Supervisi Pendidikan Dan Profesionalisme Guru PAI
-
Upload
wahyono-saputro -
Category
Documents
-
view
89 -
download
6
description
Transcript of Supervisi Pendidikan Dan Profesionalisme Guru PAI
-
SERI SUPERVISI2014SUPERVISI PENDIDIKAN
SUPERVISI PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
By. Wahyono Saputro, M. Pd.I.
P A L E M B A N G
-
2Supervisi Pendidikan
Pengertian Supervisi
Secara etimologis supervisi diambil dari kata super dan visi. Kata super artinya
mempunyai kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan
kualitas. Sedangkan kata visi artinya melihat atau menjawab. Mencermati pengertian
supervisi secara etimologis tersebut dapat simpulkan dua hal, yaitu:
Pertama, bahwa dalam pengertian supervisi mengandung sesuatu hal lebih,
baik dalam kedudukan, pangkat dan kualitas. Kedudukan, pangkat dan kualitas
tersebut ditinjau dari sisi subjek yang melakukan aktivitas supervisi. Dalam aktivitas
supervisi diduga terdapat dua pelaku, yang pertama subjek yang melakukan supervisi
dan memiliki otoritas serta wewenang dalam memberikan supervisi terhadap subjek
yang disupervisi. Hal ini mungkin dilakukan oleh subjek pelaku pertama karena atas
dasar kelebihan yang dimilikinya seperti yang telah disebutkan.
Kedua, terdapat aktivitas melihat atau menjawab. Aktivitas melihat yang
dapat dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan alat terhadap subjek
yang disupervisi dan kemudian akan diolah dan diproses sehingga menghasilkan
jawaban yang akan diberikan kepada subjek yang disupervisi yang mungkin saja
memiliki persoalan/permasalahan yang perlu dicarikan soluasinya. Jawaban sebagai
solusi atas persoalan/permasalahan yang diberikan kepada subjek yang disupervisi
tersebut mungkin berupa pembimbingan dan pembinaan dalam bentuk teknis dan
berkaitan dengan persoalan/permasalahan keseharian dari subjek yang disupervisi.
Berkaitan dengan kesimpulan kedua, yakni aktivitas melihat dari pengertian
supervisi secara etimologis ini, Shihab (2006, hlm. 144-145) ketika memberikan
analisanya mengenai Al-Bashir/Yang Maha Melihat yang merupakan salah satu dari
sembilan puluh sembilan Al-Asmaul Husna, bahwa kata Al-Bashir/Yang Maha
Melihat, berakar kata pada bashara yang tersusun dari huruf-huruf ba, shad, dan
2
-
3ra, yang dasarnya mengandung dua makna. Pertama, ilmu atau pengetahuan tentang
sesuatu. Dari segi bahasa kata ilm- dalam berbagai bentuknya- mengandung makna
kejelasan. Itu juga sebabnya kata bashiirah yang tersusun dari akar kata yang sama,
diartikan dengan bukti yang sangat jelas dan nyata. Kedua, bermakna kasar, seperti
kata bashrah yang berarti tanah yang kasar, atau juga berarti batu, tetapi yang lunak
dan mengandung warna keputih-putihan. Salah satu kota besar di Irak dinamai
Bashrah karena sifat tanah dan batu-batuannya demikian. Dari kedua makna yang
diuraikan tersebut, makna pertamalah yang memiliki relevansi dengan aktivitas
supervisi secara etimologis, yakni melihat. Melihat merupakan aktivitas pendahuluan
supervisi. Dari aktivitas melihat inilah supervisor (pelaku supervisi) memperoleh
pengetahuan tentang objek yang disupervisi dan pengetahuan mengenai objek yang
disupervisi tersebut yang nantinya akan menjadi bukti yang sangat jelas dan nyata
bagi supervisor (pelaku supervisi) dan kemudian akan dijadikan bahan evaluasi
untuk melakukan aktivitas selanjutnya berkaitan dengan aktivitas pembimbingan dan
pembinaan.
Untuk melakukan aktivitas pembimbingan dan pembinaan tersebut,
supervisor (pelaku supervisi) selayaknya telah akrab dan terbiasa dengan aktivitas
melihat tersebut. Aktivitas melihat yang dilatih dengan baik dan terarah pada
gilirannya akan menjadi sebuah keterampilan dan ikut berkontribusi bagi kompetensi
supervisi seseorang supervisor (pelaku supervisi). Adapun penjelasan mengenai
kompetensi secara umum dan kompetensi profesional, akan dijelaskan pada bagian
yang berkaitan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam (PAI).
Kembali pada aktivitas pembimbingan dan pembinaan yang berkaitan dengan
supervisi. Pengertian yang secara eksplisit menyebutkan pembinaan sebagai
substansi dari supervisi dikemukakan oleh Purwanto (1999, hlm. 26) bahwa supervisi
adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
3
-
4meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik. Pengertian supervisi yang dikemukakan oleh Purwanto ini adalah
pengertian supervisi secara istilah yang menyebutkan pembinaan sebagai inti dari
supervisi. Supervisi tersebut diberikan kepada semua staf sekolah untuk
meningkatkan kemampuan mereka dengan tujuan situasi belajar mengajar/
pembelajaran meningkat lebih baik.
Pendapat lain mengenai pengertian supervisi secara istilah ini dikemukakan
oleh Robbins. Menurut Robbins ( 1996, hlm.39) supervisi adalah suatu proses yang
digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek
tujuan sekolah dan yang bertanggung jawab secara langsung kepada para personalia
yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.
Dalam Dictionary of Education, seperti dikutip Sutisna (1983) memberi
pengertian supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi
pengajaran.
Pada pengertian supervisi yang dikemukakan oleh Robbins, terlihat bahwa
titik fokus supervisi itu adalah proses. Dalam proses tersebut terdapat personalia
yang bertanggung jawab untuk menolong personalia lain untuk menyelesaikan tujuan
sekolah. Adapun pengertian supervisi yang dikutip oleh Sutisna memberikan
pemahaman bahwa titik fokus dari supervisi adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru (secara khusus) dan petugas lain lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, perkembangan karir guru, merevisi (memperbaiki) tujuan-
tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
4
-
5Uraian mengenai tujuan supervisi pendidikan akan dikemukakan pada sub
pembahasan berikut ini.
Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Secara rinci tujuan supervisi
menurut Tannenbaum (1985, hlm. 378), yaitu:
1. meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar;
2. mengendalikan pengajaran bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan;
3. menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil yang oftimal;
4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya;
5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan
kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga
dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.
Peningkatan kualitas dari seorang guru lebih diutamakan dan tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat. Hal ini merupakan suatu proses yang kontinyu
dan bertahap. Ada satu hal yang perlu diketahui dan diperhatikan dengan melakukan
pengawasan yang dilakukan oleh seorang supervisor akan dapat menolong dan dapat
memberikan pengarahan yang lebih jelas bagi peningkatan mutu sekolah.
Menurut Nawawi (1990, hlm. 90) tujuan dari supervisi adalah menilai
kemampuan dari seorang guru sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing-
masing guna membantu mereka melakukan berbagai perbaikan- perbaikan bilamana
diperlukan dengan menunjukkan kekurangan- kekurangannya agar dapat diatasi
dengan usaha sendiri. Pengertian tujuan supervisi yang dikemukakan oleh Nawawi
5
-
6tersebut menekankan pada penilaian kemampuan guru sebagai pendidik dengan cara
mengenali dan mengidentifikasi kekurangan serta kelemahan dalam pelaksanaan
proses pemebelajaran, dan diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajafran.
Dari apa yang dikemukakan di atas bahwa tujuan dari supervisi pendidikan
adalah bagaimana menolong seorang guru dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul dalam pelaksanaan pendidikan. Baik permasalahan yang berhubungan
dengan teknik mengajar maupun permasalahan yang berhubungan dengan kurikulum
dalam proses pengajaran.
