Kaji Resep Rawat Jalan
-
Upload
marsha-maulina -
Category
Documents
-
view
113 -
download
1
description
Transcript of Kaji Resep Rawat Jalan
KAJIAN RESEP RAWAT JALAN
PASIEN GAKINDA
RSUP dr. Hasan SadikinJalan pasteur no. 38
Telepon 203495Bandung-40161
Tgl. 17/9/2010Nama : Ny. N. AUmur : 46 thJenis kelamin : PerempuanDokter : dr. A. RDiagnosa : C50 Malignant neoplasm of breast
sudah metastase ke hepar
R/ Xeloda tab. No. XC∫ 2 dd 3
R/ Ketopropen tab. No. X∫ 2 dd 1
TTD
Dr. A.R
I. SKRINING ADMINISTRATIF
Tabel 1. Skrining Administratif
No. Persyaratan Keterangan1. Nama dokter Ada2. SIP Tidak ada3. Alamat dokter Ada4. Tanggal penulisan resep Ada5. Paraf dokter Ada6. Nama pasien Ada7. Umur pasien Ada8. Jenis kelamin pasien Diketahui dari nama9. Berat badan pasien Ada10. Cara pemakaian yang jelas Tidak ada11. Status Pasien Gakinda
Kartu keluarga adaSurat keterangan tidak mampu
ada
Surat rujukan adaKTP adaSurat jaminan pelayanan pasien Gakinda/Gakin RSHS
ada
Resep asli dan copy ada
II. SKRINING FARMASETIK
Tabel 2. Skrining Farmasetik
No.
Komponen yang Dikaji keterangan
1. Bentuk sediaan Ada2. Dosis obat Ada3. Potensi obat Ada4. Kuantitas obat Ada5. Stabilitas Stabil karena dalam kemasan utuh6. Inkompatibilitas Tidak ada karena dalam kemasan
utuh7. Cara dan lama pemberian Ada
III. SKRINING FAMAKOLOGI
Pada resep ini pasien menjalani terapi kanker payudara, berikut ini
penjelasan tentang kanker payudara:
3.1 TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel kanker
ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker
membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan
didekatnya dan bisa menyebar (metastasis) keseluruh tubuh.
Metastasis adalah proses dimana sel melewati aliran darah maupun sistem
getah bening, sering sel-sel tumor dan racun yang dihasilkannya keluar dari
kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh. Sel-sel yang menyebar ini
kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk
segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru (Bonadonna 1988).
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara.
B. PENYEBAB KANKER PAYUDARA
Sampai saat ini penyebab pasti dari kanker payudara masih belum diketahui
secara pasti. Terdapat beberapa faktor risiko yang lebih memudahkan seseorang
untuk mendapatkan kenker payudara, yaitu:
1. Usia
Risiko kanker payudara makin besar seiring dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kanker payudara terjadi pada wanita yang berusia di atas 60 tahun.
2. Faktor genetik
yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen
tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen
lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53,
BARD1, BRCA3 dan Noey2
3. Riwayat keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor hormonal
Kadar hormon wanita yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama
jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, meningkatkan
risiko terjadinya kanker payudara.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
o Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 50 tahun dan kehamilan pertama setelah usia 30 tahun.
o Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen
o Obesitas (kegemukan) pasca menopause
o Konsumsi alkohol yang berlebih.
o Pemakaian DES (dietilstilbestrol) untuk mencegah keguguran
o Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi), terutama pada dada
o Pemaparan terhadap bahan-bahan kimia seperti pestisida
C. GEJALA KANKER PAYUDARA
Kanker payudara stadium awal biasanya tidak menyebabkan rasa nyeri.
Gejala pada stadium awal berupa terabanya benjolan pada payudara yang
memiliki batas yang tidak teratur dan mudah digerakan. Bila kanker payudara
makin bertumbuh, maka benjolan akan membesar dan sulit digerakan karena
sudah melekat pada dinding dada atau melekat pada kulit di sekitarnya. Kulit di
atas benjolan dapat mengerut dan tampak seperti kulit jeruk (peau d'orange).
