Supervisi Pendidikan Dan Profesionalisme Guru PAI

59
SERI SUPERVISI 2014 SUPERVISI PENDIDIKAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM By. Wahyono Saputro, M. Pd.I. PALEMBANG

description

Teori supervisi pendidikan, pengawasan, dan profesionalisme guru PAI

Transcript of Supervisi Pendidikan Dan Profesionalisme Guru PAI

  • SERI SUPERVISI2014SUPERVISI PENDIDIKAN

    SUPERVISI PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    By. Wahyono Saputro, M. Pd.I.

    P A L E M B A N G

  • 2Supervisi Pendidikan

    Pengertian Supervisi

    Secara etimologis supervisi diambil dari kata super dan visi. Kata super artinya

    mempunyai kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan

    kualitas. Sedangkan kata visi artinya melihat atau menjawab. Mencermati pengertian

    supervisi secara etimologis tersebut dapat simpulkan dua hal, yaitu:

    Pertama, bahwa dalam pengertian supervisi mengandung sesuatu hal lebih,

    baik dalam kedudukan, pangkat dan kualitas. Kedudukan, pangkat dan kualitas

    tersebut ditinjau dari sisi subjek yang melakukan aktivitas supervisi. Dalam aktivitas

    supervisi diduga terdapat dua pelaku, yang pertama subjek yang melakukan supervisi

    dan memiliki otoritas serta wewenang dalam memberikan supervisi terhadap subjek

    yang disupervisi. Hal ini mungkin dilakukan oleh subjek pelaku pertama karena atas

    dasar kelebihan yang dimilikinya seperti yang telah disebutkan.

    Kedua, terdapat aktivitas melihat atau menjawab. Aktivitas melihat yang

    dapat dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan alat terhadap subjek

    yang disupervisi dan kemudian akan diolah dan diproses sehingga menghasilkan

    jawaban yang akan diberikan kepada subjek yang disupervisi yang mungkin saja

    memiliki persoalan/permasalahan yang perlu dicarikan soluasinya. Jawaban sebagai

    solusi atas persoalan/permasalahan yang diberikan kepada subjek yang disupervisi

    tersebut mungkin berupa pembimbingan dan pembinaan dalam bentuk teknis dan

    berkaitan dengan persoalan/permasalahan keseharian dari subjek yang disupervisi.

    Berkaitan dengan kesimpulan kedua, yakni aktivitas melihat dari pengertian

    supervisi secara etimologis ini, Shihab (2006, hlm. 144-145) ketika memberikan

    analisanya mengenai Al-Bashir/Yang Maha Melihat yang merupakan salah satu dari

    sembilan puluh sembilan Al-Asmaul Husna, bahwa kata Al-Bashir/Yang Maha

    Melihat, berakar kata pada bashara yang tersusun dari huruf-huruf ba, shad, dan

    2

  • 3ra, yang dasarnya mengandung dua makna. Pertama, ilmu atau pengetahuan tentang

    sesuatu. Dari segi bahasa kata ilm- dalam berbagai bentuknya- mengandung makna

    kejelasan. Itu juga sebabnya kata bashiirah yang tersusun dari akar kata yang sama,

    diartikan dengan bukti yang sangat jelas dan nyata. Kedua, bermakna kasar, seperti

    kata bashrah yang berarti tanah yang kasar, atau juga berarti batu, tetapi yang lunak

    dan mengandung warna keputih-putihan. Salah satu kota besar di Irak dinamai

    Bashrah karena sifat tanah dan batu-batuannya demikian. Dari kedua makna yang

    diuraikan tersebut, makna pertamalah yang memiliki relevansi dengan aktivitas

    supervisi secara etimologis, yakni melihat. Melihat merupakan aktivitas pendahuluan

    supervisi. Dari aktivitas melihat inilah supervisor (pelaku supervisi) memperoleh

    pengetahuan tentang objek yang disupervisi dan pengetahuan mengenai objek yang

    disupervisi tersebut yang nantinya akan menjadi bukti yang sangat jelas dan nyata

    bagi supervisor (pelaku supervisi) dan kemudian akan dijadikan bahan evaluasi

    untuk melakukan aktivitas selanjutnya berkaitan dengan aktivitas pembimbingan dan

    pembinaan.

    Untuk melakukan aktivitas pembimbingan dan pembinaan tersebut,

    supervisor (pelaku supervisi) selayaknya telah akrab dan terbiasa dengan aktivitas

    melihat tersebut. Aktivitas melihat yang dilatih dengan baik dan terarah pada

    gilirannya akan menjadi sebuah keterampilan dan ikut berkontribusi bagi kompetensi

    supervisi seseorang supervisor (pelaku supervisi). Adapun penjelasan mengenai

    kompetensi secara umum dan kompetensi profesional, akan dijelaskan pada bagian

    yang berkaitan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

    Kembali pada aktivitas pembimbingan dan pembinaan yang berkaitan dengan

    supervisi. Pengertian yang secara eksplisit menyebutkan pembinaan sebagai

    substansi dari supervisi dikemukakan oleh Purwanto (1999, hlm. 26) bahwa supervisi

    adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat

    3

  • 4meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang

    lebih baik. Pengertian supervisi yang dikemukakan oleh Purwanto ini adalah

    pengertian supervisi secara istilah yang menyebutkan pembinaan sebagai inti dari

    supervisi. Supervisi tersebut diberikan kepada semua staf sekolah untuk

    meningkatkan kemampuan mereka dengan tujuan situasi belajar mengajar/

    pembelajaran meningkat lebih baik.

    Pendapat lain mengenai pengertian supervisi secara istilah ini dikemukakan

    oleh Robbins. Menurut Robbins ( 1996, hlm.39) supervisi adalah suatu proses yang

    digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek

    tujuan sekolah dan yang bertanggung jawab secara langsung kepada para personalia

    yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.

    Dalam Dictionary of Education, seperti dikutip Sutisna (1983) memberi

    pengertian supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam

    memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk

    menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan

    merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi

    pengajaran.

    Pada pengertian supervisi yang dikemukakan oleh Robbins, terlihat bahwa

    titik fokus supervisi itu adalah proses. Dalam proses tersebut terdapat personalia

    yang bertanggung jawab untuk menolong personalia lain untuk menyelesaikan tujuan

    sekolah. Adapun pengertian supervisi yang dikutip oleh Sutisna memberikan

    pemahaman bahwa titik fokus dari supervisi adalah usaha dari petugas-petugas

    sekolah dalam memimpin guru (secara khusus) dan petugas lain lainnya dalam

    memperbaiki pengajaran, perkembangan karir guru, merevisi (memperbaiki) tujuan-

    tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

    4

  • 5Uraian mengenai tujuan supervisi pendidikan akan dikemukakan pada sub

    pembahasan berikut ini.

    Tujuan Supervisi Pendidikan

    Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik

    melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Secara rinci tujuan supervisi

    menurut Tannenbaum (1985, hlm. 378), yaitu:

    1. meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar;

    2. mengendalikan pengajaran bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan

    ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan;

    3. menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil yang oftimal;

    4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya;

    5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan

    kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga

    dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.

    Peningkatan kualitas dari seorang guru lebih diutamakan dan tidak dapat

    dilakukan dalam waktu yang singkat. Hal ini merupakan suatu proses yang kontinyu

    dan bertahap. Ada satu hal yang perlu diketahui dan diperhatikan dengan melakukan

    pengawasan yang dilakukan oleh seorang supervisor akan dapat menolong dan dapat

    memberikan pengarahan yang lebih jelas bagi peningkatan mutu sekolah.

    Menurut Nawawi (1990, hlm. 90) tujuan dari supervisi adalah menilai

    kemampuan dari seorang guru sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing-

    masing guna membantu mereka melakukan berbagai perbaikan- perbaikan bilamana

    diperlukan dengan menunjukkan kekurangan- kekurangannya agar dapat diatasi

    dengan usaha sendiri. Pengertian tujuan supervisi yang dikemukakan oleh Nawawi

    5

  • 6tersebut menekankan pada penilaian kemampuan guru sebagai pendidik dengan cara

    mengenali dan mengidentifikasi kekurangan serta kelemahan dalam pelaksanaan

    proses pemebelajaran, dan diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan

    pembelajafran.

    Dari apa yang dikemukakan di atas bahwa tujuan dari supervisi pendidikan

    adalah bagaimana menolong seorang guru dalam menyelesaikan masalah-masalah

    yang timbul dalam pelaksanaan pendidikan. Baik permasalahan yang berhubungan

    dengan teknik mengajar maupun permasalahan yang berhubungan dengan kurikulum

    dalam proses pengajaran.