Supervisi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran tidak dapat
hanya dilakukan sepihak saja, melainkan lebih mengutamakan kooperatif antara
orang yang melakukan supervisi (supervisor) dengan orang yang menjadi obyek dari
kegiatan supervisi. Keberhasilan dalam proses pendidikan adalah tidak terlepas dari
keberhasilan suatu sistem belajar yang dilaksanakan oleh tenaga kependidikan.
Dalam hal ini harus dipahami bahwa supervisi itu tidak hanya dilakukan
untuk guru saja, melainkan untuk seluruh komponen yang terlibat dalam suatu
lembaga pendidikan. Dengan demikian, ditinjau dari orang-orang yang mendapatkan
pengawalan, supervisi merupakan proses belajar yang menghasilkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan kerja yang baru. Dengan kata lain, supervisi pendidikan
bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku para petugas
sekolah sebagai tenaga kependidikan yang profesional.
Prinsip-Prinsip Supervisi
Seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam
melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi berikut :
1. Ilmiah (Scientific), yang mencakup unsur-unsur :
6
-
71) Sistematis, dilaksanakan secara teratur, terprogram dan berkesinambungan.
2) Obyektif, berdasar pada data/informasi dan bebas dari prasangka.
3) Menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberi data/ impormasi sebagai
bahan untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
4) Demokratis, yaitu menjunjung tinggi musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan
yang kuat serta sanggup menerima dan menghormati pendapat orang lain.
2. Kooperatif, seluruh staf dapat bekerjasama, mengembangkan usaha bersama untuk
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
3. Konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk
aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik, dan menciptakan
suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan petensi-
potensinya (Fattah 1996, hlm. 95).
Dengan memahami arti dan prinsip-prinsip supervisi tersebut, maka supervisi
akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan dari supervisipun
akan tercapai, yakni peningkatan mutu proses belajar mengajar.
Kepengawasan
Kepengawasan adalah aktivitas yang berkaitan dengan mengawas yang meliputi
siapa pelaku dan siapa yang diawasi, dimana, kapan, dan mengapa dilakukan.
Secara etimologis pengawasan disamakan dengan supervisi. Dalam An English-
Indonesian and Indonesian-English dijumpai makna kata supervision adalah kata
benda yang berarti pengawasan (Setiawan, 2007). Dalam bahasa Arab (Al- Munjid fii
al-Lughah wa al- Alaam), di jumpai kata Ar- Riqbah yang berarti
penjagaan/pemeliharaan dari kata raqaba, yarqubu, ruquuban- raquuban-
raqaabatan- riqbaanan- riqbatan- raqbatan (Karim Al-Bustaani, 1987, hlm. 284)
7
-
8dan pelaku dari pengawasan tersebut disebut ar- Raqiib yang memiliki bentuk
plural/jamanya ruqabaa.
Kata ar- Raqiib memiliki akar kata ra, qaf, dan ba makna dasarnya adalah
tampil tegak lurus untuk memelihara sesuatu. Pengawas adalah raqiib, karena dia
tampil memerhatikan dan mengawasi untuk memelihara yang diawasi. Siapa yang
memelihara sesuatu dan tidak lengah terhadapnya, memerhatikannya dengan
perhatian bersinambung, menjadikan yang disaksikan bila dilarang melakukan
sesuatu, tidak akan melakukannya, maka siapa yang yang demikian itu halnya
dinamai raqiib. Karena sifat ini berkaitan erat dengan ilmu serta pemeliharaan, tetapi
dari sisi bahwa hal tersebut terlaksana secara bersinambung, demikian menurut Imam
Ghazali seperti dikutip Shihab (Shihab 2006, hlm. 215-216).
Dalam Al-Quran, istilah raqiib dikenalkan pada sejumlah ayat. Ditemukan lima
kali kata raqiib, tiga diantaranya menjadi sifat Allah, dan dua lainnya, masing-
masing satu bagi malaikat pengawas serta pencatat ucapan manusia.
Ketiga kata raqiib dan menjadi sifat Allah yang terdapat dalam ayat Al-
Quran adalah sebagai berikut:
Ayat pertama
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Q.S. An-Nisa (4): 1.
Ibnu Katsir menafsirkan kata Raqiiba yaitu1
1 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Ibnu Katsir (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
8
-
9 } : Dia (Allah) lah yang mengawasi semua kondisi dan perbuatanmu. Thabari
menafsirkan kata Raqiiba yaitu2
{ : ,
Sebagai /penjaga, penilai semua amal perbuatanmu. Mujahid seperti dikutip
Thabari dan Qurthubi3 menafsirkan kata Raqiiba dengan makna yang sama yakni
sebagai /penjaga:
} : , , : , : ,
:
Artinya: telah menceritakan kepadaku Al-Mutsanna ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hudzaifah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sibl, dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujahid: Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu, yaitu /penjaga:
Ayat kedua
Artinya: tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu. Q.S. Al-Ahzaab (33): 52.
2 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Thabari (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
3 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Qurthubi (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
9
-
10
Pakar tafsir Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al-Ahzaab (33): 52 dengan
makna /penjaga. Demikian pula pendapat Al-Hasan dan Qatadah manafsirkan
kata Raqiib dengan makna /penjaga seperti dikutip Thabari berikut:
, : , : , : ,
.
Telah menceritakan kepada kami Basyar ia berkata: Yazid telah menceritakan kepada
kami ia berkata, telah menceritakan kepada kami Said, dari Qatadah: Dan adalah
Allah Maha mengawasi segala sesuatu, yaitu menjaga/memelihara (Menurut
pendapat Al-Hasan dan Qatadah).
Ayat ketiga
)117(
)118 )
Artinya: aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.Jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S.Al-Maidah (5):117-118
Para mufassir seperti Baghawi4 menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al-
Maidah (5):117-118 yakni
" " "4 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Baghawi (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
10
-
11
Engkau adalah Yang mengawasi mereka, menjaga mereka, dan memelihara
semua amal perbuatan mereka. Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al-
Maidah (5):117-118 yakni
: ,
Engkau (Allah) lah yang mengawasi mereka. Ia (Nabi Isa. As.) berkata: dan
Engkau adalah Maha menyaksikan atas mereka bukan aku, karena aku hanya
menyaksikan sebagian dari amal perbuatan mereka dan aku berada di belakang
mereka. Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al- Maidah (5):117-118 yakni
" "" "
Kata "" Ar-Raqiib merupakan khabar dari "" yang maknanya
Yang Memelihara/ Menjaga mereka serta Yang Maha Alim akan prihal dan Maha
Menyaksikan semua perbuatan mereka. Dan asal makna yaitu
penjagaan/pemeliharaan.
Kedua ayat tersebut, yakni Q.S. An-Nisa (4): 1, Q.S. Al-Ahzaab (33): 52,
menyebutkan kata Raqiib yang merupakan sifat Allah dan dalam konteks tuntunan
menyangkut kehidupan rumah tangga serta perlunya hubungan silaturrahim. Adapun
Q.S.Al-Maidah (5):117-118 menggunakan kata Raqiiba juga memberi kesan
pemeliharaan dan pengampunan sebagaimana jawaban Nabi Isa as. yang diabadikan
Al-Quran ketika Allah bertanya kepadanya tentang Trinitas yang dianut umatnya.
Sedangkan kedua ayat selebihnya yakni pada Q.S. Qaf (50): 18 menyebutkan
kata Raqiib berkaitan dengan aktivitas malaikat pengawas yang mencatat ucapan
setiap manusia dan pada Q.S. Hud (11): 93 berkaitan dengan Nabi Syuaib as. yang
11
-
12
menjadi Raqiib terhadap kaumnya. Berikut ini ayat yang menyebutkan aktivitas
malaikat pengawas yang mencatat ucapan setiap manusia.
)18 )
Artinya: tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. Q.S. Qaf (50): 18.
Pakar tafsir Ibnu Katsir menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50): 18,
yaitu
{ } }
dalam susunan { } yakni melainkan baginya (perkataan) terdapat
malaikat yang mengawasi dan mencatat hal tersebut, tak ada yang tertinggal walau
satu kata dan tidak pula satu gerakan. Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S.
