PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA...
Transcript of PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA...
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA
(Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
Wahyu Hidayat
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1432 H
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA
(Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
Wahyu Hidayat
NIM. 106011000203
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. A. R. Ghazaly, M.Ag
NIP. 19450325 196510 1001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Efeknya Terhadap
Pengamalan Ibadah Siswa (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi)” telah diujikan
dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Januari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I).
Jakarta, 2 Februari 2011
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Jurusan PAI Tanggal Tanda Tangan
Bahrissalim, M. Ag ............. ........................ NIP. 19680307. 199803. 1. 002 Sekretaris Jurusan PAI Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ............. ......................... NIP. 19670328. 200003. 1. 001 . Penguji I Prof. Dr. Abd. Rahman Ghazali, MA ............. .......................... NIP. 19450325. 196510. 1. 001 Penguji II Abdul Ghafur, MA NIP.19681208. 199703. 1. 003 .............. ...........................
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005. 198703. 1. 003
i
ABSTRAK
Nama : Wahyu Hidayat NIM : 106011000203 Judul Skripsi : “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Efeknya Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa (Studi Kasus di SMP Attaqwa 06 Bekasi) ”.
Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk dapat menghasilkan peserta didik yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak. Dan menekankan kepada aspek keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Pelajaran Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah swt. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarakan oleh Rasuulullah saw.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara kedua variabel. Sedangkan teknik pengumpulan datanya yaitu dengan cara menyebarkan angket yang berisi sejumlah pertanyaan tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa. Angket tersebut dibagikan kepada siswa dan jawabannya dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskripitif, setelah diperoleh hasil angket tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa, penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan menggunakan product moment. Hal ini, untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebut, sedangkan untuk mengetahui kesesuain hubungan kedua variabel tersebut penulis menggunakan rumus Koefisien determinan.
Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian dengan angka 0,609 yang berarti terdapat korelasi yang positif antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa, di mana korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup karena korelasinya berada pada rentang antara 0,40 – 0,70 berdasarkan dari tingkat kesesuaian pada kedua variabel tersebut, maka dapat diketahui dari koefision determinasinya adalah sebesar 37,0881% dan 62,9119% merupakan sumbangan dari variabel lain yang juga menunjang Pengamalan Ibadah Siswa.
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الر حمن الر حیم
Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia
hingga Hari Pembalasan.
Salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua
perguruan tinggi termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis
membuat skripsi ini dengan judul. "Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan
Efeknya Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi".
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-
bahan (data) maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, dengan hidayah dan
inayah Allah swt dan berkat kerja penulis disertai dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada
terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih ini penulis
sampaikan kepada:
1. Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan
berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.
2. Ketua dan Sekretaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. A. R. Ghazaly, M Ag, Dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
4. Bapak Abdul Ghofur, M.A, Dosen penasehat akademik jurusan pendidikan agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs, Hasanuddin HA, Kepala Sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi beserta staf
dan seluruh dewan guru yang telah memberikan informasi kepada penulis untuk
penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi kepustakaan.
7. Terkhusus buat orang tuaku yang tercinta Ayahanda Junaidi dan Ibunda Karsinah
yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan segala kasih sayangnya kepada
penulis selama hayat. Semoga Allah swt mengampuni segala dosanya dan
melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya kepada beliau berdua.
8. Kakak-kakak dan keponakanku serta semua keluarga yang penulis cintai, atas
semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman kostan Irul, Dheros, Ropi, Kholik, Fahmi, dan Fahruddin yang
selalu mengisi kehidupan yang terkadang serius dan banyak bercandanya sewaktu
bersama di kost.
10. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2006, serta segenap pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namanya di sini. Terima kasih atas segala bantuan
dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah swt dan di balas-
Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin…
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Jazakumullah khairan katsiran
Jakarta, 23 November 2010
Penulis
Wahyu Hidayat
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................... 5
1. Identifikasi Masalah…… .................................................... 5
2. Pembatasan Masalah ........................................................... 6
3. Perumusan Masalah……. ................................................... 6
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. ............................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS……………………………………………… 8
A. Pendidikan Agama Islam .......................................................... 8
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................... 8
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam……………….. 13
3. Pendidikan Agama Islam di SMP………. ........................... 18
B. Pengamalan Ibadah…………………………………………….. 25
1. Pengertian Pengamalan Ibadah………. .............................. 25
2. Dasar Hukum Ibadah…………. .......................................... 28
3. Macam-Macam Ibadah………. ........................................... 29
4. Tujuan Ibadah……. ............................................................ 32
C. Kerangka Berfikir…………….. ................................................ 33
D. Hipotesis Penelitian….. ............................................................ 33
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………. 35
A. Waktu dan Tempat Penelitian……. .......................................... 35
B. Populasi dan Sampel……. ........................................................ 35
C. Variabel dan Metode Penelitian……. ....................................... 36
D. Tehnik Pengumpulan Data……. ............................................... 36
E. Tehnik Analisis Data……......................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………..... 43
A. Gambaran Umum SMP Attaqwa 06 Bekasi…… ....................... 43
1. Sejarah singkat berdirinya……… ....................................... 43
2. Visi dan Misi……….. ......................................................... 45
3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan .................................. 45
4. Sarana dan Prasarana……… ............................................... 47
5. Struktur Organisasi ............................................................. 49
B. Deskripsi Data………. ............................................................ 50
C. Analisis Data…………… ......................................................... 74
D. Interpretasi Data…………. ....................................................... 77
BAB V PENTUP……………………………………………………………. 79
A. Kesimpulan……………………… ............................................ 79
B. Saran-Saran……………………………… ................................ 80
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1Kisi-kisi Instrumen Penelitian…………. ..................................... 38
2. Tabel 2 Penafsiran Prosentase……………….. ........................................ 40
3. Tabel 3 Interpretasi Data………….. ........................................................ 41
4. Tabel 4 Keadaan guru dan Karyawan………….. ..................................... 45
5. Tabel 5 Jumlah siswa-siswi SMP Attaqwa 06 Bekasi………. ................. 47
6. Tabel 6 Sarana dan Prasarana SMP Attaqwa 06 Bekasi……… ............... 47
7. Tabel 7 Guru datang tepat waktu………………. ..................................... 50
8. Tabel 8 Guru memberikan pertanyaan di awal pelajaran…………. ......... 51
9. Tabel 9 Guru menerangkan materi pelajaran dengan jelas…………….. .. 51
10. Tabel 10 Penguasaan materi pelajaran…………………. ......................... 52
11. Tabel 11 Penggunaan Metode penyajian…………………....................... 53
12. Tabel 12 Metode penyajian dengan diskusi……………………............... 53
13. Tabel 13 Metode penyajian dengan ceramah……………… .................... 54
14. Tabel 14 Metode penyajian dengan tanya jawab………………............... 54
15. Tabel 15 Penggunaan alat peraga atau Media pengajaran……………….. 55
16. Tabel 16 Memberikan tugas atau PR………………………. ................... 55
17. Tabel 17 Menyampaikan hasil pokok materi……………….. .................. 56
18. Tabel 18 Memberikan contoh nyata mengenai materi………… .............. 56
19. Tabel 19 Memberikan hasil nilai setiap tugas……………… .................. 57
20. Tabel 20 Penggunaan waktu secara tepat dalam mengajar………............ 57
21. Tabel 21 Memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan . 58
22. Tabel 22 Guru menejelaskan indikator (tujuan pembelajaran) sebelum
memulai pelajaran…………………………………………………………. 58
23. Tabel 23 Guru menjelaskan materi pelajaran secara sistematis ................ 59
24. Tabel 24 Guru memberikan praktek dalam pembelajaran PAI……………. 59
25. Tabel 25 Guru dalam menyampaikan materi pelajaran penjelasannya
mudah dipahami………………………….. ............................................. 60
26. Tabel 26 Guru memberikan pertanyaan setelah materi pelajaran berakhir 61
27. Tabel 27 Pengamalan shalat lima waktu…………................................... 62
vii
28. Tabel 28 Pengamalan shalat fardhu di awal waktu………… ................... 62
29. Tabel 29 Pengamalan shalat berjamaah…………. ................................... 63
30. Tabel 30 Pengamalan shalat sunnah qabliyah/sebelum shalat wajib……… 64
31. Tabel 31 Pengamalan shalat sunnah ba'diyah/sesudah shalat wajib .......... 64
32. Tabel 32 Pengamalan shalat sunnah Dhuha……………. ......................... 65
33. Tabel 33 Pengamalan shalat sunnah tahajjud/shalat malam………… ...... 65
34. Tabel 34 Pengamalan puasa bulan Ramadhan………. ............................. 66
35. Tabel 35 Pengamalan bersedekah dan Menunaikkan Zakat di bulan
Ramadhan.. ............................................................................................. 67
36. Tabel 36 Pengamalan makan sahur………… .......................................... 67
37. Tabel 37 Pengamalan puasa sunnah hari senin dan kamis………. ........... 68
38. Tabel 38 Pengamalan do'a selesai wudhu……......................................... 69
39. Tabel 39 Pengamalan do'a sehabis shalat fardhu……… .......................... 69
40. Tabel 40 Pengamalan do'a ketika mulai belajar………… ........................ 70
41. Tabel 41 Pengamalan do'a bila hendak makan…….. ............................... 70
42. Tabel 42 Pengamalan do'a jika selesai makan……….. ............................ 71
43. Tabel 43 Pengamalan do'a jika hendak tidur…….. .................................. 71
44. Tabel 44 Pengamalan do'a pada waktu bangun tidur………. ................... 72
45. Tabel 45 Pengamalan membaca Al-Qur'an…….. .................................... 73
46. Tabel 46 Pengamalan mempelajari Al-Qur'an………. ............................. 74
47. Tabel 47 Perhitungan Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Pengamalan Ibadah Siswa)…… 75
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi.
2. Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas.
3. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Attaqwa 06 Bekasi.
4. Berita Wawancara Kepala Sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi.
5. Berita Wawancara Guru PAI SMP Attaqwa 06 Bekasi.
6. Angket Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan Pengamalan
Ibadah Siswa
7. Jawaban Hasil Angket Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam SMP Attaqwa 06
Bekasi.
8. Jawaban Hasil Angket Pengamalan Ibadah Siswa SMP Attaqawa 06 Bekasi.
9. Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment Dari Pearson untuk
Berbagai df.
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat
manusia dan menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan
yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran
agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi hal yang penting untuk ditempuh melalui
pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengamalannya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha
menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun
rohaniah.1
Pendidikan dapat juga diistilahkan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2
1R. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1991),
cet. 2, h. 257. 2Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Ditjen
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), h. 34.
2
Berdasarkan definisi tersebut tercermin adanya proses pembelajaran
terhadap peserta didik agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya
pendidikan agama untuk mendukung siswa untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan yang kuat.
Islam dengan tegas telah mewajibkan ummatnya melakukan pendidikan,
sebagaimana firmannya Allah swt dalam QS. An-Nisaa/4 ayat 113.
وأنزل اللھ علیك الكتاب والحكمة وعلمك ما لم تكن تعلم وكان فضل
)١١٣:سورة النساء( اللھ علیك عظیما“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah
kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (QS. An-Nisa/4: 113)
Menurut Abdul Aziz al-‘ARusi mengenai pentingnya pendidikan atau ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan ayat di atas bahwa ilmu adalah segi yang membuat manusia teristimewa atas hewan. Kemudian, ilmu pengetahuan dan amal saleh itu adalah kembar dua, untuk tercapainya amal yang benar, maka amal kita harus berdasarkan pada pengetahuan. Jika tidak demikian maka amal tersebut menjadi rusak, dan amal yang rusak tidak baik untuk apapun. Oleh karena itu dikatakan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah cahaya, dan Allah adalah cahaya langit dan bumi, karena Dia telah menciptakan-Nya dengan ilmu-Nya dan Dia maha mengetahui apa saja yang ada padanya, maka ilmu pengetahuan adalah sangat penting bagi manusia. Karena, ilmu adalah makanan pokok bagi akal, sama halnya makanan biasa yang dimakan adalah makanan pokok bagi tubuh kita.3
Adapun pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 12 ayat 1 butir a yang berbunyi: "Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama".4
3Abdul Aziz Al-‘Arusi, Menuju Islam yang Benar, (Semarang: CV Toha Putra, 1994),
Cet. 1, h. 85. 4Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional…, h. 40.
3
Pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang sangat penting bagi
kehidupan bangsa. Dan diharapkan dapat membentuk manusia-manusia yang
dapat membangun dirinya sendiri serta tanggung jawab atas pembangunan
bangsa, sehingga akan disegani dan dihormati oleh bangsa lain.
Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
spiritual dan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt
dan berakhlak mulia. Maka potensi spiritualnya mencakup pengenalan,
pemahaman, penanaman nilai-nilai keagamaan dan pengamalan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan individual atau kemasyarakatan yang ada di
lingkungannya yang memiliki tujuan pada potensi yang dimiliki manusia yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan agama Islam juga sebagai acuan untuk membimbing atau
memimpin, serta membina pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
berdasarkan ajaran Islam ke arah terbentuknya kepribadian yang utama (insan
kamil), dan tentunya dengan didasari dari landasan untuk mendidik, pedoman
cara pelaksanaan dalam mendidik dan tujuan-tujuan yang harus dijadikan
sasaran dalam mendidik. karena itu, dasar-dasar ilmu Pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan landasan, pedoman, dan arah
sasaran dalam usaha mendidik atau dalam bentuk anak didik menjadi manusia
yang beradab, yaitu manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,
bermasyrakat, berbudaya, dan berakhlak/berbudi pekerti luhur, serta manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.5
Dengan demikian sasaran Pendidikan agama sebenarnya tertuju pada
pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik dalam hubungan dengan
Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk.
5Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 3.
4
Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar
diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu
di antaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang
formal ataupun yang non formal.
Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk
mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari
ajaran-ajaran agama.
Pada tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama mata pelajaran agama
Islam diajarkan sejak kelas tujuh sampai kelas sembilan. Pelajaran ini berisikan
keimanan, akhlak, al-Qur'an Hadits, ibadah dan tarikh, termasuk di dalamnya
menyangkut teori hukum Islam yaitu tentang kewajiban manusia, khususnya
kewajiban individual kepada Allah swt.
Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali siswa agar memiliki
pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya
dalam bentuk ibadah kepada Allah. Dengan demikian siswa dapat
melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai
dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah saw.
Dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh
Pendidikan Agama Islam di SMP, kemampuan ini berorientasai pada perilaku
afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka
memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.
Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan
dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus
dicapai di SMP yang di antaranya yaitu bahwa siswa mampu beribadah dengan
baik dan benar sesuai dengan syari'at Islam, baik ibadah wajib dan ibadah
sunnah maupun muamalah.
5
Dengan demikian mencermati hal di atas maka penulis akan mencoba
menyoroti pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa O6 Bekasi yang
ditekankan pada aspek pengamalan ibadah siswa yang berhubungan dengan
ibadah shalat, puasa, berdo'a dan mengaji al-Qur'an. Dan penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul
"PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA
TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA" (Studi Kasus di SMP
Attaqwa 06 Bekasi).
B. PERMASALAHAN
1. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah Penelitian yang berkaitan dengan judul di atas dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam?
b. Perlukah anak diberi Pendidikan Agama Islam?
c. Media apakah yang digunakan dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam?
d. Apakah saja yang harus disiapkan dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam?
e. Apa sarana yang akan digunakan dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam?
f. Apakah yang dimaksud dengan Pengamalan Ibadah?
g. Apakah saja Ibadah yang harus perlu dibekali kepada siswa dan
diamalkan kepada siswa?
h. Perlukah siswa dibekali Pengamalan Ibadah sejak dini?
i. Metode apa sajakah yang harus digunakan bagi siswa mengenai
Pengamalan Ibadahnya?
j. Adakah efek Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap
Pengamalan Ibadah siswa?
6
Faktor-faktor yang menimbulkan masalah penelitian ini cukup banyak,
dan tentu saja tidak semua faktor yang menimbulkan masalah itu dapat
diteliti secara sekaligus, oleh karena itu perlu dibatasi dan dirumuskan
masalahnya.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan tentang pendidikan agama Islam dan juga
luasnya tentang pengamalan ibadah, maka untuk mempermudah penelitian ini,
penulis membatasi masalah sebagai berikut:
a. Pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah salah satu bidang studi yang
diajarkan dalam proses belajar mengajar di SMP Attaqwa 06 Bekasi yang
dibatasi pada ibadah sholat, puasa, berdo'a dan mengaji al- Qur'an.
b. Siswa yang menjadi obyek penelitian penulis hanya kelas IX SMP Attaqwa
06 Bekasi.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06
Bekasi?
b. Bagaimana pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut?
c. Adakah efek pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa di
sekolah tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan antara lain:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP
Attaqwa 06 Bekasi.
b. Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi
dalam hal ibadah sholat, puasa, berdo'a dan mengaji al-Qur'an.
7
c. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya efek pendidikan agama Islam
terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam
mendalami masalah-masalah pendidikan agama Islam dan pengamalan
ibadah siswa.
b. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam melaksanakan
pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi dan memberikan
tuntunan yang benar tentang pengamalan ibadah siswa.
c. Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi koleksi bacaan yang
bermanfaat bagi perpustakaan dan taman-taman bacaan, terutama bagi
perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk membahas pengertian pendidikan agama Islam maka terlebih
dahulu perlu diungkapkan definisi pendidikan. Para tokoh berbeda pendapat
dalam mendefinisikan pendidikan disebabkan mereka berbeda pendapat
dalam penekanan dan tinjauan terhadap pendidikan.
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi) secara umum dalam bahasa Arab
kata pendidikan biasa disebut dengan tarbiyah. Penggunaan istilah tarbiyah
barasal dari kata rabb. Kata rabb (ر ب) menurut Abul A'la al-Maududi, yang
dikutip Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam yaitu terdiri dari
dua huruf "ra" dan "ba" tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah
yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan kepemimpinan.1
Istilah lain dari pendidikan adalah Ta'lim, Menurut Dr. Abdul Fattah
Jalal, pengarang "Min al-Usuul at-Tarbawiyah fii al-Islam" yang dikutip
Abdul Halim Soebahar dalam bukunya Wawasan Baru Pendidikan Islam,
kata Ta'lim merupakan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak
lahir, sehingga satu segi telah mencakup aspek kognisi dan pada segi lain
tidak mengabaikan aspek afeksi dan psikomotorik, yang menjadi dasar
pandangnya pada hal tersebut bahwa Rasulullah saw diutus sebagai Mu'alim
1Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 14.
9
(pendidik),2 dan Allah swt menegaskan posisi Rasulullah saw itu dalam
Surat Al-Baqarah/2 ayat 151, sebagai berikut:
ŃȴNJȮɆŇȥ ǠŁȺǐȲŁȅŃǿLjǕ ǠŁȶLjȭ łȴøNJȮłȶĉŇȲŁȞłɅŁȿ ŃȴNJȮɆĉŇȭŁȂøłɅŁȿ ǠŁȺŇǩǠŁɅǓ ŃȴNJȮŃɆLjȲŁȝ ɀNJȲŃǪŁɅ ŃȴNJȮŃȺŇȵ ɍɀłȅŁǿ ŁǡǠøŁǪŇȮǐȱǟ
LjǦŁȶǐȮŇǶǐȱǟŁȿ ŃȴLjȱ ǠŁȵ ŃȴNJȮłȶĉŇȲŁȞłɅŁȿLjȷɀłȶLjȲŃȞŁǩ ǟɀłȹɀNJȮŁǩ )١٥١:سورة البقرة (
"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al- Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah/2: 151)
Adapun menurut Al-Naquib al-Attas sebagaimana yang dikutip
Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam,3 bahwa pendidikan yang
diistilahkan dengan Ta'dib, adalah pengenalan dan pengakuan tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan
keberadaannya, konsep tersebut didasarkan pada hadits Nabi saw:
4)معا نالسرواه (Ɨǣǻ ŸǻǠǩ ȸȆǵ Ǡȥ Ÿǿأ
"Tuhanku telah mendidikku, maka ia baguskan pendidikanku" (H.R. as-Sam’ani).
Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan
kamil).5
2Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 5.
3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h.17. 4Jalaludin Abd, Rahman al-Suyuti, al-Jami Syhagir fi Ahadits al-Basyar al-Nadzir,
(Indonesia: Darul Ihya al-Kutub), Juz 1, h.14. 5Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma.arif, 1989),
h. 19.
10
Menurut Ensiklopedi Pendidikan, pendidikan ialah usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan (mempengaruhi) si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril
dari segala perbuatannya. Orang dewasa yang dimaksud di sini harus diakui
haknya oleh si anak didik dan mendapat kepercayaan untuk mencapai hasil
baik dalam usahanya.6
Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.7
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar baik dalam bentuk
formal dan non formal untuk perkembangan anak didik dan peranannya di
masa yang akan datang.
Adapun pengertian agama menurut bahasa berasal dari kata Din dari
bahasa Arab dan kata Religi dari bahasa Eropa. Agama itu sebenarnya
berasal dari Sanskreta a dan gam yang artinya A adalah tidak dan gam
adalah pergi. Jadi, kata tersebut berarti "tidak pergi" yang berarti 'tetap
ditempat', 'langgeng' diwariskan secara turun temurun.8
Haji Agus Salim dalam bukunya "Tauhid", yang dikutif Mudjahid
Abdul Manaf dalam bukunya Sejarah Agama-Agama, bahwa agama adalah
ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan terhadap aturan, petunjuk, perintah
yang diberikan Allah swt kepada manusia lewat utusan-utusannya. Dan oleh
6R. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1991),
cet. 2, h. 257. 7Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional…, h. 34. 8Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 2, h. 2.
11
Rasul-Rasul-Nya yang diajarkan kepada orang-orang dengan pendidikan dan
tauladan.9
Dari definisi tersebut, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa
agama adalah sebuah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan
manusia sehari-hari. Ikatan ini berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia suatu ikatan yang tidak dapat dilihat oleh panca indra manusia.
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Kata salima yang
mengandung arti Selamat diubah menjadi aslama-yuslumi-islaman yang
berarti berserah diri kepada Allah swt dan Rasulnya, damai terhadap orang-
orang mukmin, dan meningkatkan derajat Ummat (orang-orang beriman).10
Abdul Aziz Al-Arusi dalam bukunya Menuju Islam yang Benar
berpendapat bahwa Islam itu berarti anda menyerahkan diri dengan penuh
ketaatan pada Allah swt. Dan Allah yang menciptakan anda, memiliki anda
dan Dia mampu berbuat apa saja terhadap diri anda. Dan kata 'Muslim'
berarti orang yang taat kepada Allah, dan Islam itu merupakan satu-satunya
agama yang diterima oleh Allah swt.11 Sebab Allah tidak akan rela terhadap
agama yang mengajak menentang perintah-perintah-Nya sebagaimana
firman-Nya Surat Al-Imran/3 ayat 85:
ŁȀŃɆLjȡ njȠŁǪŃǤŁɅ ŃȸŁȵŁȿ ŁȸŇȵ ŇǥŁȀŇǹɇǟ ɄŇȥ ŁɀłȽŁȿ łȼŃȺŇȵ LjȰŁǤǐȪłɅ ŃȸLjȲLjȥ ǠńȺɅŇǻ njȳɎŃȅɋǟ ŁȸɅnjȀŇȅǠŁǺǐȱǟ.
)٣:٨٥/العمران سورة( "Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS. Al-Imran/3: 85).
Pengertian Islam tersebut dapat dirumuskan sebagai menempuh jalan
keselamatan dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt
9Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama…, h. 4. 10Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama…, h. 103. 11Abdul Aziz Al-Arusi, Menuju Islam yang Benar, (Semarang: CV Toha Putra, 1994),
Cet. 1, h. 56.
12
dan melaksanakan dengan penuh kataatan akan segala ketentuan-ketentuan
dan peraturan-peraturan yang ditetapkan-Nya, untuk mencapai kesejahteraan
dan kesentosaan hidup dengan penuh keamanan dan kedamaian.
Adapun pengertian Pendidikan agama Islam menurut Ahmad D.
Marimba adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.12
Samsul Nizar dalam bukunya 'Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran
Pendidikan Islam' bahwa pendidikan agama Islam adalah rangkaian proses
yang sistematis, terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-
nilai kepada anak didik, sehingga anak didik mampu melaksanakan tugasnya
di muka bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah
yang didasarkan pada ajaran agama (al-Qur'an dan Hadits) pada semua
dimensi kehidupannya13.
Musthafa Al-Ghulayani, yang dikutip Nur Uhbiyati dalam bukunya
Ilmu Pendidikan Islam, mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah
menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat,
sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam)
jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikkan dan cinta
bekerja untuk kemanfaatan tanah air.14
Muhammad Fadil Al-Djamaly sebagaimana yang dikutip H.M. Arifin
dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, bahwa pendidikan agama Islam
adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan
yang mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar
(fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).15
12Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam…, h.23. 13Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001), h. 94. 14Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: CV Pustaka Setia, 1998), h.10. 15H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 18.
13
Dari batasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu bimbingan terhadap anak didik agar dapat
memahami, mayakini, mengahayati dan mengamalkan serta menjadikan
ajaran-ajaran Islam sebagai pedoman hidupnya dan sesuai dengan ideologi
Islam.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
A. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar
sesuatu tersebut tegak berdiri dengan kokoh. Dalam sebuah bangunan mesti
ada dasar yang menjadi landasan bangunan itu tegak dan kokoh berdiri.16
Demikanlah pula halnya dengan dasar pendidikan, agar pendidikan
agama Islam itu tegak berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh atau
berombang ambing oleh tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul
saat ini, maka pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk
manusia seutuhnya menurut ukuran Islam harus mempunyai landasan yang
baik dan kuat. Dan landasan pendidikan agama Islam haruslah merupakan
landasan yang utama dari ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an, as-
Sunnah (Hadits) dan Ijtihad.
1). Al-Qur'an
Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan al-Qur'an yang dikutif
Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, sebagai berikut:
"Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada hati
Rasulullah anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna
hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan
menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuknya serta
beribadah membacanya".17
Kedudukan al-Qur'an sebagai sumber pokok pendidikan agama
Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur'an itu sendiri, diantaranya:
16Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam…, h.19. 17Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 122.
14
Firman Allah swt:
łȻǠŁȺǐȱŁȂŃȹLjǕ ŅǡǠŁǪŇȭ ɀNJȱȿNJǕ ŁȀĉLjȭLjǾŁǪŁɆŇȱŁȿ ŇȼŇǩǠŁɅǓ ǟȿłȀĉŁǣĉŁǼŁɆŇȱ ŅȫŁǿǠŁǤłȵ ŁȬŃɆLjȱnjǙ njǡǠŁǤǐȱɉǟ.
)٢٩:سورة ص( "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (QS. Shad/38: 29)
Pada hakekatnya al-Qur'an itu merupakan perbendaharaan
yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang
kerohanian. Dan pada umumnya merupakan kitab pendidikan
kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).
2). As-Sunah (Hadits)
Sunah menurut bahasa adalah al-sirah ) السیرة ), yaitu perjalanan
atau sejarah, baik atau buruk masih bersifat Umum. Sedangakan
menurut Istilah, Sunah ialah Segala sesuatu yang disandarkan
kepada nabi atau kepada seorang sahabat atau seorang setelahnya
(tabi'in), baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat.18
Sunah (Hadits) sebagai sumber ajaran Islam yang kedua
sesudah al-Qur'an berfungsi sebagai pelaksanaan dari ketentuan-
ketentuan yang digariskan dalam al-Qur'an. Di dalamnya berisi
petunjuk/pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam
segala aspeknya, termasuk untuk membentuk/membina umat untuk
menjadi manusia seutuhnya atau menjadi muslim yang bertaqwa.
Sunah juga dapat dijadikan dasar pendidikan agama Islam dan
menjadi sumber utama pendidikan agama Islam dikarenakan Allah
swt menjadikan Muahammad saw sebagai teladan bagi umatnya.
3). Ijtihad
Ijtihad menurut para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari'at
18Abdul Majid Khon dkk., Ulumul Hadits, (Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005) h. 5.
15
Islam untuk menetapkan/menetukan sesuatu hukum Syari'at Islam
dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-
Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur.an
dan Sunnah.19
Dari kutipan di atas dapat diambil pengertian bahwa yang
dimaksud dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran para
fuqaha-fuqaha Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum
ada ketetapannya dalam al-Qur’an dan Sunnah (Hadits) dengan
syarat-syarat tertentu.
Dalam pelaksanaannya Ijtihad ini harus mengikuti kaidah-
kaidah yang telah diatur oleh para mujtahid dan harus berpedoman
serta tidak bertentangan dengan isi yang ada pada al-Qur'an dan as-
Sunnah.
Ijtihad dalam penggunaannya meliputi seluruh aspek ajaran
Islam, termasuk juga aspek pendidikan. Ijtihad merupakan dasar
yang sangat penting dalam menetapkan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah pendidikan dalam Islam sepanjang sejarah.
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab
ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah (Hadits),
hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Bila ternyata ada yang
agak terperinci, maka rincian itu merupakan prinsip pokok
tersebut. Sejak diturunkan ajaran Islam kepada nabi Muhammad
saw sampai sekarang, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui
ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang
tumbuh dan berkemabang melalui ijtihad.
Oleh karena itu, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan mendesak,
maka menjadikan eksistensi ijtihad, terutama di bidang pendidikan,
mutlak diperlukan.
19Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan…, h. 156.
16
B. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam, secara etimologi, tujuan adalah arah,
maksud atau sasaran.20
Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang hendak dicapai dengan
kegiatan atau usaha.21
Tujuan pendidikan agama Islam menurut Mahmud Yunus dalam
bukunya Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, tujuan pendidikan Islam
adalah menyiapkan anak-anak, supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap
melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagian
bersama dunia dan akhirat.22
Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya "educational
theory a Qur'anic out look" yang dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya
Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, bahwa tujuan pendidikan
agama Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah
swt, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada
tujuan akhir.23
Tujuan pendidikan agama Islam dibangun atas tiga komponen sifat
dasar manusia, yaitu: 1. tubuh, 2. ruh dan 3. akal. Masing-masing harus dijaga
dan dapat diperioritaskan pada tujuan tersebut. Berdasarkan hal ini maka
tujuan pendidikan agama Islam dapat dikualifikasikan, diantaranya adalah 24
1. Tujuan Pendidikan Jasmani (al-Ahdaf al-Jismiyah)
Rasulullah saw bersabda:
ȤɆȞȒȱǟ ȸȵ ǘƫǟ ȸȵ ǃǟ Ƃǟ Ǣǵǟȿ Ƙǹ ɃɀȪȱǟ ȸȵǘƫǟ.)25)مسلم رواه
20Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.
965. 21Zakiyah Daradjat, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 72. 22Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT Hidakarya
Agung, 1961), h. 10. 23Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputan Pers,
2002), h.19. 24Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam…, h. 19 25Abi Husaini Muslim an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh: Darussalam, 1419 H), h.
1161.
17
"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah." (HR. Imam Muslim).
Imam Nawawi menafsirkan hadis diatas sebagai kekuatan iman yang
ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari
tujuan pendidikan. Maka pendidikan harus mempunyai tujuan kearah
keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya
keperkasaan tubuh yang sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu
pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para
pelajar.26
2. Tujuan Pendidikan Rohani (al-Ahdaf al-Ruhaniyyah)
Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima
seluruh cita-cita ideal yang terdapat dalam al-Qur'an, peningkatan jiwa dan
kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan
moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku kehidupan Nabi
Muhammad saw merupakan bagian pokok dalam tujuan pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan agama Islam harus mampu membawa dan
mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian.
3. Tujuan Pendidikan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyah)
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang
mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan
kebenaran yang sebenar-benarnya.
Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya
dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka
pelajari. Di samping itu pendidikan agama Islam mengacu kepada tujuan
memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia.
Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut
teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan
hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas
dan pemahaman dikesampingkan.
26Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam…, h. 20.
18
4. Tujuan Sosial (al-Ahdaf al-Iijtim’iyah)
Seorang khalifah mempunyai kepribadian utama dan seimbang,
sehingga khalifah tidak akan hidup dalam keterasingan dan ketersendirian.
Oleh karena itu, aspek sosial dari khalifah harus dipelihara.
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitik
beratkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar
manusia mampu beradaptasi dangan standar-standar masyarakat bersama-
sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi
karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.
Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia
ideal sebagai abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada
Allah swt.27
3. Pelaksanaan Pendidikan agama Islam di SMP
a. Kurikulum
Secara Etimoilogi, kurikulum dalam bahasa Arab biasa diungkapkan
dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh menusia
pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj
al-dirasah) dalam Kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.28
Secara umum kurikulum diartikan oleh para pendidik yaitu segala
usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman
sekolah, maupun diluarnya atau segala kegiatan di bawah tanggung jawab
sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.29
William B. Ragan, sebagaimana dikutip Armai Arif dalam bukunya
Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, bahwa kurikulum
27Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an,
(Terjemah, H.M Arifin dan Zainuddin), (Jakarta: Rieneka Cipta, 1994), cet. 2, h. 134. 28Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 150. 29Team Didaktik Metodik Kuirikulum IKIP Surabaya, Pengatar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.97.
19
meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. Kurikulum tidak hanya
meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan di kelas.30
Adapun Crow and Crow mendefinisikan kurikulum, yang dikutip
Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, bahwa kurikulum adalah
rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk meneyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.31
Zakiyah Dradjat memandang kurikulum adalah semua kegiatan yang
memberikan pengalaman kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan
dan tanggung jawab sekolah, baik di luar maupun di dalam lingkungan
dinding sekolah.32
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, Penulis
menyimpulkan bahwa kurikulum merupakan alat atau sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan, sehingga dalam proses belajar mengajar pada
jenjang pendidikan berpegang pada kurikulum yang ada.
Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat:
a). Pendidikan agama b). Pendidikan kewarganegaraan c). Bahasa d). Matematika e). Ilmu Pengetahuan Alam f). Ilmu pengetahuan sosial g). Seni dan budaya h). Pendidikan jasmani dan olah raga i). Keterampilan / kejuruan dan j). Muatan local.33
30Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 30. 31Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 150. 32Zakiyah Daradjat, Metodelogi Pengajaran Agama Islam…, h. 83. 33Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: tt.p, 2006),
h.26.
20
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani, yang dikutip Abuddin nata
dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menyebutkan beberapa
karakteristik/ciri kurikulum dalam pendidikan agama Islam sebagai berikut:
1). Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekniknya bercorak agama.
2). Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan jalan yang menyeluruh. Disamping itu ia juga luas dalam perhatiannya dan memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.
3). Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan pengembangan sosial.
4). Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
5). Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat bakat anak didik.34
Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
b. Metode Pengajaran
Metode berasal dari dua suku kata yaitu "metha" yang berarti melalui atau
melewati, dan "hodos" yang berarti jalan atau cara. metode berarti suatu jalan
yang dilalui untuk mencapai tujuan, sehingga dapat dipahami bahwa metode
berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pengajaran.35
Mahmud Yunus mendefinisikan metode adalah jalan yang akan ditempuh
oleh guru untuk memberikan berbagai pelajaran kepada murid-murid dalam
berbagai jenis mata pelajaran. jalan itu ialah khuttah (garis) yang direncanakan
sebelum masuk kedalam kelas dan dilaksanakan dalam kelas waktu mengajar.36
34Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 3,
h.127. 35Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 40. 36Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran…, h. 85.
21
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti
adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen
ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Semakin tepat metode
yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan.
Metode pengajaran yang penulis maksud dalam uraian ini adalah cara
yang dipergunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama
Islam kepada siswa. Adapun macam-macam metode yang dapat dipergunakan
dalam pengajaran agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi,
sosiodrama, driil dan tanya jawab.
Dalam hal ini akan diuraikan metode pengajaran dalam pendidikan agama
Islam yaitu:
1). Metode Ceramah
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah
lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara
penyampaian bahan secara lisan oelh guru di muka kelas.37
Dalam pelaksanaan metode ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru
dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar. Dan Peran
murid di sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan
mencatat keterangan-keterangan pokok penting yang dikemukakan oleh guru.
Metode cermah sangat perlu diberikan kepada peserta didik apabila
materinya membutuhkan penjelasan agar materi tersebut dapat dimengerti oleh
siswanya.
2). Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan
memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara
rasional dan objektif.38
Armai Arif mendefinisikan Metode diskusi dalam proses belajar mengajar
adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau
37Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Cipuatat Pers,
2002), h. 34. 38Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 36.
22
menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.39
Dengan demikian bahwa metode diskusi adalah salah satu alternatif
metode atau cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan
dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.
3). Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri
ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara
melakukan sesuatu.40
Metode Demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan perhatian anak
didik.
4). Metode Sosiodrama
Sosiodrama menurut Engkoswara, yang dikutif Basyiruddin Usman dalam
bukunya Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, Sosiodrama adalah suatu
drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya
permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam temp 4 atau 5 menit,
kemudian anak menerangkannya.41
Armai Arif mendefinisian Sosiodrama adalah suatu metode mengajar
dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan
memainkan peran seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).42
Manfaat metode ini yaitu agar melatih anak untuk mendramatisasikan
Sesutu serta melatih keberanian, dan juga metode ini akan lebih menarik
perhatian anak. Sehingga suasana kelas akan lebih hidup.
5). Metode Driil
Driil atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan
atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan
39Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 145. 40Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 45. 41Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 51. 42Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 180.
23
melakukannya secara praktek suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan
disiap-siagakan.43
Pada latihan siap (driil) untuk melaksanakan ibadah salat dalam Islam
sangat ditekankan pada anak didik sedini mungkin agar dengan latihan-latihan
yang dilakukan pada anak didik tidak merasa canggung setelah mereka dewasa.
6). Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat
juga dari murid kepada guru.44
Metode ini bisa pula diatur dengan pertanyaan yang diajukan kepada siswa
lalu dijawab siswa lainnya. Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi kelas
menjadi hidup atau dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan juga melatih agar siswa berani
menyampaikan buah pikirannya.
c. Evaluasi
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation akar katanya Value yang
berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-Qimah atau al-
Taqdir. Secara harfiah evaluasi pendidikan al-Taqdir al-Tarbawiy yang dapat
diartikan sebagai penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.45
Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.46
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara
spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
43Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam…, h. 55. 44Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h.141. 45Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 221. 46M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
1991), h. 1.
24
Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan
yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam guna melihat sejauh mana
keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan
dari pendidikan Islam itu sendiri.47
Berarti evalusi pendidikan agama Islam yang penulis maksud adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan prestasi hasil belajar murid dalam mata
pelajaran agama Islam.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk pengertian yang serupa
dengan evaluasi, yaitu Measurement (Pengukuran), Assessment (Penaksiran),
dan Test.48
Tes itu sendiri ada empat, yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik,
dan tes penempatan.
1). Tes Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi
pokok pada satuan bidang study tertentu.
2). Tes Sumatif, yaitu Penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta
didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan
semester, atau akhir tahun.
3). Tes Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan
tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau
hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.
4). Tes Penempatan (Placement), yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik
untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan
kondisi peserta didik. Dan tes untuk mengukur kemampuan dasar yang
dimiliki oleh anak didik, kemampuan tersebut dapat dipakai meramalkan
kemampuan peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat
dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan
kemampuan dasarnya.49
47Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 54. 48M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan…, h. 2. 49M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan…, h. 46.
25
Adapun tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan:
a). Data tentang tingkat perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah
mengikuti suatu Proses belajar mengajar tertentu, baik secara perorangan
maupun kelompok. Data kemajuan belajar ini disebut dengan prestasi
belajar.
b). Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar.
Faktor tersebut kemungkinan merupakan faktor pendukung atau penghambat
pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan.50
B. Pengamalan Ibadah
1. Pengertian Pengamalan Ibadah
Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan,
segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan.51
Dari pengertian di atas, pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan
dengan maksud berbuat kebaikan (proses perbuatan yang mengenalkan ibadah
kepada Allah swt), dan pengamalan tersebut masih butuh dengan objek
kegiatan.
Adapun Pengertian ibadah dalam istilah bahasa Arab د د –عب ادة –یعب عب
diartikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan
merendahkan diri. Secara istilah ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan
bakti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Dan juga diartikan segala usaha lahir dan batin
sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan
hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam
semesta.52
50Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), h. 141. 51Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., h.25 52Amir Syrifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: Kencana, 2003), Cet. 1, h. 17.
26
Dalam al-Qur'an terdapat kata ta'budu dalam arti taat, misalnya dalam
surat Yasin/36 ayat 60, Allah swt berfirman:
ŃȴNJȮŃɆLjȱnjǙ ŃǼŁȾŃȝLjǕ ŃȴLjȱLjǕ ĉŅȿłǼŁȝ ŃȴNJȮLjȱ łȼĉŁȹnjǙ LjȷǠLjȖŃɆĉŁȊȱǟ ǟȿłǼłǤŃȞŁǩ ɍ ǐȷLjǕ ŁȳŁǻǓ ɄnjȺŁǣ ǠŁɅ ŅƙnjǤłȵ. )٣٦:٦٠/سورة یس(
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (QS. Yasin/36 ayat 60).
Menurut Yusuf Qardhawi sebagaimana yang dikutip Zurinal dan
Aminuddin dalam bukunya Fiqih Ibadah, bahwa ibadah adalah ketaatan
terhadap sesuatu yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh
pancaindra. Maka ketaatan itu kepada objek yang abstrak (yaitu Allah),
sedangkan ketundukan kepada objek yang kongkrit yang dapat ditangkap oleh
pancaindra, seperti kepada penguasa (manusia, atau makhluk lain) tidak
termasuk pengertian ibadah.53
Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada
Allah dengan taat melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta
menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk
kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha
melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah
swt.54
Adapun Ensiklopedi Hukum Islam mengistilahkan ibadah yaitu berasal
dari bahasa arab al-Ibadah, yang artinya pengabdian, penyembahan, ketaatan,
menghinakan/merendahkan diri dan do'a. Secara istilah ibadah yaitu perbuatan
yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada
Allah swt sebagai Tuhan yang disembah.55
H.M. Ardani dalam bukunya "Fikih Ibadah Praktis" mendefinisikan
Ibadah adalah menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan
53Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), h. 27. 54M. Abdul Majieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h.109. 55Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,
1996), cet. 1, jilid II, h. 592.
27
disertai rasa kekhidmatan, yakni: bersikap khidmat terhadap yang dipuja,
dengan segenap jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan-
Nya dan senantiasa memohonkan rahmat dan karunia-Nya.56
Adapun Hasbi Ash Shiddieqy memaparkan pengertian ibadah menurut
beberapa ahli ilmu sebagai berikut:
a. Ahli lugha mengartikan ibadah dengan taat, menurut, mengikuti, tunduk dan do'a.
b. Ulama Tauhid mengartikan ibadah dengan mengesakan Allah, menta'dzimkan dengan penuh ta'dzim menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepad-Nya.
c. Ulama Tasawuf mengartikan ibadah dengan seorang mukallaf melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan Tuhan-Nya.
d. Menurut Fuqaha, ibadah adalah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhoan Allah swt dan mengaharap pahalanya di akhirat.57
Pengertian yang dikemukakan oleh para ulama diatas, dapat penulis
simpulkan bahwa ibadah adalah konsep yang mencakup segala perbuatan
yang disukai dan diridhoi oleh Allah swt dalam rangka untuk mendapatkan
pahala di akhirat nanti dan dapat mengagungkan asmanya Allah swt.
Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi dalam bukunya Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Islam mendefinisikan pengertian ibadah terbagi kepada
dua macam yaitu:
1). Ibadah secara umum, berarti ibadah yang mencakup prliaku dalam semua
aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt yang dilakukan
dengan ikhlas untuk mendapatkan ridhonya.
2). Ibadah secara khusus, ibadah adalah prilaku manusia yang dilakuakan
atas perintah Allah swt dan dicontohkan oleh Rasulullah saw atau
disebut ritual seperti: shalat, zakat dan puasa.58
Dari batasan di atas, maka pengertian ibadah yaitu menaati perbuatan
yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan
56H.M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2008), Cet. 1, h. 17.
57Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987), h. 4. 58Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h. 240.
28
mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan segala
perintah dan anjuran-Nya serta menjauhi segala larangnnya.
2. Dasar Hukum Ibadah
Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah
itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan
kewajiban terhadap Allah swt yang telah melimpahkan karunia-Nya.
Firman Allah swt:
łȃǠĉŁȺȱǟ ǠŁȾĉłɅLjǕ ǠŁɅ ŃȴNJȮĉLjȲŁȞLjȱ ŃȴNJȮŇȲŃǤLjȩ ŃȸŇȵ ŁȸɅŇǾĉLjȱǟŁȿ ŃȴNJȮLjȪLjȲŁǹ ɃŇǾĉLjȱǟ łȴNJȮĉŁǣŁǿ ǟȿłǼłǤŃȝǟ LjȷɀNJȪĉŁǪŁǩ.
)٢:٢١/سورة البقرة( "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa",(QS. Al-Baqarah/2 ayat 21).
Ibadah adalah ghayah (tujuan) dijadikannya jin, manusia dan makhluk
selainnya.
Firman Allah swt:
ĉŁȸnjDzǐȱǟ łǨǐȪLjȲŁǹ ǠŁȵŁȿ ŇȷȿłǼłǤŃȞŁɆŇȱ ɍnjǙ ŁȄŃȹɋǟŁȿ. )ه٦:ه١/اریاتسورة الذ(
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (QS, Adz-Dzaariyaat/51 ayat 56).
Sepintas, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memerlukan
untuk disembah, menghajatkan ibadah kepada manusia dan jin. Tetapi
sebenarnya, Allah sama sekali tidak memerlukan ibadah keduanya. Manfaat
ibadahnya kembali kepada diri mereka masing-masing, untuk kebahagian
hidup mereka, baik jasmani dan rohani serta duniawi dan ukhrawinya.
Oleh Karena itu, bentuk-bentuk pribadatan dalam Islam bermacam-
macam, tergantung corak, alat, dan gerak-geriknya. Tetapi sasaran dan
tujuannya hanya satu yaitu untuk berbakti kepada ilahi (Allah swt).
29
3. Macam-Macam Ibadah
Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih
membaginya kepada tiga macam, yaitu: ibadah mahdah, ibadah gair mahdah
dan ibadah zi al-wajhain.59
a). Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah
swt semata-mata yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada
ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan
dan atuaran pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui
penjelasan-penjelasan al-Qur’an dan hadits. Ibadah mahdah dilakukan
semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
b). Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut
hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk
(habl min Allah wa habl mi an-nas), di samping hubungan vertikal juga
ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya
terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia
dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya: "Dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya…"(Q.S. Al-A’raf/7: 56)
c). Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu
mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan
tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat
diketahui, seperti nikah dan idah.60
Dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat dibagi kapada dua macam, yaitu:
1). Ibadah Khassah/khusus, adalah termasuk bidang kajian fiqh al-nabawi
yang meliputi: taharah, shalat, zakat, haji, pengurusan jenazah,
penyembelihan hewan, sumpah dan nazar, makan-minum dan jihad.
2). Ibadah 'Ammah/umum, adalah termasuk bidang kajian fiqh Ijtihadi yang
meliputi: muamalah/yang menyangkut segala urusan duniawi (umur al-
Dunyawiyyah), dan sistem sosial kemasyarakatan (muamalah ma'a al-
59Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam…, h. 593. 60Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam…, h. 594.
30
Makhluq) atau sebuah istilah yang mencakup segala hal yang disukai oleh
Allah swt.61
Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk
dan sifat ibadah terbagi kepada enam macam:
1). Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do'a, membaca hamdalah oleh orang yang bersin, memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan, minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur.an dan lain-lain.
2). Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah.
3). Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakan puasa.
4). Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesutu pekerjaan, seperti Itikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah), serta menahan diri dari jima. Dan haji, thawaf, wukuf di Arafah, ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki.
5). Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, dan memerdekakan budak untuk kaffarat.
6).Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapinya.62
Dilihat dari segi fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkannya,
ibadah dapat dibagi menjadi tiga macam:
a). Ibadah badaniyyah ruhiyyah mahdah, yaitu suatu ibadah yang untuk
mewujudkannya hanya dibutuhkan kegiatan jasmani dan rohani saja,
seperti shalat dan puasa.
b). Ibadah maliyyah, yaitu ibadah yang mewujudkannya dibutuhkan
pengeluaran harta benda, seperti zakat.
61Hassan Saleh (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2008), h.10. 62Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah…, h. 19.
31
c). Ibadah badaniyyah ruhiyyah maliyyah, yaitu suatu ibadah yang untuk
mewujudkannya dibutuhkan kegiatan jasmani, rohani dan pengeluaran
harta kekayaan, seperti haji.63
Diantara macam-macam peribadatan itu, ada lima ibadah pokok yang
bisa disebut Arkanul Islam menurut H.M. Ardani dalam bukunya Fikih
Ibadah Praktis adalah sebagai berikut:
1). Ibadah Lisan )عبادة لسا نیة( Ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
2). Ibadah Badaniah Murni Harian (عبا دة محضة یومیة) Ialah sholat yang bersifat harian yang mesti dilakukan 5 (lima) kali dalam sehari.
3). Ibadah Badaniah Tahunan ( عبادة بد نیة سنویة( Ialah puasa yang dilakukan setahun sekali selama satu bulan Ramadhan.
4). Ibadah Harta Bersifat Sosial (عبادة ما لیة ا جتما عیة) Ialah zakat, dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah swt, untuk kesejahtraan masyarakat.
5). Ibadah Badaniah Antar Bangsa (عبادة بد نیة د ولیة) Ialah haji yang merupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antar bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran Islam. 64
Dari segi sasaran manfaat, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
a). Ibadah keshalehan perorangan (fardiyyah), yaitu ibadah yang hanya
menyangkut diri pelakunya sendiri, tidak ada hubungannya dengan
orang lain, seperti shalat.
b). Ibadah keshalehan kemasyarakatan (ijtim’iyyah), yaitu ibadah yang
memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya.
Contoh: sedekah dan zakat. Di samping merupakan ibadah kepada
Allah, juga merupakan ibadah kemasyarakatan, sebab sasaran dan
manfaat ibadah tersebut akan menjangkau orang lain.65
63Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam…, h. 594. 64H.M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis…, h. 19. 65Abdul Azis Dahlan (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam..., h. 594.
32
4. Tujuan Ibadah
Sesungguhnya hati manusia itu selalu merasa butuh kepada Allah swt dan
perasaan ini benar adanya, bahwa sesuatu didunia ini tidak ada yang bisa
mengisi kekosongan melainkan hubungan yang baik dengan Tuhannya yang
mengatur dunia ini.
Ajaran Ibadah tidak boleh dipandang hanya perintah Allah semata-mata,
melainkan juga dilihat dari sisi lain pada manusia yaitu kebutuhan
psikologisnya akan adanya ajaran itu. Dengan kata lain dapat ditegaskan
bahwa ibadah itu dilihat dari sisi manusia adalah pemenuhan psikologisnya itu
sendiri.
Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya
adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan
mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya
tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat.
Tujuan tambahannya adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia
dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyari'atkan pada
dasarnya bertujuan untuk menundukan diri kepada Allah swt dengan ikhlas,
mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain
adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar,
sebagaimana dipahami dari firman Allah swt:
njǙ ŁɄŇǵȿNJǕ ǠŁȵ NJȰŃǩǟŁȬŃɆLjȱ ĈǒǠøŁȊŃǶLjȦǐȱǟ njȸŁȝ ɂŁȾŃȺŁǩ LjǥɎĉŁȎȱǟ ĉLjȷnjǙ LjǥɎĉŁȎȱǟ njȴŇȩLjǕŁȿ njǡǠŁǪŇȮǐȱǟ ŁȸŇȵ njȀøLjȮŃȺłȶǐȱǟŁȿ
ǠŁȵ łȴLjȲŃȞŁɅ łȼĉLjȲȱǟŁȿ łȀŁǤǐȭLjǕ ŇȼĉLjȲȱǟ łȀǐȭŇǾLjȱŁȿ LjȷɀłȞŁȺŃȎŁǩ. )٢٩:٤٥/سورة العنكبوت(
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabuut/29 ayat 45).
Tujuan hakiki dari ibadah yang penulis simpulkan adalah menghadapkan
atau menyerahkan diri sepenuh jiwa dan raga kepada Allah swt, dan
menunggalkannya sebagai tumpuan harapan dalam segala hal bagi kehidupan.
33
C. Kerangka Berfikir
Diantara sekian banyak pelajaran yang diberikan kepada siswa-siswi pada
tingkat sekolah menengah pertama (SMP), pelajaran agama Islam-lah yang
paling dominan atau diprioritaskan dalam membentuk karakter bagi siswa.
Pendidikan agama Islam dengan segala muatan nilai dan moral mengajarkan
kepada siswa tidak hanya masalah akidah, syariah dan muamalah saja. Akan
tetapi juga mengajarkan etika personalitas siswa dengan sosok moral dan
akhlak mulia yang diberikan melalui pendekatan metode pengajaran
pendidikan agama Islam yang dapat menghujam jauh kesanubari siswa
sehingga berimplikasi terhadap pengamalan ibadah siswa dalam kehidupan
sehari-harinya.
Pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah bukan hanya
menyangkut proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas melalui
intelegensi (kecerdasan akal) saja, Akan tetapi juga menyangkut proses
internalisasi nilai agama melalui kognisi (pengamatan), konasi (keinginan atau
kemauan) dan emosi (perasaan atau rangsangan) yang terjadi di dalam
maupun di luar kelas yang tentunya diberikan dorongan positif terhadap
perkembangan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Maka tentunya
sangat penting sekali pendidikan agama Islam dapat dipelajari oleh siswa
supaya mereka dapat mengamalkan ajaran agama Islam (mengamalkan
ibadah) dalam kehidupan sehari-harinya.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus di uji
kebenarannya. Sebuah hipotesis akan menjadi kuat dan dapat digunakan
sebagai pendapat atau teori dalam mengarahkan jalannya penelitian atas dasar
literatur pustaka yang telah diuraikan.
34
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, pelaksanaan pendidikan agama
Islam sebagai variabel bebas (X), dan pengamalan ibadah siswa sebagai
variabel terikat (Y). Maka dengan demikian penulis merumuskan hipotesisnya
sebagai berikut:
Ha (hipotesa alternatif) : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
variabel pelaksanaan pendidikan agama Islam
dan pengamalan ibadah siswa.
Ho (hipotesa nol) : Tidak ada pengaruh yang positif antara variabel
pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan
pengamalan ibadah siswa.
35
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September sampai dengan
tanggal 20 Nopember 2010 M, yang bertempat di SMP Attaqwa 06 Bekasi.
SMP Attaqwa 06 merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berada di
bawah naungan yayasan Attaqwa yang dipimpin oleh Drs. Hasanuddin, HA.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu dalam penelitian. Bisa juga diartikan sebagai seluruh
data yang menjadi perhatian dalam suatu lingkup dan waktu yang ditentukan
dalam penelitian.1 Pada penelitian ini yang menjadi objek adalah siswa-siswi
kelas IX di SMP Attaqwa 06 Bekasi yang berjumlah 284 siswa (lk & pr).
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi.2 Dikarenakan keterbatasan
waktu penelitian, maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah
30 orang siswa. Adapun teknik pengambilan sampel, penulis menggunakan
random sampling, yaitu teknik pengambilan sampling secara random atau
tanpa pandang bulu.3 Di mana pengambilan sampel semua individu dalam
1S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 118. 2S. Margono, Metodologi Penelitian…, h. 121. 3S. Margono, Metodologi Penelitian…, h. 125.
36
populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama (dari populasi secara
acak) yang diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
C. Variabel dan Metode Penelitian
Variabel adalah "objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian".4 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
yaitu: Variabel bebas (Independen Variabel) yaitu pelaksanaan pendidikan
agama Islam, dan Variabel terikat (Dependen Variabel) yaitu pengamalan
ibadah siswa.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif melalui penelitian lapangan (Field Research) yang diperkuat
dengan kajian kepustakaan (Library Research).
Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan
menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini agar penelitian dapat
memperoleh data yang lengkap mengenai dua variabel yang diteliti, yaitu
variabel pelaksanaan pendidikan agama Islam (X) dan efeknya terhadap
pengamalan ibadah siswa (Y) serta hubungan keduanya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Pengematan (observasi)
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.5
observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pendidikan agama Islam di SMP Attaqwa 06 Bekasi, cara guru mengajar
dan pengamalan ibadah siswa.
4Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta,1998), Cet. 11, h. 96. 5Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
Cet. 9, h. 30.
37
2. Wawancara (Interview)
Wawancara atau dikenal juga dengan istilah Interview adalah suatu
metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena
dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan.6 Wawancara tersebut dilakukan pada guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Adapun kisi-kisi yang ditanyakan kepada responden di antaranya
yaitu:
a. Mengenai metode dan media yang digunakan pada saat mengajar pada
mata pelajaran PAI.
b. Problema apa yang dihadapi pada saat menyampaikan materi tentang
ibadah.
c. Bagaimana sikap siswa ketika berlangsungnya proses belajar PAI di
kelas.
3. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Dengan angket ini dapat diketahui tentang
keadaan/data diri, pengalaman dan pengetahuan sikap yang dimilikinya.
Angket yang penulis sebarkan adalah kepada siswa-siswi yang
ditetapkan sebagai responden penelitian. Melalui penyebaran angket ini
diharapkan akan didapat data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam
dan pengamalan ibadah siswa kelas IX SMP Attaqwa 06 Bekasi. Angket ini
diberikan kepada siswa kelas IX SMP Attaqwa 06 dan hanya mengambil
sampel sebanyak 30 siswa.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pencatatan data-data yang relevan dengan
masalah yang sedang diteliti kemudian data-data tersebut
didokumentasikan. Adapun teknik pengumpulan data ini dipergunakan
untuk memperoleh data tentang kondisi obyektif SMP Attaqwa 06 Bekasi.
6Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 30.
38
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisa adalah data yang dikumpulkan dari hasil obeservasi,
interview dan angket yang kemudian disusun dan dianalisa serta disimpulkan
hingga menjadi data yang kongkrit. Teknik analisis data ini merupakan cara
yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang
diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang
mengumpulkan data saja, tetapi juga orang lain.
No Dimensi Indikator Butir Soal
1. Aspek
Pelaksanaan
Pendidikan
Agama Islam.
a. Kedisiplinan
b. Tanya jawab.
c. Penguasaan materi
pelajaran dan contoh.
d. Penggunaan alat media
dan metode pengajaran.
e. Pemberian tugas dan
evaluasi atau penilaian.
f. Bimbingan belajar.
1, 14
2, 20
3,4,12,16,17,18,19
5, 6, 7, 8, 9
10, 11, 13
15
2. Aspek
Pengamalan
Ibadah siswa.
a.Pengamalan ibadah shalat.
b. Ibadah puasa.
c. Zakat dan sodakoh.
d. Kebiasaan berdo'a.
e. Kebiasaan mengaji
al-Qur'an.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
8,10,11
9
12,13,14,15,16,17,18
19,20
39
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing.
Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah diisi dan
dikembalikan oleh responden satu persatu dari nomor satu atau sampai akhir.
b. Skoring
Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor
terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Pertanyaan yang positif diberi
skor 4,3,2,1, sedangkan pertanyaan negatif diberi skor sebaliknya atau
dengan ketentuan sebagai berikut:
Selalu (a) diberi nilai 4
Sering (b) diberi nilai 3
Kadang-kadang (c) diberi nilai 2
Tidak pernah (d) diberi nilai 1
c. Tabulating
Yang dimaksud tabulating, yaitu memindahkan jawaban responden ke
dalam blanko yang telah disusun secara rapi dan rinci dalam bentuk tabel.
Adapun untuk menganalisa dengan melihat variabelnya, yaitu sebagai
berikut:
1). Menganalisa satu variabel
Untuk menganalisa setiap variabel digunakan tehnik analisa secara
deskriftif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F/N X100% Keterangan:
P = Presentase untuk setiap kategori jawaban
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden.7
7Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 43.
40
Adapun ketentuan skala prosentase dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Penafsiran Prosentase
No Prosentase Penafsiran
1. 100 % Seluruhnya
2. 90 % - 99 % Hampir seluruhnya
3. 60 % - 89 % Sebagian besar
4. 51 % - 59 % Lebih dari setengahnya
5. 50 % Setengahnya
6. 40 % - 49 % Hampir setengahnya
7. 10 % - 39 % Sebagian kecil
8. 1 % - 9 % Sedikit sekali
9. 0% Tidak ada
2). Menganalisa dua variabel
Untuk mengetahui korelasi antara dua variabel, penulis menggunakan
rumus product of moment correlation.
Rumus product moment tersebut adalah sebagai berikut:
rxy = N∑ XY – (∑X)(∑Y)
√{N∑X² - (∑X)²}{N∑Y²- (∑Y)²
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi "r" Product Moment.
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).
∑ XY = Jumlah dari hasil perkalian antara skor variabel X dan skor
variabel Y.
∑X = Jumlah seluruh skor X.
∑Y = Jumlah seluruh skor Y.
41
Setelah menganalisa hubungan antara kedua variabel di atas, kemudian
memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" product moment
serta menarik kesimpulan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu:
3). Memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana dengan berpedoman
sebagai berikut:
Tabel 3
Interpretasi Data
Besarnya "r"
Product
Moment (rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan varaibel Y terdapat korelasi yang
sangat lemah atau sangat rendah.
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup.
0,70 – 0, 90 Antara variabel X dan variabel Y tedapat korelasi yang
kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
sangat kuat.
4). Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai "r" product
moment.
Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi
"r" product moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:
a). Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho).
b). Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan dengan
jalan membandingkan besarnya "r" product moment dengan "r" yang
tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat
bebas (db) atau degress of freedomnya (df).
42
Adapun rumusnya yaitu sebagai berikut:
df = N – nr Keterangan:
df = Degree of freedom.
N = Number.
nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.8
Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, penulis
menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100 Keterangan:
KD = Kontribusi variabel X terhadap Y.
r² = Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y.
8Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 193
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Attaqwa 06 Bekasi
1. Sejarah Singkat SMP Attaqwa 06 Bekasi
Yayasan Attaqwa adalah pengganti nama dan pelanjut yayasan
pembangunan, pemeliharaan dan pertolongan Islam (YP3) yang didirikan
oleh Al-Marhum Almaghfurlah KH. Noer Ali pada tahun 1956. Tiga puluh
tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 17 Desember 1986 yayasan ini
diganti namanya dengan yayasan attaqwa dan sekaligus dilakukan
regenerasi pengurusnya.
Inisiatif mendirikan yayasan ini pada dasarnya untuk mengayomi
usaha-usaha yang dilakukan dan dicita-citakan oleh Bapak KH. Noer Ali.
Semenjak tahun 1940, setelah beliau kembali dari menuntut ilmu
pengetahuan di Makkah Al-Mukaramah di mana beliau berusaha
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan melakukan usaha-usaha
bidang kemasyarakatan dan kesejahtraan umat. Untuk mengkoordinasikan
kegiatan inilah beliau membentuk sebuah panitia yang dinamakan dengan
panitia pembangunan, pemeliharaan dan pertolongan Islam yang
merupakan cikal bakal dari yayasan p3.
Awal mulanya didirikan sekolah menengah pertama (SMP) Attaqwa
06 yaitu atas permintaan masyarakat sekitar karena didaerah tersebut belum
adanya SMP. Sekolah ini merupakan yayasan attaqwa yang tersebar
diseluruh pelosok kota dan kabupaten Bekasi. Yayasan attaqwa didirikan
44
oleh KH. Noer Ali yang berlokasi di desa bahagia Bekasi yang merupakan
attaqwa pusat. SMP Attqwa 06 berdiri pada tahun 2002 dan sekarang
dikepalai oleh Drs. Hasanuddin, dan lembaga ini bernaung dibawah
yayasan attaqwa 12 yang diketuai oleh H. M. Ali Hamidy, S.Pd.I.
SMP Attaqwa 06 ini berada di perbatasan antara kampung Rawa
Silem I dan II yang hanya dibatasi dengan jalan Ujung Harapan. Bangunan
ini dibatasi dengan permukiman penduduk yaitu sebelah utara dan barat,
sedangkan sebelah selatan dan timur dibatasi dengan jalan umum. Letak
bangunan sangat strategis berdiri diatas tanah seluas 1.800 m². Dari luas
keseluruhan 3. 700 m². Susunan kepengurusan Yayasan Attaqwa 12 adalah
sebagai berikut:
Susunan Pengurusan Yayasan Attaqwa 12 Cabang Kaliabang
Tengah Bekasi Utara Kota Bekasi Masa Bakti 2009-2014 M
I. Penasehat : Dr. H. Zainal Abidin
: H. Moh. Sidik
: H. Moh. Yasin
II. Ketua Umum : H. Ali Hamidi S.Pd.I
Ketua I : A. Jamhari
Ketua II : H. Rosyidi
Ketua III : Nur ali S.Ag
Ketua IV : A. Syafiie
Ketua V : H. Affandi
Ketua VI : Abd. Azis
III. Sekretaris : Lukmanul Hakim S.Pd.I
Sekretaris II : Badruddin Tohir
IV. Bendahara I : Drs. Hasanuddin
V. Bendahara II : Muhibbah
Seksi-Seksi
VI. Pendidikan : H.A. Sarwani S.Pd.I
V. Pembangunan : H. Agus Bahtiar
VI. DMA : H. Hafidi
45
IX. Auqof : Sanali
X. Kewanitaan : Hj. Umamah
2. Visi dan Misi Attaqwa 06 Bekasi
Visi dan Misi adalah merupakan arah/panduan konsep menuju
tercapainya tujuan yang diharapkan.
a. Visi
Visi SMP Attaqwa 06 adalah menjadikan pendidikan SMP yang
mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan menyiapkan generasi
penerus yang beriman, berilmu pengetahuan agama yang tinggi,
berakhlak mulia serta bertaqwa (IMTAQ).
b. Misi
Adapun misi SMP Attaqwa 06 adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan KBM yang efektif sehingga setiap siswa dapat
berkembang.
2. Mendorong siswa rajin belajar.
3. Melengkapi alat dan sumber serta media belajar.
4. Membimbing siswa agar mampu dan lancar membaca al-Qur'an
dan Hadits.
3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
Untuk mengetahui jumlah guru dan pegawai yang ada, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4
Keadaan guru dan Karyawan
NO Nama Jabatan Bidang Studi Pendidikan
Akhir
1 Drs. Hasanuddin Guru - SI
2 Adi Mulyadi, S.Com Guru Komputer SI
3 H.A. Syarwani, S.Pd.I Guru Fiqih SI
46
4 H. Mastur Muhar, Lc Guru B.Inggris SI
5 Dra. Masjidah Guru Sejarah SI
6 Sarna, S.Pd Guru B.Indonesia SI
7 Imam Thabrani, S.Ag Guru IPS SI
8 Firman Daud, S.T Guru Biologi SI
9 Dra. Isnawarnita Guru Ekonomi SI
10 Martiana, S.Pd Guru Fisika SI
11 Luqamanul Hakim,
S.Pd.I Guru PAI SI
12 Husni Qodim, S.Ag Guru Geografi SI
13 Drs. Hasan Andari Guru Penjaskes SI
14 Indah Astuti, S.Ag Guru KTK SI
15 Yuyun Suryani, S.Ag Guru Aqidah SI
16 M. Alipudin, S.Pd Guru Biologi SI
17 Juhairiyah, S.Ag Guru B.Sunda SI
18 Badruddin S.Ag
Kepala
TU &
Guru
PAI SI
19 H. Ghozali S.Ag Guru PPKN SI
20 HJ. Mimi Jamilah,
S.Sos Guru
Al-
Qur'an/Tajwid SI
21 A.Furqon, S.Ag Guru PAI SI
22 Khoerul Anwar, S.Pd Guru PPKN SI
23 M.Yusuf, S.Pd Guru Penjaskes S.I
24 Dewi Karmila, SE Guru Komputer S.I
25 Afrianti, S.Pd Guru Matematika S.I
26 Fitriah. S.Pd.I TU - S.I
27 Faisal Nawawi Karyawan - SMA
Sumber: Dokumentasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
47
Jumlah Siswa-Siswi SMP Attaqwa 06
Jumlah siswa yang terdaftar di sekolah ini pada tahun pelajaran
2009/2010 sebanyak 960 orang, terdiri dari kelas VII berjumlah 362 siswa,
kelas VIII 314 siswa, dan kelas IX berjumlah 284 siswa. Jadi jumlah seluruh
siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi 960 siswa, dan untuk lebih jelasnya dapat
dilihat tabel sebagai berikut:
Tabel 5
Jumlah siswa-siswi SMP Attaqwa 06 Bekasi
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 173 189 362
2 VIII 145 169 314
3 IX 136 148 284
Jumlah 454 506 960
Sumber: Dokumentasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
4. Sarana dan Prasarana SMP Attaqwa 06 Bekasi
Peran sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan sangat
penting, untuk menunjang proses pencapaian tujuan pembelajaran dan
pendidikan secara umum. berdasarkan wawancara dan observasi yang
penulis lakukan dengan kepala sekolah dikemukakan sarana dan prasarana
yang dimiliki SMP Attaqwa 06 seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Sarana dan Prasarana SMP Attaqwa 06 Bekasi
No Jenis Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 8 Permanen/baik
2 Ruang Kepala 1 Baik
3 Ruang guru 1 Baik
4 Ruang Perpustakaan 1 Baik
5 Ruang Tata Usaha 1 Baik
48
6 Ruang Laboratorium 1 Baik
7 Ruang BP 1 Baik
8 Musholla 1 Baik
9 Lab Komputer 1 Baik
10 Lapangan Olahraga 1 Baik
Sumber: Dokumentasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
Berdasarkan Observasi penulis, SMP Attaqwa 06 belum memiliki
perpustakaan yang memadai dan dapat menunjang pembelajaran. Memang ada
perpustakaan, tetapi tidak bisa digunakan dengan maksimal, karena kondisi
buku yang sudah lama dan koleksi buku yang bisa menunjang proses
pembelajaran seperti buku paket atau bidang studi masih sedikit sekali.
49
6. Struktur Organisasi SMP Attaqwa 06 Bekasi
STRUKTUR ORGANISASI
SMP ATTAQWA 06
BEKASI UTARA
50
B. Deskripsi Data
Data yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini adalah hasil penyebaran
angket tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah SMP Attaqwa
06 Bekasi dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa kelas IX SMP
Attaqawa 06 Bekasi. Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang
diberikan kepada siswa, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel
deskriptif prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F/N X100%
Keterangan:
P= Prosentase
F= Frekuensi
N= Number of Cases (Jumlah responden)
1. Pernyataan yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam (Variabel X)
Untuk mengetahui Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP
Attaqwa 06 Bekasi dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-
tabel sebagai berikut:
Tabel 7
Guru datang tepat waktu
No Option Frekuensi Prosentase
1 Selalu 10 33,3%
Sering 12 40%
Kadang-kadang 8 26,6%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas dari total responden (30) orang yang
menjawab bahwa guru PAI selalu datang tepat waktu sebanyak 10 orang
(33,3%) responden. Yang menjawab sering sebanyak 12 orang (40%).
Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 8 orang
51
(26,6%), dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah datang tepat waktu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru agama PAI datang tepat
waktu dan siap memberikan materi pelajaran, walaupun hanya (33,3%)
responden yang menyatakan selalu.
Tabel 8
Guru memberikan pertanyaan di awal pelajaran
No Option Frekuensi Prosentase
2 Selalu 6 20%
Sering 4 13,3%
Kadang-kadang 12 40%
Tidak Pernah 8 26,7%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, sebanyak 6 orang (20%) yang menjawab bahwa guru
agama selalu memberikan pertanyaan di awal pelajaran, dan 4 orang (13,3%)
juga yang menjawab sering, 12 orang (40%) menjawab kadang-kadang, dan
8 orang (26,7%) yang menjawab tidak pernah, hal ini mengindikasikan
bahwa guru agama harus lebih banyak memberikan pertanyaan di awal
pelajaran sebagai penguatan kembali kepada siswa terhadap pelajaran yang
lalu.
Tabel 9
Guru menerangkan materi pelajaran dengan jelas
No Option Frekuensi Prosentase
3 Selalu 14 46,7%
Sering 10 33,3%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
52
Penjelasan guru sangat berpengaruh terhadap daya serap siswa, dari
tabel diatas menjelaskan bahwa sebanyak 14 orang (46,7%) menyatakan
selalu, dan 10 orang (33,3%) menyatakan sering, 5 orang (16,7%)
menyatakan kadang-kadang dan 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak
pernah, hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas penjelasan guru sudah
sangat bagus.
Tabel 10
Penguasaan materi pelajaran
No Option Frekuensi Prosentase
4 Selalu 16 53,4%
Sering 11 36,6%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi juga oleh
penguasaan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan
memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 responden 16
orang (53,4%) yang menjawab bahwa guru agama menguasai materi
pelajaran, selebihnya 11 orang (36,6%) menjawab sering, 3 orang (30%)
menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Dapat
disimpulkan bahwa penguasaan guru terhadap materi pelajaran harus
dipertahankan.
53
Tabel 11
Penggunaan Metode penyajian
No Option Frekuensi Prosentase
5 Selalu 18 60%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah 4 13,3%
Jumlah 30 100%
Metode merupakan salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dalam
menyampaikan materi pelajaran, dari tabel di atas sebanyak 18 orang (60%)
yang menjawab selalu, 5 orang (16,7%) menjawab sering, 3 orang (10%)
yang menjawab kadang-kadang dan 4 orang (13,3%) yang menjawab tidak
pernah. Ini menunjukan bahwa metode penyajian sudah tepat akan tetapi ada
siswa yang tidak cocok dengan metode yang digunakan.
Tabel 12
Metode penyajian dengan diskusi
No Option Frekuensi Prosentase
6 Selalu 2 6,7%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 10 33,3%
Tidak Pernah 15 50%
Jumlah 30 100%
Dari 30 responeden hanya 2 orang (6,7%) menjawab bahwa guru
agama selalu memberikan metode penyajian materi dengan diskusi, 3 orang
(10%) menjwa sering, 10 orang (33,3%) menjawab kadang-kadang, dan 15
orang (50%) menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa metode
penyajian materi pembelajaran dengan diskusi masih belum dilakukan pada
proses belajar mengajar dan harus lebih ditingkatkan.
54
Tabel 13
Metode penyajian dengan ceramah
No Option Frekuensi Prosentase
7 Selalu 22 73,4%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 2 6,6%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 22 orang (73,4%)
responden menyatakan bahwa guru agama selalu memberikan metode
penyajian materi pelajaran dengan ceramah, 3 orang (10%) menyatakan
sering, 2 orang (6,6%) menyatakan kadang-kadang dan 3 orang (10%)
menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa guru agama
memfokuskan metode penyajian materi pelajarannya dengan metode
penyajian ceramah.
Tabel 14
Metode penyajian dengan tanya jawab
No Option Frekuensi Prosentase
8 Selalu 9 30%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 10 33,3%
Tidak Pernah 5 16,7%
Jumlah 30 100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa dari 30 responden sebanyak 9 orang
(30%) yang menjawab bahwa guru agama selalu menggunakan metode
penyajian dengan tanya jawab, dan 6 orang (20%) menjawab sering, dan
sebanyak 10 orang (33,3%) menjawab kadang-kadang, dan 5 orang (16,7%)
yang menjawab tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa guru agama
55
harus lebih meningkatkan metode penyajian dengan tanya jawab pada proses
belajar mangajarnya.
Tabel 15
Penggunaan alat peraga atau Media pengajaran
No Option Frekuensi Prosentase
9 Selalu 3 10%
Sering 1 3,3%
Kadang-kadang 10 33,3%
Tidak Pernah 16 53,4%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas sebanyak 3 orang (10%) menyatakan selalu, dan
hanya 1 orang (3,3%) menyatakan sering, dan 10 orang (33,3%) menyatakan
kadang-kadang dan 16 orang (53,4%) menyatakan tidak pernah. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga oleh guru hanya dilakukan
apabila ada materi yang harus dipraktekan saja.
Tabel 16
Memberikan tugas atau PR
No Option Frekuensi Prosentase
10 Selalu 7 23,3%
Sering 7 23,3%
Kadang-kadang 15 50%
Tidak Pernah 1 3,4%
Jumlah 30 100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 7 orang (23,3%)
responden yang menyatakan selalu guru agama memberikan tugas/PR, dan 7
orang (23,3%) yang menyatakan sering. Selebihnya, 15 orang (50%)
menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,4%) menyatakan tidak
pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama harus mau
memberikan tugas/PR setelah materi pokok/bab selesai kepada siswa.
56
Tabel 17
Menyampaikan hasil pokok materi
No Option Frekuensi Prosentase
11 Selalu 16 53,4%
Sering 7 23,3%
Kadang-kadang 6 20%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru
menyampaikan pokok materi pelajaran kepada siswa sangat tinggi. Hal ini
terlihat dari prosentase siswa yang menyatakan bahwa guru selalu
menyampaikan pokok materi pelajaran yang mencapai (53,4%) atau
sebanyak 16 orang. Selanjutnya 7 orang (23,3%) menyatakan sering, 6
orang (20%) menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) yang
menyatakan tidak pernah.
Tabel 18
Memberikan contoh nyata mengenai materi
No Option Frekuensi Prosentase
12 Selalu 3 10%
Sering 11 36,6%
Kadang-kadang 11 36,6%
Tidak Pernah 4 13,4%
Jumlah 30 100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa hanya 3 orang (10%) responden
yang menyatakan selalu guru memberikan contoh nyata mengenai materi,
11 orang (36,6%) yang menyatakan sering, 11 orang (63,6%) yang
menyatakan kadang-kadang dan 4 orang (13,4%) yang menyatakan tidak
pernah. Maka dapat di simpulkan bahwa guru masih minim dalam
memberikan contoh nyata dan tentunya guru harus lebih banyak
57
menekankan pada materi yang ada disekitar siswa agar siswa dapat mudah
untuk memahami dari materi yang diajarkan.
Tabel 19
Memberikan hasil nilai setiap tugas
No Option Frekuensi Prosentase
13 Selalu 8 26,7%
Sering 13 43,3%
Kadang-kadang 9 30%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari 30 responden 8 orang (26,7%) menjawab bahwa guru agama
selalu memberikan nilai setiap tugas, 13 orang (43,3%) menjawab sering,
9 orang (30%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah. Ini mununjukkan guru agama peduli terhadap hasil nilai
setiap tugas, walaupun hanya (26,7%) yang menjawab selalu memberkan
hasil nilai kepada siswa.
Tabel 20
Penggunaan waktu secara tepat dalam mengajar
No Option Frekuensi Prosentase
14 Selalu 4 13,3%
Sering 12 40%
Kadang-kadang 13 43,4%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Pada tabel di atas sebanyak 4 orang (13,3%) menyatakan bahwa
guru agama selalu menggunakan waktu secara tepat dari 30 responden.
Selebihnya, 12 orang (40%) menyatakan sering, 13 orang (43,4%) yang
58
menyatakan kadang-kadang, dan hanya 1 orang (3,3%) yang
menyatakan tidak pernah.
Tabel 21
Memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan
No Option Frekuensi Prosentase
15 Selalu 3 10%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 19 63,3%
Tidak Pernah 2 6,7%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30
responden hanya 3 orang (30%) yang menjawab guru agama selalu
memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
materi ajar, dan 6 orang (20%) yang menjawab sering. Selebihnya, 19
orang (63,3%) yang menjawab kadang-kadang, dan 2 orang (6,7%) yang
menjwab tidak pernah. Ini menyimpulkan guru agama harus lebih
meningkatkan dalam memperhatikan siswanya.
Tabel 22
Guru menejelaskan indikator
(tujuan pembelajaran) sebelum memulai pelajaran
No Option Frekuensi Prosentase
16 Selalu 1 3,3%
Sering 1 3,3%
Kadang-kadang 12 40%
Tidak Pernah 16 53,4%
Jumlah 30 100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa hanya 1 orang (3,3%) responden
yang menyatakan selalu guru menjelaskan indikator sebelum memulai
pelajaran, 1 orang (3,3%) yang menyatakan sering, 12 orang (40%) yang
59
menyatakan kadang-kadang dan 16 orang (53,4%) yang menyatakan tidak
pernah. Maka dapat di simpulkan bahwa guru masih minim dalam
menjelaskan indikator sebelum memulai pelajaran keapada siswa.
Tabel 23
Guru menjelaskan materi pelajaran secara sistematis
No Option Frekuensi Prosentase
17 Selalu 12 40%
Sering 8 26,7%
Kadang-kadang 10 33,3%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30
responden sebanyak 12 orang (40%) yang menjawab guru agama selalu
menjelaskan materi pelajaran secara sistematis, dan 8 orang (26,7%) yang
menjawab sering. Selebihnya, 10 orang (33,3%) yang menjawab kadang-
kadang, dan tidak ada yang menjwab tidak pernah. Ini menyimpulkan guru
agama harus mempertahankan penjelasan materi pelajarannya kepada
siswa siswinya.
Tabel 24
Guru memberikan praktek dalam pembelajaran PAI
No Option Frekuensi Prosentase
18 Selalu 5 16,6%
Sering 16 53,4%
Kadang-kadang 9 30%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
60
Pada tabel di atas sebanyak 5 orang (16,6%) menyatakan bahwa guru
agama selalu memberikan praktek dalam pembelajaran PAI dari 30
responden. Selebihnya, 16 orang (53,4%) menyatakan sering, 9 orang
(30%) yang menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada yang menyatakan
tidak pernah guru memberikan praktek dalam pembelajaran PAI.
Tabel 25
Guru dalam menyampaikan materi
pelajaran penjelasannya mudah dipahami
No Option Frekuensi Prosentase
19 Selalu 2 6,7%
Sering 4 13,3%
Kadang-kadang 23 76,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30
responden hanya 2 orang (6,7%) yang menjawab guru agama selalu
menyampaikan materi pelajaran mudah dipahami siswa, dan 4 orang
(13,3%) yang menjawab sering. Selebihnya, 23 orang (76,7%) yang
menjawab kadang-kadang, dan hanya 1 orang (3,3%) yang menjwab tidak
pernah. Ini menyimpulkan guru agama harus lebih dapat memberikan
penjelasan yang semudah-mudahnya kepada siswa terhadap materi
pelajarannya.
61
Tabel 26
Guru memberikan pertanyaan setelah materi pelajaran berakhir
No Option Frekuensi Prosentase
20 Selalu 6 20%
Sering 13 43,3%
Kadang-kadang 11 36,6%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Pada tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 6 orang (20%)
responden yang menyatakan selalu guru memberikan pertanyaan setelah
meteri pelajaran berakhir, 13 orang (43,3%) yang menyatakan sering, 11
orang (36,6%) yang menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang
menyatakan tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa guru agama
harus mempertahankan proses belajar memberikan pertanyaan apabila
selesai materi yang suadah dibahas, walaupun hanya (20%) dari 30
responen yang menjawab selalu.
62
2. Pernyataan yang Berhubungan dengan Pengamalan Ibadah Siswa
(Variabel Y)
Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa kelas IX SMP Attaqwa
06 Bekasi dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel
sebagai berikut:
a). Tentang Pengamalan Ibadah Shalat
Tabel 27
Pengamalan shalat lima waktu
No Option Frekuensi Prosentase
1 Selalu 12 16,7%
Sering 18 83,3%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel di atas dari 30 responden sebanyak 5 orang (16,7%)
menyatakan selalu, 25 orang (83,3%) menyatakan sering, tidak ada yang
menyatakan kadang-kadang dan yang menyatakan tidak pernah. Dapat
disimpulkan bahwa Pengamalan shalat lima waktu siswa belum sadar
sepenuhnya, hanya sebagian kecil yang selalu mengerjakan perkara wajib
ini. Padahal ini adalah kewajiban umat Islam jika sudah baligh, dan yang
pertama di hisab di hari akhir adalah shalat.
Tabel 28
Pengamalan shalat fardhu di awal waktu
No Option Frekuensi Prosentase
2 Selalu 4 13,3%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 17 56,7%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%
63
Tabel tersebut menunjukan hanya 4 orang (13,3%) menyatakan sering,
dan 6 orang (20%) menyatakan kadang-kadang. Selebihnya, 17 orang
(56,7%) menyatakan kadang-kadang shalat di awal waktu dan 3 orang
(10%) yang menyatakan tidak pernah di awal waktu. Dapat disimpulkan
bahwa siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan shalat di awal
waktu, mereka masih lalai dalam menjalankan shalat fardhu.
Selanjutnya untuk mengetahui Pengamalan shalat berjamaah siswa
SMP Attaqwa 06 Bekasi dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 29
Pengamalan shalat berjamaah
No Option Frekuensi Prosentase
3 Selalu 16 53.3%
Sering 8 26,6%
Kadang-kadang 6 20%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel hasil di atas bahwa 16 orang (53,3%) siswa yang
menyatakan selalu berjama'ah, dan 8 orang (26,6%) menyatakan sering
berjamaah, dan 6 orang (20%) menyatakan kadang-kadang berjamaah dan
tidak ada menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa
menyadari benar tentang keutamaan shalat berjamaah dibandingkan dengan
shalat sendiri, dikarenakan di sekolah tersebut siswa baru boleh pulang
setelah shalat berjamaah terlebih dahulu dengan guru-gurunya
64
Tabel 30
Pengamalan shalat sunnah qabliyah/sebelum shalat wajib
No Option Frekuensi Prosentase
4 Selalu 4 13,3%
Sering 13 43,3%
Kadang-kadang 11 36,7%
Tidak Pernah 2 6,6%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel di atas sebanyak 4 orang (13,3%) siswa menyatakan
selalu, 13 orang (43,3%) menyatakan sering. Selebihnya, 11 orang (36,7%)
menyatakan kadang-kadang dan 2 orang (6,6%) menyatakan tidak pernah.
Dapat disimpulkan bahwa siswa belum tergugah hatinya untuk
melaksanakan perkara yang sunnah.
Mari perhatikan pula tentang Pengamalan shalat sunnah sesudah
shalat wajib, perhatikan tabel berikut:
Tabel 31
Pengamalan shalat sunnah ba'diyah/sesudah shalat wajib
No Option Frekuensi Prosentase
5 Selalu 8 26,6%
Sering 12 40%
Kadang-kadang 8 26,6%
Tidak Pernah 2 6,6%
Jumlah 30 100%
Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat fardhu dari tabel di atas
menyatakan bahwa 8 orang (26,6%) menyatakan selalu, 12 orang (40%)
yang menyatakan sering. Selebihnya, 8 orang (26,6%) yang menyatakan
kadang-kadang dan hanya 2 orang (6,6%) yang menyatakan tidak pernah
melaksanakan. Dapat disimpulkan tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah
65
sebelum shalat fardhu, siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan
perkara yang sunnah.
Tabel 32
Pengamalan shalat sunnah Dhuha
No Option Frekuensi Prosentase
6 Selalu 4 13,3%
Sering 9 30%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 12 40%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas sebanyak 30 responden sebanyak 4 orang (13,3%)
siswa menyatakan selalu, 9 orang (30%) menyatakan sering, dan 5 orang
(16,7%) menyatakan kadang-kadang dan 12 orang (40%) menyatakan tidak
pernah. Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan shalat dhuha masih belum
terbiasa dilakukan oleh siswa karena seharusnya guru agama terlebih
dahulu di perkenalkan tentang paedah dhuha, pelaksanaanya dan pahalanya
yang begitu besar bagi yang melakukannya kepada siswa.
Tabel 33
Pengamalan shalat sunnah tahajjud/shalat malam
No Option Frekuensi Prosentase
7 Selalu 1 3,3%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 21 70%
Tidak Pernah 5 16,7%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas sedikit sekali hanya 1 orang (3,3%) siswa
menyatakan selalu, 3 orang (10%) yang menyatakan sering, lebih dari
sebagian dari responden 21 orang (70%) menyatakan kadang-kadang dan 5
66
orang (16,7%) menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
Pengamalan shalat sunnah tahajjud hanya sedikit sekali yang melaksanakan,
dan sebagian besar menyatakan kadang-kadang dengan jumlah 21 orang
(70%) dari 30 responden.
b). Tentang Pengamalan Ibadah Puasa Siswa
Untuk mengetahui pengamalan siswa tentang ibadah puasa,
perhatikan tabel berikut:
Tabel 34
Pengamalan puasa bulan Ramadhan
No Option Frekuensi Prosentase
8 Selalu 8 26,7%
Sering 16 53,3%
Kadang-kadang 6 20%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel di atas 8 orang (26,7%) yang menyatakan selalu, dan
hampir seluruhnya 16 orang (53,3%) yang menyatakan sering
melaksanakan puasa bulan Ramadhan, dan 6 orang (20%) yang
menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah.
Dapat disimpulkan bahwa kesadaraan siswa melaksanakan puasa wajib
masih minim dalam mengetahui paedah dan kegunaan dari berpuasa di
bulan Ramadhan.
67
Tabel 35
Pengamalan bersedekah
dan Menunaikkan Zakat di bulan Ramadhan
No Option Frekuensi Prosentase
9 Selalu 11 36,7%
Sering 12 40%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Tabel di atas menyatakan 11 orang (36,7%) siswa menyatakan
selalu, 12 orang (40%) menyatakan sering, dan 7 orang (23,3%)
menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah.
Ini menandakan jiwa dermawan siswa sudah mulai kelihatan, karena dari
sebagian kecil responden yang menyatakan selalu dan sering, ini sudah
baik dari yang dilakukan oleh siswa mengenai pengamalan ibadahnya.
Tabel 36
Pengamalan makan sahur
No Option Frekuensi Prosentase
10 Selalu 7 23,3%
Sering 16 53,4%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 2 6,6%
Jumlah 30 100%
Makan sahur adalah suatu hal yang disunnahkan jika hendak
berpuasa, dari hasil tabel di atas bahwa 7 orang (23,3%) siswa menyatakan
selalu, dan 16 orang (53,4%) menyatakan sering. Sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang 5 orang (16,7%) dan hanya 2 orang (6,6%)
menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengamalan
68
makan sahur dilakukan oleh siswa sebagai energi untuk siang harinya dan
sebagai Pengamalan sunnah puasa.
Tabel 37
Pengamalan puasa sunnah hari senin dan kamis
No Option Frekuensi Prosentase
11 Selalu 2 6,7%
Sering 4 13,3%
Kadang-kadang 20 66,6%
Tidak Pernah 4 13,3%
Jumlah 30 100%
Dalam Pengamalan puasa sunnah senin dan kamis tabel
menunjukkan bahwa hanya 2 orang (6,7%) yang menyatakan selalu, 4
orang (13,3%) menyatakan sering, sebagian besar 20 orang (66,6%)
menyatakan kadang-kadang dan hanya 4 orang (13,3%) menyatakan tidak
pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum mau melaksanakan puasa
sunnah, ini ditandai dengan lebih dari setengah kadang-kadang
melaksanakan puasa sunnah senin dan kamis.
c). Tentang Pengamalan Kebiasaan Berdo'a siswa
Do'a merupakan suatu upaya memohon kepada Allah swt agar maksud
dan tujuan seseorang tercapai. Tentu saja tujuan tersebut tidak hanya
dicapai dengan do'a melainkan harus didahului oleh usaha yang maksimal.
Berikut kita perhatikan tabel Pengamalan do'a siswa sebagai berikut:
69
Tabel 38
Pengamalan do'a selesai wudhu
No Option Frekuensi Prosentase
12 Selalu 1 3,3%
Sering 12 40%
Kadang-kadang 16 53,4%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel tersebut di atas hanya 1 orang (3,3%) menyatakan
selalu, 12 orang (40%) siswa menyatakan sering, lebih dari setengahnya
16 orang (53,4%) menyatakan kadang-kadang dan 1 orang (3,3%) yang
menyatakan tidak pernah berdo'a. Dapat disimpulkan bahwa siswa cukup
mempunyai kesadaran untuk melaksanakan apa yang telah mereka
ketahui tentang berdo’a setelah berwudhu.
Tabel 39
Pengamalan do'a sehabis shalat fardhu
No Option Frekuensi Prosentase
13 Selalu 6 20%
Sering 12 40%
Kadang-kadang 12 40%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel di atas 6 orang (20%) siswa menyatakan selalu
berdo'a, dan 12 orang (40%) menyatakan sering. Selebihnya, 12 orang
(40%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak
pernah. Ini menandakan bahwa siswa sadar akan perkara sunnah yaitu
berdo'a setelah shalat fardhu, ataupun melakukan zikir dan lain-lain
70
Tabel 40
Pengamalan do'a ketika mulai belajar
No Option Frekuensi Prosentase
14 Selalu 8 26,7%
Sering 10 33,3%
Kadang-kadang 11 36,6%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas sebanyak 8 orang (26,7%) siswa menyatakan selalu
berdo'a jika hendak belajar, 10 orang (33,3%) menyatakan sering, dan 11
orang (36,6%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali hanya 1
orang (3,3%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa
menyatakan suka berdo'a, ini menandakan bahwa siswa siap untuk belajar.
Dan sedikit sekali yang tidak siap.
Tabel 41
Pengamalan do'a bila hendak makan
No Option Frekuensi Prosentase
15 Selalu 7 23,3%
Sering 11 36,7%
Kadang-kadang 11 36,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas tentang Pengamalan do'a bila hendak makan, dari
30 responden 7 orang (23,3%) siswa menyatakan selalu, 11 orang (36,7%)
menyatakan sering, dan 11 orang (36,7%) menyatakan kadang-kadang
dan hanya 1 orang (3,3%) yang menyatakan tidak pernah. Dapat
disimpulkan bahwa siswa suka berdo'a bila hendak makan walaupun
hanya (23,3%) yang menyatakan selalu.
71
Tabel 42
Pengamalan do'a jika selesai makan
No Option Frekuensi Prosentase
16 Selalu 6 20%
Sering 20 66,7%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel di atas 6 orang (20%) siswa menyatakan selalu, 20
orang (66,7%) menyatakan sering. Selebihnya 3 orang (10%) menyatakan
kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) menyatakan tidak pernah. Dapat
disimpulkan bahwa siswa kurang bersyukur dengan nikmat yang telah di
berikan Allah swt, dengan tidak melakukan do'a jika selesai makan.
Tabel 43
Pengamalan do'a jika hendak tidur
No Option Frekuensi Prosentase
17 Selalu 3 10%
Sering 11 36,6%
Kadang-kadang 15 50%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas yaitu tentang Pengamalan berdo’a siswa jika
hendak tidur, dari 30 responden hanya 3 orang (10%) siswa menyatakan
selalu, 11 orang (36,6%) menyatakan sering, dan 15 orang (50%)
menyatakan kadang-kadang dan hanya 1 orang (3,3%) yang menyatakan
tidak pernah berdo'a jika hendak tidur. Dapat disimpulkan bahwa siswa
seluruhnya berdo'a jika hendak tidur, ini menandakan mereka sudah
menjalankan sunnah berdo'a jika hendak tidur, walaupun hanya (53,4%)
yang menyatakan kadang-kadang.
72
Tabel 44
Pengamalan do'a pada waktu bangun tidur
No Option Frekuensi Prosentase
18 Selalu 12 40%
Sering 10 33,3%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari hasil tabel di atas 12 orang (40%) siswa menyatakan selalu, 10
orang (33,3%) menyatakan sering. Selebihnya, 7 orang (23,3%)
menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil hanya 1 orang (3,3%)
menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa sadar dengan
do'a bangun tidur, ini menandakan siswa dapat bersyukur dengan siapa
yang membangunkannya dari tidur.
d. Tentang Pengamalan Mengaji al-Qur'an Siswa
Membaca Al-Qur'an merupakan suatu hal yang sangat di sunnahkan
dalam ajaran Islam, karena al-Qur'an adalah risalah yang dibawa oleh
nabi Muhammad saw, dari zaman dahulu hingga sekarang masih terjaga
keasliannya dan sebagai tuntunan hidup bagi kehidupan manusia agar
selalu mengikuti aturan yang telah diatur oleh Allah swt, Untuk itu mari
kita perhatikan tabel membaca Al-Qur'an siswa kelas IX SMP Attaqwa 06
Bekasi:
73
Tabel 45
Pengamalan membaca al-Qur'an
No Option Frekuensi Prosentase
19 Selalu 8 26,6%
Sering 13 43,3%
Kadang-kadang 9 30%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas dari 30 responden 8 orang (26,6%) siswa
menyatakan selalu, hampir setengahnya 13 orang (43,3%) menyatakan
sering, dan 9 orang (30%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang
menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan siswa belum dapat
menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan membaca al-
Qur'an. Karena al-Qur'an adalah pegangan dan pedoman hidup orang
Islam.
Berikut kita perhatikan usaha yang dilakukan orang tua, jika siswa
belum pandai membaca al-Qur'an, apakah orang tua suka menyuruh untuk
mempelajarinya:
74
Tabel 46
Pengamalan mempelajari Al-Qur'an
No Option Frekuensi Prosentase
20 Selalu 5 16,6%
Sering 18 60%%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 30 100%
Tabel di atas menyatakan sedikit sekali siswa yang pengamalan
ibadahnya untuk mempelajari al-Qur'an terbukti hanya 5 orang (16,6%)
siswa menyatakan selalu, 18 orang (60%) menyatakan sering. Selebihnya
7 orang (23,3%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang
menyatakan tidak pernah. Ini mengindikasikan bahwa semangat siswa
untuk mempelajari Al-Qur'an sangat rendah.
C. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini digunakan statistik
yang salah satu fungsinya adalah untuk menyederhanakan data penelitian yang
besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah
dipahami.
Setelah diperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam
(Variabel X) dan pengamalan ibadah siswa (Variabel Y) langkah selanjutnya
adalah membuat tabel perhitungan yang akan digunakan sebagai dasar
perhitungan korelasi product moment, dan hasil perhitungan kedua variabel
tersebut disajikan sebagai berikut:
75
Tabel 47
Perhitungan Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Pengamalan Ibadah Siswa)
Responden X Y XY X² Y²
1 57 49 2793 3249 2401
2 56 51 2856 3136 2601
3 56 61 3416 3136 3721
4 54 46 2484 2916 2116
5 55 62 3410 3025 3844
6 50 59 2950 2500 3481
7 62 55 3410 3844 3025
8 57 58 3192 3249 3136
9 48 54 2593 2304 2916
10 39 60 2340 1521 3600
11 54 64 3456 2916 4096
12 52 54 2916 2704 2916
13 50 63 3100 2500 3844
14 53 53 2809 2809 2809
15 54 56 3024 2916 3136
16 52 56 2912 2704 3136
17 45 49 2548 2025 2410
18 46 48 2208 2116 2295
19 53 58 3074 2809 3364
20 57 56 3192 3249 3136
21 55 52 2860 3025 2704
22 51 54 2754 2601 2916
23 55 59 3245 3025 3481
24 58 50 2900 3364 2500
25 64 53 3392 4096 2809
26 52 51 2652 2704 2601
76
27 58 62 3596 3364 3844
28 57 60 3420 3249 3600
29 55 50 2750 3025 2500
30 56 62 3472 3136 3844
∑N= 30 ∑X=1611 ∑Y= 1665 ∑XY=89724 ∑X²=87217 ∑Y²=92782
Setelah dilakukan penghitungan maka dapat diketahui N = 30, ∑ X =1611, ∑Y =
1665, ∑XY=89724, ∑X²=87217, ∑Y²=92782, maka dapatlah dicari indeks korelasinya
dengan menggunakan rumus:
rxy = N∑ XY – (∑X)(∑Y)
√{N∑X² - (∑X)²}{N∑Y²- (∑Y)²
rxy = 30x89724 – (1611)(1665)
√{30x 87217 – (1611)²}{30x 92782 – (1665)²}
rxy = 2691720 - 2682315
√{2616510 - 2595321}{2783460 – 2772225}
rxy = 9405
√{21189}{11235}
rxy = 9405
√ 238058415
rxy = 9405 15429,14174
rxy = 0,60956080114
rxy = 0,609
77
Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang
didapat antara variabel X (pelaksanaan pendidikan agama Islam) dan variabel
Y (pengamalan ibadah siswa) diperoleh angka korelasi “r” product moment
sebesar 0,609.
D. Interpretasi Data
Dalam menginterpretasikan hasil korelasi antara Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dengan Pengamalan Ibadah Siswa di SMP Attaqwa
06 Bekasi, dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut:
1. Memberikan interpretasi terhadap rxy:
Dari perhitungan di atas diperoleh angka korelasi antara variabel X dengan
variabel Y atau rxy adalah 0,609 berdasarkan interpretasi nilai rxy berada
pada rentangan antara 0,40 – 0,70 yang berarti antara variabel X dengan
variabel Y atau antara Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dengan
Pengamalan Ibadah Siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi memang terdapat
korelasi/pengaruh yang sedang atau cukup.
2. Memberikan interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r”:
Untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak maka
nilai rxy atau r hasil perhitungan dibandingkan dengan r tabel, sebelum
membandingkannya terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df
(degrees of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
df = N – nr
df = 30 – 2
= 28
Dengan df sebesar 28 maka diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 5%
sebesar 0,361 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0,463, karena rxy pada taraf
signifikansi 5% adalah lebih besar dari r tabel (0,609 > 0,361) maka pada
taraf signifikansi 5% Ho (hipotesa nihil) ditolak sedangkan Ha (hipotesa
alternative) diterima, ini berarti pada taraf 5% terdapat korelasi atau
78
terdapat pengaruh positif yang signifikansi antara variabel X dengan
variabel Y.
Selanjutnya pada taraf signifikansi 1%, rxy adalah juga lebih besar daripada
r tabel (0,609 > 0,463), maka pada taraf signifikansi 1% Ho ditolak
sedangkan Ha diterima, ini berarti pada taraf 1% terdapat korelasi atau
pengaruh positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
Dari hasil konsultasi antara rxy dan r tabel maka penulis berkesimpulan
bahwa ada korelasi atau pengaruh antara Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam dengan Pengamalan Ibadah Siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi, sekalipun
hubungan atau pengaruh tersebut hanya sedang atau cukup.
3. Menghitung Koefisien determinan
Perhitungan koefisien determinasi (KD) yang penulis manfaatkan untuk
mengetahui kontribusi variabel X dan variabel Y sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= (0,609)2 x 100%
= 0,370881 x 100%
= 37,0881%
Jadi, angka koefisien penentu sebesar 37,0881% menunjukkan bahwa
kontribusi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap Pengamalan
Ibadah Siswa adalah 37,0881% sedangkan sisanya 62,9119% adalah
sumbangan dari variabel lain yang juga menunjang Pengamalan Ibadah
Siswa.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Attaqwa 06 Bekasi
mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap
pengamalan ibadah siswa, maka penulis memperoleh kesimpulan bahwa
pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai pengaruh terhadap
pengamalan ibadah siswa.
Hal tersebut di atas berdasarkan perhitungan menggunakan korelasi “r”
product moment dengan memperoleh angka sebesar 0,609.
Dengan memperhatikan besaranya rxy yaitu 0,609 yang besarnya berada
pada rentangan antara 0,40 – 0,70 berarti variabel pelaksanaan pendidikan agama
Islam dan efeknya terhadap pengamalan ibadah siswa terdapat korelasi/pengaruh
yang sedang atau cukup.
Setelah diketahui db sebesar 28 diperoleh “r” product moment pada taraf
signifikan 5 % diperoleh r tabel sebesar 0,361 dan pada taraf signifikan 1%
diperoleh r tabel sebesar 0,463.
Kemudian penulis bandingkan antara rxy dengan “r” tabel (rt) seperti yang
diketahui, rxy masing-masing 0,609 sedangkan “r” tabel (rt) masing-masing
0,361 dan 0,463. Dengan demikian ternyata rxy adalah lebih besar dari pada “r”
tabel (rt), baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf 1% karena rxy
lebih besar dari pada “r” tabel (rt), maka hipotesis alternatif (Ha) diterima atau
terbukti kebenarannya. Dengan demikian berarti, ada korelasi positif yang
sedang atau cukup signifikan (meyakinkan) antara pelaksanaan pendidikan
agama Islam dengan pengamalan ibadah siswa. Hal ini berarti semakin tinggi
80
pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah maka pengamalan ibadah
siswa semakin baik.
Dan dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Koefisien
determinannya diperoleh 37,0881% yang menunjukkan kontribusi variabel
kedunya, sedangkan sisanya 62,9119% adalah sumbangan dari variabel lain yang
perlu diteliti lebih lanjut (tidak diteliti dalam penelitian ini).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka berikut ini beberapa saran yang harus
perlu diperhatikan yang di antaranya sebagai berikut:
1. Kepada seluruh siswa agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman Islam dengan cara aktif mengikuti kegiatan pendidikan di
sekolah. Dan meningkatkan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam hal beribadah sebagai realisasi atas
pemahaman ajaran Islam yang telah diperoleh di sekolah.
2. Perlu juga dipertimbangkan dalam mengajar guru memberikan
bimbingan dengan mengajarkan dan melatih agar siswa dapat
mengamalkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Dan membuat buku
monitoring sekitar pengamalan ibadah siswa.
3. Orang tua di rumah lebih aktif dalam memberikan bimbingan dan
mengingatkan anaknya untuk melaksanakan ibadah khususnya ibadah-
ibadah wajib.
4. Kerjasama pihak sekolah dan keluarga siswa perlu ditingkatkan karena
sangat membantu keberhasilan dari pendidikan agama Islam, dan
faktor keluarga di sini sangat penting dalam pengamalan ibadah siswa
sehari-hari.
5. Bagi siswa yang telah menjalani dan mengamalkan ajaran Islam dengan
baik agar tetap mempertahankannya sehingga menjadi insan yang
kamil, sehingga kita mengetahui makna kehidupan ini yang
sesungguhnya.
81
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, (Terjemah, H.M Arifin dan Zainuddin), Jakarta: Rieneka Cipta, 1994, cet. 2. Abdul Manaf, Mudjahid, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. 2. Abd. Rahman al-Suyuti, Jalaludin, al-Jami Syhagir fi Ahadits al-Basyar al-Nadzir, Indonesia: Darul Ihya al-Kutub, Juz 1. Al-Arusi, Abdul Aziz, Menuju Islam yang Benar, Semarang: CV Toha Putra, 1994, Cet. 1. Ardani, H.M., Fikih Ibadah Praktis, Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2008, Cet. 1. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputan Pers, 2002. Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2003. Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Arikunto, Suharismi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 9. -----------, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998, Cet. 11. Ash Shiddieqy, Hasby, Kuliah Ibadah, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987. Dahlan, Abdul Azis, (et al.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, cet. 1, jilid II. Daradjat, Zakiyah, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Khon, Abdul Majid, dkk., Ulumul Hadits, Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005. Majieb, M. Abdul, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
82
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma.arif, 1989. Muslim an-Naisaburi, Abi Husaini, Shahih Muslim, Riyadh: Darussalam, 1419 H. Noor Salimi dan Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. 3. Poerbakawatja, R. Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1991, cet. 2. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008. Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Saleh, Hassan, (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008. Soebahar, Abdul Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Suralaga, Fadilah, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Syrifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Bogor: Kencana, 2003, Cet. 1. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1991. Team Didaktik Metodik Kuirikulum IKIP Surabaya, Pengatar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pustaka Setia, 1998.
83
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan Jakarta: tt.p, 2006. Usman, Basyiruddin, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Cipuatat Pers, 2002. Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1961. Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.