    Supervisi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran tidak dapat

    hanya dilakukan sepihak saja, melainkan lebih mengutamakan kooperatif antara

    orang yang melakukan supervisi (supervisor) dengan orang yang menjadi obyek dari

    kegiatan supervisi. Keberhasilan dalam proses pendidikan adalah tidak terlepas dari

    keberhasilan suatu sistem belajar yang dilaksanakan oleh tenaga kependidikan.

    Dalam hal ini harus dipahami bahwa supervisi itu tidak hanya dilakukan

    untuk guru saja, melainkan untuk seluruh komponen yang terlibat dalam suatu

    lembaga pendidikan. Dengan demikian, ditinjau dari orang-orang yang mendapatkan

    pengawalan, supervisi merupakan proses belajar yang menghasilkan pengetahuan,

    sikap dan keterampilan kerja yang baru. Dengan kata lain, supervisi pendidikan

    bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku para petugas

    sekolah sebagai tenaga kependidikan yang profesional.

    Prinsip-Prinsip Supervisi

    Seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam

    melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi berikut :

    1. Ilmiah (Scientific), yang mencakup unsur-unsur :

    6

  • 71) Sistematis, dilaksanakan secara teratur, terprogram dan berkesinambungan.

    2) Obyektif, berdasar pada data/informasi dan bebas dari prasangka.

    3) Menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberi data/ impormasi sebagai

    bahan untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.

    4) Demokratis, yaitu menjunjung tinggi musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan

    yang kuat serta sanggup menerima dan menghormati pendapat orang lain.

    2. Kooperatif, seluruh staf dapat bekerjasama, mengembangkan usaha bersama untuk

    menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

    3. Konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk

    aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik, dan menciptakan

    suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan petensi-

    potensinya (Fattah 1996, hlm. 95).

    Dengan memahami arti dan prinsip-prinsip supervisi tersebut, maka supervisi

    akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan dari supervisipun

    akan tercapai, yakni peningkatan mutu proses belajar mengajar.

    Kepengawasan

    Kepengawasan adalah aktivitas yang berkaitan dengan mengawas yang meliputi

    siapa pelaku dan siapa yang diawasi, dimana, kapan, dan mengapa dilakukan.

    Secara etimologis pengawasan disamakan dengan supervisi. Dalam An English-

    Indonesian and Indonesian-English dijumpai makna kata supervision adalah kata

    benda yang berarti pengawasan (Setiawan, 2007). Dalam bahasa Arab (Al- Munjid fii

    al-Lughah wa al- Alaam), di jumpai kata Ar- Riqbah yang berarti

    penjagaan/pemeliharaan dari kata raqaba, yarqubu, ruquuban- raquuban-

    raqaabatan- riqbaanan- riqbatan- raqbatan (Karim Al-Bustaani, 1987, hlm. 284)

    7

  • 8dan pelaku dari pengawasan tersebut disebut ar- Raqiib yang memiliki bentuk

    plural/jamanya ruqabaa.

    Kata ar- Raqiib memiliki akar kata ra, qaf, dan ba makna dasarnya adalah

    tampil tegak lurus untuk memelihara sesuatu. Pengawas adalah raqiib, karena dia

    tampil memerhatikan dan mengawasi untuk memelihara yang diawasi. Siapa yang

    memelihara sesuatu dan tidak lengah terhadapnya, memerhatikannya dengan

    perhatian bersinambung, menjadikan yang disaksikan bila dilarang melakukan

    sesuatu, tidak akan melakukannya, maka siapa yang yang demikian itu halnya

    dinamai raqiib. Karena sifat ini berkaitan erat dengan ilmu serta pemeliharaan, tetapi

    dari sisi bahwa hal tersebut terlaksana secara bersinambung, demikian menurut Imam

    Ghazali seperti dikutip Shihab (Shihab 2006, hlm. 215-216).

    Dalam Al-Quran, istilah raqiib dikenalkan pada sejumlah ayat. Ditemukan lima

    kali kata raqiib, tiga diantaranya menjadi sifat Allah, dan dua lainnya, masing-

    masing satu bagi malaikat pengawas serta pencatat ucapan manusia.

    Ketiga kata raqiib dan menjadi sifat Allah yang terdapat dalam ayat Al-

    Quran adalah sebagai berikut:

    Ayat pertama

    Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Q.S. An-Nisa (4): 1.

    Ibnu Katsir menafsirkan kata Raqiiba yaitu1

    1 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Ibnu Katsir (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    8

  • 9 } : Dia (Allah) lah yang mengawasi semua kondisi dan perbuatanmu. Thabari

    menafsirkan kata Raqiiba yaitu2

    { : ,

    Sebagai /penjaga, penilai semua amal perbuatanmu. Mujahid seperti dikutip

    Thabari dan Qurthubi3 menafsirkan kata Raqiiba dengan makna yang sama yakni

    sebagai /penjaga:

    } : , , : , : ,

    :

    Artinya: telah menceritakan kepadaku Al-Mutsanna ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hudzaifah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sibl, dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujahid: Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu, yaitu /penjaga:

    Ayat kedua

    Artinya: tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu. Q.S. Al-Ahzaab (33): 52.

    2 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Thabari (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    3 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Qurthubi (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    9

  • 10

    Pakar tafsir Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al-Ahzaab (33): 52 dengan

    makna /penjaga. Demikian pula pendapat Al-Hasan dan Qatadah manafsirkan

    kata Raqiib dengan makna /penjaga seperti dikutip Thabari berikut:

    , : , : , : ,

    .

    Telah menceritakan kepada kami Basyar ia berkata: Yazid telah menceritakan kepada

    kami ia berkata, telah menceritakan kepada kami Said, dari Qatadah: Dan adalah

    Allah Maha mengawasi segala sesuatu, yaitu menjaga/memelihara (Menurut

    pendapat Al-Hasan dan Qatadah).

    Ayat ketiga

    )117(

    )118 )

    Artinya: aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.Jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S.Al-Maidah (5):117-118

    Para mufassir seperti Baghawi4 menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al-

    Maidah (5):117-118 yakni

    " " "4 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Baghawi (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    10

  • 11

    Engkau adalah Yang mengawasi mereka, menjaga mereka, dan memelihara

    semua amal perbuatan mereka. Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al-

    Maidah (5):117-118 yakni

    : ,

    Engkau (Allah) lah yang mengawasi mereka. Ia (Nabi Isa. As.) berkata: dan

    Engkau adalah Maha menyaksikan atas mereka bukan aku, karena aku hanya

    menyaksikan sebagian dari amal perbuatan mereka dan aku berada di belakang

    mereka. Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Al- Maidah (5):117-118 yakni

    " "" "

    Kata "" Ar-Raqiib merupakan khabar dari "" yang maknanya

    Yang Memelihara/ Menjaga mereka serta Yang Maha Alim akan prihal dan Maha

    Menyaksikan semua perbuatan mereka. Dan asal makna yaitu

    penjagaan/pemeliharaan.

    Kedua ayat tersebut, yakni Q.S. An-Nisa (4): 1, Q.S. Al-Ahzaab (33): 52,

    menyebutkan kata Raqiib yang merupakan sifat Allah dan dalam konteks tuntunan

    menyangkut kehidupan rumah tangga serta perlunya hubungan silaturrahim. Adapun

    Q.S.Al-Maidah (5):117-118 menggunakan kata Raqiiba juga memberi kesan

    pemeliharaan dan pengampunan sebagaimana jawaban Nabi Isa as. yang diabadikan

    Al-Quran ketika Allah bertanya kepadanya tentang Trinitas yang dianut umatnya.

    Sedangkan kedua ayat selebihnya yakni pada Q.S. Qaf (50): 18 menyebutkan

    kata Raqiib berkaitan dengan aktivitas malaikat pengawas yang mencatat ucapan

    setiap manusia dan pada Q.S. Hud (11): 93 berkaitan dengan Nabi Syuaib as. yang

    11

  • 12

    menjadi Raqiib terhadap kaumnya. Berikut ini ayat yang menyebutkan aktivitas

    malaikat pengawas yang mencatat ucapan setiap manusia.

    )18 )

    Artinya: tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. Q.S. Qaf (50): 18.

    Pakar tafsir Ibnu Katsir menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50): 18,

    yaitu

    { } }

    dalam susunan { } yakni melainkan baginya (perkataan) terdapat

    malaikat yang mengawasi dan mencatat hal tersebut, tak ada yang tertinggal walau

    satu kata dan tidak pula satu gerakan. Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S.

    Qaf (50): 18, yaitu ketika sampai pada:

    : , : :

    , , .

    Dan firman-Nya , tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya

    melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir, yaitu semua yang

    dikatakan/diucapkan oleh manusia, terdapat malaikat Raqiib-Atiid, yaitu malaikat

    yang bertugas menjaganya (memelihara). Syanqithy5 menafsirkan kata Raqiib pada

    Q.S. Qaf (50) sebagai berikut,

    ..