Qaf (50): 18, yaitu ketika sampai pada:
: , : :
, , .
Dan firman-Nya , tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir, yaitu semua yang
dikatakan/diucapkan oleh manusia, terdapat malaikat Raqiib-Atiid, yaitu malaikat
yang bertugas menjaganya (memelihara). Syanqithy5 menafsirkan kata Raqiib pada
Q.S. Qaf (50) sebagai berikut,
..
5 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Syanqithy (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
12
-
13
Yaitu malaikat yang memantau bagi semua amal perbuatan (manusia)
memeliharanya, menyaksikannya, tak ada sedikitpun yang terluput dari
pengawasannya. Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50) :
. . :
Mengenai lafadz Raqiib, terdapat tiga pendapat, yang pertama dengan makna
memantau permasalahan-permasalahan, kedua bermakna menjaga/ memelihara (Ini
pendapat As-Sadi), yang ketiga dengan arti penyaksi.
Kemudian ayat yang menyebutkan prihal Nabi Syuaib as. yang menjadi Raqiib
terhadap kaumnya.
)93 )
Artinya: dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."Q.S. Hud (11): 93
Pakar mufassir seperti Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Huud (11):
93 yakni:
, :
Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu. Ia (Syuaib as.) berkata
sesungguhnya aku juga orang yang menunggu akan datangnya adzab tersebut
bersama kalian dan melihat kepada siapa datangnya adzab tersebut di antara kita.
Sementara Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Huud (11): 93 yakni:
" " .
13
-
14
Sesungguhnya aku bersama kalian adalah orang yang menunggu yaitu: maka
aku (Syuaib as.) menunggu pertolongan dan rahmat.
Melalui uraian tentang makna Raqiib di atas dapat disimpulkan bahwa kata
Raqiib mengandung makna memerhatikan , menyaksikan dan
mengawasi 5 untuk memelihara yang diawasi. Perlu pula dicatat bahwa
pengawasan ini bukan bertujuan mencari kesalahan atau menjerumuskan yang
diawasi, tetapi justru sebaliknya, karena itulah yang bisa disimpulkan dari kata
Raqiib secara bahasa seperti yang telah diuraikan, demikian menurut Shihab (2006,
hlm. 216). Hal ini semakna dengan apa yang dikemukakan oleh Bakhtiar (2002,
Hlm. 64) ketika mencermati sifat Allah Yang Maha Mengawasi adalah sifat yang
mengetahui, mengamati, dan mengawasi benda tertentu. Kata ini boleh dibilang
diturunkan dari Maha Mengetahui (Al-Alim) dan Maha Pelestari (Al-Hafizh).
Karena karakteristik seorang pengawas adalah alim yaitu memiliki pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan kepengawasan yang merupakan bekal dan modal
untuk memenuhi tugasnya. Demikian pula seorang pengawas harus memiliki
karakter hafizh, pelestari dan pemelihara agar objek/subjek yang diawasinya
senantiasa dalam keadaan lebih baik dan terus terjadi peningkatan positifnya dari
waktu ke waktu.
Pada uraian selanjutnya akan dikemukakan rincian mengenai kepengawasan
manajerial, pengawasan akademik, beban kerja dan sasaran pengawas/ supervisor,
sasaran pengawasan/ supervisi tugas pokok pengawas/ supervisor, fungsi, dan ruang
ruang lingkupnya.
Kepengawasan Manajerial
Pengawasan manajerial atau supervisi manajerial merupakan dua ranah yang termasuk
ruang lingkup kepengawasan/ supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
14
-
15
sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah
yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan
kompetensi sumber daya tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam melaksanakan
fungsi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai: (a) Fasilitator dalam proses
perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (b) Asesor dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta menganalisis potensi sekolah,(c)
Informan pengembangan mutu sekolah, dan (d) Evaluator terhadap hasil pengawasan.
Pembinaan
1. Tujuan. Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan
pengimplementasian kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
2. Ruang lingkup.
1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan
SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan,
pelaksanakan program, dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
2) Membantu Kepala Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan
merefleksikan hsil-hasilnya dalam upaya penjaminan mutu pendidikan
3) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar
lainnya.
4) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program
bimbingan konseling di sekolah.
5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan
administrasi sekolah (supervisi manajerial), yang meliputi:
15
-
16
(1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah
berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
(2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling
di sekolah
(3) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan reaksi
hasil-hasil yang dicapainya.
Pemantauan
Pemantauan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya
untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.
Penilaian
Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar
nasional pendidikan. Metode kerja yang dilakukan pengawas sekolah antara lain
observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi data, kunjungan kelas,
rapat dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pembinaan.
Untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksankan
tugasnya ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di
KKS/MKKS dan sejenisnya.
2. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.
3. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun
program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah,
dan sistem informasi dan manajemen.
4. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.
16
-
17
5. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/ atau masuk kepala
sekolah oleh setiap pengawas sekolah dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam
satu semester secara berkelompok dalam kegiatan di sekolah binaan KKG/ MGMP/
MGP/ KKKS/ MKKS/ K3SK. Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal dengan baik waktu
maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau
jenis keterampilan dan kompetensi guru yang akan ditingkatkan. Dalam pelatihan ini
diperkenalkan kepada guru hal-hal yang inovatif sesuai dengan tugas pokok guru dalam
pembelajaran/pembimbingan.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru ini dapat berupa
bimbingan teknis, pendampingan, workshop, seminar, dan group conference, yang
ditindaklanjuti dengan kunjungan kelas melalui supervisi akademik.
Selain melaksanakan tugas kepengawasan sesuai dengan ruang lingkup di atas,
setiap pengawas harus melakukan pengembangan profesi yang meliputi:
1. Pembuatan karya tulis dan/ atau karya ilmiah di bidang pendidikan formal/
pengawasan.
2. Penerjemahan/penyaduran buku dan/ atau karya ilmiah di bidang pendidikan
formal/pengawasan.
3. Pembuatan karya inovatif
Kegiatan penunjang tugas pengawas sekolah dapat dilakukan melalui:
1. Peran serta dalam seminar/ loka karya di bidang pendidikan formal/ lepengawasan
sekolah.
2. Keanggotaan dalam organisasi profesi.
3. Keanggotaan dalam tim penilai angka kredit jabatan fungsional Pengawas Sekolah.
17
-
18
Kepengawasan Akademik
Pengawasan akademik adalah fungsi pengawas yang berkenaan dengan aspek
pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembelajaran profesional
guru dalam;
1. Merencanakan pembelajaran,
2. Melaksanakan pembelajaran,
3. Menilai hasil pembelajaran,
4. Membimbing dan melatih peserta didik, dan
5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan beban kerja guru (PP 74/2008).
Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap
muka.
Pembinaan
1. Tujuan:
1) Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesionalisme (Tupoksi guru, kompetensi guru, pemahaman
KTSP).
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Penilaian (pola
pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan RPP, pengembangan penilaian,
pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)
3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
2. Ruang Lingkup
1) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun
administrasi perencanaan pembelajaran/program bimbingan.
18
-
19
2) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam
proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan.
3) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan
kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik.
4) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
menggunakan media dan sumber belajar
5) Memberi masukan kepada guru dalam memanfaatkaan lingkungan dan sumber
belajar
6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan
melatih peserta didik.
7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk pembelajaran
8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan.
9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang
dicapainya.
Pemantauan
Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar
penilaian.
1. Penilaian (Kinerja Guru)
1) Merencanakan pembelajaran
2) Melaksanakan pembelajaran
3) Menilai hasil pembelajaran
4) Membimbing dan melatih peserta didik, dan
5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan beban kerja guru.
19
-
20
Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya
ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan guru dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/
MGMP/ MGP dan sejenisnya.
2) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru
3) Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan proesional guru
4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas.
Bidang peningkatan kemampuan profesional guru difokuskan pada pelaksanaan
standar nasional pendidikan, yang meliputi:
1) Kemampuan guru dalam melaksanakan standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan/standar tingkat pencapaian perkembangan (bagi TK), dalam
kerangka pengembangan KTSP,
2) Pembelajaran yang Pembelajaraan Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) termasuk penggunaan media yang relevan,
3) Pengembangan bahan ajar
4) Penilaian proses dan hasil belajar
5) Penelitan tindakan kelas untuk perbaikan/pengembangan metode pembelajaran.
Beban Kerja dan Sasaran Pengawas/Supervisor
Beban Kerja Pengawas
Beban kerja pengawas sekolah merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang
secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (60 menit)
dalam 1 (satu) minggu melaksanakan kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian, dan
pembimbingan di sekolah binaan.
20
-
21
Beban kerja pengawas sekolah untuk mencapai 37,5 jam per minggu dapat
dipenuhi melalui kegiatan tatap muka dan non tatap muka, seperti contoh pada tabel 1.
Tabel 1Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja
Berdasarkan Kegiatan Tatap Muka dan Non Tatap Muka untuk pengawas
NO
TUGAS POKOK(Pengawas Muda)
TATAP MUKA
NONTATAP MUKA
DISTRIBUSI JAM/MINGGU
1 Menyusun Program
Pengawasan
V 4
2 Melaksanakan pembinaan
guru
V 4
3 Memantau pemenuhan
SNP
V 4
4 Melaksanakan penilaian
kinerja guru
V 4
5 Melaksanakan evaluasi
hasil pelaksanaan program
pengawasan pada sekolah
binaan
V 6
6 Menyusun program
pembimbingan dan
pelatihan profesional guru.
V 6
7 Melaksanakan
pembimbingan dan
pelatihan profesional guru
V 4
8 Mengevaluasi hasil
pembimbingan dan hasil
pelatihan profesional guru
V 5.5
JUMLAH JAM 37.5Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu
21
-
22
Tabel 2Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja dengan 6 (enam) Sekolah Binaan
NO TUGAS POKOK(Pengawas Muda)
Kunjungan Sekolah dan Alokasi Waktu
Non Tatap Muka
JmlTM
A B C D E F
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)A. Penyusunan ProgramBulan ke-...Minggu ke-...
Menyusun dan mengembangkan program kepengawasan
A. Pembinaan (Pengawasan Manajerial dan Pengawasan Akademik)Bulan ke-1Minggu ke-1
Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah: Penyusunan Program Sekolah/Rencana Pengembangan Sekolah/Penyusunan KTSP
Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu
Sasaran Pengawasan/Supervisi
Sasaran pengawasan bagi pengawas sekolah dengan beban kerja 37,3 per minggu
termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan bimbingan di sekolah, yang
diuraikan sebagai berikut:
1) Pengawas Sekolah Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar paling sedikit 10
(sepuluh) satuan pendidikan dan/atau 60 (enampuluh) guru,
2) Pengawas Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan paling sedikit 7 (tujuh) satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh)
guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran;
22
-
23
3) Pengawas Sekolah Luar Biasa paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan dan/atau
40 (empat puluh) guru.
4) Pengawas Bimbingan dan Konseling paling sedikit 40 (empat puluh) guru
Bimbingan dan Konseling. Pada kondisi tertentu, pengawas bimbingan dan
konseling dapat melakukan supervisi manajerial.
5) Untuk daerah khusus (daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan
kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain,
daerah yang mengalami bencana alam, bencana socsal, atau daerah yang berada
dalam keadaan darurat lain), beban kerja pengawas sekolah sebagaimana
dimaksud paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan secara lintas jenis dan
jenjang satuan pendidikan.
Tugas Pokok Pengawas/ Supervisor
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan
akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program
pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi
hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah
khusus. Rincian tugas di atas sesuai dengan jabatan pengawas sekolah sebagai berikut.
1. Pengawas Sekolah Muda
1) menyusun program pengawasan
2) melaksanakan pembinaan guru
3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar penilaian
23
-
24
4) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah
binaan
5) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru
di KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya.
6) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru; dan,
7) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru
2. Pengawas Sekolah Madya
1) menyusun program pengawasan
2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah
3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan
4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah
5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah
binaan
6) menyusun pprogram pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya.
7) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala
sekolah
8) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun
program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan
sekolah, dan sisitem informasi dan manajemen.
9) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah
10) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok.
24
-
25
3. Pengawas Sekolah Utama
1) menyusun program pengawasan
2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah
3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan
4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah
5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah
binaan
6) mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota
atau provinsi
7) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya.
8) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala
sekolah
9) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun
program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan
sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.
10) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah
11) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok, dan
12) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Sementara menurut buku panduan Kepengawasan Pendidikan yang
diterbitkan Kementerian Agama RI (2005, hlm. 7-8), tugas pokok dan fungsi
Pengawas/Supervisor Pendidikan Agama Islam (PAI):
25
-
26
Tugas Pokok
Sesuai dengan SK MENPAN No. 118/1996 Bab II pasal 3 ayat (1) tertulis bahwa:
Tugas pokok pengawas (Supervisor) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah menilai
dan membina teknis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Umum,
baik negeri maupun swasta, yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawas Pendidikan
Agama Islam (PAI) ini termasuk di dalmnya penyelenggaraan pendidikan di Madrasah.
Adapun bidang pengawasan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum
di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK,
dan SLB dan madrasah secara keseluruhan. Maka tugas pokok pengawasan/supervisi
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum dan madrasah mencakup menilai dan
membina pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tugas pembinaan
dan penilaian ini termasuk pengawasan/supervisi teknis pendidikan dan teknis
administrasi, meliputi:
1. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan pendidikan dan
pengembangan agama Islam dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah.
2. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan guru di madrasah.
3. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tingkatan sekolah/madrasah yang menjadi
tanggung jawabnya.
Fungsi
Fungsi pengawas/supervisor
1. Sebagai alat untuk mempermudah tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam(PAI)
di sekolah umum.
26
-
27
2. Sebagai alat untuk memberikan bimbingan teknis edukatif dan administratif
terhadap Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.
3. Sebagai sumber informasi tentang kondisi obyektif pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam di sekolah umum.
4. Sebagai penyeimbang antara rencana dan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)
yang telah ditetapkan.
5. Sebagai mediator antara Guru Pendidikan Agama Islam dengan kepala sekolah dan
guru mata pelajaran lain di sekolah umum.
6. Fungsi-fungsi di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
daerah masing-masing di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, negeri dan
swasta
Ruang Lingkup Kepengawasan
Ruang lingkup kepengawasan meliputi kepengawasan akademik dan manajerial.
Kepengawasan akademik dan manajerial tersebut tercakup dalam kegiatan;
1. Penyusunan program kepengawasan,
2. Pelaksanaan program pengawasan,
3. Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan,
4. Membimbing dan melatih profesional guru dan/ atau kepala sekolah.
Penyusunan program pengawasan difokuskan pada peningkatan pemenuhan
standar nasional pendidikan. Pelaksanaan program pengawasan meliputi;
1. Melaksanakan pembinaan guru dan atau kepala sekolah,
2. Memantau delapan standar nasional pendidikan, dan
3. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/ atau kepala sekolah. Evaluasi hasil
program pengawasan dimulai dari tingkat sekolah binaan dan tingkat
kabupaten/kota dan tingkat propinsi untuk pengawas PLB.
27
-
28
Kepala Sekolah Sebagai Supervisor.
Kepala sekolah merupakan manajer sekaligus pemimpin di sebuah institusi sekolah.
Sebagai menajer dari sebuah sekolah tentunya kepala sekolah harus akrab dan
terbiasa dengan persoalan yang berkaitan dangan fungsi manajemen, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating).
Sementara sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi individu-
individu sekolah yang berada dalam koordinasinya untuk mencapai visi-misi dan
tujuan yang telah dirumuskan dalam ketiga fungsi manajemen seperti yang telah
disinggung di atas.
Sesuai dengan konteks tulisan bab dua ini, kajian akan difokuskan pada
ketiga fungsi manajemen tersebut berkaitan dengan kompetensi supervisi kepala
sekolah. Kepala sekolah yang sudah terbiasa dengan ketiga fungsi manajemen
tersebut juga akan memahami bahwa dalam melakukan aktivitas supervisi kepala
sekolah harus menyertakan perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan
evaluasi (evaluating). Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
dalam melakukan aktivitas supervisinya tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasiolal (PEREMENDIKNAS) nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April
2007 yang menjadi dasar /konsep aktivitas supervisi kepala sekolah (Aqib, 2008,
hlm. 32). Berikut kompetensi supervisi kepala sekolah tersebut:
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru
28
-
29
Khusus dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai
supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor yang strategis untuk
menentukan keberhasilan suatu sekolah. Oleh karena itu, pembinaan kurikulum harus
diupayakan agar tidak tertinggal zaman serta memenuhi tuntutan masyarakat. Wakil
kepala sekolah atau guru yang ditegaskan sebagai koordinator bidang kurikulum
sekolah harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang memadai di bawah
pengawasan kepala sekolah. Dalam hal ini menurut Subroto (1976, hlm. 50) ada
beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan: a) membimbing guru dalam
memilih metode mengajar yang tepat, b) membimbing dan mengarahkan guru dalam
pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan
kehidupan masyarakat, c) mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk observasi
pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru, d) Pada awal
tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, e) Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum
pelaksanaannya di sekolah. f) Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian
bersama-sama terhadap program sekolah.
Ada banyak teknik supervisi yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan
kemampuan personil sekolah, yaitu:
1. kujungan kelas,
2. observasi kelas,
3. usaha serta kegiatan murid dan guru dalam proses belajar mengajar,
4. arah menggunakan media pengajaran agar tujuan pelajaran dapat tercapai,
5. cara mengorganisir kegiatan belajar mengajar dan faktor penunjang lainnya, e)
percakapan pribadi,
6. saling mengunjungi kelas,
7. menilai diri sendiri,
29
-
30
8. diskusi kelompok.
Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk perpustakaan jabatan
tersendiri yang berisi buku-buku, majalah, brosur dan bahan lainnya yang telah
diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi. Adanya perpustakaan ini akan
sangat memerlukan pengetahuan dan pengalaman guru sehingga ia dapat tumbuh dan
berkembang dalam profesi mengajar.
Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan
pengawasan terhadap guru-guru dan pengawai sekolahnya. Kegiatan supervisi ini
beraneka ragam, mulai dari meneliti gedung sekolah hingga mengrekrut tenaga
pendidikan yang professional dan berusaha untuk mempertinggi semangat bekerja
diantarra bawahanya. Semua itu berfungsi untuk meningkatkan perkembangan sekolah
yang dipimpinnya.
Dengan demikian peranan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi sangatlah
banyak. Karena itu, sebaiknya pelaksanaan semua kegiatan supervisi kepala sekolah
bekerjasama dengan bawahannya sehingga seluruh kegiatan supervisi dapat
dilaksanakan dan berjalan dengan lanccar.
Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi
menurut Purwanto (1999, hlm. 66), yaitu:
1. supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan
dorongan semangat bekerja bagi para pegawai yang dinilai,
2. supervisi hendaknya bersifat sederhana, realistis dan informal dalam
pelaksanaannya,
3. supervisi harus bersifat oobjektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak bersifat
otoriter dan meningkatkan hubungan professional, bukannya berdasarkan hubungan
pribadi atau kekuasaan, kedudukan dan pangkat pribadi.
30
-
31
4. Supervisi bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-hal yang berakibat
buruk.
5. supervisi bersifat korektif, yaitu memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang
ada dan berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.
6. Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi sehingga
mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Apabila hal-hal tersebut di atas dapat diperhatikan dan benar-benar
dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka dapat diharapkan setiap sekolah akan
berangsur-angsur maju dan berkembang menuju tercapai nya tujuan pendidikan.
Namun demikian, tujuan yang diharapkan tersebut tidak akan tercapai bila tidak
didukung oleh faktor kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam
melakukan tugas supervisi, lingkungan masyarakat sekitar sekolah, kecakapan para
pegawai yang ada, kemampuan guru dalam memberikan pelajaran dan sebagainya.
Untuk menjalankan semua kegiatan di atas, seorang kepala sekolah harus
memiliki jiwa kepemimpinan yang demokratis mengenal keadaan guru dan pegawai
lainnya, membangkitkan semangat mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
memberikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk mengembangkan karirnya, dan
menciptakan rasa kekeluargaan di antara mereka.
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru
(Pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama
pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang
pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru bisa
diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, namun tidak dapat
31
-
32
digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, karena itu guru sebagai pelaku
utama pendidikan merupakan pendidik profesional
Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi secara bahasa berasal dari kata kompeten yang memiliki arti wewenang,
cakap, berkuasa untuk memutuskan atau menentukan sesuatu hal (Nirmala dan Pratama
2003, hlm. 222). Menurut Yasyin (1997, hlm. 381) mendefinisikan bahwa kompetensi
adalah pekerjaan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kemampuan
dan keterampilan yang dimilikinya. Pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh
Yasyin tersebut menyebutkan kemampuan dan keterampilan (skill). Yang pertama
berkenaan dengan aspek kemampuan yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor.
Kemampuan tersebut menjadi dasar atau landasan seseorang untuk melakukan tugas
yang dibebankan kepadanya. Kemampuan ini kemudian yang lazim dikenal dengan
kompetensi. Yang kedua berkenaan dengan aspek keterampilan (skill).
Kompetensi juga diartikan sebagai prilaku, sebagaimana dikemukakan oleh Mc.
Load seperti dikutip oleh Usman (2000, hlm. 14) yaitu perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Pengertian yang dikemukakan oleh Load ini memberikan pemahaman bahwa yang
dimaksud dengan perilaku adalah tindakan yang alami dan manusiawi, dan bukan
perilaku atau tindakan yang supranatural atau magis. Kondisi manusiawi ini dipertegas
dengan kata yang rasional yang mengindikasikan bahwa perilaku yang dimaksud
adalah perilaku alami dan manusiawi.
Al-Quran memperkenalkan istilah kompetensi ini dengan beberapa istilah yaitu,
alim, faqiih, ulul albab dan khabir. Kesemua istilah tersebut mengacu kepada pelaku
dari karakter masing-masing istilah alim, faqiih, ulul albab dan khabir.
32
-
33
Pertama, alim. Kata alim terambil dari akar kata ilm yang menurut pakar
bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa
Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf ain, lam, mim dalam
berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga
tidak menimbulkan keraguan. Misalnya kata alamat yang berarti tanda yang jelas bagi
sesuatu atau jalan yang mengantar seseorang menuju tujuan yang pasti. Ilmu demikian
juga halnya, kata ini diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap
objek.6 Allah swt, dinamai Aliim karena pengetahuan- Nya yang amat jelas sehingga
terungkap bagi-Nya hal-hal yang sekecil apapun. Ayat-ayat Al-Quran yang berbicara
tentang ilmu dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak 854 kali (bersama kata
lain yang semakna).7 Sementara istilah alim dalam Al- Quran ditemukan sebanyak
166 kali. Dari sekian banyak kata Alim yang terdapat dalam Al-Quran tersebut banyak
yang merujuk kepada Allah swt, sebagaimana banyak juga yang menunjuk-Nya dengan
menggunakan redaksi Alam (lebih mengetahui). Banyaknya ayat serta beraneka
ragamnya bentuk yang digunakan itu, menunjukkan betapa luas dan banyak ilmu Allah
swt, demikian uraian Shihab (2006, hlm. 117-118). Berikut sejumlah ayat yang memuat
kata ilm dan Aliim:
Artinya: ....Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu.....Q.S. Al-Anaam (6): 80.
Ayat ke 80 dalam surah Al-Anaam tersebut menyatakan tentang ilmu Allah
yang meliputi seluruh yang wujud.
