Pedoman Penetapan Premi JPKM

39
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pemerintah sebagai pembina perlu mengembangkan dan mendorong upaya masyarakat dalam menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dapat dilakukan secara pra–upaya, berasaskan bersama dan kekeluargaan. Kendali biaya disamping kendali mutu merupakan filosofi dari program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dalam rangka mewujudkan efisiensi dan efektifitas pemeliharaan kesehatan masyarakat. Penerapan kendali biaya dalam program JPKM diwujudkan dengan pembiayaan pra-upaya untuk pemeliharaan kesehatan melalui pembayaran premi atau iuran JKPM oleh masyarakat didasarkan pada perhitungan aktuarial. Secara umum, premi JPKM sekurang-kurangnya harus memenuhi tiga asas dasar yaitu : kecukupan, kelayakan dan keadilan. Asas kecukupan berarti bahwa iuran atau premi yang ditarik dari masyarakat harus cukup untuk menutupi biaya pemeliharaan kesehatan dan biaya pengelolaan untuk periode yang bersangkutan. Asas kelayakan berarti bahwa tingkat iuran atau premi harus dapat diterima dan ditanggung oleh masyuarakat, sesuai dengan kemampuan keuangan dan risiko kesehatan yang dihadapinya. Asas keadilan diperlukan agar iuran atau premi dari program jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dibebankan kepada anggota masyarakat atau kelompok masyarakat dengan adil. Ketiga azas di atas hendaknya dipertimbangkan untuk pengembangan JPKM di suatu wilayah terutama dalam penetapan premi dasar. Sebagai suatu pedoman, buku ini merupakan alat bantu yang fleksibel dan dapat dilakukan penyesuaian untuk mengakomodasi kondisi-kondisi wilayah yang mungkin kurang sesuai dengan asumsi-asumsi yang ditetapkan dalam pedoman ini. Namun demikian, penyesuaian yang dilakukan agar tetap mengikuti prinsip- prinsip perhitungan premi dalam pedoman ini. Dalam rangka itu perlu ditetapkan pedoman penetapan dan koleksi premi atau iuran JPKM untuk dapat digunakan baik bagi pembinaan maupun penyelenggaraan JPKM. 2. Tujuan Dengan menggunakan buku pedoman ini diharapkan dapat dihasilkan : 1) Kesemaan cara perhitungan premi JPKM; 2) Ditetapkannya tingkat premi untuk paket dasar JPKM yang wajar untuk suatu wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota dalam kurun waktu tertentu; 3) Dipilihnya metoda koleksi premi yang efektif dan efesien;

Transcript of Pedoman Penetapan Premi JPKM

Page 1: Pedoman Penetapan Premi JPKM

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemerintah sebagai pembina perlu mengembangkan dan mendorong upaya masyarakat dalam menyelenggarakanupaya pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dapat dilakukan secara pra–upaya, berasaskan bersama dankekeluargaan.

Kendali biaya disamping kendali mutu merupakan filosofi dari program Jaminan Pemeliharaan KesehatanMasyarakat (JPKM) dalam rangka mewujudkan efisiensi dan efektifitas pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Penerapan kendali biaya dalam program JPKM diwujudkan dengan pembiayaan pra-upaya untuk pemeliharaankesehatan melalui pembayaran premi atau iuran JKPM oleh masyarakat didasarkan pada perhitungan aktuarial.

Secara umum, premi JPKM sekurang-kurangnya harus memenuhi tiga asas dasar yaitu : kecukupan, kelayakan dankeadilan. Asas kecukupan berarti bahwa iuran atau premi yang ditarik dari masyarakat harus cukup untuk menutupibiaya pemeliharaan kesehatan dan biaya pengelolaan untuk periode yang bersangkutan. Asas kelayakan berartibahwa tingkat iuran atau premi harus dapat diterima dan ditanggung oleh masyuarakat, sesuai dengankemampuan keuangan dan risiko kesehatan yang dihadapinya. Asas keadilan diperlukan agar iuran atau premi dariprogram jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dibebankan kepada anggota masyarakat atau kelompokmasyarakat dengan adil.

Ketiga azas di atas hendaknya dipertimbangkan untuk pengembangan JPKM di suatu wilayah terutama dalampenetapan premi dasar. Sebagai suatu pedoman, buku ini merupakan alat bantu yang fleksibel dan dapat dilakukanpenyesuaian untuk mengakomodasi kondisi-kondisi wilayah yang mungkin kurang sesuai dengan asumsi-asumsiyang ditetapkan dalam pedoman ini. Namun demikian, penyesuaian yang dilakukan agar tetap mengikuti prinsip-prinsip perhitungan premi dalam pedoman ini. Dalam rangka itu perlu ditetapkan pedoman penetapan dan koleksipremi atau iuran JPKM untuk dapat digunakan baik bagi pembinaan maupun penyelenggaraan JPKM.

2. TujuanDengan menggunakan buku pedoman ini diharapkan dapat dihasilkan :1) Kesemaan cara perhitungan premi JPKM;2) Ditetapkannya tingkat premi untuk paket dasar JPKM yang wajar untuk suatu wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota

dalam kurun waktu tertentu;3) Dipilihnya metoda koleksi premi yang efektif dan efesien;

Page 2: Pedoman Penetapan Premi JPKM

B A B IIKEBIJAKAN

1. Arah Pengembangan JPKM

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan tarafkesehatan masyarakat dengan menjaga mutu pelayanan dan mengendalikan biaya pelayanan sehingga tidakmenghambat akses masyarakat. Pada hakekatnya JPKM adalah sistem pemeliharaan kesehatan yang memadukanpenataan subsistem pelayanan dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Karena itu dalam JPKM perlu dirumuskanketerlibatan masyarakat untuk membiayai dengan iuran dimuka, keterlibatan pihak ketiga sebagai badanpenyelenggara yang bertanggung jawab mengelola iuran secara efesien, keterlibatan sarana pelayanan kesehatanuntuk melaksanakan layanan bermutu namun ekonomi (cost-effectiveness) dengan pembayaran praupaya, danketerlibatan pemerintah sebagai badan pembina yang mengarahkan hubungan saling menguntungkan antar pelakuJPKM tersebut.

Arah pengembangan JPKM mengacu kepada strategi yang ditetapkan sebagai berikut :1) JPKM merupakan jaminan kesehatan yang terpilih seperti tercantum dalam pasal 1 undang-undang Nomor 23

tahun 1992 tentang kesehatan.2) JPKM ditetapkan sebagai salah satu dari empat pilar strategi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010.3) Makin luas cakupan penduduk yang terjamin kesehatannya dengan sistem praupaya akan terpenuhi aspek

“Fairness in health financing“ yang kini ditetapkan WHO sebagai salah satu indikator keberhasilanpembangunan kesehatan suatu negara.

4) Menyadari manfaat JPKM, terutama dalam rangka mengatasi kesulitan dana yang muncul sebagai akibatberlangsungnya krisis moneter maka pemerintah telah menetapkan perlunya menpercepat program JPKM yangtelah dinyatakan sebagai salah satu strategi yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

5) Perkembangan JPKM dengan kepesertaan yang bersifat aktif/sukarela cakupannya rendah, sehinggadiupayakan dengan Rancangan Undang-Undang JPKM menuju kepesertaan JPKM semesta.

2. Operasionalisasi JPKM

A. Pelaku JPKM

Penyelenggaraan JPKM memerlukan keterlibatan dan peran para pelaku JPKM yang terdiri atas Peserta, PemberiPelayanan kesehatan ( PPK ), Badan Penyelenggara ( Bapel ) JPKM dan Badan Pembina ( Bapim ) JPKM.

1. Peserta JPKMAdalah setiap orang yang mendaftarkan diri menjadi peserta JPKM. Peserta JPKM dapat berupa kelompokmasyarakat, kelompok karyawan, perajin, nelayan, dan sebagainya yang sepakat menjadi peserta JPKM. Pesertasecara berkelompok akan lebih baik karena akan memudahkan dan mempunyai kekuatan dari segi pengaturanbesar iuran dan efisiensi pelayanan.

2. Badan Penyelenggara ( Bapel ) JPKMMerupakan suatu Badan Hukum yang memiliki izin operasional dari Menteri kesehatan untuk menyelenggarakantriasmanajemen JPKM, yaitu : Manajemen Kepesertaan, Manajemen Pemeliharaan Kesehatan, dan ManajemenKeuangan.

3. Pemberian Pelayanan Kesehatan ( PPK )Adalah pemberi pelayanan kesehatan yang dikontrak oleh Bapel JPKM untuk melayani peserta JPKM, PPK terdiriatasPuskesmas, RS pemerintah/swasta, dokter, bidan praktek swasta, dan fasilitas kesehatan lainnya.

4. Badan Pembinaan ( Bapim ) JPKMAdalah badan pemerintah yang melaksanakan fungsi pembinaan, pengembangan dan pendorongan sepertidiatur dalam pasal 66 ayat 1 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Anggota Bapim JPKM terdiriatas wakilpemerintah.

B. Hak dan Kewajiban Pelaku JPKM

Masing-masing pelaku JPKM mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, sebagai berikut :1) Peserta JPKM wajib membayar iuran kepada Bapel JPKM dan berhak mendapatkan paket pemeliharaan

kesehatan sesuai ketentuan.2) Badan Penyelenggara ( Bapel ) JPKM wajib menyelenggarakan JPKM sesuai ketentuan yang berlaku

berdasarkan izin operasional yang diberikan dan berhak memperoleh imbalan atas jasa penyelenggaranJPKM.

3) Pemberian Pelayanan Kesehatan ( PPK ) wajib memberikan jasa pelayanan kepada peserta sesuai ketentuandan berhak mendapatkan pembayaran praupaya dari Bapel JPKM.

4) Badan Pembinan ( Bapim ) JPKM wajib mengembangkan, membina dan mendorong (termasuk mengawasi)penyelenggaraan JPKM dan berhak memperoleh semua data dan informasi yang berkaitan denganpenyelenggaraan JPKM diwilayah kerjanya.

Page 3: Pedoman Penetapan Premi JPKM

C. Landasan Hukum

Pembinaan dan penyelenggaran JPKM dilandasi oleh landasan hukum baik yang langsung berhubungan denganJPKM maupun yang tidak langsung dapat menunjang JPKM sebagai berikut :

a) Produk hukum dalam pengembangan JPKM

1) Penyelenggaraan JPKM berlandaskan pada Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan yangdinyatakan oleh pasal 1 no 15 yaitu :“Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatanyang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan denganmutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya“. Dinyatakan pula oleh pasal 66ayat 1 undang-undang ini bahwa “ Pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong JPKM sebagailandasan bagi setiap upaya pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya secara pra-upaya berasaskanusaha bersama dan kekeluargaan“.

2) Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah menjadi peluang dan tantangan barubagi upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat, karena peraturan/perundangan tersebut memungkinkanpenangan masalah pemeliharaan kesehatan masyarakat lebih terarah, spesifik sesuai dengan kondisi setiapdaerah.

3) PP nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi sebagai DaerahOtonom, menyebutkan kewenangan pemerintah pusat di dalam pengembangan sistem pemeliharaankesehatan masyarakat dan pembiayaan kesehatan. Penentu kebijakan makro dalam penetapan kebijakansistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dilakukan di tingkat pusat.

a. Produk hukum yang berkaitan dengan premi

Besarnya premi/iuran yang harus dibayar peserta secara teratur sesuai dengan tingkat kemampuan ekonomipadatingkat keluarga akan mendorong kepesertaan segenap penduduk.

Dalam kaitan ini premi ditetapkan dengan memasukan pertimbangan berikut :

1) Isi paket pemeliharaan kesehatan ( sesuai kebutuhan peserta )

2) Biaya satuan pelayanan dan tingkat utilisasinya di kalangan penduduk.Untuk menjamin aspek efektifitas dan efisiensi dalam penerapan prinsip kendali biaya ( cost containment ),maka pelayanan kesehatan yang wajib ditanggung dalam JPKM adalah paket kebutuhan esensial, yakni paketpelayanan yang sesuai dengan kebutuhan medik umum dan kedaruratan medis ( life saving ) peserta. Paketpelayanan kesehatan dasar standar mencakup tidak hanya pelayanan rawat jalan tetapi juga pelayanan rawatinap lengkap dengan pelbagai pelayanan penunjang yang dibutuhkanya. jika peserta ingin memperolehpelayanan kesehatan yang lebih dari pelayanan standar, maka peserta dapat membeli paket tambahan.

Permenkes sebagai produk hukum yang mengatur tentang premi adalah :1) Permenkes nomor 571/Menkes/Per/VII/1993 tentang penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan,

antara lain :2) Permenkes nomor 568/Menkes/Per/VI/1996 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan Nomor

571/Menkes/VII/1993, antara lain :

Pasal 1 point b :

Program JPKM adalah upaya pemeliharaan kesehatan untuk peserta suatu badan Penyelenggara yangpembiayaannya dilakukan secara pra-upaya dan dikelola berdasarkan jaminan pemeliharaan kesehatanmasyarakat.

Pasal 9 :

Setiap peserta wajib membayar beban biaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan melalui iuran danmentaati segala kesepakatan yang telah dilakukannya.

Pasal 10 :

Kewajiban membayar beban biaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalampasal 9 dilakukan setiap bulan atau suatu jangka waktu tertentu.

Page 4: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Pasal 68 :

Badan Penyelenggara dalam melaksanakan pembayaran kepada pemberi pelayanan kesehatan harusmenggunakan prinsip pra-upaya yang berdasarkan sistem kapitasi.

Pasal 69 ayat 2 :

Penetapan beban biaya rata-rata per peserta oleh Badan penyelenggara harus didasarkan pada kebutuhanpembiayaan penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh pesertanya untuk suatu jangka waktutertentu.

Pasal 70 :

1) Badan Penyelenggara dan pemberi pelayanan kesehatan secara bersama harus menyediakan danacadangan untuk menjamin kelangsungan pelayanan kesehatan kepada peserta.

2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihimpun dengan jalan menahan sebagianpembayaran kepitasi badan penyelenggara kepada pemberi pelayanan kesehatan.

3) Penahanan / penyisihan dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan pemanfaatannya harusdicantumkan dalam perjanjian tertulis dan besarnya antara 15 % sampai 45 % dari seluruh pembayaranbadan penyelenggara kepada PPK.

4) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus dimanfaatkan untuk kepentingan pemberipelayanan kesehatan, Peserta dan Badan Penyelenggara.

5) Pemanfaatan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus terlebih dahulu mendapatpersetujuan dari Direktur Jenderal.

E. Produk Hukum Untuk Mendorong Pengembangan JPKM

1) Surat Kepetusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.Nomor 485 tahun 2000 dan Nomor 1738/Menkekesos/SKB/XII/2000 temtamg Mobilisasi Dana SosialKeagamaan untuk Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Fakir dan Miskin.