    5 Al-Quran beserta tafsir, tafsir Syanqithy (Versi off line, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    12

  • 13

    Yaitu malaikat yang memantau bagi semua amal perbuatan (manusia)

    memeliharanya, menyaksikannya, tak ada sedikitpun yang terluput dari

    pengawasannya. Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Qaf (50) :

    . . :

    Mengenai lafadz Raqiib, terdapat tiga pendapat, yang pertama dengan makna

    memantau permasalahan-permasalahan, kedua bermakna menjaga/ memelihara (Ini

    pendapat As-Sadi), yang ketiga dengan arti penyaksi.

    Kemudian ayat yang menyebutkan prihal Nabi Syuaib as. yang menjadi Raqiib

    terhadap kaumnya.

    )93 )

    Artinya: dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."Q.S. Hud (11): 93

    Pakar mufassir seperti Thabari menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Huud (11):

    93 yakni:

    , :

    Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu. Ia (Syuaib as.) berkata

    sesungguhnya aku juga orang yang menunggu akan datangnya adzab tersebut

    bersama kalian dan melihat kepada siapa datangnya adzab tersebut di antara kita.

    Sementara Qurthubi menafsirkan kata Raqiib pada Q.S. Huud (11): 93 yakni:

    " " .

    13

  • 14

    Sesungguhnya aku bersama kalian adalah orang yang menunggu yaitu: maka

    aku (Syuaib as.) menunggu pertolongan dan rahmat.

    Melalui uraian tentang makna Raqiib di atas dapat disimpulkan bahwa kata

    Raqiib mengandung makna memerhatikan , menyaksikan dan

    mengawasi 5 untuk memelihara yang diawasi. Perlu pula dicatat bahwa

    pengawasan ini bukan bertujuan mencari kesalahan atau menjerumuskan yang

    diawasi, tetapi justru sebaliknya, karena itulah yang bisa disimpulkan dari kata

    Raqiib secara bahasa seperti yang telah diuraikan, demikian menurut Shihab (2006,

    hlm. 216). Hal ini semakna dengan apa yang dikemukakan oleh Bakhtiar (2002,

    Hlm. 64) ketika mencermati sifat Allah Yang Maha Mengawasi adalah sifat yang

    mengetahui, mengamati, dan mengawasi benda tertentu. Kata ini boleh dibilang

    diturunkan dari Maha Mengetahui (Al-Alim) dan Maha Pelestari (Al-Hafizh).

    Karena karakteristik seorang pengawas adalah alim yaitu memiliki pengetahuan

    terutama yang berkaitan dengan kepengawasan yang merupakan bekal dan modal

    untuk memenuhi tugasnya. Demikian pula seorang pengawas harus memiliki

    karakter hafizh, pelestari dan pemelihara agar objek/subjek yang diawasinya

    senantiasa dalam keadaan lebih baik dan terus terjadi peningkatan positifnya dari

    waktu ke waktu.

    Pada uraian selanjutnya akan dikemukakan rincian mengenai kepengawasan

    manajerial, pengawasan akademik, beban kerja dan sasaran pengawas/ supervisor,

    sasaran pengawasan/ supervisi tugas pokok pengawas/ supervisor, fungsi, dan ruang

    ruang lingkupnya.

    Kepengawasan Manajerial

    Pengawasan manajerial atau supervisi manajerial merupakan dua ranah yang termasuk

    ruang lingkup kepengawasan/ supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan

    14

  • 15

    sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah

    yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan

    kompetensi sumber daya tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam melaksanakan

    fungsi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai: (a) Fasilitator dalam proses

    perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (b) Asesor dalam

    mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta menganalisis potensi sekolah,(c)

    Informan pengembangan mutu sekolah, dan (d) Evaluator terhadap hasil pengawasan.

    Pembinaan

    1. Tujuan. Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan

    pengimplementasian kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam

    melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan

    (SNP).

    2. Ruang lingkup.

    1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan

    SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan,

    pelaksanakan program, dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan

    Sistem Informasi Manajemen (SIM)

    2) Membantu Kepala Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan

    merefleksikan hsil-hasilnya dalam upaya penjaminan mutu pendidikan

    3) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar

    lainnya.

    4) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program

    bimbingan konseling di sekolah.

    5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan

    administrasi sekolah (supervisi manajerial), yang meliputi:

    15

  • 16

    (1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah

    berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

    (2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling

    di sekolah

    (3) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan reaksi

    hasil-hasil yang dicapainya.

    Pemantauan

    Pemantauan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya

    untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

    Penilaian

    Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar

    nasional pendidikan. Metode kerja yang dilakukan pengawas sekolah antara lain

    observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi data, kunjungan kelas,

    rapat dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam pembinaan.

    Untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksankan

    tugasnya ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah

    dengan tahapan sebagai berikut:

    1. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di

    KKS/MKKS dan sejenisnya.

    2. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.

    3. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun

    program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah,

    dan sistem informasi dan manajemen.

    4. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.

    16

  • 17

    5. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam

    pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah.

    Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/ atau masuk kepala

    sekolah oleh setiap pengawas sekolah dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam

    satu semester secara berkelompok dalam kegiatan di sekolah binaan KKG/ MGMP/

    MGP/ KKKS/ MKKS/ K3SK. Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal dengan baik waktu

    maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau

    jenis keterampilan dan kompetensi guru yang akan ditingkatkan. Dalam pelatihan ini

    diperkenalkan kepada guru hal-hal yang inovatif sesuai dengan tugas pokok guru dalam

    pembelajaran/pembimbingan.

    Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru ini dapat berupa

    bimbingan teknis, pendampingan, workshop, seminar, dan group conference, yang

    ditindaklanjuti dengan kunjungan kelas melalui supervisi akademik.

    Selain melaksanakan tugas kepengawasan sesuai dengan ruang lingkup di atas,

    setiap pengawas harus melakukan pengembangan profesi yang meliputi:

    1. Pembuatan karya tulis dan/ atau karya ilmiah di bidang pendidikan formal/

    pengawasan.

    2. Penerjemahan/penyaduran buku dan/ atau karya ilmiah di bidang pendidikan

    formal/pengawasan.

    3. Pembuatan karya inovatif

    Kegiatan penunjang tugas pengawas sekolah dapat dilakukan melalui:

    1. Peran serta dalam seminar/ loka karya di bidang pendidikan formal/ lepengawasan

    sekolah.

    2. Keanggotaan dalam organisasi profesi.

    3. Keanggotaan dalam tim penilai angka kredit jabatan fungsional Pengawas Sekolah.

    17

  • 18

    Kepengawasan Akademik

    Pengawasan akademik adalah fungsi pengawas yang berkenaan dengan aspek

    pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembelajaran profesional

    guru dalam;

    1. Merencanakan pembelajaran,

    2. Melaksanakan pembelajaran,

    3. Menilai hasil pembelajaran,

    4. Membimbing dan melatih peserta didik, dan

    5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok

    sesuai dengan beban kerja guru (PP 74/2008).

    Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap

    muka.

    Pembinaan

    1. Tujuan:

    1) Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik

    dan kompetensi profesionalisme (Tupoksi guru, kompetensi guru, pemahaman

    KTSP).

    2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar Isi,

    Standar Proses, Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Penilaian (pola

    pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan RPP, pengembangan penilaian,

    pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)

    3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK).

    2. Ruang Lingkup

    1) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun

    administrasi perencanaan pembelajaran/program bimbingan.

    18

  • 19

    2) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam

    proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan.

    3) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan

    kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik.

    4) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru

    menggunakan media dan sumber belajar

    5) Memberi masukan kepada guru dalam memanfaatkaan lingkungan dan sumber

    belajar

    6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan

    melatih peserta didik.

    7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi informasi dan

    komunikasi untuk pembelajaran

    8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk

    perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan.

    9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang

    dicapainya.

    Pemantauan

    Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar

    penilaian.

    1. Penilaian (Kinerja Guru)

    1) Merencanakan pembelajaran

    2) Melaksanakan pembelajaran

    3) Menilai hasil pembelajaran

    4) Membimbing dan melatih peserta didik, dan

    5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok

    sesuai dengan beban kerja guru.

    19

  • 20

    Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya

    ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan guru dengan tahapan sebagai

    berikut:

    1) Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/

    MGMP/ MGP dan sejenisnya.

    2) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru

    3) Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan proesional guru

    4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dalam pelaksanaan

    penelitian tindakan kelas.