6 Karim Al-Bustaani, Al- Munjid fii al-Lughah wa al- Alaam, Maktabah Syarqiyyah, Beirut, Libanon, 1987, hlm. 256-257. Lihat juga Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Tariifaat, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1988, hlm. 155-156.
7 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Quran, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Penerbit Mizan, 2008, hlm. 295. Lihat juga M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Penerbit Mizan, 2007, hlm. 599.
33
-
34
)59 )
Artinya: dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" Q.S. Al-Anaam (6): 59.
Ayat ke 59 dalam surah Al-Anaam tersebut menyatakan tentang ilmu Allah
yang meliputi hal-hal yang ghaib, mengetahui apa yang di darat dan laut, gugurnya
daun, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.
)22 )
Artinya: tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Q.S. Al-Hadiid (57): 22.
Ayat ke 22 dalam surah Al-Hadiid tersebut mengungkapkan tentang apapun yang
terjadi, telah diketahui-Nya sebelum terjadinya.
)28(
Artinya: (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Q.S. Adz-Dzariyaat (51): 28.
34
-
35
Ayat ke 28 dalam surah Adz-Dzariyaat tersebut mengungkapkan bahwa manusia
tentu saja dapat meraih ilmu berkat bantuan Allah, bahkan istilah aliim pun dibenarkan
al-Quran untuk disandang manusia, demikian menurut Shihab (2006, hlm. 119).
Dari paparan ayat Al-Quran yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam melakukan hal atau pekerjaan apapun, orang harus memiliki ilmu. Dengan
ilmu yang dimiliki, sesuatu pekerjaan yang akan dikerjakan terlihat jelas bagaimana
serta apa tujuannya sehingga akan efektif dan efisien. Dan Allah yang memiliki sifat
Aliim, patut diteladani oleh seorang muslim dalam berilmu. Manusia hendaknya terus
menerus berupaya menambah ilmunya. Rasul saw, setelah diperintahkan pada wahyu
pertama untuk membaca dan diperintahkan juga untuk berdoa. (Bermohonlah wahai
Muhammad) ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (Q.S. Thoha
[20]: 114.
Kedua, faqiih yang berarti orang yang kuat (kompeten) pemahamannya, pakar
dan cerdas. Kata faqiih terambil dari akar kata fiqh. Berikut derivasi (perubahan
bentuk) kata fiqh dan maknanya. 1) Faqaha-yafquhu-faqhan yang berarti seseorang
mengungguli lawannya dalam pengetahuan seperti dalam kalimat yafquhu ar-Rajula. 2)
Faqiha-yafqahu-faqahan yang berarti dia mengetahui dan (dalam kondisi) mendalami
dalam kalimat alima wa kaana faqiihan. 3) Faquha-yafquhu-faqaahatan yang
memiliki pengertian yang sama dengan nomor dua. 4) Faqqaha-yufaqqihu yang berarti
mengajari dan memberikannya pemahaman. 5) Tafaqqaha ar-Rajulu yang memiliki
pengertian mempelajari fiqih dan saling berdiskusi mengenainya.8
Berkaitan dengan pengertian secara etimologi/bahasa ini, kata fiqih ditemukan
dalam Al-Quran pada ayat-ayat berikut ini:
8 Karim Al-Bustaani, Al- Munjid fii al-Lughah wa al- Alaam, Maktabah Syarqiyyah, Beirut, Libanon, 1987, hlm. 591. Lihat juga Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Tariifaat, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1988, hlm. 168.
35
-
36
Pertama
)27( )28 )Artinya: dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, Q.S. Thoha (20): 27-28.
Ayat 27-28 dari surah Thoha tersebut menurut para pakar tafsir seperti Jalalain
mengartikan yafqahuu dengan yafhamuu (memahami). Thabari, ketika sampai pada
kalimat menafsirkan kata yafqahuu dengan mereka memahamiku mengenai
apa yang aku khutbahkan dan aku tujukan kepada mereka berupa perkataan. Demikian
pula Qurthubi ketika sampa pada kalimat , menafsirkan dengan mereka
melakukan apa yang aku katakan kepada mereka serta memahami.9
Kedua
91. mereka berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah Kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami." Q. S. Hud (11): 91.
Ayat 91 dari surah Hud tersebut menurut para pakar tafsir seperti Baghawi
mengartikan maa nahqahu dengan maa nafhamu, kami (kaum Nabi
Syuaib) tidak memahami banyak hal dari apa yang engkau (Syuaib) katakan. Thabari,
ketika sampai pada kalimat , menafsirkan kata dengan kami (kaun Syuaib) tidak
mengetahui hakikat dari sesuatu yang engkau (Syuaib) katakan dan khabarkan.
Demikian pula Qurthubi ketika sampa pada kalimat maa nahqahu, menafsirkan
dengan kami (kaum Nabi Syuaib) tidak memahami; karena sesungguhnya engkau
(Syuaib) membawa kami kepada persoalan ghaib berupa hari kebangkitan, dan
9 Al-Quran beserta tafsir, Tafsir Jalalain, Thabari, dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
36
-
37
menasehati kami (kaum Nabi Syuaib) dengan sesuatu yang kau (Syuaib) janjikan dan
belum pernah ada sebelumnya.10
Ketiga
)122 )
Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Q.S. At-Taubah (9): 122.
Ayat 122 dari surah At-Taubah tersebut menurut para pakar tafsir seperti Ibnu
Katsir, memahami{ } liyatafaqqahu fiddiin dengan supaya mereka
mempelajari apa-apa yang diturunkan Allah kepada Nabi mereka. Menurut Qurthubi {
} berarti merevisi pandangan serta meyakini apa yang diperlihatkan oleh
Allah kondisi zhahir mengenai kaum musyrikin dan pertolongan agama. 11
Arti memahami, dari kata fiqih dan derivasinya yang merupakan pengertian
secara bahasa pada ketiga ayat Al-Quran tersebut di atas juga dikuatkan oleh hadits
riwayat berikut:
: : : :
:
).
10 Al-Quran beserta tafsir, Tafsir Baghawi, Thabari, dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
11 Al-Quran beserta tafsir, Tafsir Ibnu Katsir dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com
37
-
38
Artinya: Dari Said bin Ufair ia berkata, Ibnu Wahab telah menceritakan kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syihab Ia berkata, Hamid bin Abdurrahman telah berkata, aku mendengar Muawiyah ketika berkhutbah ia berkata, aku mendengar Nabi Muhammad Saw. bersabda:Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, difahamkan ia tentang agama, dan aku (Muhammad) hanya mendistribusikan, sedang Allah Yang memberi, senantiasa umat ini berada dalam perintah-perintah Allah, tidak akan mencelakakan mereka orang yang memusuhi mereka, hingga tiba keputusan Allah (Bukhari).12
Makna pada hadits riwayat di atas berarti difahamkan. Makna faham dalam
konteks hadits riwayat di atas merupakan indikator atau penanda bahwa seseorang
diberikan kebaikan oleh Allah.
Demikian pula, makna faham (fiqih) sebagaimana yang tertera pada ayat dan
hadits tersebut diperkuat oleh pakar ushul fiqih. Abu Zahrah dalam ushul fiqih (1994,
hlm. 1) mengartikan fiqih dengan pemahaman yang mendalam tentang tujuan suatu
ucapan dan perbuatan. Al-Jarjani dalam tariifaat (1988, hlm. 168) mengartikan fiqih
dengan fahmu ghardli al-mutakallimi min kalaamihi yang berarti memahami maksud
tujuan perkataan seseorang. Lebih jauh menurutnya, fiqih merupakan ilmu yang
bersandar pada rasio/akal dan ijtihad serta membutuhkan observasi dan pendalaman.
Sejalan dengan pendapat al-Jarjani tersebut, Syafei dalam Ilmu ushul fiqih (2007, hlm.
18) mengartikan fiqih dengan pemahaman yang mendalam dan membutuhkan
pengerahan potensi akal.
Ketiga, ulul albaab yaitu orang yang terus-menerus meningkatkan kemampuan
berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu. Istilah ulul albab menurut
Shihab adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Tuhan yang tertulis
dalam kitab suci dan atau ayat yang terhampar di alam raya (2008, hlm. 295). Dalam
pengertian tersebut, makna ulul albab sinonim dengan kata cendikiawan. Shihab
12 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, Shahih Bukhari, Mausuah al-Hadiits al-Nabawiy al-Syariif al-Shihhah, wa al-Sunnah wa al- Masaaniid, www.islamspirit.com, Kitab Ilmu, bab (13)
:.Hadits no. 2948, 3442, 6882,7022
38
-
39
mendasarkan pendapatnya tersebut setelah menganalisa sifat dan peranan ulama dan
ulul albab dalam Q.S. Fathir (35) ayat 28 yaitu: dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-
macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun, dan Q.S. Asy-Syuaraa (26) ayat 197 yaitu: dan Apakah tidak cukup
menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?.
Di lain kesempatan, Shihab mendefinisikan ulul albab dengan pemikir-pemikir
yang memiliki kemampuan penganalisaan terhadap masalah-masalah tertentu (2007,
hlm. 610). Dengan pengertian tersebut, pengertian ulul albab sinonim dengan kata
intelektual. Dengan demikian, Shihab menyamakan pengertian cendikiawan, intelektual
dan ulul albab berdasarkan tiga ciri utama yang dimiliki ketiganya yaitu berdzikir,
memikirkan atau mengamati fenomena alam, dan berkreasi. Shihab mendasarkan
pandangannnya tersebut pada Q.S. Ali Imraan (3) ayat 190 sampai 195:
)190(
)191( )192(
)193( )194 )
)
195)Artinya:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
39
-
40
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." Q.S. Ali Imraan (3): 190-195.
Ayat 90 sampai 195 tersebut di atas serta ayat lain yang memuat kata ulul albab
sebanyak 16 kali dalam Al-Quran memiliki relevansi dengan dua tuntutan yang harus
penuhi oleh ulul albab. Kedua tuntutan tersebut pertama, mempelajari kitab suci dalam
rangka memahami, menyebarluaskan, dan menerapkan nilai- nilainya di tengah
masyarakat yang sangat beragam kebutuhan dan problemnya. Kedua, mengamati ayat-
ayat Tuhan di alam raya ini, baik dalam diri manusia secara perseorangan maupun
kelompok, di samping juga mengamati fenomena alam dan kemudian berkreasi (Shihab
2008, hlm. 296). Lebih lanjut menurut Shihab, hal ini berarti bahwa ulul albab harus
selalu memiliki kepekaan terhadap kenyataan-kenyataan alam dan sosial, dan bahwa
peran mereka tidak sekedar merumuskan atau mengarahkan tujuan-tujuan, tetapi juga
sekaligus memberi contoh pelaksanaan dan sosialisasinya.
Keempat Khabiir, adalah isim fail (subjek pelaku) dari fiil (kata kerja) khabara.
Kata-kata yang dirangkai oleh huruf-huruf kha, ba dan ra ini berkisar maknanya pada
dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemahlembutan. Khabara bermakna mengandung
informasi tentang sesuatu, untuk menyatakan bahwa kata khabiir mengandung makna
40
-
41
mengetahui. Apalagi jika memerhatikan penggunaan kata tersebut dalam Al-Quran
yang terulang sebanyak limapuluh (50) kali (Shihab 2006, hlm. 163). Lebih jauh
menurut Shihab, kata khabiir digunakan untuk yang mendalami masalah. Seorang pakar
dalam bidangnya dinamai khabir, karena itu pula kata ini biasa juga digunakan untuk
menunjuk pengetahuan yang mendalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang
tersembunyi. Ia mengutip pendapat Imam Al-Ghazali (Shihab 2006, hlm. 163-164)
untuk memperkuat pendapat tersebut, yaitu khabiir adalah yang tidak tersembunyi bagi-
Nya (Allah) hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan, serta tidak terjadi
sesuatupun dalam keranjaan-Nya (Allah) di dunia maupun di alam raya kecuali
diketahui- Nya; tidak bergerak satu dzarrah (atom) atau diam, tidak bergejolak jiwa,
tidak juga tenang, kecuali ada beritanya di sisi-Nya (Allah). Ayat yang memuat Al-
Khabiir dalam Al-Quran antara lain:
)14 )
Artinya:dan...... tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui. Q.S. Fathir (35): 14.
Terdapat perbedaan makna ketika membahas mengenai Al-Aliim dan Khabiir
dalam konteks Al-Asmaul Husna. Menurut Shihab (2006, hlm. 164) kata Al-Aliim
adalah yang mencakup pengetahuan Tuhan tentang segala sesuatu dari sisi-Nya (Allah),
sedang Al-Khabiir adalah Dia (Allah) yang pengetahuan-Nya (Allah) menjangkau
sesuatu yang diketahui. Di sisi ini penekanannya bukan pada yang mengetahui tetapi
pada sesuatu yang diketahui itu. Dengan demikian, Shihab ingin menegaskan bahwa
pengetahuan Al-Khabiir itu lebih tertuju pada sesuatu yang diketahui atau objeknya,
yaitu sesuatu yang berkaitan dengan aspek lahiriah objek tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat Bakhtiar mengenai sesuatu yang diketahui atau objek, yaitu bahwa
41
-
42
pengetahuan Al-Khabiir berkaitan dengan aspek lahir yang tak diketahui atau tak
disadari (2002, hlm. 58).
Melalui pemaparan ayat-ayat Al-Quran dan uraian serta analisa para pakar
mengenai makna dari alim, faqiih, ulul albab dan khabir dalam konteks kompetensi
dan profesional, dapat disimpulkan bebarapa poin yaitu:
1. Kata ilm (masdar) digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian
jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Demikian juga halnya, kata ini
diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap objek. Subjek pelaku
ilm tersebut disebut aliim. Kata Aliim digunakan sebagai kata sifat oleh Allah
Swt, dengan lafadz Al-Aliim (Yang Maha Mnegetahui) dan juga digunakan dalam
konteks manusia seperti tercantum pada Q.S. Adz-Dzariyaat (51): 28. Dan dalam
hal ini ilm (pengetahuan) menjadi modal atau bekal utama dari kompetensi
seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
2. Kata fiqh (masdar) adalah pemahaman yang mendalam dan membutuhkan
pengerahan potensi akal. Subjek pelakunya disebut faqiih dan hanya digunakan
konteks manusia dalam kapasitasnya sebagai ahli dalam bidang tertentu, misalnya
Agama. Kata fiqh merujuk aspek kognitif yang harus dimiliki seseorang yang
berkompetensi.
3. Ulul albaab yaitu orang yang terus-menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya
untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu dan sesuatu tersebut dapat
berbentuk pengetahuan tentang ayat-ayat Tuhan yang tertulis dalam kitab suci dan
atau ayat yang terhampar di alam raya. Ulul albab harus selalu memiliki kepekaan
terhadap kenyataan-kenyataan alam dan sosial, dan bahwa peran mereka tidak
sekedar merumuskan atau mengarahkan tujuan-tujuan, tetapi juga sekaligus
memberi contoh pelaksanaan dan sosialisasinya.
42
-
43
4. Khabara (kata kerja) bermakna mengandung informasi tentang sesuatu, untuk
menyatakan bahwa kata khabiir (subjek pelaku) mengandung makna mengetahui
dan lebih tertuju pada sesuatu yang diketahui atau objeknya, yaitu sesuatu yang
berkaitan dengan aspek lahir yang tak diketahui atau tak disadari.
Sementara dalam Undang- Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan (Mulyasa 2008, hlm. 25). Pengertian yang mirip
juga dikemukakan oleh Kunandar (2007, hlm. 52), yaitu ketika mendefinisikan
kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga dia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pendapat para pakar mengenai pengertian kompetensi, dapat
dimengerti bahwa kompetensi adalah suatu kewenangan atau kekuasaan untuk
menentukan sesuatu hal yang menjadi wewenangnya. Konsep kompetensi dapat dipakai
untuk menunjukkan kepada suatu proses yang dinamis dimana pekerjaan-pekerjaan
mengubah sifat-sifat yang esensial ke arah suatu profesi.
