Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda
-
Upload
shobirin-mohammad -
Category
Documents
-
view
17 -
download
3
description
Transcript of Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda
PEJUMPAAN DENGAN PEMIKIRAN FILASAFAT KONTEMPORER
(SEBUAH REFLEKSI)
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS
Mata Kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer
yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. H. M Amin Abdullah, M.A.
Identitas:
Nama : Mohamad Sobirin
No. Hp : 085290166620/085743551485
Alamat : 1. RT 01/ RW 13 Pamotan Rembang Jawa Tengah
2. RT 039/ RW 013 Malangan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta
Pendidikan : S2 – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Aktifitas : Pengasuh Pesantren, Berwirausaha, Aktif di Organisasi Sosial
Keagamaan-Kemasyarakatan-Kebangsaan, Menulis, dan Berkarya.
Mata Kuliah : Tafsir, Ulum Tafsir, Hadist, Ushul Fiqih, Fiqih, Tasawuf, Islam
Nusantara, Kepesantrenan, Kebangsaan-Keindonesiaan, Jurnalistik.
PROGRAM DOKTOR STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
Pejumpaan dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer
(Sebuah Refleksi)
Filosofi dari sebuah perjumpaan ilmiah adalah berlangsungnya dialog produktif antara
“tesis” dengan “anti-tesis”, yang memunculkan “sintesis”. Atau dalam kalimat yang
berbeda disebut juga pertemuan “two horizons” yang mengkreasikan “new horizon”.
Pengertian tersebut berlaku juga pada perjumpaan yang penulis rasakan dari perkuliahan
dengan Bapak Amin (Prof. Dr. H. M Amin Abdullah). Secara kualitatif maupun kuantitatif,
terasa berlimpah “horizon” yang telah penulis resapkan dalam alam intelektualitas penulis
ketika perjumpaan ilmiah berlangsung dalam perkuliahan beliau. Keberlimpahan itu pada
satu waktu terjadi pada saat konteks “horizon” penulis berposisi sebagai “tesis”, sementara
beliau mewacanakan “horizon” sebagai “anti-tesis”, sehingga dialektika intelektual pun
berlangsung dan menghasilkan “sintesis” atau “new horizon”. Pada waktu yang lain,
sepenuhnya adalah “new horizon” yang beliau transformasikan dalam bentuk “discourse”
yang memikat.
Pada tulisan ringkas ini, penulis berkeinginan untuk merangkai paragraf berupa
refleksi kritis atas “discourse” yang dibangun oleh Prof. Dr. H. M Amin Abdullah pada
ruang perjumpaan perkuliahan “Pemikiran Filsafat Kontemporer” yang diampu oleh beliau.
Berikut adalah elaborasinya dalam beberapa point yang signifikan:
1. Perjumpaan dengan Pemikiran Filsafat Kontemporer
- Pra Perkuliahan
Sebelum memasuki ruang pengetahuan yang dinamakan dengan Pemikiran
Filsafat Kontemporer yang diampu oleh Prof. Dr. H. M Amin Abdullah, penulis
merasa pengetahuan-pengetahuan penulis mengenai filsafat masih belum
menyentuh esensi dari filsafat dan seorang filosof ketika direlevansikan dalam
sesuatu yang disebut world view. Filsafat, adalah nomenklatur yang sudah penulis
gemari sejak masih duduk di bangku Aliyah, hingga saat ini. Sehingga tak jarang
pertanyaan-pertanyaan tentang filsafat dan sosiologi-humaniora disampaikan
kepada penulis oleh beberapa teman. Yang demikian itu secara positif
meniscayakan penulis untuk melumat literatur-literatur yang relevan tersebut.
