Jpkm Putri

40
BAB I LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan dan kemandirian pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diwujudkan antara lain dengan menjalankan cara hidup sehat, penyelenggara berbagai upaya/pelayanan kesehatan dan dalam membiayai pemeliharaan kesehatan. Peran serta masyarakat (termasuk swasta) dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan terlaksana antara lain dengan bentuk (1) Pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan, (2) Dana sehat yakni pengumpulan dana masyarakat untuk kesehatan berlandaskan semangat gotong royong berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan yang telah dikenal sejak tahun 1970-an di banyak desa,(3) Asuransi sosial di bidang kesehatan dan (4) berbagai bentuk pembiayan ksehatan pra-upaya swasta, yang sedang berkembang di Indonesia. 1

Transcript of Jpkm Putri

Page 1: Jpkm Putri

BAB I

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan dan

kemandirian pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan. Peran serta

masyarakat dalam pembangunan kesehatan diwujudkan antara lain dengan menjalankan cara

hidup sehat, penyelenggara berbagai upaya/pelayanan kesehatan dan dalam membiayai

pemeliharaan kesehatan.

Peran serta masyarakat (termasuk swasta) dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan

terlaksana antara lain dengan bentuk (1) Pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan, (2)

Dana sehat yakni pengumpulan dana masyarakat untuk kesehatan berlandaskan semangat

gotong royong berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan yang telah dikenal sejak tahun

1970-an di banyak desa,(3) Asuransi sosial di bidang kesehatan dan (4) berbagai bentuk

pembiayan ksehatan pra-upaya swasta, yang sedang berkembang di Indonesia.

Peran masyarakat yang cukup besar dalam pembiayaan kesehatan ini masih perlu

didorong agar dikelola dengan lebih efektif dan efisien, karena ¾ nya masih berupa

pengeluaran biaya langsung yang tidak terencana dan masih merupakan beban perorangan

yang belum diringankan dengan usaha bersama dan kekeluargaan.

Sering dikemukakan bahwa pelayanan kesehatan akan dapat lebih bermutu dan lebih

merata kalau tersedia cukup dana untuk meningkatkannya. Namun yang terjadi adalah bahwa

penambahan dana malah menaikkan biaya kesehatan bila sistem kesehatannya tidak dikelola

untuk mencegah terjadinya inefisiensi penggunaan dana. Lagi pula sitem pelayanan

kesehatan yang inefisien itu, akan selalu menghabiskan dana yang ada, berapapun

1

Page 2: Jpkm Putri

penambahannya. Pengalaman itu mengajarkan bahwa perbaikan dalam sistem pemeliharaan

kesehatan kepada masyarakat, memerlukan perubahan dan peningkatan sekaligus serta

serentak atas tiga hal, sebagai berikut:

1. Perbaikan sistem pelayanan kesehatan, sehingga pelaksanaannya menjadi lebih efisien,

lebih efektif dan lebih bermutu.

2. Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan berdasarkan dana pra-upaya sedemikian rupa,

sehingga pengelolaannya lebih rasional.

3. Peningkatan peranserta masyarakat, sehingga pemeliharaan kesehatan dirasakan sebagai

tanggung jawab dan usaha bersama.

Upaya pemeliharaan kesehatan dapat membawa hasil yang diharapkan, bila diberikan

penekanan yang sama kepada ketiga hal tersebut secara serentak dan sekaligus. Dengan

demikian, harus dikembangkan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang

merangkum ke tiga hal tersebut dan diarahkan pada:

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan agar dapat secara efektif dan efisien dan

efisien meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pengendalian biaya ,agar pelayanan kesehatan dapat lebih terjangkau oleh setiap

orang.

Pemeratan upaya kesehatan dengan peranserta masyarakat, agar setiap orang dapat

menikmati hidup sehat.

Untuk menjamin meningkatkanya derajat kesehatan masyarakat melalui pemerataan

dan peningkatan mutu upaya kesehatan serta pengendalian pembiayaan kesehatan di masa

yang penuh tantangan ini, UU no.23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah menggariskan

Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sebagai suatu cara penyelenggaraan

pemeliharaan kesehatan yang terpadu dengan pembiayaannya.

2

Page 3: Jpkm Putri

JPKM juga merupakan cara pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan sebagai

suatu usaha bersama guna mengefektifitaskan dan mengefisienkan pembiayaan yang

sebagian besar kurang lebih 70% sudah berasal dari masyarakat. Jadi, pengembangan JPKM

sejalan dengan kebijakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dengan lebih memusatakan peran pemerintah untuk

mengatur, membina dan menciptakan iklim yang semakin mendorong peningkatan peran

serta masyarakat itu.

Berdasarkan uraian di atas, disusunlah makalah ini yang bertujuan untuk menjelaskan

lebih lanjut tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat sehingga dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya program tersebut guna mencapai kemandirian

dalam kesehatan.

3

Page 4: Jpkm Putri

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 JPKM

A. Perkembangan JPKM

Pada masa lau, para pengelola cenderung untuk tetap mengelola dana sehat dengan

skala kecil. Namun kini dengan meningkatnya ‘ability to pay’ masyarakat dan kebutuhan

mereka pada pemeliharaan kesehatan, pemerintah telah menyiapkan alternative untuk

kebutuhan masyarakat tersebut.

Bila diuraikan lebih lanjut menurut fungsi kepesertaan pendanaan pemeliharaan

kesehatan dan organisasi, maka arah pembinaan yang dituju adalah sebagai berikut:

Paket Pelayanan dasar

Bila dana sehat akan mengarah pada JPKM maka paket pelayanan kesehatan

harus meliputi;

a) Rawat jalan, yang meliputi:

Promotif, yaitu penyuluhan kesehatan

Preventif, yaitu pelayanan kesehatan pencegahan, termasuk di dalamnya

pemberian imunisasi, pelayanan KB dan pelayanan ibu dan balita.

Kuratif, yaitu pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan tindakan medis

Rehabilitative, yaitu upaya pemulihan kesehatan

b) Rawat inap

Pelayanan kesehatan penunjang yang meliputi:

Pelayanan radiodianostik dan ultrasonografi

Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik

4

Page 5: Jpkm Putri

Jumlah anggota dan besarnya iuran

Dikaitkan dengan paket pelayanan kesehatan dasar di atas, maka jumlah

peserta dan besarnya iuran akan saling berkaitan. Makin besar jumlah peserta

maka makin kecil jumlah iurannya, sebaliknya bila jumlah peserta makin sedikit,

iuran yang akan dibayar akan semakin besar.

Dari perhitungan dengan menggunakan tarif dasar pelayanan kesehatan

pemerintah yang berlaku sekarang ini, untuk peserta lebih dari 1000KK atau 5000

orang, maka iuran yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 800/kapita/bulan. Pada

peserta yang sebesar ini, perlu organisasi BP JPKM yang:

Berbadan hukum (PT, koperasi atau BUMN)

Modal yang cukup

Manajemen minimum dengan 8 orang tenaga yang ‘full timer’

Tahap perkembangan

Melihat standar minimal yang harus dilakukan bagi dana sehat yang mengarah

kepada JPKM, hal tersebut tampak cukup sulit untuk dicapai. Meskipun proyeksi

ke arah hal tersebut masih ada, pada tahap ini masih membutuhkan banyak waktu

untuk mencapainya.

Untuk itu, dirumuskan tahapan perkembangan dana sehat sebagai berikut:

Dana sehat ‘PRATAMA’, yaitu dana sehat pada tahap awal

Dana sehat ‘MADYA’, yaitu dana sehat yang telah berkembang, tetapi

belum seperti yang diinginkan

Dana sehat ‘PURNAMA’, yaitu dana sehat yang sudah mantap seperti

yang kita inginkan dan mendekati persyaratan JPKM.

5

Page 6: Jpkm Putri

Bila dikaitkan dengan perhitungan berdasarkan tariff pelayanan kesehatan

pemerintah, tahap perkembangan dana sehat tersebut dapat dikualifikasikan

seperti tabel berikut:

Tingkat Perkembangan Dana Sehat

Indicator Pratama Madya Purnama

Kepesertaan <500 KK (2500

orang)

500-1000 KK

(2500-5000

orang)

>1000 KK (>5000

orang)

Pendanaan/iuran/premi <Rp. 500/bulan Rp. 500-800/bulan >Rp. 800/bulan

Pemeliharaan kesehatan Rawat jalan

Sub Puskesmas

Puskesmas

Ditambah:

Rawat inap dan

persalinan

Perangkat

terlengkap seperi

tertulis pada

Permenkes

Organisasi Institusi local 1-2

orang tenaga

purna waktu

3-7 orang tenaga

purna waktu

berbadan hukum

>8 orang tenaga

purna waktu

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak dana sehat yang

masih dalam skala kecil, baik ditinjau dari aspek kepesertaan, iuran, paket

pemeliharaan kesehatan maupun pengorganisasian. Oleh karena itu, dilakukan

stratifikasi dana sehat Pratama menjadi:

Dana sehat Pratama I

Dana sehat Pratama II

Dana sehat Pratama III, yang sudah mendekati criteria Dana Sehat Pratama

di atas

6

Page 7: Jpkm Putri

Indicator Pratama I Pratama II Pratama III

Kepesertaan <150 KK (750 orang) 150-300 KK (750-

1500) orang

300-500 KK (1500-

2500 orang)

Pendanaan/iuran Rp.150/kapita/bulan Rp. 150-300/kapita/

bulan

Rp.300-500 / kapita /

bulan

Pemeliharaan

kesehatan

Rawat jalan

subpuskes dan puskes

dengan pembatasan

Rawat jalan

subpuskes dan

puskes dengan

pembatasan

Rawat jalan

subpuskes dan

puskes tanpa

pembatasan

Organisasi Institusi local

sukarelawan

Institusi local

sukarelawan

Institusi local

sukarelawan

Jenis intervensi pada tiap kategori dana sehat

Pada Dana sehat pratama I, II dan II, jenis intervensi yang dapat dilakukan

adalah meningkatkan frekuensi dan intensitas KIE (komunikasi, informasi dan

edukasi) dari petugas Pembina kepada pengurus dana sehat.

Pada dana sehat madya, jenis intervensinya adalah pelatihan manajemen

operasional dana sehat. Pelatihan ini berkaitan dengan pengelolaan dana sehat

secara keseluruhan, termasuk manajemen keuangannya.

Pada dana sehat purnama, jenis intervensinya adalah pelatiha JPKM, sebagai

persiapan dana sehat tersebut untuk bergabung atau meningkatkan statusnya

menjadi JPKM.

7

Page 8: Jpkm Putri

8

Page 9: Jpkm Putri

B. Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya

1. Latar Belakang

Menurut UUD 1945 pasal 28 ayat 1 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini mengandung arti bahwa

negara menjamin dan memberikan pelayanan kesehatan kepada setiap warga negara.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI telah menetapkan visi

Departemen Kesehatan yakni Indonesia Sehat 2010. Dalam rangka mencapai visi ini

ditetapkan strategi dasar yang mencakup 4 pilar yaitu (1) paradigma sehat, (2)

profesionalisme, (3) JPKM, dan (4) desentralisasi.

2. Problematika pembiayaan kesehatan

Pembiayaan kesehatan di Indonesia 2,5% dari PDB, 70% dari masyarakat dan

30% dari pemerintah. Pengeluarannya kebanyakan hanya untuk upaya kuratif, hanya

3% dari pengeluaran rumah tangga, 75% pengeluaran masyarakat merupakan

pengeluaran langsung (tunai). Berbagai perubahan semakin meningkatkan biaya

kesehatan.

Tiga hal yang mempengaruhi peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan masyarakat:

1. Sistem pemeliharaan kesehatan masih berorientasi pada kuratif (belum paripurna)

2. Peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan kurang termobilisir dengan baik.

3. Inefisiensi pengeluaran masyarakat, terbatasnya dana pemerintah, serta sistem

pembayarannya yang masih membebani perseorangan yang memerlukan perawatan di

saat sakit.

9

Page 10: Jpkm Putri

C. Pengertian JPKM

Definisi JPKM menurut UU 23 tahun 1992 adalah suatu cara penyelenggaraan

pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan,

yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan

secara pra upaya.