    Bidang peningkatan kemampuan profesional guru difokuskan pada pelaksanaan

    standar nasional pendidikan, yang meliputi:

    1) Kemampuan guru dalam melaksanakan standar isi, standar proses, standar

    kompetensi lulusan/standar tingkat pencapaian perkembangan (bagi TK), dalam

    kerangka pengembangan KTSP,

    2) Pembelajaran yang Pembelajaraan Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

    Menyenangkan (PAIKEM) termasuk penggunaan media yang relevan,

    3) Pengembangan bahan ajar

    4) Penilaian proses dan hasil belajar

    5) Penelitan tindakan kelas untuk perbaikan/pengembangan metode pembelajaran.

    Beban Kerja dan Sasaran Pengawas/Supervisor

    Beban Kerja Pengawas

    Beban kerja pengawas sekolah merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang

    secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (60 menit)

    dalam 1 (satu) minggu melaksanakan kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian, dan

    pembimbingan di sekolah binaan.

    20

  • 21

    Beban kerja pengawas sekolah untuk mencapai 37,5 jam per minggu dapat

    dipenuhi melalui kegiatan tatap muka dan non tatap muka, seperti contoh pada tabel 1.

    Tabel 1Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja

    Berdasarkan Kegiatan Tatap Muka dan Non Tatap Muka untuk pengawas

    NO

    TUGAS POKOK(Pengawas Muda)

    TATAP MUKA

    NONTATAP MUKA

    DISTRIBUSI JAM/MINGGU

    1 Menyusun Program

    Pengawasan

    V 4

    2 Melaksanakan pembinaan

    guru

    V 4

    3 Memantau pemenuhan

    SNP

    V 4

    4 Melaksanakan penilaian

    kinerja guru

    V 4

    5 Melaksanakan evaluasi

    hasil pelaksanaan program

    pengawasan pada sekolah

    binaan

    V 6

    6 Menyusun program

    pembimbingan dan

    pelatihan profesional guru.

    V 6

    7 Melaksanakan

    pembimbingan dan

    pelatihan profesional guru

    V 4

    8 Mengevaluasi hasil

    pembimbingan dan hasil

    pelatihan profesional guru

    V 5.5

    JUMLAH JAM 37.5Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu

    21

  • 22

    Tabel 2Contoh Pengaturan Distribusi Beban Kerja dengan 6 (enam) Sekolah Binaan

    NO TUGAS POKOK(Pengawas Muda)

    Kunjungan Sekolah dan Alokasi Waktu

    Non Tatap Muka

    JmlTM

    A B C D E F

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)A. Penyusunan ProgramBulan ke-...Minggu ke-...

    Menyusun dan mengembangkan program kepengawasan

    A. Pembinaan (Pengawasan Manajerial dan Pengawasan Akademik)Bulan ke-1Minggu ke-1

    Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah: Penyusunan Program Sekolah/Rencana Pengembangan Sekolah/Penyusunan KTSP

    Catatan: Jumlah yang dikunjungi minimal 2 sekolah per minggu

    Sasaran Pengawasan/Supervisi

    Sasaran pengawasan bagi pengawas sekolah dengan beban kerja 37,3 per minggu

    termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan bimbingan di sekolah, yang

    diuraikan sebagai berikut:

    1) Pengawas Sekolah Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar paling sedikit 10

    (sepuluh) satuan pendidikan dan/atau 60 (enampuluh) guru,

    2) Pengawas Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Atas/Sekolah Menengah

    Kejuruan paling sedikit 7 (tujuh) satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh)

    guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran;

    22

  • 23

    3) Pengawas Sekolah Luar Biasa paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan dan/atau

    40 (empat puluh) guru.

    4) Pengawas Bimbingan dan Konseling paling sedikit 40 (empat puluh) guru

    Bimbingan dan Konseling. Pada kondisi tertentu, pengawas bimbingan dan

    konseling dapat melakukan supervisi manajerial.

    5) Untuk daerah khusus (daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan

    kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain,

    daerah yang mengalami bencana alam, bencana socsal, atau daerah yang berada

    dalam keadaan darurat lain), beban kerja pengawas sekolah sebagaimana

    dimaksud paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan secara lintas jenis dan

    jenjang satuan pendidikan.

    Tugas Pokok Pengawas/ Supervisor

    Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

    nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka

    Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan

    akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program

    pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar

    Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi

    hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah

    khusus. Rincian tugas di atas sesuai dengan jabatan pengawas sekolah sebagai berikut.

    1. Pengawas Sekolah Muda

    1) menyusun program pengawasan

    2) melaksanakan pembinaan guru

    3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

    standar penilaian

    23

  • 24

    4) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah

    binaan

    5) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru

    di KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya.

    6) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru; dan,

    7) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru

    2. Pengawas Sekolah Madya

    1) menyusun program pengawasan

    2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah

    3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

    standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

    pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

    4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah

    5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah

    binaan

    6) menyusun pprogram pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau

    kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya.

    7) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala

    sekolah

    8) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun

    program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan

    sekolah, dan sisitem informasi dan manajemen.

    9) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau

    kepala sekolah

    10) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok.

    24

  • 25

    3. Pengawas Sekolah Utama

    1) menyusun program pengawasan

    2) melaksanakan pembinaan Guru dan / atau kepala sekolah

    3) memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

    standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

    pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan

    4) melaksanakan penilaian kinerja guru dan /kepala sekolah

    5) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah

    binaan

    6) mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota

    atau provinsi

    7) menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau

    kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya.

    8) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala

    sekolah

    9) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun

    program sekolah, rencana sekolah, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan

    sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.

    10) mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau

    kepala sekolah

    11) membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok, dan

    12) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah

    dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

    Sementara menurut buku panduan Kepengawasan Pendidikan yang

    diterbitkan Kementerian Agama RI (2005, hlm. 7-8), tugas pokok dan fungsi

    Pengawas/Supervisor Pendidikan Agama Islam (PAI):

    25

  • 26

    Tugas Pokok

    Sesuai dengan SK MENPAN No. 118/1996 Bab II pasal 3 ayat (1) tertulis bahwa:

    Tugas pokok pengawas (Supervisor) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah menilai

    dan membina teknis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Umum,

    baik negeri maupun swasta, yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawas Pendidikan

    Agama Islam (PAI) ini termasuk di dalmnya penyelenggaraan pendidikan di Madrasah.

    Adapun bidang pengawasan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah umum

    di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK,

    dan SLB dan madrasah secara keseluruhan. Maka tugas pokok pengawasan/supervisi

    Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum dan madrasah mencakup menilai dan

    membina pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tugas pembinaan

    dan penilaian ini termasuk pengawasan/supervisi teknis pendidikan dan teknis

    administrasi, meliputi:

    1. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan pendidikan dan

    pengembangan agama Islam dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah.

    2. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru Pendidikan

    Agama Islam (PAI) dan guru di madrasah.

    3. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

    Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tingkatan sekolah/madrasah yang menjadi

    tanggung jawabnya.

    Fungsi

    Fungsi pengawas/supervisor

    1. Sebagai alat untuk mempermudah tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam(PAI)

    di sekolah umum.

    26

  • 27

    2. Sebagai alat untuk memberikan bimbingan teknis edukatif dan administratif

    terhadap Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

    3. Sebagai sumber informasi tentang kondisi obyektif pelaksanaan Pendidikan Agama

    Islam di sekolah umum.

    4. Sebagai penyeimbang antara rencana dan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)

    yang telah ditetapkan.

    5. Sebagai mediator antara Guru Pendidikan Agama Islam dengan kepala sekolah dan

    guru mata pelajaran lain di sekolah umum.

    6. Fungsi-fungsi di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

    daerah masing-masing di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, negeri dan

    swasta

    Ruang Lingkup Kepengawasan

    Ruang lingkup kepengawasan meliputi kepengawasan akademik dan manajerial.

    Kepengawasan akademik dan manajerial tersebut tercakup dalam kegiatan;

    1. Penyusunan program kepengawasan,

    2. Pelaksanaan program pengawasan,

    3. Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan,

    4. Membimbing dan melatih profesional guru dan/ atau kepala sekolah.

    Penyusunan program pengawasan difokuskan pada peningkatan pemenuhan

    standar nasional pendidikan. Pelaksanaan program pengawasan meliputi;

    1. Melaksanakan pembinaan guru dan atau kepala sekolah,

    2. Memantau delapan standar nasional pendidikan, dan

    3. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/ atau kepala sekolah. Evaluasi hasil

    program pengawasan dimulai dari tingkat sekolah binaan dan tingkat

    kabupaten/kota dan tingkat propinsi untuk pengawas PLB.

    27

  • 28

    Kepala Sekolah Sebagai Supervisor.

    Kepala sekolah merupakan manajer sekaligus pemimpin di sebuah institusi sekolah.

    Sebagai menajer dari sebuah sekolah tentunya kepala sekolah harus akrab dan

    terbiasa dengan persoalan yang berkaitan dangan fungsi manajemen, yaitu

    perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating).

    Sementara sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi individu-

    individu sekolah yang berada dalam koordinasinya untuk mencapai visi-misi dan

    tujuan yang telah dirumuskan dalam ketiga fungsi manajemen seperti yang telah

    disinggung di atas.

    Sesuai dengan konteks tulisan bab dua ini, kajian akan difokuskan pada

    ketiga fungsi manajemen tersebut berkaitan dengan kompetensi supervisi kepala

    sekolah. Kepala sekolah yang sudah terbiasa dengan ketiga fungsi manajemen

    tersebut juga akan memahami bahwa dalam melakukan aktivitas supervisi kepala

    sekolah harus menyertakan perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating) dan

    evaluasi (evaluating). Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah

    dalam melakukan aktivitas supervisinya tertuang dalam Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasiolal (PEREMENDIKNAS) nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April

    2007 yang menjadi dasar /konsep aktivitas supervisi kepala sekolah (Aqib, 2008,

    hlm. 32). Berikut kompetensi supervisi kepala sekolah tersebut:

    1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan

    profesionalisme guru

    2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan

    dan teknik supervisi yang tepat.

    3. Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan

    profesionalisme guru

    28

  • 29

    Khusus dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai

    supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor yang strategis untuk

    menentukan keberhasilan suatu sekolah. Oleh karena itu, pembinaan kurikulum harus

    diupayakan agar tidak tertinggal zaman serta memenuhi tuntutan masyarakat. Wakil

    kepala sekolah atau guru yang ditegaskan sebagai koordinator bidang kurikulum

    sekolah harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang memadai di bawah

    pengawasan kepala sekolah. Dalam hal ini menurut Subroto (1976, hlm. 50) ada

    beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan: a) membimbing guru dalam

    memilih metode mengajar yang tepat, b) membimbing dan mengarahkan guru dalam

    pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan

    kehidupan masyarakat, c) mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk observasi

    pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru, d) Pada awal

    tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum

    yang berlaku, e) Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum

    pelaksanaannya di sekolah. f) Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian

    bersama-sama terhadap program sekolah.

    Ada banyak teknik supervisi yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan

    kemampuan personil sekolah, yaitu:

    1. kujungan kelas,

    2. observasi kelas,

    3. usaha serta kegiatan murid dan guru dalam proses belajar mengajar,

    4. arah menggunakan media pengajaran agar tujuan pelajaran dapat tercapai,

    5. cara mengorganisir kegiatan belajar mengajar dan faktor penunjang lainnya, e)

    percakapan pribadi,

    6. saling mengunjungi kelas,

    7. menilai diri sendiri,

    29

  • 30

    8. diskusi kelompok.

    Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk perpustakaan jabatan

    tersendiri yang berisi buku-buku, majalah, brosur dan bahan lainnya yang telah

    diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi. Adanya perpustakaan ini akan

    sangat memerlukan pengetahuan dan pengalaman guru sehingga ia dapat tumbuh dan

    berkembang dalam profesi mengajar.

    Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan

    pengawasan terhadap guru-guru dan pengawai sekolahnya. Kegiatan supervisi ini

    beraneka ragam, mulai dari meneliti gedung sekolah hingga mengrekrut tenaga

    pendidikan yang professional dan berusaha untuk mempertinggi semangat bekerja

    diantarra bawahanya. Semua itu berfungsi untuk meningkatkan perkembangan sekolah

    yang dipimpinnya.

    Dengan demikian peranan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi sangatlah

    banyak. Karena itu, sebaiknya pelaksanaan semua kegiatan supervisi kepala sekolah

    bekerjasama dengan bawahannya sehingga seluruh kegiatan supervisi dapat

    dilaksanakan dan berjalan dengan lanccar.

    Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi

    menurut Purwanto (1999, hlm. 66), yaitu:

    1. supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan

    dorongan semangat bekerja bagi para pegawai yang dinilai,

    2. supervisi hendaknya bersifat sederhana, realistis dan informal dalam

    pelaksanaannya,

    3. supervisi harus bersifat oobjektif, tidak mencari-cari kesalahan, tidak bersifat

    otoriter dan meningkatkan hubungan professional, bukannya berdasarkan hubungan

    pribadi atau kekuasaan, kedudukan dan pangkat pribadi.

    30

  • 31

    4. Supervisi bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-hal yang berakibat

    buruk.

    5. supervisi bersifat korektif, yaitu memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang

    ada dan berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.

    6. Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi sehingga

    mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

    Apabila hal-hal tersebut di atas dapat diperhatikan dan benar-benar

    dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka dapat diharapkan setiap sekolah akan

    berangsur-angsur maju dan berkembang menuju tercapai nya tujuan pendidikan.

    Namun demikian, tujuan yang diharapkan tersebut tidak akan tercapai bila tidak

    didukung oleh faktor kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam

    melakukan tugas supervisi, lingkungan masyarakat sekitar sekolah, kecakapan para

    pegawai yang ada, kemampuan guru dalam memberikan pelajaran dan sebagainya.

    Untuk menjalankan semua kegiatan di atas, seorang kepala sekolah harus

    memiliki jiwa kepemimpinan yang demokratis mengenal keadaan guru dan pegawai

    lainnya, membangkitkan semangat mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya,

    memberikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk mengembangkan karirnya, dan

    menciptakan rasa kekeluargaan di antara mereka.

    Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru

    (Pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang

    ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama

    pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang

    pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru bisa

    diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, namun tidak dapat

    31

  • 32

    digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, karena itu guru sebagai pelaku

    utama pendidikan merupakan pendidik profesional

    Kompetensi Profesional Guru

    Kompetensi secara bahasa berasal dari kata kompeten yang memiliki arti wewenang,

    cakap, berkuasa untuk memutuskan atau menentukan sesuatu hal (Nirmala dan Pratama

    2003, hlm. 222). Menurut Yasyin (1997, hlm. 381) mendefinisikan bahwa kompetensi

    adalah pekerjaan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kemampuan

    dan keterampilan yang dimilikinya. Pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh

    Yasyin tersebut menyebutkan kemampuan dan keterampilan (skill). Yang pertama

    berkenaan dengan aspek kemampuan yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor.

    Kemampuan tersebut menjadi dasar atau landasan seseorang untuk melakukan tugas

    yang dibebankan kepadanya. Kemampuan ini kemudian yang lazim dikenal dengan

    kompetensi. Yang kedua berkenaan dengan aspek keterampilan (skill).

    Kompetensi juga diartikan sebagai prilaku, sebagaimana dikemukakan oleh Mc.

    Load seperti dikutip oleh Usman (2000, hlm. 14) yaitu perilaku yang rasional untuk

    mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

    Pengertian yang dikemukakan oleh Load ini memberikan pemahaman bahwa yang

    dimaksud dengan perilaku adalah tindakan yang alami dan manusiawi, dan bukan

    perilaku atau tindakan yang supranatural atau magis. Kondisi manusiawi ini dipertegas

    dengan kata yang rasional yang mengindikasikan bahwa perilaku yang dimaksud

    adalah perilaku alami dan manusiawi.

    Al-Quran memperkenalkan istilah kompetensi ini dengan beberapa istilah yaitu,

    alim, faqiih, ulul albab dan khabir. Kesemua istilah tersebut mengacu kepada pelaku

    dari karakter masing-masing istilah alim, faqiih, ulul albab dan khabir.

    32

  • 33

    Pertama, alim. Kata alim terambil dari akar kata ilm yang menurut pakar

    bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa

    Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf ain, lam, mim dalam

    berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga

    tidak menimbulkan keraguan. Misalnya kata alamat yang berarti tanda yang jelas bagi

    sesuatu atau jalan yang mengantar seseorang menuju tujuan yang pasti. Ilmu demikian

    juga halnya, kata ini diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap

    objek.6 Allah swt, dinamai Aliim karena pengetahuan- Nya yang amat jelas sehingga

    terungkap bagi-Nya hal-hal yang sekecil apapun. Ayat-ayat Al-Quran yang berbicara

    tentang ilmu dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak 854 kali (bersama kata

    lain yang semakna).7 Sementara istilah alim dalam Al- Quran ditemukan sebanyak

    166 kali. Dari sekian banyak kata Alim yang terdapat dalam Al-Quran tersebut banyak

    yang merujuk kepada Allah swt, sebagaimana banyak juga yang menunjuk-Nya dengan

    menggunakan redaksi Alam (lebih mengetahui). Banyaknya ayat serta beraneka

    ragamnya bentuk yang digunakan itu, menunjukkan betapa luas dan banyak ilmu Allah

    swt, demikian uraian Shihab (2006, hlm. 117-118). Berikut sejumlah ayat yang memuat

    kata ilm dan Aliim:

    Artinya: ....Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu.....Q.S. Al-Anaam (6): 80.

    Ayat ke 80 dalam surah Al-Anaam tersebut menyatakan tentang ilmu Allah

    yang meliputi seluruh yang wujud.

    6 Karim Al-Bustaani, Al- Munjid fii al-Lughah wa al- Alaam, Maktabah Syarqiyyah, Beirut, Libanon, 1987, hlm. 256-257. Lihat juga Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Tariifaat, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1988, hlm. 155-156.

    7 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Quran, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Penerbit Mizan, 2008, hlm. 295. Lihat juga M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Penerbit Mizan, 2007, hlm. 599.

    33

  • 34

    )59 )

    Artinya: dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" Q.S. Al-Anaam (6): 59.

    Ayat ke 59 dalam surah Al-Anaam tersebut menyatakan tentang ilmu Allah

    yang meliputi hal-hal yang ghaib, mengetahui apa yang di darat dan laut, gugurnya

    daun, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang

    basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.

    )22 )

    Artinya: tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Q.S. Al-Hadiid (57): 22.

    Ayat ke 22 dalam surah Al-Hadiid tersebut mengungkapkan tentang apapun yang

    terjadi, telah diketahui-Nya sebelum terjadinya.

    )28(

    Artinya: (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Q.S. Adz-Dzariyaat (51): 28.

    34

  • 35

    Ayat ke 28 dalam surah Adz-Dzariyaat tersebut mengungkapkan bahwa manusia

    tentu saja dapat meraih ilmu berkat bantuan Allah, bahkan istilah aliim pun dibenarkan

    al-Quran untuk disandang manusia, demikian menurut Shihab (2006, hlm. 119).

    Dari paparan ayat Al-Quran yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan

    bahwa dalam melakukan hal atau pekerjaan apapun, orang harus memiliki ilmu. Dengan

    ilmu yang dimiliki, sesuatu pekerjaan yang akan dikerjakan terlihat jelas bagaimana

    serta apa tujuannya sehingga akan efektif dan efisien. Dan Allah yang memiliki sifat

    Aliim, patut diteladani oleh seorang muslim dalam berilmu. Manusia hendaknya terus

    menerus berupaya menambah ilmunya. Rasul saw, setelah diperintahkan pada wahyu

    pertama untuk membaca dan diperintahkan juga untuk berdoa. (Bermohonlah wahai

    Muhammad) ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (Q.S. Thoha

    [20]: 114.

    Kedua, faqiih yang berarti orang yang kuat (kompeten) pemahamannya, pakar

    dan cerdas. Kata faqiih terambil dari akar kata fiqh. Berikut derivasi (perubahan

    bentuk) kata fiqh dan maknanya. 1) Faqaha-yafquhu-faqhan yang berarti seseorang

    mengungguli lawannya dalam pengetahuan seperti dalam kalimat yafquhu ar-Rajula. 2)

    Faqiha-yafqahu-faqahan yang berarti dia mengetahui dan (dalam kondisi) mendalami

    dalam kalimat alima wa kaana faqiihan. 3) Faquha-yafquhu-faqaahatan yang

    memiliki pengertian yang sama dengan nomor dua. 4) Faqqaha-yufaqqihu yang berarti

    mengajari dan memberikannya pemahaman. 5) Tafaqqaha ar-Rajulu yang memiliki

    pengertian mempelajari fiqih dan saling berdiskusi mengenainya.8

    Berkaitan dengan pengertian secara etimologi/bahasa ini, kata fiqih ditemukan

    dalam Al-Quran pada ayat-ayat berikut ini:

    8 Karim Al-Bustaani, Al- Munjid fii al-Lughah wa al- Alaam, Maktabah Syarqiyyah, Beirut, Libanon, 1987, hlm. 591. Lihat juga Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Tariifaat, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1988, hlm. 168.

    35

  • 36

    Pertama

    )27( )28 )Artinya: dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, Q.S. Thoha (20): 27-28.

    Ayat 27-28 dari surah Thoha tersebut menurut para pakar tafsir seperti Jalalain

    mengartikan yafqahuu dengan yafhamuu (memahami). Thabari, ketika sampai pada

    kalimat menafsirkan kata yafqahuu dengan mereka memahamiku mengenai

    apa yang aku khutbahkan dan aku tujukan kepada mereka berupa perkataan. Demikian

    pula Qurthubi ketika sampa pada kalimat , menafsirkan dengan mereka

    melakukan apa yang aku katakan kepada mereka serta memahami.9

    Kedua

    91. mereka berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah Kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami." Q. S. Hud (11): 91.

    Ayat 91 dari surah Hud tersebut menurut para pakar tafsir seperti Baghawi

    mengartikan maa nahqahu dengan maa nafhamu, kami (kaum Nabi

    Syuaib) tidak memahami banyak hal dari apa yang engkau (Syuaib) katakan. Thabari,

    ketika sampai pada kalimat , menafsirkan kata dengan kami (kaun Syuaib) tidak

    mengetahui hakikat dari sesuatu yang engkau (Syuaib) katakan dan khabarkan.

    Demikian pula Qurthubi ketika sampa pada kalimat maa nahqahu, menafsirkan

    dengan kami (kaum Nabi Syuaib) tidak memahami; karena sesungguhnya engkau

    (Syuaib) membawa kami kepada persoalan ghaib berupa hari kebangkitan, dan

    9 Al-Quran beserta tafsir, Tafsir Jalalain, Thabari, dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    36

  • 37

    menasehati kami (kaum Nabi Syuaib) dengan sesuatu yang kau (Syuaib) janjikan dan

    belum pernah ada sebelumnya.10

    Ketiga

    )122 )

    Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Q.S. At-Taubah (9): 122.

    Ayat 122 dari surah At-Taubah tersebut menurut para pakar tafsir seperti Ibnu

    Katsir, memahami{ } liyatafaqqahu fiddiin dengan supaya mereka

    mempelajari apa-apa yang diturunkan Allah kepada Nabi mereka. Menurut Qurthubi {

    } berarti merevisi pandangan serta meyakini apa yang diperlihatkan oleh

    Allah kondisi zhahir mengenai kaum musyrikin dan pertolongan agama. 11

    Arti memahami, dari kata fiqih dan derivasinya yang merupakan pengertian

    secara bahasa pada ketiga ayat Al-Quran tersebut di atas juga dikuatkan oleh hadits

    riwayat berikut:

    : : : :

    :

    ).

    10 Al-Quran beserta tafsir, Tafsir Baghawi, Thabari, dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    11 Al-Quran beserta tafsir, Tafsir Ibnu Katsir dan Qurthubi (Versi offline, edisi. 4. 1.) www.islamspirit.com

    37

  • 38

    Artinya: Dari Said bin Ufair ia berkata, Ibnu Wahab telah menceritakan kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syihab Ia berkata, Hamid bin Abdurrahman telah berkata, aku mendengar Muawiyah ketika berkhutbah ia berkata, aku mendengar Nabi Muhammad Saw. bersabda:Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, difahamkan ia tentang agama, dan aku (Muhammad) hanya mendistribusikan, sedang Allah Yang memberi, senantiasa umat ini berada dalam perintah-perintah Allah, tidak akan mencelakakan mereka orang yang memusuhi mereka, hingga tiba keputusan Allah (Bukhari).12

    Makna pada hadits riwayat di atas berarti difahamkan. Makna faham dalam

    konteks hadits riwayat di atas merupakan indikator atau penanda bahwa seseorang

    diberikan kebaikan oleh Allah.

    Demikian pula, makna faham (fiqih) sebagaimana yang tertera pada ayat dan

    hadits tersebut diperkuat oleh pakar ushul fiqih. Abu Zahrah dalam ushul fiqih (1994,

    hlm. 1) mengartikan fiqih dengan pemahaman yang mendalam tentang tujuan suatu

    ucapan dan perbuatan. Al-Jarjani dalam tariifaat (1988, hlm. 168) mengartikan fiqih

    dengan fahmu ghardli al-mutakallimi min kalaamihi yang berarti memahami maksud

    tujuan perkataan seseorang. Lebih jauh menurutnya, fiqih merupakan ilmu yang

    bersandar pada rasio/akal dan ijtihad serta membutuhkan observasi dan pendalaman.

    Sejalan dengan pendapat al-Jarjani tersebut, Syafei dalam Ilmu ushul fiqih (2007, hlm.

    18) mengartikan fiqih dengan pemahaman yang mendalam dan membutuhkan

    pengerahan potensi akal.

    Ketiga, ulul albaab yaitu orang yang terus-menerus meningkatkan kemampuan

    berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu. Istilah ulul albab menurut

    Shihab adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Tuhan yang tertulis

    dalam kitab suci dan atau ayat yang terhampar di alam raya (2008, hlm. 295). Dalam

    pengertian tersebut, makna ulul albab sinonim dengan kata cendikiawan. Shihab

    12 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, Shahih Bukhari, Mausuah al-Hadiits al-Nabawiy al-Syariif al-Shihhah, wa al-Sunnah wa al- Masaaniid, www.islamspirit.com, Kitab Ilmu, bab (13)

    :.Hadits no. 2948, 3442, 6882,7022

    38

  • 39

    mendasarkan pendapatnya tersebut setelah menganalisa sifat dan peranan ulama dan

    ulul albab dalam Q.S. Fathir (35) ayat 28 yaitu: dan demikian (pula) di antara

    manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-

    macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara

    hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

    Pengampun, dan Q.S. Asy-Syuaraa (26) ayat 197 yaitu: dan Apakah tidak cukup

    menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?.

    Di lain kesempatan, Shihab mendefinisikan ulul albab dengan pemikir-pemikir

    yang memiliki kemampuan penganalisaan terhadap masalah-masalah tertentu (2007,

    hlm. 610). Dengan pengertian tersebut, pengertian ulul albab sinonim dengan kata

    intelektual. Dengan demikian, Shihab menyamakan pengertian cendikiawan, intelektual

    dan ulul albab berdasarkan tiga ciri utama yang dimiliki ketiganya yaitu berdzikir,

    memikirkan atau mengamati fenomena alam, dan berkreasi. Shihab mendasarkan

    pandangannnya tersebut pada Q.S. Ali Imraan (3) ayat 190 sampai 195:

    )190(

    )191( )192(

    )193( )194 )

    )

    195)Artinya:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan

    39

  • 40

    sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." Q.S. Ali Imraan (3): 190-195.

    Ayat 90 sampai 195 tersebut di atas serta ayat lain yang memuat kata ulul albab

    sebanyak 16 kali dalam Al-Quran memiliki relevansi dengan dua tuntutan yang harus

    penuhi oleh ulul albab. Kedua tuntutan tersebut pertama, mempelajari kitab suci dalam

    rangka memahami, menyebarluaskan, dan menerapkan nilai- nilainya di tengah

    masyarakat yang sangat beragam kebutuhan dan problemnya. Kedua, mengamati ayat-

    ayat Tuhan di alam raya ini, baik dalam diri manusia secara perseorangan maupun

    kelompok, di samping juga mengamati fenomena alam dan kemudian berkreasi (Shihab

    2008, hlm. 296). Lebih lanjut menurut Shihab, hal ini berarti bahwa ulul albab harus

    selalu memiliki kepekaan terhadap kenyataan-kenyataan alam dan sosial, dan bahwa

    peran mereka tidak sekedar merumuskan atau mengarahkan tujuan-tujuan, tetapi juga

    sekaligus memberi contoh pelaksanaan dan sosialisasinya.

    Keempat Khabiir, adalah isim fail (subjek pelaku) dari fiil (kata kerja) khabara.

    Kata-kata yang dirangkai oleh huruf-huruf kha, ba dan ra ini berkisar maknanya pada

    dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemahlembutan. Khabara bermakna mengandung

    informasi tentang sesuatu, untuk menyatakan bahwa kata khabiir mengandung makna

    40

  • 41

    mengetahui. Apalagi jika memerhatikan penggunaan kata tersebut dalam Al-Quran

    yang terulang sebanyak limapuluh (50) kali (Shihab 2006, hlm. 163). Lebih jauh

    menurut Shihab, kata khabiir digunakan untuk yang mendalami masalah. Seorang pakar

    dalam bidangnya dinamai khabir, karena itu pula kata ini biasa juga digunakan untuk

    menunjuk pengetahuan yang mendalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang

    tersembunyi. Ia mengutip pendapat Imam Al-Ghazali (Shihab 2006, hlm. 163-164)

    untuk memperkuat pendapat tersebut, yaitu khabiir adalah yang tidak tersembunyi bagi-

    Nya (Allah) hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan, serta tidak terjadi

    sesuatupun dalam keranjaan-Nya (Allah) di dunia maupun di alam raya kecuali

    diketahui- Nya; tidak bergerak satu dzarrah (atom) atau diam, tidak bergejolak jiwa,

    tidak juga tenang, kecuali ada beritanya di sisi-Nya (Allah). Ayat yang memuat Al-

    Khabiir dalam Al-Quran antara lain:

    )14 )

    Artinya:dan...... tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui. Q.S. Fathir (35): 14.

    Terdapat perbedaan makna ketika membahas mengenai Al-Aliim dan Khabiir

    dalam konteks Al-Asmaul Husna. Menurut Shihab (2006, hlm. 164) kata Al-Aliim

    adalah yang mencakup pengetahuan Tuhan tentang segala sesuatu dari sisi-Nya (Allah),

    sedang Al-Khabiir adalah Dia (Allah) yang pengetahuan-Nya (Allah) menjangkau

    sesuatu yang diketahui. Di sisi ini penekanannya bukan pada yang mengetahui tetapi

    pada sesuatu yang diketahui itu. Dengan demikian, Shihab ingin menegaskan bahwa

    pengetahuan Al-Khabiir itu lebih tertuju pada sesuatu yang diketahui atau objeknya,

    yaitu sesuatu yang berkaitan dengan aspek lahiriah objek tersebut. Hal ini sejalan

    dengan pendapat Bakhtiar mengenai sesuatu yang diketahui atau objek, yaitu bahwa

    41

  • 42

    pengetahuan Al-Khabiir berkaitan dengan aspek lahir yang tak diketahui atau tak

    disadari (2002, hlm. 58).

    Melalui pemaparan ayat-ayat Al-Quran dan uraian serta analisa para pakar

    mengenai makna dari alim, faqiih, ulul albab dan khabir dalam konteks kompetensi

    dan profesional, dapat disimpulkan bebarapa poin yaitu:

    1. Kata ilm (masdar) digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian

    jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Demikian juga halnya, kata ini

    diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap objek. Subjek pelaku

    ilm tersebut disebut aliim. Kata Aliim digunakan sebagai kata sifat oleh Allah

    Swt, dengan lafadz Al-Aliim (Yang Maha Mnegetahui) dan juga digunakan dalam

    konteks manusia seperti tercantum pada Q.S. Adz-Dzariyaat (51): 28. Dan dalam

    hal ini ilm (pengetahuan) menjadi modal atau bekal utama dari kompetensi

    seseorang dalam melaksanakan tugasnya.

    2. Kata fiqh (masdar) adalah pemahaman yang mendalam dan membutuhkan

    pengerahan potensi akal. Subjek pelakunya disebut faqiih dan hanya digunakan

    konteks manusia dalam kapasitasnya sebagai ahli dalam bidang tertentu, misalnya

    Agama. Kata fiqh merujuk aspek kognitif yang harus dimiliki seseorang yang

    berkompetensi.

    3. Ulul albaab yaitu orang yang terus-menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya

    untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu dan sesuatu tersebut dapat

    berbentuk pengetahuan tentang ayat-ayat Tuhan yang tertulis dalam kitab suci dan

    atau ayat yang terhampar di alam raya. Ulul albab harus selalu memiliki kepekaan

    terhadap kenyataan-kenyataan alam dan sosial, dan bahwa peran mereka tidak

    sekedar merumuskan atau mengarahkan tujuan-tujuan, tetapi juga sekaligus

    memberi contoh pelaksanaan dan sosialisasinya.

    42

  • 43

    4. Khabara (kata kerja) bermakna mengandung informasi tentang sesuatu, untuk

    menyatakan bahwa kata khabiir (subjek pelaku) mengandung makna mengetahui

    dan lebih tertuju pada sesuatu yang diketahui atau objeknya, yaitu sesuatu yang

    berkaitan dengan aspek lahir yang tak diketahui atau tak disadari.

    Sementara dalam Undang- Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

    dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,

    dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam

    melaksanakan tugas keprofesionalan (Mulyasa 2008, hlm. 25). Pengertian yang mirip

    juga dikemukakan oleh Kunandar (2007, hlm. 52), yaitu ketika mendefinisikan

    kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh

    seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga dia dapat melakukan

    perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

    Berdasarkan pendapat para pakar mengenai pengertian kompetensi, dapat

    dimengerti bahwa kompetensi adalah suatu kewenangan atau kekuasaan untuk

    menentukan sesuatu hal yang menjadi wewenangnya. Konsep kompetensi dapat dipakai

    untuk menunjukkan kepada suatu proses yang dinamis dimana pekerjaan-pekerjaan

    mengubah sifat-sifat yang esensial ke arah suatu profesi.

    Dalam konteks profesi guru, kompetensi mengandung arti kemampuan

    seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab

    dan layak atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi

    keguruannya (Usman 2000, hlm. 14). Dengan demikian kompetensi guru diartikan

    sebagai seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat

    mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif (Kunandar 2007, hlm. 55). Namun, jika

    pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan pendidikan agama Islam yakni

    pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai

    ketentraman batin dan kesehatan mental pada umumnya, maka kompetensi guru

    43

  • 44

    Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah kewenangan untuk menentukan arah, pola dan

    pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di

    sekolah tempat guru itu mengajar (Daradjat 1995, hlm. 95). Lebih jauh menurut

    Daradjat, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di samping melaksankan tugas

    pengajaran dan memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas

    pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan

    akhlak serta menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan para peserta didik (1995,

    hlm. 99).

    Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru

    yang sehari-hari menangani benda hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan

    berbagai karakteristik yang masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru

    menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya,

    sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi.

    Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional

    dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh Ace Suryani

    menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu:

    pertama, kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana terukur dari

    ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan. Kedua, upaya

    profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar,

    pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional

    (teachers time), sebagaimana terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta

    lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match),

    sebagaimana terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan

    spesialisasinya atau tidak, serta kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity)

    sebagaimana terukur dari upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan

    yang rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan

    44

  • 45

    bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi

    sambilan.

    Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru

    profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan,

    ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan

    manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami

    potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu

    mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan

    meneliti dan mengembangkan kurikulum.

    Mutlak dilakukan ketika awal menjadi guru adalah memahami tujuan umum

    pendidikan, mamahami karakter siswa dengan berbagai perbedaan yang melatar

    belakanginya. Sangatlah penting untuk memahami bahwa siswa balajar dalam berbagai

    cara yang berbeda, beberapa siswa merespon pelajaran dalam bentuk logis, beberapa

    lagi belajar dengan melalui pemecahan masalah (problem solving), beberapa senang

    belajar sendiri daripada berkelompok.

    Cara belajar siswa yang berbeda-beda, memerlukan cara pendekatan

    pembelajaran yang berbeda. Guru harus mempergunakan berbagai pendekatan agar

    anak tidak cepat bosan. Kemampuan guru untuk melakukan berbagai pendekatan dalam

    belajar perlu diasah dan ditingkatkan. Jangan cepat merasa puas setelah mengajar, tetapi

    lihat hasil yang didapat setelah mengajar. Sudahkah sesuai dengan tujuan umum

    pendidikan. Perlu juga dipelajari penjabaran dari kurikulum ang dipergunakan agar

    yang diajarkan ketika di kelas tidak melenceng dari kurikulum yang sudah ditentukan.

    Guru juga perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang psikologi

    pendidikan dalam menghadapai siswa yang berneka ragam. Karena tugas guru tidak

    hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik yang akan membentuk jiwa

    45

  • 46

    dan kepribadian siswa. Maju dan mundur sebuah bangsa tergantung pada keberhasilan

    guru dalam mendidik siswanya.

    Pemerintah juga harus senantiasa memperhatikan tingkat kesejahteraan guru,

    karena mutlak diperlukan kondisi yang sejahtera agar dapat bekerja secara baik dan

    meningkatkan profesionalisme. Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru

    bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di negara-negara maju. Seperti

    Amerika Serikat, isu tentang profesionalisme guru ramai dibicarakan pada pertengahan

    tyahun 1980-an. Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership

    edisi Maret 1933 menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional.

    Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut

    memiliki lima hal, yakni:

    1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa

    komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

    2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara

    mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini meryupakan dua hal yang tidak

    dapat dipisahkan.

    3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik

    evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampau tes hasil belajar.

    4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari

    pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan

    refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari

    pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk

    dampaknya pada proses belajar siswa.

    5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

    profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya (Supriadi, 1999, hlm.

    98).

    46

  • 47

    Dalam konteks yang aplikatif, kemampuan professional guru dapat diwujudkan

    dalam penguasaan sepuluh kompetensi guru, yang meliputi:

    1. Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, b)

    menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.

    2. Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan

    pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran yang tepat, c)

    melaksanakan program belajar-mengajar, d) mengenal kemampuan anak didik.

    3. Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran, b)

    menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.

    4. Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal, memilih dan menggunakan

    media, b) membuat alat bantu yang sederhana, c) menggunakan perpustakaan

    dalam proses belajar-mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program

    pengenalan lapangan.

    5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.

    6. Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar.

    7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.

    8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi:

    a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling,

    b) menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.

    9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

    10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna

    keperluan pengajaran (Suryasubrata 1997, hlm. 4-5).

    Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Guru (kata benda) adalah orang yang pekerjaannya (mata pencariannya, profesinya)

    mengajar (KBBI offline Versi 1.2. http://ebsoft.web.id). Selanjutnya, Vembriarto

    47

  • 48

    mengartikan guru sebagai pendidik profesional di sekolah dengan tugas utama mengajar

    (1994, hlm. 21). Dalam bahasa Arab sebutan guru dikenal dengan beberapa istilah,

    seperti al-alim (jamaknya ulama) yang berarti orang yang mengetahui atau al-

    muallim, yang berarti guru. Selain itu ada pula yang menggunakan istilah al-mudarris

    untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran (Ali dan Muhdlor,

    1998, hlm. 1769). Selain itu terdapat pula istilah ustadz yang sepadan dengan kata

    al-alim yang berarti orang yang pandai atau cendikia (al- Munawwir 1997, hlm. 398).

    Menurut beberapa ahli, guru adalah orang yang terhormat di masyarakat,

    memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, melaksanakan pendidikan pada tempat-

    tempat tertentu secara formal maupun tidak formal (Djamarah 2010, hlm. 31). Guru

    merupakan pendidik profesional yang secara definisi sebutan guru dalam Undang-

    Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) termasuk

    dalam genus pendidik (Danim 2010, hlm. 17).

    Guru juga diartikan sebagai suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus

    sebagai guru dan tidak dapat digantikan oleh sembarang orang di luar bidang

    pendidikan (Uno 2011, hlm. 15). Menurut Uno, guru perlu mengetahui dan dapat

    menerapkan prinsip-prinsip mengajar agar guru dapat melaksanakan tugas mendidik

    dan mengajar secara profesional.

    Ada juga yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang dipanggil guna

    mendampingi siswa untuk/ dalam belajar. Karena itu guru dituntut untuk selalu mencari

    tahu bagaimana seharusnya siswa dapat belajar, kendala- kendala apa yang menghambat

    mereka belajar, dan mencarikan solusi sehingga hambatan-hambatan belajar siswa

    tersebut dapat teratasi (Kunandar 2007, hlm. 48).

    Pendapat lain menyatakan, guru adalah orang yang mempunyai banyak tugas.

    Setidaknya ada tiga bidang tugas seorang guru, yakni tugas dalam bidang profesi yang

    menuntut keahlian kusus, tugas kemanusiaan yang berkaitan dengan bagaimana guru

    48

  • 49

    sekaligus dapat menjadi orangtua kedua siswa, dan tugas kemasyarakatan yang

    berkaitan dengan keteladanan guru di masyarakat (Usman 2010, hlm. 6).

    Menurut Usman seperti dikutip Muhaimin (2011, hlm. 181) mengatakan bahwa

    guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang

    memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Lebih jauh menurut Usman, suatu profesi

    memiliki persyaratan tertentu, yaitu:

    1. menuntut adanya keterampilan yang mendasarkan pada konsep dan teori ilmu

    pengerahuan yang mendasar;

    2. menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya;

    3. menuntut tingkat pendidikan yang memadai;

    4. menuntut adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

    dilaksanakan;

    5. memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan;

    6. memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;

    7. memiliki objek tetap seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan peserta didiknya,

    dan;

    8. diakui masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.

    Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini,

    memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan,

    pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama

    lain dala hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

    mewujudkan kesatuan nasional (GBPP SMU, 1995, hlm. 1).

    Dari definisi di atas profesionalisme guru pendidikan agama Islam adalah guru

    yang terdidik, telatih dan ahli di bidang pendidikan agama Islam yang mampu

    49

  • 50

    menjadikan siswa-siswi memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam itu

    sendiri. Sehingga akan berimbas kepada kehidupan sehari- hari baik itu hubungan

    dengan Allah maupun hubungan dengan manusia yang didalamnya terdapat orang tua,

    guru, teman dan orang-orang yang hidup disekitarnya.

    Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi

    untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah bahwa Pendidikan Agama Islam

    bertujuan untuk :

    1. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang