Peranan dalam MSDM Organisasi Bisnis Global. Modul
(tidak dipublikasikan). Bandung.
Widodo. 2003. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Perairan ZEE
Indonesia dan Sekitarnya. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta: Departemen
Kelautan Perikanan. 37 hal.
Wirjono, P. 1984. Hukum Laut Bagi Indonesia. Bandung: PT. Sumur Bandung.
205 hal.
Yuniarti, NT. 2000. Persepsi Masyarakat Pesisir Terhadap Pendidikan Formal di
Pantai Pemayang. Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Bogor: Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
![Page 95: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/95.jpg)
LAMPIRAN
![Page 96: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/96.jpg)
83
Lampiran 1 Tampilan website www.VMSdkp.dkp.go.id
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 97: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/97.jpg)
84
Lampiran 2 Pemasangan junction box di dalam wheelhouse
![Page 98: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/98.jpg)
85
Lampiran 3 Transmitter dari setiap provider
Argos – MARGE V2Argos – MARGE V2
SOG Indonesia –Inmarsat D+ SAT201
SOG Indonesia –Inmarsat D+ SAT201
Argos Inmarsat D+
PSN – Byru MarinePSN – Byru Marine
Amalgam – IridiumAmalgam – Iridium
Byru Marine Tracking Iridium
![Page 99: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/99.jpg)
86
Lampiran 4 Ruang pemantauan FMC
![Page 100: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/100.jpg)
87
Lampiran 5 Ruang server FMC
![Page 101: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/101.jpg)
88
Lampiran 6 Form 3 Lembar pemasangan transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 102: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/102.jpg)
89
Lampiran 7 Kegiatan pendaftaran dan pemasangan transmitter
Kegiatan pendaftaran transmitter
Argos - MARGEArgos - MARGE
Kegiatan pemasangan transmitter
![Page 103: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/103.jpg)
90
Lampiran 8 Surat pendaftaran transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 104: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/104.jpg)
91
Lampiran 9 Surat pernyataan (transmitter milik sendiri)
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 105: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/105.jpg)
92
Lampiran 10 Form surat keterangan aktivasi transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 106: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/106.jpg)
93
Lampiran 11 Surat pernyataan pinjam pakai (transmitter milik negara)
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 107: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/107.jpg)
94
Lampiran 12 Surat keterangan aktivasi dan bukti pembayaran airtime dari
provider VMS
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 108: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/108.jpg)
95
Lampiran 13 Form 2 Lembar peminjaman transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 109: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/109.jpg)
96
Lampiran 14 Surat pernyataan (transmitter milik negara)
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 110: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/110.jpg)
97
Lampiran 15 Form 4 Lembar pengembalian transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 111: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/111.jpg)
98
Lampiran 16 Surat perpanjangan transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 112: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/112.jpg)
99
Lampiran 17 Form 6 Lembar pemeriksaan transmitter
Sumber: Dirsarpras, 2008
![Page 113: PELAKSANAAN VESSEL MONITORING SYSTEM DI INDONESIA · MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ... karya ilmiah,penyusunan laporan, ... Apa saja kelebihan dan kekurangan yang](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022021610/5c9118dc09d3f2c8148c6ca0/html5/thumbnails/113.jpg)
100
Lampiran 18 Pemasangan transmitter di atas kapal