Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

8
PEJUMPAAN DENGAN PEMIKIRAN FILASAFAT KONTEMPORER (SEBUAH REFLEKSI) Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. H. M Amin Abdullah, M.A. Identitas: Nama : Mohamad Sobirin No. Hp : 085290166620/085743551485 Alamat : 1. RT 01/ RW 13 Pamotan Rembang Jawa Tengah 2. RT 039/ RW 013 Malangan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta Pendidikan : S2 – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Aktifitas : Pengasuh Pesantren, Berwirausaha, Aktif di Organisasi Sosial Keagamaan-Kemasyarakatan- Kebangsaan, Menulis, dan Berkarya. Mata Kuliah : Tafsir, Ulum Tafsir, Hadist, Ushul Fiqih, Fiqih, Tasawuf, Islam Nusantara, Kepesantrenan, Kebangsaan-Keindonesiaan, Jurnalistik.

description

Kuliah S3 Prof. Amin Abdullah

Transcript of Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

Page 1: Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

PEJUMPAAN DENGAN PEMIKIRAN FILASAFAT KONTEMPORER

(SEBUAH REFLEKSI)

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS

Mata Kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer

yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. H. M Amin Abdullah, M.A.

Identitas:

Nama : Mohamad Sobirin

No. Hp : 085290166620/085743551485

Alamat : 1. RT 01/ RW 13 Pamotan Rembang Jawa Tengah

2. RT 039/ RW 013 Malangan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta

Pendidikan : S2 – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Aktifitas : Pengasuh Pesantren, Berwirausaha, Aktif di Organisasi Sosial

Keagamaan-Kemasyarakatan-Kebangsaan, Menulis, dan Berkarya.

Mata Kuliah : Tafsir, Ulum Tafsir, Hadist, Ushul Fiqih, Fiqih, Tasawuf, Islam

Nusantara, Kepesantrenan, Kebangsaan-Keindonesiaan, Jurnalistik.

PROGRAM DOKTOR STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

Pejumpaan dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer

(Sebuah Refleksi)

Filosofi dari sebuah perjumpaan ilmiah adalah berlangsungnya dialog produktif antara

“tesis” dengan “anti-tesis”, yang memunculkan “sintesis”. Atau dalam kalimat yang

berbeda disebut juga pertemuan “two horizons” yang mengkreasikan “new horizon”.

Pengertian tersebut berlaku juga pada perjumpaan yang penulis rasakan dari perkuliahan

dengan Bapak Amin (Prof. Dr. H. M Amin Abdullah). Secara kualitatif maupun kuantitatif,

terasa berlimpah “horizon” yang telah penulis resapkan dalam alam intelektualitas penulis

ketika perjumpaan ilmiah berlangsung dalam perkuliahan beliau. Keberlimpahan itu pada

satu waktu terjadi pada saat konteks “horizon” penulis berposisi sebagai “tesis”, sementara

beliau mewacanakan “horizon” sebagai “anti-tesis”, sehingga dialektika intelektual pun

berlangsung dan menghasilkan “sintesis” atau “new horizon”. Pada waktu yang lain,

sepenuhnya adalah “new horizon” yang beliau transformasikan dalam bentuk “discourse”

yang memikat.

Pada tulisan ringkas ini, penulis berkeinginan untuk merangkai paragraf berupa

refleksi kritis atas “discourse” yang dibangun oleh Prof. Dr. H. M Amin Abdullah pada

ruang perjumpaan perkuliahan “Pemikiran Filsafat Kontemporer” yang diampu oleh beliau.

Berikut adalah elaborasinya dalam beberapa point yang signifikan:

1. Perjumpaan dengan Pemikiran Filsafat Kontemporer

- Pra Perkuliahan

Sebelum memasuki ruang pengetahuan yang dinamakan dengan Pemikiran

Filsafat Kontemporer yang diampu oleh Prof. Dr. H. M Amin Abdullah, penulis

merasa pengetahuan-pengetahuan penulis mengenai filsafat masih belum

menyentuh esensi dari filsafat dan seorang filosof ketika direlevansikan dalam

sesuatu yang disebut world view. Filsafat, adalah nomenklatur yang sudah penulis

gemari sejak masih duduk di bangku Aliyah, hingga saat ini. Sehingga tak jarang

pertanyaan-pertanyaan tentang filsafat dan sosiologi-humaniora disampaikan

kepada penulis oleh beberapa teman. Yang demikian itu secara positif

meniscayakan penulis untuk melumat literatur-literatur yang relevan tersebut.

Walaupun sesungguhnya secara keakademikan formal, penulis merupakan

mahasiswa yang duduk di dalam kelas studi tafsir hadist. Pasalnya bagi penulis,

filsafat dan ilmu-ilmu sosial humaniora memiliki daya pikat tersendiri dalam nalar

Page 3: Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

intelektualitas yang penulis rasakan. Kecenderungan itu yang mengarahkan

penulis dalam curiousity atas perkembangan-perkembangan keilmuan filsafat dan

sosiologi-humaniora kontemporer.

- Proses Perkuliahan

Proses perjumpaan dengan mata kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer yang

diampu oleh Prof. Amin Abdullah menggoreskan kesan yang meriah dalam

konteks keakademikan. Mata kuliah yang sarat kompleksitas, namun ditangan

pakarnya, Prof. Amin, semua terasa sangat sederhana, mudah, dan nikmat untuk

dicerna, dengan tanpa mereduksi kualitas dalam kompleksitas yang ada. Model

penyampaian uraian yang diberikan oleh beliau yang menyajikan kompleksitas

kajian dalam bentuk skema-skema atau peta-peta pemikiran menjadikan proses

understanding bagi setiap mahasiswa relatif tanpa kendala. Secara material, mata

kuliah Pemikiran Filsafat Kontemporer yang beliau ketengahkan dalam ruang

kelas merupakan wacana-wacana baru yang belum banyak dikenal oleh para

akademis di bawah wadah PTAIN/S. oleh karenanya, hal itu sangat memperkaya

dan memperluas pola fikir dan cara pandang kita terhadap dunia ini dalam konteks

Islamic Studies.

- Pasca Perkuliahan

Penulis termasuk orang yang bersepakat dengan model pendidikan yang

menginspirasi, dibandingkan dengan model pendidikan yang menggurui semata.

Pasalnya pendidikan yang menginspirasi itu akan lebih terekam dalam penalaran

kita. Selanjutnya membangun frame work yang membawa pada pengembangan-

pengembangan secara brilliant. Perkuliahan yang diampu oleh Prof. Amin

merupakan model yang pertama. Beliau adalah seorang cendikiawan yang pandai

menginspirasi. Banyak ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan dari proses

perkuliahan dengan beliau, dan itu bersifat inspiring. Penulis semakin tegas

meyakini tentang arti dari nilai-nilai keagamaan universal sebagai prinsip

perdamaiaan global. Penulis juga semakin bisa menerima tentang keharusan umat

Islam merekonstruksi world view-nya, bila yang diharapkan adalah perubahan

secara total. Mereka harus membuka diri atas segala bentuk dinamika pemikiran

hasil dari kemajuan zaman. Mereka harus seobjektif mungkin dalam memandang

dirinya maupun yang diluar dirinya. Mereka harus mengakomodir berbagai

macam ilmu pengetahuan yang berkembang di belahan dunia manapun tanpa

Page 4: Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

melabelisasikannya secara konotatif, ilmu pengetahuan tersebut didialogkan

secara integratif-interkonektif dengan Islamic Studies untuk mencapai

progresifitas. Islamic Studies yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan-ilmu

pengetahuan yang lain akan menjadikannya tumbuh secara dialektis menuju

kematangan yang kontekstual kontemporer sebagaimana masanya.

2. Lesson Learnt and Contribution to Knowledge

- Materi

Ada cukup banyak materi perkuliahan Pemikiran Filsafat Kontemporer yang

diampu oleh Prof. Amin Abdullah, semuanya dalam pandangan penulis sangat

meaning full. Mulai dari tema Moral Monism, Multiculturalism, Insider-Outsider,

Human Right, Gender, Maqasid Shari’ah, Hermeneutika, dan beberapa lainnya

yang tersampaikan dalam “intermezo ilmiah” beliau, sungguh sangat banyak

pelajaran yang dapat diambil. Apabila moral monism yang dimaksudkan adalah

upaya untuk tidak terjebak dalam pola pandang terhadap kehidupan ini dengan

kebenaran tunggal, dan bahkan sampai membumi hanguskan kemungkinan

kebenaran yang lain atas dalih kebenarannya itu, maka pemahaman terhadap

moral (kebenaran) atas segala apapun semestinya dilihat dari nilai-nilai

universalnya. Dalam konteks demikian, multiculturalism memainkan perannya.

Pemahaman seperti itu harus menjadi world view setiap akademisi Islamic

Studies, misalkan saja ketika mereka dihadapkan pada isu HAM Internasional dan

Gender. Pola pandang klasik seharusnya diurungkan ketika harus berhadapan

dengan dua problematika modern dan kontemporer tersebut. Mereka seharusnya

menggunakan pola pandang berbasis pada cultural borrowing secara objektif

tanpa memakai kacamata “curiga” atas outsider. Apabila Islamic Studies

didasarkan pada pendekatan hermeneutika (konteks tafsir) dan Maqasid As-

Shari’ah (konteks hukum islam, yaitu sebagai filasafatnya), maka cultural

borrowing dalam studi islam seperti itu akan menghadirkan islam yang sungguh-

sungguh rahmatan lil ‘alamin.

- Metode dan Pendekatan

Berangkat dari paparan penulis diatas, tampak sesungguhnya bahwa metode

apapun dalam Islamic Studies adalah sangat bernilai. Seperti yang dilakukan oleh

Jasser Auda ketika menggunakan teori sistem atas hukum Islam, yang notabene

teori tersebut bukan lahir dari dalam tubuh Islamic Studies. Sehingga metode yang

Page 5: Pejumpaan Dengan Pemikiran Filasafat Kontemporer-kanda

berbasis pada ilmu sosial humaniora, sejarah, dan lain sebagainya yang berasal

dari hasil “ijtihad” para outsider haruslah dijadikan “cultural borrowing” dalam

keakademikan Islamic Studies kita, jika yang dicitakan adalah perkembangan

dinamis dari Islamic Studies. Penulis sendiri, secara pribadi sedang mencoba

melakukan upaya-upaya cultural borrowing tersebut dalam bidang studi yang

penulis tekuni, yaitu tafsir hadist. Hermeneutika adalah salah satu metode

sekaligus pendekatan yang sangat tepat untuk dikembangkan dalam sintesis

metode tafsir al-Qur’an. Sehingga problem aktualisasi makna al-Qur’an yang

mampu mengisi ruang kontemporer bisa didapatkan.

3. Impact

- Metode perkuliahan

Metode perkuliahan harus dilakukan secara interaktif dan demokratis. Seorang

dosen harus tidak hanya menyampaikan wawasan-wawasan yang dalam bidang

studinya, namun juga harus mampu melihat secara universal peta dari studinya,

dan harus disampaikan kepada mahasiswa. Sehingga Islamic Studies tidak hanya

mengulang-ulang materi yang sudah klise dalam perekmbangan akademis.

- Penyusunan kurikulum

Kurikulum perkuliahan harus mengacu pada lahirnya world view yang universal, , kontemporer, dan mencerahkan.

- Pengembangan literatur

Literatur-literatur yang digunakan dalam perkuliahan sudah semestinya tidak

hanya pada karya-karya klasik dan kawasan timur, tapi perkembangan ilmu

pengetahuan di luar islamic studies harus dipertimbangkan untuk dijadikan

sebagai literatur yang penting juga, tentu maksudnya adalah dialog pengetahuan

yang itu akan mensisntesiskan pengetahuan-pengetahuan Islamic Studies yang

kontemporer dengan wataknya yang identik.

- Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi

Pandangan penulis atas kepemimpinan pada pendidikan tinggi, semisal perguruan

tinggi, adalah perlunya peran aktif dari mereka para pemimpin perguruan tinggi

dalam menpromosikan dan mensyiarkan gagasan-gagasan yang sebagimana

penulis catatkan pada paragraf-paragraf diatas. Karena bagaimanapun juga,

perubahan secara sistemik akan lebih berdampak dibandingkan dengan perubahan

secara kultural. Oleh karenanya, seyogyanya perubahan massif PTAIN/S

dilakukan tidak hanya secara kultural namun bahkan sistemik.