Pedoman Rs Pt

90
1 | Pedoman RS PT PEDOMAN RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013

description

pedoman RS PT

Transcript of Pedoman Rs Pt

Page 1: Pedoman Rs Pt

1 | P e d o m a n R S P T

PEDOMAN RUMAH SAKIT

PERGURUAN TINGGI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2013

Page 2: Pedoman Rs Pt

2 | P e d o m a n R S P T

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU No.20

tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran serta UU no 29 tahun 2004 Tentang

Praktik Kedokteran dalam upaya menghasilkan dokter layanan primer yang

profesional dan kompeten, Fakultas Kedokteran disetiap Perguruan Tinggi wajib

menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran yang berorientasi kepada kepentingan

Nasional. Pendidikan Kedokteran diselenggarakan melalui dua tahap yaitu

Program Pendidikan Sarjana Kedokteran dan Program Pendidikan Profesi Dokter,

dalam pelaksanaannya harus berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan

Standar Kompetensi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

tahun 2012. Pada Pendidikan Profesi Dokter setiap Fakultas Kedokteran wajib

mempunyai Rumah Sakit Pendidikan sebagai tempat pendidikan profesi dokter.

Pada PP No 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dicantumkan

bahwa Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan

pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan

pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia

kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi

dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Sumber daya manusia

dan pengembangannya pada Sistem Kesehatan Nasional termasuk didalamnya

adalah dokter layanan primer yang dihasilkan dari Pendidikan Profesi Dokter di

RS Pendidikan, dengan demikian RS Pendidikan tidak berdiri sendiri namun

merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional sehingga dokter layanan

primer yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan tujuan nasional untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

RS Perguruan Tinggi adalah Rumah sakit pendidikan berkedudukan langsung

dibawah Rektor Univesitas dibawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Kemdikbud merupakan tempat pendidikan di bidang kedokteran dan

kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu.

Untuk menyelenggarakan RS PT diperlukan Pedoman RS PT sebagai acuan pada

setiap program anggaran dan kegiatan pendidikan di RS PT.

Kepada seluruh kontributor penyusunan buku pedoman ini kami sampaikan

terimakasih. Semoga rumah sakit perguruan tinggi negeri dapat menjadi tempat

pendidikan yang menghasilkan luaran tenaga kesehatan, penelitian dan layanan

yang berkualitas.

Jakarta, Agustus 2013

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Page 3: Pedoman Rs Pt

3 | P e d o m a n R S P T

TIM PENYUSUN

1. Dadang Sudiyarto

2. Harris Iskandar

3. Amal C. Sjaaf

4. Anwar Santoso

5. Tri Hanggono Achmad

6. Ova Emilia

7. Arsitawati P. Rahardjo

8. Abidin Widjanarko

9. Tri Hesty Widyastoeti

10. Erwin Santosa

11. Buddy HW. Utoyo

12. Budi Riyanto

13. Johnny Sinaga

14. Fadjrif H. Bustami

15. Ahmad Samhari Baswedan

16. Masyitoh

Page 4: Pedoman Rs Pt

4 | P e d o m a n R S P T

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

TIM PENYUSUN ............................................................................................ 3

DAFTAR ISI .................................................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 6

1.2. Landasan Hukum ........................................................................ 10

1.3. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan ........................................... 13

1.4. Pengertian Rumah Sakit Perguruan Tinggi .................................. 13

1.5. Tujuan Pedoman Rumah Sakit Perguruan Tinggi ........................ 13

BAB II KONSEP DASAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

2.1. Konsep Dasar Rumah Sakit Pendidikan ...................................... 14

2.2. Konsep Teknis Rumah Sakit Pendidikan .................................... 16

2.3. Indikator Rumah Sakit Pendidikan ............................................. 21

BAB III IMPLEMENTASI KONSEP DASAR RS PENDIDIKAN DI RS PT

3.1. Implementasi Konsep Dasar Pendidikan di RS PT ...................... 24

3.2. Implementasi Konsep Dasar Penelitian di RS PT ....................... 32

3.3. Implementasi Konsep Dasar Pelayanan di RS PT ...................... 35

BAB IV KELEMBAGAAN DAN PENGORGANISASIAN RS PT

4.1. Kelembagaan RS PT ................................................................... 38

4.2. Tujuan RS PT .............................................................................. 38

4.3. Visi dan Misi RS PT .................................................................. 39

4.4. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ......................................... 39

4.5. Organisasi RS PT ........................................................................ 41

4.6. Kerjasama .................................................................................... 42

BAB V TATA KELOLA SUMBER DAYA RS PT

5.1. Rencana Strategi Bisnis ............................................................... 43

5.2. Tata Kelola Sumber Daya Manusia ............................................ 44

5.3. Tata Kelola Keuangan RS PT Milik Pemerintah ........................ 46

5.4. Tata Kelola Aset ........................................................................... 49

5.5. Tata Kelola Teknologi Peralatan RS PT ...................................... 50

5.6. Tata Kelola Sistem Informasi RS PT .......................................... 52

BAB VI PEMBANGUNAN FISIK RS PT

6.1. Landasan Hukum dan Pedoman Pembangunan Fisik RS PT ...... 53

6.2. Proses Pembangunan Fisik RS PT .............................................. 54

6.3. Konsep Dasar Perencanaan RS PT ............................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 89

Page 5: Pedoman Rs Pt

5 | P e d o m a n R S P T

DAFTAR GAMBAR

Hal

3.1 Assessment Method ……………………………………………………………….. 26

3.2 Pathway Pendidikan Kedokteran untuk Mencapai Kompetensi Klinik ………….. 29

3.3 Peranan Pendidikan Interprofesional dalam Meningkatkan Pelayanan

Kesehatan …………………………………………………………………………

31

3.4 Gambaran Proses Penelitian di Rumah Sakit …………………………………….. 34

3.5 Implementasi Kegiatan RS PTN …………………………………….................... 36

5.1 Skema Asal SDM, Sumber Pendanaan dan Peruntukannya dalam Pengelolaan

SDM RS PTN ……………………………………………………………………..

45

5.2 Skema Pendanaan RS PTN pada PT BLU/Satker ………………………………... 47

5.3 Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN pada PTN

BLU ……………………………………………………………………………….

47

5.4 Skema Pendanaan RS PTN pada PTN-BH………………………………............. 48

5.5 Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN pada PTN

BH ………………………………………………………………………………...

48

5.6 Peruntukan Dana BOPTN ………………………………………………………... 49

6.1 Proses Penyusunan Studi Kelayakan

(Pedoman Studi Kelayakan Kemkes 2012) ……………………………………….

58

6.2 Proses Penyiapan Rencana Induk

(Pedoman Penyusunan Rencana Induk RS Kemkes 2012) ……………………….

65

6.3 Proses Pembuatan DED RS PT …………………………………………………... 70

6.4 Zona, Alur, dan Sarana Prasarana RS …………………………………………..... 77

Page 6: Pedoman Rs Pt

6 | P e d o m a n R S P T

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa mendapatkan

pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga. Negara bertanggung jawab

dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan saat ini

makin disoroti dengan akan diberlakukannya Universal Coverage atau Sistem

Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional mengatakan bahwa jaminan sosial adalah salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut maka diproyeksikan kebutuhan

akan penyelenggara pelayanan kesehatan semakin meningkat. Peningkatan

kebutuhan penyelenggara pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit, akan

diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan, khususnya dokter.

Sampai tahun 2010 Kementerian Kesehatan mengatakan Indonesia masih

kekurangan 30 ribu tenaga dokter.

Institusi pendidikan selaku produsen tenaga dokter dituntut untuk ikut berperan

dalam menyukseskan diberlakukankannya Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). Pendidikan kedokteran berperan dalam menghasilkan tenaga dokter yang

cukup secara kuantitas dan baik secara kualitas. Kuantitas yang cukup dan

kualitas yang baik dari tenaga dokter dihasilkan dari sistem pendidikan yang baik.

Sistem pendidikan diharapkan dapat menjawab tuntutan kompetensi tenaga dokter

dan tuntutan kualitas layanan masa kini dan masa datang. Layanan kesehatan yang

berkualitas seperti yang diharapkan SJSN membutuhkan tenaga kesehatan,

khususnya dokter yang berkualitas.

Page 7: Pedoman Rs Pt

7 | P e d o m a n R S P T

Data dokter umum, registrasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 2010

mengatakan bahwa jumlah tenaga dokter umum masih kurang. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar ± 235 juta dengan

tingkat laju pertumbuhan penduduk ± 1,42 % per tahun maka jumlah penduduk

Indonesia tahun 2016 diperkirakan ± 255 juta, jika tingkat atrisi dokter umum 5%

per 5 tahun dan rasio ideal tenaga dokter dengan penduduk adalah 1:1200 maka

pada tahun 2016 Indonesia akan kekurangan tenaga dokter sebanyak 149.540

orang. Untuk memenuhi kebutuhan dokter umum pada tahun 2016 maka

diperlukan lulusan sebanyak 29.908 lulusan/ tahun.

Untuk dapat menghasilkan lulusan sesuai kebutuhan maka jumlah tempat tidur di

rumah sakit sebagai sarana pendidikan menjadi bagian yang diperhatikan. Kajian

The Accreditation Council of Graduate Medical Education menyatakan bahwa

jumlah tempat tidur rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan memiliki

korelasi terhadap tingkat kelulusan dalam ujian sertifikasi dokter. Jika rasio ideal

mahasiswa dan tempat tidur adalah 1 : 3 maka kebutuhan tempat tidur (TT) RS

untuk pendidikan pada tahun 2013 adalah 10.450 TT. Fakultas kedokteran yang

ada (72 FK) belum dapat mengejar kebutuhan tenaga dokter.

Kualitas lulusan tenaga dokter merupakan peran penting lainnya yang menjadi

tanggung jawab sebuah institusi pendidikan. Dimasa yang akan datang tenaga

dokter harus mampu menghadapi tantangan-tantangan baru dimana mulai

bermunculannya infeksi baru, timbulnya resiko dari kondisi lingkungan dan

perilaku serta makin cepatnya transisi demografi yang mengancam kesehatan.

Sistem kesehatan dunia saat ini masih terus berjuang menghadapi kondisi yang

semakin kompleks dan mahal.

Data WHO dalam World Health Report 2006 mengatakan bahwa penyakit kronis

saat ini berkembang dan menjadi penyebab kematian tertinggi, lebih lanjut lagi

WHO merekomendasikan untuk melakukan revitalisasi strategi pendidikan

kedokteran. Pendidikan dokter saat ini belum dapat menjawab tantangan ini

dikarenakan kurikulum yang terfragmentasi dan berjalan ditempat sehingga

Page 8: Pedoman Rs Pt

8 | P e d o m a n R S P T

menghasilkan lulusan yang hanya menguasai penyakit. Hal ini dibenarkan dengan

adanya data Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang mengatakan

bahwa lulusan dokter Indonesia menguasai penegakkan diagnosa dan terapi tetapi

sangat lemah dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, rehabilitasi dan

pengetahuan akan hukum dan etik.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah menetapkan SKDI sebagai acuan dalam

penyelenggaraan pendidikan dokter di Indonesia. Kompetensi tenaga dokter

Indonesia terdiri dari empat pilar dan tiga pondasi. Pilar kompetensi terdiri dari

pengelolaan informasi, landasan ilmiah kedokteran, keterampilan klinis dan

pengelolaan masalah kesehatan. Pondasi terdiri dari profesionalitas yang luhur,

mawas diri dan pengembangan diri serta komunikasi yang efektif. Untuk dapat

menjawab tantangan dimasa yang akan datang maka pendidikan tenaga dokter dan

tenaga kesehatan lainnya haruslah berorientasi pada outcome dan kesiapan

terhadap peningkatan jumlah penyakit kronik. Outcome yang ingin dihasilkan

adalah pembelajaran transformatif dan interdepedensi dalam pendidikan.

Pembelajaran transformatif adalah suatu cara pembelajaran dimana kepemimpinan

dikembangkan, yang bertujuan untuk menghasilkan seorang agen perubahan.

Tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan bukan hanya memiliki

pengetahuan dan keterampilan menjadi seorang professional, tetapi juga menjadi

pemimpin yang siap menghadapi berbagai kondisi mendatang. Interdependensi

adalah elemen kunci dalam pendekatan sistem, karena menekankan pada cara dari

berbagai komponen berinteraksi. Interdependensi dalam pendidikan juga

melibatkan 3 pemikiran fundamental yaitu pendidikan yang terisolasi menjadi

pendidikan yang sejalan dengan sistem kesehatan, institusi yang berdiri sendiri

menjadi institusi yang memiliki jejaring dan institusi yang melihat ke dalam

menjadi institusi yang menjalin koneksi dengan dunia luar untuk konten kemajuan

pendidikan. Pembelajaran transformatif dan interdepedensi di jabarkan dalam

sembilan konsep dasar. Sembilan konsep dasar ini di harapkan dapat menjawab

tantangan masa depan mengenai kompetensi dan kualitas layanan tenaga

kesehatan, khususnya dokter.

Page 9: Pedoman Rs Pt

9 | P e d o m a n R S P T

Dalam perjalanannya sistem pendidikan kedokteran memerlukan rumah sakit

sebagai tempat pendidikan. Munculnya paradigma bahwa fungsi pendidikan

mengganggu pelayanan di rumah sakit menyebabkan pengembangan kompetensi

interprofesionalitas dalam pelayanan dan pendidikan serta penelitian translasional

belum berjalan optimal.

Model rumah sakit pendidikan saat ini adalah rumah sakit rujukan pelayanan

tertier sehingga peserta didik/co-ass seringkali menemukan kesulitan

mendapatkan kasus sesuai kompetensinya. Kasus yang ada dalam rumah sakit

rujukan sebagian besar merupakan kasus-kasus rujukan sehingga sudah tidak tepat

lagi untuk tempat pendidikan dokter layanan primer, tetapi lebih sesuai sebagai

tempat pendidikan dokter spesialis.

Selain itu ditemukan juga perbedaan kualitas hasil didik Fakultas Kedokteran di

beberapa RS Pendidikan, hal ini ditengarai oleh besarnya variasi rumah sakit

pendidikan, lemahnya koordinasi antar bagian di beberapa RS Pendidikan dalam

men-standarisasi proses pendidikan klinik, belum adanya integrasi antara

pendidikan dan pelayanan, dan belum adanya model rumah sakit pendidikan yang

ideal .

Belajar dari keadaan yang ada dimana Indonesia masih kekurangan tenaga dokter

yang dalam pendidikannya memerlukan rumah sakit sebagai wahana pendidikan,

perlunya perubahan strategi pendidikan kedokteran, perlunya pendekatan

pembelajaran transformatif dan menempatkan pendidikan kedokteran sebagai

bagian dari sistem kesehatan di Indonesia dan lahirnya UU Pendidikan

Kedokteran No 20 Tahun 2013 maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

mendirikan 21 Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri.

Page 10: Pedoman Rs Pt

10 | P e d o m a n R S P T

Rumah sakit perguruan tinggi yang selanjutnya disebut RS PT merupakan rumah

sakit pendidikan milik Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan atau swasta yang dikelola perguruan tinggi. RS PT ditujukan untuk

menjadi wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan

pelayanan kesehatan secara terpadu.

Keberadaan RS PT tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian dari Sistem

Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah pengelolaan kesehatan yang

diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan

saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. (PP RI No 72 tahun 2012 tentang Siskesnas) termasuk disini

adalah dokter layanan primer yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan

pada masyarakat, yang merupakan output dari proses pendidikan kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan RS PT. Dengan demikian jati diri RS PT adalah untuk

kepentingan bangsa dalam hal ini kesehatan bangsa. Jadi arah pendidikan dokter

disamping kompetensi dokter sesuai SKDI juga pembangunan karakter nasional

dengan pemahaman bahwa RS adalah bagian dari sistem kesehatan nasional.

1.2. Landasan Hukum

Landasan hukum Pedoman RS PT adalah sebagai berikut :

1. UUD 1945.

a. Pasal 28H

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

b. Pasal 34

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran

Pasal 6

Page 11: Pedoman Rs Pt

11 | P e d o m a n R S P T

Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memenuhi

syarat dan ketentuan sebagai berikut:

a. memiliki Dosen dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

b. memiliki gedung untuk penyelenggaraan pendidikan;

c. memiliki laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis,

laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, serta laboratorium

kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat; dan

d. memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit

yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana

Pendidikan Kedokteran.

3. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

5. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

a. Pasal 1

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat.

b. Pasal 22

1. Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit

Pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar Rumah

Sakit Pendidikan.

2. Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri

yang membidangi urusan pendidikan.

Page 12: Pedoman Rs Pt

12 | P e d o m a n R S P T

c. Pasal 23

1. Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan

dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan

pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

2. Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat

dibentuk jejaring RS PT.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit Pendidikan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

7. Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional

8. PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan

Layanan Umum.

9. Permenkes No 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

10. Permenkes No 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah

Sakit.

11. Permenkes No 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi

Rumah Sakit.

12. Kepmenkes No 1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman

Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan.

13. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan

Menteri Kesehatan Nomor 2/V/PB/2013 Nomor 38 tahun 2013

tentang Rumah Sakit Pendidikan.

14. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 10 tahun 2012

tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.

15. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012

tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

Page 13: Pedoman Rs Pt

13 | P e d o m a n R S P T

1.3. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan

Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai

tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu

dalam bidang pendidikan dokter dan/atau dokter gigi, pendidikan

berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.

1.4. Pengertian Rumah Sakit Perguruan Tinggi

a. Rumah sakit perguruan tinggi yang selanjutnya disebut RS PT

merupakan rumah sakit pendidikan milik pemerintah, yang dikelola

perguruan tinggi.

b. RS PT sebagaimana dimaksud pada butir (a) ditujukan untuk menjadi

wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan

pelayanan kesehatan secara terpadu.

1.5. Tujuan Pedoman Rumah Sakit Perguruan Tinggi

Tujuan Pedoman RS PT adalah sebagai berikut :

1. Sebagai petunjuk dan acuan perencanaan dan penyelenggaraan,

pendidikan kedokteran, pelayanan medik prima dan penelitian

translasional secara terintegrasi di RS PT.

2. Sebagai petunjuk dan acuan pengembangan dan pembangunan fisik RS

PT sesuai dengan fungsi pendidikan, pelayanan, penelitian RS PT.

Page 14: Pedoman Rs Pt

14 | P e d o m a n R S P T

BAB II

KONSEP DASAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

Konsep yang dibangun dalam mengembangkan dan merancang Rumah Sakit

Pendidikan mengacu kepada kebijakan dan peraturan yang terkait pelayanan

kesehatan dan pendidikan, tuntutan kompetensi tenaga dokter masa kini dan masa

datang, tuntutan kualitas layanan kesehatan masa kini dan masa datang serta

perkembangan RS Pendidikan di luar negeri. Atas dasar tersebut maka disusunlah

konsep dasar RS Pendidikan yang di sembilan konsep dasar dan sebelas konsep

teknis serta sembilan indikator RS Pendidikan. Pembuat kebijakan dan pengelola

RS Pendidikan harus berpegangan kepada sembilan konsep dasar dan sebelas

konsep teknis RS Pendidikan.

2.1. Konsep Dasar RS Pendidikan

Konsep Dasar RS Pendidikan terdiri dari sembilan konsep, meliputi 4 (empat)

konsep dasar pendidikan, 3 (tiga) konsep dasar pelayanan, 1 (satu) konsep

dasar penelitian dan 1 (satu) etika dan medikolegal.

2.1.1. Konsep Dasar Pendidikan Kedokteran

Konsep dasar pendidikan kedokteran pada sembilan konsep dasar RS

Pendidikan, meliputi:

1. RS Pendidikan digunakan untuk menghasilkan dokter layanan

primer secara holistik/komprehensif untuk menjawab problem

kesehatan bangsa Indonesia masa kini dan masa depan dengan

menekankan juga aspek promotif dan preventif dalam mencapai

MDGs, untuk masalah lansia (penyakit degeneratif), penyakit

akibat perilaku dan budaya, akibat kerja, akibat disparitas

pelayanan/ geografis, infeksi (termasuk pinere), traumatologi

(kecelakaan) dan beyond health (sebagai provider kesehatan dalam

universal coverage/SJSN).

Page 15: Pedoman Rs Pt

15 | P e d o m a n R S P T

2. RS Pendidikan merupakan institusi yang membina jejaring tempat

pendidikan sebagai satu entitas tersendiri yang sesuai dengan

Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan Standar Pendidikan

Profesi Dokter, serta Standar Kompetensi tenaga kesehatan lainnya

yang dilengkapi dengan sistem IT dan atau visiting dosen klinik

dalam rangka koordinasi pencapaian kompetensi sebagaimana butir

(1) dan (2).

3. RS Pendidikan harus menyediakan real patient yang memadai baik

jenis dan jumlahnya dan atau simulasi tentang pasien yang relevan

untuk mencapai kompetensi tertentu.

4. RS Pendidikan berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan lainnya baik di rumah sakit

maupun jejaringnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang

berkelanjutan dan pengembangan profesi berkelanjutan.

2.1.2. Konsep Dasar Penelitian

Konsep dasar penelitian pada sembilan konsep dasar RS Pendidikan,

yaitu:

RS Pendidikan merupakan institusi yang berfungsi sebagai pelaksana

penelitian translasional dalam rangka pengembangan pelayanan dan

pendidikan dokter layanan primer dan tenaga kesehatan lain.

2.1.3. Konsep Dasar Pelayanan

Konsep dasar pelayanan pada sembilan konsep dasar RS Pendidikan,

meliputi:

1. RS Pendidikan berfungsi sebagai contoh (pemandu) fasilitas

layanan kesehatan yang mengedepankan pelayanan prima

kesehatan, keselamatan pasien dan penghargaan terhadap hak-hak

pasien/klien/komunitas/masyarakat yang terjangkau, mudah

diakses, berkeadilan dan berbasis bukti (evidence based).

Page 16: Pedoman Rs Pt

16 | P e d o m a n R S P T

2. RS Pendidikan menyelenggarakan pelayanan terintegrasi untuk

masalah lansia (penyakit degeneratif), penyakit akibat perilaku dan

budaya, akibat kerja, akibat disparitas pelayanan/geografis, infeksi

(termasuk pinere), traumatologi (kecelakaan) dan beyond health

(sebagai provider kesehatan dalam universal coverage/ SJSN) dan

tidak berbasis departemen.

3. RS Pendidikan harus memenuhi profesionalitas inti dari 4 keilmuan

klinis dasar meliputi : Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu

Kesehatan Anak dan Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan

8 keilmuan klinis lainnya meliputi: Ilmu Radiologi, Ilmu Anestesi,

Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Kulit dan Kelamin, Ilmu Penyakit

THT, Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Penyakit Syaraf dan Ilmu

Kesehatan Jiwa.

2.2. Konsep Teknis Rumah Sakit Pendidikan

Konsep teknis RS Pendidikan adalah penjabaran dari 9 konsep dasar

menjadi konsep yang secara teknis harus dilaksanakan dalam

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelayanan dan penelitian di RS

Pendidikan.

Konsep teknis RS Pendidikan terdiri dari sebelas konsep meliputi 5 (lima)

konsep teknis input, 3 (tiga) konsep teknis proses dan 3 (tiga) konsep teknis

output.

2.2.1. Konsep Teknis Input

Konsep teknis input yang dijabarkan dari 9 konsep dasar RS

Pendidikan meliputi 5 (lima) konsep teknis yaitu:

1. Memiliki perhitungan unit cost berbasis aktifitas pendidikan

klinik.

Standar pelayanan yang disusun dengan berdasar kepada clinical

pathway dikombinasikan dengan standar akademik dan

penelitian akan menghasilkan standar pelayanan yang lebih

baik. Standar pelayanan yang lebih tinggi inilah yang membuat

Page 17: Pedoman Rs Pt

17 | P e d o m a n R S P T

akuntabilitas RS Pendidikan menjadi lebih tinggi. Dalam rangka

menjaga akuntabilitasnya maka RS Pendidikan mutlak harus

menghitung besarnya biaya pelayanan yang berdasar kepada

aktifitas pendidikan klinik. Beberapa hal yang memberikan

kontribusi dalam perhitungan unit cost di RS Pendidikan adalah:

a. Kegiatan promotif dan preventif untuk mencapai MDGs

dalam pendidikan profesi.

b. Aktifitas pendidikan profesi dokter yang menggunakan

jejaring RS Pendidikan dan wahana kesehatan lain yang

dilengkapi dengan sistem IT dan atau visiting dosen klinik.

c. Pemenuhan aktifitas pendidikan 4 keilmuan klinis dasar dan

8 keilmuan klinis lainnya.

d. Biaya komponen skills lab, real patient dan atau manekin.

e. Biaya atas pemanfaatan fasilitas RS Pendidikan untuk

pendidikan selain dokter.

f. Biaya pelaksanaan aktifitas penelitian translasional.

g. Kontribusi biaya aktifitas pendidikan yang dilaksanakan

langsung oleh DPJP terhadap unit cost.

Akuntabilitas RS Pendidikan yang tinggi akan mengakibatkan

biaya satuan (unit cost) pada RS Pendidikan menjadi lebih tinggi

juga karena adanya biaya pendidikan yang mengacu kepada

standar akademik. Biaya yang lebih tinggi pada pelayanan tidak

sepenuhnya dibebankan kepada pasien, pasien hanya membayar

untuk beban pelayanan langsung, sementara biaya yang timbul

dari adanya aktifitas pendidikan klinik menjadi tanggung jawab

institusi pendidikan. Penyusunan unit cost menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari pendidikan klinik. Oleh karena itu dalam

penyusunan harus menjadi tanggung jawab bersama RS

Pendidikan dan Fakultas Kedokteran.

Page 18: Pedoman Rs Pt

18 | P e d o m a n R S P T

2. Memenuhi rasio sumber daya yang mengacu kepada Standar

Nasional Pendidikan Kedokteran (SNPK).

Rasio sumber daya adalah perbandingan antara dokter pendidik

klinik, mahasiswa (co-ass) dan pasien. RS Pendidikan harus

memiliki rasio yang ideal antara pendidik klinik dengan

mahasiswa dan rasio jumlah serta jenis pasien dengan

mahasiswa yang mengacu kepada SNPK.

3. Memprioritaskan pembangunan rumah sakit di Perguruan

Tinggi sebagai tempat pendidikan dokter pelayanan primer

sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 tentang RS dengan

pelayanan 4 spesialis dasar dan 8 spesialis lainnya dan mengacu

kepada Permenkes No 340 tahun 2010.

RS Pendidikan berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi tenaga

dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam rangka memberikan

pelayanan yang terbaik, minimal harus memenuhi rumah sakit

dengan 4 (empat) spesialis dasar dan 8 (delapan) spesialis

lainya. Segala bentuk pelayanan, sumber daya manusia serta

sarana dan prasarana mengacu kepada standar rumah sakit yang

sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan

dan pedoman tata laksana pasien.

4. Memenuhi kebutuhan Tri Dharma Pendidikan dalam lingkup

keilmuan Biomedik, Kedokteran Klinik, Bioetika dan

Humaniora serta Kedokteran Komunitas.

Setiap mahasiswa dan pendidik klinik memiliki kewajiban

dalam melaksanakan penelitian. Lingkup penelitian yang

dilaksanakan di RS Pendidikan terdiri dari lingkup keilmuan

Biomedik, Kedokteran Klinik, Bioetika dan Humaniora serta

Kedokteran Komunitas yang berdasar kepada guidelines

penelitian yang sudah disusun RS Pendidikan.

Page 19: Pedoman Rs Pt

19 | P e d o m a n R S P T

5. Memiliki akreditasi RS sesuai dengan UU No 44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit.

Akreditasi pada RS Pendidikan diperlukan untuk menjamin

kualitas dari sebuah pelayanan. Pelayanan di RS Pendidikan

sangat berperan dalam sistem pendidikan kedokteran klinik yang

berujung pada dihasilkannya tenaga dokter yang kompeten.

Mengantisipasi kesiapan RS Pendidikan yang baru berdiri,

untuk memperoleh akreditasi dapat diwujudkan dalam bentuk

komitmen untuk mendapatkan akreditasi yang tertuang dalam

bentuk kebijakan rumah sakit.

2.2.2. Konsep Teknis Proses

Konsep teknis proses yang dijabarkan dari 9 konsep dasar RS

Pendidikan meliputi 3 konsep teknis yaitu:

1. Menerapkan kurikulum pendidikan kedokteran dalam mencapai

SKDI sesuai dengan standar pendidikan profesi dokter.

Dalam pelaksanaan pendidikan dokter klinik harus mengacu

kepada kurikulum pendidikan kedokteran yang terdiri dari

content kurikulum, proses delivery dan assessment yang sesuai

dengan standar pendidikan profesi dokter. Dalam

pelaksanaannya upaya pendidikan didasarkan pada pedoman

dan SPO pendidikan yang terintegrasi dengan memperhatikan

kaidah pendidikan klinik yang berkualitas. RS Pendidikan juga

diharuskan menerapkan peningkatan kualitas pengembangan

profesi berkelanjutan (Continuing Profesionalism Development)

di rumah sakit. Dalam setiap fungsinya rumah sakit harus

memperhatikan aspek medikoetik dan medikolegal.

Page 20: Pedoman Rs Pt

20 | P e d o m a n R S P T

2. Melaksanakan penelitian terpadu di bidang Biomedik,

Kedokteran Klinik, Bioetika dan Humaniora, serta Kedokteran

Komunitas.

RS Pendidikan melakukan penelitian di bidang Biomedik,

Kedokteran Klinik, Bioetika dan Humaniora serta Kedokteran

Komunitas.

3. Bagian dari sistem upaya pelayanan kesehatan perseorangan

(jejaring pelayanan kesehatan).

RS Pendidikan harus memiliki jejaring. Jejaring RS Pendidikan

terdiri dari rumah sakit lain, puskesmas dan jenis pelayanan

kesehatan lainnya. Semua jejaring RS Pendidikan menjadi

tanggung jawab RS Pendidikan. Bentuk tanggung jawab

tersebut adalah memastikan diterapkannya peningkatan kualitas

pelayanan berkelanjutan.

2.2.3. Konsep Teknis Output

Konsep teknis output yang dijabarkan dari 9 konsep dasar RS

Pendidikan meliputi 3 (tiga) konsep teknis yaitu:

1. Meluluskan dokter yang kompeten sesuai dengan SKDI.

Output dari fungsi rumah sakit sebagai tempat pendidikan

adalah menghasilkan lulusan tenaga dokter yang kompetensinya

sesuai dengan SKDI yang memiliki penguasaan terhadap

permasalahan kesehatan bangsa dan memperhatikan medikoetik

dan medikolegal profesi.

2. Menghasilkan publikasi dan atau karya penelitian Biomedik,

Kedokteran Klinis, Bioetika dan Humaniora, serta Kedokteran

Komunitas.

Output dari fungsi penelitian adalah dipublikasikannya karya

penelitian baik nasional maupun internasional di bidang

Biomedik, Kedokteran Klinis, Bioetika dan Humaniora serta

Kedokteran Komunitas.

Page 21: Pedoman Rs Pt

21 | P e d o m a n R S P T

3. Menghasilkan pelayanan prima, bermutu dengan tingkat

keselamatan pasien yang tinggi.

Output dari fungsi pelayanan adalah dihasilkanya pelayanan

prima yang bermutu dengan memperhatikan keselamatan pasien.

2.3. Indikator Rumah Sakit Pendidikan

Indikator RS Pendidikan merupakan ukuran dari pelaksanaan 9 konsep

dasar dan 11 konsep teknis RS Pendidikan. Indikator dikelompokkan

menjadi 5 indikator pendidikan, 1 indikator penelitian dan 3 indikator

pelayanan.

2.3.1. Indikator Pendidikan

Indikator pendidikan pada RS Pendidikan meliputi:

1. Rasio perbandingan jumlah tenaga dokter pendidik dengan

peserta didik.

Rasio perbandingan antara dokter pendidik klinik dan peserta

didik adalah 1 : 5. Tenaga pendidik klinik pada RS Pendidikan

disahkan oleh institusi pendidikan melalui surat keputusan

Dekan.

2. Rasio jumlah dan jenis pasien dengan peserta didik.

Adalah rasio jumlah pasien dan jenis pasien yang memiliki

kasus sesuai dengan standar kompetensi dokter yang mengacu

kepada SKDI.

3. Memiliki pedoman tata laksana pasien untuk pendidikan.

Tersedianya buku tata cara dan tata laksana serta SPO

penangangan yang terintegrasi antara pendidikan dan pelayanan

dengan pendekatan systematic team work. Dalam penyusunan

alur pasien pada RS Pendidikan harus memperhatikan

keterlibatan peserta didik.

Page 22: Pedoman Rs Pt

22 | P e d o m a n R S P T

4. Jumlah lulusan dokter yang memiliki kompetensi SKDI dan

memiliki penguasaan terhadap masalah kesehatan bangsa.

Persentase jumlah lulusan dokter yang memiliki kompetensi

SKDI dan memiliki penguasaan terhadap karakteristik masalah

kesehatan Bangsa.

5. Jumlah pelaksanaan Continuing Professional Development

(CPD) dan Continuing Quality Improvement (CQI) di rumah

sakit.

Adalah jumlah pelaksanaan CPD dan CQI setiap tahunnya di RS

Pendidikan.

2.3.2. Indikator Penelitian

Indikator penelitian pada RS Pendidikan yaitu:

Jumlah publikasi dan atau karya penelitian dalam bidang biomedik,

kedokteran klinis, bioetika dan humaniora, kedokteran komunitas

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang di publikasikan baik

nasional maupun internasional.

2.3.3. Indikator Pelayanan

Indikator pelayanan pada RS Pendidikan meliputi:

1. Kontribusi biaya terhadap pelayanan rumah sakit berbasis

kepada aktifitas/kegiatan.

Merupakan komponen biaya yang terdiri dari tenaga pendidik

klinik, sarana prasarana (ruang diskusi, ruang istirahat, dll),

peralatan (berpedoman kepada standar kompetensi dokter),

bahan habis pakai dan lain sebagainya yang digunakan pada

aktifitas pendidikan klinik yang di hitung dalam biaya satuan

(unit cost) yang timbul dari aktifitas pendidikan klinik

(pelayanan, pendidikan dan penelitian) yang memberikan

kontribusi terhadap pelayanan yang dihitung berdasarkan

kegiatan ABC (Activity Base Costing).

Page 23: Pedoman Rs Pt

23 | P e d o m a n R S P T

2. Tingkat kepatuhanan pelaksanaan SPO, persentase kepuasan

pasien, laporan angka kejadian near miss dan KTD.

RS Pendidikan diharuskan memiliki sebuah sistem dimana

asuhan pasien menjadi lebih aman. Sistem tersebut meliputi

assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Evaluasi yang dilakukan di RS Pendidikan dengan

menggunakan:

a. Persentase tingkat kepatuhan pelaksanaan SPO.

b. Persentase kepuasan pasien pada layanan rawat jalan dan

rawat inap.

c. Angka kejadian near miss yaitu sebuah insiden yang dapat

menimbulkan cedera tetapi belum terpapar kepada pasien.

d. Angka Kejadian Tidak Diharapkan adalah sebuah insiden

yang dapat menimbulkan cedera pada pasien.

3. Indikator Etika dan Medikolegal bidang pelayanan.

Indikator Etika dan Medikolegal yaitu, berkurangnya

pelanggaran etik dan disiplin. Berkurangnya angka pelanggaran

etik dan disiplin diperoleh dengan cara membandingkan dengan

data pelanggaran tahun sebelumnya. Data tersebut diperoleh dari

komite etik dan disiplin.

Page 24: Pedoman Rs Pt

24 | P e d o m a n R S P T

BAB III

IMPLEMENTASI KONSEP DASAR RS PENDIDIKAN DI

RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI

RS PT merupakan rumah sakit pendidikan yang dikelola perguruan tinggi.

Kehadiran RS PT di dunia pendidikan adalah konsekuensi logis dari adanya

pendidikan profesi dokter yang merupakan kelanjutan dari program pendidikan

sarjana kedokteran Fakultas Kedokterann. Hal ini juga semakin kuat dengan

lahirnya UU Pendidikan Kedokteran yang mengamanahkan bahwa tiap Fakultas

Kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau Rumah Sakit yang

bekerjasama dengan Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang

Pendidikan Kedokteran dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dan Menteri Kesehatan tentang Rumah Sakit Perguruan Tinggi

Negeri, maka Dirjen Dikti Kemdikbud menindaklanjuti dengan membuat konsep

dasar RS Pendidikan untuk diimplementasikan di RS PT. Konsep dasar ini terbagi

menjadi Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan, dimana implementasi konsep dasar

pada ketiga area tersebut dapat dilihat pada rincian dibawah ini.

3.1. Implementasi Konsep Dasar Pendidikan di RS PT

3.1.1. Kompetensi Klinis yang harus dicapai untuk Memenuhi Standar

Kompetensi Dokter Indonesia

Kompetensi dokter dibangun oleh fondasi profesionalitas yang luhur,

mawas diri, pengembangan diri, dan komunikasi efektif. Kompetensi

juga dibangun oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan

ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah

kesehatan. Aplikasi konsep dasar RS PT untuk aspek pendidikan harus

bisa mencapai kompetensi klinis sesuai dengan pilar keterampilan

klinis yang diatur pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).

Page 25: Pedoman Rs Pt

25 | P e d o m a n R S P T

Kompetensi inti yang harus dicapai oleh lulusan pendidikan dokter

adalah mampu melakukan prosedur klinis sesuai kewenangannya yang

berkaitan dengan masalah kesehatan dengan menggunakan prinsip

keselamatan pasien, serta keselamatan diri sendiri dan orang lain

(universal precaution). Berdasarkan SKDI, seorang dokter harus

mampu:

1. Melakukan prosedur diagnosis.

a. Melakukan dan menginterpretasi hasil auto, allo dan

heteroanamnesis, pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai

dengan masalah pasien.

b. Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar

dan mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional.

2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara

holistik dan komprehensif.

a. Melakukan edukasi dan konseling.

b. Melaksanakan promosi kesehatan.

c. Melakukan tindakan medis preventif.

d. Melakukan tindakan medis kuratif.

e. Melakukan tindakan medis rehabilitatif.

f. Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat

membahayakan diri sendiri dan orang lain (universal

precaution).

g. Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis sesuai

dengan kewenangannya.

Page 26: Pedoman Rs Pt

26 | P e d o m a n R S P T

Gambar 3.1 Assessment Method

3.1.2. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada

Pendidikan Kedokteran

Kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia masih disusun

berdasarkan kompetensi lulusan yang mengacu pada World

Federation Medical Education (WFME), sehingga muncul perubahan

paradigma pendidikan kedokteran dari sebelumnya teacher-centered

menjadi student centered learning. Student centered learning

menekankan pada problem based, integrated, community-based, early

clinical exposure and systematic (SPICES). Penekanan pembelajaran

yang dilakukan lebih mengarah kepada pembelajaran konstruktif,

kolaboratif, kontekstual dan mandiri. Keempat konsep pembelajaran

tersebut tercakup dalam strategi pembelajaran berdasarkan masalah

(problem-based learning). Ada 2 implementasi KBK pada pendidikan

kedokteran, yaitu:

1. Metode Pembelajaran dengan KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi ditetapkan dalam Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI III). Pada kurikulum inti dan

Page 27: Pedoman Rs Pt

27 | P e d o m a n R S P T

institusional di tahun 2000, terjadi perubahan konsep dimana

kurikulum didorong oleh masalah global atau eksternal terutama

yang diuraikan dalam laporan UNESCO. Kurikulum lebih

didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai oleh

lulusan perguruan tinggi yang mendekati kompetensi yang

dibutuhkan oleh masyarakat pemangku kepentingan. Perubahan

juga didorong oleh perubahan otonomi perguruan tinggi yang

dijamin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Tiap

Perguruan Tinggi dapat mengembangkan kurikulumnya sendiri

dengan mengacu kepada kompetensi standar yang harus dipenuhi.

Pembelajaran dalam KBK menganut prinsip Student-Centered

Learning (SCL) yakni dengan memfokuskan pada tercapainya

kompetensi yang diharapkan. Terjadi perubahan paradigma

mengenai belajar, dari mulanya dianggap sebagai transfer of

knowledge yang bersifat pasif menjadi proses untuk

mengkonstruksi suatu pengetahuan melalui pembelajaran aktif.

Terdapat bermacam-macam metode pembelajaran untuk SCL. Dari

sekian banyak metode pembelajaran, contohnya adalah sebagai

berikut:

a. Small Group Discussion

b. Role Play and Simulation

c. Case study

d. Discovery Learning

e. Self-Directed Learning

f. Cooperative Learning

g. Collaborative Learning

h. Contextual Instruction

i. Project Based Learning

j. Problem Based Learning and Inquiry

Page 28: Pedoman Rs Pt

28 | P e d o m a n R S P T

Metode pembelajaran yang digunakan juga dapat dikembangkan

sendiri oleh pengajar di Perguruan Tinggi. Kurikulum Berbasis

Kompetensi telah dirumuskan sejak tahun 2004 dan terus

disempurnakan oleh Tim Kerja. Sosialisasi KBK kepada Perguruan

Tinggi telah dilakukan pada tahun 2005 dan 2006 dan dilanjutkan

dengan pelatihan untuk pelatih sampai tahun 2008. Sebanyak

sekitar 800 orang dosen perwakilan dari 372 perguruan tinggi telah

mengikuti pelatihan yang diharapkan dapat mendiseminasikan dan

menggunakan pengetahuan KBK di Perguruan Tingginya.

2. Pathway pendidikan kedokteran untuk mencapai kompetensi

klinik.

Berdasarkan konsep piramida Miller, pendidikan kedokteran untuk

mencapai kompetensi sebagaimana diatur pada Standar

Kompetensi Dokter Indonesia membutuhkan tahapan mulai dari

mengetahui (knows), mengetahui bagaimana melakukan (knows

how), menunjukkan bagaimana melakukan (show how) dan

melakukan secara komprehensif (does). Dalam setiap tahapan

tersebut, hal-hal yang perlu dilakukan dan output yang akan

didapatkan adalah sebagai berikut:

Page 29: Pedoman Rs Pt

29 | P e d o m a n R S P T

Gambar 3.2 Pathway Pendidikan Kedokteran untuk Mencapai Kompetensi Klinik

3.1.3. Output (luaran) yang Diharapkan

Output yang diharapkan oleh Ditjen Dikti pada RS PTN, yaitu:

1. Membangun karakter yang professional.

Tujuan utama pendidikan profesi tenaga kesehatan adalah

menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional. Profesionalisme

ini ditandai dengan kompetensi yang sesuai standar, dilaksanakan

dengan otonomi yang bertanggung jawab yang dilandasi oleh etika

profesi. Profesionalisme dapat diartikan sebagai karakter yang

selalu mengutamakan keselamatan pasien, kualitas, kejujuran,

evidence-based dan scientific-based terhadap setiap keputusan

klinik yang diambil. Profesionalisme sebagai landasan utama

profesi kesehatan hanya dapat dibentuk dan dibangun dalam suatu

lingkungan rumah sakit pendidikan yang profesional. Jadi, RS PTN

bukanlah sekedar wahana, tetapi juga harus merupakan lingkungan

yang membentuk karakter profesional. Oleh karena itu, semua

Page 30: Pedoman Rs Pt

30 | P e d o m a n R S P T

sumber daya manusia, sarana/prasarana, dan manajemen haruslah

mendukung untuk terbentuknya karakter profesional. Pola

hubungan antar sejawat, antar profesi, antara atasan-bawahan,

dosen-mahasiswa dan user-supplier harus didasari atas

profesionalisme. Semua kepentingan harus bermuara pada

keselamatan dan kepuasan pasien, serta lulusan tenaga kesehatan

yang berkualitas. Untuk membangun karakter profesional ini, peran

tenaga pendidik tidak lagi sekedar transfer pengetahuan, tetapi

transfer nilai. Mereka harus menjadi role model bagi peserta didik.

2. Melaksanakan pendidikan yang berbasis pada pelayanan.

Pendidikan tenaga kesehatan sangat tergantung pada pasien, baik

sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Dalam konteks

tersebut, upaya promotif, prediktif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif dilaksanakan. Pelayanan dilaksanakan dengan

menggunakan standar pelayanan yang telah disepakati untuk

menghasilkan luaran kesehatan yang terbaik bagi pasien. Birokrasi

pendidikan tidak boleh bertentangan atau mengatasi standar

pelayanan. Pelaksanaan pelayanan oleh residen atau mahasiswa

harus dilaksanakan dengan pendampingan oleh supervisor, baik

diruang perawatan, rawat jalan, maupun di pelayanan gawat

darurat. Pendampingan ini tidak hanya penting dalam pencapaian

kompetensi bagi peserta didik, tetapi juga meningkatkan rasa

percaya diri bagi mereka, dan memberikan kepuasan bagi pasien

karena dilayani dengan cepat dan profesional. Dalam melaksanakan

pendidikan yang berbasis pelayanan ini, keselamatan pasien

merupakan hal yang paling utama.

3. Mengembangkan kompetensi interprofesional.

Pelayanan kesehatan kita diberbagai tingkatan masih bersifat dan

dibayangi oleh ego profesi dari berbagai profesi kesehatan. Hal ini

disebabkan oleh pendidikan tenaga profesi yang sifatnya uni-

professional dimana peserta didik belajar dalam lingkup profesi

mereka masing-masing. Kondisi ini tentulah tidak sesuai dengan

Page 31: Pedoman Rs Pt

31 | P e d o m a n R S P T

permasalahan kesehatan kita yang kompleks dan membutuhkan

pendekatan antar disiplin. Keadaan ini menyebabkan pelayanan

kesehatan masyarakat tidak dapat berlangsung dengan baik.

Pendekatan antar disiplin dapat dikembangkan melalui pendidikan

interprofesional. Menurut Centre for the Advancement of

Interprofessional Education (CAIPE), pendidikan interprofesional

dapat didefinisikan sebagai when two or more professions learn

with, from and about each other to improve collaboration and the

quality of care (CAIPE 2002).

Peserta didik juga harus dipersiapkan bekerja dalam lingkungan

interprofesional agar mereka dapat memahami tentang apa peranan

profesi lain sehingga dapat bekerja sama dengan profesi lain dalam

satu tim pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat dilaksanakan bila

ada cara pandang yang positif terhadap peluang yang sama,

menghargai perbedaan dan keanekaragaman.

Gambar 3.3 Peranan Pendidikan Interprofesional dalam Meningkatkan

Pelayanan Kesehatan.

Page 32: Pedoman Rs Pt

32 | P e d o m a n R S P T

Rumah sakit merupakan lingkungan yang ideal untuk

mengembangkan pendidikan dan kompetensi interprofesional.

Disana bekerja berbagai profesi kesehatan untuk bersama-sama

melayani pasien. Sampai saat ini di Indonesia belum ada upaya

secara sadar dan sistematik untuk memasukkannya kedalam

kurikulum pendidikan tenaga kesehatan. Kondisi pelayanan

kesehatan yang semakin komplek membutuhkan penanganan oleh

tenaga kesehatan yang kompeten, profesional dan mampu bekerja

dalam suatu tim interdisiplin. Tenaga kesehatan profesional yang

saat ini bekerja di rumah sakit adalah dokter, dokter gigi, perawat,

apoteker, bidan, gizi dan kesehatan masyarakat. Sampai saat ini,

pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai

tenaga kesehatan tersebut diatas masih bersifat fragmented. Hal

tersebut tercermin dari kegiatan pelayanan dan pendidikan di

rumah sakit yang belum menyediakan mekanisme dan lingkungan

untuk berkembangnya kompetensi interprofesional sebagaimana

mestinya. Manajemen pelayanan di rumah sakit saat ini masih

didominasi oleh satu profesi (dokter), terkait dengan struktur,

proses, insentif dan karir. Kondisi ini bukanlah lingkungan yang

ideal untuk mengembangkan kompetensi interprofesional.

3.2. Implementasi Konsep Dasar Penelitian di RS PT

3.2.1. Kegiatan Penelitian di Rumah Sakit

Penelitian/riset adalah suatu proses yang dilakukan dengan sistematis

dengan meliputi pengumpulan data dan analisis data (informasi) untuk

meningkatkan pengetahuan.

Di RS PT sesuai konsep dasar penelitian dilakukan pada bidang

Biomedik, Kedokteran Klinik, Bioetika dan Humaniora serta

Kedokteran Komunitas.

Page 33: Pedoman Rs Pt

33 | P e d o m a n R S P T

3.2.2. Pathway Penelitian di RS PT

Berdasarkan skema penelitian/riset pada pendidikan tinggi, maka

penelitian/riset dapat diklasifikasi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

a. Riset Fundamental

1) Riset yang menghasilkan teori, ide dan konsep baru.

2) Menjawab pertanyaan WHY dan HOW.

3) Mendorong inovasi baru dalam satu bidang ilmu.

b. Riset Eksplorasi

1) Melakukan eksplorasi terhadap bidang-bidang yang belum

banyak dikaji.

2) Menjawab pertanyaan WHAT dan WHERE.

3) Temuannya dapat dilanjutkan menjadi aplikasi.

c. Riset Prototipe

1) Riset ini bertujuan untuk memungkinkan penelitian fundamental

dan eksploari dikembangkan untuk siap dikomersialkan.

2) Riset ini dapat berupa proof of concepts evaluation, up-scaling,

uji pre-klinik dan uji lapangan.

Riset fundamental yang dapat diterapkan pada industri, masyarakat

atau klinik disebut dengan riset translasi. Dimana pada riset translasi

temuan permasalahan pada masyarakat, industri atau klinik dapat

dipecahkan di laboratorium. Jadi, secara konsep dan operasional,

ketiga jenis penelitian harus didesain sedemikian rupa agar

mempunyai benang merah yang jelas. Dalam sejarah perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, rumah sakit memainkan

peranan yang sangat penting. Hasilnya telah terbukti sangat besar

manfaatnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Riset di RS PT harus menjadi kegiatan utama, karena yang

membedakan secara jelas Rumah Sakit Pendidikan dan yang bukan

adalah kegiatan riset. Kenyataan bahwa SDM Universitas yang

bekerja di RS PT merupakan potensi yang sangat besar dengan jumlah

pasien yang besar dan variasi kasus yang banyak dan kadang unik

Page 34: Pedoman Rs Pt

34 | P e d o m a n R S P T

merupakan harta karun/aset yang tidak digarap secara optimal.

Sejalan dengan skema riset nasional, riset yang dikembangkan di RS

PT adalah riset translasi. Pada riset translasi, temuan pada ilmu dasar

dengan segera dapat diterapkan pada pasien di klinik atau di

masyarakat. Sebaliknya, berbagai masalah kesehatan di masyarakat

dan di klinik dapat dicarikan pemecahannya di laboratorium ilmu

dasar. Riset translasi di RS PT tidak saja memberikan dampak pada

kesehatan masyarakat, tetapi juga dapat memberikan dampak ekonomi

bagi bangsa dengan temuan obat baru, vaksin untuk pencegahan dan

berbagai marka biologi untuk diagnosis.

Gambar 3.4 Gambaran Proses Penelitian di Rumah Sakit

Terkait pembiayaan riset, strategi yang bisa dilakukan adalah dengan

cara :

a. Bottom-up. Riset diinisiasi oleh institusi atau individu. Hibah

diberikan dalam bentuk kompetisi.

b. Top-down. Skema pembiayaan jenis ini khususnya untuk riset yang

sifatnya strategis dan penting untuk kepentingan negara, bersifat

multidisiplin, dan tidak perlu dikompetisikan. Beberapa institusi

yang dianggap mampu (menurut penilaian reviewer yang

independent) diberikan dana selama 5 tahun untuk

mengembangkan produk yang dibutuhkan. Setiap tahun dilakukan

evaluasi apakah sesuai dengan target atau tidak.

Page 35: Pedoman Rs Pt

35 | P e d o m a n R S P T

3.2.3. Harapan Dikti untuk penelitian yang akan dihasilkan

Sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi, riset yang

dilakukan di pendidikan tinggi sekurang-kurangnya memiliki tujuan

untuk:

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

menunjang pengembangan pendidikan dan pengabdian kepada

masyarakat;

2. Menghasilkan penelitian yang bermutu dan bermanfaat bagi

kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan

umat manusia;

3. Menjamin pengembangan penelitian unggulan spesifik Perguruan

Tinggi berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif;

4. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian dan pelindungan hak

kekayaan intelektual (HKI) secara nasional dan internasional.

Khususnya untuk bidang kedokteran, Ditjen Dikti mengharapkan

penelitian yang ditujukan untuk menyempurnakan standar pendidikan

dan standar kompetensi serta kurikulum dilakukan secara

berkelanjutan.

3.3. Implementasi Konsep Dasar Pelayanan di RS PT

Sebagai sebuah Rumah Sakit Pendidikan maka jenis pelayanan yang di

berikan harus dapat memberikan paparan kepada peserta didik untuk dapat

memenuhi kompetensi sesuai SKDI.

Berbeda dengan RS Umum, pelayanan medik pada RS PT merupakan

support system terselenggaranya pendidikan dan penelitian, oleh karena itu

pelayanan medik di RS PT harus lebih baik ditinjau dari segala aspeknya dan

merupakan contoh bagi pelayanan medik di RS Umum lainnya. Kompetensi

tenaga medik dan keperawatan baik dokter spesialis dan perawat mahir

meliputi: Knowledge, Skills, Attitude dan Communication serta

profesionalitas luhur harus diutamakan karena sikap dan perilaku ini akan

Page 36: Pedoman Rs Pt

36 | P e d o m a n R S P T

Pendidikan

Penelitian Pelayanan

menjadi akademik atmosfir bagi anak didik dan masyarakat yang

menggunakan pelayanan medik di RS Perguruan Tinggi. Dengan demikian

sasaran pelayanan medik yang profesional kepada pasien di RS Perguruan

Tinggi ditujukan untuk memberikan pembelajaran pada peserta didik.

Sembilan konsep dasar dijabarkan kedalam bentuk pelayanan yang akan

diberikan di rumah sakit. RS PTN adalah rumah sakit yang menjalankan

fungsi pendidikan, penelitian dan pelayanan secara berkesinambungan.

Gambar 3.5 Implementasi Kegiatan RS PTN

Dalam memberikan pelayanan RS PT tidak terlepas dari fungsi pendidikan

dan penelitian. Pelayanan yang diberikan haruslah mengedepankan pelayanan

prima, keselamatan pasien, menjunjung hak-hak pasien, serta memberikan

pelayanan yang berbasis bukti. Dalam memberikan pelayanannya RS PT

menyelenggarakan pelayanan terintegrasi untuk masalah lansia (penyakit

degeneratif), penyakit akibat perilaku dan budaya, akibat kerja, akibat

disparitas pelayanan/geografis, infeksi (termasuk pinere), traumatologi

(kecelakaan) dan beyond health (sebagai provider kesehatan dalam universal

coverage/SJSN) dan tidak berbasis departemen.

Page 37: Pedoman Rs Pt

37 | P e d o m a n R S P T

Sebagai sebuah rumah sakit dengan fungsi pendidikan maka RS PT harus

memenuhi profesionalitas inti dari 4 keilmuan klinis dasar (Bedah, Penyakit

Dalam, Anak dan Kandungan) dan 8 keilmuan klinis lainnya (Radiologi,

Anestesi, Patologi, Kulit dan Kelamin, THT, Mata, Neurologi dan Psikiatri)

sebagai syarat untuk dapat memenuhi kompetensi tenaga dokter sesuai

dengan SKDI.

Dalam memberikan pelayanan peserta didik harus dalam pengawasan

pendidik klinik sebagai dokter penanggung jawab pelayanan. Semua bentuk

pelayanan yang diberikan peserta didik harus tertera jelas di standar

pelayanan rumah sakit.

Page 38: Pedoman Rs Pt

38 | P e d o m a n R S P T

BAB IV

KELEMBAGAAN DAN PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT

PERGURUAN TINGGI

4.1. Kelembagaan RS PT

Sesuai dengan UU No 20 tahun 2013 pasal 8 ayat 3d tentang Pendidikan

Kedokteran, Perguruan tinggi dalam mendirikan Pendidikan Kedokteran

harus memenuhi sejumlah persyaratan, diantaranya memiliki Rumah Sakit

Pendidikan atau memiliki rumah sakit yang bekerja sama dengan Rumah

Sakit Pendidikan dan wahana Pendidikan Kedokteran.

Rumah sakit, sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 40 tahun

2009, pada pasal 7 dikatakan harus berbentuk badan layanan umum (BLU).

Rumah Sakit Perguruan Tinggi yang disebut RS PT merupakan rumah sakit

milik pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

yang dikelola oleh Perguruan Tinggi mengacu kepada PB (pasal 1).

Kelembagaan pada RS PT menurut UU 12 tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi dapat berbentuk:

1. UPT Pendidikan Tinggi

2. UPT Pendidikan Tinggi dengan PK BLU

3. UPT PTN BH (badan hukum)

Dengan ini menjadi jelas bahwa status RS PT adalah entitas yang dikelola

Perguruan Tinggi dengan hierarki setara Fakultas dan mengembangkan

struktur organisasi yang khusus untuk dapat menjalankan fungsi pendidikan,

penelitian dan pelayanan.

4.2. Tujuan RS PT

RS PT bertujuan untuk mengasilkan dokter layanan pimer, penelitian

translasional dan pelayanan prima yang berorientasi pada Sistem Kesehatan

Nasional.

Page 39: Pedoman Rs Pt

39 | P e d o m a n R S P T

4.3. Visi dan Misi RS PT

Didalam visi misi RS PT harus terlihat jelas fungsi pendidikan, penelitian dan

pelayanan. RS PT wajib memiliki visi misi yang sejalan dengan visi misi

perguruan tinggi, dan untuk RS PT milik pemerintah wajib untuk mengikuti

Visi Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan berorientasi pada

Sistem Kesehatan nasional.

4.4. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

4.4.1. Kedudukan

a. Kedudukan RS PT di Organisasi Universitas.

Kedudukan RS PT secara struktural dan administratif berada

dibawah Universitas, bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas

pokoknya kepada Rektor. RS PT digunakan sebagai wahana

pendidikan dan pelatihan bagi Fakultas Kedokteran, Fakultas

Kesehatan dan Fakultas Non kesehatan serta LPP/LPM dan UPT

lain.

b. Kedudukan RS PT di Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan

1. Kedudukan dalam Sistem Pendidikan Nasional.

RS PT milik Pemerintah merupakan Rumah Sakit Pendidikan

dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang

dikelola Perguruan Tinggi. RS PT ditujukan untuk menjadi

wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan,

penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu.

2. Kedudukan di Pendidikan Tinggi.

RS PT dalam penyelenggaraan pendidikan, pelayanan dan

penelitian dibawah kendali oleh Dirjen Dikti Kemdikbud.

Page 40: Pedoman Rs Pt

40 | P e d o m a n R S P T

c. Kedudukan RS PT di Kementerian Kesehatan

1. Kedudukan dalam Sistem Kesehatan Nasional.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, RS PT merupakan bagian

integral yang berperan dalam pendidikan, pelayanan medik

penelitian secara terpadu bersama semua komponen kesehatan

lain yang saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Kedudukan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan.

RS PT tidak dapat terlepas dari Sistem Pelayanan Kesehatan di

tingkat Nasional umumnya dan ditingkat Pemerintah Daerah

pada khususnya, dengan demikian perencanaan dan sistem

pelayanan RS PT tidak terlepas dari perencanaan dan

penyelenggaraan sistem pelayanan Lembaga Kesehatan di

daerahnya.

4.4.2. Tugas Pokok

1. Melaksanakan pendidikan kedokteran dan tenaga kesehatan

lainnya.

2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

dan kesehatan.

3. Melaksanakan pelayanan yang berkualitas.

4. Membangun karakter professional.

5. Mengembangkan kompetensi interprofesional.

6. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat.

7. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi.

Page 41: Pedoman Rs Pt

41 | P e d o m a n R S P T

4.4.3. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut RS PT mempunyai

fungsi:

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan

kedokteran dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya meliputi

program profesi dokter dan program-program profesi kesehatan

lainnya.

2. Melaksanakan kegiatan penelitian translasional yang hasilnya

dapat diaplikasikan pada kegiatan klinik, kegiatan pendidikan,

kegiatan manajerial dan kegiatan kedokteran komunitas.

3. Melaksanakan pelayanan medik yang prima dengan

mengutamakan keselamatan pasien (patent savety) dan

kewaspadaan universal (universal precautions) serta medico-

ethic dan medico-legal sebagai akademik atmosfir pendidikan

profesi dokter.

4. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan dan manajemen

administrasi, manajemen keuangan, manajemen pendidikan,

manajemen pelayanan medik, manajemen penelitian,

manajemen sumber daya manusia dan manajemen penjaminan

mutu.

4.5. Organisasi RS PT

Organisasi dan tata laksana RS PT dapat berbentuk:

1. Satker Univeristas Murni

2. RS dengan Universitas PK BLU

3. RS dengan PK BLU dibawah PTN BH

Struktur organisasi RS PT dibentuk dengan mempertimbangkan tugas pokok

dan fungsi, status kelembagaan, peraturan terkait (Kemkes, RPP tentang

pengelolaan dan penyelenggaraan PT, PP dan Permen tentang statuta PTN)

dan kemampuan operasional dari RS PT. Pada RS PT fungsi pendidikan dan

penelitian harus mendapatkan kedudukan yang sejajar dengan pelayanan.

Page 42: Pedoman Rs Pt

42 | P e d o m a n R S P T

4.6. Kerjasama

Dalam pengelolaannya RS PT harus sejalan dengan aturan Perguruan Tinggi

dan dalam pelaksanaannya RS PT menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit

Pemda, Rumah Sakit Kementerian Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan lainnya yang dibuktikan dengan adanya MOU.

Pengembangan dan pelaksanaan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan

lembaga RS merujuk kepada peraturan terkait Dikti, Dirjen BUK (Kemkes),

Dirjen Otonomi Daerah (Sekwilda tingkat 1) deputi bidang Sumber Daya

Manusia Aparatur (Kemenpan), Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu (Dit

BLU).

Page 43: Pedoman Rs Pt

43 | P e d o m a n R S P T

BAB V

TATA KELOLA SUMBER DAYA RUMAH SAKIT PERGURUAN

TINGGI

5.1. Rencana Strategis Bisnis

Duncan mendefinisikan perencanaan strategis sebagai suatu proses yang

digunakan untuk menelaah situasi serta mengembangkan tata cara

pengambilan keputusan di dalam organisasi. Hasil dari suatu proses

perencanaan strategi adalah rencana strategi (Swayne, Duncan et al. 2006).

Sebuah perencanaan yang baik haruslah dibuat berdasarkan data–data yang

realistis dan terukur karena akan dijadikan pedoman dalam kegiatan rumah

sakit. Renstra RS PT harus mengacu kepada renstra Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan serta Renstra Kementerian Kesehatan. BLU menyusun

rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana

Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). Oleh karena itu penyusunan

rencana strategis bisnis berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai dengan

Inpres tersebut, rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan/sasaran, dan

program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan

dapat dicapai.

Dalam menyusun sebuah perencanaan strategis diawali dengan visi dan misi.

Visi adalah gambaran mengenai kondisi yang ingin dicapai RS PT di masa

mendatang dan pernyataan misi menjawab bagaimana visi tersebut dapat

diwujudkan. Langkah berikutnya melakukan analisis lingkungan internal

yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan rumah sakit dan lingkungan

eksternal yang dapat menggambarkan peluang dan ancaman yang harus

dihadapi rumah sakit. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penentuan

strategi serta implementasinya. Sebuah rensta harus sampai pada rencana

kerja dari tiap unit RS PT. Renstra RS PT memberikan gambaran strategi

yang dominan pada pendidikan dan penelitian, yang akan terlihat dari

rencana kerja tiap unit/satuan kerja di rumah sakit.

Page 44: Pedoman Rs Pt

44 | P e d o m a n R S P T

5.2. Tata Kelola Sumber Daya Manusia

Perencanaan sumber daya manusia dalam RS PT mutlak mengacu kepada

perencanaan strategis yang telah disusun. Jenis dan jumlah SDM yang

dibutuhkan pada RS PT mengacu kepada klasifikasi rumah sakit yang diatur

oleh Undang-Undang Rumah Sakit dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi

pendidikan dan penelitian yang dominan pada RS PT. Selain itu perencanaan

kebutuhan SDM harus juga mengacu kepada hospital by laws dan medical

staf by laws RS PT.

Pemenuhan kebutuhan SDM bersumber dari lulusan PT yang terakreditasi

baik dan peserta didik dari berbagai bidang kesehatan maupun non kesehatan

yang terkait dengan fungsi RS. Proses rekruitmen dalam RS PT milik

pemerintah dapat berasal dari internal dan eksternal PT. Rekruitmen internal

adalah mendapatkan sumber daya manusia dari lingkungan PT. Sumber daya

berasal dari staf pengajar PT, baik dibidang kesehatan maupun bidang lain

yang menunjang. RS PT dapat membuat pengajuan ke dekan fakultas yang

dituju atau melalui pimpinan tertinggi Perguruan Tinggi.

Rekruitmen eksternal dapat dilakukan dengan merekrut PNS baru atau dapat

juga dengan memanfaatkan fleksibilitas BLU. Untuk merekrut PNS baru,

maka RS PT harus terlebih dahulu membuat usulan kepada pimpinan

tertinggi Perguruan Tinggi mengenai jumlah dan jenis SDM yang

dibutuhkan. Fleksibilitas BLU dapat dimanfaatkan dengan merekrut SDM

berstatus pegawai BLU, baik pegawai teknis maupun administratif. Dengan

demikian SDM pada RS PT dapat berstatus:

– PNS (kemendikbud atau kementrian lain)

– Pegawai tetap non PNS/ Pegawai BLU

– Dosen tetap non PNS dari PT yang terkait

– Pegawai yang diizinkan lainnya (misal : pegawai kontrak, pegawai

tidak tetap, dosen tidak tetap)

– Pegawai Universitas/PTN BH

Page 45: Pedoman Rs Pt

45 | P e d o m a n R S P T

SDM RS PT memiliki hak dan kewajiban yang mengikuti peraturan

perundangan terkait dengan status SDM. Jenjang karir SDM Pendidik

(Dosen) akan mengikuti peraturan pemerintah yang diterbitkan kemudian.

Sumber pendanaan untuk remunerasi dan pengembangan SDM dapat berasal

dari :

― APBN/APBD

― PNBP

― Hibah

Berikut adalah skema sumber pendanaan untuk SDM RS PTN

Gambar 5.1. Skema Asal SDM, Sumber Pendanaan dan Peruntukannya dalam

Pengelolaan SDM RS PTN

Rekrutmen, Pendayagunaan, Pengembangan, dan Penghentian merujuk

kepada peraturan perundangan ditingkat Universitas. Dalam pelaksanaannya

RS PT milik pemerintah harus memperhatikan implementasi Permenpan No

17/2003 tentang Jafung dosen tetap dan dosen tidak tetap. Dosen dari

Kemdikbud atau Kemkes di RS PT diperlakukan sama berdasarkan status

pendidik, bukan pasien.

Page 46: Pedoman Rs Pt

46 | P e d o m a n R S P T

5.3. Tata Kelola Keuangan RS PT Milik Pemerintah

Pengelolaan keuangan RS PT mengikuti UU RS dengan PK BLU yang

diselaraskan dengan perundangan dibidang keuangan, dan UU Pendidikan

Tinggi. RS PT merupakan organ yang resmi dicantumkan dalam statuta PT.

Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran RS PT harus menjadi bagian dari

rencana kegiatan dan anggaran PT dan pengesahannya dilakukan oleh

Rektor, dan dalam melakukan penyusunan LAKIP perlu dilakukan

sinkronisasi dengan output Ditjen Dikti untuk dimasukkan pada RKAKL.

Pembiayaan operasional RS PT untuk proses pembelajaran dan penelitian

mahasiswa bersumber dari APBN dan dari mahasiswa berupa UKT.

Sementara untuk biaya penelitian yang dilakukan oleh RS PT menjadi bagian

dari biaya penelitian PT yang mendapatkan bagian sebesar 30 % dari BOPTN

yang dialokasikan untuk RS PT. Pemenuhan kebutuhan operasional dan

investasi RS PT berasal dari APBN/P dalam bentuk dana investasi, dana

rutin, BOPTN. Selain itu, dapat berasal dari kerja sama dan hibah

dengan/dari institusi lain.

Pengelolaan operasional keuangan untuk biaya investasi, perawatan dan

operasional (pendidikan, penelitian dan pelayanan) sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Berikut adalah skema pengelolaan Keuangan RS PTN untuk

PT BLU dan PTN-BH:

Page 47: Pedoman Rs Pt

47 | P e d o m a n R S P T

Gambar 5.2. Skema Pendanaan RS PTN pada PT BLU/Satker

Gambar 5.3. Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN

Pada PTN BLU

Page 48: Pedoman Rs Pt

48 | P e d o m a n R S P T

Gambar 5.4. Skema Pendanaan RS PTN pada PTN-BH

Gambar 5.5. Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN

Pada PTN BH

Page 49: Pedoman Rs Pt

49 | P e d o m a n R S P T

Gambar 5.6. Peruntukan Dana BOPTN

Untuk memungkinkan pengelolaan tersendiri dan fleksibel dari pendanaan

RS maka diperlukan rekening khusus a.n Rektor yang kemudian akan

diterbitkan surat penegasan dari Dirjen Dikti agar penerimaan RS PT sebagai

PNBP/DM dimanfaatkan kembali untuk kepentingan RS PT. RS PT harus

membuat standar pelayanan minimum (SPM) yang disetujui oleh pimpinan

BLU (rektor). Biaya satuan dihitung dengan menggunakan standar pelayanan

minimum. Pola dan penetapan tarif pelayanan RS disesuaikan dengan aturan

umum (BLU) dan aturan PTN-BH yang berdasarkan biaya satuan sesuai

dengan kewenangan yang diberikan oleh Kemkeu (PP No 74 Tahun 2012).

Untuk kegiatan Komite Bersama RS PTN akan dibiayai dengan anggaran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Kesehatan.

5.4. Tata Kelola Aset

Sumber aset baik berupa sumber dana maupun sumber barang menggunakan

peraturan yang berlaku saat ini dan akan berlaku kemudian (misal : RPP

Pengelolaan dan penyelenggaraan PT). Asset tersebut tercatat pada SIMAK

BMN PTN. Kepemilikan akhir asset dapat melalui peralihan asset yang

dimungkinkan melalui perubahan status kepemilikan (serah terima antar

Page 50: Pedoman Rs Pt

50 | P e d o m a n R S P T

kementerian) dan pemberian dalam bentuk hibah dan tercatat. Tata Kelola

Aset RS PT dikembangkan dan dilaksanakan merujuk kepada:

1. Tata Kelola Aset Negara di Perguruan Tinggi.

2. Tata Kelola Aset Negara di RS Pemerintah.

3. Tata Kelola Aset Negara menurut kementrian Keuangan.

Dengan demikian aset tata kelola aset negara di RS PT dapat berbentuk:

1. Tata kelola aset negara menurut Kementerian Keuangan (pengadaan,

pencatatan, dll).

2. Tata kelola aset negara yang telah dipisahkan di PTN BH (PP 58 tahun

2013).

Kedua bentuk diatas tidak menutup kemungkinan untuk menerima biaya

modal (investasi) dari APBN/APBD, hibah dari pihak ketiga yang terikat

sesuai dengan tupoksi RS PT dan hibah dari pihak ketiga yang tidak terikat.

5.5. Tata Kelola Teknologi Peralatan RS PT

Manajemen teknologi peralatan pada RS PT terdiri dari:

a. Memilih dan menentukan teknologi (technology assessment).

Alat medik yang ada dalam RS PT harus tetap memperhatikan keamanan,

baik untuk pasien juga untuk petugas yang menggunakannya. Syarat

penyediaan alat medik untuk rumah sakit adalah aman, efektif, dan cost-

effective. RS PT dalam penyediaan peralatannya perlu memperhatikan hal

sebagai berikut:

Pengkajian HTA (Health Technology Assesment) tidak mungkin

menjadi mekanisme penapisan yang efektif karena kebaruan

teknologi belum diikuti cumullative experience dan riset aplikatif

yang menunjang kajian meta-analysis atau systematic review.

Penapisan perlu dikerjakan secara kritis oleh peer-reviewer dan

expert yang tidak memiliki conflict of interest (Rahardjo, Eddy).

Page 51: Pedoman Rs Pt

51 | P e d o m a n R S P T

b. Perencanaan kebutuhan peralatan.

Dalam membuat perencanaan kebutuhan peralatan harus sejalan dengan

renstra yang dibuat, mengutamakan peralatan yang diperlukan dalam

rangka pemenuhan kompetensi dokter dan penelitian.

c. Evaluasi dan analisis perangkat.

d. Perencanaan anggaran belanja peralatan.

Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pembelanjaan peralatan:

1. Efektifitas alat dimana akan menghasilkan outcome pasien lebih baik,

CFR menurun, hospital stay menurun.

2. Keamanan alat yang perlu dijawab oleh expert opinion.

3. Efisiensi alat dengan perhitungkan down time, jumlah pasien potensial.

4. Cost-wise, cost-wise tidak selalu murah tetapi setiap jumlah rupiah

yang dikeluarkan memberikan hasil yang diharapkan.

e. Analisa siklus hidup peralatan (life cycle equipment).

f. Pengelolaan kontrak layanan (service contract management).

Peranan tata kelola teknologi:

1. Pemeliharaan peralatan:

a. Pengecekan peralatan yang akan digunakan.

b. Perbaikan peralatan (corrective maintenance).

c. Pemeliharaan terencana (preventive maintenance).

d. Pengurusan kalibrasi dan sertifikasi peralatan.

2. Instalasi peralatan.

3. Evaluasi peralatan.

4. Pengelolaan keamanan peralatan (safety & control).

Seluruh alat medik yang ada di rumah sakit harus terjamin keamanannya.

Keamanan dalam segi penggunaannya dan juga saat penyimpanan. Alat

yang banyak dipakai di rumah sakit seperti: alkohol swab, alat suntik,

sarung tangan, IV Catheter, “Dressing”, botol infus/Infusion Set,

Catheter/NGT, tempat tidur, termometer, tensimeter, ECG, ambulans,

USG/Rontgen/CT-Scan/MRI dan sebagainya. Pemakaian alat medik harus

memperhatikan Prinsip Safety Device:

Page 52: Pedoman Rs Pt

52 | P e d o m a n R S P T

a. The Right Device for.

Alat medik yang akan digunakan harus tepat sesuai dengan indikasi dari

diagnosa.

b. The Right Procedure for.

Alat medik yang digunakan harus digunakan sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan dan ditentukan. Sebelum menggunakan alat

medik agar membaca cara penggunaannya dan juga memahami benar

bagaimana cara penggunaannya.

c. The Right Patient.

Alat medis yang digunakan harus untuk pasien yang tepat, yaitu pasien

yang memiliki indikasi dari penggunaan alat medis tersebut. Hal diatas

berguna demi keamanan pasien dan juga petugas dan tepat dalam

pengadaan, penggunaan serta pemeliharaan alat medis

(procuring,using, maintaining).

5. Modifikasi peralatan (jika diperlukan dengan tetap mempertimbangkan

standar, regulasi, dan keamanan)

6. Membangun fasilitas terkait dengan kebutuhan operasional peralatan.

5.6. Tata Kelola Sistem Informasi RS PT

Sistem informasi adalah suatu sistem yang diterapkan di rumah sakit yang

menghasilkan informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Sistem informasi pada RS PT terdiri dari:

a) Sistem informasi akutansi keuangan.

b) Sistem informasi SDM.

c) Sistem informasi medical record.

d) Sistem informasi laboratorium.

e) Sistem informasi logistik.

f) Sistem informasi penelitian.

g) Sistem informasi penunjang.

Page 53: Pedoman Rs Pt

53 | P e d o m a n R S P T

BAB VI

PEMBANGUNAN FISIK

RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI

6.1. Landasan Hukum dan Pedoman Pembangunan Fisik RS PT

a. Semua pembangunan bangunan Negara mengacu kepada:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2011 tentang Pembangunan

Bangunan Negara.

2) Peraturan Menteri PU No 28 Tahun 2008 tentang Bangunan Gedung.

b. Khusus Pembangunan Rumah Sakit mengacu kepada:

1) Permenkes No 147/Menkes/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit.

2) Permenkes RS No 2306 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis

Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit.

3) Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan RS. Kemenkes 2012.

4) Pedoman Rencana Induk Rumah Sakit. Kemenkes 2012.

5) Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit kelas B. Kemenkes 2012.

6) Pedoman Teknis Ruang Operasi. Kemenkes 2012.

7) Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan

Rumah Sakit. Kemenkes 2012.

8) Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif RS. Kemenkes 2012.

9) Pedoman Teknis Ruang Gawat Darurat RS. Kemenkes 2012

10) Pedoman Teknis Prasarana RS Sistem Instalasi Gas Medik dan

Vakum Medik. Kemenkes 2012

11) Pedoman Teknis Prasarana RS Sarana Keselamatan Jiwa.

Kemenkes 2012.

12) Pedoman Teknis Bangunan RS yang aman dalam Situasi Darurat

dan Bencana. Kemenkes 2012.

13) Pedoman Teknis Prasarana RS Sistem Proteksi Kebakaran Aktif.

Kemenkes 2012.

14) Pedoman Teknis Bangunan Pusat Sterilisasi Instalasi Sterilisasi

Sentral (CSSD). Kemenkes 2012.

15) Pedoman Teknis Bangunan RS Instalasi Rawat Inap Kemenkes

2012

Page 54: Pedoman Rs Pt

54 | P e d o m a n R S P T

6.2. Proses Pembangunan Fisik RS PT

Mengacu kepada Peraturan Pemerintah tentang Pembangunan Bangunan

Negara dan Permenkes tentang Perizinan RS serta Pedoman Kemenkes

tentang Studi Kelayakan dan Rencana Induk RS maka Proses Pembangunan

Fisik RS PT dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu Tahap

Pendahuluan, Tahap Perencanaan, Tahap Konstruksi dan Tahap Operasional.

Yang membedakannya dengan RS Umum adalah pada RS PT fungsi RS

ditambah dengan fungsi Pendidikan dan Penelitian mengacu kepada 9 konsep

dasar RS Pendidikan dengan segala konsekuensi logis nya.

6.2.1. Tahap Pendahuluan

Tahap pendahulan meliputi studi kelayakan, master plan dan studi

amdal.

a. Studi Kelayakan (Feasibility Study).

Studi kelayakan (feasibility study) adalah hasil analisis dan

penjelasan kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari

pendirian atau pengembangan suatu RS PT, terkait dengan

penentuan rencana kerja pelayanan, pendidikan dan penelitian

kesehatan RS PT yang baru akan dilakukan, maupun lanjutan

dari yang sudah ada dalam melakukan rencana

pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah Sakit.

Studi kelayakan meliputi Persiapan, Analisis Situasi, Analisis

Permintaan, Analisis Kebutuhan, Analisis Keuangan dan

Rekomendasi Kelayakan. (lihat Pedoman Studi Kelayakan RS

Kemkes 2012).

1. Tahap Persiapan.

Adalah tahapan melakukan kompilasi data dari seluruh data

yang didapat dari hasil pengumpulan data yang terdiri dari

Data Primer dan Data Sekunder.

Page 55: Pedoman Rs Pt

55 | P e d o m a n R S P T

2. Analisis Situasi.

Analisis situasi adalah analisis dari seluruh aspek-aspek baik

dari aspek eksternal sebagai peluang ataupun ancaman

maupun aspek internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun

kelemahan sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan

kecenderungan suatu rumah sakit dalam melakukan

pembangunan baru atau melakukan pengembangan berupa

peningkatan status pelayanan, pendidikan dan penelitian

rumah sakit tersebut.

3. Analisis Permintaan

Analisis permintaan membahas tentang analisis posisi

kelayakan rumah sakit dari 5 (lima) aspek. Berdasarkan

analisis aspek eksternal dan aspek internal yang telah

dilakukan pada analisis situasi maka dilakukan analisis

yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan

ancaman yang secara sistematis akan menjadi

pertimbangan terhadap kelayakan pembangunan rumah sakit

tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan

sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan (strength)

dan memanfaatkan peluang (opportunity) serta secara

bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan

(weakness) dan mengatasi ancaman (threat).

4. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan

yang harus disediakan oleh Rumah Sakit PT secara

keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis permintaan

yang telah dilakukan.

Page 56: Pedoman Rs Pt

56 | P e d o m a n R S P T

Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran

mengenai rencana pengembangan dari Rumah Sakit PT

tersebut dilihat dari aspek:

Kebutuhan Lahan,

Pemilihan site/lokasi lahan rumah sakit dapat dihitung

berdasarkan program ruang rumah sakit serta kebijakan

Pemerintah Daerah setempat mengenai intensitas

bangunan berupa Koefisien Dasar bangunan (KDB),

Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan

Bangunan (GSB) dan Koefisien Dasar Bangunan (KDH),

serta peruntukan lahan yang mengizinkan digunakan

sebagai lahan yang dapat dibangun rumah sakit.

Kebutuhan Ruang,

Kebutuhan ruang secara keseluruhan dari rumah sakit

dapat dihitung 1 TT sebesar 80 m2 – 110 m2 disesuaikan

dengan bentuk dan klasifikasi rumah sakitnya.

Peralatan Medis dan Non Medis,

Peralatan medis dan non medis akan disesuaikan dengan

kapasitas dan jenis layanan dari rumah sakit tersebut.

SDM,

Dalam hal pemenuhan ketenagaan atau Sumber Daya

Manusia (SDM) perlu

mempertimbangkan/memperhitungkan tenaga seefisien

dan seefektif mungkin agar menjadikan suatu manajemen

pengelolaan RS PT yang optimal.

Organisasi dan Uraian Tugas.

Organisasi dan uraian tugas RS PT disusun sesuai dengan

bentuk dan klasifikasi rumah sakit tipe B.

Page 57: Pedoman Rs Pt

57 | P e d o m a n R S P T

5. Analisis Keuangan

Analisis keuangan memberikan gambaran tentang rencana

penggunaan sumber anggaran yang dimiliki, sehingga dapat

diketahui tingkat pengembalian biaya yang akan

diinvestasikan. Dengan demikian maka pihak pemilik/

investor dapat melihat tingkat keuntungan yang mungkin

akan diperoleh.

Adapun aspek keuangan yang akan dianalisis terdiri dari:

a) Rencana Investasi dan Sumber Dana

b) Proyeksi Pendapatan dan Biaya

c) Proyeksi Cash Flow

d) Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP),

Internal Rate of Return (IRR), dan Net Present Value

(NPV)

6. Rekomendasi.

Adalah kesimpulan dari studi kelayakan (feasibility study)

akan memberikan perspektif dari 4 sudut pandang, yaitu

analisis situasi, analisis permintaan, analisis kebutuhan dan

analisis keuangan.

Page 58: Pedoman Rs Pt

58 | P e d o m a n R S P T

b. Master Plan RS PT

Rencana membangun atau mengembangkan RS PT dilakukan

setelah mengetahui jenis layanan kesehatan rumah sakit serta

kapasitas Tempat Tidur (TT) jenis pendidikan serta kapasitas

DPJP dan peserta didik dan jenis penelitian translasional yang

akan dilakukan dan disediakan sesuai dengan hasil kajian studi

kelayakan/feasibility study.

Gambar 6.1. Proses Penyusunan Studi Kelayakan (Pedoman Studi

Kelayakan Kemkes 2012)

Page 59: Pedoman Rs Pt

59 | P e d o m a n R S P T

Rencana ini selanjutnya disusun dalam suatu kajian berupa

penyusunan rencana induk/master plan yang menggambarkan

rencana pembangunan dan atau pengembangan serta rencana

pentahapan pelaksanaannya yang dilihat dari semua aspek secara

komprehensif dan berkesinambungan serta utuh sebagai satu

kesatuan fasilitas sarana dan prasarana Rumah Sakit Perguruan

Tinggi.

Rencana induk/master plan disusun melalui beberapa tahapan

meliputi tahap persiapan, analisis kondisi umum, master

program, program fungsi, rencana blok bangunan dan konsep

utilitas RS sehingga dapat dihasilkan suatu perencanaan rencana

induk/Master Plan yang terintegrasi. (lihat Pedoman Rencana

Induk RS. Kemkes 2012)

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penyusunan rencana induk/master plan

adalah suatu tahapan pekerjaan dimana dilakukan kompilasi

data yang didapat dari hasil pengumpulan data, yang terdiri

dari data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data

untuk penyusunan rencana induk pembangunan rumah sakit

baru dan rencana induk pengembangan rumah sakit

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi.

2. Analisis Kondisi Umum

Analisis kondisi umum dalam pekerjaan penyusunan rencana

induk/master plan adalah melakukan analisis dari seluruh

aspek-aspek baik dari aspek eksternal maupun aspek internal

sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan rumusan

kecenderungan suatu rumah sakit dalam melakukan

pembangunan baru atau melakukan pengembangan berupa

peningkatan status layanan rumah sakit, yang disebut

Perumusan Kecenderungan atau Master Program.

Page 60: Pedoman Rs Pt

60 | P e d o m a n R S P T

Analisis ini dilakukan untuk mengkaji ulang data yang ada

walaupun di dalam analisis situasi pada studi kelayakan telah

dilakukan, dan hasil dari analisis kondisi umum pada

penyusunan rencana induk/master plan adalah untuk

perumusan master program.

Untuk menganalisis aspek ekternal dan aspek internal perlu

dilakukan proyeksi berupa forcasting, kecuali data yang tidak

memungkinkan tetap disajikan dalam bentuk tabel, diagram

batang atau pun diagram pie untuk melihat kecenderungannya.

c. Master Program

Master program merupakan perumusan kecenderungan RS PT

yang menggambarkan secara umum Pendidikan Profesi Dokter

dan Tenaga Kesehatan lainnya, pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, dan penelitian translasional.

Hasil studi kelayakan ataupun analisis kondisi umum pada

analisis rencana induk/master plan ini sangat menentukan master

program berupa perumusan kecederungan karena telah mengkaji

seluruh aspek baik aspek eksternal yaitu yang telah memberi

gambaran mengenai segmentasi baik dari aspek geografi,

demografi, sosekbud, derajat kesehatan dan ketenagakerjaan

serta aspek internal yang memberikan gambaran mengenai

kondisi rumah sakit dilihat dari aspek lahan, lokasi, SDM dan

organisasi, teknologi hingga kemampuan dari

pendanaan/pembiayaan.

Master program dalam rencana induk terdiri dari:

a) Jenis pelayanan, pendidikan klinik dan penelitian

translasional.

b) Penetapan kelas RS.

c) Kapasitas tempat tidur dan klasifikasi kelas perawatan.

d) Perhitungan SDM dan struktur organisasi.

e) Kebutuhan ruang bangunan RS.

Page 61: Pedoman Rs Pt

61 | P e d o m a n R S P T

d. Program Fungsi (Functional Program)

Program fungsi merupakan suatu penjelasan secara rinci dari

master program atau perumusan kecenderungan rumah sakit

dalam bentuk-bentuk kegiatan pada rumah sakit, meliputi:

aktifitas kerja, hubungan fungsional, pengelompokan/zonasi,

pola sirkulasi kegiatan RS, perencanaan green bulding, dan

kebutuhan pembiayaan.

i. Aktifitas Kerja.

Aktivitas RS sangat dipengaruhi oleh kinerja RS.

Aktivitas RS dipengaruhi oleh penempatan fungsi-fungsi

ruangan yang harus berkaitan atau berhubungan dengan

akses yang mudah dan cepat antara fungsi-fungsi yang

berkaitan. Pola aktifitas dan sirkulasi timbul dari kegiatan

yang berlangsung di RS PT meliputi pelayanan,

pendidikan dan penelitian disetiap unit RS PT yang terdiri

atas kegiatan perawatan medik, pelayanan penunjang

medik dan non medik, administrasi dan rekam medik,

servis dan utilitas, serta pelayanan perawatan gawat

darurat.

ii. Hubungan Fungsional.

Hubungan Fungsional RS PT adalah hubungan antar

fungsi kegiatan dalam memberikan pelayanan,

pendidikan dan penelitian yang saling berkaitan satu sama

lain guna menghasilkan layanan pasien, hasil didik dan

publikasi penelitian yang sesuai dengan standar dan

dengan memperhatikan faktor efisiensi dan efektifitas

dalam segala bidang. Rencana fisik bangunan dari sebuah

RS PT pada dasarnya menjelaskan segala hal yang terkait

dengan upaya penetapan lokasi kerja setiap unit pekerjaan

dalam bentuk rencana zonasi/rencana kelompok

peruntukan ruang dan atau rencana blok bangunan rumah

Page 62: Pedoman Rs Pt

62 | P e d o m a n R S P T

sakit sesuai dengan luasan lantai dan fungsinya bangunan

guna memenuhi kebutuhan utama dan penunjangnya.

iii. Pengelompokan/Zonasi RS.

Pengelompokkan/zonasi rumah sakit pengkategoriannya

yaitu zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya

penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi

berdasarkan pelayanan.

Pengelompokan zonasi dibagi sebagai berikut:

a) Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya

penularan penyakit.

b) Zonasi berdasarkan provasi kegiatan.

c) Zonasi berdasarkan pelayanan.

iv. Pola sirkulasi Kegiatan RS.

Pada dasarnya jalur sirkulasi adalah jalur yang menjadi

titik hubung antara satu pola aktifitas dengan aktifitas

lainnya, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan

pelayanan medis, penunjang medis dan administrasi.

Fungsi-fungsi layanan tertentu memerlukan akses cepat

dan mudah ditemukan sehingga perlu dipertimbangkan:

a) Peletakkan pintu dan besarannya.

b) Tata letak fungsi bangunan, jarak antar massa

bangunan dan luasannya.

c) Pengaturan sirkulasi, jarak, dan besaran baik untuk

pejalan kaki dan kendaraaan.

d) Jarak pencapaian dari halte kendaraan umum menuju

ke pintu utama lokasi rumah sakit harus dekat dan

aman bagi pejalan kaki.

e) Perencanaan jalur sirkulasi dari dan menuju bangunan

harus memperhatikan hal sebagai berikut:

Mencegah terjadinya sirkulasi silang.

Pintu masuk utama harus mudah terlihat dan

dicapai.

Page 63: Pedoman Rs Pt

63 | P e d o m a n R S P T

Tersedia fasilitas parkir yang memadai dan parkir

khusus bagi penyandang cacat.

Pintu masuk RS minimal 3 pintu, yaitu pintu

utama, pintu khusus ke Instalasi Gawat Darurat

dan pintu ke area servis.

e. Pentahapan Pembangunan

Pentahapan Pembangunan meliputi:

1) Tahap Perencanaan (Planning)

Merupakan penetapan garis-garis besar rencana proyek,

mencakup: recruitment konsultan/perencana untuk

menterjemahkan kebutuhan pemilik, pembuatan TOR,

survey, feasibility studies/studi kelayakan proyek,

pemilihan desain, schematic design, program dan budget

financing.

2) Tahap Perancangan (Design)

Tahap Perancangan terdiri dari:

a) Prelimenery Design (Pra Rancangan)

Mencakup kriteria desain, skematik desain, proses

diagramblok plan, rencana tapak, potongan, denah,

gambar situasi/site-plan tata ruang, estimasi cost

(kerja global).

b) Design Development (Pengembangan Rancangan)

Merupakan tahap pengembangan dari pra rancangan

yang sudah dibuat dan perhitungan-perhitungan yang

lebih detail.

Page 64: Pedoman Rs Pt

64 | P e d o m a n R S P T

3) Tahap Pengadaan (Pelelangan)

Pengadaan/pelelangan dilakukan untuk:

a) Pengadaan konsultan.

(1) Konsultan Perencanaan/MK setelah gagasan

awal/TOR ada.

(2) Konsultan pengawas/supervisi setelah dokumen

lelang ada

b) Pengadaan kontraktor setelah dokumen lelang ada.

4) Tahap Pelaksanaan Konstruksi (Construction)

Merupakan pelaksanaan pembangunan konstruksi fisik

yang telah dirancang pada tahap desain. Pada tahap ini,

setelah kontrak ditandatangani, SPK dikeluarkan, maka

pekerjaan pelaksanaan dilakukan.

Pekerjaan pelaksanaan mencakup:

a) Rencana kerja (time schedule).

b) Pembagian waktu secara terperinci.

c) Rencana lapangan (site plan/instalation) rencana

peletakan bahan, alat dan bangunan

bangunan pembantu lainnya.

d) Organisasi lapangan.

e) Pengadaan bahan/material.

f) Pengadaan dan mobilisasi alat.

g) Pengadaan dan mobilisasi tenaga.

h) Pekerjaan persiapan dan pengukuran (stake out).

Page 65: Pedoman Rs Pt

65 | P e d o m a n R S P T

Gambar 6.2. Proses Penyiapan Rencana Induk (Pedoman Penyusunan Rencana

Induk RS Kemkes 2012

f. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) RS

Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya

penunjang pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan

sarana pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran

lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat

penularan penyakit. Untuk itu telah dilakukan berbagai upaya

Page 66: Pedoman Rs Pt

66 | P e d o m a n R S P T

penanggulangan dampak lingkungan rumah sakit yang dimulai

dari Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Kenyataan, upaya

tersebut tidak dapat dilaksanakan karena berbagai kendala

khususnya biaya.

Analisis dampak lingkungan RS mengacu kepada Peraturan

Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 tentang Analisis Dampak

Lingkungan. Permen Lingkungan Hidup RS Nomor 5 tahun 2012

tentang setiap rencana usaha dan kegiatan wajib memiliki

Analisis Dampak Lingkungan Hidup, dan Pedoman Teknis

Instalasi Pengolahan Air Limbah Kemkes 2011.

1. Limbah RS

Secara garis besar ada 3 (tiga) macam limbah Rumah Sakit

yaitu limbah padat (sampah), limbah cair dan limbah klinis.

1) Limbah Padat (sampah)

Rumah sakit dapat dianggap sebagai mata rantai

penyebaran penyakit menular karena sampah menjadi

tempat tertimbunnya mikro organisme penyakit dan

sarang serangga serta tikus. Disamping itu kadang-kadang

dapat mengandung bahan kimia beracun dan benda-benda

tajam yang dapat menimbulkan penyakit atau cidera.

Sampah yang dihasilkan di rumah sakit antara lain terdiri

dari: sampah yang mudah busuk yang berasal dari

instalasi gizi, sampah yang tidak mudah busuk dan tidak

mudah terbakar atau yang mudah terbakar, sampah medis,

sampah patologis serta sampah yang berasal dari

laboratorium.

2) Limbah Cair

Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang

berasal dari ruangan-ruangan atau unit di rumah sakit

yang kemungkinan mengandung mikro organisme, bahan

kimia beracun dan radio aktif.

Page 67: Pedoman Rs Pt

67 | P e d o m a n R S P T

3) Limbah klinis

Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan

medis, perawatan gizi, "veteranary", farmasi atau sejenis

serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat

dilakukan perawatan/pengobatan atau penelitian. Bentuk

limbah klinis antara lain berupa benda tajam, limbah

infeksius, jaringan tubuh limbah cito toksik, limbah

farmasi, limbah kimia, limbah radio aktif dan limbah

plastik.

2. Dampak

Ketiga limbah di atas secara langsung maupun tidak langsung

menimbulkan gangguan kesehatan dan membahayakan bagi

pengunjung maupun petugas kesehatan. Ancaman ini timbul

pada saat penanganan, penampungan, pengangkutan dan

pemusnahannya. Keadaan ini terjadi karena:

1) Volume limbah yang dihasilkan melebihi kemampuan

pembuangannya.

2) Beberapa di antara limbah berpotensi menimbulkan

bahaya apabila tidak ditangani dengan baik.

3) Limbah ini juga akan menimbulkan pencemaran

lingkungan bila dibuang sembarangan dan akhirnya

membahayakan serta mengganggu kesehatan masyarakat.

3. Upaya Penanggulangan limbah RS

Upaya-upaya penanggulangan dampak limbah RS PT

merupakan bagian dari upaya peningkatan lingkungan rumah

sakit, seperti yang tercantum pada Pasal 6 Peraturan Menteri

Kesehatan No.986/1992, yang meliputi penyehatan

bangunan, makanan dan minuman, kualitas air, tempat,

pencucian linen, pengendalian sampah dan limbah, tikus dan

serangga, sterilisasi, perlindungan radiasi serta penyuluhan

kesehatan lingkungan.

Page 68: Pedoman Rs Pt

68 | P e d o m a n R S P T

Sesuai dengan edaran Dirjen Pelayanan Medis tentang limbah

rumah sakit, maka:

1) Setiap rumah sakit harus mempunyai Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL).

2) IPAL yang telah ada agar dikelola dengan baik.

3) Efluen IPAL dipantau secara berkala. Minimal 1 (satu)

bulan sekali diperiksa di laboratorium yang telah ditunjuk

dan yang belum memenuhi syarat harus segera diperbaiki.

4) IPAL harus direncanakan dengan baik dan disertai studi

kelayakan.

5) Tenaga pengelola IPAL didayagunakan seoptimal

mungkin. Kualifikasi tenaga tergantung dari kelas

Rumah Sakit.

Kelas A & B serendah-rendahnya S1 di bidang kesehatan

lingkungan: teknik penyehatan, kimia, dan teknik sipil.

Kelas C serendah-rendahnya D3 di bidang kesehatan:

lingkungan, teknik penyehatan, biologi, teknik kimia,

teknik lingkungan dan teknik sipil.

Kelas D Paramedik dibidang kesehatan lingkungan,

teknik penyehatan, kimia, dan teknik sipil.

6) Bagi rumah sakit yang belum mempunyai tenaga-tenaga

tersebut agar dipersiapkan antara lain mengikuti

pelatihan.

6.2.2. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pembangunan fisik meliputi DED (Detail

Engneering Design) RS PT dan perencanaan peralatan baik peralatan

penunjang medik maupun peralatan penunjang umum.

Page 69: Pedoman Rs Pt

69 | P e d o m a n R S P T

a. Detail Engineering Design (DED) RS PT

Pembangunan RS PT sebelumnya harus memiliki dan membuat

DED. Proses pembuatan DED rumah sakit guna melihat dan

mengkaji sejauh mana rumah sakit tersebut siap untuk dibangun.

Ruang rumah sakit adalah kebutuhan dengan pendekatan sistem

yang mejadi acuan sebelum merancang sebuah ruang untuk

berbagai kegiatan manusia. Untuk mengetahui jenis ruang, fungsi

ruang, syarat-syarat mutlak ruangan, aktivitas, kondisi, dan

karakteristik bangunan yang akan kita rancang ruangannya.

Proses pertama yang harus dilakukan secara efektif adalah

menjalankan analisis yang konstruktif dan menyeluruh, terutama

mengenai aturan baku suatu ruangan maupun perilaku dan

kebiasaan.

Dalam sebuah konsep desain arsitektur, perancangan bangunan

secara langsung selain harus terkait dengan kebutuhan sosial dan

budaya masyarakat yang menempatinya tetapi juga harus

berdasarkan standarisasi ruang. Hal ini disebabkan oleh aktivitas

dan perilaku yang dilakukan akan sangat berpengaruh pada situasi

ruangan yang akan digunakan. Tanpa mengedepankan

standarisasi ruang maka dikhawatirkan akan terjadi

ketidaknyamanan pengguna ruangan oleh penghuni maupun

masyarakat yang terlibat dalam penggunaannya. Namun tidak

begitu saja dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, konsep desain

yang dihasilkan juga harus menjadi bangunan yang memiliki

kemampuan sustainability untuk bertahan mengikuti pola

perubahan perilaku masyarakat dan perkembangan zaman.

Page 70: Pedoman Rs Pt

70 | P e d o m a n R S P T

Melalui penjabaran di atas, dilakukan pengkajian secara khusus,

bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut akan hubungan sebuah

aktivitas tertentu terhadap kebutuhan desain dan konsep

perancangan arsitektur mengikuti teori yang telah ada dalam

memenuhi kebiasaan dan kondisi masyarakat dengan

mengedepankan pendekatan sistem yang telah baku dalam

pembangunan sebuah rumah sakit.

Gambar 6.3. Proses Pembuatan DED RS PT

Sumber : Johnny Sinaga, dalam Workshop Master Plan dan DED RS PT, 18-19

Juli 2012

Page 71: Pedoman Rs Pt

71 | P e d o m a n R S P T

b. Perencanaan Peralatan

Perencanaan pengadaan peralatan mengacu kepada Peraturan

Presiden RS Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

Kegiatan pengadaan barang/jasa dan sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi kebutuhan barang/alat kesehatan RS PT.

b) Menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk

pengadaan barang/alat kesehatan.

c) Menetapkan kebijakan umum tentang:

(1) Pemaketan pekerjaan.

(2) Cara pengadaan barang/alat kesehatan.

(3) Pengorganisasian pengadaan barang/alat kesehatan.

d) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang memuat:

(1) Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan.

(2) Waktu pelaksanaan yang diperlukan.

(3) Spesifikasi teknis barang/alat kesehatan yang akan

diadakan.

(4) Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.

6.2.3. Tahap Konstruksi

Tahap konstruksi meliputi proses pelelangan kontraktor dan proses

pembangunan konstruksi. Mengacu kepada Peraturan Menteri PU

Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan

Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi. Proses pelelangan diawali

dengan pembentukan Pokja Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah

unit organisasi yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa

yang ditetapkan oleh Menteri dan bersifat permanen.

1. Proses Pelelangan.

Pokja ULP melakukan penelitian/pemeriksaan terhadap proses

pemilihan dengan tahapan sebagai berikut:

Page 72: Pedoman Rs Pt

72 | P e d o m a n R S P T

a. Penawaran melalui Undangan Pengadaan Pekerjaan

Konstruksi.

b. Pengambilan Dokumen Pemilihan.

Peserta dapat mengambil dokumen pemilihan sesuai hari,

tanggal dan waktu serta tempat pembambilan tercantum dalam

undangan.

c. Pemberian Penjelasan.

Penjelasan dijelaskan kepada peserta mengenai: metoda

pemilihan, cara penyampaian dokumen penawaran,

kelengkapan dokumen, pembukaan dokumen penawaran,

metoda evaluasi, hal hal yang menyangkut penguguran

penawaran, jenis kontrak yang akan digunakan, ketentuan

evaluasi, dll.

d. Penyampaian/Pemasukan Dokumen Penawaran.

Dokumen penawaran meliputi: surat penawaran dimana

tercantum masa berlaku penawaran dan harga penawaran,

jaminan penawaran asli, rincian harga, surat kuasa dari

direktur, rekapitulasi perhitungan, dan kualifikasi.

e. Pembukaan Dokumen Penawaran.

Dokumen penawaran dibuka dihadapan peserta pada waktu

dan tempat sesuai ketentuan dalam dokumen pemilihan.

Ketidakhadiran peserta pada saat pembukaan dokumen

penawaran tidak dapat dijadikan dasar untuk

menolak/menggugurkan penawaran.

a. Evaluasi Dokumen Penawaran

b. Koreksi Aritmatik

c. Evaluasi Admininstrasi

d. Evaluasi Teknis

e. Evaluasi Harga

f. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP).

Page 73: Pedoman Rs Pt

73 | P e d o m a n R S P T

BAHP merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi

administrasi, teknis, dan harga yang dibuat oleh pokja ULP

dan ditandatangani oleh paling kurang seperdua dari jumlah

anggota pokja ULP. BAHP bersifat rahasia sampai dengan

pengumuman pemenang.

2. Proses Konstruksi

Tahap Pelaksanaan (Construction)

Merupakan pelaksanaan pembangunan konstruksi fisik yang telah

dirancang pada tahap design. Pada tahap ini, setelah kontrak

ditandatangani, SPK dikeluarkan, maka pekerjaan pelaksanaan

dilakukan.

Pekerjaan pelaksanaan mencakup:

a. Rencana kerja (time schedule)

b. Pembagian waktu secara terperinci

c. Rencana lapangan (site plan/instalation) rencana peletakan

bahan, alat dan bangunan-bangunan pembantu lainnya.

d. Organisasi lapangan

e. Pengadaan bahan/material

f. Pengadaan dan mobilisasi alat

g. Pengadaan dan mobilisasi tenaga

h. Pekerjaan persiapan dan pengukuran (stake out)

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk gedung berbeda dengan

pekerjaan konstruksi jalan atau konstruksi bendungan, pelabuhan,

dsb. Pada pekerjaan konstruksi 4 target yang harus dicapai

kontraktor:

a. Selesai dengan mutu/kualitas paling tidak sama dengan yang

ditentukan dalam spesifikasi perencanaan.

b. Selesai dengan waktu kurang atau sama dengan waktu

perencanaan.

c. Selesai dengan biaya kurang atau sama dengan biaya yang

direncanakan.

Page 74: Pedoman Rs Pt

74 | P e d o m a n R S P T

d. Selesai dengan tidak menimbulkan dampak lingkungan (sosial,

fisik, dan administratif)

Selanjutnya dilakukan:

a. Pemeriksaan laboratorium/testing konstruksi

b. Acara penyerahan pertama penyelesaian bangunan

c. Masa pemeliharaan bangunan masih dalam tanggungan

d. Penyerahan kedua setelah selesai masa pemeliharaan.

6.2.4. Tahap Operasional

Tahap operasional meliputi operasional RS PT dan pemeliharaan

sarana fisik. Tahap ini dimulai setelah tahap penyerahan gedung dari

kontraktor setelah masa Pemeliharaan yang masih dalam tanggungan

Kontraktor.

6.3. Konsep Dasar Perencanaan RS Pendidikan Tinggi

Konsep dasar perencanaan RS PT meliputi perencanaan berdasarkan fungsi

terdiri dari program fungsi RS PT, zoning dan sirkulasi.

6.3.1. Perencanaan Bangunan RS PT Berdasarkan Fungsi

Fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk atau panduan

menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus

diwujudkan. Arsitektur tidak hanya bicara tentang fungsi dan bentuk

saja, namun ada unsur-unsur lain yang juga erat kaitannya dengan

arsitektur, yang merupakan konsekuensi logis dari adanya fungsi.

Louis Sullivan dalam bukunya Form Follow Function menyatakan

bahwa fungsi juga merupakan gambaran dari kegiatan, dimana

kegiatan tersebut membutuhkan tempat/ruang untuk

keberlangsungannya. Dengan demikian dalam membahas fungsi,

tentunya akan berlanjut dengan pembahasan tentang ruang dan

penataannya.

Page 75: Pedoman Rs Pt

75 | P e d o m a n R S P T

Dibedakan dengan RS Umum, bagi RS PT disamping kegiatan

fungsi pelayanan kedokteran dan kesehatan diatas, ditambah lagi

dengan fungsi pendidikan dan penelitian yang menghadirkan peserta

didik dan peneliti yang harus difasilitasi sehingga ruang, bentuk dan

ekspersi serta penataannya memberikan kenyamanan juga kepada

pendidik, peserta didik, peneliti dan fasilitator penelitian.

6.3.2. Program Fungsi RS PT

Fungsi-fungsi RS PT merupakan gambaran dari kegiatan-kegiatan,

dimana kegiatan tersebut membutuhkan tempat/ruang untuk

keberlangsungannya dengan demikian fungsi-fungsi tersebut

merupakan penentu bentuk atau panduan membentuk RS PT.

Pengelompokkan fungsi-fungsi RS PT akan membentuk zona-zona

yang merupakan gabungan dari ruang-ruang atau functional room

dengan kegiatan-kegiatan yang sejenis, antara ruang-ruang dan

masing-masing zona memerlukan alur keluar masuk yang disebut

sirkulasi dan memerlukan ruang berkumpul sebelum bekerja untuk

pekerja atau ruang tunggu bagi yang dilayani yang disebut sebagai

pre-function room. Pre-function room merupakan kesan pertama dari

suatu ruang menuju function room atau ruang kerja.

Program fungsi RS PT adalah program perencanaan bagaimana

fungsi-fungsi RS PT dirancang menjadi tempat atau ruang kerja atau

functional room termasuk perencanaan pre-function room dan

sirkulasi alur menuju dan keluar area tersebut. Panduan program

fungsi RS PT adalah fungsi-fungsi yang tercantum pada organisasi

dan tata kelola RS PT berdasarkan 9 konsep dasar RS Pendidikan.

Adanya spesifikasi fungsi-fungsi pelayanan, pendidikan dan

penelitian maka disamping perancangan ruang sebagai suatu tempat

kegiatan, program fungsi juga memperhatikan fungsi-fungsi lain dari

setiap ruang.

Page 76: Pedoman Rs Pt

76 | P e d o m a n R S P T

1. Fungsi-Fungsi RS PT

Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka

fungsi-fungsi RS PTdikelompokan sebagai berikut:

a. Fungsi Pendidikan meliputi:

1) Fungsi Manajerial Pendidikan untuk 12 Departemen

2) Fungsi Fasilitasi Diskusi dan Tutorial

3) Fungsi Pelatihan Keterampilan Klinik (Skills Lab)

4) Fungsi Perpustakaan/E-Library.

b. Fungsi Penelitian.

1) Fungsi Manajerial Penelitian

2) Fungsi Fasilitasi Diskusi dan Tutorial

3) Fungsi Presentasi Penelitian (Auditorium)

4) Fungsi Pelaksanaan Penelitian

c. Fungsi Pelayanan dan Penunjang Medik meliputi:

1) Fungsi Pelayanan Poliklinik dari 12 Departemen

2) Fungsi Pelayanan Gawat Darurat

3) Fungsi Pelayanan Rawat Inap

4) Fungsi Pelayanan ICU

5) Fungsi Pelayanan Penunjang Diagnostik dan Penunjang

Terapetik

d. Fungsi Manajemen meliputi:

1) Fungsi Manajerial dan Kepemimpinan Direktur

2) Fungsi Staf dan Manajerial Wakil Direktur

3) Fungsi Staf dan Pimpinan Komite

4) Fungsi Satuan Pengawas Internal

e. Fungsi Hospital Engineering meliputi:

1) Fungsi Clinical Engineering (Peralatan Penunjang Medik)

2) Fungsi Hospital Facility (Peralatan Penunjang Umum)

3) Fungsi Bangunan, Sarana dan Prasarana

Page 77: Pedoman Rs Pt

77 | P e d o m a n R S P T

2. Pengelompokan / Zonasi dan Ruang RS PT

Zona, ruang dan alur pelayanan, pendidikan dan penelitian

digambarkan sebagai berikut:

a. Zona dan Sirkulasi Pelayanan Medik

b. Zona dan Sirkulasi Pendidikan

c. Zona dan Sirkulasi Penelitian

d. Zona dan Sirkulasi Hospital Engineering

e. Zona dan Sirkulasi Manajemen RS

Gambar 6.4. Zona, Alur, dan Sarana Prasarana RS PT

DOKTER PERAWAT CO ASS KARYAWAN

PASIEN

BEDAH OBGYN IPD IKA

ANES RAD THT MATA KULKEL SYARAF JIWA FOR

SKILLS LAB LIBRARY

POLIKLINIK UGD

MANAGEMENT OFFICE

TECHNICAL SUPPORTING DEPT

MEDICAL SUPPORTING DEPT

GENERAL SUPPORTING DEPT

RESEARCH TRANSLASIONAL

Kedok Klinik

Biomedik

Bioetik

Humaniora

Ked Kom

LAB FARMAKOLOGI

LAB MIKROBIOLOGI

LAB PARASITOLOGI

LAB BIOLOGI

MOLEKULER

INSTALASI RAWAT INAP

INSTALASI DIAGNOSTIK DAN TERAPETIK

Unit Perawatan Umum

Unit Perawatan Bedah

Unit Perawatan Obgyn

Unit Perawatan Anak

ICU

R. Isolasi (HCU)

R. Jaga Dr.Spes

R. Jaga Dr.Umum

R. Jaga Perawat

R. Jaga Co Ass

Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Diagnostik Medik (Catlab, Endoscopy)

Instalasi Physiotherapy

Instalasi Farmasi

Instalasi Radiologi

Instalasi Radio Terapi

Instalasi Lab Klinik

InstalasiLab PA

Admin/Pendaftaran pasien

Loket Pembayaran

Medical Record

Poliklinik 4 Spesialis Besar

Poliklinik 8 Spesialis lainnya

Triase

Gawat Darurat Bedah

Gawat Darurat Non Bedah

R.Jaga Dokter

R. Jaga Co Ass

Manajemen Pendidikan

Manajemen Penelitian

Manajemen Pelayanan

Manajemen SDM

Manajemen Keuangan

ManajemenMutu

Ruang Direktur & Staf

Dapur

Houskeeping

Loundry

Workshop

Steam Bioler

Instal Air

Central AC

Limbah

Genset

Gardu listrik

Central Steril Supply Dept

Med supply obat & Lab

Med Supply Imaging Dept

Oxygen Central

Workshop

Gudang um

Gus Alkes

Pus Kom

Ambulan

Transport

Keamanan

Fas umum

Kamar Jenazah

PENDIDIKAN

PELAYANAN

PENELITIAN

R. DISKUSI / TUTORIAL

R. DISKUSI

AUDITORIUM

Page 78: Pedoman Rs Pt

78 | P e d o m a n R S P T

a. Zona dan Sirkulasi Pelayanan Medik.

Zona pelayanan medik di RS PT merupakan zona dengan

tingkat konsentrasi kinerja dengan intensitas yang tinggi

karena zona ini merupakan padat karya, padat pasien dan

pengunjung, padat pakar, padat peserta didik, padat peneliti,

padat teknologi dan padat ilmu yang diimplementasikan secara

terintegrasi.

Berbeda dengan RS umum bagi RS PT, zona ini merupakan

support sistem pendidikan dan penelitian karena kegiatan

pendidikan pada zona ini adalah tempat berinteraksinya peserta

didik (co-ass), preseptor, DPJP, pasien dan perawat. Untuk

kegiatan penelitian adalah tempat berinteraksi peneliti, DPJP,

pasien dan perawat.

Pada zona ini tindakan medik dan nonmedik yang legartis

dengan profesionalitas serta etika yang tinggi dari pelaku

pendidikan, penelitian dan pelayanan menjadi akademik

atmosfir RS PT, karena melalui look, feel and listen para

peserta didik dan masyarakat yang menggunakan pelayanan

prima RS PT merupakan contoh dan pembeda dengan RS pada

umumnya.

Pada zona ini peserta didik mendapatkan keterampilan medik

pada real patient dan mempraktekan etika dan komunikasi,

profesionalitas luhur, kewaspadaan universal (universal

precaution) serta prosedur keselamatan pasien (patient savety).

Page 79: Pedoman Rs Pt

79 | P e d o m a n R S P T

1) Sirkulasi Zona Pelayanan Medik:

Sirkulasi pasien dan keluarga masuk melalui 2 arah yaitu

melalui Poliklinik dan Unit Gawat Darurat untuk

selanjutnya ke Instalasi Diagnostik dan atau ke Instalasi

Terapetik dan atau ke Instalasi Rawat Inap dan kembali

pulang melalui alur yang sama.

Sirkulasi masuk dan kembali dokter (Preseptor/ DPJP/

Manajemen), peserta didik dan perawat ke zona

pelayanan sebaiknya tidak masuk bersama dengan alur

pasien namun melalui koridor tersendiri melalui zona

pendidikan untuk peserta didik, preceptor dan DPJP,

zona penelitian untuk peneliti dan zona manajemen

untuk staf manajemen. Sehingga ketika masuk zona

pelayanan sudah memakai pakaian atribut dan tanda

pengenal yang representatif.

Sirkulasi masuk dan keluar karyawan ke zona pelayanan,

zona pendidikan, zona penelitian dan zona manajemen

juga melalui koridor tersendiri tidak bersama dengan alur

keluar masuk pasien.

2) Prasarana Ruang Pelayanan dan Penunjang Medik.

Secara umum prasarana pelayanan medik di RS PT setara

dengan RS Tipe B, perbedaannya adalah adanya peserta

didik yang akan menggunakan ruang dimana terjadi

interaksi bimbingan klinik co-ass dengan preceptor dan

pasien dengan demikian akan ada penambahan dimensi

ruang sebagai berikut:

Di masing-masing ruang Poliklinik dan UGD dimensi

diperluas 15-25%.

Instalasi diagnostik/terapeutik dimensi diperluas 20%.

Instalasi rawat inap dimensi ruangan diperluas 15%.

Page 80: Pedoman Rs Pt

80 | P e d o m a n R S P T

Khusus UGD ditambah lagi ruang untuk skills lab, ruang

jaga co-ass pria dan wanita.

Di Instalasi Rawat Inap ditambah ruang jaga untuk co-

ass wanita dan pria.

b. Zona, Sirkulasi dan Prasarana Pendidikan.

1) Zona Pendidikan.

Zona pendidikan merupakan learning resouces area adalah

tempat peserta didik mendapatkan ilmu dan mengkonstruksi

pola dan proses berpikir/clinical reasoning yang difasilitasi

oleh preceptor (pembimbing klinik) melalui metoda diskusi,

tutorial, Clinical Report Session, dan Clinical Science

Session.

Zona pendidikan adalah tempat para SMF yang dipimpin

oleh Kepala SMF merancang proses pendidikan, penelitian

dan pelayanan. Pada zona ini keterampilan medik diuji

dahulu di Skills Lab sebelum melakukan tindakan pada

pasien yang sebenarnya.

Untuk pengetahuan/knowledge peserta didik zona ini

dilengkapi dengan perpustakaan baik konvensional maupun

electronic library.

2) Sirkulasi Zona Pendidikan.

Sirkulasi masuk dan keluar ke zona pendidikan untuk

pembimbing klinik, DPJP dan peserta didik melalui

koridor khusus tidak melalui alur pasien.

Sirkulasi masuk dan kembali dari zona pendidikan ke

zona pelayanan medik melalui koridor khusus tidak

bercampur dengan alur pasien.

Page 81: Pedoman Rs Pt

81 | P e d o m a n R S P T

3) Prasarana Zona Pendidikan.

12 ruang kepala departemen/bagian beserta para SMF

sebagai pembimbing klinik tempat perancang proses

pendidikan dan pelayanan serta penelitian secara

terintegrasi. Masing-masing dilengkapi dengan ruang

rapat SMF.

6 ruang diskusi/tutorial untuk kegiatan masing-masing

departemen yang dapat dipakai bersama.

1 ruang skills lab/mini hospital untuk dipakai bersama

setiap departemen.

1 ruang perpustakaan baik konvensional maupun

electronic library.

Zona pendidikan dilengkapi dengan pantry, kamar kecil

dan mushola.

c. Zona, Sirkulasi dan Prasarana Penelitian.

1) Zona Penelitian

Zona penelitian adalah tempat diselenggarakannya

penelitian tranlasional yang digunakan bersama oleh para

SMF dari 12 departemen dengan para mahasiswa dimana

temuan dari penelitian kedokteran dasar diterapkan di klinik

atau temuan klinik dilakukan penelitian kedokteran dasar,

termasuk penelitian Bioetika dan Humaniora.

2) Sirkulasi Zona Penelitian

Alur masuk dan keluar ke zona penelitian untuk SMF

dan mahasiswa melalui koridor khusus tidak melalui alur

pasien.

Sirkulasi masuk dan kembali dari zona penelitian ke

zona pelayanan medik melalui koridor khusus tidak

bercampur dengan alur pasien.

Page 82: Pedoman Rs Pt

82 | P e d o m a n R S P T

3) Prasarana Zona Penelitian.

Ruang administrasi pimpinan dan staf penelitian

Enam ruang diskusi bimbingan proposal penelitian.

Satu auditorium untuk presentasi proposal atau hasil

penelitian.

Ruang IT, informasi dan data serta perpustakaan.

Laboratorium Biomolekuler.

Laboratorium Mikrobiologi.

Laboratorium Parasitologi.

Laboratorium Farmakologi.

d. Zona, Sirkulasi dan Prasarana Manajemen RS PT

1) Zona Manajerial.

Ruang-ruang manajerial ditata dalam satu zona untuk

mempermudah koordinasi antar manajemen RS PT.

2) Sirkulasi dan prasarana manajemen RS PT sama dengan RS

tipe B dengan penambahan atau perluasan prasarana

ruangan sesuai dengan penambahan fungsi pendidikan dan

fungsi penelitian.

3) Prasarana ruangan manajemen RS PT

a) Ruang kerja Direktur RS PT berikut ruang rapat staf

kecil

b) Ruang rapat staf besar untuk rapat seluruh staf struktural

RS PT

c) Lima ruang kerja dan ruang rapat staf kecil, masing-

masing untuk Wadir Pendidikan, Wadir Pelayanan

Medik, Wadir Penelitian, Wadir Penunjang Medik dan

Penunjang Penelitian, Wadir Administrasi dan

Penunjang Umum.

Page 83: Pedoman Rs Pt

83 | P e d o m a n R S P T

d) Tiga ruang kerja dan rapat staf kecil masing-masing

untuk Komite Medik, Komite Etik, Komite

Keperawatan.

e) Ruang kerja dan ruang rapat staf kecil untuk Satuan

Pengawas Internal.

e. Zona, Sirkulasi Hospital Engineering

Zona sirkulasi meliputi sarana prasarana Clinical Engineering

(Alat Penunjang Medik), Hospital Facility (Alat dan Intalasi

Penunjang Umum) sama dengan RS Tipe B.

6.3.3. Efficiency dan Savety Bangunan RS PT

Pembangunan berbasis Patient Savety dan Green Building.

Konsep dari penyembuhan secara alamiah perlu menjadi pegangan

bagi RS PT. Sinar matahari, udara segar, ventilasi alami, tanaman

dan unsur alam lain di harapkan dapat mempercepat kesembuhan

pasien. Konsep green building memberikan kelebihan bagi RS PT,

dimana rumah sakit dapat menjadi lebih efisien akibat penggunaan

sumber daya yang lebih minim (listrik, ac, dan lain-lain).

Penyusunan teknik bangunan/sarana, prasarana/utilitas, dan peralatan

medik pada rumah sakit pendidikan yang mengacu pada patient

safety dan green building meliputi:

1. Penentuan lokasi dan lahan yang tepat

2. Efisiensi energi

3. Efisiensi air

4. Material dan sumber daya lainnya

5. Kualitas ruangan

6. Makanan sehat

7. Edukasi ‘green’

8. Pengadaan

9. Kontaminan

10. ‘Green cleaning’

Page 84: Pedoman Rs Pt

84 | P e d o m a n R S P T

11. Reduksi limbah

12. ‘Healing garden’

6.3.4. Implementasi Hospital Engineering.

RS adalah lingkungan yang spesifik dengan banyaknya ruangan baik

bentuk maupun variasinya, padat dengan peralatan medik dan

penunjang medik yang spesifik, padat dengan jenis limbah, padat

pasien dan pengunjung, padat tenaga dokter spesialis medik serta

perawat sebagai pengguna RS. Untuk kenyamanan dan keselamatan

serta kemudahan akses memerlukan penataan yang khusus dan

memerlukan tata letak, dan sirkulasi yang memadai sehingga

kompleksitas karakteristik pengguna RS dapat melangsungkan

kegiatannya dengan nyaman dan aman.

Hal ini sering luput dari pengamatan para Direktur RS bahwa ada

suatu bidang yang sangat urgen untuk mengatasi permasalah ini.

Saat ini masalah teknik dalam organisasi RS yang demikian

kompleks dan rawan hanya ditangani oleh unit setingkat Instalasi

yang hanya berfungsi untuk pemeliharaan saja. Hospital Engineering

adalah integrasi dari multi disiplin ilmu teknik medik dan teknik

umum yang seharusnya dilibatkan sejak perencanaan, perancangan

bangunan, pengadaan alat medik sampai dengan pemeliharaan

karena mempunyai fungsi-fungsi teknis yang berbeda namun harus

diintegrasikan untuk mewujudkan Rumah Sakit yang efektif, effisien

dan safety.

Page 85: Pedoman Rs Pt

85 | P e d o m a n R S P T

1. Fungsi Hospital Engineering

Fungsi Hospital Engineering dengan masing masing disiplin

ilmunya perlu diintegrasikan, diserasikan dan diharmoniskan

dalam pelaksanan tugas dan tanggung jawabnya mulai dari saat

perencanaan, perancangan bangunan, pengadaan,

operasionalisasi sampai dengan pemeliharaan dan redesign serta

rekonstruksi sebagai dampak perkembangan terkini dari ilmu

dan teknologi kesehatan perumahsakitan. Untuk

mengintegrasikan memerlukan wadah organisasi yang memadai

yang dapat mengakomodir fungsi-fungsi sebagai berikut.

Fungsi- fungsi Hospital Engineering adalah:

a. Fungsi Manajerial Hospital Engineering.

Lingkup fungsi manajerial adalah mengkoordinasikan kinerja

seluruh tenaga tenaga ahli teknik medik dan teknik umum

agar tercapai efektifitas dan efisiensi serta savety.

b. Fungsi Biomedical Engineering.

Lingkup fungsi biomedical engineering adalah

mengintegrasikan fungsi clinical engineering, hospital

fasility, pengolahan limbah untuk environment savety RS dan

lingkungan diluar RS.

c. Fungsi Konstruksi Bangunan RS.

Lingkup fungsi bangunan RS adalah mengintegrasikan

seluruh peralatan baik penunjang medik dan penunjang

umum serta limbah yang diinstall pada bangunan fisik.

d. Fungsi Clinical Engineering.

Lingkup fungsi clinical engineering adalah mengintegrasikan

semua tenaga ahli teknik medik dan alat penunjang medik

meliputi: infusion pumps, defibrillators, monitors, x-ray

machines, catheterization scan, MRI, ultrasound, ventilators,

surgical table and lights, electrosurgical units, pulse

oxymeters, CT scan, etc.

Page 86: Pedoman Rs Pt

86 | P e d o m a n R S P T

e. Fungsi Hospital Facility.

Lingkup fungsi hospital facility adalah mengintegrasikan

semua tenaga ahli, medical gases, medical compressed air,

vacuum systems, vehicles, steam, hot water, catering

equipment, etc.

f. Fungsi Pengolahan Limbah.

Lingkup fungsi pengolahan limbah adalah mengintegrasikan

semua tenaga ahli limbah padat medik dan nonmedik, limbah

cair, limbah radio aktif dll.

g. Fungsi Mecanical Electricity.

Lingkup fungsi mecanical electricity adalah

mengintegrasikan semua tenaga ahli mekanik dan elektrik

meliputi: lift, AC, TV, genset, gadru listrik, lampu

penerangan, water heater, pemadam kebakaran,

communication systems, dll.

2. Tenaga Ahli Teknik Perumahsakitan.

Untuk menjawab kebutuhan dan persyaratan bangunan fisik RS

ditinjau dari kenyamanan, keamanan umum, keselamatan

pasien, dan seluruh pengguna RS, perlu ditangani oleh para

tenaga ahli dibidang teknis yang spesifik yang tidak dapat saling

menggantikan namun harus bekerja sama untuk tercapainya

tujuan rumah sakit yang efektif, effisien dan safety sesuai

dengan visi dan misinya RS.

Tenaga ahli tersebut meliputi:

Tenaga ahli di bidang Biomedical Engineering.

Tenaga ahli dibidang konstruksi bangunan khusus RS

Tenaga ahli di bidang Clinical Enginering

Tenaga ahli dibidang Hospital Facility

Tenaga ahli dibidang limbah dan water treatment

Tenaga ahli dibidang Mecanical Elektrical

Page 87: Pedoman Rs Pt

87 | P e d o m a n R S P T

Gabungan kinerja semua tenaga ahli teknik ini dinamakan

Hospital Engineering. Dengan demikian hospital engineering

merupakan integrasi dari kompleksitas multi-disiplin keahlian

teknik yang bertanggung jawab secara teknis terhadap

operasional ruangan, alat penunjang medik, penunjang umum,

keamanan kenyamanan konstruksi bangunan, sikulasi dan akses.

Peran hospital engineering sangat penting dalam mendukung

penyelenggaraan program Komprehensif Keselamatan Medis

yang terdiri dari 3 pilar yaitu:

Employee safety,

Patient safety dan,

Environment safety

Sesuai dengan motto dalam penyelenggaraan pelayanan

Kesehatan yaitu "Safety is not priority, but it's way of life".

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi

hospital engineering dalam konsep pembangunan RS PT sangat

berkaitan dengan keselamatan (safety).

3. Organisasi Hospital Engineering.

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut diatas memerlukan

wadah atau organisasi yang memadai sebagai pembantu dan

pelaksana Direktur RS dalam fungsi hospital engineering.

a. Kedudukan.

Organisasi dirancang dalam bentuk departemen setingkat

departemen klinik berkedudukan langsung dibawah Direktur

RS dibawah koordinasi Wadir Penunjang Medik dan Wadir

Penunjang Umum.

b. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi dirancang untuk mewadahi fungsi-fungsi

hospital engineering dengan urutan sebagai berikut:

Page 88: Pedoman Rs Pt

88 | P e d o m a n R S P T

1) Kepala Departemen Hospital Engineering

2) Kepala Tata Usaha Departemen Hospital Engineering

3) Kepala Bagian Konstruksi Bangunan RS

4) Kepala Bagian Biomedical Engineering

5) Kepala Bagian Clinical Engineering

6) Kepala Bagian Hospital Facility

7) Kepala Bagian Mecanical Electrical

8) Kepala Bagian Limbah dan Kesehatan Lingkungan.

c. Tugas Pokok Departemen Hospital Engineering.

1) Membantu Direktur dalam konsultasi, perencanaan,

perancangan, pembangunan, operasional, rekonstruksi dan

redesign serta pemeliharaan bangunan fisik RS.

2) Membantu Direktur RS dalam konsultasi, perencanan, dan

pengadaan serta perancangan dan tata letak, pemasangan,

operasional dan pemeliharaan serta penggantian seluruh

peralatan penunjang medik.

3) Membantu Direktur RS dalam konsultasi, perencanan, dan

pengadaan serta perancangan dan tata letak, pemasangan,

operasional dan pemeliharaan seluruh peralatan penunjang

umum.

4) Membantu Direktur RS dalam konsultasi, perencanan, dan

pengadaan serta perancangan dan tata letak, pemasangan,

operasional dan pemeliharaan serta penggantian seluruh

mecanical dan electrical.

5) Membantu Direktur RS dalam konsultasi, perencanan, dan

pengadaan serta perancangan dan tata letak, operasional

dan pemeliharaan seluruh peralatan limbah.

6) Mengkoordinasikan masing-masing tugas dan fungsi

Kepala Bagian dalam perencanaan, perancangan,

pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan.

Page 89: Pedoman Rs Pt

89 | P e d o m a n R S P T

DAFTAR PUSTAKA

1. UUD 1945

2. UU Pendidikan Kedokteran

3. UU Pendidikan Tinggi

4. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

5. UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS, pasal 1, 22, dan 23

6. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

7. PP No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

8. PP No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum

9. Permenkes No. 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran

10. Permenkes No. 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit

11. Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah

Sakit

12. Kepmenkes No. 1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Klasifikasi

dan Standar Rumah Sakit Pendidikan

13. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri

Kesehatan nomor 2/V/PB/2013 Nomor 38 tahun 2013 tentang Rumah Sakit

Pendidikan

14. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 10 tahun 2012 tentang

Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia

15. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012 tentang

Standar Kompetensi Dokter Indonesia

16. Cook, D. J., J. DeBoer, et al. (2008). Managing Emergency Preparedness:

Academic Health Centers Organize and Innovate, Association of Academic

Health Centers

17. GAHS (2007). Teaching Hospital Criteria. G. A. f. H. Services and F. t. E.

o. A. Dhabi. Emirate of Abu Dhabi

Page 90: Pedoman Rs Pt

90 | P e d o m a n R S P T

18. Kunders, G., Ed. (2004). Hospitals Facilities Planning and Management.

Planning and Desaigning a Hospital : The Correct Way. New Delhi, Tata

McGraw-Hill

19. Wartman, S. A. (2007). "The Academic Health Center : Evolving

Organizational Models." Association Of Academic Health Center

20. http://hpeq.dikti.go.id/v2/index.php?option=com_content&view=article&id

=91:kurikulum-kedokteran-berdasar-kompetensi&catid=16:berita-

terkait&Itemid=197, diunduh pada hari Selasa tanggal 16-07-2013 pada

pukul 19.00 WIB