PEDOMAN PENYUSUNAN KTI 2013
-
Upload
elly-numa-zahroti -
Category
Documents
-
view
890 -
download
0
description
Transcript of PEDOMAN PENYUSUNAN KTI 2013
PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 2
PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG POLTEKKES KEMENKES BANDUNG TAHUN 2013 DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini memberikan kemampuan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori untuk menangani atau memecahkan permasalahan praktis dengan menyusun (Karya Tulis Ilmiah) KTI baik melalui penelitian maupun praktik kerja berdasarkan minat peserta didik dalam ruang lingkup kebidanan dengan bimbingan dosen.
Adapun yang dibahas dalam mata kuliahi ni adalah konsep dasar dan prinsip penulisan KTI, metoda KTI, penyusunan proposal KTI, penulisan laporan, dan pedoman KTI. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menyusun proposal penelitian/praktik kerja 2. Melaksanakan penelitian/praktik kerja 3. Menyusun laporan hasil penelitian/praktik kerja
JENIS KTI
1. Penelitian 2. Kegiatan inovasi/ Praktik Kerja 3. Studi Kasus 4. Studi Literatur
BEBAN STUDI
1. Mata Kuliah KTI merupakan MK yang wajib diikuti oleh mahasiswa dengan bobot tiga SKS
2. Nilai Batal Lulus untuk MK KTI adalah B (2,68) PRASYARAT Sebelum mengambil MK KTI, mahasiswa harus menyelesaikan mata kuliah pre requisite pada semester 5 (lima) pada program Diploma III Jurusan Kebidanan Bandung.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 3
PENGAJUAN TOPIK KTI Topik bahan KTI harus diserahkan maksimal 3 minggu (tanggal 22 maret 2013) ke Administrasi akademik untuk dikaji oleh Sub UPPM thd kemungkinan topic sudah pernah dibahas sebelumnya.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 4
BAGIAN I
SISTEMATIKA KARYA TULIS ILMIAH LATAR BELAKANG MASALAH Dalam penulisan usulan penulisan, penulis harus melakukan identifikasi masalah penulisan sebagai langkah awal. Untuk dapat mengidentifikasi masalah secara baik, perlu dipilih topik yang menarik dan layak untuk diteliti. Fakta fakta tentang kinerja organisasi pelayanan kebidanan, perilaku pencegahan penyakit di antara kelompok‐kelompok masyarakat dapat melandasi perumusan masalah yang akan diteliti.
Dalam latar‐belakang masalah, penulis meyakinkan kepada pembaca bahwa penulisan yang diusulkan memang penting, dan diperkirakan dapat memberikan kontribusi teoritik atau praktik, bagi pelayanan kebidanan, pencegahan penyakit atau peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Latar belakang penulisan berisi alasan penulis untuk melakukan suatu penulisan dengan cara menjelaskan konteks penulisan, men‐deskripsikan masalah penulisan, dan menjelaskan bagaimana dan mengapa masalah tersebut perlu diteliti. Setelah membaca latar belakang, pembaca diharapkan mempunyai gambaran mengenai:
1. Konteks masalah penulisan: situasi yang melatarbelakangi ma‐salah yang perlu diteliti.
2. Kepentingan penulisan ini: apa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penulisan? Siapa yang akan mendapat manfaat? Apakah manfaat tersebut cukup berarti bagi penulis maupun masyarakat?
3. Apa yang tidak kita ketahui, sehingga kita ingin meneliti masalah tersebut? Apa yang perlu ditingkatkan, dan mengapa?
Beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam menilai apakah latar belakang yang kita tulis sudah baik adalah dengan menjawab pertanyaan‐pertanyaan di bawah ini:
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 5
1. Apakah fakta yang disampaikan dalam latarbelakang telah menunjukkan bahwa masalah penulisan layak untuk diteliti?
2. Apakah rumusan masalah penulisan tidak terlalu luas dan kabur?
3. Apakah masalah penulisan cukup penting untuk diteliti? 4. Apakah fakta dan uraian di latarbelakang relevan dengan
rumusan masalah penulisan? 5. Apakah masalah penulisan telah dirumuskan dalam bentuk
per‐nyataan atau pertanyaan interogatif atau membuka peluang untuk melakukan penyelidikan?
Kriteria Masalah
Masalah terjadi apabila terdapat kesenjangan antara apa yang seharusnya {das Sollen) dengan apa yang terjadi {das Sein). Banyak masalah penting yang dijumpai dalam kehidupan sehari‐hari. Beberapa masalah tidak perlu diteliti, karena sudah jelas konteks dan penyebabnya, sehingga penulis tidak perlu mengumpulkan data untuk menjelaskan masalah tersebut. Salah satu ciri dari permasalahan yang dapat dikembangkan menjadi masalah penulisan adalah jika permasalahan tersebut dapat diselidiki melalui pengumpulan dan analisis data.
Masalah penulisan sering dirumuskan sebagai hubungan antara dua construct atau lebih yang masih perlu dijabarkan secara operasional, sehingga data dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk menghasilkan simpulan tentang hubungan tersebut. Sebagai contoh, bahwa rata‐rata kadar hemoglobin ibu hamil lebih rendah dari ibu yang tidak hamil (kehamilan berhubungan dengan kadar hemoglobin) selayaknya bukan merupakan masalah penulisan. Sebaliknya, apakah pemberian konsentrat protein di samping tablet besi dan asam folat dapat meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil, merupakan permasalahan yang dapat diteliti.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan permasalahan penulisan antara lain: prioritas masalah yang dihadapi oleh suatu institusi atau masyarakat, dan apakah masalah tersebut dapat diteliti, membutuhkan biaya yang mahal dan sarana penulisan yang canggih. Kelima hal tersebut sudah dirumuskan oleh Hulley dan Cummings dengan singkatan FINER {feasible, interesting, novel, ethical, relevant). Feasible (dari segi dana, waktu, alat dan keahlian dan
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 6
tersedianya subjek penulisan), interesting, masalah hendaknya menarik bagi penulis, novel, membantah atau mengkonfirmasi, menambah atau mengembangkan penemuan/penulisan terdahulu dan menemukan sesuatu yang baru, ethical, tidak bertentangan dengan etika, relevant, bagi ilmu pengetahuan, untuk kebijakan kesehatan dan sebagai dasar bagi penulisan selanjutnya. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah merupakan kalimat‐kalimat ringkas, yang dapat mengarahkan penelusuran atas teori‐teori yang sesuai dengan masalah penulisan, dan bukti‐bukti empirik yang mendukung atau menolak teori‐teori tersebut. Berdasarkan tinjauan kepustakaan, masalah penulisan harus dijabarkan menjadi lebih operasional, memungkinkan pengukuran variabel‐variabelnya.
Ada beberapa kriteria dalam menuliskan perumusan masalah yang baik, yakni:
1. Masalah sebaiknya dirumuskan dengan ringkas, akurat, dan memungkinkan penjelasan atau pengujian secara empiris.
2. Rumusan masalah dapat berbentuk kalimat tanya, misalnya "Apakah ada hubungan antara status kepegawaian dokter di Puskesmas dengan kinerjanya?" atau kalimat penyataan, misalnya "Mendengarkan jenis musik tertentu mempengaruhi persepsi atas rasa sakit".
3. Walaupun masalah yang diteliti bersifat kompleks, rumusan masalah harus sedemikian jelas, sehingga tidak ditafsirkan secara berbeda‐beda.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan merupakan pemyataan penulis mengenai hasil akhir yang akan dicapai pada akhir penulisan ini. Perumusan tujuan penulisan memberikan arahan dalam penyusunan tinjauan pustaka. Pernyataan tujuan penulisan mempertajam sasaran yang akan dicapai melalui penulisan, sekaligus juga membatasi lingkup penulisan agar tidak terlalu luas atau berubah‐ubah selama penulisan berlangsung.
Tujuan penulisan sebaiknya dinyatakan daiam kalimat yang jelas dan spesifik, sehingga tidak memberikan pengertian ganda (ambi‐guous). Pernyataan tujuan penulisan dapat dirumuskan sebagai
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 7
deskripsi, mengidentifikasi hubungan dan efek suatu faktor terhadap kejadian yang terkait dengan kesehatan, dan penjelasan {explanatory} atas permasalahan penulisan.
Pada umumnya kata‐kata yang digunakan dalam menyatakan tujuan penulisan adalah:
1. Untuk menguraikan dan mendeskripsikan proses....... 2. Untuk memperkirakan efek..........terhadap......... atau
hubungan antara.......dan.................... 3. Untuk menjelaskan..............
MANFAAT PENULISAN
Pernyataan tentang manfaat penulisan menunjukkan secara eksplisit kontribusi hasil penulisan dalam pengembangan teori, perumusan kebijakan atau aplikasi hasil penulisan untuk meningkatkan kinerja, efisiensi dan pemerataan kesehatan pada tingkat individu maupun organisasi.
Manfaat penulisan dinyatakan untuk mendukung bahwa penulisan layak dilakukan, dan merupakan justification alokasi sumberdaya terhadap kegiatan penulisan. Terkait dengan penggunaan sumberdaya untuk melakukan penulisan, manfaat penulisan secara spesifik dapat diperoieh oleh stakeholder, misalnya individu dan masyarakat, atau organisasi dan lembaga tertentu.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 8
TINJAUAN PUSTAKA TELAAH PUSTAKA
Telaah pustaka adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang telah ditulis oleh penulis‐penulis lain mengenai suatu subjek tertentu. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan tujuan penulisan, pertanyaan penulisan, dan masalah yang akan dipecahkan. Tanpa memperhatikan hal‐hal ini tinjauan pustaka hanya akan merupakan daftar yang tidak ada gunanya mengenai apa yang telah dikerjakan oleh penulis lain. Bersama dengan tujuan penulisan, tinjauan pustaka membentuk garis besar yang disusun secara hati‐hati dan terfokus tentang apa yang telah dikerjakan oleh orang lain dalam bidang tersebut dan dikemas sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan.
Jadi perlu dilakukan tinjauan pustaka lebih dahulu agar kemu‐dian penulis dapat menyusun pertanyaan penulisan atau hipokarya tulis ilmiah. Agar dapat melakukan tinjauan pustaka dengan benar, perlu dilihat kaitannya dengan pertanyaan penulisan yang diajukan.
Tinjauan pustaka bukan hanya merupakan suatu ringkasan tetapi hasil pencarian informasi yang disusun: 1. Mengorganisasikan informasi dan menghubungkannya dengan
pertanyaan penulisan karya tulis ilmiah yang dikembangkan. 2. Membuat hasil menjadi ringkasan mengenai apa yang sudah dan
apa yang belum diketahui. 3. Mengidentifikasi beda pendapat yang ada di pustaka. 4. Mengembangkan pertanyaan untuk penulisan lebih lanjut. Kerangka Konsep
Kerangka konsep menggambarkan aspek‐aspek yang telah dipilih dari teori untuk dijadikan dasar masalah penulisannya. Kerangka konsep lazimnya disajikan dalam bentuk bagan yang berisi suatu rangkaian konstruk atau konsep, definisi yang saling berhubungan yang menyajikan pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan mencirikan hubungan antara variabel‐variabel dengan tujuan untuk menjelaskan.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 9
METODE PENULISAN
Bab ini berisi uraian yang menjelaskan secara rinci tentang bagaimana suatu penulisan dilakukan. Penjelasan ini akan menuntun seorang penulis tentang langkah‐langkah yang akan dilalui untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menulis karya tulis ilmiah yang diajukan. Oleh penulis yang lain, uraian dalam bab ini juga bisa digunakan untuk menilai apakah hasil suatu penulisan bisa dipercaya, dan apakah simpulan penulisan ini dapat digunakan untuk kepentingan secara praktis atau digunakan dalam kajian pustaka dalam penulisan berikutnya.
Dalam setiap penulisan, metode penulisan mencakup informasi mengenai: jenis dan rancangan penulisan, subjek penulisan, identifikasi variabel penulisan, definisi operasional variabel penulisan, instrumen penulisan, cara analisis data, etika penulisan, keterbatasan penulisan. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penulisan yang sedang dilakukan ditetapkan berdasarkan tipologi penulisan kesehatan masyarakat (yang dikembangkan dari jenis penulisan epidemiologi) yang terdiri dari: 1) Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah Penelitian yang dilakukan untuk memotret suatu kondisi atau fenomena yang terjadi pada suatu kelompok subjek tertentu. Sebagai contoh adalah:
a) Studi prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di suatu kabu‐paten.
b) Kajian persentase kasus resistensi malaria falsiparum terhadap chloroquine.
Penulisan deskriptif bertujuan untuk mengukur magnitude suatu masalah atau fenomena, tanpa membuat simpulan yang bersifat sebab‐akibat. Meskipun begitu, bukan berarti bahwa kajian ini tanpa analisis untuk menggali kemungkinan bahwa suatu fenomena berkaitan dengan faktor‐faktor tertentu.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 10
2) Penelitian Analitik
Berbeda dengan Penelitian deskriptif, Penelitian analitik bertujuan untuk mengkaji kausa atau determinan dari suatu fenomena. Jadi dalam penulisan analitik dibuat suatu simpulan yang sifatnya sebab akibat. Hubungan sebab akibat seperti itu tidak selalu ber‐sifat kausal, tetapi juga bisa korelasional. Dalam penulisan analitik, determinan yang hendak diukur pengaruhnya tersebut sudah terjadi sebelumnya (ex post facto) dan tidak diintervensi oleh penulisnya. Penulisan analitik dibagi menjadi: penulisan potong‐lintang {cross‐sectional study), penulisan kasus‐pembandtng (case‐control study), dan penulisan kohor (cohort study). kelompok akan ditetapkan sebagai kelompok perlakuan, dan kelompok lainnya disebut kelompok pembanding (kelompok kontrol). Kelompok pembanding tidak selalu berarti tanpa perlakuan. SUBJEK PENULISAN Deskripsi tentang subjek penulisan mencakup batasan populasi, besar sampel, dan cara pengambilan sampel. Batasan Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah kelompok subjek yang menjadi sasaran penulisan. Sasaran penulisan semacam itu bisa berupa manusia (pada penulisan epidemiologi, penulisan perilaku, penulisan manajemen), bisa berupa binatang (pada penulisan entomologi, surveilens vektor), dan dapat pula berupa benda mati (kartu rekam medik, slide pemeriksaan BTA).
Batasan populasi mendeskripsikan ciri‐ciri kelompok ke arah mana hasil penulisan ini akan digeneralisasi. Ciri‐ciri tersebut bisa berupa ciri lokasi geografik atau administratif (kelurahan, kecamatan, kabupaten, wilayah kerja pus‐kesmas), karakteristik subjek (jenis kelamin, usia, paritas, spesies), dan karakteristik penyakit (jenis penyakit, keparahan penyakit, jenis obat yang digunakan, jenis bangsal perawatan).
Pembatasan populasi ini didasarkan atas masalah dan tujuan penulisan, karena populasi penulisan haruslah mengakomodasi tujuan penulisan. Secara eksplisit, batasan populasi dapat dinyatakan dalam kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah batasan‐batasan yang mengijinkan subjek masuk ke dalam penelitian. Tetapi,
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 11
tidak semua subjek yang masuk dalam saringan pertama otomatis boleh terlibat dalam penulisan, yakni jika mereka memiliki kontra indikasi tertentu. Saringan kedua inilah yang disebut kriteria eksklusi. Besar Sampel
Suatu penulisan seharusnya dilakukan terhadap seluruh anggota populasi. Akan tetapi, penulisan terhadap seluruh anggota populasi sangat memerlukan dukungan dana, peralatan, waktu dan tenaga yang sangat besar.
Sebagian dari populasi tersebut disebut sampel. Besar sampel harus ditentukan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Pilih dan sajikan rumus yang sesuai tersebut pada bagian ini. Kemudian lakukan penghitungan besar sampel dengan menggunakan rumus tersebut. Bila penulisan dilakukan terhadap seluruh anggota populasi, maka kata‐kata "sampel" menjadi tidak relevan. Cara Pengambilan Sampel
Pada bagian ini disajikan teknik pengambilan sampel yang digunakan. Pengambilan sampel meliputi: teknik pengambilan sampel probabilistik dan teknik pengambilan sampel non‐probabilistik. Teknik pengambilan sampel probabilistik meliputi: pengambilan sampel acak sederhana {simple random sampling), pengambilan sampel sistematik (systematic sampling), pengambilan sampel acak stratifikasi {stratified random sampling), pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), dan pengambilan sampel bertingkat (multistage sampling).
Pengambilan sampel non‐probabilistik meliputi: sampling aksidental atau seadanya (accidental sampling, convenience sampling), sampling purposif (purposive sampling), sampling kuota (quota sampling), sampling bola salju (snowball sampling). Adakalanya sampel diambil dengan cara menyetarakan (mencocokkan) ciri‐ciri individu kelompok lainnya. Pengambilan sampel dengan cara menyetarakan ini disebut matching. Matching juga termasuk dalam pengambilan sampel non‐probabilistik. IDENTIFIKASI VARIABEL PENULISAN
Bagian ini mendeskripsikan tentang variabel atau faktor yang diamati (diteliti) dalam suatu penulis. Penetapan variabel penulisan didasarkan atas kerangka konsep yang telah dibangun berdasarkan
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 12
tinjauan pustaka. Penetapan variabel dilakukan oleh penulis secara arbitrary, dalam arti banyak atau sedikitnya variabel penulisan sangat ditentukan oleh penulis berdasarkan lingkup penulisan dan ter‐sedianya sumber daya. Makin banyak variabel yang diteliti, makin canggih penulisan tersebut. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Definisi operasional variabel adaiah penjelasan tentang bagaimana suatu variabel akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Jadi definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional variabel bukanlah definisi teoritis. Tidak semua variabel perlu diberikan definisi operasionalnya; hanya variabel‐variabel yang mempunyai lebih dari satu cara pengukuran, atau variabel yang pengukurannya spesifik, atau variabel yang belum memiliki alat ukur standar dan perlu dikembangkan alat ukur oleh penulis.
INSTRUMEN PENELITIAN
Pada sub‐bab ini disajikan deksripsi alat ukur yang hendak digunakan untuk mengukur variabel penulisan. Alat ukur penulisan bisa berupa alat ukur standar seperti timbangan, termometer, sphymomagnorneter, pengukur volume, dan lain sebagainya. Alat ukur juga bisa berupa indeks, misalnya indeks massa tubuh, indeks disabilitas, indeks karies, dan lain sebagainya.
Alat ukur juga bisa berupa kuesioner, yang terbagi menjadi kuesioner tertutup dan terbuka. Alat ukur yang berupa kuesioner lazimnya tidak standar, dalam arti tidak terbakukan untuk bisa digunakan dimanapun. Dalam banyak penulisan, penulis "terpaksa" harus menyusun sendiri kuesioner tersebut. Jika penulis mengembangkan sendiri alat ukur yang akan digunakan, misalnya kuesioner, maka penulis harus meng‐kaji apakah alat ukur tersebut "baik". Alat ukur disebut baik jika memiliki dua atribut, yaitu valid (sahih) dan reliabel (terpercaya). Untuk itu, penulis harus melakukan kajian untuk mengukur dan mening‐katkan validitas dan reiiabilitas alat ukur tersebut, dengan cara melakukan uji coba {try out). Harus dijelaskan bagaimana uji coba tersebut dilaksanakan, dalam hal: kapan, dengan metode apa, siapa subjek yang dikenai uji coba, anaiisis datanya, dan bagaimana hasilnya.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 13
CARA ANALISIS DATA
Cara analisis data menjelaskan tentang bagaimana seorang penulis mengubah data hasil penulisan menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil simpulan penulisan. Dalam subbab ini sajikan rumus‐rumus yang digunakan (jika menggunakan uji statistik). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil suatu penulisan dapat disajikan melalui tiga jenis penyajian, yakni: penyajian tekstual, penyajian tabular dan penyajian grafik. Lazimnya, penulis menyajikan dengan kombinasi dua teknik, yaitu tekstual dan tabular, dan/atau tekstual dan grafik. Maksudnya, data disajikan melalui teks secara naratif, kemudian informasi yang sama juga disajikan lagi dengan menggunakan tabel atau grafik.
Dalam penyajian tekstual, penulis diwajibkan untuk mendeskripsikan data sejelas dan serinci mungkin, tetapi tidak harus menyajikan semua hal. Yang harus disajikan secara naratif adalah ha!‐hal yang menonjol dari data tersebut, misalnya: persentase (frekuensi) terbesar, persentase (frekuensi) terkecil, rerata terbesar, rerata terkecil, atau perbedaan (selisih) terbesar, perbedaan terkecil dan perbedaan atau hubungan yang bermakna. Informasi lain yang lebih detail bisa diperoleh oleh pembaca dari tabel atau grafik. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuaf tabel adalah:
1. Data yang disajikan daiam tabel adalah data yang sudah diolah (sudah dikelompokkan dalam kategori‐kategori, interval‐interval, atau sudah dihitung ukuran‐ukuran deksriptifnya), bukan data kasar. Data kasar dirangkum dalam sebuah tabel master, yang diietakkan di dalam lampiran.
2. Kategori dalam tabel bisa menggunakan kolom saja, atau baris saja, atau keduanya, yang disebut tabel silang (cross tabulation). Kategorinya bisa bersifat kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi keduanya.
3. Tabel harus sederhana agar mudah difahami .oleh pembaca. Artinya, dalam satu tabel jangan dimasukkan terlalu banyak infor‐masi (maksimal dua variabel). Bila informasi yang akan disajikan banyak, sajikanlah dalam beberapa tabel.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 14
4. Judul tabel harus dibuat seringkas tetapi sejelas mungkin. Judul lazimnya menjelaskan 3 hal, yakni apa, dimana dan kapan. Judul tabel ditulis di atas tabel, ditengah (center), dengan format kerucut terbalik. Bila dalam karya tulis ilmiah dibuat iebih dari satu tabel, maka tabel harus diberi nomor yang menggunakan angka Arab (bukan angka Romawi).
5. Bila di dalam tabel digunakan simbol‐simbol (terutama yang jarang digunakan, misalnya W, singkatan Newton, ukuran te‐kanan), haruslah dijelaskan.
6. Kategori atau label sebagai kepala kolom dan baris harus ditulis dengan jelas.
7. Keterangan‐keterangan yang berkaitan dengan isi tabel ditulis di bagian bawah kiri tabel.
8. Bila tabel menyajikan data sekunder, harus disebutkan sumber data tersebut. Tujuannya adalah untuk menghormati hak keka‐yaan inetelektual penulis atau institusi pemilik data tersebut. Sumber ditulis di bawah kanan tabel. Bila data yang disajikan adalah data primer (dikumpulkan sendiri oleh penulis), maka sumber TIDAK ada.
9. Sebuah tabel tidak boleh dipotong (disajikan pada dua haaman yang berbeda).
Adakalanya penulis lebih menyukai penyajian grafik daripada
tabel. Pada kenyataannya grafik memang lebih impresif (menarik minat pembaca) daripada tabel, akan tetapi pembuatan tabel lebih mudah daripada grafik. Terdapat beberapa macam bentuk grafik tetapi yang sering digunakan adalah bentuk: grafik batang (bar graph), diagram frekuensi, histogram, diagaram garis (line diagram), diagram pencar (scatter diagram), pie diagram dan Box plot. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuat grafik adalah:
1. Sebagaimana halnya dalam tabel, grafik harus dibuat sederhana tetapi jelas. Supaya sederhana dan jelas, dalam grafik disajikan tidak lebih dari dua variabei saja. Bila variabel yang hendak disajikan banyak, sajikanlah dalam beberapa grafik.
2. Seperti juga halnya dengan tabel, grafik harus self ‐ explanation.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 15
3. Jika tidak diperlukan, grafik tidak perlu digambar dalam tiga dimensi.
4. Judul grafik harus ringkas dan jelas (memuat informasi berkenaan dengan apa, dimana, dan kapan). Berbeda dengan tabel, judul grafik ditulis di bawah grafik, di tengah, dengan format kerucut terbaik. Bila dalam karya tulis ilmiah dibuat lebih dari satu grafik, maka grafik harus diberi nomor dengan angka arab.
5. Judul sebuah grafik tidak menggunakan istilah (kata) grafik, mela‐inkan gambar. Gambar (figure) mencakup grafik, gambar, skesta, peta, foto dan skema (misalnya kerangka konsep).
6. Suatu jenis data bisa disajikan dengan berbagai alternatif teknik penyajian, namun hanya satu teknik yang menghasilkan sajian yang paling bagus. Untuk mendapatkan tni, buatlah penyajian dengan berbagai teknik, dan mintalah orang lain untuk menilai, penyajian manakah yang paling mereka sukai.
PEMBAHASAN
Esensi dari pembahasan adalah menjelaskan mengapa hasil penelitian yang dilakukan seperti itu. Penjelasan harus dibuat bukan hanya jika hasil penulisan tidak sesuai dengan hipotesis karya tulis ilmiah, bahkan jika sesuaipun harus dibuat penjelasannya. Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik, tentang mekanisme mengapa hasilnya seperti itu. Uraian juga harus menjelaskan posisi hasil penulisan ini dengan hasil penulisan‐penulisan terdahulu, apakah sama atau berbeda.
Penjelasan mengapa hasil penulisan yang dilakukan seperti itu, dapat dilakukan dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek metodoiogis. Pada aspek teoritis, perlu dijelaskan dan dibandingkan antara konsep konsep yang sudah digunakan untuk membangun hipokarya tulis ilmiah dengan kenyataan empiris di lapangan. Bila teori yang ada masih belum mampu menjelaskan fenomena tersebut, maka dapat digunakan asumsi‐asumsi ilmiah, dengan menggunakan logika, baik deduktif maupun induktif.
Pada aspek metodologis, perlu disadari bahwa tidak ada penulisan yang sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi hasil penulisan. Dalam kaitannya dengan hal ini,
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 16
penulis perlu mengkaji kemungkinan hasil penulisan tersebut dipengaruhi oleh kontribusi langkah‐langkah metodologis yang telah dilakukan. Misalnya, apakah cara penetapan variabel benar, instrumen penulisannya baik, cara pengambilan sampelnya benar, cara analisis datanya tepat, dan sebagainya. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Simpulan pada dasarnya adalah jawaban singkat dari penulisan ilmiah (penulisan kuantitatif) yang kita ajukan. Simpulan yang efektif akan memberikan informasi (bukan data) dari hasil penulisan. Berdasarkan informasi tersebut, disusun rekomendasi spesifik yang dapat dilakukan oleh stakeholder yang relevan dalam penulisan tersebut. Rekomendasi tersebut berupa saran spesifik yang berasal dari simpulan penulisan.
Simpulan harus dibatasi pada hasil penulisan yang didukung oleh data‐data yang kita peroleh selama penulisan. Penggunaan bahasa yang lugas, jelas dan cermat sangat mendukung penulisan simpulan yang baik. Simpulan yang dikemukakan secara hati‐hati dan dibatasi seperlunya dan seobjektif mungkin cenderung memberikan kesan yang baik terhadap penulisan tersebut.
Penulisan yang baik memerinci keadaan dan kondisi dimana simpulan tersebut valid. Simpulan bukanlah ringkasan dari hasil penulisan, sehingga tidak perlu terlalu panjang dan mencantumkan hasil perhitungan analisis statistik (untuk data kuantitatif), tapi cukup maknanya saja. SARAN
Saran atau rekomendasi dari suatu penulisan, harus berdasar‐kan temuan dan data yang kita dapatkan. Saran umumnya ditujukan untuk : (1) stakeholder dan fihak lain yang terkait dengan hasil penulisan tersebut untuk perbaikan kinerja organisasi di masa mendatang; (2) penulis berikutnya, yang tertarik dengan penulisan serupa, berdasar pada kelemahan dalam penulisan ini dan variabel yang belum diteiiti dalam penulisan ini. a. Disarankan sebaiknya puskesmas meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 17
b. Disarankan agar pemerintah daerah mencari alternatif sumber pembiayaan lain bagi gakin, karena dana yang ada saat ini tidak mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan gakin di rumah sakit.
Hal yang sering dilupakan dalam penulisan saran adalah saran untuk penulis berikutnya. Dalam saran tersebut perlu disinggung mengenai kelemahan penulisan ini dan diidentitikasi variabel yang belum diamati, dapat dikembangkan menjadi topik penulisan men‐datang dengan hasil yang lebih baik. PENULISAN REFERENSI DALAM DAFTAR PUSTAKA CARA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Penulisan karya tulis ilmiah dilakukan dengan menggunakan metode Harvard. Dalam metode ini referensi harus dicantumkan pada setiap pernyataan di dalam karya tulis ilmiah yang bukan asli berasal dari penulis. Referensi harus dicantumkan pada:
1. Setiap informasi dari sumber lain, baik yang berupa kuotasi langsung ataupun yang telah diparafrase atau disinkarya tulis ilmiah.
2. Data, misalnya data demografi, dll. 3. Teori atau gagasan penulis lain. 4. Gambar, bagan atau grafik yang berasal dari sumber lain.
Sumber lain yang dimaksud di sini dapat berupa artikel yang telah dipublikasi cetak atau elektronik, maupun sumber yang belum dipublikasi, misalnya komunikasi pribadi. Sistem penulisan referensi yang dipakai adalah sistem Harvard. Pada penulisan referensi menurut Sistem Harvard, hanya
nama betakang penulis dan tahun terbitnya tulisan yang dicantumkan dalam teks. Selanjutnya, cara penulisan referensi dalam teks dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 18
Tulisan oleh satu penulis Contoh:
• Agyepong (1992) mengeksplorasi... • Dalam penulisan mengenai persepsi masyarakat di masyarakat
Adangbe, Agyepong (1992) menemukan ... • Menurut Agyepong (1992),... • Pada tahun 1992, Agyepong mengeksplorasi... • Penulisan sebelumnya menunjukkan bahwa.... (Agyepong,
1992) Tulisan oleh dua penulis Apabila terdapat dua penulis, kedua nama penulis harus selalu dicantumkan. Contoh:
• Espino and Manderson (2000) dalam suatu studi di Filipina menemukan ...
• Studi di Filipina (Espino & Manderson, 2000)... Apabila terdapat lebih dari dua penulis, cantumkan nama belakang penulis pertama saja ditambah et a, (kata et al. dicetak miring) Contoh:
• Aikins, et al. (1993) menyatakan... • Penulisan sebelumnya menunjukkan bahwa.... (Aikins et al.,
1993) Institusi sebagai penulis Pertama kali dirujuk dalam teks:
• Departemen Kesehatan (Depkes) (1993)... • Hasil survei kesehatan di Indonesia ... (Departemen Kesehatan
[Depkes], 1991) • Selanjutnya: • Depkes (1993)... • Hasil survei kesehatan di Indonesia... (Depkes, 1993)
Dalam daftar pustaka (iihat Petunujuk Penulisan Referensi Dalam DaftarPustaka): Departemen Kesehatan (1993)
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 19
Apabila terdapat dua atau Iebih tulisan oleh penulis yang sama, dan merupakan sumber dari paragraf yang sama, bila ...
1) dipublikasikan pada tahun yang sama, maka ditambahkan huruf kecil (a,b,c, ...) sebagai tanda. Cara penulisan referensi dalam Daftar Pustaka mengikuti
2) Dua penulisan oleh Agyepong di Manila menunjukkan... (Agyepong 1992a,b)
Dipublikasikan pada tahun yang berbeda, maka dicantumkan tahun publikasinya secara berurutan :
• Bloggs (1992,1994) dalam teorinya mengatakan ... Penulisan sebelumnya (Edeline & Weinberger, 1991,1993)
Apabila terdapat 2 atau Iebih referensi oleh dua penulis, maka dalam teks penulisanhya dipisahkan oleh tanda titik koma. Contoh: (Espino & Manderson, 2000; Lipowsky et al., 1992; Miguel et al.. 1999; Mwenesi et al., 1995; Snow et al., 1992). Penulis dengan nama belakang yang sama Apabila nama belakang penufisnya sama, maka cantumkan inisialnya dengan lengkap pada seluruh sitasi di teks. Contoh: R.D. Luce (1959) and P.A. Luce (1986) meneliti... J.M. Goldberg and Neff (1961) dan M.E. Goldberg and Wurtz (1972) meneliti .... Bila mensitasi suatu tulisan yang merupakan bagian dari suatu buku atau kumpulan tulisan. Nama penulis bagian tersebut yang dicantumkan, dan bukan nama editor seluruh buku.
Seperti pernyataan Race (1999).... Dalam Daftar Pustaka akan ditulis sebagai:
Race, P. (1999) Why assess innovativeiy? In: S. Brown and A. Glasner, eds. Assessment matters in higher education. Buckingham: Open University, 57‐70.
Diversitas etnis dan kebudayaan merupakan bagian dari hidup kita (Bushy, 1996).
Dalam Daftar Pustaka akan ditulis sebagai:
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 20
Bushy, A. (1996) Cultural and ethnic diversity: cultural compe‐tence. In: J.V Hickey, R.M. Ouimette, and S. LVenegoni. Advanced practice nursing: changing roles and clinical applications. Philadelphia: Lippincott, 91‐106.
Cara mengutip bagian dari suatu teks (kutipan langsung atau kuotasi)
Kuotasi atau kutipan langsung adalah mengutip suatu sumber dengan kata dan kalimat yang sama dengan asiinya. Setiap kutipan langsung harus ditulis dengan didahului dan ditutup dengan dua tanda petik. Contoh: Seperti apa yang dikemukakan oleh Banner, " intuisi tidak sama dengan mistik karena intuisi hanya terjadi bila telah ada latar belakang pengetahuan yang dalam sebelumnya" (Banner, 1994) Mengutip langsung paragraf/kalimat suatu artikel lain tanpa menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan kutipan langsung atau kuotasi dapat dianggap sebagai plagiarism.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 21
PENULISAN REFERENSI DALAM DAFTAR PUSTAKA MENURUT SISTEM HARVARD SUSUNAN/URUTAN Penulisan referensi/bibliografi menurut sistem Harvard ini harus disusun dengan urutan tertentu dan dengan format dan tanda baca standar.
1. Pustaka disusun secara alfabetis menurut nama belakang penulis. Untuk menjaga konsistensi dalam penulisan referensi, nama penulis dimulai dari nama paling belakang dilanjutkan dengan singkatan nama di depannya. Contoh: Aggleton, P. and Chlamers, H. (2000)..... Health Education Authority (1993).....
2. Untuk menjaga konsistensi dalam penulisan referensi, nama penulis dimulai dari nama paling belakang dilanjutkan dengan singkatan nama di depannya.
3. Penulisan editor atau editors, disingkat menjadi "ed” atau "eds".
4. Dalam penulisan referensi, tanda "&" juga boleh dipergunakan untuk menuliskan nama‐nama penulis, dan penggunaan tersebut harus konsisten (Leeds Metropolitan University, 2004).
Bila mengutip beberapa tulisan dari satu penulis, pustaka disusun secara kronoiogis berdasarkan tahun terbitnya, atau dengan tambahan huruf (misalnya 1993a, 1993b), bila beberapa tulisan dari penulis yang sama telah diterbitkan pada tahun yang sama. Contoh: Bloggs, J. (1992)..... Bloggs.J. (1993a)..... Bloggs, J. (1993b)..... Dalam teks juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut: .....(Bloggs, 1992) .....(Bloggs, 1993a) .....(Bloggs, 1993b)
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 22
Format penulisan referensi/bibliografi dalam daftar pustaka menurut sistem Harvard dikelompokkan ke dalam referensi yang ber‐asal dari buku dan monograf lainnya, artikel‐artikel yang dipublikasikan, naskah‐naskah yang tidak dipublikasikan serta naskah‐naskah dalam media elektronik (Inter Comm of Med J Editors, 2005). Buku dan Monograf Lainnya a. Buku Secara garis besar, penuiisan referensi yang bersumber dari buku, perlu mencantumkan:
1. Nama‐nama penulis, editor, penyusun atau institusi yang bertanggung jawab
2. Tahun buku tersebut dipublikasikan 3. Judul buku dan sub judui bila ada (semua judul ditulis
dengan cetak tebal atau di beri garis bawah atau ditulis dengan huruf italic, harus konsisten)
4. Seri buku tersebut atau volume buku bila ada Edisi 5. Penerbit 6. Tempat diterbitkan 7. Halaman buku yang digunakan sebagai referensi, bila
ter‐sedia (Cybrary, 2004). • Satu Penults
Contoh: Berkman, R.i. (1994) Find it fast: how to uncover expert information on any subject. New York: Harper Perennial.
• Dua Penulis atau hebih Contoh: Moir, A. & Jesse!, D. (1991) Brain sex: the real difference between men and women. London: Mandarin. Cheek, J., Doskatsch, I., Hill, P. & Walsh, L (1995) Finding out: information literacy for the 21st century. South Melbourne: MacMilian Education Australia.
• Editor atau Penyusun Sebagai Penulis Contoh: Spence.B. ed. (1993) Secondary school management in the 1990s: challenge and change. Aspects of Education Series, 48. London: Independent Publishers.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 23
Robinson, W.F. & Huxtable, C.R.R. eds. (1998) Clinicopathologic principles for veterinary medicine. Cambridge: Cambridge University Press.
• Penulis dan Editor Contoh: Breedlove, G.K. & Schorfheide, A.M. (2001) Adolescent pregnancy. 2nd ed. Wieczorek, R.R. ed. White Plains (NY): March of Dimes Education Services.
• Institusi, Perusahaan atau Organisasi Sebagai Penults Contoh: UNESCO (1993) General information programme and UNISIST. Paris: Unesco, PGI‐93/WS/22 Health Education Authority (1992) A philosophy for midwifery. London: RCM.
• Kamus Contoh: The Oxford English dictionary. (1989) vol. 5, 2Rd ad. Oxford: Clarendon.
h. Karya tulis ilmiah atau Disertasi
Referensi yang bersumber dari karya tulis ilmiah atau disertasi perlu mencantumkan nama penulisan, tahun publikasi, judu! karya tulis ilmiah atau disertasi, tujuan dan tipe, serta nama institusi pemberi gelar tersebut. Contoh: Page, S. (1999) Information technology impact: a survey of leading UK companies. MPhil.thesis, Leeds Metropolitan University. istiadjid, M. (2004) Korelasi defisiensi asam folat dengan kadar transforming growth factor‐^ 1 dan insulin‐like growth factor‐l dalam serum induk dan tulang kepala janin tikus. Disertasi, Universitas Airlangga.
i. Paten Referensi yang bersumber pada paten perlu mencantumkan nama pemilik paten, tahun publikasi, judul paten, nomor seri paten termasuk tanggal lengkap dikeluarkannya paten. Contoh: Philip Morris Inc. (1981) Optical perforating apparatus and system. European patent application 0021165A1.1981‐01‐07.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 24
• Artikel Artikel Jumal Secara garis besar, penulisan referensi yang bersumber dari artikel, perlu mencantumkan: 1) Nama penulis artikel 2) Tahun dipublikasikan 3) Judul artikel 4) Judul jumal (ditulis dengan cetak tebal atau garis bawah atau
huruf italic) 5) Volume dan nomor jurnal 6) Nomor halaman jurnal yang memuat artikel yang dijadikan
sumber referensi (Cybrary, 2004). • Artikel Jurnal Standar
Untuk artikel yang ditulis oleh lebih dari 3 orang, semua nama penulis harus dicantumkan dalam referensi, tidak boleh disingkat dengan et al. atau dkk. Penggunaan et al. atau dkk hanya boleh dilakukan dalam mensitasi tuiisan tersebut dalam naskah yang ditulis (Leeds Metropolitan University, 2004). Contoh: Bennett, H., Gunter, H. & Reid, S. (1996) Through a glass darkly: images of appraisal. Journal of Teacher Development, 5 (3) October, pp. 39‐46.
• Organisasi atau Institusi Sebagai Penults Contoh: Diabetes Prevention Program Research Group. (2002) Hypertension, insulin, and proinsulin in participants with impaired glucose tolerance. Hypertension, 40 (5), pp. 679‐86.
• Tidak Ada Nama Penults Contoh: How dangerous is obesity? (1977) British Medical Journal, No. 6069, 28 April, p. 1115.
• Volume dengan Suplemen Contoh: Geraud, G., Spierings, E.L, & Keywood, C. (2002) Tolerability and safety of frovatriptan with short ‐ and long ‐ term use for treatment
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 25
of migraine and in comparison with sumatriptan. Headache, 42 Suppl 2, S93‐9.
• Volume dengan Bagian Contoh: Abend, S.M. & Kulish, N. (2002) The psychoanalytic method from an epistemological viewpoint. IntJ Psychoanal, 83 (Pt 2), pp. 491‐5.
b. Artikel Koran Contoh: Sadli, M. (2005) Akan timbul krisis atau resesi?. Kompas, 9 November, hal. 6.
c. Artikel Audio‐Visual (Rim 35mm, Program Teievrsi, Rekaman, Siaran Radio, V1DEOCASETTE, VCD atau DVD) Contoh: Now voyager.(Film 35mm). (1942) Directed by Irving Rapper. New York: Warner. Now wash your hands. (Videocasette). (1996). Southampton: University of Southampton, Teaching Support & Media Services.
Naskah‐naskah dalam Media Elektronik a. Buku‐buku Elektronik (e‐Books)
Contoh: Dronke, P. (1968) Medieval Latin and the rise of European love‐/yric[lnternet]. Oxford: Oxford University Press. Available from: netLibrary<http://www.netLibrary.com/urlapi.asp?action= summary &v=1&bookid=22981 > [Accessed 6 March 2001]
b. Artike! Jurna! Elektronik Contoh: Cotter, J. (1999) Asset revelations and debt contracting. Abacus [Internet], October, 35 (5) pp. 268‐285. Available from: <Error! Hyperlink reference not valid.> [Accessed 19 November 2001].
c. Web pages Contoh: Rowett, S. (1998) Higher Education for capability: autonomous learning for life and work [Internet], Higher Education for Capabili‐ty. Available from: <http://www.ile.mdx.ac.uk/hec/about.htm> [Accessed 8 August 2000].
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 26
e. CD‐ROM Contoh: Picardie, J. (1998) I can never say goddbye. The Observer [CD‐ROM], 20 September, 1. Available from: The Guardian and Observer on CD‐ROM. [Accessed 16 June 2000]. Royal Institute of British Architects (1998) Architecture and Design Illustrated. London: RIBA [CD‐ROM].
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 27
BAGIAN II TEKNIK PRESENTASI UNTUK AKADEMIK TUJUAN
Menyampaikan hasil penulisan kepada audience. Seminar ini bertujuan menyampaikan hasil penulisan dan mahasiswa menerima umpan balik dari audience sebagai bagian dari kegiatan Ujian Akhir Program D III Kebidanan .
PERSIAPAN 1. Siapa audience
Dewan penguji. 2. Apa yang akan disampaikan?
Materi yang disampaikan dapat berupa hasil penulisan. 3. Kapan disampaikan?
Jadwal presentasi disesuaikan dengan jadual ujian. 4. Di mana disampaikan?
Presentasi disampaikan di lingkungan jurusan kebidanan bandung. 5. Bagaimana menyampaikan?
Presentasi dapat disampaikan dengan duduk atau berdiri ter‐gantung besar ruangan yang disediakan.
6. Berapa waktu yang disediakan? Waktu yang disediakan untuk adalah presentasi 15 menit, delanjutkan dengan Tanya jawab dari para penguji.
STRATEGI MEMPERSIAPKAN 1. Materi
a. Sistematika Bab I sampai dengan Bab V sesuai dengan aturan. b. Tayangan berupa pointers. c. Menyiapkan catatan kecil. d. Membawa literatur/referensi pendukung. e. Jika penulisan menghasilkan produk kasat mata, silahkan
dibawa. f. Menyiapkan data kasar.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 28
2. Powerpoint a. Powerpoint sesuai dengan aturan. b. Ukuran huruf (28) dan jenis huruf (Arial) atau mudah di baca. c. Pemakaian gambar atau animasi disesuaikan dengan tema. d. Setiap tampilan pada layar tidak lebih dari 8 baris. e. Sebaiknya sederhana dan tidak terlalu ramai. f. Warna antara huruf dan latar belakang sebaiknya kontras. g. Jumlah tampilan powerpoint tidak melebihi 30 tampilan dan
disesuaikan dengan waktu yang disampaikan (15 menit).
3. Multimedia a. Latihan mengoperasikan komputer dan LCD. b. Latihan mengoperasikan powerpoint. c. Pertimbangkan waktu untuk mempersiapkan multimedia.
5. Keterampilan Verbal
a. Volume suara b. Kejelasan artikulasi. c. Irama berbicara tidak terialu cepat. d. Aksentuasi (penekanan) pada hal‐hal yang penting.
6. Keterampilan Nonverbal a. Tubuh condong ke depan. b. Posisi duduk atau berdiri menghadap audience. c. Kontak mata. d. Penampilan rileks. e. Penggunaan gerak tubuh sesuai dengan kebutuhan.
7. Penampilan a. Pakailah baju yang rapi dan rapi (seragam dan almamater
Poltekkes Bandung). b. Ekspresi wajah positif.
MENGELOLA PRESENTASI 1. Latihan.
a. Berlatihlah presentasi di depan kaca. b. Berlatihlah presentasi di depan teman‐teman dan mintalah
masukan. c. Rekamlah presentasi anda, dengarkan dan cermati kelebihan
maupun kelemahannya.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 29
2. Hafalkan kata‐kata awal/pembukaan. 3. Periksa materi terutama aiur penyajian. 4. Antisipasi pertanyaan. 5. Pilihlah baju yang nyaman. 6. Cobalah menjadi audience. 7. Ambil napas panjang sebelum memuiai. 8. Terima stress sebagai tenaga. 9. Gunakan gaya anda STRATEGI MENJAWAB PERTANYAAN 1. Mendengarkan secara aktif semua pertanyaan atau pernyataan. 2. Mengucapkan terima kasih atas pertanyaan atau komentarnya. 3. Jika anda tidak dapat menjawab, maka katakan sejujurnya anda
tidak mengetahui dan mintalah masukan. 4. Biarkan penguji menyelesaikan pertanyaan atau pernyataannya,
dan jawablah setelah penguji selesai berbicara. STRATEGI MENANGANI RASA CEMAS 1. Berlatihlah presentasi beberapa kali sebelum hari H. 2. Datanglah 30 menit sebelum presentasi dimulai. 3. Fantasikan berbagai hal yang menyenangkan. 4. Apabila ada rasa takut/cemas ketika melihat audience, maka
lhatlah di atas kepala audience. 5. Tarik napas panjang sebanyak 3 kali secara perlahan‐ahan dan
rasakan alur oksigen yang ada di dalam tubuh. 6. Minum air putih untuk menenangkan rasa cemas.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 30
BAGIAN IV FORMAT PENGETIKAN KARYA TULIS ILMIAH Masing‐masing bagian dalam proposal dan karya tulis ilmiah diuraikan sebagai berikut. JUDUL DAN LEMBAR PERSETUJUAN
1) Halaman judul memuat: judul, maksud usulan penulisan, lambang Poltekkes, nama dan nomor mahasiswa, institusi yang dituju, dan waktu pengajuan. Contoh halaman judul dapat dilihat pada lampiran 1.
2) Halaman persetujuan berisi tanda tangan dan tanggal persetujuan oleh pembimbing karya tulis ilmiah. Contoh halaman persetujuan terdapat pada lampiran
DAFTAR ISI, PERNYATAAN DAN KATA PENGANTAR
1) Daftar isi merupakan daftar yang menunjukkan isi bagian‐bagian dalam karya tulis ilmiah maupun sub‐sub bagiannya beserta nomor halamannya.
2) Daftar tabel dan grafik tidak selalu harus ada dalam karya tulis ilmiah, tergantung dari banyaknya tabel dan grafik yang ada. Memuat judul tabel dan nomor halamannya.
3) Halaman pernyataan berisi pernyataan bahwa isi karya tulis ilmiah ini bukan merupakan karya peneiiti lain dan tidak mengambii dari karya penulisan lain. Contoh pernyataan terdapat pada lampiran
4) Kata pengantar merupakan ungkapan yang tulus dari peneiiti dan mencakup uraian refieksi peneiiti terhadap keseluruhan proses penulisan yang dilaiui, manfaat karya tulis ilmiah dan apresiasi terhadap pihak‐pihak yang mempunyai kontribusi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah (termasuk responden penulisan).
JUDUL, ABSTRAK DAN KATA KUNCI 1) Judul karya tulis ilmiah adalah bagian yang pertama kali dilihat oleh
pembaca (kolega, pembimbing akademik, pembimbing karya tulis ilmiah, penguji, pembaca makalah, penelusur artikel, dan yang lainnya). Oleh karenanya judul harus menarik. Menurut Hall (1994), judul harus memberikan gambaran mengenai keseluruhan yang
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 31
tercakup dalam karya tulis ilmiah ("what the paper is all about"), ditulis sesingkat mungkin dan membuat pembaca tertarik.
2) Bagian kedua yang paling sering dibaca setelah judul adalah abstrak. Abstrak merupakan ringkasan karya tulis ilmiah atau naskah publikasi yang ditulis dalam 200‐250 kata. Abstrak berisi informasi mengenai mengapa dilakukan penulisan, apa yang dilakukan, bagaimana hasil dan simpulannya. Agar penulisan abstrak mencakup seluruh informasi tersebut, maka digunakan format structured abstract (Hall, 1994), dengan sub‐sub judul sebagai berikut: a. Latar belakang (Background) b. Metode (Methods) c. Hasil (Results) d. Simpulan (Conclusion) e. Abstrak proposal penulisan tidak mencakup sub‐judul hasil
dan simpulan. 3) Jumlah kata kunci dibatasi 5‐10 kata atau frase. Kata kunci adalah
kata yang nantinya akan dipergunakan oleh penulis lain untuk menelusuri referensi (dan menemukan hasil penulisan Anda!). Kata kunci dapat terdiri dari topik penulisan, metode yang digunakan dan setting penulisan. Sebagai pedoman untuk me‐nyusun kata kunci, dapat merujuk ke National Library of Medicine (1999).
DAFTAR PUSTAKA 1) Daftar pustaka mencerminkan kemampuan penelusuran kepusta‐
kaan dan wawasan penulis terhadap literatur yang berisi teori, konsep ataupun penulisan‐penulisan lain yang telah dilakukan sebelumnya.
2) Referensi dalam daftar pustaka diharapkan berisi literatur yang paling mutakhir dan mengutamakan referensi berupa hasil‐hasil penulisan. Referensi yang bersifat umum, seperti halnya buku‐buku metode penulisan atau statistik, tidak perlu dicantumkan
3) kecuali apabila menggunakan suatu metode atau pengujian yang jarang dipergunakan. Referensi terutama digunakan untuk me‐nyusun tinjauan pustaka (Bab II) dan pembahasan (bagian dalam Bab IV).
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 32
4) Seluruh referensi yang digunakan dalam teks harus tertulis dalam daftar pustaka. Sebaliknya, seluruh referensi yang ada dalam daftar pustaka harus pula digunakan atau dirujuk dalam teks. Referensi yang hanya dibaca oleh penulis namun'tidak dirujuk dalam teks tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.
5) Isi utama lampiran adalah alat ukur penulisan, serta informasi penunjang lain untuk mendukung data yang disajikan pada karya tulis ilmiah. Hasil analisis data (misalnya tabulasi statistik ataupun anaisis transkrip) dapat dipertimbangkan untuk dilampirkan dalam naskah seminar hasil, akan tetapi tidak diperlukan dalam naskah ujian karya tulis ilmiah.
FORMAT PENGETIKAN KARYA TULIS ILMIAH Format pengetikan karya tulis ilmiah, meliputi: bahan dan ukuran, pengetikan, penomoran, daftar dan gambar, dan penulisan nama. BAHAN DAN UKURAN 1. Naskah disusun di atas kertas HVS 80 g/m2 dan tidak dicetak bolak
balik. Ukuran naskah iaiah 21 cm x 28 cm. 2. Sampul dibuat dari kertas Buffalo atau yang sejenis, berwarna biru
muda. Tulisan yang tercetak pada sampul sama dengan yang terdapat pada halaman judul.
PENGETIKAN 1. Jenis huruf yang digunakan adalah times new roman ukuran 12 dan
untuk seluruh naskah digunakan jenis huruf yang sama. 2. Spasi yang digunakan untuk teks dalam naskah karya tulis ilmiah
adalah 2 spasi dan 1 spasi untuk teks yang digunakan dalam abstrak. Spasi untuk tabel dan paragraf kuotasi yang digunakan adalah 1 spasi.
3. Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat yang harus ditulis dengan lengkap. Angka desimal ditandai dengan koma, kecuali apabila naskah karya tulis ilmiah ditulis dalam bahasa Inggris. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik di belakangnya. Misalnya kg, gr, cal dan sebagainya. Batas tepi pengetikan diatur dari tepi kertas adalah sebagai berikut: a. Tepi atas dan tepi kiri: 4 cm
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 33
b. Tepi bawah dan tepi kanan: 3 cm. 4. Alinea baru dimulai dari ketika yang ke‐6 dari batas tepi kiri, dan
tidak ada tambahan spasi antara akhir paragraf dan awal paragraf berikut. Awal kalimat harus menggunakan huruf besar. Bilangan, Iambar yang memulai suatu kalimat harus ditulis dengan lengkap. Misal: Sepuluh penyakit terbanyak.
5. Penulisan judul, sub judul, dan anak sub judul seluruhnya tanpa diakhiri dengan titik. Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), dan diatur supaya simetris dengan jarak 4 cm dari tepi atas. Sub judul ditulis simetris di tengah, seluruh kata dimulai dengan huruf besar, kecuali kata penghubung dan kata depan, dan seluruhnya diberi garis bawah. Anak sub judul diketik mulai dari batas kiri dan diberi garis bawah, dengan huruf pertama dengan huruf besar. Kalimat pertama dimulai dengan alinea baru. Penulisan sub anak sub judul dimulai dari ketika ke‐6 diikuti dengan titik dan diberi garis bawah. Kalimat pertama diketikkan setelah sub anak sub judul dalam baris yang sama. Apabila dalam penulisan naskah terdapat rincian ke bawah, gunakan nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat rincian. Penggunaan tanda baca (misalnya penghubung) atau simbol lainnya tidak diperkenankan.
PENOMORAN 1. Penomoran halaman judul hingga abstrak ditulis dalam angka romawi kecil. Sedangkan bagian‐bagian lainnya ditulis dengan angka arab. 2. Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali pada halaman yang ada judul atau bab pada bagian atas halaman tersebut yang penomorannya diletakkan pada bagian kanan bawah. Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas atau tepi bawah. 3. Penomoran tabel dan gambar menggunakan angka arab. 4. Penomoran judul:
I. II. III.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 34
A. B. C. 1. 2.
3. a. b. c.
PENYAJIAN TABEL 1. Judul tabel diletakkan di atas tabel secara simetris tanpa diakhiri
dengan titik, dan pada halaman yang sama. Penulisan judul tabel harus sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh pembaca sekalipun judul beserta tabelnya dipisahkan dari teks {self‐explanatory).
2. Tabel diletakkan secara simetris. Tabel dapat pula dicetak memanjang (landscape) dengan judul tabel dimulai terletak pada sisi kertas yang dijilid.
3. Seluruh kolom dalam tabel harus diberi judul dan batas yang tegas. 4. Pada tabel, garis paling atas dan paling bawah diberi batas yang
tegas.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 35
Contoh 1 : COVER KTI
PENATALAKSANAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM
RAHIM POST PLASENTA DARI BERBAGAI
STUDI LITERATUR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan Pada Jurusan Kebidanan Bandung
Disusun oleh : RATNA KUSUMANINGRUM NIM : P.173256134149
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2013
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 36
Lampiran 3 : COVER LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM POST PLASENTA DARI BERBAGAI
STUDI LITERATUR
Disusun oleh : RATNA KUSUMANINGRUM NIM : P.173256134149
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 16 April 2011
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji
.......................................... NIP ....................
Aggota Penguji
....................................... NIP .................
........................................... NIP .....................
Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Bandung
.................................................. NIP. ...........................
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 37
Lampiran 3 : COVER LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
…………………(judul KTI)…….…………………… ………………………………………………..
…………………………….
Disusun oleh : ................................................
NIM : P.17....................
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal ............................
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing (Ketua Penguji)
.............................................. NIP ..............................
Aggota Penguji
........................................................ NIP ..................................
........................................................
NIP ...................................
MengetahuiKetua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Bandung
...................................................... NIP. ................................
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 38
Lampiran : Contoh FORMAT LAPORAN STUDI KASUS KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRANABSTRAK BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan D. Manfaat E. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah Pustaka
1. Definisi 2. Tanda dan gejala 3. Patofisiologi
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Kebidanan Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASANA. Kasus (pendekatan manajemen kebidanan)B. Pembahasan
BAB IV SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 39
CATATAN:
1. Kasus yang dapat dijadikan bahan KTI (sesuai kompetensi dan lingkup praktik bidan)
2. Minimal kunjungan pembimbing thd asuhan (KTI) mahasiswa minimal 2 kali
3. Pelaksanaan KTi berbarengan dengan PKK III sehingga untuk mengambil topic KTI sebaiknya mengunakan sumber belajar yang ada di lahan PKK III.
4. Pengajuan topic kepada pembimbing berdasarkan konsep teori dan kemungkinan kasus ditemukan di lapangan (diharapkan sesuai lahan PKK III) Dengan draft bab I dan II topic yang akan diambil
5. Kasus : asuhan normal atau komplikasi 6. Carilah kasus yang dimungkinan utk follow up (missal ibu tidak
akan pindah domisili), jika ibu pindah/tjd hal hal lain, maka mahasiswa dapat melanjutkan bab I dan II, bab III ganti pasien.
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 40
Lampiran : Contoh FORMAT LAPORAN PROGRAM INOVASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRANABSTRAK BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan D. Manfaat E. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah PustakaB. Tinjauan Teoritis sesuai variabel
BAB III HASIL INOVASI DAN PEMBAHASANA. Program inovasi:
- Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi
B. Pembahasan :
BAB IV SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 41
Lampiran : Contoh FORMAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRANABSTRAK BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan D. Manfaat E. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah PustakaB. Kerangka Konsep C. Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIANB. Jenis dan Desain PenelitianC. Prosedur Penelitian D. Populasi dan sampel E. Metode Pengumpulan data F. Definisi Operasional G. Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian B. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARANC. Simpulan D. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pedoman Penyusunan KTI 2013 Page 42
Lampiran : Contoh FORMAT LAPORAN STUDI LITERATUR KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRANABSTRAK BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan D. Manfaat E. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
- Pro - Kontra - Why
BAB IV SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN STUDI LITERATUR
1. Melampirkan jurnal telaahan minimal 5 jurnal sistematis (bukan artikel/catatan lepas/blog) ditambahan buku buku sumber lainnyasesuai topic.