PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU...
Transcript of PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU...
i
PELAKSANAAN SUPERVISI PAI
SEBAGAI PENGENDALI MUTU PADA
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI:
STUDI DI KKG PAI KECAMATAN NGAWEN DAN
KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO
KABUPATEN BLORA
Oleh
MUHAMAD ABDUL ANAM
NIM. M2.14.011
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
“ Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan
tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis
oleh orang lain, atau sebagaian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah
pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 30 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
Muhamad Abdul Anam
iv
ABSTRAK
PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU
PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI: STUDI DI KKG PAI
KECAMATAN NGAWEN DAN KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO
KABUPATEN BLORA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) KKG
Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo yang difokuskan pada
a). Teknik pelaksanaan supervisi PAI; b). Dampak penerapan teknik supervisi PAI;
dan c). faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi PAI.
Penelitian ini melibatkan Guru PAI (GPAI) yang menjadi pengurus KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif (qualitative research) dengan menggunakan pendekatan fenomenologis.
Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan model interaktif menurut analisa Miles and Huberman (1984) yaitu:
reduksi, display, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan
memperpanjang waktu penelitian, triangulasi data.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1). Teknik supervisi yang digunakan dalam
kegiatan supervisi PAI oleh Pengawas PAI adalah teknik supervisi individual dengan
visitasi dan observasi kelas dan teknik kelompok melalui pemberdayaan KKG PAI,
karena dipandang sangat efektif untuk melihat dan memantau perkembangan GPAI
secara langsung dan dapat menjangkau pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di
sekolah-sekolah yang berada di daerah yang jauh; 2). Dampak dari penerapan
supervisi PAI adalah adanya peningkatan mutu GPAI yang tampak pada kompetensi
profesional GPAI, namun masih minim dalam hal karya ilmiah dan penelitian; 3).
Berdasarkan analisa SWOT, ditemukan faktor pendukung dan penghambat didalam
pelaksanaan supervisi PAI, baik faktor internal maupun eksternal.
v
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Hasyr;18)
“If you plan something to do, think its result and risk. If it possibly
benefits, so go on, but if it is possibly harmful, so stop it”
(jika kau telah merencanakan suatu pekerjaan atau suatu program
kerja, maka pikirkanlah akibat atau hasil akhirnya. Jika
kemungkinan benar/menguntungkan, maka teruskan, tapi jika
kemungkinan sesat (merugikan) maka hentikan rencana itu. (Imam
Al-Ghazali)
vi
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF SUPERVISION OF ISLAMIC EDUCATION (PAI)
AS QUALITY CONTROL ON PROFESSIONAL COMPETENCE OF
ISLAMIC EDUCATION TEACHER: STUDIES IN KKG PAI
SUBDISTRICT NGAWEN AND BANJAREJO BLORA REGENCY
This study aimed to investigate the implementation of supervision of Islamic
Education ( PAI ) in KKG PAI at Subdistrict Ngawen and Banjarejo, Blora Regency.
It focused on; a) Techniques of PAI supervision; b) The impact of the
implementation of PAI supervision as quality control on teachers professional
competence, and c) Supporting and obstacle factors of PAI supervision.
This research involoved PAI‟s teachers whose were grouped in KKG PAI. This
study was using qualitative research and phenomenological approach. Data were
obtained through interviews, observation, and documentation. Analysis of data using
interactive models according to Miles and Huberman analysis (1984) namely
reduction, display, and conclusion. Data validation was done by using triangulation
data.
The results of this research are: 1) Technic of supervision used in supervision
PAI is individual technic with visitation and classroom observation and through
empowerment of KKG PAI. It is considered very effective to see the progress of
GPAI and reach implementation of PAI supervision in some schools located in
distant areas; 2) The impact of the implementation of supervision PAI is an increase
in the quality of GPAI appears on professional competence of GPAI, but still
minimal in terms of scientific work and research; 3). Based on the SWOT analysis, it
was found some supporting and obstacle factors in the implementation of supervision
PAI, both internal and external factors.
vii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini dengan baik dan lancar. Penulisan tesis ini dimaksudkan sebagai
syarat guna memperoleh gelar magister Program studi Pendidikan Agama Islam
kosentrasi Supervisi PAI pada Program Pascasajana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
Penulisan Tesis ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak, yang menjadikan sumber inspirasi penulis untuk
mempertajam wawasan dan kajian dalam Tesis ini. Penulis hanya mampu berdoa
kepada Allah dengan ucapan Jazakumullah Ahsanal Jaza’ semoga Allah membalas
segala amal sholih dan mencatatnya sebagai investasi di ladang akhirat kelak. Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M. Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr H. Amin Haidari, M.Pd, selaku Direktur Direktorat PAIS
Kementerian Agama RI yang telah menyediakan anggaran Program Beasiswa
S2 Supervisi Pendidikan Agama Islam bagi Pengawas dan Guru PAI.
3. Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan sebagai Dosen Pembimbing
penulis yang memberikan kontribusi pemikiran “Spectacular Reconstruction of
Thoughts” kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
viii
4. Bapak Wiji Suwarno, S.Pd.I, S.IPI, M.Hum, selaku kepala perpustakaan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yang telah membantu penyediaan
referensi guna memperkaya kajian dalam tesis ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, atas masukan, bimbingan serta ketulusan dan keikhlasannya dalam
mengajar penulis.
6. Bapak Wagiman, S.Pd.I selaku ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen dan
Bapak Muhaimin, S.Ag selaku Pengawas PAI di Kecamatan Ngawen, Bapak
Drs. HM. Djauhari selaku Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan Bapak
Asnawi, S.Pd.I selaku Pengawas PAI di Kecamatan Banjarejo, beserta seluruh
GPAI dan Pengurus KKG PAI atas kesediaan sebagai informan dan fasilitas
yang diberikan selama penulis melakukan penelitian sehingga penelitian ini
berbuah karya mungil.
7. Istriku tercinta, Mubarokah, S.Pd.I sebagai pendamping hidup yang senantiasa
memompa semangat dalam penyelesaian tesis ini dan anak-anakku Fatih Alfa
Mafaza, Zahira Maulida Syifa, dan Ahmad Syarif Fatah yang menjadi buah
hati dan bintang-bintang kehidupanku sehingga penulis terpacu untuk merilis
masa depan yang lebih indah.
8. Keluarga besar “Bani Ngadenan” di Sarimulyo Pudak Ngawen Blora dan
Keluarga Besar di Blendung Ulujami Pemalang, yang telah mendukung dan
membantu baik moril maupun materiil selama penulis “Tholabul ilmi” di
kampus tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
ix
9. Teman-teman Mahasiswa Supervisi Program Beasiswa Kementerian Agama RI
untuk Pengawas dan Calon Pengawas PAI di Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga atas kerja samanya yang baik.
10. Sahabat-sahabat di Boarding House “Bani Hasyim” dan semua pihak yang
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tesis ini
dapat terselesaikan.
Tesis ini merupakan hasil “Ijtihad Pemikiran” penulis yang dilakukan
dengan penuh perjuangan, trial and error, hingga akhirnya dapat disuguhkan dalam
karya mungil yang masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri, bagi para pembaca dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dunia pendidikan pada masa sekarang
maupun masa yang akan datang.
Tiada gading yang tak retak, penulis menerima masukan, saran dan kritik
yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan Tesis ini.
Salatiga, Agustus 2016
Penulis
Muhammad Abdul Anam
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………...
ABSTRAK………………………………………………………………………….
PRAKATA……………………………………………………………………….....
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
vi
ix
xi
xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...
B. Rumusan dan Batasan Masalah……………………………………..
C. Signifikansi Penelitian……………………………………………...
D. Kajian Pustaka…………… ………………………………………..
E. Metode Penelitian…………………………………………………...
F. Sistematika Penulisan……………………………………………….
1
5
7
9
14
18
BAB II KERANGKA TEORI
A. Supervisi PAI …...………………………………………………….
B. Kompetensi Profesional Guru ... …………………………………...
C. Pengendalian Mutu...……………………………………………....
D. Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) …….
20
28
31
33
BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK KERJA GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (KKG PAI) DI LINGKUNGAN KKG PAI
KECAMATAN NGAWEN DAN DI KKG PAI KECAMATAN
BANJAREJO
xi
A. Gambaran Umum Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam
(KKG PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI kecamatan
Banjarejo ……………...………………………………………….
B. Program Kerja Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam
(KKG PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo …………………………………………………………..
35
46
BAB IV PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI
MUTU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
1. Teknik Supervisi PAI di Lingkungan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo ………………...
2. Dampak Penerapan Teknik Supervisi PAI Berbasis Kelompok ...
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Supervisi PAI di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo
dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo ……………………………
50
65
92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………
.
99
101
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 102
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 105
BIOGRAFI PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Karakteristik pelaksanaan Supervisi PAI di lingkungan
KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo Kabupaten Blora ………………………………
Kualifikasi Pendidik GPAI di KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten
Blora ………………………………………………………
Masa Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora…………………...
61
67
70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Model Interaktif …………………………………………..
Konsep Supervisi …………………………………………
Sistem Fungsi Supervisi …………………………………..
17
20
25
Gambar 3.1
Gambar 3.1
Bagan Kepengurusan Organisasi KKG PAI Kecamatan
Ngawen …………………………………………………...
Bagan Kepengurusan Organisasi KKG PAI Kecamatan
Banjarejo ………………………………………………….
43
44
Gambar 4.1. Sirkulasi Kegiatan Supervisi PAI ……………………….. 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Data Informan …………………………………………….
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis (wawancara
dengan Guru PAI) di Lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo ……………
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis (wawancara
dengan Pengawas PAI di Lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo…………………………………………………..
Hasil Wawancara Terstruktur .......………………………..
Kualifikasi Pendidikan Guru PAI ………………………...
Keadaan Masa Kerja Guru PAI …………………………..
Keadaan Guru PAI yang telah bersertifikasi ……………..
Kemampuan Guru PAI dalam membuat Perencanaan
Pembelajaran ……………………………………………...
Penilaian Atasan (Pengawas PAI) terhadap Guru PAI……
Data Guru PAI sebagai Peserta Diklat ……………………
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ………..
Gambar-Gambar Kegiatan Supervisi pada Studi Lapangan
Penelitian di KKG PAI dan Observasi Kelas ……………
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai tugas pokok
terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip
profesionalisme, sehingga setiap warga negara memperoleh hak yang sama
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Guru sebagai agen pembelajaran
memiliki peran antara lain: sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional. Seorang
guru atau pendidik professional harus memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.2
Salah satu aspek kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru
termasuk GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam) adalah kompetensi
1 Doni Juni Prianso, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Fokus Pada Peningkatan Kualitas
Pendidikan, Sekolah Dan Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2014, 108. 2 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi&Kompetensi
Guru). Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012, 93.
2
profesional. Kompetensi profesional guru menggambarkan tentang
kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengampu jabatan
sebagai seorang guru, artinya kemampuan yang ditampilkan itu menjadi ciri
keprofesionalannya.3 Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.4
Regulasi pemerintah tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya
pencapaian guru profesional diperlukan berbagai persyaratan yang harus
dipenuhi baik secara administatif dengan kualifikasi pendidikan yang harus
dipenuhi juga berbagai ketrampilan dalam membimbing peserta didik sehingga
mencapai prestasi yang gemilang.
Untuk menjaga dan memantau profesionalitas guru dalam pelaksanaan
pendidikan di lapangan, diperlukan adanya upaya pengawasan atau
pengendalian yang dapat menjaga kualitas dalam proses pembelajaran, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk kegiatan yang dapat dijadikan
sebagai upaya dalam pengendalian mutu guru dalam menjalankan tugas dan
menjaga kompetensi profesional guru PAI adalah melalui kegiatan supervisi.5
3 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 115.
4 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 115.
5 Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara
kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka
dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu serta mampu dan lebih
cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan
Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia),Jakarta: Rineka
Cipta, 2010, 17.
3
Esensi supervisi sebagai layanan professional oleh Pengawas kepada para guru
dapat mencapai sasaran dan target yang diinginkan bila disertai dengan tujuan
yang jelas.
Glickman sebagaimana yang dikutip oleh Sally J. Zepeda,
mengemukakan tentang tujuan supervisi sebagai berikut: “the goal of
instructional supervision is to help teachers learn how to increase their own
capacity to achieve professional learning goals for their students” (tujuan
supervisi pendidikan adalah upaya untuk membantu guru dalam belajar
bagaimana cara meningkatkan kecakapan atau kemampuan mereka untuk
mencapai tujuan pembelajaran terhadap peserta didik).6 Menurut Glickman
sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Faturrahman dan Hindama
Ruhyanani, menegaskan bahwa melalui supervisi akademik diharapkan
kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat.
Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara
sempit semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen
(commitment), atau kemauan (willingness), atau motivasi (motivation) guru
sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas
pembelajaran akan meningkat.7
Kegiatan supervisi pada bidang Pendidikan Agama Islam (supervisi
PAI) pada jenjang pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Blora, dilakukan
6 Sally J. Zepeda, Instructional Supervision (Applying Tools and Concepts), New York: Eye
On Education, 1956, 19. 7 Muhammad Fathurrahman & Ruhyanani,Hindama, Sukses Menjadi Pengawas Sekolah Ideal.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015, 52.
4
oleh Pengawas PAI yang ditunjuk dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Blora. Pelaksanaan supervisi lebih sering dilakukan melalui supervisi
pembelajaran (kunjungan sekolah dan observasi kelas) dengan menggunakan
teknik individual. Namun, pelaksanaan supervisi ini ternyata tidak dapat
mencakup sekolah-sekolah secara keseluruhan, sehingga terkadang
menimbulkan complain (keluhan) atau “kecemburuan” dari sekolah yang lain
yang jarang dikunjungi oleh kegiatan supervisi (karena faktor geografis secara
riil, terdapat sekolah-sekolah yang jauh atau sekolah yang berada di dalam
hutan dan bukit serta akses transpotasi yang sulit). Hal semacam ini selain
dapat mereduksi “elan vital” (motivasi) guru PAI dalam hal peningkatan
profesionalitas dalam pendidikan, juga dapat memangkas kreatifitas guru
dalam beraktualisasi dalam pengembangan profesi guru secara kolegial.
Berdasarkan pada realitas di atas, diperlukan suatu teknik supervisi yang
efektif dan efisien yang dapat menjangkau dalam pemantauan perkembangan
guru PAI secara keseluruhan dan dapat mengarahkan, serta memotivasi guru
untuk lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian,
pelaksanaan supervisi dengan memberdayakan atau menguatkan keberadaan
KKG PAI, dipandang sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru PAI. Pola ini diorientasikan pada pengembangan profesional
guru secara kolektif dan berkelanjutan dengan mengutamakan pendekatan
kelompok dalam kegiatan supervisi. Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama
Islam (KKG-PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo,
selain berfungsi sebagai wadah dalam pengembangan profesional guru secara
5
kooperatif dan berkelanjutan (Cooperative Profesional Development), juga
dapat digunakan sebagai alat dalam pelaksanaan kegiatan supervisi PAI secara
kolektif.
Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian
lebih dekat dengan menggali informasi secara deskriptif tentang pelaksanaan
supervisi PAI yang berperan sebagai sarana pengendali mutu pada kompetensi
profesional guru PAI, serta ingin mengetahui lebih lanjut tentang kualifikasi
akademik, dan keterlibatannya dalam forum-forum ilmiah, hasil prestasi guru-
guru PAI dalam membimbing siwa, serta partisipasi guru PAI dalam berbaur di
masyarakat. Pada akhirnya, penulis menuangkan penelitian ini dengan judul
“Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Pengendali
Mutu pada Kompetensi Profesional Guru PAI“ (Studi di Lingkungan KKG
PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupaten
Blora).
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,
maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dijadikan acuan oleh penulis
dalam penelitian ini.
1. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang penelitian di atas, terdapat banyak faktor
yang melatarbelakangi terbentuknya kompetensi profesional guru, antara
lain: pelaksanaan supervisi PAI, teknik yang digunakan dalam kegiatan
6
supervisi, peran supervisor/pengawas, dan peran organisasi pengembangan
profesional guru secara berkelompok (Cooperative Profesional
Development) yang dalam penelitian ini terfokus pada Kelompok Kerja
Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG
PAI Kecamatan Banjarejo.
2. Pembatasan Masalah
Supaya penelitian lebih fokus pada pembahasan inti, maka penulis
memberikan batasan masalah pada: Supervisi PAI yang fokus pada teknik
supervisi secara kolektif (kelompok), kompetensi profesional guru PAI,
mutu pendidikan yang fokus pembelajaran dan Kelompok Kerja Guru
Pendidikan Agama Islam (KKG PAI).
3. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan kajian dan membuat
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah teknik supervisi PAI di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo
Kabupaten Blora?
b. Bagaimana dampak penerapan supervisi PAI terhadap kompetensi
profesional guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen
dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora?
c. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat pada
pelaksanaan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora?
7
C. Signifikansi Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan baru
mengenai pelaksanaan kegiatan supervisi dan penerapan teknik supervisi PAI
yang berperan sebagai pengendali mutu kompetensi profesional guru mata
pelajaran PAI khususnya di lingkungan Kelompok Kerja Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di
Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora. Temuan tersebut dapat dijadikan
landasan dalam upaya mengembangkan kompetensi profesional dan berperan
sebagai pengendalian mutu guru PAI agar pelaksanaan pembelajaran dapat
berjalan dengan lebih efektif dan efesien.
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai oleh penulis dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini
yaitu ingin mengetahui:
a. Teknik supervisi PAI sebagai pengendali mutu kompetensi profesional
guru PAI di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan di KKG
Kecamatan Kecamatan Banjarejo, di Kabupaten Blora.
b. Dampak penerapan teknik supervisi PAI sebagai pengendali mutu pada
kompetensi profesional guru PAI di lingkungan KKG PAI di Kecamatan
Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora.
c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat supervisi PAI sebagai
pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI di lingkungan
8
KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo
di Kabupaten Blora.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian ini
sebagai berikut:
a. Secara teoretis,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
keilmuan khususnya yang berkenaan dengan pelaksanaan teknik
supervisi PAI sebagai pengendali mutu pada kompetensi profesional guru
PAI supaya dapat mengontrol mutu pembelajaran, serta dapat menjadi
bahan masukan bagi siapapun yang berminat menindak lanjuti hasil
penelitian ini pada bidang penelitian yang relevan.
b. Secara praktis,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi:
1) Bagi penulis, hal ini bisa menambah wawasan dan cakrawala
keilmuan khususnya tentang pelaksanaan teknik supervisi PAI
sebagai pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI.
2) Bagi guru PAI, sebagai referensi dalam memperbaiki kegiatan
pembelajaran demi tercipta mutu pendidikan yang optimal.
3) Bagi pengawas atau kepala sekolah, diharapkan dapat
mengembangkan dan meningkatkan kualitas supervisi PAI dengan
menggunakan teknik supervisi yang bervarian dalam rangka
pengembangan profesionalitas guru.
9
4) Bagi pengurus KKG PAI, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
“inspirasi” untuk lebih menggiatkan pengurus dan anggota KKG
lainnya dalam melaksanakan program-program kerja yang telah
direncanakan, serta menjadi “pioneer” lahirnya “inspiring teachers”
yang bisa dijadikan model oleh guru lainnya.
5) Seluruh pembaca, sebagai pengetahuan atau informasi untuk
menambah wawasan, partisipasi dan kepedulian terhadap dunia
pendidikan karena dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk
menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih bermutu terutama pada
SDM pendidik.
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang supervisi pendidikan sudah banyak dilakukan baik dalam
bentuk buku, maupun dalam bentuk tesis. Telaah pustaka ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana masalah supervisi ini dikaji dalam penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelum penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Tesis yang ditulis oleh Wahid Hasyim bertujuan untuk mendeskripsikan
supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-
Azhar 18 Salatiga dalam meningkatkan kompetensi guru. Penelitian ini bersifat
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan analisa model interaktif.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut (1) pelaksanaan supervisi pembelajaran
yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui
10
membuat perencanaan jadwal supervisi, pelaksanaannya menggunakan model,
pendekatan dan teknik supervisi, observasi kelas dilakukan dengan
menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti supervisi. (2) Pelaksanaan
supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua sekolah/madrasah tersebut hanya
sebagian yang dilaksanakan (3) Dampak supervisi dapat meningkatan
kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru dalam membuat
silabus dan RPP secara mandiri. (4) Perbedaan pelaksanaan supervisi di MTs
Negeri belum melibatkan wakil kepala madrasah dan guru senior, sedangkan di
SMP Islam Al-Azhar telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior,
dan dampaknya dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. 8
Noor Janah dalam penelitian tesisnya, membahas bagaimana peran
supervisi pengawas PAI dalam peningkatan profesionalitas guru dengan
mengambil objek penelitian di SD 2 Gulang Mejobo Kudus dan MI Nurul
Huda Gulang Mejobo. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif, dengan
pendekatan studi kasus serta menggunakan analisa data induktif analisis data.
Simpulan hasil penelitian menjelaskan bahwa peran Supervisi pengawas PAI
dalam menjalankan tugasnya belum menunjukkan signifikansi, hal ini tidak
terlepas dari pemahaman para pengawas terhadap hakekat Supervisi itu sendiri.
Para pengawas masih terpaku dengan jabatannya sebagai pengawas, yaitu
mengawasi guru dengan melakukan banyak koreksi atau mencari kesalahan
orang lain. Tugas pengawas untuk melayani dan membantu guru yang merasa
8 Wahid Hasim, Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi
Guru (Studi Multi Kasus di Mts. Negeri dan SMP Islam Al-azhar 18 Salatiga). Tesis, Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013.
11
kesulitan dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya terabaikan. Penelitian
ini hanya berfokus pada peran pengawas, namun tidak memberikan solusi
aplikatif dengan menawarkan model pengembangan dalam mensupervisi guru,
sehingga sangat berbeda dengan penelitian penulis.9
Tesis yang ditulis oleh Tri Martiningsih bertujuan untuk mengetahui
pengaruh supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG terhadap
kompetensi profesional guru sekolah dasar Negeri di kecamatan Pekalongan
utara Kota Pekalongan.”10
Penelitian ini menggunakan Pendekatan kuantitatif.
Analisis menggunakan statistik regresi tunggal dan regresi ganda. Populasinya
guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara 243 orang. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah 1) semakin tinggi supervisi akademik akan mengakibatkan
semakin tinggi kompetensi profesional guru, 2) semakin tinggi partisipasi Guru
dalam KKG semakin tinggi kompetensi profesional guru, 3) semakin tinggi
supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG akan mengakibatkan
semakin tinggi kompetensi profesional guru. Penelitian ini tidak mengupas
keterlibatan guru secara menyeluruh dalam forum-forum ilmiah, prestasi yang
dicapai dalam membimbing siswa, dan keterlibatan guru dalam organisasi guru
di luar KKG dan organisasi social, serta tidak mengkaitkan peranan supervisi
pembelajaran sebagai pengendali mutu sehingga masih bersifat umum.
9 Noor Janah, “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru (Studi Kasus Mata Pelajaran PAI di SD 2 Gulang Mejobo Kudus dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda Gulang Mejobo Kudus)”, Tesis, Program Pascasarjana UNWAHAS
Semarang, 2011, ix. 10
Tri Martiningsih, “ Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG terhadap
Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Negeri di kecamatan Pekalongan utara Kota
Pekalongan”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2008.
12
Penelitian Diniyah Puteri Harahap bertujuan untuk mengetahui apakah
supervisi akademik teknik workshop dapat meningkatkan kemampuan guru
Bahasa Inggris dalam pelaksanakan pembelajaran aktif. Hipotesis tindakan
adalah penerapan supervisi akademik teknik workshop dapat meningkatkan
kemampuan guru melaksanakan pembelajaran aktif. Penelitian ini dilaksanakan
di SMAN Rayon 5 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu
mulai bulan Januari 2014 sampai dengan maret 2014. Hasil temuan penelitian
ini menemukan bahwa penerapan supervisi akademik teknik Workshop dapat
meningkatkan pembelajaran aktif. Penelitian ini berorientasi pada peran guru
dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas sehingga berbeda dengan
penelitian yang dilakukan penulis.11
Penelitian Dadang Suhardan bermaksud untuk mengetahui efektifitas
pengawasan yang dilakukan secara profesional sebagai upaya dalam
meningkatkan mutu pembelajaran pada era otonomi daerah. penelitian ini
dituangkan di dalam jurnal. Penelitian ini menggunakan pendekatan inquiry
qualitative dengan supervisi pembelajaran sebagai grand teorinya. Dalam
penelitiannya disimpulkan bahwa supervisi sekolah yang masih amatir
merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan
nasional di era otonomi dan global ini, khususnya pada tingkat sekolah dasar.
Supervisi akademik yang dilakukan tidak secara profesional tidak dapat
11
Diniyah Puteri Harahap, “Supervisi Akademik Teknik Workshop Meningkatkan
Kemampuan Guru Pelaksanakan Pembelajaran Aktif”, Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia Vol 6
No. 2 (Oktober 2014).
13
meningkatkan profesionalitas guru secara efektif. Hal ini justru menunjukkan
kualitas pendidikan yang rendah.12
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, peneliti mencoba
mengetengahkan fokus penelitian yang berbeda. Jika penelitian sebelumnya
lebih diorientasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas dan tidak menyoroti
peran aktif guru yang menjabat sebagai pengurus KKG PAI dalam kegiatan
reflektif, maka dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada teknik
supervisi PAI yang sering digunakan oleh supervisor atau pengawas PAI yang
terfokus pada organisasi kerjasama pengembangan profesional guru PAI atau
Kelompok Kerja Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang
menitikberatkan pada keterlibatan guru PAI secara kolegial dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan supervisi yang diorientasikan pada pembinaan guru-guru
PAI.
Disamping itu, penelitian ini menyoroti semangat dan kinerja guru-guru
PAI dan partisipasi aktif guru dalam mengikuti kegiatan KKG PAI dan forum-
forum ilmiah lainnya serta berbagai organisasi baik pendidikan maupun social
yang diikuti GPAI yang dapat menunjang tercapainya kecakapan guru dalam
pembelajaran sehingga terbentuk peningkatan kompetensi profesional guru
yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya mutu pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran PAI.
12
Dadang Suhardan, “Efektivitas Pengawasan Profesional dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran pada Era Otonomi Daerah”, EDUCATIONIST No. I Vol. I (Januari 2007).
14
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
disebut pula sebagai penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian
yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung ke lapangan.
Penelitian kualitatif penulis gunakan untuk menjelaskan data-data yang
penulis dapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
penulis lakukan di lapangan. Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan
adalah pendekatan fenomenologis. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa
peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang yang diteliti oleh
mereka.13
Studi fenomenologis (phenomenological studies) mencoba
mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data
berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan
pemberian makna terhadap situasi atau atau pengalaman-pengalaman dalam
kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah mencari atau
menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari
pengalaman hidup.14
Penulis menggunakan pendekatan ini karena sesuai
dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
13
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999,
9. 14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015, 60.
15
2. Objek Studi
Penelitian ini mengambil objek studi pada kegiatan supervisi PAI yang
dilakukan di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian kualitatif umumnya berupa narasi deskriptif
kualitatif, kalaupun ada data dokumen yang bersifat kuantitatif juga bersifat
deskriptif.15
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant
observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan
dokumentasi.16
Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Peneliti menggunakan observasi partisipan dalam penggalian data di
lapangan. Obervasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Peneliti terlibat
langsung, sehinggga observasi partisipan digunakan untuk mencari data-
data tentang kegiatan-kegiatan supervisi PAI, untuk peningkatan
kompetensi profesional guru PAI, dan kegiatan-kegiatan pengembangan
guru apa sajakah yang mereka ikuti yang dapat meningkatkan
kompetensi profesional guru tersebut.
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian …, 289. 16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Bandung: Alfabeta, cet 11, 2010, 309.
16
b. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti secara langsung kepada Pengawas PAI
dan Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen maupun KKG PAI
Kecamatan Banjarejo. Pengawas/supervisor PAI dimintai keterangan
tentang pembinaan dan bimbingan yang telah dilakukan dalam kegiatan
supervisi PAI, GPAI yang tergabung dalam KKG PAI dimintai
keterangan tentang kualifikasi pendidikan, prestasi dalam membimbing
peserta didik, kegiatan Supervisi PAI yang telah dilaksanakan Pengawas
PAI dan partisipasinya dalam KKG PAI dan forum-forum ilmiah
sebagai upaya peningkatan kompetensi profesional mereka, baik secara
individual maupun kolektif.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh
data tentang:
1) Kondisi dan gambaran umum tentang KKG PAI Kecamatan Ngawen
dan Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora.
2) Keadaan guru-guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen
dan di KKG PAI di lingkungan Kecamatan Banjarejo di Kabupaten
Blora.
3) Kegiatan supervisi PAI yang dilakukan oleh pengawas PAI terhadap
guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG
PAI di lingkungan Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora.
17
4. Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara induksi
untuk mengembangkan model deskripsi penelitian dan menghasilkan
laporan deskripsi analitik.
Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiono,
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisa data, yaitu data
reduction, data display, dan, conclusion drawing/verification.17
Gambar 1. 1. Model Interaktif 18
Berdasarkan definisi dan diagram di atas, maka langkah-langkah
analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menelaah data yang berhasil dikumpulkan dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Bandung: Alfabeta, 2010, 337-338. 18
Sugiyono, Metode Penelitian …, 337-338.
Data
Display
Data
reduction
Data Collection
Conclusion:
drawing/verivying
18
b. Mengadakan reduksi data dengan cara mengambil data yang dapat
diolah lebih lanjut.
c. Menyusun data dalam satuan-satuan yang relevan.
d. Melakukan kategorisasi sambil melakukan pengkodean (coding)
e. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data melalui data observasi,
dokumentasi dan wawancara.
f. Menafsirkan data dan mengambil kesimpulan secara induktif dengan
cara berfikir berdasarkan fakta-fakta khusus, kemudian diarahkan
kepada penarikan kesimpulan yang bersifat umum.19
Dengan menggunakan metode analisa data yang ditawarkan oleh
Miles and Huberman di atas, diharapkan dapat membantu penulis dalam
memilah dan memilih data serta dalam menyusun dan menyuguhkan data
dalam penelitian ini, sehingga dapat dibaca, dimengerti, dipahami dengan
mudah oleh para pembaca.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami isi penelitian tesis ini, maka terlebih
dahulu penulis akan menyajikan tentang sistematika penulisan dalam penelitian
tesis ini, agar para pembaca dapat mengetahui cakupan secara garis besarnya.
Pada bab I membahas tentang Pendahuluan yang mencakup: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, Kajian Pustaka,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
19
H. M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta: Golden Terayon Press, 2003, 45.
19
Pada bab II disajikan Kajian Teoritik yang mengurai tentang teori
Supervisi PAI, Kompetensi Profesional Guru PAI, Pengendalian Mutu, dan
teori Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI).
Pada bab III membahas tentang Gambaran Umum KKG PAI Di
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Di Kabupaten Blora
yang meilputi: keadaan organisasi KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG
PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora, serta Program-program Kerja
KKG PAI.
Pada bab IV membahas tentang: Analisis data dan hasil penelitian
lapangan dan pembahasan tentang Pelaksanaan Supervisi PAI sebagai
Pengendali Mutu Kompetensi Profesional Guru PAI di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
yang mencakup : Teknik Supervisi PAI, Dampak Supervisi PAI terhadap
kompetensi professional guru, dan Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Supervisi PAI.
Pada bab V membahas tentang: Simpulan dan Saran dan Kata Penutup.
20
BAB II
SUPERVISI PAI DAN PENGENDALIAN MUTU KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PAI
Berikut ini akan penulis kemukakan beberapa teori yang relevan dengan pembahasan
tesis ini. Landasan teori ini berfungsi sebagai alat untuk menganalisis data yang
peneliti kumpulkan ketika melakuan penelitian.
A. Supervisi PAI
Untuk memahami konsep supervisi PAI, berikut penulis ilustrasikan mapping
concept (pemetaan) tentang point-point supervise PAI yang menjadi grand
theory dalam penelitian ini.
Gambar 2. 1. Konsep Supervisi20
20
Bagan ini merupakan visualisasi penulis setelah mengobservasi dan merangkum beberapa
teori tentang supervisi pendidikan dari berbagai sumber bukuang berbeda.
Konsep
Supervisi PAI
Tujuan :
memberikan layanan dan
bantuan untuk
mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang
dilakukan guru di kelas
Pengertian :
usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar,
yaitu supervisi sebagai
bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas
mengajar untuk membantu
peserta didik agar lebih baik dalam belajar.mapel
PAI
Fungsi :
ditujukan pada
perbaikan dan
peningkatan kualitas
pengajaran.
Teknik :
- Individual
- Kelompok
21
1. Pengertian
Pengertian supervisi dapat dipahami dari beberapa pendapat para
pakar berikut ini:
Carl Glickman dalam Allan Glathorn, memberikan definisi:
“Supervision is the function in schools that draws togather the discrete
elements of instructional effectiveness into whole-school action”.21
Supervisi merupakan fungsi penting dalam sistem sekolah atau
pendidikan yang mengefektifkan seluruh unsur-unsur pengajaran ke
dalam aktifitas pendidikan. Sedangkan Wayne Hoy and Patrick Forsyth
dalam Allan Glathorn, berpendapat bahwa “Supervision of instruction is
the set of activities designed to improve the teaching-learning process”.22
Supervisi pendidikan adalah seperangkat aktivitas yang dirancang untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
Di sisi lain Kimball Wiles and John Lovell sebagaimana yang
dikutip oleh Allan Glathorn juga memberikan pandangan mengenai
definisi tentang supervise sebagai berikut :
“Instructional supervisory behavior system formally provided by the
organization for the purpose of interacting with the teaching
behavior system in such a way as to maintain, change, and improve
the provision and actualization of learning opportunities for
students”.23
Sistem perilaku dalam supervisi pendidikan disiapkan oleh organisasi
yang bertujuan menjalin interaksi tingkah laku dengan cara tertentu untuk
21
Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership (Introduction To Instructional Supervision,
California, Harpher Collins Publishers, 1990, 83. 22
Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership …, 83. 23
Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership …, 83.
22
menjaga, merubah, dan memperbaiki ketetapan dan aktualisasi
kesempatan belajar bagi siswa.
Beberapa pendapat di atas bertumpu pada kegiatan layanan
bimbingan dan pembinaan Pengawas yang memberikan perubahan
perilaku akademik guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat
memberikan perubahan pula pada perilaku belajar peserta didik. Dalam
konteks ini, Guru memegang peran yang signifikan untuk membuat
situasi pembelajaran berjalan efektif.
Berkaitan dengan supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI), dapat
dikatakan juga sebagai pengawasan pendidikan agama Islam yang
dilakukan oleh pengawas pendidikan agama yang ditunjuk, maka dalam
hal ini terlebih dahulu penulis suguhkan mengenai pengertian pendidikan
agama Islam sebagaimana yang tertera dalam kurikulum PAI sebagai
berikut:
“Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia
dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.”24
Dasar religius pendidikan agama Islam di atas terinspirasi dari Al-
Qur‟an Surah An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:
24
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014, 11-12.
23
دلهم بٲلتي هي ٱدع إلى سبيل ربك بٲلحكمة وٱلمىعظة ٱلحسنة وج
أحسه إن ربك هى أعلم بمه ضل عه سبيلهۦ وهى أعلم بٲلمهتديه
٥٢١
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. 25
Tujuan dari pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak,
pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati,
beriman teguh, beramal soleh, dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi
salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri,
mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya
bahkan sesama umat manusia.26
Sedangkan pengertian pengawas pendidikan agama Islam pada
sekolah menurut Permenag No. 2 Tahun 2012 adalah Guru Pegawai
Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas
Pendidikan Agama Islam yang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya
melakukan pengawasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam pada
sekolah.27
Pengawas pendidikan agama bertugas melakukan pengawasan
terhadap terselenggaranya pendidikan agama pada sekolah yang meliputi
penilaian, pembinaan, pemantauan, penelitian, pelaporan, dan tindak
25
Kementerian Agana RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, Jakarta: AL WAAH, 1995, 421. 26
Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Filosofis Pengembangan Islam
Transformatif antara KTSP dan Kurikulum 2013), Malang: Madani, 2015, 55. 27
Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, Jakarta: 2012, 1.
24
lanjut dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
agama sesuai dengan standar nasional pendidikan agar tercapai tujuan
pendidikan agama dan pendidikan nasional.28
Dengan demikian supervisi
pendidikan agama Islam adalah serangkaian kegiatan guna membantu
guru PAI dalam mengembangkan kemampuan mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran dengan kegiatan
membimbing, membina, memantau, mengawasi, menilai, dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan agama Islam di
sekolah.
2. Tujuan supervisi
Kata kunci dari supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan
kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan
bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan
guru di kelas.29
Glickman mengemukakan bahwa;“the goal of instructional
supervision is to help teachers learn how to increase their own capacity
to achieve professional learning goals for their students”. (tujuan
supervisi pendidikan adalah membantu guru untuk belajar bagaimana
meningkatkan potensi/kapasitas mereka untuk mencapai tujuan
pembelajaran terhadap murid).30
Glickman optimis bahwa melalui
28
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan Pengawasan Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktik).
Jakarta: Rajawali Press, 2014, 175-176. 29
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia). Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 19. 30
Sally J. Zepeda, Instructional Supervision …, 19.
25
supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh
guru semakin meningkat.
3. Fungsi Supervisi
Alfonso, Firth, dan Neville, menggambarkan sistem fungsi
supervisi akademik sebagaimana gambar berikut:
Gambar 2.1.
Sistem Fungsi Supervisi Akademik31
(1)
Tampilan skema tersebut diatas dapat diketahui dan dipahami
mengenai sistem perilaku supervise. Perilaku kegiatan supervisi PAI
yang dilakukan secara langsung dapat memberikan dampak yang
signifikan pada sikap, perilaku, dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan
kepengawasan yang dilakukan oleh pengawas PAI yang menstimulasi
dan mendorong perubahan ke arah yang lebih baik pada diri guru.
Akhirnya, bila guru memiliki wawasan, pengetahuan, dan cakrawala
berpikir yang luas, serta trampil dalam mengelola pembelajaran di dalam
kelas akan dapat mendorong siswa untuk berubah, termotivasi untuk
belajar dan secara kualitas atau mutu belajar yang diharapkan akan dapat
terwujud dalam perilaku peserta didik. Dengan demikian fungsi utama
supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
31
Muhammad fathurrahman & Hindama Ruhyanani, Sukses Menjadi Pengawas ..., 54.
Perilaku
supervisi
Perilaku
akademik
Perilaku
Pembelajaran
26
pengajaran,32
serta dapat menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan
hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru
dalam wujud layanan professional.33
4. Teknik-Teknik Supervisi
a. Teknik yang bersifat individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi
perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan
dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui
kualitas pembelajarannya.34
Teknik supervisi yang bersifat individual
meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas,
diantaranya; a) kunjungan kelas, Fungsi kunjungan kelas adalah
sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar
guru dan cara belajar siswa.35
b) observasi kelas, dilakukan dengan
cara kunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-
mengajar yang sebenarnya. Tujuan dari observasi ini adalah untuk
memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang
diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan-
kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal
belajar mengajar. Sedangkan bagi guru sendiri dapat digunakan untuk
mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik, dan dampak
32
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan…, 21. 33
Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,
12. 34
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik (Materi Pelatihan
Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, 24. 35
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, …, 53.
27
terhadap murid adalah menimbulkan pengaruh positif terhadap
kemajuan belajar.36
b. Teknik yang bersifat kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah salah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-
guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. 37
Di sisi lain yang
dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-
teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok.38
Pelaksanaan kegiatan supervise oleh Pengawas dapat dilakukan
melalui organisasi kerjasama pengembangan profesi guru atau KKG.
Hal ini dimaksudkan untuk memantau dan melihat guru secara
langsung sebagai upaya peningkatan kemampuan professional guru
tersebut.
Allan Glattorn yang dikutip Abdul Kadim Masaong,
mengajukan model supervisi kerjasama pengembangan profesi dalam
mensupervisi guru. Model ini diperankan oleh guru secara kolegial
36
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, …, 56. 37
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik …, 29. 38
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, …, 86.
28
yang bersepakat bekerjasama dalam meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Di Indonesia model CPD ini lebih dikenal dengan
Continues Professional Development dengan entri point utamanya
adalah MGMP dan KKG.39
Teknik supervisi kelompok ini dapat
dilihat melalui kegiatan-kegiatan dibawah ini, yaitu: kepanitiaan-
kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium dan kurikulum, membaca
terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi,
diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, bulletin supervisi,
pertemuan guru, lokakarya atau konferensi kelompok. 40
B. Kompetensi Profesional Guru
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional.
Seorang guru atau pendidik professional harus memiliki kualifikasi akademik
minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi
(pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.41
Selain persyaratan kualifikasi akademik di atas, guru professional juga
dituntut untuk memiliki sederet tindakan cerdas yang menjadi karakternya.
39
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru
(Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru). Bandung: Alfabeta, 2013, 49. 40
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik …, 29. 41
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 93.
29
Ciri-ciri guru profesional yang melekat pada sosok guru, antara lain; (1)
guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa
komitmen guru adalah kepada kepentingan siswanya; (2) guru menguasai
secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarkannya kepada siswa; (3) guru bertanggung jawab memantau hasil
belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam
perilaku siswa sampai tes hasil belajar; (4) guru mampu berpikir secara
sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan
koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya; (5) guru seyogyanya merupakan
bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di
Indonesia, PGRI dan organisasi profesi lainnya.42
Penjelasan tentang keahlian guru professional di atas, juga perlu dikuasai
oleh guru PAI (GPAI) sebagai bagian dari komponen pendidikan sehingga
terbentuk kecakapan-kecakapan yang dapat direfleksikan sebagai kompetensi
professional guru..
Kompetensi professional guru dapat diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang yang
memangku jabatan guru sebagai profesi.43
Dalam Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
42
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 74. 43
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 100.
30
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.44
Kinerja guru PAI dalam hal akademik dan non akademik perlu dilakukan
dengan cerdas dan tanggung jawab, serta mampu berkolaborasi dengan
lingkungan sebagai bentuk dalam pengembangan kinerja secara professional.
Oleh karena itu, guru PAI perlu memiliki beberapa kemampuan yang dapat
menunjang profesinya sebagai guru professional.
Kementerian Agama RI melalui program pengadaan dan penyetaraan
guru Pendidikan Agama Islam telah merumuskan kemampuan-kemampuan
yang harus dimiliki oleh guru PAI, yaitu: a) Memiliki sifat dan kepribadian
sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah Swt dan sebagai warga negara
Indonesia, serta cendekia, dan mampu mengembangkannya. b) Menguasai
wawasan kependidikan, khususnya berkenaan dengan pendidikan pada tingkat
dasar (sekolah/madrasah). c) Menguasai bahan pengajaran Pendidikan Agama
Islam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep dasar keilmuan yang menjadi
sumbernya. d) Mampu merencanakan dan mengembangkan program
pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar. e) Mampu
melaksanakan program pengajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan
kemampuan dan perkembangan anak usia pendidikan dasar. f) Mampu menilai
proses dan hasil belajar mengajar murid sekolah/madrasah. g) mampu
berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat serta peserta didik
sekolah/madrasah. h) Mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian
44
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 115.
31
untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai Guru Agama Islam di
sekolah/madrasah.45
C. Pengendalian Mutu Pendidikan
Pengendalian (Controlling) merupakan kegiatan menilai dan memberikan
perbaikan-perbaikan terhadap kinerja bawahan untuk menjamin bahwa
kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana.46
Pakar mutu berasal dari negara bagian Romania, alumni University of
Minnesota, United Stated, Dr. Joseph M. Juran berpendapat pengendalian
mutu atau quality control adalah: “A process in which the product is actually
examined and evaluated against the original requirements expressed by
customer. Problems detected are then corrected.”47
Pengendalian mutu
merupakan suatu upaya dimana proses pendidikan benar-benar diperiksa dan
dievaluasi serta dibandingkan dengan tujuan yang harus dicapai.48
Menurut
Juran dalam Edward Sallis, kualitas adalah produk yang memiliki
keistimewaan, membebaskan konsumen dari rasa kecewa akibat kegagalan.
Produk adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.49
Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Juran di atas, seorang ahli
manajemen, Schermerhon, berpendapat tentang pengendalian sebagai berikut;
“a process of monitoring performance and taking action to ensure desired
45
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran …, 91-92. 46
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung:
Refika Aditama, 2010, 37. 47
Arthur T. Tenner and Irving J. De Toro, Total Quality Management (Three Steps to
continuous Improvement), Massachussets: Wesley Publishing Company, 1994. 48
Emzir & Sam M. Chan, Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Di Era Otonomi Daerah.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, 8. 49
Dadang Suharda, Supervisi Profesional …, 94.
32
action.” Suatu proses pemantauan kinerja yang dilakukan untuk mencapai hasil
yang diharapkan.50
Pengendalian merupakan konsep yang luas, berlaku untuk
manusia, situasi, benda, dan organisasi.51
Dasar semua proses pengendalian
adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variable atau sekumpulan variable
guna mencapai tujuan tertentu. Variable ini dapat berupa manusia, mesin,
ataupun organisasi.52
Mutu hasil pendidikan (lulusan) tidak hanya ditentukan oleh seorang
guru, tetapi oleh seluruh guru, juga pihak personalia sekolah pun ikut seta di
dalamnya, seperti para pembimbing, pengelola, dan staf administrasi.53
Mutu
total sangat baik diterapkan dalam bidang pendidikan sebab akan
meningkatkan mutu pendidikan (mutu lulusan), sistem ini juga akan
menghilangkan image yang selama ini ada di sekolah, bahwa pendidikan
dilaksanakan secara rutin, mendidik, atau mengajar adalah menyampaikan
ilmu. Mutu lulusan semata-mata menjadi tugas dan tanggung jawab guru.
Dengan menerapkan system mutu total , semua personalia akan mengetahui
dan menyadari tugas, serta peranannya dalam menghasilkan lulusan yang
bermutu. Mereka akan menyadari bahwa lulusan yang bermutu dihasilkan oleh
proses pendidikan yang bermutu pula.54
50
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu …, 37. 51
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu …, 38. 52
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu ..., 39. 53
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu …, 43. 54
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu ..., 39.
33
D. Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI)
1. Pengertian KKG PAI
Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar disingkat
KKG PAI SD adalah wadah kegiatan professional untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan serta untuk membina hubungan kerjasama
secara koordinatif dan fungsional antara sesama GPAI yang bertugas
pada Sekolah Dasar.55
Dasar pijakan organisasi profesi guru tersebut adalah dukungan
pemerintah yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010
yang menyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam
mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Sedangkan kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti
kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang
dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah (seperti
KKG/MGMP/MGBK) dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian
guru.56
Dasar lain berdirinya KKG PAI adalah Edaran Bersama Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor E/HMI/ed/40/1994 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam
(KKG PAI) pada Sekolah Dasar. 57
55
Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah
Dasar (KKG PAI SD), Jakarta: Direktorat Jendera Pendidikan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan
Agama Islam Pada Sekolah, 2008, 3-4. 56
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme …, 118-119. 57
Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru …, 2-3.
34
Bentuk kegiatan terdiri atas hal-hal yang terkait dengan peningkatan
kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut:58
bentuk
kegiatan tersebut antara lain; Kegiatan dalam bidang Peningkatan
Kompetensi Pedagogik, yang mencakup: Pemahaman KTSP. Dalam
kegiatan ini mencakup: Analisis SK-KD dan Materi PAI, Penjabaran
dalam Indikator pencapaian hasil belajar, Penyusunan silabus,
Penyusunan RPP, Penyusunan Program Tahunan dan Semester, Analisis
Hari efektif, Pembahasan tentang Pembuatan dan Pemanfaatan Media.
Kegiatan dalam bidang Peningkatan Kompetensi Kepribadian, Kegiatan
dalam bidang Peningkatan Kompetensi Sosial, dan Kegiatan dalam
bidang Peningkatan Kompetensi Profesional; yang meliputi:
menyelenggarakan seminar-seminar yang relevan, menyelenggarakan
lokakarya/workshop, menyelenggarakan diklat, dan mengkoordinasikan
Penulisan Karya Tulis Ilmiyah (PTK).59
58
Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru …, 15-17. 59
Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru …, 15-17.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM KELOMPOK KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (KKG PAI) DI LINGKUNGAN KKG PAI KECAMATAN NGAWEN
DAN DI KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO
A. Gambaran Umum KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo
1. Letak dan Keadaan Geografis
Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI)
Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora adalah salah satu organisasi profesi
guru yang bertujuan untuk peningkatan kompetensi guru professional secara
kolegial. Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen memberikan nama pada
organisasinya dengan sebutan “ABU BAKAR” sebagai pemacu dan
pendorong para guru-guru PAI supaya mempunyai jiwa teladan seperti
sahabat Rasulullah SAW. Hal ini diharapkan supaya para pengurus KKG
PAI gigih, ulet, sabar, dan tawakal dalam menghidupkan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dibidani oleh KKG PAI “ABU BAKAR”
Kecamatan Ngawen.60
KKG PAI Kecamatan Ngawen memiliki kantor sekretariat yang
strategis, yaitu Aula Koperasi “Dwija Mulya Ngawen yaitu tepatnya di
lingkungan Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Ngawen yang berada
tepat di Jalan Blora Purwodadi. Namun, aktifitas dan koordinasi antara
60
Hasil wawancara dengan Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, Bapak
Wagiman, S. Pd. I., di SDN Punggursugih hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pkl. 11. 30 Wib.
36
pengurus dipusatkan di SDN Punggursugih Kecamatan Ngawen Kabupaten
Blora. Lokasi ini dipilih sebagai pusat kegiatan dan koordinasi guru-guru
PAI karena jarak dari pusat kota menuju lokasi tempat kegiatan KKG PAI
sekitar 15 Kilometer dan berada di tengah-tengah (centre) titik koordinasi
dari seluruh sekolah yang berada di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen. Selain itu, sekolah SDN Punggursugih berada tidak jauh dari
kediaman ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen sehingga dapat
mempermudah dan memperlancar koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh KKG PAI Kecamatan Ngawen.
Kondisi geografis yang berada di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen terbilang cukup strategis dan kondusif dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi KKG PAI. Kondisi ini bisa dilihat
bahwa sekolah-sekolah di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen bisa
diakses oleh transportasi. Namun demikian terdapat sekolah-sekolah yang
jauh dari pusat kegiatan dan sulit dijangkau, antara lain: SDN
Sambonganyar, SDN Rowobungkul 1, SDN Rowobungkul 2, SDN Sri
Gading, SDN Karangjong, sehingga posisi tersebut agak menghambat
koordinasi kegiatan KKG PAI maupun kunjungan supervisi oleh pengawas
PAI.61
KKG PAI di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora dipimpin oleh
Bapak Wagiman, S. Pd. I sebagai Ketua (yang sampai saat ini telah
menjabat selama dua periode, yaitu periode 2010-2013 dan periode 2013-
61
Hasil observasi lapangan dan wawancara dengan Ketua KKG PAI dan Pengawas PAI
Kecamatan Ngawen di SDN Punggursugih har Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 10. 00-12. 00 Wib.
37
2016). Bapak wagiman terpilih kembali dan dipercaya sebagai ketua KKG
PAI Kecamatan Ngawen karena dikenal memiliki karakter sebagai guru
yang bisa menjadi panutan bagi guru-guru PAI yang lain. Selain itu
kedewasaan dan cara berpikir yang senantiasa „ngemong’ itulah yang
menjadi alasan beliau terpilih kembali sebagai pimpinan dalam menahkodai
organisasi KKG PAI yang dipimpinnya. 62
Keberadaan KKG PAI berada pada wewenang pembinaan Pengawas
Pendidikan Agama Islam (PPAI) dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Blora. Bapak Muhaimin, S. Ag., ditunjuk sebagai Pengawas PAI
Sekolah Dasar untuk membina dan membimbing guru-guru PAI di
Kecamatan Jepon, Kecamatan Tunjungan, dan Kecamatan Ngawen. Namun
Bapak Muhaimin mendapat mendapat musibah kecelakaan dari kendaraan
sehingga tugas beliau difokuskan pada pembinaan guru PAI di lingkungan
Kecamatan Ngawen.
KKG PAI Kecamatan Banjarejo berlokasi tidak jauh dari jantung kota
di Kabupaten Blora. Jarak tempuh Kota Blora menuju Kecamatan Banjarejo
sekitar 10 km. KKG PAI Kecamatan Banjarejo berkantor di SDN
Gedongsari sekitar 5 kilometer dari Kota Blora. Sekolah ini dipilih sebagai
tempat pusat koordinasi dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan KKG PAI,
karena sangat strategis dan berada di pinggir jalan utama dari Kabupaten
62
Hasil wawancara dengan Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, Bapak
Wagiman, S.Pd. di SDN Punggursugih hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pkl. 11. 30 Wib.
38
Blora menuju Kecamatan Banjarejo dan langsung ke arah Kabupaten
Grobogan.63
KKG PAI Kecamatan Banjarejo diketuai oleh Bapak Drs. HM.
Djauhari. Beliau adalah guru PAI yang telah berpengalaman selama
bertahun-tahun mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sehingga
beliau dipilih menjadi Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan Ketua
KKG PAI Kabupaten Blora sekaligus. Guru-guru PAI memberi kepercayaan
kepada beliau sebagai Ketua KKG PAI baik tingkat Kecamatan maupun
tingkat Kabupaten karena memiliki wawasan yang luas dan memiliki
hubungan yang baik (sumeh), interaktif, dan komunikatif terhadap para guru
dan masyarakat baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah.
Disamping itu beliau berkarakter dan menjadi „Wong tuo’ di lingkungan
guru-guru PAI di Kecamatan Banjarejo. Beliau juga memiliki hubungan
yang baik dengan guru-guru PAI dari Kecamatan-Kecamatan lain di
Kabupaten Blora, oleh sebab itu beliau dipercaya menjabat Ketua KKG PAI
Kabupaten Blora Periode 2006-2011 dan terpilih kembali pada Periode
2011-2016.64
Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo memiliki jadwal kegiatan yang
padat, hal ini dikarenakan beliau menjabat rangkap jabatan sebagai Ketua
KKG PAI Kecamatan Banjarejo yang harus mengkoordinir pengurus dan
kegiatan-kegiatan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo juga harus
63
Hasil observasi dan wawancara dengan ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Drs.
HM. Djauhari hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 14. 15 Wib. 64
Hasil observasi lapangan dan wawancara dengan Bapak Drs. HM. Djauhari, Ketua KKG PAI
Kecamatan Banjarejo di Kediaman beliau hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 14. 15 Wib.
39
membagi waktu untuk mengadakan koordinasi dan konsolidasi sesame
pengurus KKG PAI tingkat Kabupaten Blora. Dengan posisi dan jabatan
rangkap jabatan tersebut, Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo yaitu
Bapak Drs. HM. Djauhari sering mendapatkan undangan baik yang bersifat
organisasi maupun untuk mengikuti Diklat dan Seminar-seminar tingkat
Provinsi Jawa Tengah. Dengan demikian, pengetahuan dan wawasan serta
hubungan beliau menjadi sangat luas dan selalu dinantikan oleh-oleh
ilmiahnya oleh para pengurus KKG PAI baik di tingkat Kecamatan
Banjarejo maupun di tingkat Kabupaten Blora.65
KKG PAI Kecamatan Banjarejo berada dalam wewenang binaan
Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) dari Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Blora. Pengawas PAI yang bertugas di lingkungan KKG
PAI Banjarejo adalah Bapak Asnawi, S.Pd.I. Jabatan Bapak Asnawi, S.
Pd.I tidak hanya sekedar sebagai Pengawas PAI di Kecamatan Banjarejo,
namun beliau mendapat mandat dari Kemenag Blora atau rangkap jabatan
dengan membina KKG PAI Kecamatan Bogorejo dan KKG PAI Kecamatan
Jepon Kabupaten Blora dengan membina 60 guru PNS bersertifikasi dan
beberapa guru honorer yang belum bersertifikasi. Rangkap jabatan yang
disematkan pada Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo terjadi karena
Pengawas PAI yang bertugas di kedua Kecamatan tersebut berhalangan
65
Hasil wawancara dengan Ketua KKG Kabupaten Blora sekaligus sebagai Ketua KKG PAI
Kecamatan Banjarejo, Bapak Drs. HM. Djauhari hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 Pukul 11. 30 Wib.
40
(salah satunya mendapat kecelakaan), sehingga tugas dan tanggung jawab
tersebut dibebankan pada pundak Bapak Asnawi, S.Pd.I.66
2. Visi dan Misi KKG PAI
a. Visi dan Misi KKG PAI Kecamatan Ngawen
KKG PAI Kecamatan Ngawen memiliki Visi sebagai berikut:
„Profesional dan Teladan dalam Pendidikan‟. Visi ini dijadikan pedoman
dalam menjalankan roda organisasi. Sedangkan Misi yang ingin dicapai
adalah;
1) Melaksanakan kegiatan dan pertemuan secara efektif sehingga setiap
anggota berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
2) Menumbuhkan jiwa profesionalisme sebagai pendidik pada angota
KKG PAI.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
anggota KKG PAI.
4) Mendorong dan membantu setiap anggota untuk mengenali potensi
dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.67
b. Visi dan Misi KKG PAI Kecamatan Banjarejo
KKG PAI Kecamatan Banjarejo juga memiliki Visi dan Misi,
organisasi. Hal ini diharapkan supaya dijadikan pijakan awal dalam
perumusan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan KKG PAI.
66
Hasil observasi lapangan dan wawancara bersama bapak Pengawas PAI Kecamatan
Banjarejo, Bapak Asnawi, S. Pd. I, di Desa Adirejo Kecamatan Tunjungan hari Selasa tanggal 01
Maret 2016 dan Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 14. 00-16. 00 Wib. 67
Hasil penggalian dokumentasi dengan para Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen hari
Senin 07 Maret 2016 pukul 10.00 wib.
41
Visi KKG PAI Kecamatan Banjarejo adalah : „Pelayanan Prima
Menuju Pendidik Profesional, Unggul, dan Bermutu.‟ Visi inilah yang
mendorong para guru PAI di lingkungan Kecamatan Banjarejo untuk
mengajar, mendidik, dan membimbing siswa dengan sepenuh hati.
Sedangkan Misi yang ingin dicapai KKG PAI Kecamatan Banjarejo
adalah :
1) Menumbuhkan jiwa professional sebagai pendidik bagi anggota KKG
PAI.
2) Memberikan pelayanan yang prima dalam pembelajaran demi generasi
dan lulusan yang unggul dan bermutu.
3) Melaksanakan kegiatan dan pertemuan secara efektif demi
perkembangan anggota KKG PAI supaya dapat berkembang secara
optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
4) Menumbuhkan penghayatan pada Mapel PAI sehingga menjadi
sumber inspirasi dan kearifan dalam bertindak.
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
pengurus dan anggota dan kelompok kepentingan yang terkait dengan
KKG PAI.68
3. Keadaan Pengurus Organisasi KKG PAI
Dalam menjalankan roda organisasi supaya berjalan dengan lancar,
baik KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo
dibantu sejumlah pengurus yang memiliki tugas dan tanggung jawab
68
Hasil wawancara dan penggalian data bersama Bapak Drs. Djauhari, Ketua KKG PAI
Kecamatan Banjarejo hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 pukul 10. 30.
42
masing-masing sesuai dengan bidangnya. Hal ini dimaksudkan supaya
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat interen maupun
eksteren tidak terjadi tumpang tindih (overlapping).
Keadaan Kepengurusan KKG PAI “ABU BAKAR” berjumlah 18
orang. 1 orang Ketua dibantu Wakil Ketua, 1 orang Sekretaris, 1 orang
Bendahara, 2 orang Pembantu Umum, 3 orang Koordinator, 6 orang Guru
Pemandu, dan 3 orang Seksi Kegiatan. Namun jumlah tersebut dapat pula
bertambah sesuai dengan kondisi keorganisasian yang mengadakan „tambal
sulam’ atau reshuffle kepengurusan disebabkan karena ada anggota yang
berhalangan atau meninggal dunia. Namun kondisi tersebut tidak
menyurutkan langkah dan semangat para pengurus KKG PAI “ABU
BAKAR” Kecamatan Ngawen untuk menyusun program kerja dan
melaksanakan kegiatan tersebut. Kegiatan dalam rangka melengkapi
kepengurusan ini dilakukan untuk melakukan konsolidasi antar pengurus
secara keseluruhan sehingga tidak ada bagian atau posisi yang kosong
sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Berikut adalah bagan kepengurusan KKG PAI “ABU BAKAR”
Kecamatan Ngawen yang mencakup nama-nama guru PAI (GPAI) yang
menjadi pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten . bagan ini
penulis tampilkan untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang
keaktifan guru-guru PAI dalam mengikuti dan menjadi pengurus KKG PAI
sebagai tindakan reflektif dalam peningkatan kompetensi professional.
43
Gambar 3. 1.
Bagan organisasi Kepengurusan KKG PAI Kecamatan Ngawen69
------- --------
Keterangan :
: Garis Komando
-------------- : Garis Koordinatif
69
Hasil Penggalian Data dan Dokumentasi dari Bapak Kuslan, S.Pd.I (Sekretaris KKG PAI
Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora) hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 pukul 13.00 Wib.
.
Bendahara
Yusuf, S. Pd.I
Anggota
Sekretaris
Kuslan, S. Pd. I
Operator Data
Arifin, S. Pd. I
Pembantu Umum
Siti Kumaidah, S.Pd.I
Ketua KKG PAI
Wagiman, S.Pd.I
Penasehat
Pengawas PAI
Muhaimin, SAg..
Pelindung
Kepala UPTD
Pendidikan
Anggota Anggota
Penasehat
Pengawas TK/SD
Wakil Ketua KKG PAI
Misbah, S. Pd. I, S.H.
Koordinator:
Suparmi, S.Pd.I
Sunardi, M.Pd.I
Siti Sri Susilawati, S.Pd.I
Guru Pemandu:
Komari, A.Ma
Siti Asiyah, S.Pd.I
Ashadi, S.Ag.
Aripin, S. Pd. I
Seksi Kegiatan
Shofari, S. Pd.I
H. Sarjimin,S.Pd.I
Priyono,A.Ma.
44
KKG PAI Kecamatan Banjarejo juga memiliki struktur kepengurusan
yang tidak jauh berbeda dengan KKG PAI Kecamatan Ngawen.
Gambar 3. 2.
Bagan organisasi Kepengurusan KKG PAI Kecamatan Banjarejo70
------- --------
Keterangan :
: Garis Komando
-------------- : Garis Koordinatif
70
Hasil Penggalian Data dan Dokumentasi dari Bapak Drs. HM. Djauhari (Ketua KKG PAI
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora).
Bendahara
Hj. Kunsiyati, S. Pd.I
Sekretaris
Marlan, S. Pd. I
Operator Data
Abdul Kholik,
S.Pd.I
Ketua KKG PAI
Drs, HM. Djauhari
Penasehat
Pengawas PAI
Asnawi, S.Pd.I
Pelindung
Kepala UPTD
Pendidikan
Penasehat
Pengawas TK/SD
Wakil Ketua KKG PAI
Muhammad Tarhib, S. Pd.I
Guru Pemandu Bidang Studi:
Masrukhin, S.Pd.I
Sukemi, S.Pd.I
Juwariyah, S.Pd.I
Seksi Kegiatan:
Abdul Kholik, S.Ag.
H. Sujari, S.Pd.I
Hj. Rohmah, S.Pd.I
Anggota:
Guru PAI Anggota
Guru PAI
Anggota:
Guru PAI
45
4. Data Sekolah dan Guru PAI Anggota KKG PAI Kecamatan Ngawen dan
KKG PAI Kecamatan Banjarejo
Untuk kelengkapan data dalam penelitian ini, penulis melakukan
penggalian data sekolah dan guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen dengan melakukan wawancara dan dokumentasi dengan Bapak
Arifin selaku operator data Emis di KKG PAI Kecamatan Ngawen, karena
Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen tidak dapat memberikan data secara
langsung dikarenakan beliau ada kegiatan di Kalimantan Barat. Dari
operator Emis tersebut diperoleh data bahwa jumlah GPAI di Kecamatan
Banjarejo sebanyak 35 orang dengan rincian Guru PNS berjumlah 21 orang
dan Guru Honorer berjumlah 14 orang. GPAI berstatus PNS yang menjadi
Pengurus KKG PAI adalah 15 orang.
Sedangkan data tentang keadaan sekolah dan GPAI di lingkungan
KKG PAI Kecamatan Banjarejo, diketahui bahwa jumlah keseluruhan Guru
PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo adalah berjumlah 33
orang, dengan rincian Guru PNS berjumlah 24 orang dan Guru Honorer
berjumlah 9 orang, dan GPAI berstatus PNS yang menjadi Pengurus KKG
PAI adalah 11 orang. Data Sekolah dan Guru PAI yang menjadi Anggota
KKG PAI Kecamatan Banjarejo di atas berhasil penulis dapatkan setelah
berkali-kali penulis meminta data kepada Ketua KKG PAI Kecamatan
Banjarejo, namun beliau tidak dapat dapat memberikan data secara langsung
dikarenakan pada saat itu beliau akan mendapatkan kegiatan mentoring dari
Inspektorat Kabupaten Blora guna memeriksa DAK. Kemudian Ketua KKG
46
PAI Kecamatan Banjarejo menyarankan untuk menemui Bapak Abdul
Kholik, S. Pd. I sebagai Petugas Operator Data Emis untuk melengkapi data
yang penulis perlukan.
B. Program Kerja Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG
PAI) Kecamatan Ngawen Dan Kecamatan Banjarejo
KKG PAI dapat diketahui keberadaannya ketika ada aksi yang dilakukan.
Aksi tersebut dapat dituangkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi
agenda dalam program kerja KKG PAI baik KKG PAI Kecamatan Ngawen
Maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Disamping itu, program-program
kerja yang dirilis hendaknya dapat memompa semangat para Guru PAI untuk
dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam pendidikan dan
dalam pengelolaan pembelajaran secara profesional, sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang bermutu.
Dalam penelitian di lapangan, penulis mengadakan observasi dan
wawancara dengan pengurus KKG PAI di kedua Kecamatan di mana penulis
mengadakan penelitian tesis ini. Penulis bermaksud menggali data-data yang
dibutuhkan dengan melakukan teknik pengumpulan yaitu melakukan observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Dalam kesempatan dalam penggalian data
tersebut, justru penulis mendapat undangan dan permohonan sekaligus sebagai
presenter untuk mengisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik di KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Pada kesempatan ini
pula penulis gunakan untuk melakukan observasi, wawancara dan
pengumpulan data-data yang penulis perlukan.
47
Program-program Kerja KKG PAI Kecamatan Ngawen dapat dilihat
dari tabel berikut ini.
1. Seksi Kegiatan Bidang Kurikulum Pendidikan mengkoordinir tentang
Pengkajian dan pembuatan perangkat Pembelajaran (RPP, Silabus,
program Harian, Prota, Promes, kaldik, KKM, dan Pembuatan soal-soal
ulangan, program ini diselenggarakan pada awal tahun ajaran baru, per tri
wulan, dan per semester.
2. Seksi Teknologi dan Informatika mengkoordinir tentang Pembelajaran
dan pelatihan TIK bagaimana cara pengoperasian komputer/laptop, dll
3. Seksi Pengembangan SDM menkoordinir kegiatan Kajian Profesi Guru
Profesional (KPGP) dengan mengadakan pelatihan/seminar/workshop.
Kegiatan ini Diadakan selama dua bulan sekali (kondisional).
4. Seksi Dakwah dan Seni Budaya mengkoordinir program yang berkaitan
dengan kejuaraan, Porseni, dan seni Islami lainnya, Pengiriman delegasi
peserta didik dikoordinir Guru PAI dalam mengikuti perlombaan; LCT
PAI, Kaligrafi, Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ), Muhafadhoh,
Hafalan Surah-surah Pendek, Wirausaha Islami, Mocopat Islami,
Khitobah/Pidato, Adzan, Hadroh/Seni Rebana, TIK, GEBSA (Gerakan
Bacaan Solat), BTQ, Pantun Berbalas Islami, Lomba Qishosh Al-
Anbiya‟.
5. Bidang Humas mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan
informasi dan partisipasi dalam masyarakat. Program ini termasuk
48
memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada keluarga
anggota KKG PAI yang sedang kesusahan/terkena musibah.
Sedangkan Program-program kerja KKG PAI Kecamatan
Banjarejo antara lain:
1. Pada awal tahun ajaran baru, kegiatan terfokus pada Pembahasan dan
pembuatan perangkat pembelajaran, antara lain; RPP, Silabus,
program Harian, Prota, Promes, Kaldik, KKM, Pembuatan soal-soal
ulangan, Pembahasan Kisi-Kisi Soal. Kegiatan ini dilanjutkan pada
setiap triwulan dan etiap semester.
2. Pembelajaran dan pelatihan TIK yang mengupas Cara pengoperasian
Komputer/Laptop. Program ini memberikan bekal pada anggota
mengenai cara-cara mengetik dengan lancer, cara membuat power
point, dll.
3. Mengadakan kegiatan bakti social dengan silaturrahim/kunjungan
lapangan dengan memberikan bantuan baik moril, maupun materiil
kepada keluarga anggota KKG PAI yang sedang kesusahan/terkena
musibah.
4. Koordinasi kegiatan lomba, program ini dikoordinir oleh pengurus
seksi kegiatan yang mengkoordinir penyelenggaraan MAPSI,
PORSENI, dan lain-lain.
5. Program pengembangan SDM, kegiatan ini bersifat kolegial dengan
mengumpulkan pengurus KKG PAI dan anggota untuk forum-forum
ilmiah, diskusi, seminar, workshop, dan lain-lain.
49
BAB IV
PELAKSANAAN SUPERVISI PAI DAN DAMPAKNYA SEBAGAI
PENGENDALI MUTU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Bab ini membahas tentang teknik supervisi PAI yang digunakan oleh Pengawas PAI
dalam memantau, menilai, membina, dan membimbing guru-guru PAI, dampak-
dampak dari pelaksanaan supervisi PAI atas kompetensi profesional guru, dan faktor-
faktor yang dapat mendukung dan menghambat pada pelaksanaan kegiatan supervisi
PAI yang dapat berfungsi sebagai pengendali mutu kompetensi professional guru
PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo akan penulis uraikan secara rinci dalam pembahasan berikut
ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara riil kondisi pelaksanaan
supervisi di lapangan dan implikasinya dan kemudian diambil kesimpulan yang
disuguhkan pada bab selanjutnya.
Analisa SWOT penulis pergunakan dalam menganalisa beberapa faktor yang
dapat mendukung maupun faktor-faktor yang dapat menghambat pelaksanaan
supervisi PAI. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities,
and Threats. Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting yang
meliputi; Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Tujuan pengujian ini adalah
untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalisir kelemahan, mereduksi ancaman
dan membangun peluang.71
71
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu …, 221-222.
50
A. Teknik Supervisi PAI
1. Teknik supervisi Individual
Pada prinsipnya kegiatan supervisi atau kepengawasan diorientasikan pada
upaya pemberian bantuan dan layanan profesional dalam rangka kemajuan
dan peningkatan kemampuan dan kompetensi profesional guru PAI. Hal ini
dilakukan oleh Pengawas PAI dengan memberikan pembinaan dan
bimbingan untuk menjaga dan memantau kinerja GPAI secara professional.
Guru profesional sebagai jelmaan dan personifikasi guru yang bermutu
dapat terwujud melalui optimalisasi kegiatan supervisi PAI sebagai media
pengendali mutu GPAI yang pada akhirnya akan menciptakan peserta didik
yang berkualitas.
Guru memegang peranan penting dalam dalam peningkatan kualitas
pembelajaran, baik kualitas proses maupun kualitas lulusan. Peran utama
guru adalah sebagai pelayan belajar, sebagai model, dan sebagai penunjuk
arah.72
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui
bimbingan guru yang professional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas, kompetitif dan produktif sebagai aset nasional
dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan di
masa yang akan datang.73
Untuk mendorong terbentuknya guru berkualitas yang berkomitmen
dan menjalankan tugas secara profesional diperlukan cara yang tepat untuk
memantau perkembangan dan kemajuan GPAI. Salah satu upaya yang dapat
72
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015, 44. 73
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 99.
51
dilakukan oleh Pengawas PAI adalah penggunaan teknik supervisi yang
sesuai dengan situasi, kondisi, serta lingkungan dimana GPAI bertugas.
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru
meningkatkan situsi belajar mengajar, baik secara kelompok (group
techniques) ataupun dengan cara perorangan (individual techniques)
ataupun dengan cara langsung yaitu bertatap muka, dan cara tak langsung
yaitu melalui media komunikasi (visual, audial, audiovisual).74
Kegiatan supervisi PAI dengan menggunakan teknik secara individual
di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo, dilakukan oleh Pengawas PAI dengan cara berkunjung ke
sekolah yang dijadwalkan mendapat layanan supervisi. Kegiatan ini
dilakukan secara individual atau perseorangan yaitu dengan melakukan
visitasi atau kunjungan ke sekolah-sekolah yang dianggap perlu
mendapatkan pembinaan atau bimbingan. Kegiatan supervisi ini
dimaksudkan untuk melihat secara langsung kegiatan pembelajaran di dalam
kelas dan sejauh mana guru PAI memberikan layanan belajar dan bimbingan
kepada siswa.
Ketika mengadakan penelitian secara langsung di lapangan, penulis
mendapat undangan dari Pengawas PAI untuk melihat secara langsung pada
pelaksanaan supervisi PAI. Pada kesempatan ini, penulis gunakan untuk
mewawancarai oleh Bapak Marzuki, M.Pd.I selaku Kepala Sekolah SDN
Gotputuk berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan supervisi PAI yang
74
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Pemberdayaan
Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah), Bandung: Alfabeta, 2013,
219.
52
dilakukan oleh pengawas PAI dengan teknik supervisi individual melalui
kunjungan sekolah dan observasi kelas. Kegiatan supervisi ditujukan pada
terwujudnya kedisiplinan dan ketertiban guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
“Sekolah kami, Alhamdulillah sering mendapat kunjungan dari
Pengawas PAI. Biasanya pak Mu melakukan supervisi sebulan sekali
pada hari Kamis atau jum‟at, atau kalau ada momen-momen tertentu
pasti ke sini. Beliau sering ke sekolah kami untuk memantau PBM
yang berlangsung dan memantau perkembangan guru PAI, Pada
intinya, kunjungan yang dilakukan oleh Pengawas PAI di sini supaya
pelaksanaan PBM lebih tertib dan disiplin”.75
Pelaksanaan teknik supervisi secara individual dengan kunjungan ke
sekolah memiliki reasoning (alasan) khusus bagi pengawas yaitu untuk
melihat langsung kondisi nyata GPAI dalam mengajar di lapangan,
disamping itu untuk menjaga kualitas guru agar senantiasa disiplin,
semangat, dan memberikan uswah (teladan) yang baik pada peserta didik.76
Hal senada disampaikan pula Ibu Suparmi selaku guru PAI di SDN
Ngawen 4 tentang bagaimana kegiatan supervisi yang dilakukan oleh
Pengawas PAI, beliau berkata:
“Pelaksanaan supervisi PAI dilakukan oleh Pengawas PAI dengan
cara kunjungan kelas, ya seperti tadi, ketika saya sedang mengajar
anak-anak di kelas, ada Pengawas PAI yang datang, pengawas
masuk kelas dan menunggui saya ketika mengajar PAI. Seperti tadi,
saya sedang mengajar membaca tartil Al-Qur‟an, kemudian
Pengawas PAI memperhatikan dan menunggui anak yang saya suruh
membaca ayat Al-Qur‟an. Setelah selesai mengajar, Pengawas PAI
menanyai beberapa hal berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar
yang saya lakukan, apakah ada kendala apa tidak dan lain-lain.
Untung saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya seperti
perangkat pembelajaran, cuma saya agak sedikit kaget karena
75
Wawancara lapangan bersama Bapak Marzuki, M.Pd.I hari Senin tanggal 14 Maret 2016
pukul 09.00-selesai di SDN Gotputuk. 76
Observasi lapangan hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 09.00 di SDN Gotputuk.
53
Pengawas tiba-tiba datang di sekolah saya, sedangkan Kepala
sekolah saya ada kegiatan di Jepara”.77
Observasi lapangan yang penulis lakukan di KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan Pengawas PAI di KKG Kecamatan Banjarejo menunjukkan
bahwa pelaksanaan teknik supervisi individual dapat meningkatkan dan
menjaga kualitas kinerja GPAI. Dalam observasi di beberapa sekolah,
terdapat kemajuan dari sisi administrastif, terlihat oleh penulis secara
langsung perangkat pembelajaran yang ditunjukkan GPAI ketika penulis
berkunjung ke sekolah-sekolah tersebut. Hal ini dilakukan oleh GPAI,
setelah adanya kunjungan supervisi dan Pengawas PAI selalu menanyakan
perangkat pembelajaran GPAI (minimal ada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran karena terdapat skenario pembelajaran). Disamping itu,
dengan adanya kegiatan supervisi oleh pengawas PAI secara langsung dapat
berfungsi pula memompa semangat GPAI, untuk memberikan layanan yang
terbaik dalam proses pembelajaran sehingga muaranya terbentuknya peserta
didik yang berprestasi. Interaksi secara langsung antara GPAI dan Pengawas
PAI ini memberikan dampak langsung pada kinerja profesional GPAI.
Kinerja Profesional guru sangat dibutuhkan di dunia pendidikan, hal
ini dimaksudkan untuk menghantarkan peserta didik dalam mencapai
kemajuan. Disamping itu juga untuk pengembangan mutu pendidikan di
sekolah, dengan kinerja profesional guru, sekolah akan dapat lebih
mengalami perkembangan dan kemajuan sehingga dapat mencapai kualitas
77
Observasi dan wawancara dengan Ibu Suparmi, guru PAI SDN Ngawen 4. hari
KamisTanggal 17 Maret 2016, pukul 11. 15-selesai. Kegiatan supervisi ini dilakukan setelah
pertemuan KKG PAI di SDN Trembulrejo, Pengawas PAI mengajak penulis untuk melihat langsung
kondisi riil dalam supervisi individual.
54
sekolah, peserta didik, dan para lulusan yang bermutu sehingga menjadi
sukses di masa depan.
Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kualitas profesional
kinerja guru, oleh karena itu usaha meningkatkan kemampuan profesional
guru dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar melalui bantuan
supervisi, perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dan bantuan
profesional dari penanggung jawab pendidikan. Peningkatan kemampuan
profesional ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan
kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun seringkali guru masih
memerlukan bantuan orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum
memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber
yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan profesional
mereka. Bantuan yang diperlukan guru antara lain dalam bentuk supervisi.78
Pelaksanaan supervisi dengan teknik individual berfokus pada
kegiatan supervisi pembelajaran di kelas. Supervisi dengan teknik ini
seringkali ditujukan pada pemeriksaan, pemantauan dan pengecekan
perangkat pembelajaran. Disamping itu, pelaksanaan supervisi terkesan
dengan inspeksi yang sering dikonotasikan mencari-cari kesalahan guru
belaka, sehingga menjadikan hubungan yang kurang harmonis antara
pengawas PAI dan guru-guru PAI yang disupervisi. Hubungan tersebut
dapat dibangun dengan menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru
78
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 88.
55
merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang
sendiri.
Namun, teknik supervisi secara individual yang digunakan oleh
pengawas PAI dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI), ternyata tidak
dapat dilaksanakan sepenuhnya dan seluruhnya secara rutin sesuai jadwal
yang direncanakan di setiap sekolah binaan baik di KKG PAI Kecamatan
Ngawen maupun di KKG PAI Kecamatan Banjarejo, sehingga tidak bisa
menjangkau seluruh sekolah untuk disupervisi terbukti terdapat beberapa
sekolah (sebagian besar) yang tidak mendapatkan kunjungan dari pengawas.
Dari hasil penelitian penulis dengan menanyai guru-guru di KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG Kecamatan Banjarejo tentang kunjungan
sekolah dan kunjungan kelas yang dilakukan oleh pengawas, ternyata
sebagian besar guru-guru menyatakan jarang mendapatkan kunjungan atau
layanan supervisi berbasis teknik individual. Hal ini dikarenakan oleh tugas,
wewenang, serta letak geografis daerah yang dihadapi pun berbeda.
Kalaupun ada sekolah yang disupervisi, hal itu menyebabkan kecemburuan
di sekolah lain.
Dengan demikian, intensitas pelaksanaan supervisi PAI dengan
kunjungan sekolah di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG
PAI Kecamatan Banjarejo, masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan
penggalian data dan informasi yang penulis lakukan dengan melakukan
wawancara kepada GPAI yang menjadi pengurus KKG PAI di kedua
Kecamatan tersebut, GPAI memberikan pendapat yang variatif, antara lain;
56
GPAI yang menjawab pelaksanaan teknik supervisi individual dilakukan
satu semester satu kali sebanyak 6 orang (23, 07 %), yang menjawab satu
semester dua kali sebanyak 7 orang (26, 92%), yang menjawab sebulan
sekali sebanyak 8 orang (30, 76%), yang menjawab 3 bulan sekali sebanyak
1 orang (3, 84%), yang menjawab 2 kali dalam 1 bulan sebanyak 1 orang
(3, 84%), yang menjawab setiap kali dibutuhkan sebanyak 1 orang (3, 84%),
dan lainnya sebanyak 2 orang (7, 69%) menjawab kadang-kadang. Kendati
demikian, dari 26 GPAI (100%) menjawab sangat senang dan sangat setuju
kegiatan supervisi PAI dilaksanakan di sekolahan mereka.79
2. Teknik Supervisi Kelompok
Pelaksanaan kegiatan supervisi dengan menggunakan teknik individual
melalui kunjungan sekolah ternyata tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh
Pengawas PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dikarenakan berbagai alasan
yang melatarbelakangi seperti; kondisi geografis sekolah, padatnya jadwal
pengawas PAI, doubling atau berbenturan dengan sekolah lain dan kondisi
kesehatan Pengawas PAI. Hal ini dapat menghambat upaya pengendalian
mutu GPAI dalam melaksanakan tugas, karena Pengawas PAI tidak dapat
memantau dan melihat perkembangan GPAI secara langsung.
Berdasarkan realitas di atas, penulis mengadakan wawancara dengan
Pengawas PAI mengenai strategi apakah yang digunakan untuk
79
Wawancara secara terbimbimbing dengan pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen hari
Senin tanggal 07 Maret 2016 pukul 10.45-selesai dan wawancara dengan pengurus KKG Banjarejo
hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 2016 pukul 11.00-selesai. Wawancara dilakukan secara klasikal
dengan dipandu peneliti dengan menyebarkan butir-butir pedoman wawancara.
57
menanggulangi problematika dalam kegiatan supervisi PAI, supaya kegiatan
supervisi dapat berjalan secara efektif untuk memantau perkembangan guru,
menjangkau keseluruhan sekolah, memberikan pembinaan dan bimbingan,
serta layanan professional guru PAI. Hasil wawancara dijelaskan bahwa
Penerapan teknik supervisi PAI berbasis kelompok di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dilakukan dengan
melalui Forum KKG PAI Yang didasarkan pada pembagian Dabin (daerah
binaan) baik di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen maupun
Kecamatan Banjarejo. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan sekali. Dalam
forum ini Pengawas PAI mendapat waktu khusus untuk memberikan
pembinaan, pembimbingan dan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan
profesi guru secara profesional. Pengawas PAI menggunakan forum KKG
untuk mengevaluasi guru, namun yang paling esensi adalah memotivasi
guru untuk selalu berubah secara terus-menerus supaya mencapai kemajuan
dan peningkatan diri, baik dalam layanan belajar kepada peserta didik,
disiplin yang tinggi, maupun peningkatan integritas diri guru PAI, misalnya:
melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru PAI dan atau
Kepala Sekolah dalam Penelitian Tindakan, pembimbingan guru PAI
supaya aktif dalam KKG PAI dan forum pengembangan kompetensi
profesional guru PAI, serta pemeriksaan perangkat pembelajaran guru PAI.
Pelaksanaan kegiatan supervisi oleh pengawas PAI dengan teknik
kelompok ini, terlebih dahulu mengadakan pertemuan atau berkomunikasi
dengan Kepala Sekolah, dan pengurus KKG PAI dilingkungan KKG
58
Kecamatan Ngawen dan KKG Kecamatan Banjarejo. Kegiatan ini dilakukan
melalui pemanfaatan forum KKG PAI dan memberikan stimulasi pada
perkembangan kinerja guru-guru PAI dalam meningkatkan kompetensi
professional sehingga menjadikan pendidik yang berkualitas.
Kegiatan supervisi PAI dengan teknik kelompok ini ternyata
dipandang efektif untuk memberikan bimbingan dan pembinaan oleh
Pengawas PAI, sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Asnawi selaku
Pengawas PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo:
“Dalam memberikan pembinaan dan bimbingan guru-guru PAI
memang tidak bisa saya lakukan secara rutin dan menyeluruh ke
sekolah-sekolah dibawah binaan saya, hal itu dikarenakan saya
merangkap jabatan. Saya juga mendapat tugas melakukan
pembinaan di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarejo,
Kecamatan Jepon, dan Kecamatan Bogorejo, sehingga saya harus
kadangkala memprioritaskan sekolah mana yang akan saya tuju.
Disamping itu, terus terang mas, medan yang saya hadapi ya
lumayan berat, karena sekolah-sekolah yang ada dalam binaan saya
terdapat beberapa sekolah yang jauh dan sulit dijangkau bila
dilakukan kunjungan ke sekolah tersebut, karena posisinya berada di
dalam hutan dan di daerah yang berbukit agak tinggi, bila pake
sepeda motorpun melewati jurang yang curam. Dengan kondisi
seperti ini, saya lebih terbantu dengan cara mengumpulkan guru-
guru yang ada dalam binaan saya secara berkelompok di tempat
yang sekiranya dapat terjangkau oleh seluruh guru dari berbagai
tempat. Misalnya melalui KKG PAI. Teknisnya, saya meminta guru-
guru berkumpul di sekolah tertentu, tapi ya, kadang-kadang
Pengurus KKG PAI, justru mengundang saya untuk menghadiri
rapat atau pertemuan dalam kegiatan mereka dan momen ini saya
gunakan untuk melakukan supervisi”.80
Dalam penelitian di lapangan, penulis juga mendapat undangan dari
sekretaris KKG PAI Kecamatan Banjarejo yaitu Bapak Marlan, S.Pd.I untuk
80
Hasil wawancara dengan Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Asnawi, pada hari
Senin tanggal 07 Maret 2016 pada pukul 14. 15 wib di Dukuh Sembung Desa Adirejo Kecamatan
Tunjungan sekaligus menyerahkan surat pengantar penelitian dari Kampus IAIN Salatiga
59
menghadiri rapat KKG PAI Kecamatan Banjarejo sekaligus melihat lebih
dekat tentang profil dan dinamika KKG PAI. Dalam kesempatan ini penulis
sekaligus melakukan cross check dengan pengurus KKG PAI atas
informasi dari pengawas di atas dan beliau pun membenarkan dan
menguatkan pendapat pengawas PAI di atas.81
“Pembinaan dan pembimbingan serta pertemuan antara Pengawas
PAI dan guru-guru PAI terutama di lingkungan KKG PAI yang saya
pimpin yaitu Kecamatan Banjarejo dilakukan secara berkelompok
dengan mengumpulkan kami selaku guru-guru PAI. Inisiatif
pertemuan ini dari Pengawas dengan memberitahukan kami
sebelumnya dan selanjutnya kami kontak dengan pengurus-pengurus
KKG PAI yang lain untuk mengkoordinir pertemuan tersebut,
namun pertemuan antara Pengawas dan GPAI kadangkala kami yang
menggagasnya, ya misalnya kami akan melengkapi berkas untuk
pencairan sertifikasi bersama guru-guru yang lain, momen ini kami
gunakan sekaligus dengan mengundang Pengawas PAI untuk
memberikan pembinaan kepada kami. Dalam kegiatan ini disamping
kami mendapatkan pembinaan secara langsung dari Pengawas, kami
juga dapat berkoordinasi dengan pengurus KKG untuk membahas
program kerja KKG PAI”.82
Pengawas PAI Kecamatan Ngawen juga memiliki pandangan yang
sama berkaitan dengan teknik supervisi di lapangan. Beliau melakukan
pembinaan dan bimbingan terhadap GPAI melalui forum KKG PAI yaitu
dengan mengoptimalkan kegiatan supervisi berbasis teknik kelompok dalam
pengembangan dan peningkatan kinerja guru secara profesional.83
Dalam
kegiatan supervisi dengan teknik ini, Pengawas PAI menghimbau para
GPAI untuk menjalankan tugas sebagai pendidik secara ikhlas dan
81
Kunjungan kepada Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen, dan Ketua KKG PAI Kecamatan
Banjarejo. Jumat tanggal 01 Maret 2016 pukul 15.30-selesai. 82
Wawancara dengan pengurus KKG PAI Bapak HM. Djauhari selaku ketua KKG PAI
Kecamatan Banjarejo Jumat tanggal 01 Maret 2016 pukul 13.15-selesai. 83
Pendapat disampaikan ketika penulis berkunjung ke rumah pengawas PAI SD Kecamatan
Ngawen sekaligus menyampaikan surat penelitian pada hari Ahad tanggal 06 Maret 2016 pukul 13.
00-selesai di Desa Beganjing Kecamatan Ngawen.
60
professional, memperbaiki praktik pembelajaran, dan memaksimalkan
potensinya dalam memberikan layanan dan kinerja profesionalnya kepada
peserta didik sehingga tercapai mutu pembelajaran yang ideal. Pengawas
PAI juga menanyakan dan meminta GPAI untuk melengkapi perangkat
pembelajaran sebagai starter kit GPAI dalam melaksanakan tugasya.
Disisi lain, Pengawas PAI juga mendorong GPAI untuk berperan
secara aktif dalam kegiatan-kegiatan KKG PAI karena kegiatan tersebut
dapat berfungsi sebagai refleksi diri dalam pengembangan professional guru
sehingga guru yang bersangkutan mendapat input atau masukan dari guru
yang lain atas kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya, serta dapat
memperoleh informasi-informasi untuk meningkatkan kompetensi
profesional yang bersifat kolektif.
Dalam observasi di lapangan, pelaksanaan kegiatan supervisi PAI
menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan yang menonjol. Hal ini
menjadi karakteristik masing-masing KKG PAI. Perbedaan corak tersebut
menandakan dinamika KKG PAI. Persamaan sering dijumpai pada tataran
konten supervisi PAI, sedangan perbedaan sering ditunjukkan pada
pelaksanaan secara teknis di lapangan yang meliputi pula timing supervisi.
Namun hal-hal tersebut di atas tidak mereduksi “ghiroh” para pengurus PAI
untuk senantiasa berkembang dan berproses dalam upaya peningkatan
kinerja professional guru PAI.
Persamaan dan perbedaan KKG PAI tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
61
Table 4. 1.
Karakteristik KKG PAI84
KKG PAI
Kecamatan Ngawen
KKG PAI
Kecamatan Banjarejo
Pelaksanaan kegiatan supervisi
dilaksanakan secara rutin
berkala.
Pelaksanaan kegiatan supervisi
melibatkan peran kepala
sekolah, pengawas, pengurus
KKG PAI, dan Guru-guru
PAI.
Supervisi dilakukan dengan
kunjungan dan observasi kelas.
Pengawas sering menanyakan
kelengkapan perangkat
pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan supervisi
agak berimbang antara teknik
individual (kunjungan ke
sekolah) maupun teknik
kelompok.
Dalam kegiatan supervisi,
pengurus KKG PAI menunggu
informasi schedule dari
pengawas PAI.
PPAI memiliki waktu yang
cukup dalam kegiatan
supervisi karena fokus pada
KKG PAI Kecamatan
Ngawen.
Pengawas PAI sering menjadi
inisiator dalam kegiatan
supervisi kelompok, terutama
melalui forum KKG PAI.
Pelaksanaan kegiatan supervisi
dilaksanakan secara berkala.
Pelaksanaan supervisi lebih dominan
menggunakan teknik kelompok.
Pelaksanaan kegiatan supervisi
melibatkan peranan kepala sekolah,
pengawas PAI, Guru-guru senior,
pengurus KKG PAI, dan Guru-guru
PAI.
Supervisi dengan kunjungan sekolah
dan observasi kelas namun masih
minim pada frekuensi pertemuannya.
Pengawas menanyakan perangkat
pembelajaran.
Pengurus KKG PAI lebih mandiri
dalam kegiatan KKG PAI dan
berinisiatif “jemput bola” supaya
mendapat supervisi dari pengawas.
Pengurus KKG PAI melakukan
kontak langsung dan berkonfirmasi
dengan pengawas dalam setiap
kegiatan supervisi dan dalam
kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh KKG PAI.
PPAI bertugas tidak hanya di KKG
PAI Kecamatan Banjarejo, tetapi
merangkap sekaligus pengawas PAI
di Kecamatan Bogorejo dan
Kecamatan Jepon, sehingga memiliki
waktu yang terbatas.
Pengurus KKG PAI lebih sering
menjadi inisiator dalam kegiatan
supervisi.
84
Hasil observasi dan wawancara dengan Pengawas PAI dan Pengurus KKG PAI pengurus
KKG PAI Kecamatan Ngawen hari Senin tanggal 07 Maret 2016 pukul 10.45-selesai
62
Teknik supervisi secara kelompok dipandang sangat efektif dan
efisien karena Pengawas PAI dapat mengontrol kualitas guru secara
langsung di lingkungan sekolah binaannya. Kualitas guru yang
bersangkutan dapat dilihat dari kinerja (performance), dan semangat dalam
melakukan perubahan-perubahan termasuk penggunaan media dan model
pembelajaran yang digunakan. Pengawas PAI juga dapat melihat langsung
seberapa jauh kiprah GPAI dalam kegiatan guru dalam memanfaatkan KKG
atau forum ilmiah lainnya untuk pengembangan profesionalnya.
Kegiatan supervisi dengan teknik kelompok ini, selain dapat
menghemat waktu dan energi dalam memantau, mengawasi, dan melihat
perkembangan guru, juga dapat memberikan pembinaan, bimbingan, dalam
peningkatan profesionalisme guru secara kolegial. Hal ini dapat dilakukan
dengan memanfaatkan organisasi KKG PAI, karena disamping dapat
membantu pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi secara efektif,
juga dapat memperkuat dan memberdayakan KKG PAI itu sendiri.
Pelaksanaan kegiatan supervisi berbasis teknik kelompok juga dapat
dilakukan dengan mandiri tanpa kehadiran Pengawas PAI yang stand by
memonitor guru-guru tersebut, karena disamping kesibukan Pengawas juga
membentuk inisiatif, kreatifitas, dan kemandirian guru-guru PAI untuk
bertukar informasi dan saling melengkapi kelemahan dan kekurangan dalam
proses pembelajaran di kelas, misalnya guru PAI dapat saling membantu
dalam membuat dan melengkapi perangkat pembelajaran yang belum ada.
Berbagai inovasi dalam pembelajaran dan juga keluhan (complain), serta
63
hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan berhubungan dengan
kompetensi dan profesi guru dapat dicurahkan dalam pertemuan bersama.
KKG PAI yang ada di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo adalah bagian dari perwujudan CPD yang di dalamnya sebagai
tempat aktualisasi diri guru-guru PAI dalam meningkatkan kompetensi
profesional, sharing informasi, saling melengkapi (take and give)
kelemahan dan kekurangan guru dengan saling memberi penguatan dan
pengayaan tentang pembelajaran. Dalam penelitian di lapangan, pertemuan
kegiatan di KKG PAI baik di KKG PAI di Kecamatan Ngawen maupun
KKG PAI Kecamatan Banjarejo terjadi proses sirkulasi dalam kaitannya
dengan kegiatan supervisi.
Gambar 4. 1.
Sirkulasi kegiatan supervisi PAI85
85
Gambar dibuat berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan penelitian lapangan.
Pengawa
s PAI
(PPAI)
Pelaksanaan
Kegiatan Supervisi
Kepala
sekolah
Guru-
guru PAI
Pengurus
KKG
PAI
KKG PAI
64
Penjelasan dari gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa kegiatan
supervisi diprakarsai oleh Pengawas PAI dengan melakukan komunikasi
dan konfirmasi terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan pengurus KKG
PAI, namun adakalanya berawal dari inisiatif pengurus KKG PAI dan
kepala sekolah yang bersangkutan bila terdapat event-event tertentu.
Kegiatan supervisi difokuskan pada grouping technics (teknik berkelompok)
melalui KKG PAI dengan orientasi pertumbuhan dan peningkatan
kemampuan professional guru serta pemberian informasi ter up-date, dan
kemudian hasil kegiatan tersebut disosialisasikan kepada guru-guru PAI dan
pengurus KKG PAI yang berhalangan hadir.
Dari uraian di atas, teknik kelompok dalam kegiatan supervisi
dipandang sangat efektif dan efisien di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, karena selain
dapat berfungsi untuk melihat perkembangan GPAI secara langsung juga
dapat memberikan informasi-informasi terbaru tentang kebijakan-kebijakan
pemerintah dalam bidang pendidikan, informasi mengenai pelatihan-
pelatihan, workshop, dan isu-isu strategis tentang peningkatan kompetensi
guru professional PAI, juga dapat memudahkan dalam memantau
perkembangan sekolah-sekolah serta guru-guru PAI yang berada di daerah
yang sulit dijangkau, terisolir atau terpencil.
65
B. Dampak Supervisi PAI atas Kendali Mutu Kompetensi Profesional Guru
1. Kualifikasi Akademik Guru
Supervisi PAI mampu mendorong GPAI untuk memenuhi persyaratan
kualifikasi akademik sebagai guru professional. Guru PAI yang bermutu
adalah cerminan guru profesional, sedangkan guru profesional harus
memenuhi kualifikasi pendidikan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Keadaan kualifikasi Pendidikan GPAI di KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan KKG Kec. Banjarejo mengalami peningkatan dari pra Sarjana
menjadi S-1 (D-IV). Keadaan kualifikasi akademik GPAI ketika pertama
kali diangkat sebagai GPAI belum memiliki kualifikasi pendidikan yang
ideal. Namun dengan adanya pembinaan dan pembimbingan oleh Pengawas
dalam kegiatan supervisi tentang pentingnya kualifikasi pendidik demi
peningkatan mutu pembelajaran dan dengan kesadaran diri pada
peningkatan pelayanan guru profesional, maka GPAI dilingkungan KKG
PAI Kecamatan Ngawen dan GPAI di Kecamatan Banjarejo mengalami
perkembangan dan perubahan yang signifikan.
Berdasarkan penggalian data dari Bapak Aripin, S. Pd. I selaku
operator data Emis dari penggurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan
Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I selaku operator Emis KKG PAI Kecamatan
Banjarejo diperoleh data-data pendukung yang menyatakan bahwa guru-
guru PAI yang menjadi pengurus KKG PAI di Kecamatan Ngawen maupun
KKG PAI Kecamatan Banjarejo, telah memiliki kualifikasi pendidikan yang
ideal seperti yang diharapkan oleh pemerintah, yaitu memiliki kualifikasi
66
pendidikan Strata satu (S-1) dan hanya terdapat satu orang GPAI yang
belum menyelesaikan S-1.
Penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara pada 26 guru
Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan melakukan pengecekan dokumentasi
data yang diberikan oleh operator pengurus KKG PAI baik di Kecamatan
Ngawen maupun Kecamatan Banjarejo, dapat diketahui bahwa pendidikan
awal GPAI sebagai berikut: pendidikan dengan latar belakang
SLTA/MA/PGA yang berjumlah 25 orang (96, 15 %), berpendidikan D-2
berjumlah 1 orang (3, 84%), dan kemudian setelah mendapatkan pembinaan
supervisi dari pengawas dan didukung fasilitas dari pemerintah dengan
memberikan ruang bagi guru-guru untuk melanjutkan pendidikan lanjutan,
maka keadaan kualifikasi pendidikan GPAI pun mengalami perubahan.
Keadaan kualifikasi pendidikan GPAI menjadi yang berstatus D-2
berjumlah 1 orang (3, 84 %), S-1 berjumlah 23 orang (88, 46 %), sedangkan
yang menyelesaikan S-2 berjumlah 2 orang (7, 69 %), dan yang masih
dalam proses S-2 berjumlah 1 orang (3, 84 %). Data tersebut menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan karena GPAI memiliki perhatian dan
respon yang positif yang berakhir pada kemajuan dan perkembangan GPAI
itu sendiri secara profesional. Pada keadaan seperti ini, iklim pendidikan
akan berjalan semakin kondusif karena wawasan dan kecakapan guru
semakin mendekati kesempurnaan.
67
Keadaan peningkatan kualifikasi pendidikan GPAI di lingkungan
KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dapat
dilihat dari tabel yang disajikan berikut ini:
Tabel 4. 2.
Kualifikasi pendidikan GPAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo86
No Pendidikan Awal Guru Pendidikan Lanjutan Guru
Jenjang Jml % Jenjang Jml %
1. S2
- - S-2 dan Proses
S-2
3
32, 60
2. S1 - - S-1 22 84, 61
3. D3 - - D-3 - -
D2 1 3, 84 D-2 1 3, 84
4. PGA/SPG/SLT
A
25 96, 15 PGA/SPG/SLTA - -
Jumlah 26 100 Jumlah 26 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keadaan kualifikasi
pendidikan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, yaitu PGA/SLTA menjadi D-II
dan menjadi S-1 bahkan ada yang telah menyelesaikan S-2 atau masih
dalam proses. Perubahan tersebut terpacu pada misi utama GPAI pada
pelayanan mutu pembelajaran kepada peserta didik, karena semakin
meningkat pendidikan GPAI akan meningkat pula pengetahuan dan
86
Hasil penggalian data dan dokumentasi bersama operator data EMIS Bapak Arifin, S. Pd. I
di SDN Trembulrejo 01 pukul 11.15 wib-selesai, setelah penulis mengisi forum diskusi yang
diselenggarakan oleh KKG PAI dan Pengawa PAI Kecamatan Ngawen, 17 maret 2016.
68
wawasannya sehingga meningkat pula pelayanan kepada peserta didik yang
berkualitas.
2. Penguasaan Materi
Pelaksanaan kegiatan supervisi PAI berdampak pada penguasaan materi
GPAI dalam mengajar. Pengawas PAI selalu menekankan pada GPAI untuk
menguasai materi dalam kegiatan pembelajaran pada peserta didik. Guru
yang bermutu dan professional dapat direfleksikan pada penguasaan materi
yang dikuasainya yang berpengaruh pula pada penguasaan materi yang
diterima oleh peserta didik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional
adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.87
Salah satu barometer keberhasilan pendidikan dalam mewujudkan
SDM (sumber daya manusia) adalah dengan mengukur kualitas SDM yang
ditandai dengan meningkatnya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang
lebih dinamis dan mandiri dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
beragama dengan tatanan nasional dan internasional.88
Meningkatnya pengetahuan (penguasaan materi) dapat terjadi
bilamana kegiatan pembelajaran dilakukan oleh GPAI secara rutin, terus-
87
E. Mulyasa, Standar Kompetensi …, 135. 88
Umiarso&Imam Ghojali, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan
(MenjualMutu Pendidikan dengan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2010, 114.
69
menerus, dan berkelanjutan. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan
waktu yang tidak sebentar dapat menjadikan materi PAI melekat dalam
memory (ingatan) GPAI. Begitu pula sebaliknya penguasaan materi GPAI
terhadap materi pembelajaran akan mudah direfleksikan kembali dalam
daya ingat bila kegiatan pembelajaran dilakukan secara konsisten dengan
waktu yang cukup panjang.
Rentang waktu yang panjang dan memiliki masa kerja yang lama
dalam mengajar dapat mendorong GPAI dalam penguasaan materi. Hal ini
sangat berpengaruh pada penguasaan materi yang diampunya, karena
penguasaan materi akan berdampak pada proses pembelajaran,
pembelajaran yang dapat merubah situasi dan kondisi sehingga dapat
membangkitkan semangat belajar peserta didik untuk mengikuti proses
pembelajaran. Kondisi ini dapat pula merubah pengalaman belajar dan
perubahan perilaku peserta didik untuk lebih berprestasi sehingga
berdampak pada pencapaian mutu peserta didik. Hal ini sebagaimana
tanggapan Bapak Wagiman, S.Pd.I ketika penulis menanyakan hal ihwal
guru PAI dalam penguasaan materi:
“Dalam kegiatan pembelajaran, penguasaan materi memang menjadi
hal yang utama yang harus dikuasai guru PAI, penguasaan materi ini
bias dilakukan sebelum mengajar di depan kelas, guru bias
mempersiapkan diri jauh sebelum proses pembelajaran dilakukan.
Namun, menurut hemat saya kemampuan guru dalam hal ini dapat
pula diukur dari masa kerja yang dijalani guru itu. Ya, misalnya
temen-temen guru PAI yang PNS di KKG PAI ini, sudah
menjalankan tugas selama puluhan tahun, hmm… kurang lebih 30
sampai 34 tahun mengajar, dan ada yang minimal 10 tahun mengajar
hanya satu orang. Namun dalam hal materi PAI ketika rapat-rapat
70
KKG PAI dalam pembuatan soal, dan lain-lain, saya rasa tidak
mengalami kendala”.89
Hasil penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara, observasi,
dan dokumentasi dengan operator data EMIS di KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo diketahui bahwa GPAI telah
memiliki masa kerja sebagai tandai penguasaan materi sebagaimana dalam
table berikut ini:
Table 4. 3.
Masa Kerja GPAI90
No Masa Kerja GPAI Jumlah % Keterangan
1. 0 – 5 tahun - - -
2. 6 – 10 tahun 1 orang 3, 84 -
3. 11-15 tahun 2 orang 7, 69 -
4. 16 – 20 tahun 1 orang 3, 84 -
5. 21 – 30 tahun 1 orang 3, 84 -
6. 31 tahun lebih 21 orang 80, 76 -
Jumlah 26 orang 100 -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masa kerja GPAI paling lama
selama 31 tahun lebih adalah sebanyak 21 orang (80, 76%), masa kerja 21
tahun lebih sebanyak 1 orang (3, 84%), masa kerja 16 – 20 tahun sebanyak
1 orang (3, 84 %), masa kerja 11-15 tahun sebanyak 2 orang ((7, 69 %), dan
kurang dari 6 – 10 tahun sebanyak 1 orang, sedangkan masa kerja 0 – 5
89
Wawancara dengan Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen di SDN Punggursugih hari Senin
tanggal 07 Maret 2016 pukul 10.45-selesai 90
Hasil dokumentasi bersama operator Emis KKG PAI Kecamatan Ngawen dan Operator Emis
KKG PAI Kecamatan Banjarejo tanggal 24 Maret 2016.
71
tahun sebanyak nol % alias nihil. Masa kerja yang telah dideskripsikan di
atas, dapat dijadikan ukuran bahwa GPAI telah memiliki pengetahuan yang
memadai dan telah menguasai materi sebagai ciri pendidik professional dan
berkualitas. Pengawas PAI dapat mengontrol mutu GPAI melalui supervisi
PAI, supaya GPAI fokus pada pelanggan, artinya GPAI harus memberikan
kepuasan pada peserta didik dalam penguasaan materi, jika tidak kepuasan
peserta didik tidak akan terpenuhi sehingga menyebabkan kekecewaan pada
orangtua peserta didik (masyarakat dalam konteks yang lebih luas).
3. Pencapaian Predikat Guru Profesional
Kegiatan Supervisi PAI mendorong GPAI untuk menjadi guru profesional.
Guru profesional sebagai ciri guru yang bermutu dalam menjalankan
tugasnya juga harus memiliki SIM (Surat Ijin Mengajar) sebagai pendidik
professional. Hal ini bisa ditempuh melalui program sertifikasi bagi GPAI.
Nur Kholis, Alumni Leiden University, selaku Direktur Pendidikan
Madrasah Kementerian Agama, mengingatkan kepada seluruh guru yang
sudah lulus sertifikasi untuk berkomitmen dalam meningkatkan mutu dan
kualitasnya sebagai wujud tanggung jawab terhadap afirmasi yang telah
diberikan oleh pemerintah melalui tunjangan profesi. Beliau menegaskan
bahwa guru sertifikasi yang ideal adalah yang bukan hanya guru yang bisa
mengajar, namun juga guru yang mampu mengedukasi, memberi inspirasi,
memberi motivasi bahkan guru yang mampu menggerakkan, sehingga guru
72
bisa menjadi entitas yang sentral dalam pembentukan kualitas pada peserta
didik.91
Dari penelitian lapangan dengan melakukan dokumentasi dari
operator KKG PAI diketahui bahwa dari 26 (100 %) GPAI di lingkungan
KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo telah mengikuti sertifikasi dan dinyatakan lulus sehingga dapat
dikatakan sebagai guru profesional, karena telah memenuhi kualifikasi
akademik dan telah memperoleh setifikat pendidik professional dari LPTK
IAIN Walisongo.92
Hal ini berarti secara kualifikasi akademik guru-guru
PAI telah memenuhi salah satu syarat sebagai guru profesional karena
jenjang pendidikan yang ditempuh linier dengan mata pelajaran yang
diampu.
Dengan kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik, diharapkan guru
memiliki pengetahuan, wawasan, dan cakrawala berpikir yang luas sehingga
bias menjadi agent of knowledge and agent of change (agen pengetahuan
dan agen perubahan) yang memiliki fungsi tidak hanya memindahkan ilmu
pengetahuan dan memberikan pengajaran terhadap siswa namun guru juga
harus mampu menjadi pelopor perubahan dalam internalisasi nilai,
mendidik, mengarahkan dan membimbing siswa ke arah yang lebih baik
serta menjadi teladan atau model sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar. Dengan kondisi
91
Pendis, Edisi No. 5/Desember/ III/2015, Majalah Pendidikan Islam Kementerian Agama,
Jakarta: Kementerian Agama RI, 2015, 32.
92
Hasil wawancara dan dokumentasi bersama operator KKG PAI Kecamatan Ngawen dan
KKG PAI Kecamatan Banjarejo tanggal 10 Maret dan 17 Maret 2016.
73
seperti ini sekolah dapat memenuhi kepuasan pelanggan (masyarakat)
dengan mengadakan dan menyediakan guru PAI yang professional.
4. Kemampuan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan supervisi PAI dapat digunakan Pengawas PAI untuk mengontrol
mutu GPAI pada pelaksanaan pembelajaran yang terencana dan sistematis.
Pembinaan dan bimbingan pengawas PAI dalam hal ini dapat berpengaruh
pada kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Kualitas layanan pada pembelajaran yang diberikan oleh GPAI akan
menentukan dan dijadikan sebagai barometer apakah berhasil atau tidak
dalam mendidik peserta didik yang telah dipercayakan dan diamanahkan
kepada GPAI tersebut.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.93
Sebagai
seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup.
Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan
sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan
93
Jamil Suprihariningrum, Guru Profesional …, 24
74
sejumlah strategi maupun pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin,
jujur, dan konsisten.94
Kegiatan supervisi tidak hanya terpaku pada pemeriksaan administrasi
yang dibuat oleh GPAI. Namun, Pengawas PAI dapat pula memantau
perkembangan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh GPAI,
apakah sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dipersiapkan oleh GPAI ataukah belum. Guru PAI yang profesional dan
bermutu dapat dilihat dari kemampuan guru PAI tersebut dalam membuat
perencanaan pelaksanaan pembelajaran.
Untuk mengetahui hal ini, penulis melakukan wawancara dan
observasi dengan GPAI tentang perencanaan pelaksanaan pembelajaran
yang dibuat. Perencanaan pembelajaran ini mencakup; kejelasan perumusan
tujuan pembelajaran, pemilihan materi ajar, pengorganisasian materi ajar,
pemilihan sumber/media pembelajaran, kejelasan dan kerincian skenario
pembelajaran, teknik pembelajaran dan tentang evaluasi dalam
pembelajaran. Dalam hal ini penulis memperoleh informasi dan data dari
GPAI dan pengurus KKG PAI dan kemudian dipadukan dengan informasi
dari Pengawas PAI.
Kemampuan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan
di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Tentang
Kejelasan membuat tujuan pembelajaran, semua guru dari 26 GPAI (100%)
94
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru …, 39.
75
mendapat skor masing-masing 4 (kategori baik sekali). Kemampuan guru
ini menjadi kunci untuk menentukan langkah-langkah perencanaan
pembelajaran berikutnya, sehingga dapat terfokus pada kompetensi atau
tujuan yang diharapkan. (b) Berkaitan dengan Pemilihan materi ajar, dari 26
GPAI juga diketahui semuanya (100 %) mendapat skor 4 (kategori baik
sekali). Kemampuan guru ini sebagai tahap lanjutan dari perumusan tujuan
pembelajaran, karena langkah ini menjadi penentu dalam menanamkan
konsep-konsep yang ditargetkan untuk dikuasai oleh peserta didik. (c)
Dalam pengorganisasian materi ajar yaitu kemampuan (kecakapan) guru
dalam mengatur materi yang disesuaikan antara materi satu dan lainnya,
diperoleh sebanyak 26 GPAI (100%) mencapai kategori baik sekali (skor 4).
(d) Tentang Pemilihan sumber/media pembelajaran, didapati data yang
bervariasi bahwa dari 26 GPAI, diketahui bahwa 11 GPAI (42, 30 %)
mendapat skor 4 (baik sekali), sedangkan 15 GPAI (57, 69 %) mendapat
skor 3 (baik). (e) Dalam kejelasan skenario pembelajaran sebagai rambu-
rambu atau pedoman dalam KBM, dari 26 GPAI atau 100 % mendapat skor
4 (baik sekali). (f) Kerincian skenario pembelajaran merupakan kemampuan
GPAI dalam mengelola pembelajaran, point ini dilakukan dengan
memperhitungkan alokasi waktu yang sesuai mulai dari pembukaan, inti
kegiatan pembelajaran, dan penutup pembelajaran. Dari keseluruhan GPAI
yang berjumlah 26 (100 %) memperoleh skor 4 (baik sekali). (g) Kesesuaian
teknik dengan tujuan pembelajaran, berhubungan dengan pengalaman
mengajar, metode, model, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
76
Sebagian besar GPAI berjumlah 23 orang (88, 46 %) memperoleh nilai 4
(baik sekali), sedangkan 3 orang (11, 53 %) memperoleh skor 3 (baik). (h)
Dalam kelengkapan instrumen evaluasi guru, yang memperoleh skor 3
(baik) sebanyak 16 orang (61, 53 %), dan 10 orang (15, 38%) memperoleh
skor 4 (baik sekali).95
Dengan kecakapan GPAI dalam membuat perencanaan dan
pelaksanaan yang baik, sitematis, dan terprogram diharapkan pelaksanaan
pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai skenario yang
direncanakan sebelumnya.
5. Prestasi Peserta Didik
Supervisi PAI dapat mendorong guru dalam pencapaian prestasi peserta
didik. Teknis pelaksanaan supervisi dengan cara memacu GPAI untuk
mengutamakan kualitas peserta didik dan mengukir prestasi pada diri
peserta didik dalam berbagai event.
Esensi supervisi ditujukan pada upaya layanan dan bantuan
profesional terhadap GPAI dalam peningkatan kualitas guru yang pada
akhirnya berdampak pada perubahan pengalaman dan perilaku belajar
peserta didik. Upaya peningkatan kualitas layanan guru secara
berkesinambungan terhadap peserta didik akan menjadikan guru menjadi
pribadi yang memiliki integritas tinggi. Integritas guru seperti ini
menandakan kualitas yang selalu dijaga dan dilestarikan sehingga guru
95
Hasil wawancara dan dokumentasi hari Kamis, Jumat, Sabtu, tanggal 21, 22, 23 Juli 2016
bersama pengurus dan operator KKG PAI Kecamatan Ngawen pukul 19.30 dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo pukul 08.00-selesai.
77
yang berkualitas akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan
berprestasi.
Dalam penelitian lapangan, berdasarkan pada hasil wawancara
terhadap guru-guru PAI, 100% GPAI menyatakan bahwa mutu peserta didik
menjadi tujuan utama (target) para guru PAI dalam proses pembelajaran.
Mereka sepakat memberikan jawaban bahwa keterlibatan guru dalam upaya
penciptaan mutu peserta didik adalah sangat signifikan. Guru yang
berkualitas akan menjadikan peserta didik yang berkualitas pula. Guru PAI
yang berkualitas adalah sebagai refleksi dari kompetensi guru profesional.
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan akademik dan nonakademik pada peserta didik yang dinyatakan
lulus di sekolah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Keunggulan
akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik.
Keunggulan non akademik dinyatakan dengan aneka jenis ketrampilan yang
diperoleh peserta didik selama mengikuti program sekolah.96
Prestasi peserta didik dapat dibuktikan melalui keberhasilan peserta
didik dalam meraih nilai yang ideal dan dapat diterima di sekolah lanjutan
yang lebih tinggi. Sebagaimana hasil pengamatan penulis dan wawancara
dengan sejumlah GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen,
kebanyakan peserta didik melanjutkan sekolah di SLTP 1 Ngawen dan di
MTS Sultan Agung Ngawen sebagai sekolah favorit di Kecamatan Ngawen
dan di lingkungan KKG Kecamatan Banjarejo banyak peserta didik yang
96 Abdul Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru
(Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru), Bandung: Alfabeta, 2013, 182.
78
diterima di SLTPN 1 Banjarejo sedangkan untuk sekolah swasta mereka
memilih MTS. As-Syakur, padahal banyak pilihan sekolah di sekitar kedua
Kecamatan tersebut.
Keberhasilan guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen
dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo dalam membimbing peserta didik
selain dibuktikan pada prestasi peserta didik dalam proses pembelajaran
dengan semakin meningkatnya pencapaian nilai yang gemilang, juga dapat
diekspresikan pada keberhasilan peserta didik dalam mengikuti perlombaan,
kejuaraan, maupun kompetisi lainnya yang diselenggarakan oleh sekolah
maupun penyelenggara lain di luar sekolah. Partisipasi dalam event-event ini
selain bertujuan untuk mengasah kemampuan intelektual, emosional,
maupun spiritual, ditujukan pula untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan
untuk memperoleh informasi terkini mengenai perkembangan peserta didik
dalam penggalian bakat dan minat.
Ajang kejuaraan atau kompetisi yang dijadikan tempat untuk
beraktualisasi dan berprestasi peserta didik bias melalui event-event yang
diselenggarakan oleh panitia-panitia penyelengara di tingkat Kecamatan
hingga tingkat Nasional. Kegiatan yang paling rutin diselenggarakan dan
seluruh sekolah mengikuti adalah perlombaan atau kejuaraan di MAPSI
(Mata Pelajaran dan Seni Islami) yang di dalamnya mencakup: lomba cerdas
cermat Mata Pelajaran Agama Islam/LCT PAI, Musabaqoh Tilawatil
Qur’an(MTQ), Kaligrafi, Muhafadhoh, Hafalan Surah-surah Pendek,
Wirausaha Islami, Mocopat Islami, Khitobah/Pidato, Adzan, Hadroh/Seni
79
Rebana, TIK, GEBSA (Gerakan Bacaan Solat), BTQ, Pantun Berbalas
Islami, Lomba Cerita Islami (Qishosh Al-Anbiya’), yang dikoordinir oleh
Bidang Dakwah dan Seni Budaya.
Di antara GPAI di lingkungan KKG PAI di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen yang telah berhasil dalam membimbing peserta didik
dalam mengikuti kejuaraan/perlombaan adalah: Bapak Arifin yang telah
membimbing peserta didiknya mendapat Juara I lomba Khitobah, Juara II
Pengetahuan Agama Islam, Ibu Suparmi membimbing peserta didiknya
pada lomba : Adzan di tingkat Propinsi, Pidato dan Hadroh tingkat
Kabupaten, Rebana, Mapel PAI, Kaligrafi dan Tilawah di tingkat
Kecamatan, Bapak Marzuki dalam Kejuaraan Mapel PAI, Wirausaha PAI,
BTQ. Ibu Kumaidah Mapel PAI dan Tilawah. Sedangkan GPAI di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo yang telah berhasil
membimbing peserta didiknya berprestai adalah: Bapak Drs. HM. Djauhari:
MTQ Juara I tingkat Kecamatan, Juara harapan I MTQ tingkat Kabupaten,
Mapel PAI dan Rebana Juara I yang masing-maing dielenggarakan pada
kegiatan MAPI dan FL2N. Bapak Abdul Kholik, S.Ag : Juara I lomba
Khitobah dan Adzan, Juara I lomba Rebana dan Cerita Islami (tingkat
Kecamatan), juara I Cerita Islami (tingkat Kabupaten), dan Bapak Abdul
Kholiq, S.Pd.I: Juara III lomba TIKI (Teknologi, Infomasi dan Komunikasi
Islami), Juara II Mapel PAI di tingkat Kabupaten, dan Kaligrafi, Cerita
Islami, Adzan, TIKI masing-masing mendapat juara I di tingkat Kecamatan.
80
Dari prestasi yang telah dicapai dapat menjawab permintaan
masyarakat tentang mutu peserta didik yang dijadikan tujuan dalam
pelayanan mutu dalam pendidikan. Pengawas PAI dapat menggunakan
media supervisi untuk memacu dan mengontrol mutu guru dalam
memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta didik sehingga konsep
mutu yang mengutamakan prinsip kepuasan pelanggan (Peserta didik) dapat
terpenuhi.
6. Partisipasi Guru PAI dalam Tindakan Reflektif
Supervisi PAI dapat mendorong guru dalam berinteraksi dengan teman
sejawat dan masyarakat.
Keberhasilan dalam mengendalikan mutu guru tidak hanya dimotori
oleh peran Pengawas maupun Kepala sekolah, namun juga adanya
keterlibatan pihak lain dan kegiatan lain yang turut andil di dalamnya.
Keterlibatan pihak-pihak lain pada konteks ini sesuai dengan konsep
manajemen mutu total yang menekankan adanya unsur-unsur lain dalam
pencapaian mutu.
Manajemen kualitas total pendidikan adalah konsep dan metode yang
memerlukan komitmen serta keterlibatan pihak manajemen pendidikan dan
seluruh organisasi dalam pengolahan lembaga pendidikan untuk memenuhi
keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten untuk memperbaiki
kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.97
97
Umiarso&Imam Ghojali, ManajemenMutu Sekolah …, 126.
81
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu
kompetensi professional guru (termasuk GPAI) adalah mampu
mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.98
Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 yang
menekankan bahwa guru harus aktif dalam mengikuti kegiatan yang
diadakan secara kolektif. Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru
dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan
bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah
(seperti KKG/MGMP/MGBK) dan bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru.99
Dengan adanya peraturan tersebut, pengawas PAI dapat
merekomendasikan GPAI untuk terlibat secara aktif pada kegiatan-kegiatan
yang dapat mengembangkan kecakapan guru secara professional. Kegiatan-
kegiatan yang dimaksud tidak hanya terfokus pada kegiatan yang bersifat
internal sekolah, namun juga yang bersifat eksternal sekolah yang
diselenggarakan di luar proses pembelajaran di sekolah. Konsekuensi dari
regulasi pemerintah di atas pula berdampak pada keikutsertaan guru untuk
berpartisipasi secara aktif dalam organisasi-organisasi yang berhubungan
dengan peningkatan kompetensi profesional guru. Organisasi yang
bersinggungan dengan guru adalah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di tingkat SLTP dan
98
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran …, 93. 99
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme …, 118-119
82
SLTA, dan Kelompok Kerja Guru (KKG) di tingkat SD dalam bidang PAI,
serta organisasi-organisasi lain yang berhubungan dengan pendidikan.
Dalam penelitian lapangan, partisipasi GPAI di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo menunjukkan
bahwa GPAI berperan aktif dalam organiasi baik pendidikan maupun sosial.
Pengurus KKG PAI yang berperan aktif dalam organisasi pendidikan antara
lain: Bapak Drs.HM. Djauhari; beliau menjadi Penguru PGRI Ranting
Banjarejo, Ketua KKG PAI tingkat Kabupaten sekaligus Ketua KKG PAI
Kecamatan Banjarejo, Ketua kegiatan MAPSI tingkat Kecamatan dan
Kabupaten selama 5 tahun, Bapak Wagiman, S.Pd.I Ketua KKG PAI
Kecamatan Ngawen selama 3 periode. Bapak Marzuki, M.Pd.I; Wakil Ketua
KKG PAI Kabupaten Blora, Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen selama
dua periode, Panitia MAPSI Provinsi Jawa Tengah. Bapak Abdul Kholiq,
S.Ag; Wakil Ketua PGRI Ranting Banjarejo, KKG PAI Kecamatan, Ibu Hj.
Kunsiyati, S.Pd.I sebagai Bendahara KKG PAI Kecamatan Banjarejo,
Bapak Marlan, S.Pd.I sebagai Sekretaris KKG PAI Kecamatan Banjarejo,
Bapak Kuslan, S.Pd.I sebagai Sekretari KKG PAI Kecamatan Ngawen, Ibu
Kumaidah, S.Pd.I sebagai Pembantu Umum KKG PAI Kecamatan Ngawen,
dan GPAI lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia menjadi semakin
terbuka, menghilangkan batas-batas geografis, administrative yuridis, politis
dan sosial budaya. Masyarakat global, masyarakat teknologis, ataupun
masyarakat informasi yang bersifat terbuka, berubah sangat cepat dalam
83
memberikan tuntutan, tantangan, bahkan ancaman-ancaman baru. Pada abad
sekarang ini, manusia-manusia dituntut berusaha tahu banyak (“knowing
much”), berbuat banyak (“doing much”), mencapai keunggulan (“being
excellent”), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (“being
sociable”), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral (“being
morality”). Manusia-manusia unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah
yang menjadi tuntutan masyarakat global.100
Berdasarkan pada regulasi di atas pula memotivasi GPAI tergabung
dalam kepengurusan KKG PAI dan berperan aktif dalam organisasi sosial
kemasyarakatan. GPAI yang aktif dalam organisasi tersebut antara lain:
Bapak Marzuki selain aktif di Yayasan Nurul Huda Pudak Sarimulyo, beliau
juga aktif sebagai pengurus MWC Nahdlatul Ulama dan pernah menjadi
PAC Anshor Kecamatan Ngawen, Bapak Wagiman menjadi pengurus
Muhammadiyah Kecamatan Ngawen, Bapak Arifin Ketua NU Trembulrejo,
Ibu Suparmi menjadi Kepala TPQ dan aktif di LKMD, Bapak HM.Djauhari
aktif sebagai Sekretaris MWC NU dan Khatib solat Jumat. Bapak Abdul
Kholik, S.Pd.I selain beliau aktif sebagai Pengurus NU juga aktif di
Yayasan Matholi‟ul Falah sebagai Ketua. Bapak Abdul Kholiq, S.Ag.
Beliau aktif di Yaysan As-Syakur Mojowetan, Takmir Masjid Bani Hasyim
Sidomulyo, dan dalam kepengurusan MWC NU Kecamatan Banjarejo, dan
GPAI lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
100
Nana Syaodih Sukmadhinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah
(Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung, Refika Aditama, 2010, 6.
84
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa GPAI yang tergabung dalam
kepengurusan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo berperan aktif dalam upaya pengembangan kompetensi
profesional guru dalam organisasi baik kependidikan maupun sosial.
7. Pengembangan Diri dalam Forum Ilmiah
Supervisi PAI dapat mendorong guru dalam mengembangkan kompetensi
profesionalnya dengan berpartisipasi secara aktif melalui pelatihan-
pelatihan, workshop, dan forum ilmiah yang dapat meningkatkan
profesionalitas GPAI.
Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 menyatakan bahwa: diklat
fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan
yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan
dalam kurun waktu tertentu. 101
Hopkins dalam Suyanto dan Asep Djihad
berpendapat bahwa: Guru harus menyadari bahwa manusia adalah sosok
yang mudah menerima perubahan. dengan membuka diri untuk terus
berkembang, guru akan menjadi orang yang kompeten dalam profesinya.
kompetensi sangat terkait dengan ketrampilan dan kecerdasan kognitif.
Karena itu agar ketrampilan dan kecerdasan guru tetap terjaga kekiniannya,
guru harus mengikuti berbagai lokakarya, kursus, dan berkarya.102
Bentuk pengendalian mutu oleh Pengawas PAI pada kompetensi
profesional GPAI dengan cara memotivasi dan mengapresiasi GPAI dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menambah wawasan dan
101
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme …, 118-119 102
Suyanto dan Asep Djihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional,
Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013, 48-49.
85
pengetahuan sebagai upaya peningkatan profesional guru. Kegiatan-
kegiatan tersebut seperti: Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG),
Diklat, workshop, dan pelatihan-pelatihan lainnya baik di tingkat Nasional,
Regional, Provinsi, Kabupaten, maupun di tingkat Kecamatan atau sekolah
sebagai penyelenggaranya. Tujuan dari adanya pelatihan-pelatihan adalah
sebagai wadah pembinaan GPAI dalam meningkatkan kualitas professional.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, dalam PENDIS,
Komarudin Amin menegaskan bahwa kualitas pendidikan sangat ditentukan
oleh kualitas guru. Karenanya kualitas Pendidikan Agama Islam (PAI) harus
dimulai dengan upaya serius dalam pengelolaan dan pembinaan guru.103
Untuk mengetahui jenis pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti
oleh GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan GPAI yang
ada di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, maka berikut penulis
sajikan data tentang berbagai kegiatan dan diklat yang pernah diikuti oleh
GPAI. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan Pengurus KKG
PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, diperoleh
data bahwa GPAI yang tergabung dalam kepenguruan KKG PAI di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan GPAI yang ada di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo sebanyak 26 orang (100%)
telah mengikuti PLPG, workshop tingkat nasional sebanyak 2 orang
(7,69%), workshop Propinsi sebanyak 6 orang (23, 07%), workshop
103
Pendis, Edisi No. 5/Desember/ III/2015, Majalah Pendidikan Islam Kementerian Agama,
Jakarta: Kementerian Agama RI, 2015, 42.
86
Kabupaten sebanyak 26 orang (100%), workshop KKG PAI Kabupaten 7
orang (26, 92%), dan diskusi Kecamatan 25 orang (96, 15%).104
Pelatihan dan Diklat yang diikuti oleh pengurus KKG PAI Kecamatan
Ngawen di tingkat Nasional diwakili oleh ibu Siti Kumaidah, S.Pd.I dan
pengurus KKG PAI Kecamatan Banjarejo diwakili oleh Bapak
Drs.HM.Djauhari. Workshop tersebut mengangkat tema Pengembangan
Pembelajaran Multikultural PAI, dan Workshop tentang Kurikulum 2013.
Pelatihan dan Diklat di tingkat Propinsi diwakili oleh Bapak Wagiman,
S.Pd.I, Bapak Drs.H.M.Djauhari, Bapak Marzuki, M.Pd.I, Ibu Siti
Kumaidah, S.Pd.I, Bapak Abdul Kholik, S.Pd.I, dan Bapak Abdul Kholiq,
S.Ag. Kegiatan tersebut antara lain: Workshop Pengembangan Kompetensi
GPAI SD Perspektif Kurtilas PAI, Workshop Penelitian dan Tindakan
Kelas, Workshop Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum
PAI pada Sekolah berbasis ICT.
Pengurus KKG PAI di kedua Kecamatan baik di Kecamatan Ngawen
dan Kecamatan Banjarejo dalam mengikuti pelatihan/diklat di tingkat
Kabupaten mengenai Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Blora dan Pengurus KKG PAI tingkat
Kabupaten. Sedangkan di tingkat Kecamatan difasilitasi oleh Pengawas PAI
dan Pengurus KKG PAI dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD).
104
Hasil wawancara dan dokumentasi bersama operator KKG PAI Kecamatan Ngawen dan
KKG PAI Kecamatan Banjarejo tanggal 10 Maret dan 17 Maret 2016, dilanjutkan penambahan data
dengan wawancara dengan pengurus KKG PAI hari Kamis, Jumat, Sabtu, tanggal 21, 22, 23 Juli 2016
pukul 19.30, 08.00, 14.00-selesai.
87
Pada forum tersebut penulis mendapatkan kesempatan untuk mengisi
kegiatan diskusi seputar Supervisi Pendidikan, karena Pengawas PAI
memohon penulis sebagai peneliti untuk berdiskusi dan sekaligus
menyampaikan maksud dan tujuan dilakukan penelitian tesis dengan para
pengurus KKG PAI dan guru-guru PAI semua baik PNS maupun non PNS
(honorer) yang masuk pembinaan Pengawas PAI. Dalam forum diskusi
tersebut pula penulis menyampaikan makalah yang berkaitan dengan
penelitian tesis ini dengan tema Kontribusi Supervisi Pembelajaran PAI
sebagai Pengendali Mutu pada Kompetensi Profesional Guru PAI. Makalah
tersebut penulis gandakan dan bagikan sebanyak jumlah GPAI yang hadir.
Momen khusus ini sekaligus penulis gunakan untuk penggalian data dalam
penelitian tesis ini dengan melakukan observasi, dokumentasi dan
wawancara pada termin diskusi.
8. Perbaikan Berkelanjutan
Pengawas PAI dapat mengontrol mutu GPAI dengan memberikan penilaian
atas kinerja profesional yang dilaksanakan. Penilaian Pengawas PAI
dimaksudkan untuk memberikan stimulus dan perbaikan kinerja GPAI
secara berkelanjutan sebagai bentuk nyata dalam menginternalisasikan nilai
dasar mutu total yaitu continues improvement (perbaikan berkelanjutan).
Prinsip dasar dalam manajemen mutu terpadu dalam pendidikan
adalah perbaikan yang berkelanjutan. Hal ini didasarkan pada filsafat mutu
88
yang menganut prinsip bahwa tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada
proses yang sempurna perlu selalu diperbaiki.105
Penilaian Pengawas PAI mungkin bersifat agak “subjektif” karena
tidak terlepas dari pandangan Pengawas PAI secara personal. Biasanya
penilaian ini dikomunikasikan kepada Kepala Sekolah GPAI yang
bersangkutan, atau sebaliknya, penilaian Kepala Sekolah tentang GPAI
dilaporkan kepada Pengawas PAI untuk dilakukan pembinaan dan
bimbingan selanjutnya. Terlepas dari subjektifitas Pengawas atau bukan,
penulis memperoleh data penilaian dari Pengawas PAI yang didasarkan
pada 10 poin, diantaranya adalah: Ketaatan menjalankan ajaran agama,
Tanggung jawab, Kejujuran, Kedisiplinan, Keteladanan, Etos Kerja,
Inovasi dan Kreatifitas, Menerima Kritik, Kemampuan Berkomunikasi,
dan Kemampuan Bekerjasama.
Dari data penilaian tersebut, bahwa dari 26 GPAI yang menjadi
pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo menunjukkan bahwa Etos Kerja GPAI yang mendapat skor 4
sebanyak 17 orang (65, 38%) kategori: Baik sekali, yang mendapat skor 3
sebanyak 8 orang (30, 76%) kategori: Baik, dan 1 orang mendapat skor 2
(3, 84%) kategori: Cukup. Sedangkan dari jumlah keseluruhan skor yaitu
10 poin penilaian Pengawas PAI menunjukkan bahwa GPAI yang
memperoleh skor 39 sebanyak 3 orang (11, 53), skor 38 sebanyak 8 orang
(30, 76%), skor 37 sebanyak 4 orang (15, 38), skor 36 sebanyak 1 orang
105
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Sekolah …, 13.
89
(3, 84%), skor 35 sebanyak 1 orang (3, 84%), skor 33 sebanyak 2 orang (7,
69%), sedangkan yang mendapat skor 30, 29, 27 masing-masing mendapat
sebanyak 1 orang (3, 84%), dan skor 25 sebanyak 2 orang (7, 69%). Dari
penilaian Pengawas PAI tersebut menunjukkan bahwa GPAI yang aktif
sebagai pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo memiliki Kinerja professional yang baik, dan
memiliki kerjasama yang baik dengan Pengawas PAI.
Hasil penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara dengan
pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo, ternyata kegiatan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo belum
memberikan dampak yang signifikan pada karya pengembangan profesi
guru PAI berupa Karya Tulis Ilmiah dan Penelitian, misalnya Penelitian
Tindakan Kelas PAI, ternyata hampir semua GPAI belum membuat karya
ilmiah dan penelitian walaupun diantara GPAI tersebut telah mengikuti
pelatihan tentang PTK yang diselenggarakan baik di tingkat Kabupaten
maupun Provinsi. Ketika penulis bertanya tentang KTI atau PTK, hampir
semua pengurus menjawab dengan senyuman. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I berikut ini:
“Dalam hal penulisan karya ilmiah atau PTK PAI, terus terang saya
belum membuatnya, walaupun saya pernah mengikuti pelatihan
atau workshop tingkat Propinsi tentang PTK di Semarang bersama
Ibu Siti Kumaidah, namun saya belum mewujudkannya dalam
sebuah karya untuk dibaca, ya minimal untuk diri saya sendiri.
Dulu pernah sih, membuat sedikit corat coret di kertas walau tidak
sampai selesai. Tapi akhirnya mandek karena informasi dari temen-
temen bahwa ada perbedaan aturan dalam PTK dari Dinas
90
Pendidikan dan Kemenag. Hal ini membuat guru-guru PAI yang
telah mendapat pelatihan dari Kemenag terkendala di tempat kerja
masing-masing, karena sebagian besar GPAI adalah angkatan
Diknas/Pemda”.106
Dampak yang belum tampak juga pada prestasi dan penghargaan yang
telah diperoleh oleh GPAI. Berkaitan dengan Penghargaan yang diperoleh
GPAI, belum ditemukan secara memuaskan tentang penghargaan-
penghargaan yang diterima oleh GPAI secara keseluruhan baik yang
menjadi pengurus inti KKG PAI maupun yang menjadi anggota, kendati
telah mengabdikan diri dalam pendidikan selama puluhan tahun.
Kendati demikian, penulis merasa tertarik pada kisah Bapak Abdul
Kholiq, S.Ag. ketika penulis meminta beliau mengisi blanko isian
penggalian data pada penelitian mengenai pengalaman dan penghargaan
yang pernah beliau terima. Bapak Abdul Kholiq, S.Ag menjawab bahwa
beliau selaku GPAI pernah diwawancarai oleh wartawan ketika telah selesai
upacara Hari Pendidikan Nasional. Wartawan merasa tertarik untuk meliput
kiprah beliau, yaitu guru yang telah mengabdikan diri sebagai “Kaum
Oemar Bakri” di daerah terdalam dan terjauh di Kecamatan Banjarejo di
Kabupaten Blora.. Beliau berkisah bahwa ketika beliau bertugas sebagai
guru selama delapan belas tahun, beliau mendapatkan penghargaan dari
pemerintah dan sempat diliput di surat kabar Harian Suara Merdeka dengan
judul berita “Delapan Belas Tahun Bergelut dengan Lumpur Hutan”.
106
Wawancara dengan Bapak Abdul Kholik, S.Pd.I di Kediaman beliau, hari Jumat tanggal 22
Juli 2016 pukul 14. 00.
91
Sebagaimana tanggapan beliau ketika penulis mewawancarai tentang
pengalaman dan penghargaan yang pernah beliau rasakan dan terima.
“Saya mengajar sebagai guru sejak tahun1984, Pengalaman yang
saya alami sebelum ini (SDN Banjarejo 1), adalah perjuangan penuh
suka duka, pahit getir selama bertahun-tahun dalam melaksanakan
tugas sebagai GPAI di SDN Banjarejo 4 dan SDN Banjarejo 5.
Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah-sekolah di wilayah
terpencil yang ada di Kecamatan Banjarejo. Pada saat itu, medan
yang saya alami cukup berat, jalan yang saya lalui hanya jalan
setapak, dan kalau hujan, lumpur bisa sampai selutut. Dalam kondisi
seperti ini, butuh ketabahan yang luar biasa untuk mengabdi di
tempat terpelosok. dan Dalam kondisi ini pula saya hanya menata
niat saya untuk berdakwah, karena saat itu belum banyak ditemui
orang yang beribadah seperti solat. Tapi saya tetap berusaha untuk
memberikan yang terbaik dalam mengajak masyarakat dan anak-
anak dengan mengajar agama dan mengaji. Alhamdulillah hubungan
kekeluargaan terjalin dengan baik dan sampai saat ini masyarakat
masih bersilaturrahim dengan saya. Pernah mas, saya diwawancarai
oleh wartawan setelah mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional
dan esok harinya ada berita saya di Koran. Koran itu mengupas kisah
saya ketika mengajar di daerah terpencil”. 107
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan
supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG
PAI Kecamatan Banjarejo telah berdampak terhadap perubahan dan
perkembangan diri pada kompetensi professional GPAI yang menjadi
pengurus KKG PAI baik di Kecamatan Ngawen maupun di Kecamatan
Banjarejo. Dampak yang menonjol adalah terbentuknya dan terjaganya
kecakapan dan kemampuan professional guru PAI yang ditampilkan pada
107
Wawancara langsung dengan Bapak Abdul Kholiq, S. Ag. Pada hari jumat tanggal 22 Juli
2016 pukul 10. 30-selesai Wib. Bapak Abdul Kholiq tidak dapat melanjutkan kisahnya, namun beliau
menyuruh penulis untuk mengakses informasi dan melihat dokumentasi surat kabar Suara Merdeka
edisi 03 Mei 2010 dengan judul Guru-guru yang Mengabdi dalam Keterbatasan (1), 18 Tahun
Bergelut dengan Lumpur Hutan, dan penulis akses melalui
https://www.google.com/search?q=18+tahun+bergelut+dengan+lumpur+hutan&ie=u
tf-8&oe=utf-8 (02/06/00), 2016. .
92
kinerja profesional di bidang akademik, mengantarkan peserta didik dalam
pencapaian prestasi, dan keterlibatan GPAI dalam forum-forum
pengembangan professional baik di lingkungan pendidikan ataupun di
masyarakat secara umum.
Namun, dampak tersebut di atas tidak dibarengi pula dengan prestasi
guru PAI dalam mengembangkan kecakapan akademis dalam penelitian-
penelitian dan dalam karya-karya ilmiah lainnya. Hal ini dibuktikan ketika
penulis mewawancari sejumlah pengurus PAI baik di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo tidak ada
yang menulis atau melengkapi karya tulis ilmiah dan hasil penelitian yang
dilakukan. Hanya ada satu guru PAI yang mampu menunjukkan sejumlah
karya tulis ilmiah yaitu Ibu Siti Kumaidah. Namun, karya yang ditunjukkan
kepada penulis itu pun berupa sekumpulan makalah-makalah tugas kuliah
dari kampus IAIN Salatiga, karena beliau masih kuliah di program PAI
konsentrasi Supervisi PAI.
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pelaksanaan Supervisi PAI
Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di lapangan, terdapat beberapa hal
yang dapat memperlancar maupun menghambat pelaksanan kegiatan supervisi
tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan suatu cara untuk
memetakan beberapa kekuatan maupun kelemahannya, sehingga dapat
menggunakan cara aman untuk mengeksekusi kegiatan dan menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan yang dapat menghambat kegiatan, sehingga supervisi
PAI dapat dilaksanakan sesuai rencana dan dan sasaran yang diinginkan.
93
Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui potensi maupun kelemahan
atau kekurangan suatu kegiatan atau program supervisi. SWOT adalah
singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats. Yaitu
kekuatan, kelemahan, kesempatan atau peluang, dan ancaman. Analisa SWOT
sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis
pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan
potensi institusi.108
Analisis SWOT dikembangkan dengan menganalisis faktor
internal organisasi yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi (core
competence) dan memperhitungkan faktor eksternal berupa ancaman dan
peluang. Berdasarkan analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan
strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi, jika terdapat lingkungan
yang berubah yang dipengaruhi oleh adanya ancaman (threat) dan kesempatan
(opportunity).109
Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit
internal tentang seberapa efektif perfoma institusi. Sementara peluang dan
ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sebuah
institusi beroperasi. Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek
penting dari hal-hal tersebut di atas; Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan dan
meminimalisir kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.110
Analisa SWOT ini penulis gunakan dalam menganalisa beberapa faktor
yang mendukung maupun yang dapat menghambat pelaksanaan supervisi PAI
pada GPAI di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di
108
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012, 221. 109
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Sarana Panca Karya Nusa, 182. 110
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu …, 221-222.
94
Kecamatan Banjarejo. Uraian tentang factor pendukung dan penghambat dalam
supervisi PAI dengan menggunakan analisa SWOT penulis suguhkan dalam
peta konsep (mapping concept) sebagai berikut:
1. Strength (kekuatan).
Kekuatan yang dimiliki oleh pengawas dan unsur-unsur pendidikan yang
ada dibawah binaannya menjadi faktor internal pendukung kelancaran
supervisi PAI. Kekuatan ini dapat ditunjukkan dari pengalaman Pengawas
PAI yang cukup dalam bidang supervisi. Hal ini disebabkan karena
Pengawas PAI pernah mengalami rolling jabatan dari Pengawas Madrasah
menjadi Pengawas PAI. Pengalaman ini menjadi modal dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan berikutnya. (b) Pengawas PAI memiliki
integritas karakter yang dapat menjadi model bagi GPAI. Hal ini tercermin
dalam etos kerja dan disiplin yang baik. Prinsip ini selalu disampaikan pula
dalam setiap pertemuan KKG PAI kepada GPAI supaya menjadi teladan
yang baik bagi peserta didik.
Disamping faktor di atas, kelancaran supervisi PAI ditopang pula
dengan jalinan hubungan yang harmonis, kerjasama dan dukungan dari
Kepala Sekolah di sekolah binaan. Melalui forum Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS), yaitu rapat atau pertemuan Kepala Sekolah dan
Pengawas PAI (Kepala UPTD Pendidikan terkadang hadir pula). Pengawas
PAI dapat bermitra dengan unsur pendidikan untuk melakukan pembinaan
dan bimbingan terhadap GPAI. Dalam forum ini pula, Pengawas dapat
memperoleh informasi dan input tentang perkembangan GPAI.
95
Unsur lain yang mendukung supervisi PAI adalah Organisasi KKG
PAI dengan beranggota guru-guru PAI senior dan telah berpengalaman
dalam pembelajaran dengan memiliki masa kerja yang lama, dapat
membantu Pengawas PAI dalam membimbing guru-guru PAI yunior.
Pengawas PAI dapat memberi rekomendasi kepada GPAI senior untuk
memberikan layanan profesional kepada guru yunior, misalnya dalam hal
membuat perangkat pembelajaran, dan mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai
upaya pengembangan dan pertumbuhan kinerja profesional guru PAI.
2. Weakness (kelemahan)
Kelemahan supervisi yang disebabkan dari faktor internal adalah adanya
rangkap jabatan. Pengawas PAI yang mendapat tugas dan berstatus rangkap
jabatan menjadikan kegiatan supervisi tidak bisa berjalan secara efektif dan
tidak bisa dilaksanakan secara intens. Hal ini dikarenakan Pengawas PAI
disibukkan dalam membina GPAI di daerah binaan lainnya sehingga
perhatian dan konsentrasi dalam pelayanan guru professional menjadi
tersita. Pelaksanaan kegiatan supervisi PAI yang tidak bisa merata dan tidak
bisa menjangkau sekolah secara keseluruhan membuat “image” negative
bagi Pengawas, karena hal ini akan berdampak pula pada kinerja GPAI.
Sebagian GPAI berpendapat bahwa semakin jarang Pengawas datang maka
akan semakin buruk pula kinerja para GPAI dalam menjalankan tugasnya.
3. Opportunity (kesempatan).
Pemerintah dalam hal ini berperan aktif dalam kelancaran pelaksanaan
kegiatan supervisi PAI. Wujud kepedulian tersebut nampak pada perhatian
96
dan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada Pengawas PAI sebagai
penunjang kesuksesan kegiatan supervisi. Adanya perhatian dan fasilitas
dari pemerintah menjadikan kesempatan atau peluang semakin terbuka.
Pemerintah melalui kepanjangan tangannya baik Kementerian Agama
maupun Kementerian Pendidikan memberikan fasilitas tersebut melalui
diadakannya berbagai workshop, seminar, orientasi kegiatan, dan pelatihan-
pelatihan lain-lain, yang pada intinya menjadikan Pengawas PAI memiliki
cakrawala pengetahuan, wawasan yang luas, dan dapat pula menge-charge
semangat, komitmen, loyalitas, dan tanggung jawab sebagai Pengawas PAI.
Sehingga Pengawas PAI dapat memberikan keteladanan kepada para GPAI
di lingkungan sekolah yang menjadi daerah binaannya.
Berbagai pelatihan atau workshop yang pernah diikuti oleh Pengawas
PAI tersebut adalah: Pendidikan dan Pelatihan di Tempat Kerja (DDTK)
PKG bagi Kepala Madrasah dan Pengawas, Pendidikan dan Pelatihan
Peningkatan Kompetensi Pengawas PAI pada Madrasah Angkatan I Pola
Program Inpres Nomor 1 Tahun 2010, Workshop Peningkatan Kompetensi
Pengawas PAI, Workshop Kurikulum 2013 bagi Pengawas Madrasah
Angkatan I, Workshop kurikulum PAI bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum 2013 pada
Sekolah, Training on MBPM and Budgeting Remidial, Transition,
Acreditation, an Madrasah Advocacy in Central Java-2 Madrasah
Education Development Project (MEDP) – ADB Loan 2294 – ANO (SF),
dan lain-lain.
97
4. Threat (ancaman)
Ancaman merupakan faktor eksternal yang dapat menghambat kegiatan
supervisi PAI. Ancaman tersebut antara lain kondisi geografis yang sulit
dijangkau. Misalnya, sebagian sekolah yang berada di dalam hutan dan
bukit yang terjal menjadikan pengawas merasa kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya secara maksimal sehingga kegiatan supervisi PAI
tidak bisa dilaksanakan secara kontinyu dan intens. Kendala ini
menghambat Pengawas PAI untuk memantau dan melihat langsung
perkembangan dan perilaku akademik GPAI dalam proses pembelajaran
sehingga mutu peserta didik yang tampak dalam pengalaman belajar dan
perilaku belajar tidak dapat dikontrol.
Faktor lain yang dapat menjadi ancaman pelaksanaan supervisi adalah
kurangnya perhatian komite sekolah dan wali murid terhadap sekolah,
sehingga kelemahan dan kekurangan sekolah terutama guru PAI dalam
memberikan pelayanan dalam pendidikan melalui proses pembelajaran tidak
dapat dikontrol.
Dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dapat
memperlancar dan menghambat pelaksanaan supervisi PAI, diharapkan
Pengawas PAI dapat membuat mapping concepts (pemetaan) dalam
merancang kegiatan supervisi selanjutnya. Tujuan pemetaan ini supaya
Pengawas PAI dapat menyikapi hal-hal yang terjadi di lapangan berkaitan
dengan kegiatan kepengawasan dengan bijaksana. Pada akhirnya, dengan
bekal factor pendukung Pengawas dapat memaksimalkan hasil dan target
98
kepengawasan dan meminimalisir kendala yang ada dalam pelaksanaan
supervisi. Dengan kondisi demikian, fungsi supervisi sebagai pengendali
mutu pendidikan akan benar-benar berdampak pada peningkatan
kompetensi professional guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten
Blora.
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah penulis
uraikan di Bab IV, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teknik supervisi PAI yang digunakan oleh Pengawas PAI di lingkungan
KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamat Banjarejo adalah
teknik supervisi individual dengan cara visitasi (kunjungan) sekolah dan
observasi kelas dan teknik supervisi kelompok dengan memberdayakan dan
memperkuat KKG PAI.
2. Kegiatan supervisi PAI sebagai pengendali mutu di lingkungan KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo
berdampak pada kinerja profesional GPAI yang ditunjukkan pada
kompetensi profesional GPAI yang dimilikinya yang meliputi; peningkatan
kualifikasi Pendidikan GPAI, Penguasaan materi pembelajaran, predikat
pendidik profesional, Penguasaan dalam perencanaan dan pelaksanaan,
Partisipasi dalam Diklat/workshop dan forum ilmiah, Prestasi Peserta didik,
Peningkatan kinerja profesional GPAI melalui penilaian Pengawas, dan
Keterlibatan secara aktif GPAI dalam organisasi baik yang bersifat
kependidikan maupun sosial, serta perbaikan berkelanjutan dalam
pembelajaran.
100
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan supervisi di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo meliputi dua faktor yaitu faktor pendukung yang dapat
memperlancar supervisi sebagai upaya pengendalian mutu GPAI yang
meliputi; pengalaman Pengawas yang mengalami rolling jabatan dari
Pengawas Madrasah menjadi Pengawas PAI, Pengawas PAI memiliki
integritas karakter yang dapat menjadi model bagi GPAI, jalinan hubungan
yang harmonis, kerjasama dan dukungan dari Kepala Sekolah di sekolah
binaan melalui forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dan
Organisasi KKG PAI dengan beranggota guru-guru PAI senior yang dapat
membantu Pengawas PAI dalam membimbing guru-guru PAI yunior, serta
adanya perhatian dan fasilitas dari pemerintah terhadap para Pengawas PAI
melalui diadakannya berbagai workshop, seminar, orientasi kegiatan, dan
pelatihan-pelatihan lain-lain, yang menjadikan Pengawas PAI dapat
memberikan keteladanan kepada para GPAI di lingkungan sekolah yang
menjadi daerah binaannya. Sedangkan faktor Penghambat yang mempersulit
kegiatan supervisi PAI adalah kondisi geografis yang sulit dijangkau yang
menjadikan pengawas merasa kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
secara maksimal dan kurangnya perhatian komite sekolah dan wali murid
terhadap sekolah sehingga kegiatan supervisi PAI tidak bisa dilaksanakan
secara kontinyu dan intens serta kelemahan dan kekurangan sekolah
terutama guru PAI dalam memberikan pelayanan dalam pendidikan melalui
proses pembelajaran tidak dapat dikontrol.
101
B. SARAN
Pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen dan di lingkungan KKG Kecamatan Banjaraejo dapat berfungsi
sebagai pengendali mutu GPAI dalam kompetensi profesional GPAI, namun
intensifitas pertemuan kurang maksimal sehingga tidak bias mencapai target
supervisi yang ideal. Dengan demikian perlu adanya beberapa saran, antara
lain:
1. Bagi Pengawas PAI, kegiatan supervisi (kepengawasan) hendaknya
dilakukan secara intensif dan diupayakan menjangkau ke sekolah-sekolah
binaan serta memberikan ruang dan gerak bagi para guru PAI untuk
berekspresi, beraktualisasi diri dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara maksimal, bukan hanya terjebak pada hal-hal yang
berkaitan administrative. Fungsi supervisi melalui pemberdayaan KKG PAI,
hendaknya dijadikan alat pengendali mutu pada GPAI untuk menelorkan
karya-karya ilmiah dan penelitian.
2. Bagi KKG PAI, pengurus KKG PAI hendaknya merealisasikan kegiatan-
kegiatan dan program-program kerja yang telah diagendakan, serta
memaksimalkan fungsi KKG PAI sebagai organisasi kerjasama dan
pengembangan guru profesional (cooperative profesional development)
dengan menggiatkan forum diskusi dan kajian-kajian ilmiah serta menjadi
pionir lahirnya guru PAI berprestasi (teladan).
102
3. Bagi GPAI, GPAI diharapkan berperan aktif dan terlibat dalam kegiatan-
kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh Pengawas PAI sehingga
terbangun kompetensi profesional GPAI.
103
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktik). Jakarta: Rajawali
Press, 2014.
Amani, Jamal Ma‟mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jogjakarta: Diva
Press, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya, , 2006.
Departemen Agama RI. Pedoman Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam
Sekolah Dasar (KKG PAI SD). Jakarta: Direktorat Jendera Pendidikan Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, 2008.
Emzir & Sam M. Chan. Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Di Era Otonomi
Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Fathurrahman, Muhammad & Ruhyanani, Hindama. Sukses Menjadi Pengawas
Sekolah Ideal. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015.
Glatthorn, Allan A. Supervisory Leadership: Introduction To Instructional
Supervison. United States Of America: Harper Collins Publishers, 1990.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak.
Psikologi UGM, 1979.
Harahap, Diniyah Puteri. “Supervisi Akademik Teknik Workshop Meningkatkan
Kemampuan Guru Pelaksanakan Pembelajaran Aktif”, Jurnal Manajemen
Pendidikan Indonesia Vol 6 No. 2 (Oktober 2014).
Hasim, Wahid. Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di Mts. Negeri dan SMP Islam Al-azhar 18
Salatiga). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013.
Hasyim, Farid. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Filosofis Pengembangan Islam
Transformatif antara KTSP dan Kurikulum 2013), Malang: Madani, 2015.
Janah, Noor. “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru (Studi Kasus Mata Pelajaran PAI di SD 2 Gulang Mejobo
Kudus dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda Gulang Mejobo Kudus)”, Tesis,
Program Pascasarjana UNWAHAS Semarang, 2011.
104
104
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, cet 8, 2010.
Martiningsih, Tri. “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG
terhadap Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Negeri di kecamatan
Pekalongan utara Kota Pekalongan”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang, 2008.
Masaong. Abdul Kadim. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Guru (Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru). Bandung: Alfabeta,
2013.
Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Teras,
2009.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
1999.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Pidarta, Made. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Priansa, Donni Juni. Kinerja Dan Profesionalisme Guru (Fokus Pada Peningkatan
Kualitas Pendidikan, Sekolah Dan Pembelajaran. Bandung, Alfabeta, 2014.
Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, 2012.
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia). Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta, IRCiSoD, 2012.
Sallis, Edward. Total Managemen in Education (Model, Teknik, dan
Implementasinya). Yogyakarta: IRCiSoD, Cet 1, 2015.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Pada Proses Pendidikan).
Jakarta: Kencana Prenamedia Group, Cet 10, 2013.
Sudarwan Danim. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta,
2013.
Sudjana, Nana. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
105
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D). Bandung: Alfabeta, 2010.
Suhardan, Dadang. “Efektivitas Pengawasan Profesional dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran pada Era Otonomi Daerah”, EDUCATIONIST No. I Vol. I (Januari
2007).
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah,
Bandung: Refika Aditama, 2010.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional (Pedoman Kinerja,
Kualifikasi&Kompetensi Guru). Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012.
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Sarana Panca Karya Nusa.
Tenner, Arthur T. and Irving J. De Toro. Total Quality Management (Three Steps to
continuous Improvement), Massachussets: Wesley Publishing Company, 1994.
Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Pedoman Pengembangan dan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengawas. Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004.
Tim Redaksi Nuansa Aulia. Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia
tentang Guru dan Dosen. Bandung: Nuansa Aulia, 2009.
Umiarso&Imam Ghojali, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan
(MenjualMutu Pendidikan dengan Quality Control bagi Pelaku Lembaga
Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2010.
Zakiyah, Qiqi Yuliati &Rusdiana. Pendidikan Nilai (Kajian Teoritik dan Praktik di
Sekolah). Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Zepeda, Sally J. Instructional Supervision (Applying Tools and Concepts). New
York: Eye On Education, 1956.
106
Data Informan
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa informan atau rekanan yang menjadi
sumber informasi oleh penulis, yaitu:
1. Drs. HM. Djauhari
Informan pertama yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah Bapak
Drs. HM. Djauhari. Beliau adalah guru PAI yang telah berpengalaman selama
bertahun-tahun mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sehingga beliau
dipilih menjadi Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan Ketua KKG PAI
Kabupaten Blora sekaligus. Beliau penulis sebutkan pertama kali dikarenakan
penelitian ini mengambil lokasi di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo di Kabupataen Blora. Jabatan beliau yang rangkap jabatan sebagai
Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan sekaligus sebagai Ketua KKG
PAI tingkat Kabupaten Blora inilah yang membuat penulis merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian di lokasi tersebut. Dalam penelitian di
lapangan, penulis berhasil melakukan wawancara, dokumentasi, dan
observasi secara langsung di dalam forum pertemuan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo.
2. Wagiman, S. Pd I.
Bapak wagiman adalah Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen yang terpilih
selama dua kali periode. Beliau dikenal memiliki karakter sebagai guru yang
bisa menjadi panutan bagi guru-guru PAI yang lain. Selain itu kedewasaan
dan cara berpikir yang senantiasa „ngemong’ itulah yang menjadi alasan
107
beliau terpilih kembali sebagai pimpinan dalam menahkodai organisasi KKG
PAI Kecamatan Ngawen yang dipimpinnya.
Dalam penelitian di lapangan, penulis mendapatkan kesempatan emas bisa
melakukan penelitian secara langsung bersama beliau. Setiap ada kegiatan
tentang KKG PAI beliau memberikan informasi kepada penulis sehingga
penulis dapat melakukan interaksi secara langsung dengan guru-guru PAI di
KKG PAI Kecamatan Ngawen. Disamping itu, beliau menunjukkan kepada
penulis para Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen yang bias dijadikan
sumber penggalian data dan informasi yang penulis perlukan.
3. Marzuki, S. Pd. I, M. Pd. I
Bapak Marzuki, S. Pd. I., M. Pd. Adalah Kepala Sekolah sekaligus Guru PAI
penulis jadikan sumber dalam penelitian ini. Jabatan beliau sebagai Kepala
Sekolah dan sekaligus sebagai Guru Pendidikan sangat penulis dibutuhkan
penulis guna memperoleh informasi secara komprehensif tentang pandangan
atau pendapat Kepala Sekolah terhadap Guru PAI yang professional. Beliau
bersedia memberikan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang
penulis perlukan dengan terbuka, bahkan beliau mempersilahkan berkunjung
ke kediaman beliau jika penulis masih memerlukan informasi lebih lanjut.
4. Kuslan, S. Pd. I
Bapak Kuslan, S. Pd. I adalah Guru PAI yang sekaligus sebagai Sekretaris di
organisasi KKG PAI Kecamatan Ngawen. Beliau berdomisili di Desa
Randualas. Tempat tugas beliau sekitar 10 Kilometer dari sekretariat KKG
PAI Kecamatan. Dengan jarak tempuh yang cukup jauh inilah menyebabkan
108
penulis agak sedikit kesulitan untuk melacak data, dikarenakan telepon
genggam (HP) beliau tidak selalu dibawa. Namun hal itu dapat teratasi
karena selain penulis bertemu dalam pertemuan KKG PAI, penulis juga
bersilaturrahim secara langsung di kediaman beliau untuk memperoleh data
yang diperlukan. Hal ini dikarenakan beliau yang menyimpan data dan arsip-
arsip kegiatan KKG PAI Kecamatan Ngawen.
5. Aripin, S. Pd. I
Bapak Arifin, S. Pd. I adalah Guru PAI dan menjadi pengurus KKG PAI
Kecamatan Ngawen sebagai Tim Operator Data Emis dan data-data yang lain.
Beliau berpenampilan bersahaja, rileks dan fleksibel dalam berhubungan
dengan orang lain sehingga penulis merasa tidak kesulitan untuk
berkomunikasi dengan beliau. Wawancara dengan beliau cukup singkat,
namun penulis merasa cukup padat karena data mengenai keadaan Sekolah
dan Guru PAI baik yang telah bersertifikasi maupun belum telah penulis
peroleh.
6. Siti Kumaidah, S. Pd. I
Ibu Kumaidah, S. Pd. I adalah Guru PAI di SDN Gotputuk dan sekaligus
menjadi Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen sebagai Pembantu Umum.
Jabatan sebagai Pembantu Umum tidak hanya sekedar membantu Pengurus-
pengurus lain yang memerlukan bantuannya, namun jabatan ini justru
menjadikannya sebagai Wakil atau Delegasi untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan seperti Seminar, Workshop, Diskusi baik tingkat Kabupaten maupun
tingkat Provinsi. Disamping itu, Ibu Kumaidah juga berstatus Mahasiswa
109
Pascasarjana Konsentrasi Supervisi Pendidikan Agama Islam di IAIN
Salatiga. Dengan kondisi tersebut, dapat memudahkan dan memperlancar
Penulis dalam mengadakan observasi, dokumentasi, dan wawancara guna
melengkapi data dan informasi mengenai kegiatan supervisi PAI di
Kabupaten Blora.
7. Suparmi, S. Pd. I.
Ibu suparmi adalah Guru PAI di SDN Ngawen 04. Berdasarkan pengamatan
penulis beliau mempunyai keakraban yang cukup baik dengan PPAI
Kecamatan Ngawen dan sering mendapatkan kunjungan Supervisi
Pembelajaran dalam kelas karena sekolah beliau sangat strategis dan
terjangkau dari jalan raya sehingga memudahkan kunjungan ke sana.
Dalam observasi lapangan penulis berhasil mengadakan observasi dan
dokumentasi tentang kegiatan supervise yang dilakukan oleh PPAI
Kecamatan Ngawen dengan melakukan kunjungan ke sekolah sebagai data
pembanding selain penggalian data melalui KKG PAI Kecamatan Ngawen.
8. Marlan, S. Pd. I
Bapak Marlan, S. Pd. I adalah Guru PAI SDN Kembang Kecamatan
Banjarejo. Selain menjadi Guru PAI, beliau juga menjadi pengurus KKG PAI
Kecamatan Banjarejo yaitu sebagai Sekretaris KKG PAI.
Dalam penelitian di lapangan, ketika Penulis mengadakan wawancara dengan
Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo di Desa Adirejo Kecamatan Tunjungan,
beliau memberitahu dan mengundang penulis tentang jadwal kegiatan KKG
PAI, yang akan dihadiri oleh Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo. Dan pada
110
saat pertemuan KKG PAI di SDN Gedongsari, penulis bertemu kembali dan
juga berhasil mewawancarai beliau.
9. Abdul Kholiq, S. Pd. I.
Wawancara berikutnya dengan Bapak Abdul Kholiq, S. Pd. I. Sebagai
Operator data Emis, beliau menjadi tumpuan para Guru PAI Kecamatan
Banjarejo khususnya guru-guru PNS untuk melakukan inputting data
(memasukkan data secara on line). Hal ini disebabkan para guru PAI
khususnya perempuan, kurang trampil dalam mengoperasikan komputer
sehingga guru-guru PAI meminta jasa bapak Abdul Kholiq selaku Operator
untuk menangani hal ini. Pertemuan dengan beliau penulis lakukan dengan
berkunjung secara langsung di sekolah beliau yaitu SDN Sumberagung 01
dan di kediaman beliau.
10. Abdul Kholiq, S. Ag.
Wawancara dengan bapak Abdul Kholiq, S.Ag. adalah sangat mengesankan
bagi penulis, karena beliau dijuluki oleh teman-teman guru sebagai
“Inspiring teacher”. Beliau adalah guru yang memberikan banyak inspirasi
dan motivasi keteladanan bagi guru-guru yang lain dengan memiliki keuletan
dan ketangguhan dalam mengabdikan dirinya di dunia pendidikan.
Pengalaman beliau di daerah terpencil dan di dalam hutan selama hamper 20
tahun, membuat beliau dikenal sebagai guru yang memberikan inspirasi bagi
guru-guru yang lain, karena selama beliau berada di kawasan sekolah yang
berhutan dan berlumpur membuat dengan penuh perjuangan dalam
111
berdakwah sempat menjadikan beliau diliput di harian Suara Merdeka dengan
judul: 18 Tahun Bergelut dengan Lumpur Hutan”.
11. Hj. Kunsiyati, S.Pd. I.
Ibu Hj. Kunsiyati, S. Pd. I adalah Guru PAI di SDN Gedongsari dimana
KKG PAI Kecamatan Banjarejo berkantor. Ibu Hj. Kunsiyati memiliki
kepribadian yang baik, ulet, dan disiplin. Hal ini tercermin dari penampilan
dan dari setiap jawaban yang disampaikan ketika penulis mengadakan
wawancara dengan beliau. Dalam penelitian lapangan, penulis berhasil
mengadakan wawancara dan observasi langsung dengan beliau tentang
pentingnya mutu pembelajaran yang berujung pada terbentuknya peserta
didik yang berkualitas. Beliau juga menambahkan profil peserta didik yang
bermutu adalah peserta didik yang berprestasi, trampil, kreatif, dan selalu
mengikuti perlombaan atau kompetisi-kompetisi baik tingkat local maupun
regional (maksud beliau adalah tingkat Provinsi).
112
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis
Pelaksanaan Supervisi PAI Sebagai Pengendali Mutu (Quality Control) di KKG
PAI Kec. Ngawen dan KKG PAI Kec. Banjarejo Kabupaten Blora
Tahun 2016
Pedoman Wawancara Dengan Guru PAI
A. Pelaksanaan Supervisi PAI pada GPAI di KKG PAI
NO
Butir-Butir Wawancara/Interview
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pelaksanaan supervisi PAI di
sekolah?
2. Berapa kali bapak/ibu diberikan layanan pembimbingan dalam kegiatan
supervisi oleh supervisor/pengawas PAI?
3. Apa saja yang dilakukan oleh supervisor/pengawas PAI dalam pelaksanaan
supervisi?
4. Apakah pelaksanaan supervisi tersebut dapat membantu bapak/ibu dalam
mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran PAI?
5. Bagaimanakah peran supervisor/pengawas PAI dalam memecahkan
masalah (memberi solusi) ketika bapak/ibu mengalami problema dalam
pembelajaran?
6. Apakah dengan bantuan dan bimbingan dari supervisor/pengawas PAI,
permasalahan yang dihadapi bapak/ibu dalam pembelajaran PAI dapat
diselesaikan?
7. Apa yang dirasakan masih kurang dalam pelaksanaan supervisi PAI?
8. Apakah supervisor/pengawas PAI sering melakukan percakapan pribadi
dengan bapak/ibu?
9. Apakah bapak/ibu merasa nyaman, terdorong dan tidak terdesak ketika
terjadi percakapan/diskusi dengan supervisor/pengawas PAI?
10. Bagaimana supervisor/pengawas PAI menanggapi ketika bapak/ibu ingin
113
melakukan perubahan atau pengembangan kreatifitas dalam pembelajaran
PAI, apakah selalu memberikan bimbingan, atau memberikan kebebasan
untuk berkreasi?
11. Dampak apakah yang diperoleh bapak/ibu dari kegiatan supervisi?
12. Permasalahan apa yang sering dihadapi bapak/ibu?
13. Apakah bapak/ibu turut berpartisipasi dalam kegiatan KKG PAI?
Apa jabatan bapak/ibu di KKG PAI?
14. Apakah KKG PAI memiliki program kerja?
15. Apa KKG PAI dapat membantu anda dalam meningkatkan kompetensi
professional?
16. Apakah Pengawas PAI sering melaksanakan supervisi melalui KKG PAI?
17. Bagaimanakah Pengawas PAI dalm mensupervisi bapak/ibu?
18. Dalam layanan supervise, apa saja yang dilakukan pengawas PAI?
19. Dampak apakah yang bapak/ibu peroleh dalam kegiatan supervisi melalui
KKG PAI?
20. Apakah kegiatan supervisi melalui KKG PAI dapat bermanfaat pada
kompetensi peofesional anda?
21. Apakah bapak/ibu pernah melakukan bimbingan peserta didik dalam
kejuaraan?
22. Prestasi apa sajakah yang telah diperoleh?
23. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan/workshop? Kapan, dimana,
dan siapa penyelenggaranya?
24. Apakah bapak ibu pernah membuat karya ilmiah?
25. Apakah bapak/ibu aktif di organisasi ?
26. Organisasi apa saja yang and ikuti dan apa jabatan anda?
114
B. PEMBINAAN GURU PAI
PETUNJUK:
Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada
angka jawaban yang tersedia!
No Butir pertanyaan Pilihan
1. Kegiatan supervisi PAI pada prinsipnya
adalah memberikan layanan bantuan pada
guru PAI dalam mengembangkan
kompetensi profesional guru supaya
tercapai tujuan pembelajaran.
a) Setuju
b) Sangat Setuju
c) Tidak tahu
2. Upaya Pengawas dalam membantu guru
PAI dapat melalui layanan supervisi
a) Ya, benar
b) Ya, setuju
c) Tidak tahu
3. Layanan supervisi dari
supervisor/pengawas PAI dapat membantu
menemukan solusi dalam problem
bapak/ibu hadapi
a) Kadang-kadang
b) Selalu
c) Tidak tahu
4. Diantara layanan supervisi dari pengawas
PAI dapat membantu melengkapi
administrasi/perangkat pembelajaran PAI
a) Tidak
b) Kadang-kadang
c) Ya, benar
5. Layanan supervisi dapat menjalin
hubungan dan kerjasama menjadi lebih
harmonis antara pengawas dan guru PAI
a) Ya
b) Tidak
c) Tidak tahu
6. Apabila bapak/ibu menemui problema
dalam pembelajaran PAI, bapak/ibu akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
kepada supervisor/pengawas PAI
a) Ya
b) Tidak
c) Tidak tahu
7. Layanan kegiatan supervisi memberikan
sumbangsih/kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan profesional guru
PAI
a) Ya, benar
b) Ya, setuju
c) Tidak
115
C. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Petunjuk
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Bagaimanakah membuat tujuan pembelajaran?
2. Berkaitan dengan materi yang diajarkan, bagaimanakah cara anda dalam
memilih materi ajar?
3. Bagaimanakah anda mengorganisir materi tersebut?
4. Bagaimanakah anda menentukan sumber atau media pembelajaran?
5. Bagaimanakah anda membuat scenario pembelajaran?
6. Apakah anda membuat scenario tersebut secara rinci?
7. Teknik apakah yang anda gunakan dalam pembelajaran?
8. Apakah teknik tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran?
9. Bagaimanakah anda memberikan evaluasi dalam pembelajaran?
10. Bagaimanakah dengan kelengkapan instrument evaluasi yang anda anda?
116
D. FUNGSI SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU PADA
KOMPETENSI GURU PAI
PETUNJUK:
Bagaimanakah tanggapan anda tentang pernyataan dibawah ini?
1. Kualitas/mutu menjadi prioritas utama (penting) dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Peserta didik adalah tujuan/target utama dalam pencapaian/pembentukan
mutu.
3. Upaya dalam proses pembentukan mutu peserta didik tidak terlepas dari
peran guru dalam proses pembelajaran
4. Keterlibatan guru dalam penciptaan mutu peserta didik adalah sangat penting
(signifikan)
5. Mutu peserta didik disebabkan mutu guru/pendidik
6. Mutu pendidik/guru adalah refleksi dari kompetensi guru profesional
7. Upaya dalam pencapaian guru profesional selalu mendapatkan bantuan
pembinaan, bimbingan, dan motivasi dari kegiatan supervisi dalam
meningkatkan kemampuan/ kinerja profesionalnya.
8. Layanan bimbingan dan konseling dalam supervisi dapat mengontrol
Pendidik yang berkualitas.
9. Kegiatan supervisi PAI berperan/memberikan kontribusi yang signifikan
dalam meningkatkan kinerja profesional guru,
10. Kegiatan supervisi dengan menggunakan teknik individu atau kelompok
berbasis layanan bimbingan dan konseling (BK) berperan sebagai
pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI.
117
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis
Pelaksanaan Supervisi PAI Sebagai Pengendali Mutu (Quality Control) Pada
Kompetensi Profesional Di Lingkungan KKG. PAI Kec.Ngawen dan KKG PAI
Kec. Banjarejo kabupaten Blora tahun 2016
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PENGAWAS PAI
A. Sekilas Pandang Kegiatan Supervisi
1. Adakah tugas khusus pengawas/supervisor yang diberikan oleh
Kementerian Agama untuk pelaksanaan supervisi/kepengawasan PAI di
lingkungan kerja bapak?
2. Kapan bapak melaksanakan kegiatan supervisi PAI di sekolah?
3. Apa tujuan dari pelaksanaan supervisi PAI yang bapak laksanakan?
4. Apa yang bapak lakukan ketika datang di sekolah /dalam supervisi PAI?
5. Bantuan apa/bagaimana cara bapak membimbing dalam pelaksanaan
supervisi PAI?
6. Bagaimana kerjasama bapak dengan kepala sekolah di lingkungan kerja
bapak?
7. Berapa kali bapak datang dan melakukan kegiatan supervisi PAI di sekolah?
8. Bagaimana respon guru PAI dalam pelaksanaan supervisi di sekolah
tersebut
9. Apakah kegiatan supervisi PAI telah direncanakan sebelumnya oleh bapak?
10. Teknik supervisi apakah yang bapak gunakan?
11. Apa yang membedakan pelaksanaan supervisi PAI di satu sekolah dengan
sekolah lain yang bapak bina?
12. Apa dampak yang didapat oleh bapak dari pelaksanaan supervisi PAI?
13. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan supervisi
di lapangan?
118
B. Layanan Supervisi di KKG PAI
1. Ketika bapak melakukan kegiatan supervisi, apakah bapak selalu
memberikan pembinaan, bimbingan, dan konseling terhadap guru-guru PAI
secara klasikal?
2. Bagaimanakah teknik pembinaan, bimbingan yang bapak gunakan?
3. Lebih efektif dan efisien manakah teknik indivual (perorangan) dengan
kelompok (klasikal)?
4. Mengapa bapak menggunakan teknik tersebut?
5. Apakah bapak menggunakan forum KKG dalam pembimbingan guru secara
kelompok?
6. Dalam pembinaan dan bimbingan guru di lapangan, apakah bapak pernah
mendapati guru yang memiliki problema?
7. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan administrasi/perangkat
pembelajaran?
8. Adakah problem yang dihadapi guru PAI di luar administrasi/perangkat
pembelajaran?
9. Bagaimanakah cara bapak menanganinya?
10. Bagaimanakah langkah-langkah yang bapak tempuh dan memberikan
terapi/solusinya?
11. Apakah bapak mendorong guru PAI untuk memacu peserta didik dalam
berprestasi? prestasi apa saja yang telah dicapai?
12. Bagaimanakah dampak supervise PAI melalui KKG PAI?
119
C. Pengendalian Mutu (Quality Control) Guru Profesional
1. Bagaimanakah pendapat bapak tentang mutu pembelajaran?
2. Bagaimanakah harapan bapak tentang guru PAI yang bermutu?
3. Apakah guru PAI yang sudah tersertifikasi menunjukkan peningkatan
terhadap kinerjanya?
4. Apakah guru PAI telah menunjukkan peningkatan pada kompetensi
profesionalnya?
5. Bagaimanakah dampak kegiatan supervisi yang bapak lakukan ?
6. Adakah faktor pendukung yang membantu kegiatan supervisi yang bapak
lakukan?
7. Bagaimanakah kendala yang bapak alami dalam peningkatan kompetensi
guru profesional?
8. Apakah kegiatan supervisi yang bapak lakukan dapat berperan sebagai
pengendali mutu guru PAI?
9. Apakah kegiatan supervisi dengan menggunakan teknik layanan bimbingan
dan konseling dapat membantu guru dalam meningkatkan kompetensi
profesionalnya?
120
Hasil wawancara terstruktur
di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo
Butir
wawancara
penelitian
Respon
Faktual Ideal
Kegiatan dan
Pelaksanaan
supervise
Dilaksanakan namun kurang
intens dan kurang lama
Sering difokukan pada
pengecekan administrasi
terutama perangkat
pembelajaran.
Bertanya mengenai jumlah
murid,
Bertanya tentang kendala yng
dihadapi.
Mengevaluasi guru PAI
Memotivasi guru
Frekwensi pertemuan
ditambah
Hendaknya kegiatan
supervise sebagai alat
untuk berbagi
informasi, sharing,
mendengarkan
keluhan dan
permasalahan guru
dan memberi
solusinya..
Pengawas
Kurang komunikasi dengan
guru, guru sering gugup,
ketakutan dengan kedatangan
supervisor atau pengawas
karena supervise identic dengan
mencari kelemahan dan
kekurangan guru.
Kran dan akses
komunikasi
diperluas.
Merubah image
supervise dengan
layanan professional
bagi guru.
Peran
supervisor
dalam
pengembangan
kreatifitas
GPAI
Selalu memberikan bimbingan
Dapat menambah pengetahuan
dan wawasan
Mengingatkan agar lebih
semangat mengajar
Selalu memberi kritikan.
Lebih diintensifkan
lagi dalam
memotivasi kinerja
GPAI
Kritikan hendaknya
dirubah menjadi
nasehat.
Dampak
supervise
Dapat meningkatkan kinerja
Dapat meningkatkan
Memaksimalkan
potensi guru
121
pembelajaran
Memjadi lebih tertib
Lebih disiplin
Meningkatkan mutu
professional
Masalah yang
sering
dihadapi guru
Kurang lengkap
administrasinya.
Karakter peserta didik yang
berbeda-beda dengan tingkat
kenakalan yang berbeda pula.
Kurang minat peserta didik
dalam belajar
Peserta didik kurang respon
dalam PBM
Kurangnya perhatian orangtua.
Guru masih enggan berbagi
masalah tentang peserta didik.
Kurang waktu
Fasilitas kurang
Ada peserta didik yang diremidi
tetap tidak berubah
Melengkapi
administrasi.
Pengawas
memberikan solusi.
Menyelesaikan
kendala dalam
mengajar
menyelesaikan secara
kekeluargaan
selain mensupervisi
GPAI juga perlu
memberikan
bimbingan pada
peserta didik
122
Keadaan Kualifikasi Pendidikan GPAI
di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo
Kabupaten Blora
No Nama Guru PAI Tempat Tugas
Kualifikasi
pendidikan
Awal
Lanju
tan
1. Wagiman, S.Pd.I SDN punggursugih
SDN 01 Rowobungkul
PGA D2 S1
2. Marzuki, M.Pd.I SDN Gotputuk PGA D2 S2
3. Kuslan, S.Pd.I SDN 02 Rowobungkul
SDN 01 Rowobungkul
PGA D2 S1
4. Yusuf, S.Pd.I SDN 01 Talokwohmojo
SDN Plumbon
PGA D2 S1
5. Arifin, S.Pd.I PGA D2 S1
6. Siti Kumaidah, S.Pd.I
SDN Semawur
SDN Gotputuk
- D2 S1,
Pros
es
S2
7. Suparmi, S.Pd.I SDN Ngawen 4 PGA D2 S1
8. Sunardi, S.Pd. SDN Jetakwanger
SDN 05 Ngawen
PGA D2 S1-
S2
9. Siti sri susilowati, S.
Pd.I
SDN Bradag
SDN Wantilgung
PGA D2 S1
10. Komari, S. Pd.I SDN Tembulrejo 2 PGA D2 S1
11. Siti Asiyah, S.Pd.I SDN Kedungsatriyan
SDN Bandungrojo
PGA D2 S1
12. Ashadi, S.Ag. SDN Sumberejo
SDN 01 Gondang
PGA D2 S1
13. Shofari, S.Pd.I SDN Karangtengah PGA D2 S1
123
SDN Kendayaan
14. H. Sarjimin, S.Pd.I SDN Sambonganyar
SDN 01 Gedebeg
PGA D2 S1
15. Priyono, A.Ma. SDN Sendangrejo
SDN Kendayaan
PGA D2 -
16. Drs. HM. Djauhari SDN 03 Sumberagung PGA D2 S1
17. Muh. Tarhib,S.Pd.I SDN 01 Klopoduwur PGA D2 S1
18. Marlan, S.Pd.I SDN Kembang PGA D2 S1
19. Hj.Kunsiyati,S.Pd.I SDN Gedungsari PGA D2 S1
20. Abdul kholik, S.Pd.I SDN 01 Sumberagung PGA D2 S1
21. Masrukhin, S.Pd.I SDN 02 Sendangwungu PGA D2 S1
22. Sukemi, S.Pd.I SDN 02 Sembongin PGA D2 S1
23. Juwariyah, S. Pd.I SDN Balongrejo PGA D2 S1
24. Abdul kholik,S.Ag. SDN Banjarejo 1 PGA D2 S1
25. H. Sujari, S.Pd.I SDN 02 Mojowetan PGA D2 S1
26. Hj. Rohmah, S.Pd.I SDN 1 Mojowetan PGA D2 S1
124
Keadaan Masa Kerja Guru PAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG
PAI Banjarejo Kabupaten Blora
No Nama Guru PAI/NIP Unit Kerja Tahun
Bekerja Masa Kerja
1. Wagiman, S.Pd.I
19570717198201 1 010
SDN punggursugih
SDN 01 Rowobungkul
1982
34 tahun
2. Kuslan, S.Pd.I
19610301198304 1 003
SDN 02 Rowobungkul
SDN 01 Rowobungkul
1983 33 tahun
3. Yusuf, S.Pd.I
19581119198201 1 002
SDN 01 Talokwohmojo
SDN Plumbon
1983 33 tahun
4. Sarjimin, S.Pd.I
19581212198201 1 009
SDN Sambonganyar
SDN 01 Gedebeg
1982 34 tahun
5. Ashadi, S.Ag.
19611120198201 1 003
SDN Sumberejo
SDN 01 Gondang
1982 34 tahun
6. Siti Asiyah, S.Pd.I
19621204198304 2 005
SDN Kedungsatriyan
SDN Bandungrojo
1983 33 tahun
7.
Siti Sri Susilowati, S
Pd.I
19670622200003 2 001
SDN Bradag
SDN Wantilgung
2000 16 tahun
8. Arifin, S.Pd.I
19630616198405 1 006
SDN 02 Talokwohmojo
SDN Plumbon
1984 32 tahun
9. Shafari, S.Pd.I
19580112198304 1 002
SDN Karangtengah
SDN Kendayaan
1983 33 tahun
10. Priyono, A.Ma.
19590505198304 1 002
SDN Sendangrejo
SDN Kendayaan
1983 33 tahun
11. Komari, A.Ma.
19560204198304 1 001
SDN 02 Trembulrejo 1983 33 tahun
12. Marjuki, S.Pd.I, M.Pd
19580716198201 1 005
SDN Gotputuk 1982 34 tahun
13. Suparmi, S.Pd.I
19600815198304 2 012
SDN 04 Ngawen 1983 33 tahun
14. Siti Kumaidah, S.Pd.I
19780531200604 2 006
SDN Gotputuk
SDN Semawur
2006 10 tahun
15. Drs. HM. Djauhari
19580814198304 1 005
SDN 03 Sumberagung 1983 33 tahun
16. M. Tarhib, S.Pd.I
19570802198104 1 004
SDN 01 Klopoduwur 1981 35 tahun
17. Marlan, S.Pd.I SDN Kembang 1983 33 tahun
125
19591015198304 1 002
18. Sukemi, S.Pd.I
19570205198304 1 000
SDN 02 Sembongin 1987 29 tahun
19. Abdul Kholik, S.Ag.
19620303198405 1 002
SDN 01 Banjarejo 1984 32 tahun
20. Sudjari, S.Pd.I
19581027198201 1 002
SDN 02 Mojowetan 1981 35 tahun
21. Abdul Kholik, S.Pd.I
19720119200501 1 003
SDN 01 Sumberagung 2005 11 tahun
22. H. Kunsiyati, S.Pd.I
19591217198201 2 008
SDN Gedungsari 1981 15 tahun
23. Masrukhin, S.Pd.I
19571118198104 1 001
SDN 02 Sendangwungu 1981 15 tahun
24. Sukemi, S.Pd.I
19591120198708 1 001
SDN 01 Buluroto 1987 29 tahun
25. Siti Juwariyah, A.Ma.
19560917198201 2 001
SDN Balongrejo 1981 35 tahun
26. Hj. Rokhmah, S.Pd.I
196211021984052003
SDN 1 Mojowetan 1984 32 tahun
126
Keadaan Guru Berpredikat Profesional
No
Nama Guru PAI/
NIP
Unit Kerja
Lulus Sertifikasi
LPTK Jenis Nomor dan
Tanggal
Lulus
Sertifikasi
1.
Wagiman, S. Pd. I
195707171982011 010
SDN
punggursugih
SDN 01
Rowobungkul
IAIN
Walisongo
PLPG
061012703
196
15/11/2010
2.
Kuslan, S. Pd. I
196103011983041 003
SDN 02
Rowobungkul
SDN 01
Rowobungkul
IAIN
Walisongo
PLPG
061112704
149
14 /12/2011
3.
Yusuf, S. Pd.I
195811191982011 002
SDN 01
Talokwohmojo
SDN Plumbon
IAIN
Walisongo
PLPG 061012701
469
30/09/2011
4.
Sarjimin, S. Pd.I
195812121982011 009
SDN
Sambonganyar
SDN 01 Gedebeg
IAIN
Walisongo
PLPG 061012701
470
30/09/2011
5.
Ashadi, S.Ag.
196111201982011 003
SDN Sumberejo
SDN 01 Gondang
IAIN
Walisongo
PLPG 060912701
587
30/10/2009
6.
Siti Asiyah, S.Pd.I
196212041983042 005
SDN
Kedungsatriyan
SDN
Bandungrojo
IAIN
Walisongo
PLPG 06111270
4206
14/12/201
1
7.
Siti Sri Susilowati, S.
Pd.I
196706222000032 001
SDN Bradag
SDN Wantilgung
IAIN
Walisongo
PLPG 201020612
12723191
28/09/2012
8.
Arifin, S. Pd.I
196306161984051 006
SDN 02
Talokwohmojo
SDN Plumbon
IAIN
Walisongo
PLPG 061112702
748
14/12/2011
9.
Shafari, S. Pd. I
195801121983041 002
SDN
Karangtengah
SDN Kendayaan
IAIN
Walisongo
PLPG 061112704
204
14/12/2011
10. Priyono, A. Ma.
195905051983041 002
SDN Sendangrejo
SDN Kendayaan
IAIN
Walisongo
PLPG 061112704
190
14/12/2011
11.
Komari, A. Ma.
195602041983041 001
SDN 02
Trembulrejo
IAIN
Walisongo
PLPG 06111270
4147
14/12/201
127
1
12. Marjuki, S.Pd.I, M.Pd
195807161982011 005
SDN Gotputuk IAIN
Walisongo Porto
Folio
060803001
127
13.
Suparmi, S.Pd.I
196008151983042 012
SDN 04 Ngawen IAIN
Walisongo
PLPG 06111270
4250
14/12/201
1
14.
Siti Kumaidah, S.Pd.I
197805312006042 006
SDN Gotputuk
SDN Semawur
IAIN
Walisongo
PLPG 206131270
1682
30/12/2013
15.
Drs. HM. Djauhari
195808141983041 005
SDN 03
Sumberagung IAIN
Walisongo
PLPG 2011
16.
M. Tarhib, S.Pd.I
195708021981041 004
SDN 01
Klopoduwur IAIN
Walisongo
PLPG 2010
17.
Marlan, S. Pd.I
195910151983041 002
SDN Kembang IAIN
Walisongo
PLPG 2011
18.
Sukemi, S.Pd.I
195702051983041 000
SDN 02
Sembongin IAIN
Walisongo
PLPG 2011
19.
Abdul Kholik, S.Ag.
196203031984051 002
SDN 01 Banjarejo IAIN
Walisongo
PLPG 2011
20.
Sudjari, S.Pd.I
195810271982011 002
SDN 02
Mojowetan IAIN
Walisongo
PLPG 2011
21.
Abdul Kholik, S.Pd.I
197201192005011 003
SDN 01
Sumberagung IAIN
Walisongo
Porto
Folio
2013
22.
H. Kunsiyati, S.Pd.I
195912171982012 008
SDN Gedungsari IAIN
Walisongo
PLPG 2010
23.
Masrukhin, S.Pd.I
195711181981041 001
SDN 02
Sendangwungu IAIN
Walisongo
PLPG 2010
24.
Sukemi, S.Pd.I
195911201987081 001
SDN 01 Buluroto IAIN
Walisongo
PLPG 2011
25. Siti Juwariyah, A.Ma.
195609171982012 001
SDN Balongrejo IAIN PLPG 2010
128
Walisongo
26.
Hj. Rokhmah, S. Pd. I
19621102198405203
SDN 1
Mojowetan IAIN
Walisongo
PLPG 2010
129
Kemampuan Guru PAI dalam Membuat Perencanaan Pembelajaran
No Kode GPAI
Aspek Yang Dinilai Total
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8
1. GPAI/01/WGN 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2. GPAI/01/MZ 4 4 4 4 4 4 4 4 32
3. GPAI/01/KS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
4. GPAI/01/YS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
5. GPAI/01/AR 4 4 4 4 4 4 4 4 32
6. GPAI/01/SK 4 4 4 3 4 4 4 4 31
7. GPAI/01/SPM 4 4 4 4 4 4 4 4 32
8. GPAI/01/SND 4 4 4 3 4 4 3 3 29
9. GPAI/01/SSS 4 4 4 3 4 4 4 3 30
10. GPAI/01/KMR 4 4 4 3 4 4 3 3 29
11. GPAI/01/SA 4 4 4 4 4 4 4 3 31
12. GPAI/01/AS 4 4 4 4 4 4 3 3 30
13. GPAI/01/SF 4 4 4 3 4 4 4 3 30
14. GPAI/01/SJ 4 4 4 3 4 4 4 3 30
15. GPAI/01/PRY 4 4 4 3 4 4 4 3 30
16. GPAI/02/DJA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
17. GPAI/02/TRH 4 4 4 3 4 4 4 3 30
18. GPAI/02/MLN 4 4 4 3 4 4 4 3 30
19. GPAI/02/KSY 4 4 4 3 4 4 4 3 30
130
20. GPAI/02/AKK 4 4 4 4 4 4 4 4 32
21. GPAI/02/MRK 4 4 4 3 4 4 4 3 30
22. GPAI/02/SKM 4 4 4 3 4 4 4 3 30
23. GPAI/02/JWR 4 4 4 3 4 4 4 3 30
24. GPAI/02/AKQ 4 4 4 4 4 4 4 4 32
25. GPAI/02/SJR 4 4 4 3 4 4 4 3 30
26. GPAI/02/SR 4 4 4 3 4 4 4 3 30
KETERANGAN:
Kategori
Skor
Predikat
A 4 Baik Sekali
B 3 Baik
C 2 Cukup
D 1 Kurang
131
Penilaian Atasan kepada guru PAI
No Kode
Guru PAI Aspek yang diamati
Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. GPAI/01/WGN 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
2. GPAI/01/MZ 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
3. GPAI/01/KS 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
4. GPAI/01/YS 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38
5. GPAI/01/AR 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38
6. GPAI/01/SK 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 38
7. GPAI/01/SPM 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 37
8. GPAI/01/SND 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 38
9. GPAI/01/SSS 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38
10. GPAI/01/KMR 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38
11. GPAI/01/SA 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 35
12. GPAI/01/AS 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38
13. GPAI/01/SF 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 37
14. GPAI/01/SJ 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 36
15. GPAI/01/PRY 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38
16. GPAI/02/DJA 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 37
17. GPAI/02/TRH 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 37
18. GPAI/02/MLN 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 33
19. GPAI/02/KSY 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 30
132
20. GPAI/02/AKK 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 33
21. GPAI/02/MRK 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 27
22. GPAI/02/SKM 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 25
23. GPAI/02/JWR 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 23
24. GPAI/02/AKQ 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32
25. GPAI/02/SJR 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 29
26. GPAI/02/SR 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 25
Aspek yang diamati:
1. Ketaatan menjalankan ajaran agama
2. Tanggung jawab
3. Kejujuran
4. Kedisiplinan
5. Keteladanan
6. Etos kerja
7. Inovasi dan kreatifitas
8. Menerima kritik
9. Kemampuan berkomunikasi
10. Kemampuan bekerjasama
133
Data Diklat Kependidikan Guru PAI
NO
NAMA
NASIONAL/
REGIONAL PROPINSI KABUPATEN
KEC/
SKL
P
L
P
G
Work
shop
K
P
A
I
13
I
C
T
WORK
SHOP
KKG
KAB
WORK
SHOP
PAI
K
13
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 WAGIMAN, S.Pd.I 1 X X 3 X 1 X 1 X 1 X
2 MARZUKI, M.Pd.I 1 X X 1 X 1 X 1 X 1 X
3 KUSLAN, S. Pd.I 1 X 1 X 1 X
4 YUSUF, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
5 ARIFIN, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
6
SITI KUMAIDAH,
S.Pd.I
1 X X x 3 X 1 X 1 X 1 X
7 SUPARMI, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
8 SUNARDI, S,Pd.I 1 X 1 X 1 X 1 X
9
SITI SRI SUSILOWATI,
SPd.I
1 X 1 X 1 X
10 KOMARI, A.Ma. 1 X 1 X -
11 SITI ASIYAH, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
12 ASHADI, S.Ag. 1 X 1 X 1 X
13 SHOFARI, S. Pd.I 1 X 1 X 1 X
14 H. SARJIMIN,S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
15 PRIYONO, A.Ma. 1 X 1 X 1 X
16 DRS. HM. DJAUHARI 1 X
1
X
1 X 1 X 1 X 1 X
134
17
MUHAMMAD
TARHIB,S.Pd.I
1 X 1 X 1 X
18 MARLAN,S.Pd.I 1 X 1 X 1 X 1 X
19 HJ. KUNSIYATI, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
20
ABDUL KHOLIK,
S.PD.I
1 X 1 X 1 X 1 X 1 X
21 MASRUKHIN, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
22 SUKEMI, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
23 JUWARIYAH, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
24
ABDUL KHOLIK,
S.Ag.
1 X
1
X
1 X 1 X 1 X 1 X
25 H. SUJARI, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
26 HJ. ROHMAH, S.Pd.I 1 X 1 X 1 X
135
Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tesis di Lingkungan KKG
PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
Bersama Pengawas PAI dan Pengurus KKG PAI
136
Observasi Lapangan bersama Ketua KKG PAI Bapak Wagiman S.Pd.I
dan Pengawas PAI Kecamatan Ngawen Bapak Muhaimin, S. AG. Di
Daerah Binaan I
137
Peneliti saat diberi waktu untuk mengisi Acara KKG PAI oleh Pengawas
PAI sekaligus mengisi FGD (Forum Group Discussion)
Pembinaan Guru-guru PAI oleh Pengawas PAI di KKG PAI
138
Suasana Partisipasi Aktif GPAI dalam kegiatan Reflektif
Suasana Wawancara Terstruktur GPAI dengan Peneliti
139
Pertemuan dengan Pengurus KKG PAI
dan Pengawas PAI Kecamatan Ngawen
Di Dabin II (Dua)
Penggalian Data dan Wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Guru PAI di SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen
140
Layanan Supervisi oleh Pengawas PAI kepada Kepala Sekolah
dan Guru PAI di Lingkungan Kecamatan Ngawen
Suasana Supervisi Pembelajaran PAI dengan Observasi Kelas
oleh Pengawas PAI
141
Kegiatan Supervisi Observasi dan Kunjungan Kelas oleh Pengawas PAI
142
Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tesis di Lingkungan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
Penggalian Data dan Observasi Lapangan bersama Pengurus KKG PAI
Kecamatan Banjarejo
(Sekretaris KKG PAI Bapak Marlan, S. Pd.I)
Wawancara dan Observasi Lapangan
bersama Ketua KKG PAI Bapak Drs. HM. Djauhari
143
Pengisian lembar Pedoman Wawancara oleh GPAI
Wawancara bersama Operator Data (Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I),
Guru-guru PAI dan Pengurus KKG PAI Kecamatan Banjarejo
Kabupaten Blora
144
BIOGRAFI PENULIS
Muhammad Abdul Anam lahir di Sarimulyo
Pudak Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora,1
April 1976. Putra Bapak Ngadenan (alm) dan Ibu
Sulastini (alm). Menikah dengan Mubarokah, S.Pd.I
dari Pemalang Jawa Tengah dan dikaruniai tiga
buah hati yang menjadi investasi dunia dan akhirat.
Yaitu; Fatih Alfa Mafaza, Zahira Maulida Syifa,
dan Ahmad Syarif Fatah.
Alamat domisili sekarang
Alamat E-mail
:
:
Ds. Blendung Rt 03 Rw 01 Kecamatan Ulujami
Kabupaten Pemalang.
Pendidikan : - SDN Sarimulyo 1 lulus tahun 1989.
- MTs. Sultan Agung Ngawen Blora lulus 1992.
- MA. Sultan Agung Ngawen Blora lulus 1995.
- Strata-1 Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI
STAIN Kudus lulus tahun 2002.
- Konsentrasi Supervisi Pendidikan di Program
Pascasarjana IAIN Salatiga (Program Beasiswa
bagi Pengawas dan Calon Pengawas PAI 2014)
lulus 2016.