Walaupun sesungguhnya secara keakademikan formal, penulis merupakan
mahasiswa yang duduk di dalam kelas studi tafsir hadist. Pasalnya bagi penulis,
filsafat dan ilmu-ilmu sosial humaniora memiliki daya pikat tersendiri dalam nalar
intelektualitas yang penulis rasakan. Kecenderungan itu yang mengarahkan
penulis dalam curiousity atas perkembangan-perkembangan keilmuan filsafat dan
sosiologi-humaniora kontemporer.
- Proses Perkuliahan
Proses perjumpaan dengan mata kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer yang
diampu oleh Prof. Amin Abdullah menggoreskan kesan yang meriah dalam
konteks keakademikan. Mata kuliah yang sarat kompleksitas, namun ditangan
pakarnya, Prof. Amin, semua terasa sangat sederhana, mudah, dan nikmat untuk
dicerna, dengan tanpa mereduksi kualitas dalam kompleksitas yang ada. Model
penyampaian uraian yang diberikan oleh beliau yang menyajikan kompleksitas
kajian dalam bentuk skema-skema atau peta-peta pemikiran menjadikan proses
understanding bagi setiap mahasiswa relatif tanpa kendala. Secara material, mata
kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer yang beliau ketengahkan dalam ruang
kelas merupakan wacana-wacana baru yang belum banyak dikenal oleh para
akademis di bawah wadah PTAIN/S. oleh karenanya, hal itu sangat memperkaya
dan memperluas pola fikir dan cara pandang kita terhadap dunia ini dalam konteks
Islamic Studies.
- Pasca Perkuliahan
Penulis termasuk orang yang bersepakat dengan model pendidikan yang
menginspirasi, dibandingkan dengan model pendidikan yang menggurui semata.
Pasalnya pendidikan yang menginspirasi itu akan lebih terekam dalam penalaran
kita. Selanjutnya membangun frame work yang membawa pada pengembangan-
pengembangan secara brilliant. Perkuliahan yang diampu oleh Prof. Amin
merupakan model yang pertama. Beliau adalah seorang cendikiawan yang pandai
menginspirasi. Banyak ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan dari proses
perkuliahan dengan beliau, dan itu bersifat inspiring. Penulis semakin tegas
meyakini tentang arti dari nilai-nilai keagamaan universal sebagai prinsip
perdamaiaan global. Penulis juga semakin bisa menerima tentang keharusan umat
Islam merekonstruksi world view-nya, bila yang diharapkan adalah perubahan
secara total. Mereka harus membuka diri atas segala bentuk dinamika pemikiran
hasil dari kemajuan zaman. Mereka harus seobjektif mungkin dalam memandang
dirinya maupun yang diluar dirinya. Mereka harus mengakomodir berbagai
macam ilmu pengetahuan yang berkembang di belahan dunia manapun tanpa
melabelisasikannya secara konotatif, ilmu pengetahuan tersebut didialogkan
secara integratif-interkonektif dengan Islamic Studies untuk mencapai
progresifitas. Islamic Studies yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan-ilmu
pengetahuan yang lain akan menjadikannya tumbuh secara dialektis menuju
kematangan yang kontekstual kontemporer sebagaimana masanya.
2. Lesson Learnt and Contribution to Knowledge
- Materi
Ada cukup banyak materi perkuliahan Pemikiran Filsafat Kontemporer yang
diampu oleh Prof. Amin Abdullah, semuanya dalam pandangan penulis sangat
meaning full. Mulai dari tema Moral Monism, Multiculturalism, Insider-Outsider,
Human Right, Gender, Maqasid Shari’ah, Hermeneutika, dan beberapa lainnya
yang tersampaikan dalam “intermezo ilmiah” beliau, sungguh sangat banyak
pelajaran yang dapat diambil. Apabila moral monism yang dimaksudkan adalah
upaya untuk tidak terjebak dalam pola pandang terhadap kehidupan ini dengan
kebenaran tunggal, dan bahkan sampai membumi hanguskan kemungkinan
kebenaran yang lain atas dalih kebenarannya itu, maka pemahaman terhadap
moral (kebenaran) atas segala apapun semestinya dilihat dari nilai-nilai
universalnya. Dalam konteks demikian, multiculturalism memainkan perannya.
Pemahaman seperti itu harus menjadi world view setiap akademisi Islamic
Studies, misalkan saja ketika mereka dihadapkan pada isu HAM Internasional dan
Gender. Pola pandang klasik seharusnya diurungkan ketika harus berhadapan
dengan dua problematika modern dan kontemporer tersebut. Mereka seharusnya
menggunakan pola pandang berbasis pada cultural borrowing secara objektif
tanpa memakai kacamata “curiga” atas outsider. Apabila Islamic Studies
didasarkan pada pendekatan hermeneutika (konteks tafsir) dan Maqasid As-
Shari’ah (konteks hukum islam, yaitu sebagai filasafatnya), maka cultural
borrowing dalam studi islam seperti itu akan menghadirkan islam yang sungguh-
sungguh rahmatan lil ‘alamin.
- Metode dan Pendekatan
Berangkat dari paparan penulis diatas, tampak sesungguhnya bahwa metode
apapun dalam Islamic Studies adalah sangat bernilai. Seperti yang dilakukan oleh
Jasser Auda ketika menggunakan teori sistem atas hukum Islam, yang notabene
teori tersebut bukan lahir dari dalam tubuh Islamic Studies. Sehingga metode yang
berbasis pada ilmu sosial humaniora, sejarah, dan lain sebagainya yang berasal
dari hasil “ijtihad” para outsider haruslah dijadikan “cultural borrowing” dalam
keakademikan Islamic Studies kita, jika yang dicitakan adalah perkembangan
dinamis dari Islamic Studies. Penulis sendiri, secara pribadi sedang mencoba
melakukan upaya-upaya cultural borrowing tersebut dalam bidang studi yang
penulis tekuni, yaitu tafsir hadist. Hermeneutika adalah salah satu metode
sekaligus pendekatan yang sangat tepat untuk dikembangkan dalam sintesis
metode tafsir al-Qur’an. Sehingga problem aktualisasi makna al-Qur’an yang
mampu mengisi ruang kontemporer bisa didapatkan.
3. Impact
- Metode perkuliahan
Metode perkuliahan harus dilakukan secara interaktif dan demokratis. Seorang
dosen harus tidak hanya menyampaikan wawasan-wawasan yang dalam bidang
studinya, namun juga harus mampu melihat secara universal peta dari studinya,
dan harus disampaikan kepada mahasiswa. Sehingga Islamic Studies tidak hanya
mengulang-ulang materi yang sudah klise dalam perekmbangan akademis.
- Penyusunan kurikulum
Kurikulum perkuliahan harus mengacu pada lahirnya world view yang universal, , kontemporer, dan mencerahkan.
- Pengembangan literatur
Literatur-literatur yang digunakan dalam perkuliahan sudah semestinya tidak
hanya pada karya-karya klasik dan kawasan timur, tapi perkembangan ilmu
pengetahuan di luar islamic studies harus dipertimbangkan untuk dijadikan
sebagai literatur yang penting juga, tentu maksudnya adalah dialog pengetahuan
yang itu akan mensisntesiskan pengetahuan-pengetahuan Islamic Studies yang
kontemporer dengan wataknya yang identik.
- Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi
Pandangan penulis atas kepemimpinan pada pendidikan tinggi, semisal perguruan
tinggi, adalah perlunya peran aktif dari mereka para pemimpin perguruan tinggi
dalam menpromosikan dan mensyiarkan gagasan-gagasan yang sebagimana
penulis catatkan pada paragraf-paragraf diatas. Karena bagaimanapun juga,
perubahan secara sistemik akan lebih berdampak dibandingkan dengan perubahan
secara kultural. Oleh karenanya, seyogyanya perubahan massif PTAIN/S
dilakukan tidak hanya secara kultural namun bahkan sistemik.