PEDOMAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN ATR/BPN PROVINSI...
Transcript of PEDOMAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN ATR/BPN PROVINSI...
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Sumatera Utara
PEDOMAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN ATR/BPN PROVINSI
SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
electronic book ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada Ibu Nhora Herawaty Saragih, S.ST., M.Si. serta Staff Tata Usaha Kantor
Wilayah BPN Sumatera Utara yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga electronic book ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Penulis
berharap berharap semoga electronic book ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa electronic book ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya electronic book selanjutnya yang
lebih baik lagi.
I. KEWAJIBAN DAN LARANGAN PNS MENURUT PERATURAN PEMERINTAH
NO 53 TAHUN 2010
1.1 Kewajiban:
1. mengucapkan sumpah/ janji PNS;
2. mengucapkan sumpah/ janji jabatan;
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang dan/ atau
golongan;
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan;
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;
10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil;
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
1.2 Larangan:
1. menyalahgunakan wewenang;
2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/ atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain;
3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/ atau lembaga
atau organisasi internasional;
4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat
asing;
5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara
secara tidak sah;
6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di
dalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung
atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan
dengan jabatan dan/ atau pekerjaannya;
9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi
atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi
yang dilayani;
11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/ Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/ atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/ Wakil Presiden dengan cara:
a. membuat keputusan dan/ atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye; dan/ atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon
yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon
Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai
foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundang-undangan; dan
15. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/ Wakil
Kepala Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. membuat keputusan dan/ atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/ atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon
yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
Iingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
II. PELANGGARAN DAN JENIS HUKUMAN DISIPLIN
Jenis pelanggaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Pelanggaran terhadap kewajiban
2. Pelanggaran terhadap larangan
Tingkat hukuman disiplin dibagi menjadi 3(tiga) jenis, yaitu:
1. Hukuman displin ringan
2. Hukuman disiplin sedang
3. Hukuman disiplin berat
2.1 Pelanggaran Terhadap Kewajiban
A. Hukuman disiplin ringan dijatuhkan apabila melanggar kewajiban:
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
2. menaati segala peraturan perundang-undangan, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja.
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja.
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/
atau golongan, apabila pelanggaran berdampaknegatif pada unit kerja.
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
unit kerja.
9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, berupa:
a) teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 5 (lima) hari kerja.
b) teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.
c) pemyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas)
hari kerja.
10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas, apabila pelanggaran dilakukan
dengan tidak sengaja.
13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier, apabila
pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja.
14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.
B. Hukuman disiplin sedang dijatuhkan apabila melanggar kewajiban:
1. mengucapkan sumpah/ janji PNS, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan
yang sah.
2. mengucapkan sumpah/ janji jabatan, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan
yang sah.
3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang
bersangkutan.
4. menaati segala peraturan perundang-undangan, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan.
5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan.
6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS, apabila
pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.
7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, atau
golongan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan.
8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan.
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara,
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.
10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
instansi yang bersangkutan.
11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, berupa:
a) perundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai
dengan 20 (dua puluh) hari kerja.
b) penundaan kenaikan pangkat selama 1(satu) tahun bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21(dua puluh satu) sampai
dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja.
c) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun bagi
PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua
puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puiuh) hari kerja.
12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan, apabila pencapaian
sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25% (dua puluh lima
persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen).
13. menggunakan dan memeiihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.
14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada saat ini ketentuan yang mengatur
pelayanan publik yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas, apabila dilakukan dengan
sengaja.
16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier, apabila
dilakukan dengan sengaja.
17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.
C. Hukuman disiplin berat dijatuhkan apabila melanggar kewajiban:
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau
negara;
2. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau negara;
3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, apabila pelanggaran berdampak
negatif pads pemerintah dan/ atau negara;
4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau negara;
5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/
atau golongan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau
negara;
6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau
negara;
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepen tingan
negara, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau negara;
8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan/ atau negara.
9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, berupa:
a) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi
PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga
puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja.
b) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga
puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja;
c) pembebasan dari jabatan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat
puluh lima) hari kerja;
d) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja
atau lebih.
10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan, apabila pencapaian
sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima
persen);
11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau
negara;
12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau negara.
“PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN MASUK KERJA DAN MENAATI KETENTUAN JAM
KERJA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM HURUF A ANGKA 9), HURUF B ANGKA 11),
HURUF C ANGKA 9), DIHITUNG SECARA KUMULATIF SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN
BERJALAN YAITU MULAI JANUARI SAMPAI DENGAN DESEMBER DALAM TAHUN YANG
BERSANGKUTAN.
DALAM HAL PNS TIDAK MASUK KERJA SECARA TERUS MENERUS MESKIPUN TELAH
DIPANGGIL SEBANYAK 2 (DUA) KALI TETAPI TIDAK HADIR, PNS TERSEBUT DIJATUHI
HUKUMAN DISIPLIN TANPA MELALUI PEMERIKSAAN DAN JENIS HUKUMANNYA
BERDASARKAN JUMLAH HARI KETIDAKHADIRAN SECARA KUMULATIF.”
III. TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL
Dalam UU No. 8 Tahun 1974, UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
pasal 8 mengatur setiap Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti. Yang dimaksud dengan cuti
adalah tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu. Dalam rangka usaha untuk
menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan Pegawai Negeri perlu diatur
pemberian cuti. Cuti Pegawai Negeri ada beberapa macam, yang dapat diminta oleh PNS
sesuai dengan kebutuhannya yang akan di pergunakan dalam waktu-waktu tertentu, yaitu: Cuti
Tahunan, Cuti Besar, Cuti Sakit, Cuti bersalin, Cuti Alasan penting, Cuti di luar tanggungan
keluarga.
A. Cuti Tahunan
Ketentuan PP No. 24 tahun 1976 tentang cuti PNS, disebutkan bahwa:
1) Pasal 4 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang- kurangnya 1 (satu)
tahun secara terus menerus berhak cuti tahunan, (2) lamanya cuti tahunan adalah 12
(dua belas) hari kerja, (3) cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka
waktu yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja, (4) untuk mendapatkan cuti tahunan
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti, (5) cuti tahunan diberikan secara
tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
2) Pasal 5: cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya,
maka jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14
(empat belas) hari.
3) Pasal 6 ayat (1) cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan dapat
diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama
18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang
berjalan, ayat (2) cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari
2 (dua) tahun berturut-turut dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama
24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang
berjalan.
4) Pasal 7 ayat (1) cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaanya oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan
dinas mendesak, (2) cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat diambil dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
B. Cuti Besar
Ketentuan PP No. 24 tahun 1976 bagian ketiga, disebutkan bahwa:
1) Pegawai NegeriSipil yang telah bekerjasekurang-kurangnya 6 (enam) tahun
secara terus-menerus berhak atas cuti besaryang lamanya 3 (tiga) bulan.
2) Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti
tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
3) Untuk mendapatkan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
4) Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang untuk
paling lama2 (dua) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
5) Selama menjalankan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.
C. Cuti Sakit
Ketentuan PP No. 24 tahun 1976 bagian keempat, disebutkan bahwa:
1) Setiap Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2) Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.
3) Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) Hari
berhak cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter yang
ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam poin (3) antara lain
menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain
yang dipandang perlu
5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam poin (3) diberikan untuk waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
6) Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam poin (5) dapat ditambah
untuk paling lama 6(enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat
keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
7) Pegawai Negeri Sipil yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka Waktu
sebagaimana dimaksud dalam poin (5) dan atau poin (6), harus Diuji kembali
kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
8) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
poin (7) Pegawai NegeriSipil yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya,
maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan
mendapat uang tunggu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Cuti Bersalin
1) Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga, Pegawai Negeri Sipil
wanita berhak atas cuti bersalin
2) Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada Pegawai Negeri
Sipil wanita diberikan cuti di luar tanggungan Negara
3) Lamanya cuti-cuti bersalin tersebut dalam poin (1) dan (2) adalah 1 (satu) bulan
sebelum dan 2(dua) bulan sesudah persalinan.
4) Untuk mendapatkan cuti bersalin, Pegawai Negeri Sipil wanita yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
5) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
6) Selama menjalankan cuti bersalin Pegawai Negeri Sipil wanita yang
bersangkutan menerima penghasilan penuh.
E. Cuti Karena Alasan Penting
1) Ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras
atau meninggal dunia
2) salah seorang anggotakeluarga yang dimaksud dalam huruf a meninggal dunia
dan menurut ketentuanhukum yang berlaku Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan harus mengurushak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal
dunia itu;
3) melangsungkan perkawinan yang pertama;
4) Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti untuk paling lama 2 (dua) bulan.
5) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis dengan menyebutkan
alasan- alasannya kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
6) Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
7) Selama menjalankan cuti karena alasan penting, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan menerima penghasilan penuh.
F. Cuti Di Luar Tanggungan Negara
1) Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5(lima)
tahun secara terus-menerus, karena alas an-alasan pribadi yang penting dan
mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan Negara
2) Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan - paling lama3 (tiga) tahun
3) Jangka waktu cuti diluar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dipat diperpanjangpaling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang
penting untukmemperpanjangnya.
4) Cuti di luartanggungan Negara mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutandibebaskan dari jabatannya, kecuali cuti di luar tanggungan
Negara (cuti bersalin anak keempat atau seterusnya)
5) Jabatan yang menjadilowong karena,pemberian cuti di luar tanggungan Negara
dengan segera dapatdiisi.
6) Selama menjalankancuti di luar tanggungan Negara, Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan tidakberhak menerima penghasilan dari Negara.
7) Selama menjalankancuti di luar tanggungan Negara tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja PegawaiNegeri Sipil.
8) Pegawai NegeriSipil yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi
induknya setelah habismasa menjalankan cuti di luar tanggungan Negara
diberhentikan dengan hormatsebagai Pegawai Negeri Sipil.
9) Pegawai NegeriSipil yang melaporkan diri kepada instansi induknya setelah
habis masamenjalankan cuti di luar tanggungan Negara, maka :
a. apabila ada lowongan ditempatkan kembali;
b. apabila tidak adalowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan
melaporkannya kepada KepalaBadan Administrasi Kepegawaian Negara
untuk kemungkinan ditempatkan padainstansi lain;
c. apabila penempatanyang dimaksud dalam huruf b tidak mungkin, maka
Pegawai Negeri Sipil yangbersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena
kelebihan dengan mendapathak-hak kepegawaian menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
IV. PENUTUP
Demikian Buku Elektronik Pedoman Kepegawaian ini disusun. Diharapkan setelah
disusunnya buku elektronik ini, dapat menjadi pedoman bagi Pegawai Negeri Sipil,
khususnya di Lingkungan Kementerian ATR/BPN Sumatera Utara sebagai penunjang
pelayanan yang lebih baik dan disiplin.