Dalam konteks profesi guru, kompetensi mengandung arti kemampuan
seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab
dan layak atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya (Usman 2000, hlm. 14). Dengan demikian kompetensi guru diartikan
sebagai seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat
mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif (Kunandar 2007, hlm. 55). Namun, jika
pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan pendidikan agama Islam yakni
pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai
ketentraman batin dan kesehatan mental pada umumnya, maka kompetensi guru
43
-
44
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah kewenangan untuk menentukan arah, pola dan
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di
sekolah tempat guru itu mengajar (Daradjat 1995, hlm. 95). Lebih jauh menurut
Daradjat, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di samping melaksankan tugas
pengajaran dan memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas
pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan
akhlak serta menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan para peserta didik (1995,
hlm. 99).
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru
yang sehari-hari menangani benda hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan
berbagai karakteristik yang masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru
menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya,
sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi.
Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional
dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh Ace Suryani
menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu:
pertama, kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana terukur dari
ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan. Kedua, upaya
profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar,
pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional
(teachers time), sebagaimana terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta
lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match),
sebagaimana terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan
spesialisasinya atau tidak, serta kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity)
sebagaimana terukur dari upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan
yang rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan
44
-
45
bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi
sambilan.
Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru
profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan,
ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan
manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami
potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu
mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan
meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Mutlak dilakukan ketika awal menjadi guru adalah memahami tujuan umum
pendidikan, mamahami karakter siswa dengan berbagai perbedaan yang melatar
belakanginya. Sangatlah penting untuk memahami bahwa siswa balajar dalam berbagai
cara yang berbeda, beberapa siswa merespon pelajaran dalam bentuk logis, beberapa
lagi belajar dengan melalui pemecahan masalah (problem solving), beberapa senang
belajar sendiri daripada berkelompok.
Cara belajar siswa yang berbeda-beda, memerlukan cara pendekatan
pembelajaran yang berbeda. Guru harus mempergunakan berbagai pendekatan agar
anak tidak cepat bosan. Kemampuan guru untuk melakukan berbagai pendekatan dalam
belajar perlu diasah dan ditingkatkan. Jangan cepat merasa puas setelah mengajar, tetapi
lihat hasil yang didapat setelah mengajar. Sudahkah sesuai dengan tujuan umum
pendidikan. Perlu juga dipelajari penjabaran dari kurikulum ang dipergunakan agar
yang diajarkan ketika di kelas tidak melenceng dari kurikulum yang sudah ditentukan.
Guru juga perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang psikologi
pendidikan dalam menghadapai siswa yang berneka ragam. Karena tugas guru tidak
hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik yang akan membentuk jiwa
45
-
46
dan kepribadian siswa. Maju dan mundur sebuah bangsa tergantung pada keberhasilan
guru dalam mendidik siswanya.
Pemerintah juga harus senantiasa memperhatikan tingkat kesejahteraan guru,
karena mutlak diperlukan kondisi yang sejahtera agar dapat bekerja secara baik dan
meningkatkan profesionalisme. Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru
bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di negara-negara maju. Seperti
Amerika Serikat, isu tentang profesionalisme guru ramai dibicarakan pada pertengahan
tyahun 1980-an. Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership
edisi Maret 1933 menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional.
Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut
memiliki lima hal, yakni:
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini meryupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik
evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampau tes hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan
refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari
pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk
dampaknya pada proses belajar siswa.
5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya (Supriadi, 1999, hlm.
98).
46
-
47
Dalam konteks yang aplikatif, kemampuan professional guru dapat diwujudkan
dalam penguasaan sepuluh kompetensi guru, yang meliputi:
1. Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, b)
menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
2. Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan
pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran yang tepat, c)
melaksanakan program belajar-mengajar, d) mengenal kemampuan anak didik.
3. Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran, b)
menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.
4. Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal, memilih dan menggunakan
media, b) membuat alat bantu yang sederhana, c) menggunakan perpustakaan
dalam proses belajar-mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program
pengenalan lapangan.
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
6. Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi:
a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling,
b) menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran (Suryasubrata 1997, hlm. 4-5).
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Guru (kata benda) adalah orang yang pekerjaannya (mata pencariannya, profesinya)
mengajar (KBBI offline Versi 1.2. http://ebsoft.web.id). Selanjutnya, Vembriarto
47
-
48
mengartikan guru sebagai pendidik profesional di sekolah dengan tugas utama mengajar
(1994, hlm. 21). Dalam bahasa Arab sebutan guru dikenal dengan beberapa istilah,
seperti al-alim (jamaknya ulama) yang berarti orang yang mengetahui atau al-
muallim, yang berarti guru. Selain itu ada pula yang menggunakan istilah al-mudarris
untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran (Ali dan Muhdlor,
1998, hlm. 1769). Selain itu terdapat pula istilah ustadz yang sepadan dengan kata
al-alim yang berarti orang yang pandai atau cendikia (al- Munawwir 1997, hlm. 398).
Menurut beberapa ahli, guru adalah orang yang terhormat di masyarakat,
memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, melaksanakan pendidikan pada tempat-
tempat tertentu secara formal maupun tidak formal (Djamarah 2010, hlm. 31). Guru
merupakan pendidik profesional yang secara definisi sebutan guru dalam Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) termasuk
dalam genus pendidik (Danim 2010, hlm. 17).
Guru juga diartikan sebagai suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat digantikan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan (Uno 2011, hlm. 15). Menurut Uno, guru perlu mengetahui dan dapat
menerapkan prinsip-prinsip mengajar agar guru dapat melaksanakan tugas mendidik
dan mengajar secara profesional.
Ada juga yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang dipanggil guna
mendampingi siswa untuk/ dalam belajar. Karena itu guru dituntut untuk selalu mencari
tahu bagaimana seharusnya siswa dapat belajar, kendala- kendala apa yang menghambat
mereka belajar, dan mencarikan solusi sehingga hambatan-hambatan belajar siswa
tersebut dapat teratasi (Kunandar 2007, hlm. 48).
Pendapat lain menyatakan, guru adalah orang yang mempunyai banyak tugas.
Setidaknya ada tiga bidang tugas seorang guru, yakni tugas dalam bidang profesi yang
menuntut keahlian kusus, tugas kemanusiaan yang berkaitan dengan bagaimana guru
48
-
49
sekaligus dapat menjadi orangtua kedua siswa, dan tugas kemasyarakatan yang
berkaitan dengan keteladanan guru di masyarakat (Usman 2010, hlm. 6).
Menurut Usman seperti dikutip Muhaimin (2011, hlm. 181) mengatakan bahwa
guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Lebih jauh menurut Usman, suatu profesi
memiliki persyaratan tertentu, yaitu:
1. menuntut adanya keterampilan yang mendasarkan pada konsep dan teori ilmu
pengerahuan yang mendasar;
2. menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya;
3. menuntut tingkat pendidikan yang memadai;
4. menuntut adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakan;
5. memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan;
6. memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;
7. memiliki objek tetap seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan peserta didiknya,
dan;
8. diakui masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama
lain dala hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan kesatuan nasional (GBPP SMU, 1995, hlm. 1).
Dari definisi di atas profesionalisme guru pendidikan agama Islam adalah guru
yang terdidik, telatih dan ahli di bidang pendidikan agama Islam yang mampu
49
-
50
menjadikan siswa-siswi memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam itu
sendiri. Sehingga akan berimbas kepada kehidupan sehari- hari baik itu hubungan
dengan Allah maupun hubungan dengan manusia yang didalamnya terdapat orang tua,
guru, teman dan orang-orang yang hidup disekitarnya.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah bahwa Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk :
1. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang