Pedoman Rawat Jalan & IGD.pdf

download Pedoman Rawat Jalan & IGD.pdf

of 27

Transcript of Pedoman Rawat Jalan & IGD.pdf

  • MANAJEMEN PADA RAWAT JALAN

    DAN UNIT GAWAT DARURAT

    KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

    Dosen:

    dr. Suprijanto Rijadi MPA., Ph.D.

    Disusun Oleh :

    Dwi Putri Piandani (1006746470 )

    Emma Aprilia ( 1006799602 )

    Irma Yudith Ayu P ( 1006746092 )

    Muslimah Hussein ( 1006799842 )

    BIDANG KEKHUSUSAN KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

    PROGRAM PASCASARJANA

    BIDANG ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

    2010

  • DAFTAR ISI

    hal

    DAFTAR ISI 2

    BAB I. PENDAHULUAN 3

    1. Latar Belakang 3

    2. Pelayanan medik sebagai suatu sistem 4

    BAB II. MANAJEMEN UNIT RAWAT JALAN 10

    1. Unit Rawat Jalan 10

    2. Faktor yang berhubungan denga unit rawat Jalan 11

    2.1 Sarana 11

    2.2 Tenaga 12

    2.3 Pasien 12

    3. Menejemen Pelayanan instalasi Rawat Jalan 12

    3.1 Perencanaan 13

    3.2 Pengorganisasian 13

    3.3 Penggerakan 13

    3.4 Pengawasan dan Evaluasi 14

    BAB III. MANAJEMEN UNIT GAWAT DARURAT 17

    1. Unit Gawat Darurat 17

    2. Faktor yang berhubungan dengan unit gawat darurat 17

    2.1 Sarana 18

    2.2 Tenaga 20

    2.3 Kebijakan prosedur 21

    3. Menejemen Pelayanan instalasi Rawat Jalan 22

    3.1 Perencanaan 22

    3.2 Pengorganisasian 22

    3.3 penggerakan 23

    3.4 pengawasan dan evaluasi 25

    BAB III. KESIMPULAN 26

    DAFTAR PUSTAKA 27

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar belakang

    Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran

    yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan

    masyarakat indonesia. Peran strategis ini diperoleh karena rumah sakit adalah

    fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar. Peran tersebut pada

    dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemiologi

    penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan IPTEK, perubahan struktur

    sosio- ekonomi masyarakat. Pelayanan yang lebih bermutu, ramah dan sanggup

    memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut perubahan pola pelayanan kesehatan

    di Indonesia.

    Agar dapat memberi pelayanan yang baik maka dibutuhkan berbagai sumber

    daya, yang harus di atur dengan proses manajemen secara baik. Istilah manajemen

    sendiri berasal dari bahasa Latin manui , berarti tangan yang pegang kendali kuda

    agar sang kuda dapat di arahkan mencapai tujuan yang baik.

    Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang

    lain menurut Marry Parker Tollet (cit : Hellriegel dan Slocum, 1992; Winardi 1990)

    yang juga pada dasarnya menyatakan bahwa manajemen terdiri dari Planning,

    Organizing, Actuating dan Controling (POAC). Stoner (cit : Hellriegel dan Slocum,

    1992; Winardi 1990) juga memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses

    perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari

    anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan

    organisasi yang telah di tetapkan.

    Pada Rumah Sakit fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

    dan pengawasan, serta evaluasi berada pada tingkatan manajer. Kelompok

    pimpinan dalam organisasi dapat di bagi menjadi manajer puncak, manajer

    menengah, dan manajer rendah, dan kemudian diikuti oleh tenaga pelaksana. Pada

    tingkat pelaksana, kemampuan teknis merupakan modal utama kegiatan sehari-hari

    dan kerangka konseptualnya bersifat operasional. Manajer puncak tentu berbeda

    karakteristiknya, dimana kerangka konseptualnya lebih bersifat pemikiran strategik

    dan berperan utama dalam penentuan kebijakan umum. Manajer tingkat menengah

    bertugas mengarahkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya taktis dan

  • mengimplementasikan kebijakan organisasi. Manajer tingkat rendah memberikan

    seluruh perhatiannya pada berbagai tindakan operasional berdasarkan strategi,

    taktik, kebijaksanaan teknis yang telah di tetapkan oleh manajer lapisan di atasnya.

    Semua kebijakan dan tindakan operasional rumah sakit didasari oleh

    kebutuhan dari pasien (demand), yang di tandai dengan skala prioritas dan

    penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Secara umum, pengaturan ini meliputi,

    pelayanan pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) yang dimaksud di sini

    adalah unit gawat darurat, pelayanan segera (urgent), dan pelayanan yang dapat di

    jadwalkan / di rencanakan (scheduleable) pada perawatan yang dijadwalkan adalah

    unit rawat jalan.

    Tujuan utama dari setiap sistem manajemen kesehatan harus berdasar pada

    keamanan (safe) pasien harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, dan

    dijauhkan dari setiap penyebab yang dapat melukai. Efektif (effective) pelayanan

    kesehatan terbaik harus diberikan pada pasien berdasarkan pengetahuan terbaru

    dan terbaik dan pemberian perawatan harus dapat memberikan keuntungan bagi

    pasien. Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered) pelayanan harus

    dilakukan untuk setiap pasien, berdasarkan keharusan, kebutuhan dan fungsinya.

    Tepat waktu (timely) pelayanan kesehatan harus diberikan tepat waktu dan secara

    cepat untuk melayani kebutuhan pasien dengan menghilangkan faktor penundaan

    yang membuat pasien menunggu. Efisien (efficient) pelayanan harus diberikan

    dengan cara seefisien mungkin dan tidak boleh menyia-nyiakan, peralatan, ide,

    energi, waktu. Kesetaraan (equitable) pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-

    bedakan karakteristik manusia, seperti jenis kelamin, etnis, daerah, dan status sosial

    ekonomi (cit : shortell,kaluzny 1944. Pg 10).

    Pada penulisan paper kali ini kami akan membahas mengenai manajemen

    pelayanan medik sesuai dengan POACE pada rawat jalan dan di UGD

    2. Pelayanan Medik Sebagai Suatu Sistem

    Pelayanan medik baik berupa pelayanan rawat jalan dan rawat inap, adalah

    salah satu jenis pelayanan rumah sakit yang mengelola pelayanan langsung kepada

    pasien, bersama-sama dengan pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang.

    Pelayanan medik sebagai suatu sistem terdiri dari: pertama, masukan yang terdiri

    dari tenaga, organisasi dan tata laksana, kebijaksanaan dan prosedur, sarana dan

    prasarana medik, serta pasien yang dilayani; kedua, proses pelayanan itu sendiri,

  • dan ketiga adalah keluaran yang berupa pelayanan medik di rumah sakit. Ketiganya

    harus dievaluasi agar menghasilkan pelayanan medik yang bermutu. Kesemuanya

    ini sangat dipengaruhi oleh pimpinan rumah sakit, unit-unit lain yang ada di rumah

    sakit, kemajuan IPTEK dan sosial-ekonomi serta budaya masyarakat ((PENGEMBANGAN

    PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATANDI RUMAH SAKIT dr. Henni D. Supriadi K, MARS www.pustaka.unpad.ac.id)

    - Direktur - Keadaan sosial-ekonomi - Manajer lain di RS budaya masyarakat - Unit lain di RS - IPTEK

    MASUKAN PROSES KELUARAN

    EVALUASI

    Gambar 1. Pelayan medik di Rumah sakit sebagai suatu sistem

    Dengan pendekatan sistem pelayanan medik terdiri dari beberapa komponen yaitu :

    A. Komponen INPUT yang terdiri dari :

    a. Tenaga medik yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis.

    Perhitungan kebutuhan tenaga medik Rumah Sakit dapat melalui berbagai cara

    antara lain : Peraturan Menkes 262/1979, Indikator Staff Needs (ISN) dan standar

    minimal.

    FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI

    - Tenaga medik -

    - ORTAL -

    - Kebijakan & prosedur

    - Sarana & prasarana

    - Pasien

    - Dana

    Perencanaan (Planning)

    Pengorganisasian

    (organizing)

    Menggerakan (Actuating)

    Pengawasan/pengendali

    an (Controlling )

    Pelayanan

    Medik

    Optimal

    MASUKKAN PROSES

  • b. Organisasi dan Tata Laksana

    Struktur organisasi yang berlaku saat ini mengacu kepada SK Menkes 983/ 1992,

    namun pada pelaksanaannya banyak mengalami hambatan karena SDM yang ada

    belum memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Dalam SK Menkes 983, kedudukan

    tenaga medik ada pada :

    - Staf Medik Fungsional yang dikoordinasi oleh kepala SMF yang dipilih dan

    bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.

    - Komite Medik yang bertugas membantu memonitor dan mengembangkan SMF

    ditinjau dari aspek teknis medis termasuk hukum dan etika profesi maupun etika

    Rumah Sakit. Untuk lebih jelasnya tentang komite medik ini menurut Departemen

    Kesehatan sesuai dengan surat keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. HK

    00.06.2.3.730 Juli 1995

    - Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan (Rumah Sakit Kelas B), Seksi pelayanan (Kelas

    C & D) yang mengelola sistem pelayanan medik sehingga dihasilkan suatu

    pelayanan medik yang bermutu sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Sesuai

    dengan Pasal 29 Permenkes 983/1992.

    Tugas Wadir pelayanan sekurang-kurangnya meliputi pelayanan rawat jalan, rawat

    inap, rawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, gizi,

    rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi, pemulasaraan jenazah,

    pemeliharaan sarana Rumah Sakit dan kegiatan bidang pelayanan, keperawatan

    serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Tugas bidang pelayanan

    mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis, penunjang medis,

    melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas serta kegiatan

    pelayanan medis dan penunjang medis, pengawasan dan pengendalian penerimaan

    dan pemulangan pasien. Tugas ini juga dilaksanakan oleh seksi pelayanan pada

    Rumah Sakit Kelas C.

    c. Kebijakan Direktur

    Tentang pelayanan medik di Rumah Sakit termasuk hak dan kewajiban pasien, hak

    dan kewajiban petugas medik dan peraturan-peraturan lainnya.

  • d. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik

    Meliputi :

    - Gedung rawat jalan, rawat inap, ruang bedah, UGD, penunjang medik radiologi,

    laboratorium, gizi dan lain-lain yang harus memenuhi syarat sesuai dengan

    arsitektur Rumah Sakit yang berlaku.

    - Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untuk

    terlaksananya pelayanan medik yang bermutu.

    e. Dana

    Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan untuk terselenggaranya

    pelayanan medik, antara lain :

    a. Pendapatan Asli Rumah Sakit b.APBN (Depkes)

    c. APBD Tingkat I d.APBD Tingkat II

    e. Banpres f.Asuransi

    g. Kontraktor h.Subsidi

    i. dll.

    Dana tersebut digunakan untuk :

    l. Investasi peralatan medik yang diperlukan sesuai dengan jenis pelayanan

    yang diberikan.

    2. Operasional yang terdiri dari :

    - Jasa pelayanan medis yaitu jasa yang diberikan kepada petugas kesehatan

    (mediss, paramedis maupun non-medis) atas pelayanan yang diberikan.

    - Jasa Rumah Sakit yaitu jasa yang digunakan untuk operasional dan

    pemeliharaan Rumah Sakit sehingga dapat memberikan pelayanan.

    - Bahan habis pakai yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk

    terselenggaranya suatu kegiatan pelayanan kepada pasien. Ketiga komponen

    operasional tersebut tercermin pada tarif Rumah Sakit.

    f. Pasien/klien

    Dilihat dari status sosio-ekonomi dan budaya masyarakat pasien dapat digolongkan

    pada pasien tingkat menengah ke atas dan tingkat menengah ke bawah. Pada

    perencanaan suatu Rumah Sakit perlu memperhitungkan status pasien yang akan

    menjadi pangsa pasar Rumah Sakit sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Dari

  • 200 juta penduduk Indonesia, + 27 juta masih termasuk penduduk miskin yang perlu

    perhatian dan bantuan sesuai dengan fungsi sosial Rumah Sakit. Untuk itu

    Peraturan Menkes No. 378/ 1993 tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit

    Swasta telah mengatur fungsi sosial Rumah Sakit dimana tempat tidur Kelas III bagi

    Rumah Sakit Swasta/BUMN milik Yayasan adalah 25% dari jumlah tempat tidur

    yang ada. Sedangkan bagi Pemodal Dalam Negeri (PMDN) dan Pemilik Modal

    Asing (PMA) adalah 10% karena dikenakan pajak. Namun demikian jumlah tempat

    tidur tersebut bukan satu-satunya fungsi sosial Rumah Sakit Swasta karena dapat

    berupa yang lain misalnya Balkesmas, penyuluhan-penyuluhan, pelatihan. Dengan

    demikian diharapkan kontribusi swasta/BUMN terhadap peningkatan derajat

    kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui pelayanan kesehatan

    di Rumah Sakit mempunyai daya ungkit yang cukup besar.

    Dalam manajemen prosesnya dapat digambarkan secara sederhana sebagai

    ;Perencanaan (Planning) pada Rumah sakit adalah salah satu fungsi manajemen

    yang penting. Oleh karenanya perencanaan memegang peranan strategis untuk

    keberhasilan pelayanan rumah sakit. Dengan menetapkan sistem perencanaan yang

    baik, manajemen RS sudah menetapkan sebagian masalah pelayanan yang

    dihadapi sebuah RS karena upaya pengembangan RS sudah didasarkan pada

    kebutuhan pengguna jasa pelayanan kesehatan. Dalam perencanaan pelayanan

    kesehatan perlu diperkirakan tentang apa-apa yang mungkin terjadi,hambatan atau

    kendala yang ada, potensi yang mendukung keberhasilan, peluang-peluang yang

    bisa dimanfaatkan, serta upaya pemecahan masalahnya.

    Pengorganisasian (Organizing) merupakan fungsi manajemen organisasi

    kedua setelah perencanaan. Pengorganisasian merupakan sarana bagi suatu

    organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan adanya pembagian tugas dan

    tanggung jawab. Pemberian pelayanan kesehatan adalah kerja tim,bukan

    perorangan. Keberhasilan pelayanan kesehatan adalah keberhasilan tim,karena

    adanya kerjasama tim yang kompak,terkoordinasi, sinkronisasi dan harmonis. Hal ini

    harus disadari oleh tenaga medis dan paramedis yang profesional. Siapa yang

    memimpin, siapa yang membantu, siapa yang melaksanakan, kapan dilaksanakan,

    di bagian apa dan mengapa dilaksanakan. Sehingga tugas itu menjadi bagian yang

    tak terpisahkan yang rutin dan dilaksanakan terus menerus sehingga menjadi

    kebiasaan yang melekat. Kelemahan yang menyebabkan kurangnya keberhasilan

    adalah perasaan paling penting ataupun kurang penting diantara anggota tim.

  • Sehingga perlu ditekankan bahwa kberhasilan tim karena semuanya adalah penting

    dengan kosekuensi bahwa masing-masing anggota tim bertanggung jawab atas

    tugas dan fungsinya.

    Fungsi penggerakan dan pelaksanaan (Actuating) di Rumah sakit sangat

    kompleks, dimana kompleksitas ini dipengaruhi oleh dua aspek yaitu karena sifat

    pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan

    (costumer services),sehingga apapun kemungkinan hasil perawatan pasien sebagai

    consumer (sembuh,cacat atau mati) kualitas pelayanan harus diarahkan untuk

    kepuasan pasien (customer satisfaction) dan keluarganya. Aspek kedua yang

    membuat pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerja

    di RS terdiri dari berbagai jenis profesi. Kepemimpinan, komunikasi dan koordinasi

    merupakan faktor penting didalam pengembangan fungsi actuating.

    Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pengendalian (controlling) dalam

    Rumah sakit diperlukan, pertama karena adanya banyaknya perubahan kondisi saat

    ini dimana banyak muncul rumah sakit baru sehingga terjadi persaingan, juga

    karena adanya alat-alat canggih yang baru, adanya peraturan baru dan sebagainya.

    Kedua karena kompleksitas,karena semakin besar sebuah rumah sakit maka

    masalah yang dihadapi akan semakin rumit dan membutuhkan pengendalian

    (controlling) yang baik. Yang ketiga karena ada kemungkinan terjadi kesalahan pada

    bawahan maupun pada atasan/manajer, sehingga di perlukan pengawasan, bila

    terjadi kesalahan bisa segera di deteksi.

    Yang tidak kalah penting dalam suatu organisasi rumah sakit adalah evaluasi

    (evaluation). Evaluasi dapat dilakukan harian,mingguan dan bulanan. Evaluasi ini

    berguna untuk melakukan penilaian terhadap hasil dan pelaksanaan yang telah

    dicapai dan juga untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai.

    Tentu saja out put yang diharapkan adalah pelayanan medis yang bermutu,

    terjangkau oleh masyarakat luas dengan berdasarkan etika profesi dan etika Rumah

    Sakit. Dengan demikian beberapa tolok ukur keberhasilan pelayanan di Rumah Sakit

    seperti angka kematian di Rumah Sakit, kejadian infeksi nosokomial, kepuasan

    pasien, waktu tunggu dan lain-lain akan berubah yaitu angka kematian rendah,

    kejadian infeksi nosokomial rendah, kepuasan pasien meningkat, waktu tunggu

    pendek. Keadaan ini akan meningkatkan CITRA Rumah Sakit yang merupakan

    pemasaran Rumah Sakit. (jurnal menejemen pelayanan medik di rumah sakit henny djuhaeni )

  • BAB II

    MANAJEMEN UNIT RAWAT JALAN

    1. UNIT RAWAT JALAN

    Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari

    pelayanan kedokteran. Karena tingginya biaya perawatan pasien yang kompleks

    maka diperlukan suatu fasilitas yang bisa memberikan pengobatan yang adekuat

    dengan biaya yang lebih sedikit dan lebih sedikit intervensi. Bentuk pelayanan ini

    akan mengurangi pengeluaran biaya rumah sakit pasien dengan adanya diagnosis

    awal dan pengobatan dini. Secara sederhana pelayanan rawat jalan adalah

    pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap

    (Hospitalization)(Feste,1989).

    Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan

    pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat

    dipertanggung jawabkan.(standart pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed depkes RI

    thn 1999). Sedangkan Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai tempat

    konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di

    bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu

    singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan.

    poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagosis dini,yaitu tempat

    pemriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut dalam tahap

    pengobatanpenyakit.

    Pelayanan rawat jalan dibagi menjadi beberapa bagian atau poliklinik,

    menggambarkan banyaknya pelayanan spesialistik,subspesialistik dan pelayanan

    gigi spesialistik dari staf medis yang ada pada rumah sakit.

    2. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pelayanan Rawat Jalan

    Jika kita mengacu pada analisa Ross, poliklinik rawat jalan yang baik adalah

    yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Fasilitas fisik rumah sakit yang memadai

    2. Jam praktek yang tepat, terdapat pelayanan 24 jam dan sistem rujukan yang

    baik

    3. penjadwalan kunjungan yang efisien, untuk memperndek waktu tunggu

    4. tarif yang terjangkau oleh sasaran

  • 5. kualitas pelayanan yang oleh pasien biasanya dinilai baik bila pelayanan oleh

    dokter dan perawat dilakukan dengan ramah,penuh perhatian terhadap

    kebutuhan pasien dan perasaannya

    Ada tiga faktor penting yang menentukan pelayanan rawat jalan menurut

    Taurany (1986) dan Willan (1990), yaitu :

    2.1. Sarana

    Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut :

    1. Letak poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian

    administrasi,terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan

    apotek, bagian radiologi dan laboratorium.

    2. Ruang tunggu poliklinik,harus cukup luas. Di usahakan ada pemisahan ruang

    tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan noninfeksi.

    3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasimasuk dan

    keluar pasien pada pintu yang sama).

    4. Poli-poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.

    5. Poli anak tidak diletakkan dengan poli paru, sebaiknya poli anak dekat

    dengan poli kebidanan.

    6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.

    7. Pada tiap ruang harus ada wastafel (air mengalir).

    8. Letak poli jauh dari ruang incenerator,IPAL dan bengkel ME.

    9. Bila konsep Rumah sakit dengan sterilisasi sentral, tidak perlu ada ruang

    sterilisasi, namun pada beberapa poliklinik seperti poli Gigi/THT/Bedah tetap

    harus ada ruang sterilisasi,karena alat-alat yang digunakan harus langsung

    disterilkan untuk digunakan kembali.

    Di bawah ini adalah contoh , pembagian instalasi rawat jalan pada rumah sakit tipe

    C Kebutuhan sarana pelayanan rumah sakit kelas C terdiri dari :

    1. Poli Umum, terdiri dari 4 klinik spesialis dasar,antara lain :

    a. klinik penyakit dalam

    b. klinik anak

    c. klinik bedah

    d. klinik kebidanan dan penyaki kandungan

    2. Klinik tambahan/pelengkap antara lain :

    a. klinik mata

  • b. klinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT)

    c. klinik gigi dn mulut.

    d. klinik kulit dan kelamin

    e. klinik syaraf

    f. klinik jiwa

    g. klinik rehabilitasi medik

    h. klinik jantung

    i. klinik paru

    j. klinik bedah syaraf

    k. klinik orthopedi.

    l. klinik kanker

    m. klinik nyeri

    n. klinik geriartri.

    2. 2 Tenaga

    Pimpinan rawat jalan harus seorang tenaga medis tetap yang ikut

    berpartisipasi dalam kebijakan dan pengambilan keputusan seluruh kegiatan Rumah

    sakit, serta bertanggung jawab langsung kepada direktur

    2.3. Pasien

    Usahakan waktu tunggu dari pengunjung dapat dikurangi seminimal mungkin

    melalui pengaturan dari arus dan jumlah pengunjung dikaitkan dengan kapasitas

    pelayanan yang ada.

    Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelayanan yang baik

    tidak lain adalah faktor pengunjung, petugas dan sistem dari pelayanan itu sendiri.

    3. Manajemen Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

    Dalam proses manajemen rawat jalan rumah sakit, hal-hal yang perlu

    diperhatikan :

    3.1. Perencanaan

    Dalam penerapan perencanaan ini harus diperhatikan aspek :

    Meningkatkan pasien rawat inap

    Pengembangan jenis pelayanan rawat jalan

    Dalam perencanaan yang perlu dipertimbangkan dengan baik adalah sebagai

    berikut :

  • Sumber daya yang digunakan misalnya fasilitas pelayanan, peralatan, bahan

    dana untuk pengembangan, informasi tentang jenis pelayanan baru dan staf

    Metode yang akan ditempuh, proses dan prosedur

    Tugas,standart dan tujuan yang akan dicapai

    Tahapan yang akan ditempuh

    Pelaksanaan pengimplementasian rencana

    Proyeksi tujuan

    Lokasi penerapan rencana

    Penjadwalan pelaksanaan rencana secara rinci

    Rencana pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana

    Penetapan alat dan cara pengukuran dan penilaian kemampuan dan

    pencapaian sasaran.

    Bittel(1995) membagi tahapan perencanaan menjadi dua rencana yaitu

    rencana jangka panjang dan jangka pendek. Rencana jangka pendek biasanya

    dengan mempertimbangkan sasaran-sasaran jangka pendek (misal : rencana

    tahunan). Adapun rencana jangka panjang adalah rencana strategik yang

    menyususnnya diperlukan melihat keluar organisasi untuk mengantisipasi kebutuhan

    dan peluang dimasa depan, dan menginventarisir sumber daya dan kemampuan yng

    ada didalam organisasi. Oleh karena terjadinya percepatan perubahan di dalam

    masyarakat maka rencana jangka panjang biasanya di buat dalam rencana lima

    tahunan.

    3.2. Pengorganisasian

    Taurany (1994) mengemukakan ciri organisasi rawat jalan yang harus

    memperhatikan proses pelayanan pasien yang dipengaruhi oleh 3 unsur penting

    berikut :

    Tenaga yang melaksanakan, terdiri dari medis, paramedis dan non medis

    yang saling bergantung.

    Bentuk pelayanan yangitailor-made

    Ciri dan cara kerja team-work

    Dengan ketiga ciri di atas maka perlu kejelasan tugas masing-masing sehingga tidak

    timbul gap dan tumpang tindih dalam pelayanan.

  • 3. Penggerakan

    Dalam manajemen rawat jalan, Schultz (1976) menganalisa proses yang dijalani

    pasien meliputi :

    Pasien diterima (petugas penerima-pasien)

    Diagnosis ditegakkan (dokter-lab-penunjang)

    Menerima obat (dokter-apoteker)

    Merasakan hasil pengobatan (Pasien)

    Berhenti berobat karena sembuh, pengobatan dilanjutkan atau rediagnosis

    (Pasien-dokter).

    Dari aprasi pasien yang dianalisa oleh schulz, maka urutan proses pelayanan

    pasien adalah sebagai berikut :

    Registrasi pasien

    Menunggu pelayanan

    Pemeriksaan pasien

    Pengobatan

    Penyuluhan pasien dan keluarganya

    Sistm perjanjian dan penjadwalan kunjungan

    Sistem pembayaran jasa

    Pelayanan informasi.

    3.4. Pengawasan dan Evaluasi

    a. Pengawasan

    pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk memantau apakah semua

    kegiatan telah dilaksanakan sesuai ketentuan atau kebijaksanaan yang berlaku,

    agar sumberdaya digunakan secara optimal. Menurut taurany (1994) ada 3 manfaat

    pengawasan :

    mencegah penyelewengan/ kebocoran harta/ kekayaan rumah sakit dan

    menjamin penggunaan sumber daya secara optimal

    setiap anggota organisasi merasa diawasi sehingga bekerja dengan sebaik

    mungkin

    merasa yakin yang lain juga diawasi, sehingga mengurangi frustasi di bagian

    kering

    menurut Bittel(1995) proses pengawasan terdiri dari 4 langkah:

  • Tetapkan standart-standart kinerja secara konkret dan terukur

    Ukur hasil kinerja aktual

    Bandingkan hasil kinerja aktual dengan standar

    Laksanakan tindakan korektif, bila terjadi penyimpangan yang berarti.

    Pengawasan harus dijalankan terus menerus untuk memastikan bahwa apa yang

    dilaksanakan sesuai dengan tahap rencana pencapaian tujuan organisasi

    b. Evaluasi

    Evaluasi adalah fungsi manajemen yang dilaksanakan sercara sistematus

    dan berlanjut untuk menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan

    rencana, serta mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pelaksanan

    tersebut.

    Agar evaluasi bisaberjalan dengan baik, maka pada saat membuat rencana

    disamping ditetapkan target, juga harus ditetapkan indikator keberhasilan.

    Evaluasi di rumah sakit sangat sulit dilaksanakan, walaupun demikian

    beberapa langkah evaluasi terhadap sistem pelayanan dirumuskan oleh Grant

    (1985) sbb :

    Peer Review, Clinical Review, Medical Audit: Evaluasi meliputi kecocokan

    tindakan yang dilaksanakan, dibanding standar. Pelaksanaannya biasanya

    oleh dokter spesialis yang dianggap mampu.

    Telaah departemental: evaluasi oleh departemen atas aktifitas klinik dalam

    skala kecil di rumah sakit.

    Telaah oleh staf medik : evaluasi dilakukan oleh staf medik yang tidak

    merawat pasien, misal, dilakukan oleh dokter yang telah pensiun yang

    dikontrak untuk menelaah sejumlah rekam medik yang diambil sampel

    Telaah kematian : biasanya dilaksanakan oelh bagian kamar jenazah. Disini

    terutama evaluasi pada outputnya.

    Evalusi dan komite farmasi dan terapi, komite pengelian infeksi nasokomial,

    dan lain-lain.

    Audit perawat : dilaksanakan oleh staf perawat senior.

    Paramedical review: telaah terhadap pelayanan penunjang baik menyangkut

    lama pemeriksaan, kesalahan pemeriksaan dan lain-lain

    Telaah atas pelayanan hotel: evaluasi pelayanan hotel adalah sangat mudah

    mendapat perhatian.

  • Telaah olah pasien: evaluasi oleh pasien boleh dilaksanakan, biasanya sekali

    selama dirawat dan sekali setelah pulang. Walaupun kita tidak bisa berharap

    banyak masukan dari evaluasi.(Hario Utomo, sistem antrian pelayanan rawat jalan di poliklinik

    penyakit dalam RSUD TKII Bekasi hal 23-42)

    Semua proses pelayanan ini dilakukan secara kontinyu dan terkoordinir,

    adanya mekanisme rujukan, penjadwalan yang konsekwen, seleksi pasien tepat,

    dan pelayanan waktu. Sehingga memperoleh out put berupa kepuasaan pasien

    dalam bentuk adanya penurunan angka kematian dan kesakitan di rumah sakit.

    ALUR PELAYANAN DI RAWAT JALAN RSUD BEKASI

    bagian pendaftaran

    Bagian

    pendaftaran

    Loket karcis

    Pasien tiba

    informasi

    Pasien baru Pasien lama

    Mengisi identitas Memperoleh

    kartu berobat

    Pasien menunggu di depan

    poliklinik yang dituju

    Mendapat pelayanan dokter

    apotik Pelayanan

    penunjang

    Pasien pulang

    Selesai pelayanan dokter

    Rawat inap

  • BAB III

    MANAJEMEN UNIT GAWAT DARURAT

    1. UNIT GAWAT DARURAT

    Berdasarkan defenisi yang tercantum dalam standart pelayanan rumah sakit

    tahun 1992, unit gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan dalam satu rumah

    sakit yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan gawat darurat kepada

    masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan.

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/

    Menkes/SK/IX/2009 bahwa rumah sakit harus memiliki standar instalasi gawat

    darurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan respon cepat dan

    penanganan yang tepat.

    Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang

    cepat dan tepat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari unit gawat darurat pada suatu

    rumah sakit adalah:

    Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawat darurat

    Merujuk sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih

    memadai

    Penanggulangan korban bencana

    untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu standar dalam memberikan pelayanan

    gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat

    menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan

    penanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan

    sarana,prasarana,sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat

    Rumah Sakit sesuai dengan standar.

    2. Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan Unit Gawat Darurat

    Berdasarkan keputusan mentri Kesehatan Republik Indonsia nomer

    856/menkes/SK/IX/2009, ditetapkan prinsip umum unit pelayan gawat darurat dalam

    suatu rumah sakit sebagai berikut:

    1. Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki

    kemampuan:

    a. Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat.

  • b. Melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving)

    1. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit harus dapat memberikan

    pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

    2. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit

    diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).

    3. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus

    gawat darurat.

    4. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama lima menit setelah sampai

    di IGD.

    5. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi

    multidisiplin,multiprofesi dan terintegrasi,dengan struktur organisasi funsional

    yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana,yang bertanggung

    jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di

    Instalai Gawat Darurat (IGD),dengan wewenag penuh yang dipimpin oleh

    dokter.

    6. Setiap rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat

    daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.

    Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari:

    1) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal

    untuk Rumah Sakit kelas A.

    2) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal

    untuk Rumah Sakit kelas B.

    3) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal

    untuk Rumah Sakit kelas C.

    4) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal

    untuk Rumah Sakit Kelas D.

    Sebagai suatu proses manajemen pelayanan kesehatan maka terdapat tiga

    faktor penting yang mementukan penampilan pelayanan unit gawat darurat, yaitu

    2.1. Sarana

    Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

    a .Persyaratan fisik bangunan:

    Luas IGD disesuaikan denga beban kerja RS dengan memperhitungkan

    kemungkinan penanganan korban massal/bencana

  • Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh

    masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar rumah sakit

    Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda denagn pintu utama

    Ambulans/kendaraan yang membawa pasien dapat sampai didepan pintu

    yang areanya terlindung dari panas dan hujan( untuk lantai IGD yang tidak

    sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp)

    Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brangkar

    Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari dua

    ambulans(sesuai dengan beban RS)

    Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinggaarus pasien dapat lancar dan

    tidak ada cross infection, dapat menampung korban bencana sesuai dengan

    kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol oleh perawat

    kepala jaga

    Area dekontaminasi ditempatkan didepan/diluar IGD atau terpisah dengan

    IGD

    Ruang triase harus dapat memuat minimal 2(dua) brankar

    Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien

    Apotik 24 jam tersedia dekat IGD

    Memiliki ruang untuk istirahat (petugas dokter dan perawat)

    b. Standar ruangan dan peralatan

    Menurut buku pedoman pelayanan gawat darurat, Depkes RI luas minimal

    yang dibutuhkan unit gawat darurat rumah sakit kelas C adalah 400m2, menurut

    putsep 1000m2 per 100 pasien per hari, menurut rex 8600 nsf/60000

    kunjungan/tahun.

    Pembagian ruang menurut depkes sebagai berikut:

    Ruang tunggu

    Ruang administrasi

    Ruang triase

    Ruang resusitasi

    Ruang tindakan

    Ruang pemeriksaan

    Ruang observasi

  • Ruang infeksi

    Gudang.

    c. Standart Peralatan

    alat dan obat untuk resusitasi

    alat dan obat untuk life support

    alat dan obat untuk diagnostik

    alat keamanan (misalnya: pemadam kebakaran)

    2.2 Tenaga

    Instalasi gawat darurat harus dipimpin oleh dokter yang terlatih memiliki

    kemampuan basic dan advanced life support, dibantu oleh tenaga media

    keperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat pelatihan penanggulangan

    gawat darurat. Standar ketenagaannya:

    Kepala unit gawat darurat (dokter spesialis atau dokter umum)

    Kepala harian (4 orang, dokter umum)

    Triage officer (4 orang, perawat senior)

    Perawat ruang resusitasi (4 orang)

    Perawat ruang observasi (4 orang)

    Perawat ruang tindakan (4 orang)

    Perawat di ruang periksa (4 orang)

    Tenaga medical record (4 orang)

    Tenaga keuangan/TU (4 orang)

    Tenaga keamanan (4 orang)

    Dan mereka melakukan jenis pelayanan

    a.level IV

    Memberikan Pelayanan Sebagai berikut:

    1. Diagnosis dan penanganan: permasalah pada A,B,C dengan alat-alat yeng

    lebih lengkap termasuk ventilator.

    2. Penilaian disability,penggunaan obat,EKG,defibrilasi

    3. Observasi HCU/ R Resusitasi-ICU

    4. Bedah Cito

  • b.level III

    1. Diagnosis dan penanganan: permasalahan pada A,B,C dengan alat-alat yang

    lebih lengkap termasuk ventilator.

    2. Penilaian disability,penggunaan obat,EKG,defibrilasi

    3. Observasi HCU/ R.resusitasi

    4. Bedah Cito

    c.level II

    1. Diagnosis dan penanganan: permasalahan pada A: Jalan nafas (airway

    problem),B.Pernafasan (Breathing problem),dan C.Sirkulasi pembuluh darah

    (Circulation problem).

    2. Penilaian disability,penggunaan obat,EKG,defibrilasi (Observasi HCU)

    3. Bedah Cito.

    d.level I

    1. Diagnosis dan penanganan: Permasalah pada A. Jalan nafas(airway

    problem),B. Pernafasan (Breathing Problem) dan C. Sirkulasi pembuluh darah

    (Circulation problem)

    2. Melakukan stabilisasi dan evakuasi.

    2.3. Kebijakan Prosedur

    Untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan efesien pada instalasi gawat

    darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari secara terus menerus, maka harus ada kebijakan

    dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan

    (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh petugas.

    Alur Kegiatan UGD

  • 3. Manajemen pelayanan unit gawat darurat

    3.1. Perencanaan

    untuk mencapai kepuasan pasien pada pelayanan medis gawat darurat, maka

    diperlukan perencanaan yang matang sehingga menciptakan pelayanan yang efektif

    dan efisien, sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    Instalasi gawat darurat harus mempunyai:

    a. Falsafah dan Tujuan

    Instalasi emeregensi gawat darurat memberikan pelayanan kepada

    masyarakat/penderita sesuai dengan standart. Kriterianya sbb :

    RS menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus

    selama 24 jam, 7 hari seminggu

    Ada istalasi yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan

    lainnya di rumah sakit

    Ada kebijakan prosedur tertulis tentang png tidak tergolong akut gawat akan

    tetapi datang berobat diIGD

    Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi disesuaikan dengan kebutuhan

    penderita dan masyarakat

    Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kegawat daruratan

    b. target dan standart

    1. Target pencapaian standar Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit secara

    nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK.

    2. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari

    target maksimal capaian secara nasional.

    3. Rencana pencapaian dan penerapan standar Instalasi Gawat Darurat Rumah

    Sakit dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan

    dan potensi daerah.

    3.2. Pengorganisasian

    IGD harus dikelola secara mandiri, tetapi tetap terintegrasi dan di integrasikan

    dengan istalasi/unit lainnya di RS. Kriteria

    a. administrasi dan pengolannya sbb:

    Instalasi Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai ketentuan tertulis tentang:

  • Uraian tugas struktur organisasi dan personalia

    Pendataan fasilitas,sarana dan prasarana,dan lain-lain.

    Pelaksanaan koordinasi dengan instalasi-instalasi pelayanan baik

    inter pelayanan gawat darurat maupun di dalam rumah sakit

    Disaster paln yang merupakan bagian dari disaster plan rumah

    sakit.

    b.pimpinan dan staf

    Pelaksanaan gawat darurat harus terdiri dari:

    Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh minimal Dokter Umum

    dengan pengetahuan manajemen dan teknis medis

    penanggulangan penderita gawat darurat.

    Staf pelaksana Gawat Darurat adalah tenaga fungsional

    dengan kualifikasi sesuai klarifikasi pelayanan gawat darurat.

    c.lokasi dan fasilitas

    Lokasi Pelayanan Gawat Darurat mudah diakses langsung oleh

    masyarakat

    Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai fasilitas

    triase,resusitasi,ruang observasi,pelayanan False Emergency,ruang

    istirahat petugas,ruang tunggu dan lain-lainnya.

    Dalam keadaan musibah massal mudah dilakukan zoning ruangan.

    Mempunyai fasilitas komunikasi dan informasi untuk masyarakat.

    Mempunyai fasilitas untuk live saving (alat,obat dan ruangan)

    3.3.Penggerakan

    Tenaga medis diharapkan segera memahami standart operasional untuk

    melakukan tindakan pelayanan gawat darurat. Seperti ketentuan triage, yaitu sistem

    seleksi pasien berdasarkan kegawat daruratan, sehingga tercipta suatu alur

    pelayanan yang terkoordinasi secara otomatis.

    Pelaksanaan Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai Standar Operasional

    Prosedur (SOP) sebagai berikut:

    o Kasus kegawatan dengan ancaman kematian

    o True emergency (5 kasus terbanyak)

    o Kasus dengan korban massal (trauma,bencana kimia,dll)

  • o Kasus keracunan massal

    o Kasus -kasus khusus:

    i. Perkosaan,kekerasan pada anak

    ii. Persalinan normal/tidak normal

    iii. Kegawatan diruang perawatan

    o Ketentuan-ketentuan khusus yang berhubungan dengan:

    i. Kegunaan hubungan dengan asuransi

    ii. Batas-batas tindakan medik

    iii. Etika dan hukum

    iv. Pendataan

    standart of conduct :

    a. SUMBER DAYA MANUSIA

    Petugas yang ON CALL paling lambat telah sampai IGD

    maksimal 2 jam

    Standar SDM harus terpenuhi 95 %

    b. RUANGAN

    Ketersediaan ruangan 80% dari seluruh standar yang ada untuk

    tiap kelas/bintang kecuali yang vital (untuk live saving 100%

    sedangkan penunjang 50%)

    Beberapa ruangan bisa bergabung dengan ruang lainnya,prinsip

    utama adalah jenis pelayanannya jadi tidak harus sendiri-sendiri

    atau terletak di tempat yang lain (diluar IGD) tetapi dapat

    diakses dan memberikan pelayanan 24 jam,tapi tidak harus

    include dengan IGD

    c. ALAT DAN FASILITAS MEDIS

    80 % alat tersedia sesuai dengan kelas UGDnya (untuk yang

    sifatnya life saving harus 100%

    d. ALUR PELAYANAN PASIEN

    Triage

    1. Dilakukan oleh minimal perawat

    2. Waktu: maksimal 2 menit (dalam 2 menit,pasien sudah

    dilakukan labelling)

    o Pada keadaan sehari-hari : dituliskan di status

  • o Pada keadaan bencana : kode labelling (warna)

    Merah,Kuning,Hijau dan Hitam

    3. Resusitasi dan stabilisasi

    Apabila pasien memerlukan resusitasi bedah maka:

    o Maksimal telah dilakukan resusitasi : 20 menit

    sejak pasien terdaftar

    o Waktu diruangan :maksimal 4 jam

    o Target pencapaian 80% dari total seluruh pasien

    yang masuk ruang resusitasi.

    False Emergency

    Pasien false emergency maksimal 1 jam di UGD.

    Kamar Operasi

    1. Operasi damage control yang telah di prediksi maksimal

    dalam 1,5 jam

    2. Untuk masalah strangulasi/iskemik ; waktu tunggu

    maksimal 4 jam

    3. Untuk Infeksi : waktu tunggu maksimal 8 jam.

    3.4. pengawasan dan evaluasi

    Evaluasi pada pelayan IGD berupa,.evaluasi kendali mutu :

    Pelaksana Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai tim evaluasi dan kendali

    mutu sebagai berikut:

    o Tim audit Pelayanan Medik

    o Tim Audit Administrasi dan Keuangan

    o Tim Evalusi Data

    o Organisasi Dan Tata Laksana

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    1. pelayanan medik dirumah sakit merupakan suatu sistem manajemen yang terdiri

    dari :

    input

    Proses

    Out put

    2. pelayanan medik rawat jalan adalah adalah salah satu bentuk pelayanan medik

    yang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan dan atas persetujuan pasien

    dengan tujuan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal

    melalui prosedur atau tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi

    etika kedokteran

    3. poliklinik rawat jalan yang baik seharusnya mengupanyakan pelayananya dalam

    proses POACE (perencanaan, organisasi, penggerak, kontrol dan evalusi) untuk

    menciptakan standart poliklinik rawat jalan yang baik, dengan ciri-ciri sebagai

    berikut:

    a.fasilitas fisik yang memadai

    b.Jam praktek yang tepat, terdapat pelayanan 24 jam dan sistem rujukan yang baik

    c.penjadwalan kunjungan yang efisien, untuk memperndek waktu tunggu

    d.tarif yang terjangkau oleh sasaran

    e.kualitas pelayanan yang oleh pasien biasanya dinilai baik bila pelayanan oleh

    dokter dan perawat dilakukan dengan ramah,penuh perhatian terhadap kebutuhan

    pasien dan perasaannya.

    4. unit gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakit

    yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat

    yang penyakit akut dan mengalami kecelakaan.

    5. IGD yang baik seharusnya mengupanyakan pelayananya dalam proses POACE

    (perencanaan, organisasi, penggerak, kontrol dan evalusi) untuk menciptakan

    standart pelayanan gawat darurat dan sistem kerja selama 24 jam 7 hari seminggu

    secara efektif dn efisien.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Adikoesoema, Suparto Dr,1994. Manajemen Rumah Sakit

    Erythawidhayana, tesis MARS optimalisasi sistem pelayanan instalasi rawat jalan

    RSUP fatmawati Jakarta, 2000,

    Kepres Menkes RI no.856/menkes/SK/IX/2009

    Untoro Hario, tesissistem antrian pelayanan dipoliklinik rawat jalan penyakit dalam

    RSUD tingkat II bekasi Jakarta 1997

    www.pustaka.unpad.ac.iddr. Henni D. PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK

    DAN KEPERAWATANDI RUMAH SAKIT Supriadi K, MARS