Di negara-negara maju sering dikenal sebagai Manage Care, salah satu model

pelayanan yang dianggap paling efektif dan efisien dalam pemeliharaan kesehatan sesuai

dengan perkembangan. Di Indonesia sistem JPKM ( Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat) secara prinsip merupakan adopsi dari manage care.

Manage Care Adalah suatu pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yang dilaksanakan

secara berjenjang dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai ujung tombak, serta

didukung olehpembiayaan di muka (pre payment) dan pra upaya (prospective payment)

(Kongsvedt_cit Julita, 2001).

Mengapa masyarakat memerlukan JPKM dalam pemeliharaan kesehatan? Karena

beberapa alasan, yakni:

1. Biaya pemeliharaan yang semakin meningkat sesuai perkembangan iptek dan pola

penyakit yang berkembang.

2. Pemeliharaan kesehatan memerlukan dana yang berkesinambungan.

3. Tidak semua orang mampu membiayai pemeliharaan kesehatannya sendiri, karena

sakit/ musibah dapat datang dengan tidak dapat diduga.

4. Pembiayaan pemeliharaan kesehatan secara sendiri-sendiri cenderung lebih mahal

karena bersifat kuratif.

5. Beban biaya dapat ditanggung secara bersama, sehingga lebih ringan. Terjadi

saling membagi resiko biaya sakit.

10

Page 11: Jpkm Putri

Secara umum, prinsip penting dari JPKM adalah :

1. Jaminan (pemiliharaan paripurna/ berkesinambungan, mutu, efisien dan

efektifitas).

2. Cara penyelenggaraan (mekaniskme pelaksanaan dengan langkah-langkah tertentu

JPKM)

3. Azas Usaha Bersama dan Kekeluargaan (usaha bersama dalam peran aktif antara

peserta, badan penyelenggara, dan pemberi pelayanan kesehatan/ penyedia jasa).

4. Pemeliharaan kesehatan yang paripurna (Promotif-Preventif-Kuratif-Rehabilitatif,

terpadu dan berkesinambungan).

5. Pembiayaan secara Praupaya/ prabayar di muka oleh badan penyelenggara kepada

PPK. Secara ideal JPKM merupakan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan

kesehatan yang terarah dan terencana dengan pengelolaan yang efektif dan efisien

dan didukumg oleh pembiayaan pra upaya yang memungkinkan peningkatan

derajat kesehatan bagi pesertanya.

Manfaat Pra-upaya

1. Terhindar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berlebihan, tidak

terencana dan tidak tepat.

2. Beban administrasi lebih ringan.

3. Penghasilan lebih stabil dan merata.

4. Mendorong pelayanan promosi dan prevensi penyakit.

D. Penyelenggaraan JPKM

11

Page 12: Jpkm Putri

JPKM merupakan model jaminan kesehatan pra bayar yang mutunya terjaga dan

biayanya terkendali. JPKM dikelola oleh suatu badan penyelenggara (bapel) dengan

merepakan jaga mutu dan kendali biaya. Peserta akan memperoleh pelayanan kesehatan

paripurna dan berjenjang dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung tombak, yang

memenuhi kebutuhan utama kesehatannya dengan mutu terjaga dan biaya terjangkau.

Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) adalah bagian dari jaringan pelayanan yang dikontrak

dan dibayar pra-upaya/dimuka oleh Bapel, sehingga terdorong untuk memberikan pelayanan

paripurna yang terjaga mutu dan terkendali biayanya.

Jaringan pelayanan berjenjang terdiri atas pelayanan tingkat pertama (primer),

sekunder, dan tersier. PPK I dapat berupa dokter umum/ dokter keluaraga, dokter gigi, bidan

praktek, puskesmas, balkesmas, maupun klinik yang dikontrak oleh bapel JPKM yang

bersangkutan. Jika diperlukan akan dirujuk ke tingkat sekunder ( PPK II) yakni praktek

dokter spesialis,kemudian dapat dilanjutkan ke tingkat tersier ( PPK III)yaitu pelayanan

spesialistik di rumah sakit untuk pemeriksaan atau rawat inap.

E. Para Pelaku dan Bagan JPKM

1. Peserta mendaftarkan diri dalam satuan keluarga, kelompok atau unit organisasi, dengan

membayar kepada bapel sejumlah iuran tertentu secara teratur untuk membiayai

pemeliharaan kesehatannya.

2. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan

kesehatan terorganisir untuk memberikan pelayanan paripurna dan berjenjang secara

efektif dan efisien.

12

Page 13: Jpkm Putri

3. Badan Penyelenggara JPKM (Bapel) sebagai badan hukum yang bertanggungjawab atas

penyelenggaraan JPKM dengan secara professional menerapkan trias manajemen,

meliputi manajemen kepesertaan, keuangan dan pemeliharaan kesehatan.

4. Pemerintah sebagai badan pembinan yang melaksanakan, fungsi untuk mengembangkan,

membina dan mendorong penyelenggaraan JPKM.

Keempat pelaku terjadi hubungan saling menguntungkan dan berlaku

penerapan kendali biaya, kendali mutu pelayanan dan pemenuhan kebutuhan medis

bagi peserta (berbentuk pelayanan paripurna dan berjenjang).

F. Bagan JPKM

G. Berbagai manfaat bagi keempat pelaku JPKM

13

Page 14: Jpkm Putri

1. Masyarakat.

Memperoleh pelayanan paripurna (Prevetif, Promotif, Kuratif fan Rehabilitatif)

dan bermutu

Masyarakat keluar biaya ringan, karena di JPKM terjadi subsidi silang

Masyarakat terjamin dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

utamanya

Terjadi pemerataan pelayanan kesehatan sekaligus akan meningkatkan derajat

kesehatan.

2. Pemberi Pelayanan Kesehatan

PPK dapat merencanakan pelayanan lebih efektif dan efisien mungkin karena

ditunjang sistem pra upaya.

PPK akan memperoleh balas jasa yang lebih besar dengan terpeliharanya

kesehatan peserta

PPK dapat lebih meningkatkan profesionalisme, kepuasan kerja dan

mengembangkan mutu pelayanan.

Sarana pelayanan tingkat I, II, dan III yang selama ini memakai tarif wajar akan

mendapat pasokan dana lebih banyak apabila masyarakat telah ber-JPKM dari

tarif yang diberlakukan di JPK. Sarana pelayanan (terutama) yang selama ini

sudah mahal memang mengalami penurunan pasokan dana dari jasa pelayanan

karena efisiensi dalam sistem JPKM.

3. Dunia Usaha

Biaya pelayanan kesehatan dapat direncanakan secara tepat

Pemeliharaan kesehatan karyawan dapat terlaksana secara lebih efisien dan

efektif.

14

Page 15: Jpkm Putri

Pembiayaan pelayanan akan lebih efisien karena menerapkan sistem pra-upaya

bagi jasa pelayanan kesehatan, dibandingkan dengan sistem ganti rugi ( fee for

service), sistem klaim dll sebagai balas jasa pasca pelayanan.

Terjaminnya kesehatan karyawan akan mendorong produktifitas.

Merupakan komoditi baru yang menjanjikan bagi dunia usaha yang akan menjadi

Bapel.

4. Pemerintah

Pemda memperoleh masyarakat yang sehat dan produktif dengan biaya yang

berasal dari masyarakat sendiri.

Subsidi pemerintah dapat dialokasikan kepada yang lebih memerlukan, terutama

bagi keluarga miskin. Pembayaran pra-upaya dalam JPKM memakai perhitungan

unit cost riil/ non subsisdi, sehingga bisa menyesuaikan tariff untuk yang mampu.

Tahun 2005, Pemerintah Pusat mengalokasikan dana program kompensasi BBM

untuk 34,6 juta penduduk miskin yang memerlukan anggaran 2,1 triliun.

Pemerintah menunjuk PT Askes sebagai Bapel yang mengelola dana tersebut

dengan berbagai pertimbangannya.

Pengeluaran Pemda dalam bidang kesehatan dapat lebih efisien.

Agar terjamin efisiensi, efektifitas dan pemerataan pemeliharaan kesehatan, maka

dalam pelaksanaannya JPKM menggunakan tujuh strategi:

1. Pembayaran iuran (premi) dimuka ke Badan Penyelenggara. Peserta JPKM

membayar sejumlah iuran dimuka secara teratur kepada Bapel, sehingga Bapel

mengetahui jumlah dana yang harus dikelola secara efisien untuk pemeliharaan

kesehatan peserta.

15

Page 16: Jpkm Putri

2. Pembayaran pra-upaya ke Pemberi Pelayanan Kesehatan. Pembayaran sejumlah

dimuka oleh Bapel ke PPK, sehingga PPK tahu batas anggaran yang harus

digunakan untuk merencanakan pemeliharaan kesehatan bagi peserta secara efisien

dan efektif. Pembayaran dapat berbagai cara antara lain : system kapitasi, system

anggaran, DRG ( diagnostic related group). Umumnya menggunakan system

kapitasi, pembayaran dimuka sebesar perkalian jumlah peserta dengan satuan biaya.

3. Pemeliharaan kesehatan paripurna mencakup upaya promotif/peningkatan

kesehatan, preventif/ pencegahan penyakit, kuratif/ pengobatan serta rehabilitatif/

pemulihan kesehatan yang dilakukan secara terstruktur dan berjenjang oleh sarana

pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

4. Ikatan Kerja. Hubungan antara bapel dengan PPK, hubungan Bapel dengan peserta

diatur dengan ikatan kerja yang menata secara rinci dan jelas hak dan kewajiban

masing-masing.

5. Jaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jaga mutu dilakukan oleh Bapel ( dengan PPK )

agar pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai kebutuhan dan standar profesi dan

kaidah pengobatan rasional.

6. Pemantauan Pemanfaatan Pelayanan. Pemantauan ini perlu dilakukan agar dapat

melakukan penyesuaian kebutuhan medis peserta, mengetahui perkembangan

epidemiologi penyakit peserta dan pengendalian penggunaan pelayanan kesehatan

oleh peserta.

7. Penanganan Keluhan dilaksanakan oleh Bapel. Bertujuan untuk menjamin mutu dan

stabilitas dalam menjalankan kegiatan JPKM.

H. Tujuan dan Sasaran JPKM:

16

Page 17: Jpkm Putri

1. JPKM bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui:

Jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan utama peserta yang

berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan paripurna yang lebih bermutu dengan biaya yang hemat dan

terkendali.

Pengembangan kemandirian masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan

yang diperlukan.

Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Sasaran JPKM:

Karyawan perusahaan/ dunia usaha

Seluruh anggota keluarga/ masyarakat

Mahasiswa dan pelajar.

Organisasi sosial dan masyarakat.

I. Kendala-kendala yang mempengaruhi tingkat keberhasilan JPKM:

1. Rendahnya minat masyarakat untuk menjadi peserta JPKM. Hal ini dapat karena faktor

sosialiasi, pemahaman untuk menerima konsep asuransi dan program JPKM, masih

banyaknya institusi/ perorangan pelayanan kesehatan yang relatif murah.

2. Tidak siapnya aparat yang menangani program JPKM. Pengelolaan kesehatan masih

dipahami sebagai prinsip sosial dan masil mengandalkan subsidi pemerintah.

3. Pemberi Pelayanan Kesehatan belum siap dengan konsep kapitasi. Sulit merubah PPK

dari orientasi sakit dengan sistem pemayaran fee for service ke orientasi sehat dengan

sistem pembayaran kapitasi.

4. Bapel JPKM masih dianggap belum berpengalaman.

17

Page 18: Jpkm Putri

5. Komitmen pemerintah rendah.

J. Kebijakan Pengembangan JPKM:

1. Kepesertaan bersifat wajib dan dikaitkan sebagai prasyarat memperoleh pelayanan umum.

2. Premi ditetapkan dalam bentuk prosentase terhadap pendapatan, kecuali untuk keluarga

miskin yang harus ditanggung pemerintah.

3. 50% premi para pekerja ditanggung oleh pemberi kerja, sisanya ditanggung oleh pekerja.

4. Besarnya premi yang ditanggung oleh pemberi kerja diperhitungkan terhadap pajak

perusahaan.

5. Pengumpulan premi dilakukan oleh badan khusus yang ditunjuk pemerintah.

6. Pengelola dana adalah Bapel yang dipilih secara kompetitif untuk satu wilayah atau

kelompok penduduk tertentu dan bersifat non profit.

7. PPK adalah semua sarana pelayanan kesehatan (pemerintah maupun swasta) yang dibayar

pra-upaya.

8. Pelayanan kesehatan yang ditanggung hanya bersifat dasar/ esensial.

K. Visi Pengembangan JPKM

Adalah Kepesertaan JPKM Semesta 2010, artinya terwujudnya perlindungan

kesehatan bagi seluruh penduduk dan diharapkan dapat diraih melalui :

1. Pembinaan, pengembangan dan pendorongan profesionalisme.

2. Bimbingan teknis yang penuh daya.

3. Produksi "evidence based" standarisasi, akreditasi, sertifikasi, dan regulasi

L. Misi Pengembangan JPKM

18

Page 19: Jpkm Putri

1. Memantapkan institusi badan pembina JPKM di pusat, propinsi dan

kabupaten/kotamadya.

2. Mendorong profesionalisme Badan Penyelenggara JPKM dalam melaksanakan trias

manajemen yaitu; manajemen keuangan, manajemen kepesertaan, dan manajemen

pemeliharaan kesehatan.

3. Mendorong terbentuknya jaringan pelayanan kesehatan yang sadar mutu dan sadar biaya.

4. Meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam JPKM.

19

Page 20: Jpkm Putri

BAB II

PERMASALAHAN

II.2 Data Administrasi Pasien

a. Nama / Umur : An. S/ 4 tahun

b. No. register : Psyandu Rama Agung

c. Status kepegawaian : -

d. Status sosial : Anak ke 1 dari 2 bersaudara

II.3 Data Demografis

a. Alamat : Rama Agung

b. Agama : Islam

c. Suku : Rejang

d. Pekerjaan : -

e. Bahasa Ibu : Bahasa rejang

f. Jenis Kelamin : Perempuan

II.4 Data Biologik

a. Tinggi Badan : 78 cm

b. Berat Badan : 15 kg

c. Habitus : Astenikus

II.5 Data Klinis

20

Page 21: Jpkm Putri

a. Anamnesis :

Keluhan utama : nyeri menelan sejak 3 hari yang lalu

Riwayat Penyakit sekarang :

Nyeri menelan sejak 3 hari yang lalu, berulang sejak 1 tahun yang lalu

Demam sejak tiga hari yang lalu

Nafas berbau (+)

Tidur mendengkur (+)

b. Pemeriksaan jasmani

Tanda vital

Tensi : tidak diperiksa

Nadi : tidak diperiksa

Untuk dugaan diagnosa :

Tonsil: T2-T3 hiperemis, detritus(+), kripta melebar (+)

Dugaan DD

Tenggorok : tidak hiperemis

Pembesaran KGB (-)

Konka eutrofi, hiperemis (-), livide (-)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan.

Anjuran Pemeriksaan Penunjang :

Tidak diperlukan.

21

Page 22: Jpkm Putri

2.7 Diagnosis

Tonsilitis kronis eksaserbasi akut

22

Page 23: Jpkm Putri

BAB III

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

III.1 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan yang dilakukan untuk mensosialisasikan program JPKM adalah

metode penyuluhan berkelompok dengan sasaran masyarakat yang belum mengikuti program

JPKM, dilakukan dengan diskusi 2 arah. Selain itu juga diberikan lembaran leaflet.

III.2 Intervensi

Menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya JPKM.

Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita anaknya merupakan

peradangan yang berulang pada tonsilnya.

Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa bakteri atau virus dapat menyerang tonsil anak

apabila daya tahan tubuh menurun.

Menjelaskan kepada keluarga dan anak bahwa makanan yang terlalu pedas, panas, dingin,

asam atau yang banyak mengandung minyak dapat memicu radang pada tonsil.

Menasehati ibu untuk memberikan makanan yang bergizi kepada anak supaya daya tahan

tubuh anak meningkat.

Menasehati ibu dan anak untuk minum air putih yang cukup untuk mengurangi peradangan.

Menasehati ibu supaya anak minum obat teratur dan sesuai petunjuk dokter.

Memberikan pemahaman bahwa penyakit ini membutuhkan rujukan ke tingkat spesialis

karena adanya indikasi untuk tonsilektomi.

23

Page 24: Jpkm Putri

BAB IV

PELAKSANAAN (PROSES INTERVENSI)

IV.1 Strategi Penanganan Masalah

Diagnosis Klinis : Tonsilitis kronis eksaserbasi akut

Penanganan masalah :

Promotif penyuluhan tentang penyakit dan JPKM

Preventif penyuluhan tentang upaya-upaya supaya penyakit tidak

berulang kembali dan pengoptimalan JPKM

Kuratif medikamentosa

Rehabilitative rujukan ke tingkat spesialis

Diagnosis sosial : Belum memiliki JPKM

Penganan masalah : Mengikuti program JPKM

Gambar: Gambaran tonsilitis kronis eksaserbasi akut dengan indikasi tonsilektomi.

Peradangan dapat menyebabkan sumbatan pada jalan nafas dan menimbulkan nyeri menelan.

24

Page 25: Jpkm Putri

Gambar: Hal-hal yang harus dihindari agar mencegah terjadinya tonsilitis, seperti minum

minuman yang dingin.

Gambar: Pemeriksaan rutin harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit lebih awal,

sehingga tidak berlanjut menjadi parah.

25

Page 26: Jpkm Putri

Gambar: Pada kasus ini, pasien membutuhkan tindakan tonsilektomi

Gambar: JPKM berfungsi pada penjaminan pendanaan untuk tindakan lebih lanjut maupun

preventif dan promotif penyakit ini.

26

Page 27: Jpkm Putri

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

5.1 Monitoring

Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan

dan kemandirian pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diwujudkan antara lain

dengan menjalankan cara hidup sehat, penyelenggara berbagai upaya/pelayanan

kesehatan dan dalam membiayai pemeliharaan kesehatan.

Peran masyarakat yang cukup besar dalam pembiayaan kesehatan ini masih

perlu didorong agar dikelola dengan lebih efektif dan efisien, karena ¾ nya masih

berupa pengeluaran biaya langsung yang tidak terencana dan masih merupakan

beban perorangan yang belum diringankan dengan usaha bersama dan

kekeluargaan.

5.2 Evaluasi

Harus dikembangkan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan

yang diarahkan pada:

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan agar dapat secara efektif dan efisien dan

efisien meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pengendalian biaya ,agar pelayanan kesehatan dapat lebih terjangkau oleh setiap

orang.

Pemeratan upaya kesehatan dengan peranserta masyarakat, agar setiap orang dapat

menikmati hidup sehat.

27

Page 28: Jpkm Putri

Untuk menjamin meningkatkanya derajat kesehatan masyarakat melalui pemerataan

dan peningkatan mutu upaya kesehatan serta pengendalian pembiayaan kesehatan di masa

yang penuh tantangan ini, UU no.23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah menggariskan

Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sebagai suatu cara penyelenggaraan

pemeliharaan kesehatan yang terpadu dengan pembiayaannya.

28

Page 29: Jpkm Putri

DAFTAR PUSTAKA

1) Departemen Kesehatan RI, 1999, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

2) Hendrartini, J., 2001, Konsep Manage Care dan Aplikasinya di Indonesia, Modul

Manajemen Pembiayaan RS-MMR UGM, Jogjakarta

3) Azwar, Azrul, 2001, Kebijakan Dokter Keluaraga dalam JPKM, Makalah Seminar

Dokter Keluarga, MAK Studi Ilmu-Ilmu Kesehatan Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta.

4) Murti, Bhisma., 2000, Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Kanisius, Jogjakarta

5) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Available at :

eprints.undip.ac.id/.../Jaminan_pemeliharaan_kesehatan_masyarakat. Accessed on

January, 16th 2013

6) Departemen Kesehatan RI, 1999, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

7) Murti, Bhisma, 1999, Kumpulan Materi Pelatihan Penyelenggaraan JPKM, Dirjen

Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

29