Dapat pula timbul pembengkakan pada payudara yang disertai dengan rasa nyeri,
perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara dan timbulnya benjolan
atau massa di ketiak. Puting susu dapat tertarik ke dalam dan terasa gatal, disertai
dengan perubahan warna pada puting susu maupun areola (daerah berwarna
kecoklatan di sekeliling puting susu). Pada stadium lanjut, dapat timbul nyeri
tulang, penurunan berat badan, pembengkakan pada lengan, dan ulserasi (luka)
pada kulit. Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan foto Rontgen yang dilakukan pada payudara.
Dari hasil mammografi dapat diketahui apakah tumor yang ada di payudara
merupakan tumor yang jinak atau ganas. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
wanita yang berusia di atas 35 tahun.
b) USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia di bawah umur 35
tahun saat jaringan payudaranya masih padat.
c) MRI payudara
Pemeriksaan MRI payudara biasanya dianjurkan pada wanita usia muda yang
telah terbukti mengalami mutasi genetik.
d) Skrening tulang
Skrening tulang dilakukan jika tumor yang ada di payudara telah membesar dan
ditemukan adanya perbesaran kelenjar getah bening. Selain pemeriksaan di atas
dapat pula dilakukan tindakan biopsi, yaitu suatu tindakan untuk mengambil
sebagian jaringan dari payudara untuk diperiksa di laboratorium terhadap adanya
sel kanker. Dari pemeriksaan biopsi dapat diketahui diagnosis pasti dari kanker
payudara.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis dari kanker payudara dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu:
adanya perbesaran kelenjar getah bening. Selain pemeriksaan di atas dapat pula
dilakukan tindakan biopsi, yaitu suatu tindakan untuk mengambil sebagian
jaringan dari payudara untuk diperiksa di laboratorium terhadap adanya sel
kanker. Dari pemeriksaan biopsi dapat diketahui diagnosis pasti dari kanker
payudara. Diagnosis dari kanker payudara dibagi menjadi beberapa stadium,
yaitu:
Stadium 0
Kanker in situ dimana sel-sel kanker masih berada pada tempatnya di
dalam jaringan payudara yang normal.
Stadium I
Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar
payudara
Stadium IIa
Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar gatah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi
sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIb
Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi
sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIIa
Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau
perlengketan ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari
5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIb
Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara
atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam dinding dada dan tulang dada
Stadium IV
Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya
ke hati, tulang, atau paru-paru
E. PENGOBATAN
Pengobatan biasanya dilakukan setelah dilakukan penilaian secara
menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah
dilakukannya biopsi. Pengobatan untuk kanker payudara dapat berupa terapi
pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, atau terapi hormonal. Pilihan
pengobatan yang paling baik untuk kanker payudara dipilih berdasarkan stadium
dari penyakit.
Pada stadium I biasanya pengobatan yang dipilih berupa operasi dan
kemoterapi. Pada stadium II dilakukan operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi
ditambah dengan terapi hormonal. Kanker payudara stadium III diobati dengan
operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah terapi radiasi. Sedangka stadium
IV diobati dengan kemoterapi yang dilanjutkan dengan terapi radiasi dan terapi
hormonal. Untuk kanker payudara pada stadium yang sudah lanjut, biasanya
pengobatan yang dilakukan hanya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita,
karena harapan hidup untuk penderita paling lama 4 tahun.
3.2 KAJIAN RESEP
R/ Xeloda tab. No. XC∫ 2 dd 3
R/ Ketopropen tab. No. X∫ 2 dd 1
Mografi Sediaan
1. XELODA
Kandungan : Capecitabine adalah turunan dari fluoropirimidi karbamat
Bentuk sediaan: 500 mg
Indikasi : pengobatan kanker payudara dan kanker usu besar.
Kontraindikasi : hipersensitivitas 5-fluorouracil, serta pada pasien dengan
gangguan ginjal berat (kreatinin di bawah 30 mL)
farmakologi : Capecitabine mencapai tingkat puncak dalam darah
sekitar 1,5 jam (Tmax) dengan tingkat puncak 5-FU sedikit terjadi
kemudian, pada 2 jam. Makanan mengurangi kedua tingkat dan tingkat
penyerapan capecitabine dengan Cmax mean dan AUC0-∞ menurun
sebesar 60% dan 35%,
Mekanisme Aksi: Kedua sel normal dan tumor memetabolisme 5-FU
untuk 5-fluoro-2'-deoxyuridine monofosfat (FdUMP) dan trifosfat 5-
fluorouridine (FUTP). Metabolit ini menyebabkan cedera sel oleh dua
mekanisme yang berbeda. Pertama, FdUMP dan kofaktor folat, 2N5-
10-methylenetetrahydrofolate, mengikat timidilat sintase (TS) untuk
membentuk suatu kovalen terikat kompleks terner. Pengikatan ini
menghambat pembentukan timidilat dari 2'-deoxyuridylate. Timidilat
adalah prekursor diperlukan trifosfat timidin,yang penting untuk
sintesis DNA, sehingga kekurangan senyawa ini dapat menghambat
pembelahan sel. Kedua, enzim transkripsi nuklir keliru dapat
menggabungkan FUTP di tempat uridin trifosfat (UTP) selama sintesis
RNA. Ini kesalahan metabolik dapat mengganggu proses RNA dan
sintesis protein.
Dosis dan cara penggunaannya:
Dalam penggunaan capecitabine menggunakan perhitungan dosis obt
dengan luas permukaan tubuh (body surface area, BSA). Berikut ini rumor
BSA:
Luas permukaan tubuh (m2) = √tinggi badan (cm ) x bobot(kg)
3600
Tabel 3. Dosis Capecitabine
Dosis 1250 mg/m2
2x1 tabletJumlah tablet pada pagi hari
Jumlah tablet pada malam hari
Luas permukaan tubuh (m2)
Dosis sekali minum
150 mg 500 mg 150 mg 500 mg
≤ 1,26 1500 - 3 - 31,27-1,38 1650 1 3 1 31,39-1,52 1800 2 3 2 31,53-1,66 2000 - 4 - 41,67-1,78 2150 1 4 1 41,79-1,92 2300 2 4 2 41,93-2,06 2500 - 5 - 52,07-2,18 2650 1 5 1 5
≥2,19 2800 2 5 2 5
Interaksi Obat dengan Obat
Antasida : Efek dari aluminium hidroksida dan magnesium-hidroksida-
mengandung antasida
Antikoagulan : Pasien yang menerima seiring capecitabine dan
antikoagulan kumarin-derivatif oral terapi harus memiliki respon
antikoagulan dan dosis antikoagulan harus disesuaikan
Interaksi obat dengan makanan :
Sebaiknya di konsumsi waktu 30 menit setelah makan.
Efek samping :
Diare, mual-muntah, Syndrome Tangan-dan-Foot (eritema nyeri dan
pembengkakan tangan dan/ atau kaki dan/ atau kegiatan yang
mempengaruhi ketidaknyamanan pasien hidup sehari-hari), Stomatitis
(eritema edema, sakit atau borok mulut atau lidah, tetapi bisa makan)
Perhatian dan peringatan :
Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko D
2. KETOPROPEN
Kandungan :
ketoprofen
Bentuk sediaan :
tablet 50 mg, tab 100 mg, kapsul CR 200 mg, suppositoria 100 mg,
ampul 50 mg/ml
Indikasi :
Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteoarthritis, Ankylosing
Spondilitis, Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi,
melahirkan,ortopedi dan nyeri karena kanker. dismenorea
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap ketoprofen, adanya riwayat gatal-gatal,
angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh aspirin atau
golongan AINS lain, pasien hamil trimester ke-3, pasien menyusui
(atau hentikan menyusui), pasien di bawah usia 12 tahun
Dosis,cara pemberian dan lama pemberian:
Dosis disesuaikan dengan keadaan pasien (sangat individual)
Penyakit inflamasi :
Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis dan osteo
arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X sehari atau 50 mg 4 kali
sehari atau kapsul lepas lambat 200mg sekali sehari. Dosis ini dapat
digunakan untuk penanganan ankylosing spondilitis
Nyeri dan Dismenore :
25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati :
Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi
sehari adalah 150mg. Untuk pasien dengan kerusakan ginjal/hati berat
(kadar creatinin clearence <25mL/mnt per 1.73m2 atau konsentrasi
albumin <3.5g/dL, dosis tertinggi 100mg. Jika memiliki kerusakan
ginjal dan hipoalbuminemia sekaligus, sebaiknya dimulai dengan
dosis rendah dan diawasi dengan ketat.
