Pedoman Penataan Ruang, Tools Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

7
PEDOMAN PENATAAN RUANG, TOOLS PERCEPATAN PENYELESAIAN RTRW Penulis: * Ir. Cut Safana, CES dan ** Abrilianty Octaria N, ST Pada tanggal 31 Desember 2010 nanti seluruh wilayah di Indonesia seharusnya telah menyelesaikan Perda RTRW mereka. Namun, hingga saat ini baru 6 propinsi, 8 kabupaten dan 3 kota di Indonesia yang telah berhasil menyelesaikannya. Apa yang harus dilakukan? Pengembangan wilayah sebagai bagian dari konstelasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dituntut berazaskan pada prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan, khususnya dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah Nasional dan Daerah harus memadukan serta menyelaraskan kebijakan maupun strategi pengembangan wilayahnya agar tidak menimbulkan kesenjangan sekaligus dapat memperkokoh ketahanan nasional. Selaras dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (UUPR), pemerintah wilayah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki wewenang dalam penyelenggaraan penataan ruang, termasuk di dalamnya adalah penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, dan kota. Rencana tata ruang wilayah yang memuat strategi pengembangan wilayah merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengembangan wilayah, acuan bagi investasi, serta arahan bagi sektor dalam menyusun program pembangunan. UUPR juga mengamanatkan agar Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi telah selesai paling lambat 2 (dua) tahun setelah UUPR diberlakukan, sedangkan Perda tentang RTRW kabupaten/ kota harus selesai paling lambat 3 (tiga) tahun setelah UU diberlakukan. Hal ini berarti, per 31 Desember 2010, perda RTRW seluruh wilayah harus sudah selesai. Pada saat tulisan ini disusun, kemajuan penyelesaian Perda tentang RTRW provinsi baru 18,2% atau 6 provinsi dari total 33 provinsi yang sudah menyelesaikan Perda-nya. Sedangkan Perda RTRW kabupaten sebesar 2 % atau 8 kabupaten dari total 295 kabupaten, kemudian Perda RTRW kota yang sudah selesai baru sebesar 3,2 % atau 3 kota dari total 59 kota di Indonesia. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum menyelesaikan penyusunan perda RTRW mereka. Kondisi ini menuntut adanya percepatan penyelesaian penyusunan dan kemudian pengesahan RTRW tersebut. Perlumya percepatan penyelesaian perda RTRW ini bahkan telah dikukuhkan dengan lahirnya Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pembangunan Nasional. Gambar 1 Data Status Perda RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota Bulan Juni 2010 Sumber: http://www.penataanruang.net/ Pedoman Bidang Penataan Ruang Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang, sesuai dengan apa yang tertuang dalam Pasal 8 ayat (5) UUPR dan Pasal 4 ayat (1) PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Terkait pelaksanaan dan pembinaan terhadap daerah, Pemerintah perlu menyebarluaskan informasi dan atau melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan peraturan perundangan-undangan maupun pedoman-pedoman bidang penataan ruang (Pasal 6 ayat (6) dan Pasal 13 ayat (2) UUPR; serta Pasal 9 PP 15/2010). Hal ini ditegaskan dalam Lampiran E dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang menyatakan bahwa pemerintah wajib menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) bidang penataan ruang. Salah satu pedoman bidang penataan ruang yang wajib disusun adalah pedoman terkait penyusunan RTRW daerah yang didalamnya berisi ketentuan mengenai muatan, pedoman dan tata cara penyusunan RTRW provinsi, kabupaten, dan kota. Muatan tersebut telah terakomodasi dengan disahkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 15/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi; Permen PU Nomor 16/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten; dan Permen PU Nomor 17/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota

description

Percepatan penyelesaian perda RTRW

Transcript of Pedoman Penataan Ruang, Tools Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

  • PEDOMAN PENATAAN RUANG, TOOLS PERCEPATAN PENYELESAIAN RTRW

    Penulis: * Ir. Cut Safana, CES dan ** Abrilianty Octaria N, ST

    Pada tanggal 31 Desember 2010 nanti seluruh wilayah di Indonesia seharusnya telah menyelesaikan Perda RTRW mereka. Namun, hingga saat ini baru 6 propinsi, 8 kabupaten dan 3 kota di Indonesia yang telah berhasil menyelesaikannya. Apa yang harus dilakukan?

    Pengembangan wilayah sebagai bagian dari konstelasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dituntut berazaskan pada prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan, khususnya

    dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah Nasional dan Daerah harus memadukan serta menyelaraskan kebijakan maupun strategi pengembangan wilayahnya agar tidak menimbulkan kesenjangan sekaligus dapat memperkokoh ketahanan nasional.

    Selaras dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (UUPR), pemerintah wilayah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki wewenang dalam penyelenggaraan penataan ruang, termasuk di dalamnya adalah penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, dan kota. Rencana tata ruang wilayah yang memuat strategi pengembangan wilayah merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengembangan wilayah, acuan bagi investasi, serta arahan bagi sektor dalam menyusun program pembangunan.

    UUPR juga mengamanatkan agar Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi telah selesai paling lambat 2 (dua) tahun setelah UUPR diberlakukan, sedangkan Perda tentang RTRW kabupaten/ kota harus selesai paling lambat 3 (tiga) tahun setelah UU diberlakukan. Hal ini berarti, per 31 Desember 2010, perda RTRW seluruh wilayah harus sudah selesai. Pada saat tulisan ini disusun, kemajuan penyelesaian Perda tentang RTRW provinsi baru 18,2% atau 6 provinsi dari total 33 provinsi yang sudah menyelesaikan Perda-nya. Sedangkan Perda RTRW kabupaten sebesar 2 % atau 8 kabupaten dari total 295 kabupaten, kemudian Perda RTRW kota yang sudah selesai baru sebesar 3,2 % atau 3 kota dari total 59 kota di Indonesia. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum menyelesaikan penyusunan perda RTRW mereka. Kondisi ini menuntut adanya percepatan penyelesaian penyusunan dan kemudian pengesahan RTRW tersebut. Perlumya percepatan penyelesaian perda RTRW ini bahkan telah dikukuhkan dengan lahirnya Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pembangunan Nasional.

    Gambar 1

    Data Status Perda RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota Bulan Juni 2010

    Sumber: http://www.penataanruang.net/

    Pedoman Bidang Penataan Ruang

    Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang, sesuai dengan apa yang tertuang dalam Pasal 8 ayat (5) UUPR dan Pasal 4 ayat (1) PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Terkait pelaksanaan dan pembinaan terhadap daerah, Pemerintah perlu menyebarluaskan informasi dan atau melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan peraturan perundangan-undangan maupun pedoman-pedoman bidang penataan ruang (Pasal 6 ayat (6) dan Pasal 13 ayat (2) UUPR; serta Pasal 9 PP 15/2010). Hal ini ditegaskan dalam Lampiran E dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang menyatakan bahwa pemerintah wajib menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) bidang penataan ruang.

    Salah satu pedoman bidang penataan ruang yang wajib disusun adalah pedoman terkait penyusunan RTRW daerah yang didalamnya berisi ketentuan mengenai muatan, pedoman dan tata cara penyusunan RTRW provinsi, kabupaten, dan kota. Muatan tersebut telah terakomodasi dengan disahkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 15/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi; Permen PU Nomor 16/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten; dan Permen PU Nomor 17/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota

  • sebagai pengganti Kepmen Kimpraswil Nomor 327 Tahun 2002. Pedoman tersebut merupakan acuan dalam kegiatan penyusunan RTRW oleh pemerintah daerah provinsi, kabupaten/ kota dan para pemangku kepentingan lainnya, sehingga mereka dapat mewujudkan RTRW daerah yang sesuai dengan ketentuan dalam UUPR.

    Walaupun acuan NSPK terkait penyusunan RTRW sudah diberlakukan, tidak berarti proses penyusunan RTRW hanya mengacu pada satu pedoman saja. Pedoman bidang penataan ruang saling terkait satu sama lain, saling komplementer, walaupun masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Contoh beberapa pedoman terkait penyusunan RTRW yaitu Permen PU Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; Permen PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan; dan pedoman bidang penataan ruang lainnya, termasuk NSPK sektor yang berkaitan dengan bidang penataan ruang. Diluar pedoman-pedoman tersebut, penyusunan RTRW tetap harus mengadopsi teori-teori perencanaan dan pengembangan wilayah yang ada dalam tahap analisis penyusunan RTRW, karena pedoman-pedoman tersebut masih bersifat umum.

    Pedoman penyusunan RTRW diharapkan akan mempercepat penyelesaian penyusunan RTRW daerah yang sudah sangat mendesak. Pedoman tersebut juga akan mempermudah pihak penyusun, pemerintah daerah terkait maupun tim persetujuan substansi karena mendapatkan acuan (tools) muatan yang jelas. Para pihak tersebut dapat mengelaborasi rencana mereka sesuai dengan karakteristik maupun kebutuhan wilayah yang sedang mereka susun RTRW-nya.

    Fungsi RTRW

    Rencana tata ruang disusun sesuai kebutuhan, mencakup rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang secara berhierarki dapat dibagi menjadi: a). RTR wilayah nasional (RTRWN); b). RTR wilayah provinsi (RTRWP); c). RTR wilayah kabupaten (RTRW kabupaten); dan d). RTR wilayah kota (RTRW kota). Sedangkan rencana rinci tata ruang terdiri atas: a). RTR pulau/kepulauan dan RTR kawasan strategis nasional; b). RTR kawasan strategis provinsi; dan c). rencana detail tata ruang kabupaten/kota serta RTR kawasan strategis kabupaten/kota.

    Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/ kota dilakukan secara berjenjang dan saling komplementer. Hal ini dilakukan untuk mencapai keselarasan dan kesesuaian rencana tata ruang antar jenjang, serta untuk meminimalisir terjadinya pertentangan ataupun duplikasi pemanfaatan ruang yang ada.

    RTRW provinsi, kabupaten/ kota berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. RTRW dapat ditinjau kurang dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan kebijakan dan strategi nasional yang mempengaruhi pemanfaatan ruang di wilayah daerah; dan atau terjadi dinamika internal wilayah yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar, antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar maupun pemekaran wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.

    Sebagai dokumen pengembangan wilayah, RTRW berfungsi sebagai: acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah (RPJPD dan RPJMD); acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah provinsi, kabupaten/kota; acuan lokasi maupun fungsi ruang terkait investasi dalam wilayah provinsi, kabupaten/kota yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta; pedoman untuk menyusun rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, maupun rencana rinci tata ruang (RDTR dan RTR kawasan strategis) kabupaten/kota; dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah provinsi; dan acuan dalam administrasi pertanahan. Untuk kab/kota menjadi acuan dalam pemberian izin lokasi.

    Sedangkan manfaat dari RTRW provinsi, kabupaten/ kota, yaitu: mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah provinsi, kabupaten maupun kota; mewujudkan keserasian pembangunan wilayah provinsi, kabupaten, maupun kota dengan wilayah lain di sekitarnya, khususnya yang berbatasan langsung; dan menjamin terwujudnya tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, maupun kota yang berkualitas.

    Muatan dan Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota

    Secara garis besar, pedoman penyusunan RTRW daerah memuat ketentuan teknis RTRW daerah beserta proses dan prosedur penyusunannya. Jika RTRWN merupakan arah kebijakan dan strategi nasional terkait integritas nasional, pengembangan antar wilayah dan sektor, serta keharmonisan lingkungan; maka RTRWP merupakan rencana kebijakan operasional dari RTRWN yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/ kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi kabupaten/ kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan. Sedangkan RTRW kabupaten/ kota merupakan penjabaran dari RTRWP ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peran dan fungsinya dalam konstelasi wilayah provinsi yang dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional.

  • Dalam UUPR (Pasal 23 ayat (1), 26 ayat (1), dan 28) disebutkan, secara umum muatan RTRW harus memiliki 8 poin. Pertama, Tujuan Penataan Ruang. Tujuan penataan ruang wilayah disusun sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah. Tujuan dirumuskan berdasarkan karakteristik wilayah provinsi/ kabupaten/ kota, isu strategis, kondisi obyektif yang diinginkan, serta harus jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan. Tujuan tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah yang ada di atasnya maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan khusus untuk wilayah kota tujuan harus dapat mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan oleh rencana tata ruang di atasnya, termasuk RTR kawasan metropolitan.

    Kedua, Kebijakan Penataan Ruang. Kebijakan penataan ruang merupakan rumusan arah tindakan bagi pelaksanaan tujuan wilayah provinsi /kabupaten/ kota; selain itu kebijakan juga berfungsi sebagai dasar dalam merumuskan struktur dan pola ruang, arahan bagi penyusunan indikasi program utama, serta dasar dalam penetapan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Kebijakan dirumuskan berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah, karakteristik wilayah, dan kapasitas sumberdaya yang dimilliki wilayah; khusus untuk kebijakan wilayah provinsi perlu mempertimbangkan aspirasi wilayah kabupaten/ kota yang berada di bawahnya. Kebijakan yang disusun harus dapat mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah yang ada di atasnya, jelas, realistis, dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan, dan mampu menjawab isu-isu strategis tata ruang baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa mendatang.

    Ketiga, Strategi Penataan Ruang. Strategi penataan ruang merupakan penjabaran dari kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah operasional yang sekaligus berfungsi sebagai arahan dalam menyusun rencana struktur ruang, rencana pola ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Strategi yang dirumuskan selain harus memiliki keterkaitan logis dengan kebijakan yang telah ditetapkan, juga harus dapat dijabarkan secara spasial ke dalam rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah.

    Keempat, Rencana Struktur Ruang. Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang merupakan muatan utama dari dokumen RTRW. Rencana struktur ruang sendiri merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan (sistem perkotaan) berupa simpul pertumbuhan wilayah yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah yang berkaitan. Pusat kegiatan yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang harus mengadopsi pusat kegiatan yang ada dalam rencana tata ruang di atasnya, berhirarki, tersebar secara proporsional, dan saling terkait satu sama dalam kesatuan sistem perkotaan. Wilayah dapat mempromosikan pusat kegiatan yg ada di wilayahnya untuk menjadi pusat kegiatan yang berhirarki lebih tinggi dengan persyaratan tertentu serta pemanfaatan ruangnya harus dapat mengindikasikan program pembangunan ke arah pertumbuhan guna mendorong pemenuhan kriteria untuk menjadi pusat kegiatan yang berhirarki lebih tinggi.

    Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi antara lain meliputi rencana sistem prasarana utama berupa jaringan transportasi darat, laut, dan udara; serta rencana sistem prasarana lainnya yang terdiri dari jaringan energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan sistem jaringan wilayah lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan provinsi. Rencana struktur ruang di wilayah kabupaten/ kota pada prinsipnya sama dengan yang ada di wilayah provinsi, namun memiliki kedetailan yang lebih rinci terkait operasionalisasinya. Sebagai contoh kecil, pada rencana struktur wilayah kabupaten/ kota perlu mencakup infrastruktur perkotaan yang antara lain meliputi sistem penyediaan air minum, pengelolaan limbah, persampahan dari mulai TPS hingga TPA, drainase, maupun prasarana lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kabupaten/kota (misalnya: jalur sepeda, jalur trem, transportasi sungai, dll).

    Kelima, Rencana Pola Ruang. Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukkan ruang dalam wilayah daerah yang meliputi rencana peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang di wilayah provinsi dan kabupaten/ kota pada prinsipnya sama, hanya di wilayah kabupaten/ kota merupakan pendetailan dari pola ruang yang ada di wilayah provinsi. Khusus untuk wilayah kota perlu menyediakan RTH (minimal 30 % dari luas total wilayahnya), ruang untuk sektor informal, serta ruang terbuka non-hijau (RTNH) untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota. Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang disusun berdasarkan kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah daerah; daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah daerah; serta kedudukan dalam konstelasi wilayah yg lebih luas termasuk memperhatikan RTRW wilayah yang berbatasan langsung. Rencana struktur ruang maupun rencana pola ruang harus dilengkapi dengan peta yang digambarkan secara utuh, dan dapat didetailkan sesuai ketentuan skala ketelitian peta, yaitu 1 : 250.000 untuk RTRW provinsi; 1 : 50.000 untuk RTRW kabupaten; dan 1 : 10.000 untuk RTRW kota. Pemetaan, penggambaran simbol, dan notasi harus mengikuti standar maupun ketentuan perundang-undangan terkait yang berlaku.

  • Gambar 2 Perbedaan Peta Rencana Struktur dan Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota

    Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota

    Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rencana Pola Ruang Wilayah Kota

    Sumber: Permen PU 15, 16, 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota

    Keenam, Kawasan Strategis. Kawasan strategis merupakan kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan termasuk didalamnya wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia (world heritage). Penetapan kawasan strategis dalam RTRW wilayah provinsi/ kabupaten/ kota lebih bersifat indikatif, sedangkan batasan fisik maupun rencana lebih lanjut akan tercantum dalam RTR kawasan strategis (akan diatur melalui NSPK tersendiri). Penetapan dan rencana tata ruang kawasan strategis diupayakan agar tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang di atas maupun di bawahnya.

    Ketujuh, Arahan Pemanfaatan Ruang. Arahan pemanfaatan ruang wilayah daerah merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama pengembangan wilayah dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir masa rencana yaitu 20 (dua puluh) tahun. Arahan pemanfaatan ruang ini selain sebagai acuan dalam pemrograman bagi pemerintah maupun sektor, juga berfungsi sebagai acuan bagi masyarakat maupun pihak swasta untuk berinvestasi. Adapun indikasi program utama yang menjadi hasil dari rumusan arahan pemanfaatan ruang harus mencakup: usulan progam utama yang disusun berdasarkan prioritas/bobot kepentingan wilayah, lokasi program yang diusulkan, besaran/jumlah satuan dari program yang diusulkan, instansi pelaksana program, dan waktu/tahapan pelaksanaan usulan program.

    Terakhir, Arahan/Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Untuk melengkapi rencana dan program yang sudah disusun, RTRW perlu dilengkapi dengan arahan pengendalian pemanfaatan ruang untuk wilayah provinsi dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang untuk wilayah kabupaten/kota. Arahan pengendalian ini dimaksudkan sebagai alat penertiban dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah yang di dalamnya meliputi arahan/ketentuan peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif, serta sanksi. Selain sebagai alat pengendali, juga berfungsi sebagai alat keseimbangan dan keserasian peruntukkan ruang, pencegah dampak pembangunan yang merugikan, juga sekaligus sebagai pelindung bagi kepentingan umum dan masyarakat luas. Terkait pelaksanaannya, arahan/ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang tercantum di dalam RTRW perlu dilengkapi dengan dokumen/peraturan daerah tersendiri yang mengatur secara lebih detail dan terperinci.

    Gambar 3 Muatan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota

    PROVINSI KABUPATEN KOTA

    Tujuan Penataan Ruang Provinsi Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Tujuan Penataan Ruang Kota

    Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Kebijakan Penataan Ruang Kota

    Strategi Penataan Ruang Provinsi Strategi Penataan Ruang Kabupaten Strategi Penataan Ruang Kota

    Rencana Struktur Ruang Provinsi Pusat Kegiatan

    - PKN, PKW, PKSN yang ada di wil. provinsi

    - PKL yang ditetapkan oleh provinsi

    Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pusat Kegiatan

    - PKN, PKW, PKSN, PKL yang ada di wil.

    kabupaten

    Rencana Struktur Ruang Kota Pusat Kegiatan berupa pusat pelayanan sosial,

    budaya, ekonomi, dan/atau administrasi

    masyarakat yang melayani wilayah kota dan

  • PROVINSI KABUPATEN KOTA

    - PKNp dan PKWp sebagai usulan dari provinsi Sistem Jaringan Prasarana

    - Sistem prasarana utama: transportasi darat, laut,

    dan udara - Sistem prasarana lainnya, yaitu jaringan: o energi/kelistrikan o telekomunikasi

    o sumber daya air o prasarana lainnya sesuai kebutuhan

    pengembangan wil. provinsi

    - Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang ditetapkan oleh kabupaten

    - PKLp sebagai usulan dari kabupaten Sistem Jaringan Prasarana

    - Sistem prasarana utama: o transportasi darat: jaringan jalan, kereta api,

    sungai, danau, penyeberangan beserta jembatan, terminal, stasiun, pelabuhan

    o transportasi laut: alur laut dan pelabuhan laut o transportasi udara: bandara, jalur

    penerbangan, ruang sekitar bandara - Sistem prasarana lainnya, yaitu jaringan: o energi/kelistrikan: pembangkit listrik, pipa gas,

    minyak, transmisi energi listrik, gardu induk,

    pembangkit listrik o telekomunikasi: kabel telepon, menara

    telekomunikasi, jaringan satelit o sumber daya air: lintas negara/prov/ kab/kota,

    wilayah sungai, irigasi, air tanah, air baku, air bersih, sistem pengendalian banjir

    o prasarana lainnya sesuai kebutuhan pengembangan wil. kabupaten: persampahan,

    air minum, jalur evakuasi bencana, dan lainnya

    regional mencakup: - Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah

    kota dan/atau regional

    - Subpusat pelayanan kota, melayani sub wilayah kota

    - Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

    Sistem Jaringan Prasarana - Sistem prasarana utama: o transportasi darat: jaringan jalan, kereta api,

    subway, monorail, sungai, danau,

    penyeberangan beserta jembatan, lokasi terminal, stasiun, pelabuhan/dermaga, pengembangan sarana prasarana angkutan umum

    o transportasi laut: alur laut dan pelabuhan laut o transportasi udara: bandara, jalur

    penerbangan, ruang sekitar bandara - Sistem prasarana lainnya, yaitu jaringan:

    o energi/kelistrikan: pembangkit listrik, pipa gas, minyak, transmisi energi listrik, gardu induk, sistem distribusi, lokasi pembangkit listrik, alternatif energi misalnya panas bumi, tenaga

    surya o telekomunikasi: kabel telepon fixed line dan

    lokasi pusat automatisasi sambungan telepon, menara telekomunikasi, rencana peningkatan

    pelayanan telekomunikasi o sumber daya air: lintas negara/prov/ kab/kota,

    wilayah sungai, waduk, situ, embung, irigasi, air tanah, air baku, air bersih, sistem

    pengendalian banjir o infrastruktur perkotaan: sistem penyediaan air

    minum, pengelolaan limbah kota, persampahan kota, drainase kota, prasarana

    dan sarana pejalan kaki, jalur evakuasi bencana, maupun prasarana lainnya sesuai kebutuhan pengembangan kota (jalur sepeda, trem)

    Rencana Pola Ruang Provinsi Kawasan Lindung, meliputi kawasan:

    - hutan lindung

    - yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

    - perlindungan setempat - suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya

    - rawan bencana - lindung geologi - lindung lainnya

    Kawasan Budidaya, meliputi kawasan peruntukkan: - hutan produksi - hutan rakyat - pertanian - perkebunan

    - perikanan - pertambangan - industri - pariwisata

    - permukiman - budidaya lainnya (kawasan militer, dan kawasan

    lainnya)

    Rencana Pola Ruang Kabupaten Kawasan Lindung, meliputi kawasan:

    - hutan lindung

    - yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya: kawasan bergambut, kawasan resapan air

    - perlindungan setempat: sempadan pantai,

    sungai, waduk, danau, situ, sekitar mata air, spiritual/kearifan lokal

    - suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya: suaka alam/alam laut, cagar alam/alam laut,

    suaka margasatwa/laut, hukan bakau, taman nasional/nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam/alam laut, cagar budaya dan ilmu pengetahuan

    - rawan bencana: kawasan rawan longsor, rawan gelombang pasang, rawan banjir

    - lindung geologi: kawasan cagar alam geologi, bencana alam geologi, perlindungan bagi air

    tanah - lindung lainnya: cagar biosfer, ramsar, taman

    buru, perlindungan plasma nutfah, pengungsian satwa, terumbu karang, koridor bagi satwa/biota

    laut yang dilindungi Kawasan Budidaya, meliputi kawasan peruntukkan:

    - hutan produksi: terbatas, tetap, yang dapat dikonversi

    - hutan rakyat - pertanian: lahan basah, lahan kering, hortikultura - perkebunan yang dirinci berdasarkan komoditas

    perkebunan yang ada di kab

    - perikanan: tangkap, budidaya perikanan, pengolahan ikan

    - pertambangan: peruntukkan mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, air

    tanah di kawasan pertambangan - industri: besar, sedang,rumah tangga - pariwisata: budaya,alam, buatan - permukiman: perkotaan, perdesaan

    - budidaya lainnya (kawasan militer, kawasan

    Rencana Pola Ruang Kota Kawasan Lindung, meliputi kawasan:

    - hutan lindung

    - yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya: kawasan bergambut, kawasan resapan air

    - perlindungan setempat: sempadan pantai,

    sungai, waduk, danau, situ, sekitar mata air - RTH kota: taman RT, taman RW, taman kota,

    pemakaman - kawasan suaka alam dan cagar budaya

    - kawasan rawan bencana alam: kawasan rawan longsor, rawan gelombang pasang, rawan banjir

    - kawasan lindung lainnya Kawasan Budidaya, meliputi kawasan peruntukkan:

    - kawasan perumahan: berkepadatan tinggi, sedang, rendah

    - kawasan perdagangan dan jasa: pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko modern

    - kawasan perkantoran: pemerintahan, swasta - kawasan industri: rumah tangga/kecil, ringan - kawasan pariwisata: budaya, alam, buatan - kawasan RTNH

    - kawasan ruang evakuasi bencana - kawasan peruntukkan lainnya: pertanian,

    pertambangan, pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, keamanan dan

    keselamatan), militer, serta lainnya sesuai peran dan fungsi kota

  • PROVINSI KABUPATEN KOTA

    lainnya).

    Penetapan Kawasan Strategis Provinsi

    Merupakan wilayah provinsi yang mempunyai pengaruh sangat penting dan memiliki nilai strategis: dari sudut kepentingan ekonomi dapat mempercepat pertumbuhan kawasan

    tertinggal dalam wil. provinsi dari sudut kepentingan sosial pendayagunaan sumber daya alam/teknologi tinggi dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

    lingkungan hidup maupun nilai strategis lain sesuai kepentingan

    pembangunan di wil. provinsi

    Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten

    Merupakan wilayah kabupaten yang mempunyai pengaruh sangat penting dan memiliki nilai strategis: dari sudut kepentingan ekonomi dari sudut kepentingan sosial budaya pendayagunaan sumber daya alam/teknologi tinggi dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

    lingkungan hidup maupun nilai strategis lain sesuai kepentingan

    pembangunan di wil. kabupaten

    Penetapan Kawasan Strategis Kota

    Merupakan wilayah kota yang mempunyai pengaruh sangat penting dan memiliki nilai strategis: dari sudut kepentingan ekonomi dari sudut kepentingan sosial budaya pendayagunaan sumber daya alam/teknologi tinggi dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

    lingkungan hidup maupun nilai strategis lain sesuai kepentingan

    pembangunan di wil. kota

    Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Berupa indikasi program utama dalam jangka waktu 5 tahunan sampai 20 tahun, meliputi:

    usulan program utama lokasi besaran sumber pendanaan instansi pelaksana waktu dan tahapan pelaksanaan

    Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Berupa indikasi program utama dalam jangka waktu 5 tahunan sampai 20 tahun, meliputi:

    usulan program utama lokasi besaran sumber pendanaan instansi pelaksana waktu dan tahapan pelaksanaan

    Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Berupa indikasi program utama dalam jangka waktu 5 tahunan sampai 20 tahun, meliputi:

    usulan program utama lokasi besaran sumber pendanaan instansi pelaksana waktu dan tahapan pelaksanaan

    Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    Wilayah Provinsi Memuat: indikasi arahan peraturan zonasi arahan perizinan arahan insentif dan disinsentif arahan sanksi

    Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    Wilayah Kabupaten Memuat: ketentuan umum peraturan zonasi ketentuan perizinan ketentuan pemberian insentif dan disinsentif arahan pengenaan sanksi

    Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    Wilayah Kota Memuat: ketentuan umum peraturan zonasi ketentuan perizinan ketentuan pemberian insentif dan disinsentif arahan pengenaan sanksi

    Sumber: Permen PU 15, 16, 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota

    Proses dan Prosedur Penyusunan RTRW

    Pedoman penyusunan RTRW daerah membuat acuan bahwa penyusunan RTRW sebaiknya dilakukan maksimal selama 24 (dua puluh empat) bulan, dengan rincian kurang lebih 8 (delapan) sampai dengan 18 (delapan belas) bulan untuk proses penyusunan RTRW hingga Raperda-nya, dan selebihnya merupakan proses penetapan. Dalam proses penyusunan RTRW, masyarakat perlu dilibatkan minimal 2 (dua) kali dalam proses penyusunannya, yaitu pada tahap pengumpulan data dan tahap penyusunan konsep/ rencana pengembangan.

    Berdasarkan UUPR Pasal 18, penetapan Raperda tentang RTRW daerah dan rencana rinci tata ruang dilakukan setelah mendapat persetujuan substansi dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang penataan ruang, yang saat ini dilaksanakan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Demikian juga berdasarkan Pasal 189 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa proses penetapan Raperda yang berkaitan dengan tata ruang daerah dikoordinasikan dengan menteri yang membidangi tata ruang. Dalam mengakomodir kedua UU tersebut telah ditetapkan Permen PU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Raperda Tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya. Sehingga dalam proses penyusunan Perda RTRW provinsi akan melalui pentahapan: a). penyusunan Perda RTRW provinsi; b). pengajuan Raperda ke Menteri PU untuk permohonan persetujuan substansi; c). evaluasi oleh tim evaluasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN); d). penandatanganan persetujuan substansi Raperda; e). evaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri; dan f). penetapan Raperda RTRW provinsi. Proses penyusunan Perda RTRW kabupaten/kota analog dengan proses penyusunan Perda RTRW provinsi, namun sebelum diajukan ke Menteri, rancangan perda terlebih dahulu harus mendapat rekomendasi dari gubernur terkait.

  • Gambar 4 Contoh Proses dan Prosedur Umum Dalam Penyusunan RTRW Kabupaten

    Tahap Persiapan

    PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN PENETAPAN

    a. Persiapan awal:

    - Pemahaman KAK

    - Penyiapan RAB

    Data & informasi yang

    dibutuhkan:

    a. Peta dasar (RBI dan citra

    satelit);

    b. Kebijakan penatan ruang

    dan kebijakan sektoral

    terkait;

    c. Kondisi fisik/lingkungan

    dan sumber daya alam;

    d. Sumber daya buatan/

    prasarana dan sarana;

    d. Kependudukan dan

    sumber daya manusia;

    e. Perekonomian, sosial dan

    budaya;

    g. Kelembagaan; dan

    j. Data lainnya sesuai

    karakteristik wilayah

    kabupaten.

    Pengumpulan Data dan

    Informasi

    (Primer & Sekunder)

    Analisis

    Analisis terhadap data & informasi:

    a. Identifikasi daerah fungsional

    perkotaan (Functional Urban

    Area) yang ada di wilayah

    kabupaten;

    b. Analisis sistem pusat-pusat

    permukiman (sistem

    perkotaan) yang didasarkan

    pada sebaran daerah

    fungsional perkotaan yang ada

    di wilayah kabupaten;

    c. Analisis daya dukung dan daya

    tampung wilayah serta

    optimasi pemanfaatan ruang.

    1. Tujuan, Kebijakan dan

    Strategi Penataan Ruang

    Wilayah kabupaten;

    2. Rencana Struktur Ruang;

    3. Rencana Pola Ruang;

    4. Penetapan Kawasan

    Strategi kabupaten;

    5. Arahan Pemanfaatan

    Ruang Wilayah kabupaten;

    dan

    6. Ketentuan Pengendalian

    Pemanfaatan Ruang

    Wilayah kabupaten

    (Peraturan Zonasi, Insentif

    Disinsentif, Perizinan, dan

    Sanksi)

    1. Persetujuan

    Substansi

    2. Evaluasi

    3. Proses Pengesahan

    RTRW kabupaten

    (yang diatur dalam

    ketentuan peraturan

    perundang-

    undangan terkait

    lainnya)

    Wawancara

    Observasi

    Pengumpulan Data

    Sekunder

    Kompilasi DataKonsep Terpilih

    Beberapa Alternatif Konsep

    Peluang

    Potensi

    Tantangan Hambatan

    Masalah

    Analisis Holistik (keseluruhan)

    Penilaian Terhadap

    Alternatif Konsep

    * Pemberian data & informasi

    * Pendataan & pemberian masukan: aspirasi dan

    opini masyarakat dan kebijakan sektor

    * Identifikasi potensi masalah penataan ruang

    Penyampaian opini, aspirasi masyarakat terkait:

    * kebijakan & strategi penataan ruang

    * rumusan RTRW kabupaten

    Pemberitaan Penyusunan

    RTRW kabupaten

    Rencana

    Kuesioner

    Perumusan Konsep RTRW Kabupaten

    Keterlibatan pasif

    masyarakat dalam

    menerima informasi

    penataan ruang

    Penyampaian Keberatan / Sanggahan

    Masyarakat terhadap konsep RTRW

    kabupaten dan Raperda RTRW

    kabupaten

    Peran

    Masyarakat

    c. Persiapan Teknis:

    - Penyimpulan data awal

    - Perumusan metodologi

    - Penyusunan rencana kerja

    rinci

    - Penyiapan perangkat survai

    Kecenderungan

    Analisis Aspek di atas

    a. Rumusan tujuan, kebijakan,

    dan strategi pengembangan

    wilayah kabupaten; dan

    b. Konsep pengembangan

    wilayah kabupaten

    Konsep Pengembangan

    Penyusunan

    Raperda

    Penyusunan Naskah

    Rancangan

    Peraturan Daerah

    (Raperda) Tentang

    RTRW Kabupaten

    Proses Penetapan

    b. Kajian awal data sekunder:

    - Review RTRW kabupaten

    yang ada

    - Kajian kebijakan terkait

    lainnya

    Sumber: Permen PU No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten

    Pada dasarnya tingkat kesulitan penyusunan raperda RTRW provinsi dan kabupaten/ kota ini bukanlah pada substansinya, melainkan lebih pada tingkat kematangan konsolidasi antar pemangku kepentingan dalam mengakomodir semua kepentingan pembangunan dalam suatu wilayah. Hal ini mengakibatkan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk berkoordinasi menjadi relatif lama. Namun demikian, kesepakatan konsep pengembangan wilayah merupakan proses yang penting untuk dilalui dalam mencapai goal suatu pembangunan wilayah. Target atau goal setiap wilayah yang diinginkan, akan menjadi tujuan yang harus didefinisikan, kebijakan spasial yang harus ditetapkan sampai dengan strategi yang diambil. Semua ini akan dijabarkan kedalam rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan/ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah tersebut.

    Sebagai langkah usaha mempercepat penyelesaian penyusunan raperda RTRW provinsi/ kabupaten/ kota, Direktorat Jenderal Penataan Ruang (DJPR) menerbitkan pedoman bidang penataan ruang sebagai salah satu perangkat penyusunan, dan juga melakukan berbagai tindakan nyata lainnya seperti: penguatan tim evaluasi internal DJPR, melalui peningkatan jumlah dan kapasitas petugas yang mengevaluasi; pembangunan sistem database guna memantau kemajuan penyusunan raperda RTRW yang secara rutin dilakukan pemutakhiran data sekaligus monitoring yang diperlukan; peningkatan koordinasi BKPRN melalui jadwal evaluasi yang ketat dan terstruktur; peningkatan bantuan teknis sekaligus kualitas bantuan teknis kepada pemerintah daerah secara kontinu; proaktif dalam membina dan mengawal penyusunan RTRW, khususnya bagi provinsi dan kabupaten/kota yang telah hampir menyelesaikan materi RTRW-nya; serta pelaksanaan klinik konsultasi RTRW.

    Namun demikian, dalam rangka pencapaian target penyelesaian RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/ kota sesuai UUPR, selain langkah-langkah percepatan yang telah diambil seperti tersebut di atas, perlu beberapa terobosan lain dengan tetap menjadikan NSPK bidang penataan ruang sebagai tools, seperti: refreshment materi teknis penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota bagi para pejabat yang terlibat dalam evaluasi raperda RTRW; pelatihan penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota bagi staf yunior di lingkungan Ditjen Penataan Ruang yang akan menjadi evaluator; pelatihan penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota yang dilakukan kepada pejabat/petugas daerah yang benar-benar menangani penataan ruang, minimal selama 5 (lima) hari atau sekitar 40 (empat puluh) jam pelajaran dengan dilengkapi simulasi cara menyusun RTRW; pendampingan dalam penyusunan RTRW melalui pendekatan tutorial, yaitu pembinaan oleh Direktorat Penataan Ruang Wilayah kepada petugas daerah secara melekat pada saat penyusunan perda RTRW; serta penjadwalan yg ketat dan pemberian batas waktu dalam proses persetujuan substansi.