2) Surat Keputusan bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Menteri Kesehatan danKesejahteraan sosial RI 400–048 dan nomor 140/Menkes–Kesos/SKB/II/2001 tentang Sosialisasi danPembinaan Penyelenggaraan jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Page 5: Pedoman Penetapan Premi JPKM

BAB IIIKONSEP DASAR DAN FORMULASI PERHITUNGAN PREMI

1. Pengertian dan Komponen Dasar Premi

A. Pendahuluan

Setiap janji/manfaat ( benefit ) dari suatu program jaminan tertentu pada dasarnya memiliki suatu nilai atauharga, yang biasa disebut premi ( premium ). Nilai ini, jika dikalikan dengan jumlah orang yang dijamin olehprogram tersebut, akan menghasilkan premi kelompok untuk manfaat yang dijanjikan tersebut. Total premiyang harus dibayar oleh kelompok tersebut adalah jumlah premi kelompok dari semua cakupan manfaat yangdijanjikan.

Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan program jaminan dengan manfaatberupa pemeliharaan kesehatan masyarakat. Manfaat tersebut berupa paket pelayanan kesehatan. Paketpelayanan dasar/standar terdiri dari beberapa subpaket, yaitu: rawat jalan tingkat dasar (primer), rawat jalanrujukan (sekunder dan tersier), rawat inap, dan gawat darurat. Masing-masing subpaket pelayanan tersebut,jika dirinci akan terdiri dari beberapa komponen unit pelayanan. Pelayanan rawat inap misalnya terdiri dari :jasa konsultasi medis, penunjang diagnotik sederhana, jasa tindakan medis, dan obat. Dengan demikianprogram jaminan pemeliharaan kesehatan pada dasarnya merupakan program yang menjanjikan beberapamacam cakupan manfaat.

Perhitungan tingkat premi, untuk membiayai program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dapatdilakukan berdasarkan data biaya paket keseluruhan, biaya subpaket, atau biaya setiap komponen unitpelayanan kesehatan. Pilihan data yang digunakan ditentukan oleh ketersediaan data tersebut. Padadasarnya, semakin rinci dasar perhitungan premi, akan semakin baik hasil perhitungan. Namun demikian,biaya dan kelayakan dalam memperoleh data yang diperlukan juga perlu dipertimbangkan dengan baik.

B. Tujuan Perhitungan Premi

Tujuan utama perhitungan premi adalah untuk menentukan biaya yang akan dibebankan kepada masyarakatuntuk melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang bersangkutan. Untukmencapai tujuan ini, semua pihak yang terlibat dalam pelaksana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat,terutama Departemen/Dinas kesehatan, Bapel, dan PKK, harus mencari keseimbangan yang sesuai dalammenentukan tingkat premi yang akan dibebankan kepada masyarakat.

Keseimbangan yang sesuai dapat diperoleh dengan mempertimbangkan tiga elemen dasar (asas) dalammenentukan tingkat premi, yaitu kecukupan ( adequacy ), kewajaran ( competitiveness/ reasonable–ness ), dankeadilan ( equity ), ketiga elemen dasar ini akan menjaga pelaksanaan program jaminan pemeliharaankesehatan masyarakat dalam melayani masyarakat secara adil ( fair ) dan terhindar dari kesulitan keuanganakibat tingkat premi yang terlalu rendah atau kesulitan pemasyarakatan akibat tingkat premi yang terlalu tinggi.

Optimisme yang berlebihan dengan menetapkan premi yang terlalu rendah akan membawa kerugian Keuangan,sementara konservatisme yang berlebihan juga akan mendorong masyarakat untuk menolak atau menghindariuntuk berpartisipasi dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dengan demikian,pengetahuan yang sesuai, pengalaman, dan keputusan yang arif merupakan hal mendasar yang diperlukandalam mengelola tingkat premi secara efektif.

a. Asas kecukupanUntuk menjaga posisi keuangan yang aman, badan penyelenggara harus menetapkan premi yang cukup untukmenutupi semua biaya penyelenggaraan program, termasuk biaya jaminan pemeliharaan kesehatan dan biayapenyelenggaraan. Disamping itu premi pun harus dapat menutupi perkiraan biaya jaminan yang tidakterantisipasi ( margin ) dan memenuhi tujuan badan penyelenggara ( surplus profit ). Kecukupan tingkatpremi merupakan dasar keberhasilan dan kesehatan ( solvency ) dari penyelenggaraan program jaminanpemeliharaan kesehatan masyarakat. sehubungan dengan hal tersebut, pihak regulator mengharuskanpelaksana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat untuk meminta persetujuan dari pihak berwenangatas tingkat iuran /premi yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindarikesulitan keuangan pada badan penyelenggara, yang pada akhir nya akan membebani pemerintah.

b. Asas KewajaranKeberhasilan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh tingkat partisipasimasyarakat dalam program. Premi yang terlalu tinggi, akan mendorong penolakan masyarakat danmeningkatkan resistensi masyarakat atas program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.Keseimbangan antara kualitas tingkat pelayanan dan kewajaran tingkat premi merupakan hal yang harussenantiasa dijaga. Tingkat pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : fleksibilitaspelayanan kesehatan dan administrasi, efektifitas dan efisiensi penanganan pelayanan kesehatan, pengelolaandan kontrol biaya, dan komunikasi dengan peserta, yang dilakukan dalam rangka penerapan prinsip-prinsipatau jurus-jurus jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Page 6: Pedoman Penetapan Premi JPKM

c. Asas KeadilanBadan Penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat harus membebankan premikepada peserta sesuai dengan perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan program bagipeserta yang bersangkutan. Karena peserta pada dasarnya memiliki karakteristik risiko yang berbeda-beda,maka premi dapat berbeda sesuai risiko yang dihadapinya. Masalah–masalah teknis yang dapat timbul antaralain adalah kecenderungan struktur peserta yang berisiko tinggi akan cenderung untuk menjadi peserta,karena preminya murah bagi mereka, sementara kelompok masyarakat yang memiliki resiko yang rendahakan cenderung untuk tidak menjadi peserta karena preminya terlalu mahal buat mereka. Oleh karena itudalam JPKM kepesertaannya adalah kelompok ( group ) sehingga terjadi “subsidi“ dalam kelompok mereka.Dengan demikian azas keadilan sesungguhnya tidak dilanggar karena kelompok tersebut pada dasarnya sudahmemiliki kesepakatan dalam kelompok, sehingga tidak “mempengaruhi“ risiko peserta diluar kelompoktersebut.

Untuk program yang bersifat wajib, yang umumnya berupa program sosial, asas keadilan mungkin dapatdiperlonggar dengan memperkenankan adanya subsidi silang antar kelompok peserta yang memilikikarakteristik risiko yang berbeda. Namun demikian, perlu disadari bahwa : Jika hal tersebut dilakukan,program seperti ini akan menuntut : (i) sistem administrasi yang andal dan terpadu; (ii) koordinasi berbagaipihak dan lembaga yang baik dan kompak: (iii) pemahaman masyarakat yang baik atas tujuan program; dan(iv) penegak aturan ( law enforcement ) yang ketat. Tanpa dukungan faktor-faktor tersebut, keberhasilanprogram tersebut akan sangat sulit, bahkan mustahil , untuk dapat diwujudkan.

Disamping ketiga asas yang sifatnya filosofis di atas masih terdapat beberapa asas yang sifatnya teknisoperasional, antara lain: asas kesederhanaan ( simplicity ) asas flesibilitas ( flexibility/adaptability ) dankonsistensi ( consistency ). Dengan demikian premi atau iuran, disamping harus memenuhi asas kecukupan,kewajaran dan keadilan, juga harus diformulasikan secara sederhana, fleksibel dan konsisten. Formulasi yangsederhana akan memudahkan pemehaman pihak-pihak yang berkaitan, terutama peserta. Fleksibilitasformulasi premi atau iuran diperlukan agar peserta dapat mengikuti program jaminan pemeliharaankeseehatan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, Sementara konsistensi perludipertahankan agar peserta memiliki kepastian kejelasan dan tidak dirugikan dalam membayar premi/iuranprogram jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

1. Komponen Dasar PremiPada awal pelaksanaan program, suatu bapel umumnya belum memiliki data pengalaman biaya kesehatan.Untuk itu perhitungan premi dilakukan berdasarkan pengalaman suatu kelompok masyarakat yangdiperkirakan memiliki karakteristik risiko yang sama dengan koelompok peserta (manual rating). Komponendasar dari tingkat premi atau iuran untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, padadasarnya sama dengan komponen dasar untuk suatu program asuransi kesehatan, yaitu terdiri dari :(a) Perkiraan Biaya Kesehatan;(b) Kontigensi Margin;(c) Biaya Pengelolaan; dan(d) Profit atau kontribusi Surplus.

Dengan demikian, untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang mengunakanprinsip kapitasi, premi dapat dinyatakan oleh persamaan berikut :

Premi = [ Perkiraan Biaya Kesehatan ] + [ Kontigensi Margin ] + [ Biaya pengelolaan ] + [kontribusi surplus ]

Untuk metode perhitungan premi atau iuran dengan menggunakan pengalaman klaim (experience rating),dimana pembayaran jaminan sebagian atau seluruhnya menggunakan prinsip reimbursement, makaperkiraan biaya kesehatan biasanya dibagi menjadi dua komponen : biaya kesehatan riil dan cadangan.cadangan ini dicatat untuk mengakomodasi biaya kesehatan yang sudah terjadi tetapi belum diajukanpembayarannya kepada penyelenggara ( bapel ) dan biaya kesehatan yang sudah diajukan tetapi belumdibayarkan (pending claim). Disamping itu, apabila pembayaran premi atau iuran dilakukan tahunan, makabapel memiliki kesempatan untuk melakukan investasi atas premi dan iuran yang diterima. Penghasilaninvestasi ini biasanya juga dimasukan dalam komponen premi.

a. Perkiraan Biaya Kesehatan

Perkiraan biaya kesehatan merupakan komponen utama dari premi. Komponen ini merupakan bagiandari premi yang ditujukan semata-mata untuk menutupi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan selamaperiode pertanggungan. Langkah awal yang harus dilalukan dalam menghitung perkiraan biayakesehatan adalah pengkajian atas pengalaman biaya kesehatan yang sudah terjadi. Hal ini biasanyadiperoleh dari :

- Pengalaman masa lalu dari kelompok peserta suatu badan penyelenggarajaminan.- Data Kesehatan atas suatu kelompok masyarakat tertentu ( kota atau kabupaten ) yang dilakukan oleh

suatu badan yang khusus menangani statistik, seperti Biro Pusat Statistik, atau lembaga swasta ataupemerintah lain yang didirikan untuk melakukan pengkajian atas kelompok masyarakat tersebut.

Data yang diperoleh berdasarkan pengalaman tersebut, umumnya hanya relevan untuk biaya kesehatanyang berlaku dalam periode yang bersangkutan. Berbagai perubahan ekonomi, seperti inflasi, akanmempengaruhi biaya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Perkiraan biaya kesehatan, yang merupakan

Page 7: Pedoman Penetapan Premi JPKM

perkiraan biaya pelayanan kesehatan, untuk masa yang akan datang harus disesuaikan denganperubahan-perubahan tersebut. Untuk keperluan tersebut, proyeksi atas pengalaman biaya kesehatanmasa lalu perlu dilakukan. Proyeksi atas perkiraan biaya kesehatan ini harus memperhitungkan beberapafaktor penting antara lain : perubahan indeks harga dari masing-masing pelayanan kesehatan yangdijamin, dan perubahan yang signifikan dalam struktur usia kelompok peserta atau kelompokmasyarakat.

b. Kontigensi Margin

Perkiraan biaya kesehatan yang dilakukan berdasarkan analisis atas pengalaman biaya kesehatan masalalu dan faktor-faktor lain yang berkaitan mungkin cukup dapat diandalkan. Namun hal tersebut bukanberarti bahwa kejadian yang akan datang sepenuhnya akan terbukti seperti yang diperkirakan. Untuk itu,perlindungan atas kejadian-kejadian yang tidak terperkirakan, baik dalam kuantitas maupun kualitaskejadian tersebut, perlu dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan komponen marginbiaya kesehatan dalam premi. Untuk beberapa kasus, komponen margin ini dapat dikembalikan kepadapeserta atau masyarakat apabila kejadian-kejadian tak terduga tersebut tidak terjadi. Selainpengembalian (refund), kelebihan margin biaya kesehatan atas realisasi biaya kesehatan dapat jugadikembalikan dalam bentuk keringanan premi pada periode berikutnya bagi peserta yang tidakmembutuhkan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang cukup signifikan.

c. Biaya Pengelolaan

Untuk menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, badan penyelenggaratentu saja akan membutuhkan biaya. Biaya pengelolaan program ini harus diperhitungkan dalam premiUmumnya rumusan biaya pengelolaan dipengaruhi oleh skala ekonomi (semakin banyak peserta,semakin murah biaya pengelolaan per peserta) dengan demikian persentase biaya pengelolaan daripremi akan semakin kecil dengan bertambahnya peserta.

d. Sisa Hasil Usaha/Keuntungan

Suatu badan usaha, atau badan sosial sekalipun, pada dasarnya membutuhkan keuntungan badan dalamMenjalankan misinya. Untuk suatu badan sosial, keuntungan badan tersebut diperlukan antara lain untukmengembangkan berbagai fasilitas dan pelayanan. Sementara untuk badan usaha, disamping untukmengembangkan berbagai fasilitas dan pelayanan, mereka memerlukan keuntungan untuk pemegangsaham (dividen). Disamping itu, kelebihan aktiva (asset ) atas kewajiban akan memberikan kepercayaan,ketenangan dan jaminan bagi peserta, bahwa pelayanan kesehatan yang dijanjikan akan mampudipenuhi.

e. Perhitungan Premi

Langkah pertama dalam menghitung premi adalah menghitung tingkat premi bersih, yaitu menetapkanperkiraan biaya untuk setiap pelayanan kesehatan. Tingkat premi bersih menyatakan bagian dari totaltingkat premi yang dialokasikan semata-mata untuk membayar biaya pelayanan kesehatan perkiraanbiaya klaim atas suatu jenis pelayanan kesehatan merupakan hasil kali dari probabilitas terjadinyapelayanan kesehatan (frekuensi) dan perkiraan nilai nominal biaya pelayanan kesehatan tersebut(severity). Probabilitas terjadinya pelayanan kesehatan, dalam program jaminan pemeliharaan kesehatanmasyarakat, biasa disebut sebagai tingkat utilisasi (utilization rate). Sementara itu, perkiraan nilainominal biaya pelayanan kesehatan biasa disebut biaya satuan pelayanan (unit cost). Berikut ditunjukanteknik perhitungan tingkat utilisasi dan biaya satuan.

1. Perhitungan Premi Bersih (Net Premium )Formulasi Tingkat Ultisasi (Utilization Rate)Tingkat utilisasi merupakan peluang ( probabiitas ) kebutuhan seorang peserta atas satu jenispelayanan kesehatan. Jenis Pelayanan kesehatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan,kewajaran dan ketersediaan data yang diperlukan. Jenis pelayanan rawat jalan, misalnya, dapatdianggap sebagai satu paket pelayanan atau satu unit pelayanan. Apabila pelayanan rawat jalandianggap sebagai satu paket pelayanan, maka pelayanan rawat jalan diuraikankedalam unit-unit yanglebih kecil misalnya : pelayanan dokter, pelayanan paramedis, fasilitas penunjang, dan obat-obatan,keempat unsur pelayanan rawat jalan ini masing-masing memiliki tingkat utilsasi yang mungkinberbeda-beda dan dihitung sendiri-sendiri jika pelayanan rawat jalan dianggap sebagai satu unitpelayanan, maka rawat jalan merupakan satu pelayanan terpadu yang tidak diuraikan dalam unit-unityang lebih kecil.

Penentuan jenis unit pelayanan dalam menghitung tingkat utilisasi berkaitan dengan karakteristikbiaya dan administrasi biaya dari unit pelayanan tersebut. Apabila biaya dari pelayanan rawat jalandicatat dalam pembukuan dicatat sebagai satu kesatuan yang tidak dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, maka unit pelayanan rawat jalan secara terpadu lebih disarankan. Sebaliknyaapabila biaya pelayanan rawat jalan dicatat secara terperinci berdasarkan jenis unit pelayanan,seperti : biaya dokter, biaya paramedis, biaya fasilitas penunjang dan biaya obat-obatan, misalnyamaka penentuan unit pelayanan secara terperinci lebih disarankan.

Page 8: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Tingkat utilisasi dihitung berdasarkan rasio dari perkiraan jumlah kasus pelayanan kesehatan padasuatu periode ( biasanya periode satu tahun ) tertentu atas jumlah rata-rata peserta program padaperiode yang sama. Periode perhitung ultilisasi yang digunakan biasanya merupakan periode satutahun terakhir dengan demikian tingkat ultilisasi yang dihasilkan merupakan tingkat ultilisasi historis.Karena tingkat ultilisasi yang diinginkan adalah tingkat ultilisasi tahun yang akan datang maka perludilakukan proyeksi tingkat utilisasi.Jika P menyatakan jumlah rata-rata peserta atau jumlah penduduk suatu wilayah selama tahun zyang akan dijadikan dasar perhitungan, si menyatakan jumlah kasus kesehatan I dalam wilayahtersebut selama tahun z, maka tingkat utilisasi untukl jenis pelayanan kesehatan I dalam tahun zdinyatakan sebagai,

U’I = Si P

Tingkat utilisasi ui’ merupakan tingkat utilisasi jenis pelayanan kesehatan kesehatan I dalam tahun zyang merupakan periode yang sudah lalu untuk menghitung tingkat utilisasi pada periode ( tahun )yang akan datang, kita perlu mengalikan tingkat utilisasi masa lalu dengan perkiraan tingkat kenaikanutilisasi dari tahun z ke tahun z + 1. jika gi menyatakan perkiraan tingkat kenaikan utilisasi kasuskesehatan I dalam wilayah tersebut dari tahun z ke tahun z + 1, maka tingkat utilisasi untuk jenispelayanan kesehatan I dalam tahun z + 1 dinyatakan sebagai.

U i = g I . u i

Formulasi Biaya Satuan ( unit Cost )

Biaya satuan merupakan biaya jenis pelayanan kesehatan. Jenis pelayanan kesehatan dapatditetapkan sesuai dengan kebutuhan, kewajaran dan ketersediaan data yang diperlukan. sepertidalam formulasi tingkat ultilisasi, jenis pelayanan rawat jalan misalnya dapat dianggap sebagai satupaket pelayanan atau satu unit pelayanan.

Untuk menghitung biaya satuan dari masing-masing jenis pelayanan dalam program jaminanpemeliharaan kesehatan masyarakat yang bersifat wajib disuatu daerah tertentu, kabupaten ataukota misalnya, tidaklah mudah. Disamping penyelenggara pelayanan kesehatan biasanya cukupbanyak, jenis dan sifat penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga biasanya bervariasi, Rumah sakit(Swasta dan Pemerintah), puskesmas, poliklinik swasta dokter praktek, masing-masing memilikikarater biaya yang berbeda-beda, sehingga tidak dapat disama ratakan, karena terdapat beberapajenis tarif pelayanan kesehatan, maka biaya pelayanan kesehatan yang digunakan seharusnyadisesuaikan dengan pilihan peserta bagi peserta yang memilih puskesmas sebagai PPK misalnya,maka tarif puskesmas digunakan sebagai biaya satuan dengan demikian dalam satu wilayah mungkinterdapat beberapa jenis biaya satuan jika I menyatakan jenis pelayanan kesehatan dan j menyatakanjenis tarif PPk yang dipilih oleh peserta, maka biaya satuan dapat dinyatakan sebagai cij.

Seperti juga pada formulasi tingkat utilisasi, biaya satuan yang diperoleh biasanya berdasarkan biayasatuan pada PPK pada tahun lalu. Karena yang diperlukan adalah biaya satuan pada tahun yang akandatang, maka perlu dilakukan proyeksi atas biaya satuan. Jika cij menyatakan rata-rata biaya satuanuntuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j pada tahun z dan hij menyatakan perkiraantingkat kenaikkan biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j dari tahun zke tahun z+1, maka pekiraan biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis jpada tahun Z+ 1 adalah

Cij = hij . C’ij

Formulasi Premi Bersih ( Net Premium )Premi bersih merupakan bagian dari premi bruto, yang dibayarkan oleh peserta, yang semata-matadiperuntukan bagi biaya pelayanan kesehatan. Premi bersih untuk suatu jenis pelayanan kesehatanmerupakan hasil kali tingkat utilisasi jenis pelayanan kesehatan dan biaya satuan yang bersangkutanpada PPK yang dipilih Jika Ui. Menyatakan tingkat utilisasi untuk jenis pelayanan kesehatan I dan cijmenyatakan rata-rata biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j, makatingkat premi bersih untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j dinyatakan sebagai.

Pij =ui . cij

Premi bersih untuk seorang peserta merupakan jumlah premi bersih dari semua jenis pelayanankesehatan, Jika n menyatakan jumlah pelayanan kesehatan yang dijanjikan kepada peserta, makapremi bersih peserta yang mEmilih PPK I, dinyatakan sebagai,

nP j =Ó Pij

I=12. Perhitungan Premi Bruto ( Aktual )

Sebagaimana telah diuraikan diatas, premi bersih merupakan bagian dari premi bruto untuk menutupibiaya pelayanan kesehatan saja, Dengan demikian premi bersih yang terkumpul diperkirakan hanya

Page 9: Pedoman Penetapan Premi JPKM

cukup untuk menutupi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat saja. Sementara Loading berupa :biaya pengelolaan program, biaya tambahan biaya kesehatan yang tidak terantisipasi (kontigensimargin), dan kontribusi terhadap surplus (profit) belum termasuk didalamnya. untuk itu kita perlumelakukan prosedur penghitungan tingkat premi bruto ( aktual ) dengan menambahkan faktor- faktorbiaya tersebut.

a. Unsur-Unsur Biaya

Kontigen marginKontigensi margin merupakan biaya yang diperlukan untuk menjaga dan memproteksi badanpenyelenggara dari biaya-biaya kesehatan yang lebih besar dari yang diantisipasi. tingkat kontigensimargin sangat ditentukan oleh tingkat keyakinan dari badan penyelenggara atas prediksi biayapelayanan kesehatan ( premi bersih ) yang akan datang. Semakin tinggi tingkat keyakinan atas hasilprediksisemakin kecil tingkat kontigensi margin yang dibutuhkan. Tingkat keyakinan atas hasil prediksiumumnya tergantung pada banyak hal. Namun demikian, faktor utama yang paling banyakberpengaruh terhadap besarnya kontigensi margin adalah jumlah peserta.

Perkiraan Biaya PengelolaanBiaya pengelolaan ditentukan oleh tingkat efektifitas dan efisiensi pengelolaan dan manajemenadministrasi penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Manajemenadministrasi yang rumit dan melibatkan banyak pihak umumnya akan meningkatkan biayapengelolaan. Komponen biaya pengelolaan antara lain : biaya iklan/promosi, biaya kontrak, biayakoleksi premi, biaya investasi, biaya pengembangan, biaya administrasi, biaya gajih pegawai, biayaiuran pensiun pegawai, dan biaya operasional lain, disamping itu efektifitas dan efisiensi pengelolaanprogram juba banyak berkaitan dengan keahlian dan fasilitas pengelolaan. Umumnya semakin banyakpenggunakan tenaga ahli dan teknologi dalam mengelola program semakin efesien penyelenggaraanprogram, semakin murah biaya pengelolaan program.

Kontribusi SurplusKontribusi surplus biasanya berbentuk persentase dari premi yang besarnya, seperti juga marginkontigensi margin biaya pengelolaan dan kontribusi surplus yang cukup wajar untuk digunakanberdasarkan jumlah peserta

Tabel 3.1. Tingkat Kontigensi Margin, Biaya Pengelolaandan Kontribusi Surplus Berdasarkan jumlah Peserta.

Jumlah Peserta Kontigensi Margin Biaya Pengelolaan Kontribusi Surplus

Kurang dari 1.000 15 % - 20 % 20 % - 40 % 15 % - 20 %1.000 – 5.000 10 % - 15 % 15 % - 20 % 10 % - 20 %5.000 – 20.000 5 % - 10 % 10 % - 15 % 8 % - 10 %20.000 – 100.000 2 % - 5 % 5 % - 10 % 6 % - 8 %Lebih dari 100.000 0 % - 2 % 2 % - 5 % 4 % - 6 %

b. Formulasi Premi Bruto ( Aktual )Terdapat banyak metode yang dapat digunakan dalam menghitung premi bruto. Tiga metodeyang umum digunakan adalah : Metode Tradisional ( Traditional methood ), metade Rasioharapan kerugian ( desired loss ratio ), dan metode pemisahan retensi ( Split Retention ).ketiga metode menggunakan faktor-faktor biaya yang telah diuraikan pada bagiansebelumnya, yaitu : perkiraan biaya kesehatan yang akan datang, margin untuk menutupibiaya kesehatan yang lebih besar dari yang diperkirakan, perkiraan biaya pengelolaan dankontribusi surplus.

Biaya pengeloloan dan kontribusi surplus seringkali digabungkan sebagai retensi diuraikan kedalam dua komponen : tetap ( konstan ) dan variabel (berubah-ubah). Retensi tetap terdiridari biaya tidak berkaitan dengan biaya kesehatan, seperti biaya administrasi. Retensi variabelberkaitan dengan biaya-biaya yang besarnya berkaitan dengan besarnya premi, seperti pajakdan komisi.

Metode Tradisional

Metode Trasional merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode yanglain Metode ini menambahkan biaya-biaya di luar biaya kesehatan secaralinier, sehingga dapatdinyatakan dalam bentuk .

Premi Bruto = Premi Bersih ( 1 + % [ Margin ] +% [ Biaya Pengelolaan ] + % [surplus ] ) = Premi Bersih ( 1+ % [ Margin ] + % [ Retensi ] )

Berikut ditunjukkan contoh penggunaan metode ini.

Asumsi :Ø Perkiraan Biaya Kesehatan setahun = Rp 20.000,-Ø Margin kontigensi = 7 %Ø Total Retensi = 13 %Perhitungan Premi Bruto :Premi Bruto = Rp 20.000,-( 1 + 7 % + 13 % ) =Rp 20.000,-( 1,20 ) = Rp 24.000,-

Page 10: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Metode Rasio Harapan Kerugian

Metode ini menghasilkan tingkat premi ( dalam rupiah ) yang diperlukan berdasarkan perkiraan klaimyang kemudian disesuaikan dengan margin dan retensi Fortmulasi dari premi yang diperlukandinyatakan oleh bersamaan berikut :

Premi BersihPremi Bruto = -----------------------------------------

1 - % [ Margin ] - % [ Retensi ]

Berikut ditunjukkan contoh penggunaan metode ini.

Metode Pemisahan Retensi

Metode ini menghasilkan tingkat premi bruto ( dalam rupiah ) yang diperlukan berdasarkan perkiraanbiaya kesehatan ( premi bersih ) yang kemudian disesuaikan dengan margin dan retensi. Dalam metodeini , retensi diuraikan menjadi dua komponen : tetap ( konstan ) dan variabel ( tergantung pada nilaipremi ). Formulasi dari premi yang diperlukan dinyatakan oleh persamaan berikut :

[Premi bersih ] ( 1 + % [ Margin ] ) + [ Retensi Tetap ]Premi Bruto = ----------------------------------------------------------------------

1 - % [ Retensi Variablel ]

Berikut ditunjukkan contoh penggunaan metode ini.

Setiap Komponen premi dapat ditetapkan secara terpisah sebagai berikut :Perkiraan Biaya Kesehatan = Rp 20.000,-

= --------------Margin kontigensi = 7 % X Rp 20.000,- = Rp 1.400,-Total Retensi = 13 % X Rp 20.000,- = Rp 2.600,-Premi Bruto yang diperlukan = Rp 24.000,-

Asumsi :Ø Perkiraan Biaya kesehatan setahun = Rp 20.000,-Ø Margin Kontigensi = 7 %Ø Total Retensi = 13 %Perhitungan Premi Bruto: Rp 20.000,- Rp 20.000,-Premi yang diperlukan = --------------- = ------------ = Rp 25.000,- 1 – 7 % - 13 % 80 %

Setiap komponen premi dapat ditetapkan secara terpisah sebagai berikut:Perkiraan Biaya Kesehatan = Rp 20.000,-Margin Kontigensi = 7 % X Rp 25.000,- = Rp 1.750 ,-Total Retensi = 13 % X Rp 25.0000,- = Rp 3.250,- =-----------------Premi Bruto yang diperlukan = Rp 25.000,-

Asumsi :Ø Perkiraan Klain = Rp 20.000,-Ø Margin Kontigensi = 7 %Ø Retensi Tetap = 1.000,-Ø Retensi Variabel = 9 %Perhitungan Premi Bruto : [ 20.000 ] ( 1 + 7 % ) + 1.000 21.400 + 1.000Premi Bruto =Rp ------------------------------------- = Rp-------------------= Rp 24.615.38 ,-

1 – 9 % 91 %

Page 11: Pedoman Penetapan Premi JPKM

3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi PremiJenis dan nilai manfaat ( benefits ) yang diperjanjikan, tentu saja merupakan faktor yang palingmenentukan besar premNamun demikian, Walaupun jenis dan nilai manfaat dibuat sama frekunsi dantingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan ( severty ) akan menyebabkan tingkat biaya kesehatan yangberbeda : antara kelompok peserta yang satu dengan yang lain dan antara periode yang satu denganperiode yang lain Delapan faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi premi dijelaskan berikut ini.

a. Program JaminanDalam suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat ada atau tidaknya ketentuan yangberkaitan dengan pembayaran manfaat atau penyediaan pelayanan kesehatan yang dijanjikan memilikipengaruh yang sangat besar dalam utilisasi pelayanan kesehatan peserta Penggunakan metode-matodeseperti coinsurance deductibles, dan second surgical opinion, akan mempengaruhi besar biayapelayanan kesehatan. Disamping itu, adanya tidak adanya berbagai pilihan asuransi atau jaminanpemeliharaan kesehatan bagi masyarakat akan mempengaruhi tingkat biaya kesehatan keseluruhan .

Suatu program yang memberlakukan ketentuan pembayaran coinsurance 20 % dari peserta umunyamenghasilkan pengurangan biaya program secara keseluruhan lebih dari 20 % Hal ini dapat terjadikarena pembayaran 20 % dari peserta mengurangi frekuensi pelayanan kesehatan yang berlebihan(overutilization). Demikian pula dengan persyaratan. Deductibles dimana peserta tetap harusmembayar sejumlah uang yang tetap, katakanlah Rp 1000,- untuk setiap pelayanan kesehatan dapatmengurangi tuntutan peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bersifat minor, namun hal-hal yang membebani lagi peserta untuk membayar tak dianjurkan.

b. UsiaUsia mempengaruhi premi untuk suatu asuransi kesehatan dan program jaminan pemeliharaankesehatan masyarakat dari dua sisi : mortalita (kematian) dan morbidita (kesakitan) dari sisi mortalita,semakin tinggi (tua) usia semakin besar peluang kematian, yang berarti semakin tinggi pula peluangtidak terjadi pelayanan kesehatan karena peserta yang sudah meninggal tidak mungkin menuntutpelayanan kesehatan. Begitu pula dengan klaim pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kelahirandan persalinan. Semakin tinggi usia (dewasa) semakin rendah peluang untuk melahirkan Akibatnyasemakin tinggi usia semakin tinggi pula pengurangan peluang terjadinya tuntutan pelayanan kesehatanakibat kematian. Namun demikian, dari sisi morbidita, semakin tinggi (tua) usia semakin tinggi peluangterjadinya tuntutan pelayanan kesehatan. Disamping itu biaya pemeliharaan kesehatan umumnyameningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Secara keseluruhan , pengurangan biaya pemeliharaankesehatan akibat kematian jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pemeliharaan kesehatanakibat bertambahnya umur secara umum semakin tinggi usia semakin besar biaya pemeliharaankesehatan .

c. Jenis KelaminBiaya kesehatan dari peserta perempuan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakatdan asuransi kesehatan (diluar prlayanan kesehatan yang berkaitann dengan kehamilan dan kelahiran)Umumnya lebih tinggi dibandingkan biaya kesehatan peserta laki-laki. Berbagai penelitian menunjukkanbahwa : perempuan memiliki peluang mengalami cacat lebih besar membutuhkan utilisasi di rumahsakit yang lebih tinggi dan membutuhkan lebih banya pertlakuan medis operasi ( Surgery ) danperawatan gigi. salah satu hal yang mendorong biaya kesehatan perempuan lebih besar dari laki-lakiadalah bahwa perempuan umumnya lebih peduli ( concern ) terhadap kesehatan dirinya dibandingkandengan laki-laki.

d. PendapatanBiaya pelayanan kesehatan umumnya meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. disampingbiaya dokter ummumnya dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi pasien, orang yang berpendapatantinggi cenderung lebih sering dan lebih ekstensif dalam pelayanan kesehatan. orang yangberpendaopatan tinggi juga lebih sering memeriksa dan memelihara kesehatan gigi dibanding kelompokorang yang berpendapatan rendah. Begitu pula dengan biaya pelayanan kesehatan, mereka menuntutlebih banyak pelayanan lanjutan sehingga biaya kesehatan lebih tinggi faktor yang mempengaruhinyaantara lain, pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan dari kelompok orang yang memilikipendapatan tinggi lebih baik dibandingkan yang berpendapatan lebih rendah .

e. Pekerjaan

Setiap Komponen Prem bruto I dapat ditetapkan secara terpisah sebagai berikut:Ø Perkiraan Biaya Kesehatan = Rp 20.000 ,-Ø Margin Kontigensi = 7% X Rp 20.000 ,- = Rp 1.400 ,-Ø Retensi Tetap = Rp 1.000 ,-Ø Retensi Variabel = 9 % X Rp 24.615.38,- = Rp 2.215 ,38 ,-

= ---------------------Premi Bruto yang diperlukan = Rp 24.615,38 ,-

Page 12: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Beberapa jenis pekerjaan memiliki karaktristik risiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan denganjenis pekerjaan lainnya. Tingkat bahaya atas kesehatan umumnya lebih besar dalam pekerjaanpekerjaan yang berkaitan dengan proses mengangkat, membawa, atau menangani barang-barang yangberat, atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan debu, racun, kelembaban, dan perubahantemperatur dan tekanan udara yang berulang-ulang lokasi kerja dimana bahaya ekstra atas kesehatantersebut hadir,antara lain : penyamakan kulit, pembuatan pakaian berbulu, pengolahan kayu,pertambangan, dll. Kondisi dan tekanan mental dari beberapa jenis pekerjaan juga mempengaruhitingkat bahaya atas kesehatan. Perbedaan risiko antara beberapa jenis pekerjaan atas tingkat kesehatanakan mengakibatkan tingkat biaya kesehatan yang berbeda pula

f. DomisiliBiaya pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dapat berbeda-beda berdasarkan daerah geografis. Biayapelayanan kesehatan di pedesaan biasanya berbeda dengan biaya pelayanan kesehatan di perkotaan,begitu pula biaya pelayanan kesehatan di satu kota/kabupaten dengan kota/ kabupaten lainnya.Perbedaan ini antara lain dipengaruhi oleh biaya hidup ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan,sikap dan persepsi masyarakat di daerah tersebut terhadap kesehatan dan biaya tenaga medis di daerahtersebut.

g. Masa berlaku PremiPeriode masa berlaku tingkat premi juga berpengaruh pada besar tingkat premi itu sendiri . Periodemasa berlaku premi yang lebih panjang seharusnya menghasilkan tingkat premi yang lebih tinggi, untukmengakomodasi risiko kenaikan harga dan margin biaya kesehatan. Periode masa berlaku tingkat premiuntuk jaminan pemeliharaan kesehatan masyakarat umumnya hanya satu tahun. Di beberapa negara,periode masa berlaku premi malah cenderung lebih pendek : hanya enem bulan bahkan kurang,khususnya untuk kelompok peserta yang tidak terlalu besar.

h. Kecenderungan Biaya KesehatanKecendurungan yang konsisten dalam kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan dapat disebabkan. anatarlain, oleh : ( 1 ) kenaikan yang tajam dalam biaya pelayanan kesehatan, termasuk obat-obatan ; ( 2 )Perubahan dalam struktur penduduk ; ( 3 ) peningkatan utilisasi dari berbagai jenis pelayanankesehatan ; dan ( 4 ) peningkatan kualitas tindakan medis, termasuk teknik pengujian dan diagnosalanjut yang semakin canggih, perlengkapan alat bantu, transplantasi organ dan teknologi perawatankesehatan lain yang semakin maju.

Disamping itu, keadaan ekonomi juga beroengaruh terhadap biaya pemeliharaan dan pelayanankesehatan. Pelayanan kesehatan cenderung meningkat pada saat resesi ekonomi akibat tingginyatekanan mental pada masyarakat.

Delapan faktor diatas memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat premi. Penerapanketentuan deductible dan co-insurance dapat mereduksi biaya kesehatan dengan cukup signifikan,sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengontrol biayakesehatan, Umur, jeniskelamin. Pendapatan, Pekerjaan, Domisili, masa berlaku Premi dan kecenderungan biaya kesehatanmerupakan faktor-faktor yang cukup dominan dan sangat disarankan untuk diperhitungkan dalammenghitung tingkat premi. Walaupun mungkin tidak dapat dikontrol keberadaannya, faktor-faktortersebut sebaiknya turut diperhitungkan dalam menetapkan premi individual, karena pada dasarnyakelompok peserta yang memiliki sifat dari faktor-faktor di atas memiliki karakter risiko yang berbeda.

Page 13: Pedoman Penetapan Premi JPKM

1. Kemauan dan Kemampuan Bayar ( data Susenas )

A. Pengertian WTP dan ATPSurvei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik menghasilkaninformasi untuk dapat dipertimbangkan dalam menetapkan premi JPKM wilayah Kabupaten/kota. DataSusenas yang dikumpulkan setiap tahun dinilai cukup mewakili kabupaten/kota, karena diambil sampledari 205.000 Rt untuk data inti atau kor, dan setiap 3 tahun dianalisa sample 65.000 rt untuk datamodul khusus termasuk kesehatan .

Beberapa informasi penting data susenas untuk JPKM sbb :1) Kemauan membayar kesehatan ( “ Willingness to pay “ ), atau dikenal dengan WTP, Yaitu

besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Data pengeluaran rumah tanggauntuk kesehatan didalam data susenas dapat digunakan sebagai proksi terhadap WTP.

2) Kemampuan membayar kesehatan ( “ ability to pay “ ) atau dikenal dengan ATP, yaitu besarnyadana yang sebenarnya dapat dialokasikan untuk membiayai kesehatan yang bersangkutan, Nilai inimerupakan ATP per kapita penduduk , sehingga tidak langsung identik dengan WTP yangberdasarkan rumah tangga

Dua batasan ATP yang dapat digunakan sbb:a. ATP 1 adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan 5 % dari pengeluaran non-

makanan . Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran untuk non –makanan dapat diarahkan untukkeperluan lain , termasuk untuk kesehatan

b. ATP 2 , adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah pengeluaran untukkonsumsi alkohol + tembakau ,sirih + pesta/ upacara.Batasan ini didasarkan kepada pengeluaranyang sebenarnya dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk kesehatan. Misalnyadengan mengurangi pengeluaran alkohol / tembakau / Sirih untuk kesehatan .

B. Penggunaan WTP dan ATP

Contoh table 1.32 .XX. menggambarkan jenis-jenis pengeluaran rumah tangga dalam sebulan di kabBekasi. Penduduk kab, dibagi dalam 10 decile, masing-masing decile berjumlah 10 % dari totalpenduduk. Dari tabel 1.32 XX terlihat bahwa WTP kab Bekasi bervariasi dari sebesar Rp 4.276,- padadecile terbawah sampai dengan Rp 9.600,- pada decile tertinggi . Atau WTP rata-rata rumah tanggapenduduk kab. Bekasi adalah sebesar Rp6.915 ,- per bulan.

Bila besarnya rata-rata pengeluaran keluarga digunakan sebagai proksi terhadap pendapatan keluarga,maka meningkatnya pendapatan keluarga diikuti dengan meningkat nya WTP masyarakat di kab. BekasiWTP mulai decile 2 meningkat berisar antara Rp 6.534,- sampai dengan Rp 15.786 ,- Kalaupun adapenurunan pada decile 4 sebanyak Rp 2.610,- hal ini dimungkinkan bila terdapat responden pada decileitu yang merupakan “ outlier “ dengan pengeluaran yang sangat rendah, sehingga rata-rata dalamkelompok ini menjadi sangat rendah .

Dengan pengertian WTP seperti diatas, maka bila premium JPKM per keluarga di Kab Bekasi ditetapkansebesar Rp 6,500,- maka sekitar 90 % dari Total rumah Tangga bersedia membayar.

Selanjutnya contoh tabel 2.32 XX menggambarkan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan sebulan yanglalu untuk rawat jalan di kab. Bekasi. Data ini menjadi penting karena besarnya dana yang maudibayarkan mastyarakat dipengaruhi antara lain oleh ketersediaan fasilitas dan besarnya tarif pelayanan.Dari tabel 2.32.XX terlihat bahwa penggunaan fasilitas Puskesmas dan Praktek dokterrelatif sama besar,yaitu 3,7 % dan 2,2 % . Bila Penetapan tarif puskesmas masih berdasarkan Subsidi yang sangat besar (kurang lebih 85 % ), berarti WTP masyarakat menjadi relatif rendah. Data ini penting dalammenetapkan premi apakah menggunakan tarif subsidi ataukah menggunakan tarif unit cost. Selanjutnyadari tabel 1.32 XX dapat dihitung ATP 1 penduduk kab. Bekasi, Yaitu bervariasi dari Rp.3281,- ( 5/100 XRp 65.624 ,- ) sampai dengan Rp 18.970 ,- ( 5/100 X Rp 379,401 ,- ) untuk ATP 2 berkisar dari Rp12.074 ,- sampai dengan Rp 62.379 ,-.

Kombinasi pendekatan dengan menggabungkan infomasi tentang kemauan Membayar ( WTP ) dankemampuan Membayar ( ATP ) akan memberi gambaran besarnya premi yang mungkin dapatdibebarkan kepada masyarakat.

BAB IVAplikasi Perhitungan Premi

Page 14: Pedoman Penetapan Premi JPKM

C. Aplikasi Perhitungan Premi

Dalam bagian ini akan diberikan contoh aplikasi perhitungan premi untuk suatu program jaminanpemeliharaan kesehatan masyarakat disuatu wilayah (kabupaten atau kota). Perhitungan premi untukprogram pemerintah seperti jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat biasanya menggunakanprinsip peringkat komunitas (communty rating). Peningkatan komunitas pada dasarnya menggunakanpengalaman pelayanan kesehastan penduduk suatu wilayah dalam menghitung Premi.

Pengelompokan peserta yang umum dilakukan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatanmasyarakat adalah berdasarkan status penduduk yang bersangkutan : unit keluarga dan peorangan.kadang-kadang klasifikasi status keanggotaan diperluas menjadi : unit keluarga, pasangan, danperorangan. Sementara itu, besarnya premi yang dibayarkan oleh masyarakat dapat berupa jumlahnominal yang tetap (sama untuk setiap orang). Atau berupa suatu persentase terhadap penghasilan.

Contoh aplikasi dalam bagian ini akan memperhitungkan penggunaan peringatan komunitas dalammenghitung premi suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

a. Perhitungan Premi BersihLangkah pertama dalam menghitung premi adalah menghitung tingkat premi bersih, yaitu menetapkanperkiraan biaya pelayanan kesehatan . Perkiraan biaya mesuatu jenis pelayanan kesehatan merupakanhasil kali tingkat utilisasi dan biaya satuan jenis pelayanan kesehatan. Tingkat utilisasi ( utilization rate )merupakan probabilitas terjadinya suatu jenis pelayanan kesehatan, sementara Biaya Satuan ( unit cost) merupakan perkiraan nilai nominal dari jenis pelayanan kesehatan tersebut. Berikut ditunjukkan teknikperhitungan tingkat utilisasi dan biaya satuan.

a) Perhitungan Tingkat Utilisasi ( utulization rate )Tingkat utilisasi dihitung berdasarkan rasio dari perkiraan jumlah klaim untuk suatu jenis pelayanankesehatan pada suatu perode tertentu terhadap jumlah peserta rata-rata dari program pada periodeyang sama. Perhitungan tingkat utilisasi untuk rawat inap dan pelayanan kesehatan lain memiliki sedikitperbedaan berbeda dengan jenis pelayan kesehatan lain yang tidak memiliki kelas danperiode yangjelas, rawat inap memiliki dua karakteristik yang khas,yaitu : kelas perawatan dan periode rawat inap (hari ). Kelasperawatan lebih relevan dengan perhitungan biaya satuan ( unit cost ) sementara perioderawat inap lebih relevan dengan tingkat utilisasi, walaupun mungkin juga diperhitungkan untukmenetapkan biaya satuan. untuk menghitung tingkat utilisasi, periode rawat inap dihitung dalam hari,sehingga seorang peserta dengan masa rawat inap selama 6 hari akan diperhitungkan sama dengan 3orang peserta dengan masa rawat inap masing-masing 2 hari.

Misalkan akan dilakukan perhitungan tingkat utilisasi pelayanan kesehatan masyarakat di kabupatenXyzJumlah penduduk rata-rata kabupaten XYZ pada tahun 1999, misalnya, diketahui sebanyak 200.000orang. Data mengenai pengalaman rata-rata ksus rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkatlanjutan, rawat inap, dan gawat darurat dalam satu bulan masyarakat kabupaten xyz selama tahun1999 ditunjukkan dalam kolom 2 tabel 4.2.1. tingkat utilisasi bulanan masyarakat kabupaten xyz untukjenis pelayanan kesehatan masyarakat rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawatinap, dan gawat darurat tahun 1999 ditunjukan dalam kolom 3. Tingkat utilisasi ini diperoleh denganmembagi jumlah kasus jenis pelayanan oleh jumlah penduduk kabupaten xyz. Tingkat ultilisasi iniberarti bahwa setiap penduduk kabupaten xyz berdasarkan data tahun 1999, memiliki kemungkinanuntuk melakukan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawatdarurat adalah berturut-turut sebesar 0,46756; 0,05508; 0,00706; dan 0,00080 dalam satu bulan.

Tabel 4.2.1. Perhitungan Tingkat Utilisasi Bulanan 4Jenis Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Data Tahun 1999

Jenis Pelayanan Kesehatan Jumlah Kasus Tingkat utilisasiRawat Jalan Tingkat Pertama 93.512 0,46756Rawat Jalan tingkat Lanjutan 11.016 0,05508Rawat Inap ( hari Orang ) 1.412 0,00706Gawat Darurat 160 0,00080

Untuk menghitung Tingkat utilisasi bulanan pada tahun 2000, perlu dibuat. perkiraan tingkat kenaikanutulisasi dari masing-masing jenis Pelayanan kesehatan untuk tahun 2000. Tingkat utulisasi tahun 2000diperoleh dengan mengalikan tingkat utilisasi tahun 1999 dengan perkiraan tingkat kenaikan utilisasi.Jika perkiraan tingkat utilisasi jenis pelayanan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan,rawat inap, dan gawat darurat adalah berturut-turut sebesar 10 %, 8 %, 6 %, dan 4 %, maka tingkatutilisasi tahun 2000 diperoleh dengan mengalikan tingkat utulisasi tahun 1999 dengan tingkat kenaikanutilisasi tersebut , sebagaimana ditunjukan dalam tabel 4.2.2.

Page 15: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Tabel 4.2.2. Perhitungan Tingkat Ultilisasi Bulan 4 jenispalayanana Kesehatan

Tahun 2000 berdasarkan Data Tingkat Utilisasi Tahun 1999

Jenis Pelayanan Kesehatan Tingkat UtilisasiTahun 1999

Kenaikan Utulisasi Tingkat utilisasi tahun20000

Rawat Jalan Tingkat Pertama 0,46756 10 % 0,51432Rawat jalan tingkat lanjutan 0,05508 8 % 0,05949Rawat inap ( hari orang ) 0,00706 6 % 0,00748Gawat Daruratda 0,00080 $ % 0,00083

Tingkat Utilisasi dapat juga dihitung untuk unit atau komponen biaya kesehatan yang lebih terinciApabila data yang diperlukan tersedia , perhitungan tingkat utilisasi berdasarkan komponen biayakesehatan yang lebih terperinci kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh,misalkan data mengenai rata-rata penggunaan komponen kesehatan bulan dari masyarakat kabupatenxyz ditunjukan dalam kolom 2 tabel 4.3.2. maka dengan cara yang sama seperti diuraikan diatas dapatdihitung tingkat utilisasi dari masing-masing komponen pelayanan kesehatan. Hal ini ditunjukan dalamkolom 3-6 Tabel 4.2.3.

Tabel 4.2.3. Perhitungan Tingkat Utilisasi Bulanan Komponen Pelayanan KesehatanTahun 2000 Berdasarkan Data Tingkat Ultilisasi tahun 19999

Komponen Pelayanan Kesehatan

Jumlah Kasus Tingkat UtulisasiTahun1999

Kenaikan tingkatUtulisasi

TingkatUtilisasi Tahun

2000

1.Rawat jalan Tingkat I ( RJT –1 )- Dokter umum 80.720 0,40360 10 % 0,44396- Tindakan dokter Umum 1.516 0,00758 15 % 0,00872- Dokter Gigi 12.792 0,06396 8 % 0,06908- Tindakan Dokter gigi 188 0,00094 10 % 0,00103- Obat-obatan 69.376 0,34688 5 % 0,36422- Penunjang Diagnosa 2.192 0,01096 12 % 0,012282. Rawat jalan tingkat II ( RJT –II )- Dokter Spesialis 11.016 0,05508 10 % 0,06059- Tindakan Dokter spesialis 272 0,00136 5 % 0,00143- Penunjang diagnosa 1.408 0,0074 8 % 0,00760- Obat-obatan 9.696 0,04848 5 % 0,050903.Rawat Inap ( RI )- Kamar 1.412 0,00706 6 % 0,00748- Tindakan 280 0,00140 6 % 0,00148- Operasi 336 0,00168 5 % 0,00176- Obat-obatan 908 0,00454 5 % 0,00477- Penunjang Diagnosa 332 0,00166 8 % 0,001794.Gawat Darurat 160 0,00080 4 % 0,000835.Persalinan- Normal 364 0,00182 5 % 0,00191- Dengan Penyulit 76 0,00038 6 % 0,000406.Perawatan Khusus 128 0,00064 10 % 0,000707.Preventif dan promotif 280 0,00140 10 % 0,00154

Perhitungan Perkiraan Biaya Satuan ( Unit Cost )Biaya satuan merupakan biaya satuan pelayanan kesehatan, Biaya satuan pelayanan kesehatan dapatberbeda diantara PPK yang ada. untuk rawat jalan tingkat pertama misalnya, biaya di Puskesmas,rumah sakit pemerintah, dokter praktek, dan rumah sakit swasta dapat berbeda dengan cukupsignifikan. Pengambilan rata-rata diantara mereka dapat menimbulkan distorsi yang cukup besar. Untukitu biaya satuan sebaiknya tetap dihitung berdasarkan tarif masing-masing PPK.

Misalkan PPK yang terdapat di kabupaten xyz terdiri dari 3 jenis tarif : Puskesmas ( PKM ), Rumah SakitPemerintah (RSP ), dan Rumah sakit Swasta ( RSS). Tarif masing-masing PPK tahun 1999 untukpelayanan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawat daruratditunjukkan dalam Tabel 4.2.4.

Page 16: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Tabel 4.2.4. Biaya satuan 4 Jenis PelayananKesehatan Tahun 1999 ( Rupiah )

Jenis Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Rumah SakitPemerintah

Rumah Sakit Swasta

Rawat jalan tingkat Pertama 2.000 3.500 40.000Rawat Jalan Tingkat Lanjutan 12.000 25.000 130.000Rawat Inap ( hari Orang ) 90.000 175.000 1.250.000Gawat Darurat 25.000 50.000 100.000

Sementara itu , tarif komponen kesehatan tahun 1999 pada ketiga jenis PPK ditunjukan dalam Tabel4.2.5.

Tabel 4.2.5. Biaya Satuan Komponen Kesehatan tahun 1999 ( Rupiah )

Komponen Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Rumah SakitPemerintah

Rumah SakitSwasta

1. Rawat Jalan Tingkat 1- Dokter Umum 1.000 2.000 15.000- Tindakan Dokter umum 1.500 3.000 40.000- Dokter Gigi 1.500 3.000 25.000- Tindakan Dokter Gigi 2.500 5.000 65.000- Bat-obatan 1.000 2.000 35.000- Penunjang Diagnosa 750 1.500 20.0002. Rawat Jalan Tingkat 1- Dokter Spesialis 2.500 5.000 50.000- Tindakan Dokter Spesialis 7.500 15.000 150.000- Penunjang Diagnosa 7.500 15.000 90.000- Obat- obatan 10.000 20.000 75.0003. Rawat Inap- Kamar 7.500 15.000 500.000- Tindakan 7.500 15.000 200.000- Operasi 175.000 350.000 2.000.000- Obat-Obatan 50.000 100.000 250.000- Penunjang Diagnosa 12.500 25.000 200.0004.Gawat Darurat 25.000 50.000 100.0005.Persalinan- Normal 125.000 250.000 500.000- Dengan Penyulit 300.000 600.000 1.500.0006.Perawatan khusus 375.000 750.000 2.000.0007.Preventif dan Promotif 15.000 30.000 10-.000

Biaya satuan ( tarif ) kesehatan dalam tabel 4,2.4. dan 4.2.5. diatas merupakan biaya satuan tahun1999 . karena yang diperlukan adalah biaya satuan tahun 2000, maka diperlukan perkiraan tingkatkenaikan biaya satuan dari tahun 1999 ke tahun 2000 Dengan demikian , perkiraan biaya satuan tahun2000 merupakan hasil kali biaya satuan tahun 1999 dengan perkiraan kenaikan biaya satuan . Misalkanperkiraan tingkat kenaikan biaya satuan adalah seragam untuk semua jenis pelayanan dan semuakomponen kesehatan sebesar 10 % , maka perkiraan biaya satuan tahun 2000 diberikan dalam Tabel4.2.6. dan 4.2.7.

Tabel 4.2.6. Biaya satuan 4 Jenis Pelayanan Kesehatan Tahun 2000Berdasarkan Biaya Satuan Tahun 1999 dengan kenaikan 10 % ( Rupiah )

Jenis Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Rumah SakitPemerint

ah

Rumah Sakit Swasta

Rawat Jalan Tingkat Pertama 2.200 3.850 44.000Rawat jalan tingkat lanjutan 13.200 27.500 143.000Rawat Inap ( hari orang ) 99.000 192.500 1.375.000Gawat Darurat 27.500 55.000 110.000

Page 17: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Tabel 4.2.7. Biaya Satuan Komponen Kesehatan Tahun 2000Berdasarkan Biaya Satuan Tahun 1999 dengan

Kenaikan 10 % ( Rupiah )

Komponen PelayananKesehatan

Puskesmas Rumah Sakit Pemerintah

Rumah SakitSwasta

1. Rawat Jalan Tingkat 1- Dokter Umum 1.100 2.200 16.500- Tindakan Dokter umum 1.650 3.300 44.000- Dokter Gigi 1.650 3.300 27.500- Tindakan Dokter Gigi 2.750 5.500 71.500- bat-obatan 1.100 2.200 38.500- Penunjang Diagnosa 825 1.650 22.0002. Rawat Jalan Tingkat 1- Dokter Spesialis 2.750 5.500 55.000- Tindakan Dokter Spesialis 8.250 16.500 165.000- Penunjang Diagnosa 8.250 16.500 99.000- Obat- obatan 11.000 22.000 82.5003. Rawat Inap- Kamar 8.250 16.500 550.000- Tindakan 8.250 16.500 220.000- Operasi 192.500 385.000 2.200.000- Obat-Obatan 55.000 110.000 275.000- Penunjang Diagnosa 13.750 27.500 220.0004.Gawat Darurat 27.500 55.000 110.0005.Persalinan- Normal 137.500 275.000 550.000- Dengan Penyulit 330.000 660.000 1.650.0006.Perawatan khusus 412.500 825.000 2.200.0007.Preventif dan Promotif 16.500 33.000 11.000

Perkiraan tingkat Premi BersihSebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelum ini , Premi bersih merupakan bagian premi yangsemata-mata untuk membayar biaya kesehatan . Dengan demikian perkiraan premi bersih kita perolehdengan menghitung hasil kali dari perkiraan tingkat utilitas dan perkiraan biaya satuan . Denganmenggunakan asumsi bahwa tingkat utilisasi disemua PPK adalah sama, nilai premi bersih tahun 2000diperoleh dengan mengalikan perkiraan tingkat utilisasi tahun 2000 dan perkiraan biaya satuan tahun2000 dari masing-masing jenis pelayanan atau komponen kesehatan, dan kemudian menjumlahkanhasilnya.

Dengan mengalikan masing-masing entri yang bersesuaian dalam Tabel 4.2.2 dan Tabel 4.2.6. diperolehtingkat premi bersih untuk 4 Jenis pelayanan kesehatan , Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 4.2.8.Sementara itu tingkat premi bersih berdasarkan komponen kesehatan diperoleh dengan mengalikanmasing-masing entri yang bersesuaian dalam Tabel 4.2.3. dan Tabel 4.2.7. dan hasilnya ditunjukandalam tabel 4.2.9.

Tabel 4.2.8. Premi Bersih BulananBerdasarkan 4 jenis Pelayanan Kesehatan Tahun 2000 ( Rupiah )

Jenis Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta

Rawat jalan Tingkat Pertama 1.131.50 1.980.12 22.629.90Rawat jalan Tingkat lanjutan 785.22 1.635.88 8.506.56Rawat Inap ( hari Orang ) 740.88 1.440.59 10.289.95Gawat Darurat 22.88 45.76 91.52Jumlah 2.680.47 5.102.35 41.517.93

Page 18: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Tabel 4.2.9. Premi Bersih BulananBerdasarkan Komponen Kesehatan

Tahun 2000 ( Rupiah )

Komponen PelayananKesehatan

Puskesmas Rumah SakitPemerintah

Rumah SakitSwasta

1. Rawat Jalan Tingkat 1 1.030,33 2.060,67 23.975,11- Dokter Umum 488,36 976,71 7.325,34- Tindakan Dokter umum 14,38 28,77 383,55

- Dokter Gigi 113,98 227,95 1.899,61- Tindakan Dokter Gigi 2,84 5,69 73,93- bat-obatan 400,65 801,29 14.022,62- Penunjang Diagnosa 10,13 20,25 270,052. Rawat Jalan Tingkat 1 801,07 1.602,14 8.520,26- Dokter Spesialis 166,62 333,23 3.332,34- Tindakan Dokter Spesialis 11,78 23,56 235,62- Penunjang Diagnosa 62,73 125,45 752,72- Obat- obatan 559,94 1.119,89 4.199,583. Rawat Inap 723,27 1.446,54 10.120,12- Kamar 61,74 123,48 4.115,98- Tindakan ,12,24 24,49 326,48- Operasi 339,57 679,14 3.880,80- Obat-Obatan 262,19 524,37 1.310,93- Penunjang Diagnosa 24,65 49,30 394,424.Gawat Darura 22,88 45,76 91,52

5.Persalinan 395,69 791,37 1.715,67- Normal 262,76 525,53 1.051,05- Dengan Penyulit 132,92 265,85 664,626.Perawatan khusus 290,40 580,80 1.548,807.Preventif dan Promotif 25,41 50,82 16,94JUMLAH 3.266,17 6.532,33 45.896,90

Perhitungan Premi Bruto ( aktual )Pada bagian 4.2.2 diatas telah diuraikan prosedur perhitungan premi bersih untuk suatu programjaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat di kabupaten xyz. Tingakt premi yang dihasilkanmerupakan perkiraan biaya kesehatan tahun 2000. Dengan demikian,premi yang terkumpul diperkirakanhanya cukup untuk menutupi kebutuhan pelayanan kesehatan saja. Sementara loading berupa : biayapengelolaan program , biaya tambahan klaim yang tidak terantisipasi (kontigensi margin), dan kontribusiterhadap surplus (profit) belum termasuk di dalamnya. Untuk itu kira perlu melakukan prosedurpenghitungan tingkat premi aktual dengan menambahkan faktor-faktor biaya tersebut.

Karena loading sangat berkaitan erat dengan jumlah peserta maka pada bagian ini akan dihitung Premibruto untuk beberapa badan pengelola dengan jumlah peserta yang berbeda-beda. Sesuai denganklasifikasi jumlah kepesertaan dalam Bab 3, disini akan dihitung premi bruto untuk 5 ( lima ) kategorikepesertaan, masing-masing untuk kategori kepesertaan : sangat kecil, kecil, sedang, besar, SangatBesar, masing-masing dengan jumlah peserta ( nilai tengah ) : 500, 2.500, 12.500,60.000 dan 200.000peserta. Karena Jumlah peserta diambil nilai tengahnya , maka nilai wajar untuk tingkat kontigensimargin, biaya pengelolaan, dan kontribusi surplus diambil nilai tengah dari interval nilai wajar dalamTabel 3.1. Data ini ditunjukan dalam Tabel 4.2.10.

Tabel 4.2.10. Klasifikasi Kepesertaan dan AsumsiTingkat Kontigensi Margin,

Biaya Pengelolaan , dan Kontribusi Surplus

Bapel Klasifikasi JumlahPeserta (Orang )

KontigensiMargin

BiayaPengelolaan

KontribusiSurplus

RetensiVariabel

RetensiTetap( Rp )

A Sangat Kecil 500 17,5 % 30 % 17,5 % 30 % 1.500B Kecil 2.500 12,5 % 17,5 % 12,5 % 20 % 1.000C Sedang 12.500 7,5 % 12,5 % 9 % 10 % 500

Page 19: Pedoman Penetapan Premi JPKM

D Besar 60.000 3,5 % 7,5 % 7 % 5 % 300E Sangat Besar 200.000 1 % 3,5 % 5 % 3 % 200

Metode yang akan digunakan dalam menghitung tingkat premi bruto adalah : ( 1 ) Metode Tradisional, (2 ) Metode Rasio Harapan Kerugian , dan ( 3 ) Metode Pemisahan Retensi , Ketiga metode sudahdibahas pada Bab 3 Formula ketiga metode ini secara matematis diberikan dalam persamaan berikut :

Dengan Menggunakan Ketiga Formula di atas , berdasarkan Tingkat premi bersih Bulanan dalam Tabel4.2.8 dan Asumsi biaya dalam Tabel 4.2.10, diperoleh hasil perhitungan premi bruto untuk peserta yangmemilih Puskesmas sebagai PPK dan Bapel yang sesuai dengan ukuran kepesertaan yang bersangkutandalam tabel 4.2.11. Sementara untuk PPK Rumah sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta berturut-turut ditunjukkan dalam abel 4.2.12 dan Tabvel 4.2.13.

Tabel 4.2.11. Premi Bruto Untuk PPK PuskesmasBerdasarkan Klasifikasi Bapel dan Metode Perhitungan

MetodeBapel Tradisional Rasio Harapan Kerugian Pemisahan Retensi Rata-Rata

A 4.423 7.658 6.642 6.241B 3.820 4.662 5.019 4.500C 3.458 3.775 3.757 3.663D 3.163 3.269 3.236 3.223E 2.935 2.962 2.997 2.965

Tabel 4.2.12. Premi Bruto Untuk PPKRumah Sakit Pemerintah

Berdasarkan Klasifikasi Bapel dan Metode PerhitunganTabel 4.2.13. Premi Bruto Untuk PPK

MetodeBapel .Tradisional Rasio Harapan Kerugian Pemisahan Retensi Rata-Rata

A 8.419 14.578 10.708 11.235B 7.271 8.874 8.425 8.190C 6.582 7.186 6.650 6.806D 6.021 6.222 5.875 6.039E 5.587 5.638 5.519 5.581

Metode Tradisional :Premi Bruto = Premi Bersih ( 1 + % [ Kontigensi Margin]

+ % [ Biaya Pengelolaan ] + % [ kontribusi Suplus ]

Metode Rasio Harapan Kerugian : Premi Bersih

Premi Bruto = --------------------------------------------------- 1-% [ Kontigensi Margin ] - % [ Retensi ]

Metode Pemisahan Retensi : Premi Bersih ( 1+ %[kontigensi Margin] ) + [ Retensi Tetap ]Premi Brito =-------------------------------------------------------------------------- 1 - % [ Retensi Variabel ]

Page 20: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Rumah Sakit SwastaBerdasarkan Klasifikasi Bapel dan Metode Perhitungan

MetodeBapel Tradisional Rasio Harapan Kerugian Pemisahan Retensi Rata-Rata

A 68.505 118.623 71.834 86.320B 59.163 72.205 59.635 63.668C 53.558 58.476 50.146 54.060D 48.991 50.632 45.548 48.390E 45.462 45.876 43.436 44.925

Premi bruto diatas merupakan tingkat premi standar, yaitu tingkat premi untuk penduduk kabupaten xyzyang memiliki tingkat risiko standar. Bagi penduduk yang termsuk dalam kelompok superstandar, yaitukelompok masyarakat yang memiliki tingkat risiko dibawah rata-rata risiko penduduk, tingkat premi bagimereka seharusnya lebih rendah dari tingkat premi diatas. Sebaliknya, bagi penduduk dari kelompoksubstandar, yaitu kelompok masyarakat yang memiliki tingkat risiko diatas rata-rata risiko penduduk,tingkat premi bagi mereka seharusnya lebih tinggi dari tingkat premi diatas.

Pengelompokan penduduk dalam kategori superstandar, standar, substandar biasanya dipengaruhi olehfaktor-faktor sebagaimana disebutkan dalam bagian 3.3 yaitu antara lain : Usia, pendapatan, domisili,pekerjaan, dan jenis kelamin, Pengelompokan berdasarkan domisili akan secara otomatis terakomodasiapabila perhitungan tingkat premi dilakikan per wilayah, kabupaten atau kota. Berdasarkan analisis datasusenas pada Bagian 4.1. Pengelompokan berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendapatan sangatmungkin untuk dilakukan. Dalam buku pedoman ini pengelompokan peserta berdasarkan kelompok usia,jenis kelamin dan pendapatan belum dilakukan karena konpleksitas perhitungan dan berbagaiketerbatasan lain. Agar lebih koprehensif, buku pedoman premi jaminan pemeliharaan kesehatanmasyarakat yang lebih spesifik, dengan mempertimbangkan kelompok usia, jenis kelamin, danpendapatan, sebaiknya disusun untuk melengkapi buku pedoman ini.

Page 21: Pedoman Penetapan Premi JPKM

BAB VMEKANISME KOLEKSI PREMI

1. Mekanisme Penarikan ( Koleksi ) Premi

Langkah penting setelah penentuan besarnya iuran premi adalah bagaimana premi dapat ditarik dari pesertaprogram jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Perhitungan premi yang memenuhi asas dan tujuanprogram tidak akan banyak berguna apabila tidak didukung oleh mekanisme penarikan premi yang efektifdan efisien.

Ketidak-efektifan penagihan premi dapat terjadi karena, antara lain :Mekanisme pembayaran menyulitkkan peserta. Hal ini mengakibatkan tingkat koleksi (jumlah premi yangdapat ditagih) menjadi rendah.

• Adminitrasi koleksi Premi berbelit-belit. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan pengadministrasian premidan menimbulkan ketidakpuasan peserta, terutama dalam hal terjadi kehilangan data dan dokumenpembayaran.

Inefisiensi Penagihan premi dapat terjadi karena, antara lain :• Prosedur koleksi melibatkan terlalu banyak pihak. Pada dasarnya semakin banyak pihak yang terlibat,

semakin banyak diperlukan biaya.• Administrasi koleksi tidak sesuai. Sistem administrasi memegang peranan yang cukup penting dalam

sistem koleksi premi, terutama jika melibatkan lebih dari satu pihak.• Manajemen penagihan premi tidak memenuhi syarat. Manajemen penagihan premi yang dilakukan

tanpa manajemen yang baik dapat mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang tidak perlu.

Untuk menghindari ketidak-efektifan dan inefisiensi koleksi premi , penyelenggara dapat membuatmekanisme penagihan premi yang memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :

1. Sederhana Pengisian formulir harus distandarisasi sehingga tidak menyulitkan pihak-pihak yangterkaitan, baik peserta maupun petugas dari penyelenggara.

2. Aksesibel, Pembayaran premi seharusnya dapat dilakukan ditempat-tempat yang terjangkau olehpeserta, Namun demikian harus pula diperhatikan biaya dan manfaat yang diperoleh. Penggunaanmediatransaksi yang umum juga dapat dilakukan, seperti melalui ATM, kantor pos, atau mekanismepajak, sebagai alternatif.

3. Akuntabel. Penagihan premi harus dapat dipertanggungjawabkan Mekanisme dan sistem operasipenagihan harus jelas dan sistematis, sehingga penyalahgunaan dan kebocoran dapat dihindari.

4. Transparan . Administrasi premi harus dibuat sedemikian rupa sehingga peserta dan masyarakatmemiliki akses terhadap informasi yang berkaitan dengan ketentuan mengenai penentuan premi,pembayaran premi yang bersangkutan, penggunakan premi, dan kondisi keuangan penyelenggara ataupihak-pihak yang berkaitan dengan programjaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

5. Padat Teknologi. Penggunaan teknologi informasi merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkanefektifitas dan efisiensi penagihan premi. Teknologi informasi yang sesuai dapat memberikan banyakkemudahan dan keuntungan bagi peserta dan penyelenggara. Namun demikian, penggunaan teknologiinformasi perlu diseduaikan dengan kebutuhan.

6. Penggunaan tenaga ahli. Penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat,membutuhkan keahlian yang beragam : ahli bisnis administrasi, aktuaris, akuntan, ahli medis, ahlikesehatan masyarakat, ahli hukum, dan lain -lain.

2. Metode Distribusi dan Koleksi PremiDistribusi dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dan sistem yang dirancang agar proses marketing menjadilebih baik dan produk sampai kepada konsumen yang membutuhkannya. Dalam prakteknya, Sistem distribusiakan berkaitan dengan sistem koleksi premi , yaitu :

A. Sistem distribusi tanggapan langsung ( direct respond distribution systems ) danB. Sistem distribusi penjualan melalui personel ( personal selling distribution systems )

a. Sistem Distribusi Tanggapan Langsung ( Direct Respond Systems )

Ciri dari Sistem distribusi tanggapan langsung ( direct respond System ) adalah :a) Tidak ada agen atau penjual produk yang datang langsung kepada customer danb) Tidak ada tatap muka antara penjual dan pembeli.

Consumer membeli produk dengan memberikan respond terhadap iklan yang dikirimkan melalui suratoleh perusahaan atau telepon.

b. Sistem Distribusi Penjualan Melalui Personal ( Personal selling Distribution Systems )

Page 22: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Sistem distribusi penjualan melalui personal ( personal selling distribution systems ) menggunakanseseorang yang diberi suatu komisi atau pegawai perusahaan dibayar secara rutin untuk menjual produkmelalui suatu presentasi yang dibuat kepada calon pembeli yang potensial. Pengalaman sistem ini yangmenghasilkan 99 % penerimaan premi pertama ( new business ) di Amerika dan kanada.

Beberapa Jenis dari sistem distribusi penjualan melalui personal ( Personal Seliiing distribution systems )adalah sebagai berikut:a) Sistem Keagenan Umum ( Ordinary Agency System )

Sistem keagenan umum ( Ordinary agency System ), sering juga disebut sistem keagenan karir (career agency system ) , menggunakan agen karir yang bekerja secara penuh ( full – time ) . Agentersebut juga bertugas untuk membantu calon peserta dalam mengisi aplikasi , menarik premipertama, dan pelayanan pasca penjualan Dalam prakteknya, penarikan premi lanjutan jugadilakukan oleh agen penutup.

Dalam sistem ini agen memiliki kontrak dengan perusahaan yang berisi keterangan bahwa agenbukan pegawai perusahaan batasan –batasan kewenangan agen , persyaratan –persyaratan yangharus dipenuhi agen ( contoh : Kemampuan kerja ( performance ) , kompensasi , besar komisi,kewenangan perusahahan merevisi kompensasi dan sebagainya.

b) Sistem keagenan Multi Bisnis ( Multi-line agency System )Sistem yang digunakan untuk mendistribusikan melalui agen karir produk-produk dari suatu groupperusahaan yang masih berafilasi keuntungan dari keagenan multi-isnis (multi –line agency) adalah:

1. Dapat melakukan penjualan lebih satu produk ( cross-selling product )2. Membantu mengurangi masalah dalam mencari calon nasabah yang potensial ( Prospecting)3. Meningkatkan tingkat persistensi

c) Sistem Layanan rumah ( Home Service System )Sistem layanan rumah ( home service System ) menggunakan agen penuh ( Full-time ) untukmenjual produk dan memberikan pelayanan kepada customer kepada suatu kelompok pesertayang biasanya dalam suatu daerah tertentu. beberapa karakteristik dari sistem distribusi layananrumah ( home service distribution system ) adalah sebagai berikut :

1. Agen diberi kepercayaan penuh untuk melakukan pelayanan kepada peserta2. Pengelompokan peserta atas dasar letak geografi dimana mereka tinggal3. Menarik premi dan memberikan pelayanan dirumah peserta4. Pengadministrasian dilakukan oleh agen

Target pasar suatu perusahaan yang menggunakan sistem distribusi layanan rumah ( Home servicedistribution system ) adalah kelas keluarga menengah ke bawah dan kelompok usaha kecil ( smallbusiness ) yang preminya dibayar bulanan dengan jumlah peserta relatif sedikit.

d) Sistem Broker / Pialang ( Brokerage System )Dalam sistem Ini, perusahaan menggunakan broker/ pialang dalam menjual produk kompensasiyang harus dibayar perusahaan kepada broker dalam bentuk komisi di tahun pertama dan jugakomisi atas premi lanjutan ( renewal comissions ) Selain komisi, broker biasanya mendapatkanbonus tergantung dari produksi dan persistensi.

e) Sistem Distribusi keagenan waralaba ( Personal Producing General Agency (PPGA) distributionsystem )Sistem distribusi keagenan waralaba ( Personal Producing general agency ( PPGA ) adalah agenyang bekerja sendiri ( berkantor sendiri bukan di kantor milik perusahaan / cabang atau pemasaranperusahaan ) dan terikat dalam penjualan produk perusahaan, komisi yang diperoleh PPGA adalahkomosi di tahun pertama dan juga komisi atas premi lanjutan ( renewal comissions ) serta komisitambahan ( overides )

f) Sistem Distribusi dengan pegawai tetap ( salaried sales Distribution System )Dipasarkan oleh pegawai perusahaan yang diberikan gaji tetap dan bukan dengan sistem komisi,

g) Sistem Distribus Kios ( Location selling Distribution System )Sistem distribusi kios ( location-selling distribution System ) didesain untuk menimbulkan keinginanmembeli dari customer karena mengunjungi suatu kios atau counter yang terletak di supermarket,bank, hotel, atau tempat keramaian lainnya yang bertindak sebagai agen dalam sistem inidimungkinkan :1. Agen dari perusahaan2. Pegawai bank atau3. BrokerAgen tersebut biasanya dibayar dengan dengan sistem komisi atau sistem gaji ditambah dengansuatu bonus.

3. Metode Koleksi Premi JPKM yang Ideal

Page 23: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Cara pembayaran premi tahunan merupakan cara pembayaran yang paling baik untuk programJPKM dengan beberapa alasan sebagai berikut :

(a) Tingkat pengunduran diri dari kepeserta an JPKM akan dapat diminimalkan dibanding cara bayarpremi bulanan, triwulan, ataupun semesteraan

(b) Hemat waktu dan biaya. Biaya koleksi premi akan rendah dan Hemat waktu karena tidak harussetiap bulan premi ditarik dari peserta.

(c) Bapel JPKM dapat melakukan Investasi dan premi yang terkumpul secara lebih optimal.

Cara pembayaran secara tahunan akan lebih menarik bagi peserta JPKM apabila Bapel JPKMmemberikan diskon terhadap premi yang dibayar secara tahunan. Pemberian diskon tersebut cukupmasuk akal untuk dilakukan karena risiko peserta tidak ikut program JPKM dalam tahun tersebut teratasidan faktor nilai waktu dari uang ( time value of money ) dimana nilai uang pada saat sekarang dan saatmendatang berbeda.Dari sistem distribusi yang disebutkan diatas , sistem yang paling cocok untuk program JPKM adalahsistem layanan rumah ( home service system ) hanya saja penggunaan agen diambil dari peserta JPKMyang diberi wewenang untuk melakukan penarikan premi bagi kelompok dimana agen tersebut berada.Karena agen tersebut juga merupakan peserta JPKM maka ia harus juga membayar premi sama denganpeserta lainnya.

Pengelompokan dari suatu group orang dapat dilakukan berdasarkan letak geografi, seperti rukunwarga, Rukun Tangga, atau kelompok tani, dan sebagainya, Sebagai agen yang ditunjuk oleh BapelJPKM, ia mempunyai tugas :

(a) Melakukan pengadministrasian peserta JPKM dalam kelompoknya.(b) Melakukan pengadministrasian premi dari peserta(c) Mencari peserta baru agar bergabung dengan program JPKM

Sebagai kompensasi , hak yang akan diperoleh agen dapat berupa komisi yang besarnya prosentasedari penerimaan premi dalam kelompok yang diageninya.Penunjukan agen untuk suatu kelompok tertentu dapat dilakukan dengan menunjukan bendahara dalamkelompok tersebut atau dengan menunjuk orang yang berpengaruh dalam kelompok tersebut . Hal iniakan memudahkan dalam penarikan premi.

Skema Sistem Distribusi dan Koleksi PremiSistem Distribusi tanggapan Langsung

( Direct respond Systems )

B.A.P.E. L.

MEMBELIDAN

MEMBAYARPREMI

MENAWARKAN

PRODUKMELALUI

IKLAN

CALON NASABAH / PESERTA

CUSTOMER

Page 24: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Keterangan :Iklan produk yang dijual , berserta blanko aplikasi kepesertaan ( JPKM ) dikirimkan oleh perusahaan kepada calonpembeli/ customer . Berdasarkan ikalan tersebut , calon nasabah akan menganggapinya ( memberikan feedback )dengan mengisi aplikasi dan mengirimkan kembali berserta pembayarannya kepada perusahaan .l

Sistem Distribusi Penjualan Melalui Personal( Direct selling Distribution Systems )

Keterangan :Penjualaan dilakukan melalui pegawai penjualan / agen yang dipekerjakan berdasarkan kontrak untukmenawarkan produk kepada calon pembeli/ customer. Berdasarkan kontrak tersebut , perusahaan akan

B A P E L

KOMISI /GAJI

MeneruskanPembelianAsuransi

DanMenyerahka

n Premi

KontrakAgen /

PegawaiPenjualan

Pegawai Penjualan / Agen

MembeliDan

MembayaraPremi

Menawarkan

BerbagaiJenis

Produk

CALON NASABAH / PESERTA

CUSTOMER

Page 25: Pedoman Penetapan Premi JPKM

memberikan gaji ditambah insentif tertentu atau komisi tertentu kepada pegawai penjualan/ agen sebagaimanadisepakati / ditentukan sebelum nya atas setiap terjadinya penjualan produk kepada nasabah,

B nSistem Keagenan Umum( Ordinary Agency Systems )

Keterangan :Berdasarkan Kontrak Keagen, agen menawarkan produk dan membantu calon terganggung dalam mengisiaplikasi, menarik premi pertama dan pelayanan pasca penjualan. Kemudian meneruskan hasil penerimaan premiberserta aplikasi kepada perusahaan. Dalam praktek nya, agen tersebut juga diberi wewenang untuk melakukanpenarikan premi lanjutan.

BAPEL

KOMISI

AplikasiYg / Telah

Terisi SecaraBenar dan

Uang PremiKontrak

Keagenan PremiLanjutan

Agen ProfesionalBukan Pegawai

CALON NASABAH / PESERTA

CUSTOMER

AplikasiYg Telah

TerisiSecara

Benar danUangPremi

Menawarkan

Produk

PremiLanjutan

Page 26: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Sistem Keagenan Multi Bisnis( Multi Line AgenCy Systems )

Keterangan:Berdasarkan Kontrak keagen, Agen menawarkan berbagai macam produk cross selling product kepada calonpeserta dan membantu mengisi aplikasi menarik premi pertama dan pelayanan pasca – penjualan. Kemudianmeneruskan hasil penerimaan premi beserta aplikasi kepada perusahaan.

B A P E L

KOMISI

Aplikasi YgTelah Terisi

SecaraBenar Dan

Uang Premi

KontrakKeagenan

AGEN

Aplikasi ygTelah TerisiSecara Benardan UngPremi

Menawarkan

BerbagaiJenis

Produk

CALON / PESERTA

CUSTOMER

Page 27: Pedoman Penetapan Premi JPKM

SISTEM KEAGENAN LAYANAN RUMAH( Home Service Systems )

Keterangan :Berdasarkan kontrak keagenan agen menawarkan produk tertentu kepada sekelompok calon peserta ( karyawansuatu perusahaan ) dan membantu mengisi aplikasi bagi kelompok tersebut, kemudian meneruskannya kepadaBapel.

B A P E L

Aplikasiyag telahterisi untukkelompoknasabah

KONTRAKKEAGENAN

PremiBulanan/Periodik

AGEN FULL TIME

KOMISIBulanan

Aplikasiyg telah

terisiuntuk

kelompokNasabah

Menawarkan jenisProduk

KELOMPOK / PESERTA

COSTOMER

Page 28: Pedoman Penetapan Premi JPKM

SISTEM BROKER( BROKERAGE SYSTEMS )

Keterangan :Berdasarkan Kontrak ( dapat juga tidak berdasarkan kontrak – karena posisi broker mewakili tertanggung ) ,Broker menawarkan produk / menerima permintaan kepada / dari calon peserta , setalah itu kemudian brokerakan membantu mengisi / memenuhi aplikasi premi bagi kelompok peserta tersebut . Setelah apl;ikasi besertabukti yang diminta dalam aplikasi tersebut terpenuhi broker meneruskan aplikasi yang telah terisi tersebut besertapreminya ( setelah dipotong langsung dengan komsis broker ) kepada Bapel.

B A P E L

Aplikasi DanUang Premi

setelahDipotongKomisiBroker

Kontrak

Broker /Pialang

BROKER / PIALANG

AplikasiYg Telah

TerisiSecaraBenar

Dan uangPremi

Menawarkan

Beberapa JenisProduk

CALON / PESERTA

CUSTOMER

Page 29: Pedoman Penetapan Premi JPKM

SISTEM KEAGENAN WARALABA( Personal Producing General Agency Distribution Systems )

Keterangan :Berdasarkan kontrak keagenan , Agen menawarkan berbagai macam produk ( tidak terkait terhadap produkperusahaan ) kepada calon peserta dan membantu mengisi aplikasi menarik premi pertama , dan pelayanan pascapenjualan , kemudian meneruskan hasil penerimaan premi beserata aplikasi kepada perusahaan dan secaraperiodik, agen akan menerima komisi atas produksinya.

B A P E L

KOMISITAHUNPERTAMAPremi Lanjutandan KomisiTambahan

Aplikasi YgTelah Terisi

SecaraBenar Dan

Uang Premi

KontrakKeagenan

PPGABERDIRI SENDIRI DANTIDAK TERIKAT

Aplikasi ygTelah TerisiSecara Benardan UngPremi

Menawarkan

BerbagaiJenis

Produk

CALON / PESERTA

CUSTOMER

Page 30: Pedoman Penetapan Premi JPKM

SISTEM DISTRIBUSI DENGAN PEGAWAI TETAP( SALARIED SALES DISTRIBUTION SYSTEM)

Keterangan :Pegawai tetap yang ditugaskan untuk menawarkan berbagai produk perusahaan kepada calon peserta danmembantu mengisi aplikasi , menarik premi pertama , dan pelayanan pasca –penjualan , kemudian meneruskanhasil penerimaan premi beserta aplikasi kepada perusahaan dan setiap bulan pegawai tersebut akan menerimagaji tetap.

B A P E L

GAJITETAP

Aplikasi YgTelah Terisi

SecaraBenar DanUang Premi

PEGAWAI TETAPPERUSAHAAN

Aplikasi ygTelah TerisiSecara Benardan UngPremi

Menawarkan

BerbagaiJenis

Produk

CALON / PESERTA

CUSTOMER

Page 31: Pedoman Penetapan Premi JPKM

SISTEM DISTRIBUSI KIOS( LOCATION - SELLING DISTRIBUTION SYSTEM)

Keterangan :

Keterangan : dalam kios penjualan , pegawai /agen ditugaskan untuk menawarkan berbagai produk perusahaanyang berlokasi di tempat-tempat keramaian/ umum. Pegawai /Agen yang bersangkutan akan menawarkanproduk-produknya kepada calon peserta yang datang dan membantu mengisi aplikasi , menarik premi pertama ,kemudian meneruskan hasil penerimaan premi berserta aplikasi kepada perusahaan dan secara periodik pegawai/agen yang bersangkutan tersebut akan menerima komisi atau gaji ditambah dengan bonus.

B A P E L

Komisi Atau GajiDitambah Bonus

Aplikasi YgTelah Terisi

SecaraBenar DanUang Premi

KIOS PENJUALAN( Terdiri dari agen Pegawai Bank )

Aplikasi ygTelah TerisiSecara Benardan UngPremi

Menawarkan

BerbagaiJenis

Produk

CALON / PESERTA

CUSTOMER

Page 32: Pedoman Penetapan Premi JPKM

BAB VIKESIMPULAN

1. Kesimpulan

Penentuan Premi program jaminan pemelihara kesehatan masyarakat, dilakukan dengan menggunakanmetode peringkatan komunitas ( Community rating ) Metode ini menggunakan data penduduk suatu wilayah( kabupaten atau kota ) sebagai dasar penentuan premi. Peningkatan komunitas secara teknis mengabaikanbeberapa asas premi yang umum, dimana setiap anggota masyarakat diasumsikan memiliki karakter risikoyang sama, walaupun sebetulnya mereka terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki karakteristik risikoyang berbeda-beda. Untuk itu, agar program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dapat berhasildengan baik, implementasi peringkatan komunitas menutut beberapa prasyarat yang harus dipenuhi, antaralain :1. Sosialisasi yang baik kepada masyarakat, untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada

masyarakat mengenai konsep dasar program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan manfaatsosial dari program ini.

2. Penegakan hukum dalam pelaksanaan program, untuk menghidari praktik-praktik penyalah gunaandana masyarakat oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan program ini.

3. Penyediaan unit pelayanan kesehatan yang cukup merata, sehingga setiap anggota masyarakat memilikikesempatan dan akses yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

4. Ketentuan mengenai pembayaran, penetapan tingkat premi dan mekanisme penagihan premi yangjelas, terukur dan transparan, untuk menghindari upaya-upaya penghindaran (avoidance) danpenyalahgunaan fasilitas yang diberikan, seperti subsidi bagi penduduk miskin dan pengurangan(markdown) pendapat apabila premi dikaitkan dengan pendapatan.

5. Pengelolaan program yang transparan untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadappelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan menghindari praktik-praktikpenyalahgunaan dana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

6. Penyelenggaraan program yang efesien sehingga beban yang ditanggung masyarakat sesuai denganpelayanan yang mereka terima.

7. Pembinaan dan pengawasan yang efektif dan efisien untuk memastikan bahwa program jaminanpemeliharaan kesehatan masyarakat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.Prakondisi-prakondisi diatas perlu dipersiapkan dengan segera dan matang, agar pelaksanaan programjaminan pemelihara kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan dan dipersiapkan dengan bertahap,sistematis dan konseptual, Berkaitan dengan penetapan premi bagiprogram jaminan pemeliharaankesehatan masyarakat, Pelaksanaannya harus tetap fleksibel, disesuaikan dengan kondisi wilayah dankondisi sosial masyarakat setempat.

2. Penutup

Pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat tidak akan mungkin dilaksanakan danberhasil dengan baik tanpa kerjasama dan upaya yang serius dari berbagai pihak, antara lain : Pemerintahpusat,pemerintah daerah, lembaga-lembaga sosial masyarakat, unit-unit pelayanan kesehatan dan obat-obatan, profesional terkait ( akuntan, aktuaris,dokter,paramedis, dan ahli hukum ), dan tentu sajamasyarakat sendiri. Departemen kesehatan ( pusat ) selaku pembina dan pengawas pelaksana an programjaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dituntut untuk berperan sebagai regulator, fasilitator, dansekaligus badan yang memberikan perlindungan kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatanmasyarakat.

Mudah-mudahan pedoman ini dapat memberikan kontribusi bagi upaya pengembangan dan pelaksanaanprogram jaminan pemelihara kesehatan masyarakat di Indonesia.

Page 33: Pedoman Penetapan Premi JPKM

SIMULASI PERHITUNGAN PREMI ( D K I JAKARTA)

Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 1999 tercatat 9.604.900 orang. Kasus Rawat Jalan Tingkat Pertama,Lanjutan dan Rawat Inap di DKI Jakarta tahun 1999 dan 1998 ditunjukan dalam tabel berikut :

Jenis PelayananKesehatan

Kasus 99 Kasus 98

Rawat Jalan TKPertama

2.758.104 2.531.347

Rawat Jalan TkLanjutan

541.153 490.630

Rawat Inap ( Hari ) 2.342.450 2.675.330

Rata-rat biaya pelayanan kesehatan tahun 1999 di wilayah DKI Jakarta berdasarkan tarif Puskesmas, RumahSakit Pemerintah dan Rumah sakit swasta , adalah sebagai berikut

Jenis Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rumah SakitPemerintah

Rumah Sakit Swasta

Rawat Jalan tingkat Pertama 4.000 10.000 40.000Rawat Jalan Tingkat Lanjut 15.000 40.000 150.000Rawat Inap ( hari orang ) 50.000 150.000 300.000

Berdasarkan data diatas :1) Dengan asumsi kenaikan tingkat utilisasi rata-rata tahun 2000 sama dengan kenaikan tingkat utilisasi

tahun 1999 ( dari tahun 1998 ) , beberapa perkiraan tingkat utilisasi DKI Jakarta tahun 2000 [ GunakanForm 1]

2) Dengan asumsi tingkat kenaikan biaya satuan pelayanan kesehatan rata-rata sebesar 10 % untuktahun 2000, berapa perkiraan biaya satuan DKI jakarta tahun 2000 untuk masing-masing jenis PPK [Gunakan Form 2 ]

3) Berapa biaya kesehatan ( premi bersih ) per kapita jika mengunakan PPK Puskesmas ? Jikamenggunakan RS Pemerintah ? Jika menggunakan RS Swasta ? [ Gunakan Form 3A ]

4) Berapa biaya kesehatan ( premi bersih ) per kapita jika Rawat Jalan Tingkat Pertama mengunakan PPKPuskesmas, sementara Rawat Jalan Tingkat Lanjutan menggunakan RS Pemerintah dan Rawat Inapmenggunakan RS Swasta ? [gunakan form 3 B ]

5) Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : Sangat Kecil , Sedang dan Sangat Besar ) yangwajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan MetodeTradisional ? [ Gunakan form 4A]

6) Beberapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : Sangat Kecil , sedang dan sangat besar ) yangwajar untuk biaya kesehatan ( Premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan MetodeRasio Harapan kerugian ? [ Gunakan form 4 B ]

7) Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : Sangat Kecil , Sedang dan sangat besar ) yangwajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan MetadePemisahan Retensi ? [ Gunakan Form 4 C ]

8) Diskusikan Kelayakan hasil Perhitungan tersebut.

Simulasi Perhitungan Premi( Prop Riau )

Jumlah Penduduk Propinsi Riau tahun 1998 tercatat 4.406.204 Orang. Kasus Rawat jalan tingkat Pertama,Lanjutan dan Rawat Inap di Prop Riau Tahun 1998 Ditunjukan dalam tebel

Jenis Pelayanan Kesehatan Kasus 98Rawat Jalan Tk Pertama 757.129Rawat Jalan Tk Lanjutan 48.182Rawat Inap ( Hari ) 286.551

Page 34: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Rata-rata biaya pelayanan kesehatan tahun 1998 di wilayah Prop Riau berdasarkan Tarif Puskesmas, RumahSakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, adalah sebagai berikut:

Jenis PelayananKesehatan

Puskesmas Rumah SakitPemerintah

Rumah sakitSwasta

Rawat Jalan TkPertama

2.500 6.000 30.000

Rawat Jalan TkLanjutan

12.000 30.000 120.000

Rawat Inap ( hariorang )

40.000 100.000 200.000

Bedasaran data diatas:

1) Dengan asumsi kenaikan tingkat utilisasi rata-rata tahun 1999 Prop Riau sama dengan kenaikantingkat utilisasi tahun 1999 ( dari tahun 1998 ) DKI Jakarta, beberapa perkiraan tingkat ultilisasiprop Riau tahun 1999 [ Gunakan form 1 ]

2) Dengan asumsi tingkat kenaikan biaya satuan pelayanan kesehatan rata-rata sebesar 10 % untukTahun 1999, beberapa perkiraan biaya satuan Prop Riau tahun 1999 untuk masing-masing jenisPPK [ Gunakan Form 2 ]

.3) Bebrapa biaya kesehatn ( premi bersih ) per kapita jika mengunakan PPK puskesmas ? jika

menggunakan RS Pemerintah ? jika menggunakan RS swasta ? [ Gunakan Form 3 A ]

4) Berapa biaya kesehatan ( premi bersih ) per kapita jika rawat Jalan Tingkat Pertama mengunakanPPK puskesmas , Sementara Rawat jalan tingkat Lanjutan menggunakan RS Pemerintah danRawat Inap menggunakan RS swasta ? [ Gunakan Form 3 B ]

5) Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : sangat kecil, sedang dan sangat besar ) yangwajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( $) dan ( 5 ) jika menggunakanMetode tradisional ? [ Gunakan Form 4 A ]

6) Berapa Tingkat Premi JPKM ( Untuk kalsifikasi Bapel : sangat kecil sedang dan sangat besar ) yangwajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakanMetade Rasio harapan Kerugian ? [ gunakan Form 4 B ]

7) Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : sangat kecil, sedang dan sangat besar ) yangwajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakanMetode pemisahan Retensi ? [ Gunakan form 4 C ]

8) Diskusikan kelayakan hasil perhitungan tersebut.

Perhitungan Tingkat Utilisasi Tahunan

TahunPropinsi / Kota/ KabupatenJumlah Penduduk

No

Jenis PelayananKesehatan

JUmlahKasuspada

tahun Z

TingkatUtilisasi

padaTahun ZuUl

FaktorkenaikanUltilisasi

PerkiraanTingkatutilisasiTahunZ+ 1

1 Rawat Jalan TK Pertama2 Rawat Jalan Tk Lanjutan3 Rawap inap

Catatan [ Tingkat Utilisasi tahun z ] = [ jumlah kasus tahun z ] / [ jumlah penduduk tahun z ] [ Faktor Kenikan Utilisasi ] = 1 + [ Pesentase Kenaikan Utilisasi ] [ tingkat Utilisasi tahun Z + 1 ] = [ Tingkat Utilisasi tahun Z ] X [ Faktor Kenaikan Utulisasi ]

FORM 1

Page 35: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Perhutungan Biaya Satuan

TahunPropinsi / Kota / KabupatenJenis PPK

No

Jenis PelayananKesehatan

Biayasatuan

( Tarif )Tahun Z

FaktorKenaikan

BiayaSatuan

PerkiraanBiaya

SatuanTahunZ+ 1

1 Rawat Jalan TK Pertama2 Rawat Jalan Tk Lanjutan3 Rawap inap

Catatan : [ Biaya satuan tahun Z ] = Tarif Pelayanan Kesehatan pada PPK yang dipilih [ Faktor Kenaikan Biaya Satuan ] = 1+ [ Persentase perikaan kenaikan biaya Satuan ]

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Perhitungan Biaya Kesehatan Untuk satu Jenis PPK( Premi Bersih Tahunan )

TahunPropinsi / Kota / KabupatenJenis PPK

No

Jenis PelayananKesehatan

Biayasatuan

( Tarif )Tahun Z

FaktorKenaikan

BiayaSatuan

PerkiraanBiaya

SatuanTahunZ+ 1

1 Rawat Jalan TK Pertama2 Rawat Jalan Tk Lanjutan3 Rawap inapJumlah ( =Perkiraan Biaya Kesehatan per Orang dalam 1 Tahun )

Catatan : [ Perkiraan tingkat Utilisasi ] = [ Perkiraan Tingkat utilisasi Tahun z + 1] ( dari Form 1 ) [ perkiraan Biaya satuan ] = [ perkiraan Biaya satuan Tahun z +1 ( dari Form 2 )

Perhitungan Biaya Kesehatan Dari Beberapa Jenis PPK( Premi Bersih Tahunan )

TahunPropinsi / Kota/ Kabupaten

FROM 2

NO :

FORM 3 A NO :

Form 3 B NO :

Page 36: Pedoman Penetapan Premi JPKM

No

Jenis PelayananKesehatan

Jenis PPK PerkiraanTingkatUtilisasi

PerkiraanBiaya

Satuan

PerkiraanBiaya

Kesehatan

1 Rawat Jalan TK Pertama2 Rawat Jalan Tk Lanjutan3 Rawap inapJumlah (= Perkiraan Biaya Kesehatan per Orang dalam 1 Tahun )

Catatan : [ Perkiraan Tingkat Utilisasi ] = [ Perkiraan tingkat Utilisasi Tahun Z+1] ( dari Form 1 ) [ Perkiraan Biaya satuan ] = [ Perkiraan Biaya satuan Tahun Z+1] ( dari Form 2 untuk PPK Ybs

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM( Metode Tradisional )

TahunPropinsi / Kota/ KabupatenKategori Bapel ( lihatCatatan )

Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat Besar

Valuasi :

No Beban ( loading ) Minimum

Maksimum

Keterangan

1 Kontigensi Margin ( % ) Lihat Tabel di bawah2 Biaya Pengelolaan ( % ) Lihat Tabel di bawah3 Kontribusi Surplus ( % ) Lihat Tabel di bawah4 Jumlah Beban ( % ) ( 1 )+( 2) +(3)5 Faktor Beban 1 + ( 4 )6 Biaya Kesehatan Bersih ( Rp

)Dari Form 3 A / B

7 Biaya Premi JPKM ( 5 ) X (6 )

Validasi

No

Beban Nominal Minimum

Maksimum Keterangan

8 Kontigensi Margin ( Rp ) (1) X (6)9 Biaya Pengelolaan ( Rp ) (2) X (6)10

Kontribusi Surplus ( Rp ) (3) X (6)

11

Jumlah Beban ( Rp ) (8)+ (9) + (10)

12

Biaya Premi JPKM (6) + ( 11 )

Tabel Beban :

Form 4 A NO :

Page 37: Pedoman Penetapan Premi JPKM

KlasifikasiBapel

Jumlah Peserta ( Orang )

KontigensiMagin

BiayaPengelolaan

Kontribusisurplus

Sangat Kecil Kurang dari 1.000 15 %-40 % 20 %-40 %Kecil 1.000 – 5.000 10 % - 15 % 15 % – 20 %Sedang 5.000 – 20.000 5 %- 10 % 10 % - 15 %Besar 20.000- 100.000 2 % - 5 % 5 % - 10 %Sangat besar Lebih dari 100.000 0 % - 2 % 2 % - 5 %

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM( Metode rasio harapan Kerugian )

TahunPropinsi / Kota/ KabupatenKategori Bapel ( lihatCatatan )

Sangat Kecil KecilSedang Besar Sangat Besar

Valuasi :

No

Beban ( loading ) Minimum

Maksimum Keterangan

1 Kontigensi Margin ( % ) Lihat Tabel dibawah

2 Biaya Pengelolaan ( % ) Lihat Tabel dibawah

3 Kontribusi Surplus ( % ) Lihat Tabel dibawah

4 Jumlah Beban ( % ) ( 1 )+( 2) +(3)5 Faktor Beban 1 + ( 4 )6 Biaya Kesehatan Bersih (

Rp )Dari Form 3 A / B

7 Biaya Premi JPKM ( 5 ) X (6 )

Validasi

No

Beban Nominal Minimum

Maksimum Keterangan

8 Kontigensi Margin ( Rp ) (1) X (6)9 Biaya Pengelolaan ( Rp ) (2) X (6)10

Kontribusi Surplus ( Rp ) (3) X (6)

11

Jumlah Beban ( Rp ) (8)+ (9) + (10)

12

Biaya Premi JPKM (6) + ( 11 )

Tabel Beban :

KlasifikasiBapel

Jumlah Peserta ( Orang )

KontigensiMagin

BiayaPengelolaan

Kontribusisurplus

Sangat Kecil Kurang dari 1.000 15 %-40 % 20 %-40 % 15 % - 20 %Kecil 1.000 – 5.000 10 % - 15 % 15 % – 20 % 10 % - 15 %Sedang 5.000 – 20.000 5 %- 10 % 10 % - 15 % 8 % - 10 %Besar 20.000- 100.000 2 % - 5 % 5 % - 10 % 6 % - 8 %Sangat besar Lebih dari 100.000 0 % - 2 % 2 % - 5 % 4 % - 6 %

Form 4 B NO :

Page 38: Pedoman Penetapan Premi JPKM

Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM( Metode Pemisahan Retensi )

TahunPropinsi / Kota/ KabupatenKategori Bapel ( lihatCatatan )

Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat Besar

Valuasi :

No

Beban ( loading ) Minimum

Maksimum

Keterangan

1 Kontigensi Margin ( % ) Lihat Tabel di bawah

2 Faktor Margin 1 + ( 1 )3 Biaya Kesehatan Bersih ( Rp ) Dari Form 3 A /B4 Biaya Kesehatan margin ( Rp ) ( 2 ) X ( 3 )5 Retensi Tetap ( RP ) Lihat Tabel dibawah6 Biaya Kesehatan Bebnan tetap (Rp ) ( 4 ) + ( 5 )7 Retensi Variabel ( % ) Lihat Tabel di bawah8 Faktor retensi 1 – ( 7 )9 Biaya Premi JPKM ( 6 ) / ( 8 )

Validasi

No

Beban Nominal Minimum

Maksimum Keterangan

10

Kontigensi Margin ( Rp ) (1) X (3) / (8)

11

Retensi Tetap ( Rp ) (5) / (8)

12

Retensi Variabel ( Rp ) (7) X (9)

13

Jumlah Beban ( Rp ) (8)+ (9) + (10)

14

Biaya Premi JPKM( Rp ) (3) + ( 13 ==(9))

Tabel Beban :

KlasifikasiBapel

Jumlah Peserta ( Orang )

KontigensiMagin

BiayaPengelolaan

Retensi Tetap (Rp )

Sangat Kecil Kurang dari 1.000 15 %-20 % 25 %-35 % 12.000 – 18.000Kecil 1.000 – 5.000 10 % - 15 % 16 % – 24 % 8.000 – 12.000Sedang 5.000 – 20.000 5 %- 10 % 7 % - 13 % 5.000 – 18.000Besar 20.000- 100.000 2 % - 5 % 3 % - 7 % 3.000 – 5.000Sangat besar Lebih dari 100.000 0 % - 2 % 2 % - 4 % 2.000 – 3.000

Form 4 C NO :

Page 39: Pedoman Penetapan Premi JPKM

KATA PENGANTAR HalamanTIM PENYUSUN iii

BAB I PENDAHULUAN V1.1.Latar Belakang 11.2. Tujuan 1

2

BAB II KEBIJAKAN 32.1. Arah Pengembangan JPKM 32.2. Operasionalisasi JPKM 42.3. Landasan Hukum 5

BAB III KONSEP DASAR DAN FORMULASIPERHITUNGAN PREMI 9

3.1. Pengertian dan komponen Dasar Premi 93.2. Perhitungan Premi 163.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premi 24

BAB IV APLIKASI PERHITUNGAN PREMI 294.1. Kemauan dan Kemampuan Bayar 294.2. Aplikasi Perhitungan Premi 31

BAB V MEKANISME KOLEKSI PREMI 435.1. Mekanisme Penarikan Premi 435.2. Metode Distribusi dan koleksi Premi 445.3. Metode Koleksi Premi JPKM yang ideal 47

BABA VI Kesimpulan 586.1. Kesimpulan 586.2. Penutup 59

LAMPIRAN :1. Simulasi Perhitungan Premi2. Form 1 : Perhitungan Tingkat utilisasi Tahunan3. Form 2 : Perhitungan Biaya satuan4. Form 3 A : Perhitungan Biaya Kesehatan Untuk Satu Jenis PPK ( Premi

Bersih Tahunan )5. Form 3 B : Perhitungan Biaya Kesehatan dari Beberapa Jenis PPK ( Premi Bersih

Tahunan)6. Farm 4 A : Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode

Tradisional )7. Form 4 B : Perhitungan Kewajaran Premi tahunan JPKM ( Metode Rasio

harapan Kerugian )8. Form 4 C : Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode

Pemisahan Retensi)

DAFTAR ISI