Farmakologi :
Bioavailabilitas 90%
Waktu paruh eliminasi 2,1 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak 0,5-2 jam
Ikatan protein >99%
Efek Samping :
- Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan saluran cerna,
tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian abdomen, sembelit,
kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis,
pankreatitis, sampai pendarahan pada saluran cerna.
- Sistem Saraf Pusat : (lebih dari 3% Pasien) Sakit kepala, eksitasi
(insomnia, bermimpi, cemas, takut), pusing, depresi, sulit
berkonsentrasi, lelah, bingung, migrain, rasa berputar, halusinasi.
- Ginjal dan Saluran kemih : (3-8% Pasien) Meningkatkan serum
kreatinin, BUN, pendarahan saluran kemih dan edema.
- Mata dan telinga : (1-3% Pasien) Gangguan penglihatan dan tinitus
- Gangguan jantung : (2% Pasien) peripheral edema
- Kulit : (1-3% Pasien) Gatal, eksim dll
Perhatian dan peringatan:
- Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko B
- Pengaruh terhadap laktasi : diekskresikan dalam ASI
- Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan
- Pasien menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan
Ketoprofen
Interaksi Obat-Obat:
Obat antikoagulan dan antitrombosis : Sedikit memperpanjang waktu
prothrombin dan Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien
menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik
(streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor
Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium
Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan
protein plasma, sehingga dapat meningkatkan munculnya efek
samping
Obat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjal
AINS : Meningkatkan efek samping
Probenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac.
Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan
menurunkan eliminasi di ginjal.
Interaksi Obat-makanan:
Pemberian bersama dengan makanan dan susu dapat meminimalkan
gangguan gastrointestinal.
3.3 KAJIAN DRP (Drug Related Problems)
Tabel 4. Kajian DRP
Jenis DRP Penilaian
Ada indikasi tidak diobati X
Tidak ada indikasi tetapi diobati X
Dosis rendah X
Dosis tinggi X
Efek samping Efek samping yang perlu diwaspadai
adalah mual-muntah yang hebat
Interaksi obat X
Ketidakpatuhan pengobatan X
Kesalahan pemilihan obat X
Dari kajian resep diatas dapat diketahui bahwa kemungkinan efek samping
yang bisa terjadi adalah mual-muntah karena efek dari obat Xeloda dan
ketopropen. Apabila terjadi mual-mutah, dapat disarankan kepada dokter untuk
memberikan obat anti mual-muntah seperti Ondansetron atau Domperidon.
Penggunaan Xeloda pada resep ini sebaiknya dicantumkan berat bandan dan
tinggi badan agar dapat dikaji dalam ketepatan pemberian dosisnya. Penggunaan
ketopropen dalam resep ini kemungkinan sudah cukup adekuat mengatasi nyeri
yang dialami pasien, dapat dilihat dengan dosis yang diberikan 2xsehari 50 mg.
Dimana penggunaan ketopropen dalam 1 hari masih berada dalam rentang
konsentrasi (dalam batas yang dipersyratkan).
3.5 KIE
Berdasarkan drug related problems yang didapat maka pelayanan informasi
obat yang dapat diberikan kepada pasien sebagai berikut:
1. Tanyakan kepada pasien mengenai:
- Apa yang pasien ketahui mengenai penyakitnya
- Apa yang pasien ketahui mengenai obat-obatnya
- Apa harapan pasien setelah mengkonsumsi obat-obatnya
2. Jelaskan mengenai indikasi masing-masing obat:
- Xeloda (capecitabine) untuk pengobatan kanker payudara pasien
- Ketopropen untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien.
3. Tanyakan mengenai riwayat alergi pasien terhadap obat-obatan. Jika
mempunyai riwayat alergi terhadap obat yang akan dilakukan terapi
4. Jika pasien sedang hamil maka obat capecitabine dan ketoprofen harus
diganti. Ketoprofen tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita
hamil terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena
efeknya pada sistem kardiovaskuler janin (penutupan prematur duktus
arteriosus) dan kontraksi uterus. (PIO Depkes RI, 2009). Faktor risiko
ketoprofen terhadap kehamilan: B (A-Z drug facts, 2003). Faktor risiko
ondansetron terhadap kehamilan: D (DIH, 2009).
5. Jika pasien sedang menyusui maka konsumsi obat harus ditunda setelah
menyusui atau hentikan menyusui untuk sementara. Ketoprofen
didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan untuk
digunakan oleh ibu yang sedang menyusui (DIH, 2009).
6. Tanyakan apakah pasien mempunyai gangguan hati dan ginjal atau tidak. Jika
ya maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dan tes fungsi hati dan ginjal
secara berkala.
7. Konsumsi obat capetabine sebaiknya dikonsumsi 30 menit setelah makan dan
ketoprofen dilakukan bersamaan dengan makanan untuk meminimalkan efek
samping pada gastrointestinal. Maka regimen obat yang dapat diberikan
yaitu:
- Capecitabine dikonsumsi 2 x 3 tablet sehari, dimana pada pagi hari (pukul
06.30) diminum 3 tablet setelah makan dengan jarak 30 menit. Kemudian
pada pukul 18.30 pasien meminum 3 tablet setelah makan dengan jarak 30
menit.
- Ketopropen dikonsumsi 2 x sehari pagi (pukul 08.00) dan malam hari
(pukul 18.30) saat makan dan langsung ditelan (tidak dikunyah)
8. Sampaikan efek samping umum yang biasanya terjadi karena obat-obatan
tersebut seperti mual, muntah, inflamasi dan nyeri pada tangan dan kaki, serta
pembengkakan pada mulut.
9. Segera beritahukan kepada dokter atau apoteker bila mengalami reaksi alergi
terjadi.
Tanggal : Senin-Jumat, 20-24 September 2010
Hari ke : 11, 12, 13, 14, dan 15
Kegiatan UraianTugas Kajian Resep Rawat Jalan Gakinda
Kajian resep tentang rawat jalan di depo GAKINDA
Resep yang diberikan sebagai berikut:
I. SKRINING ADMINISTRATIF
Skrining administratif yang dilakukan meliputi ada atau
tidaknya :
Nama dokter
SIP
Alamat dokter
Tanggal penulisan resep
Paraf dokter
RSUP dr. Hasan SadikinJalan pasteur no. 38
Telepon 203495Bandung-40161
Tgl. 17/9/2010Nama : Ny. N. AUmur : 46 thJenis kelamin : PerempuanDokter : dr. A. RDiagnosa : C50 Malignant neoplasm of breast
sudah metastase ke hepar
R/ Xeloda tab. No. XC∫ 2 dd 3
R/ Ketopropen tab. No. X∫ 2 dd 1
TTD
Dr. A.R
Nama pasien
Umur pasien
Jenis kelamin
Berat badan
Cara pemakaian yang jelas
Status Pasien
Dari resep di atas dapat di dapat dilihat bahwa persyratan
administratif sudah lengkap.
II. SKRINING FARMASETIK
Skrining farmasetik yang dilakukan meliputi ada atau
tidaknya :
Bentuk sediaan
Dosis obat
Potensi obat
Kuantitas obat
Stabilitas
Inkompatibilitas
Cara dan lama pemberian
III. SKRINING FAMAKOLOGI
Pada resep ini pasien mendapatkan obat untuk
kemoterapi kanker.
KAJIAN RESEP
R/ Xeloda tab. No. XC∫ 2 dd 3
R/ Ketopropen tab. No. X∫ 2 dd 1
Mografi Sediaan
XELODA
Kandungan : Capecitabine adalah turunan dari
fluoropirimidi karbamat
Bentuk sediaan: 500 mg
Indikasi : pengobatan kanker payudara dan kanker usu
besar.
Kontraindikasi : hipersensitivitas 5-fluorouracil, serta
pada pasien dengan gangguan ginjal berat (kreatinin di
bawah 30 mL)
farmakologi : Capecitabine mencapai tingkat puncak
dalam darah sekitar 1,5 jam (Tmax) dengan tingkat
puncak 5-FU sedikit terjadi kemudian, pada 2 jam.
Makanan mengurangi kedua tingkat dan tingkat
penyerapan capecitabine dengan Cmax mean dan
AUC0-∞ menurun sebesar 60% dan 35%,
Mekanisme Aksi: Kedua sel normal dan tumor
memetabolisme 5-FU untuk 5-fluoro-2'-deoxyuridine
monofosfat (FdUMP) dan trifosfat 5-fluorouridine
(FUTP). Metabolit ini menyebabkan cedera sel oleh
dua mekanisme yang berbeda. Pertama, FdUMP dan
kofaktor folat, 2N5-10-methylenetetrahydrofolate,
mengikat timidilat sintase (TS) untuk membentuk
suatu kovalen terikat kompleks terner. Pengikatan ini
menghambat pembentukan timidilat dari 2'-
deoxyuridylate. Timidilat adalah prekursor diperlukan
trifosfat timidin,yang penting untuk sintesis DNA,
sehingga kekurangan senyawa ini dapat menghambat
pembelahan sel. Kedua, enzim transkripsi nuklir keliru
dapat menggabungkan FUTP di tempat uridin trifosfat
(UTP) selama sintesis RNA. Ini kesalahan metabolik
dapat mengganggu proses RNA dan sintesis protein.
Dosis dan cara penggunaannya:
Dalam penggunaan capecitabine menggunakan
perhitungan dosis obt dengan luas permukaan tubuh
(body surface area, BSA). Berikut ini rumor BSA:
Luas permukaan tubuh (m2)
= √tinggi badan (cm ) x bobot(kg)
3600
Interaksi Obat dengan Obat
Antasida : Efek dari aluminium hidroksida dan
magnesium-hidroksida-mengandung antasida
Antikoagulan : Pasien yang menerima seiring
capecitabine dan antikoagulan kumarin-derivatif
oral terapi harus memiliki respon antikoagulan dan
dosis antikoagulan harus disesuaikan
Interaksi obat dengan makanan :
Sebaiknya di konsumsi waktu 30 menit setelah makan.
Efek samping :
Diare, mual-muntah, Syndrome Tangan-dan-Foot
(eritema nyeri dan pembengkakan tangan dan/ atau kaki
dan/ atau kegiatan yang mempengaruhi ketidaknyamanan
pasien hidup sehari-hari), Stomatitis (eritema edema,
sakit atau borok mulut atau lidah, tetapi bisa makan)
Perhatian dan peringatan :
Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko D
KETOPROPEN
Kandungan :
ketoprofen
Bentuk sediaan :
tablet 50 mg, tab 100 mg, kapsul CR 200 mg,
suppositoria 100 mg, ampul 50 mg/ml
Indikasi :
Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteoarthritis,
Ankylosing Spondilitis, Penanganan nyeri ringan sampai
sedang setelah operasi, melahirkan,ortopedi dan nyeri
karena kanker. dismenorea
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap ketoprofen, adanya riwayat gatal-
gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok
oleh aspirin atau golongan AINS lain, pasien hamil
trimester ke-3, pasien menyusui (atau hentikan menyusui),
pasien di bawah usia 12 tahun
Dosis,cara pemberian dan lama pemberian:
Dosis disesuaikan dengan keadaan pasien (sangat
individual)
Penyakit inflamasi :
Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis
dan osteo arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X
sehari atau 50 mg 4 kali sehari atau kapsul lepas lambat
200mg sekali sehari. Dosis ini dapat digunakan untuk
penanganan ankylosing spondilitis
Nyeri dan Dismenore :
25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati :
Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis
tertinggi sehari adalah 150mg. Untuk pasien dengan
kerusakan ginjal/hati berat (kadar creatinin clearence
<25mL/mnt per 1.73m2 atau konsentrasi albumin
<3.5g/dL, dosis tertinggi 100mg. Jika memiliki kerusakan
ginjal dan hipoalbuminemia sekaligus, sebaiknya dimulai
dengan dosis rendah dan diawasi dengan ketat.
Farmakologi :
Bioavailabilitas 90%
Waktu paruh eliminasi 2,1 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak 0,5-2 jam
Ikatan protein >99%
Efek Samping :
- Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan
saluran cerna, tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian
abdomen, sembelit, kembung, tidak ada nafsu makan,
mulut kering, gastritis, pankreatitis, sampai pendarahan
pada saluran cerna.
Perhatian dan peringatan:
- Pengaruh terhadap kehamilan: faktor risiko B
- Pengaruh terhadap laktasi : diekskresikan dalam Asi
- Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan
- Pasien menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan
Ketoprofen
Interaksi Obat-Obat:
Obat antikoagulan dan antitrombosis : Sedikit
memperpanjang waktu prothrombin dan Waktu
thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan
antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik
(streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor
Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium
Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan
dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan
munculnya efek samping
Obat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjal
AINS : Meningkatkan efek samping
Probenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac.
Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan
menurunkan eliminasi di ginjal.
Interaksi Obat-makanan:
Pemberian bersama dengan makanan dan susu dapat
meminimalkan gangguan gastrointestinal.
KAJIAN DRP (Drug Related Problems)Dari kajian resep diatas dapat diketahui bahwa
kemungkinan efek samping yang bisa terjadi adalah mual-
muntah karena efek dari obat Xeloda dan ketopropen. Apabila
terjadi mual-mutah, dapat disarankan kepada dokter untuk
memberikan obat anti mual-muntah seperti Ondansetron atau
Domperidon.
Penggunaan Xeloda pada resep ini sebaiknya
dicantumkan berat bandan dan tinggi badan agar dapat dikaji
dalam ketepatan pemberian dosisnya. Penggunaan ketopropen
dalam resep ini kemungkinan sudah cukup adekuat mengatasi
nyeri yang dialami pasien, dapat dilihat dengan dosis yang
diberikan 2xsehari 50 mg. Dimana penggunaan ketopropen
dalam 1 hari masih berada dalam rentang konsentrasi (dalam
batas yang dipersyratkan).
KIE Konsumsi obat capetabine sebaiknya dikonsumsi 30 menit
setelah makan dan ketoprofen dilakukan bersamaan
dengan makanan untuk meminimalkan efek samping pada
gastrointestinal.
Sampaikan efek samping umum yang biasanya terjadi
karena obat-obatan tersebut seperti mual, muntah,
inflamasi dan nyeri pada tangan dan kaki, serta
pembengkakan pada mulut.
Segera beritahukan kepada dokter atau apoteker bila
mengalami reaksi alergi terjadi.
Pembimbing Pembimbing
Fakultas Farmasi UNPAD RSHS
(Yoppi Iskandar. S.Si., M.Si., Apt.) (Dra. Siti Saidah M. M.Si., Apt)
TUGAS KAJIAN RESEP RAWAT JALAN GAKINDA
DENGAN KASUS KANKER PAYUDARA
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI RUMAH SAKIT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG, JAWA BARAT
OLEH:PUTU DIAN ARININGSIH, S. Farm
260112090545
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER2010