atr-agu2005-2 (3).pdf

7
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34 28 PERBAIKAN FISIK BANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN Immanuel Hutabarat, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Agus Suriadi Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota Abstrak. Pada penelitian ini ingin dikaji aspek hubungan tingkat kesejahteraan terhadap kualitas perumahan di perumnas mandala. Menurut Turner merujuk pada teori Abrahai Maslow bahwa kebutuhan manusia akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan dimana perumahan merupakan suatu kebutuhan dasar setelah sandang dan pangan juga akan mengalami peningkatan kualitas yang dilakukan pemilik sebagai indikatornya adalah pendapatan. Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian dilapangan dengan objek studi pemilik rumah yan dipilih secara acak (cluster sample). Besarnya sampel adalah 99 responden yan iibagi menurut tipe rumah. Sebagai analisis data guna menjawab permasalaha digunakan pendekatan secara deskriftif dan kuantitatif. Pada analisis kuantitatif dipakai pendekatan statistik dengan menggunakan rumus Chi Kwadrat. Hasil yan liperoleh dari penelitian bahwa tingkat pendapatan responden sebagian besar antara Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,- (sebanyak 35%), tingkat pendidikan adala SLTA (sebanyak 47%). Ternyata perumahan perumnas mandala medan telah banya mengalami perubahan, perubahan ruang yang terbanyak dilakukan ruang tidur sebesar 33%), komponen lantai dirubah oleh sebagian besar responden yaitu 58%. Pada analisis Chi Kwadrat terdapat hubungan tingkat pendapatan terhadap perubahan komponen lantai, dinding, atap, dapur dan wc kemudian tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan terhadap perubahan komponen lantai, dinding, wc, dan dapur. Dari sini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat kesejahteraan terhadap perumahan di perumnas mandala dengan indikator pendapatan dan pendidikan. Katakunci: perubahan fisik bangunan, latar belakang sosio ekonomi 1. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia, maka tingkat kebutuhan manusia juga semakin meningkat, perkembangan jumlah penduduk perkotaaan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan sekitar 5,4 % pertahun, padahal angka pertumbuhan penduduk di Indonesia secara nasional yang hanya sekitar 2% pertahun. Perkembangan penduduk diperkotaan tersebut disebabkan oleh urbanisasi. Urbanisasi terjadi akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai di pedesaan. Demikian juga perkotaan tidak cukup tersedia lapangan pekerjaan bagi pendatang baru yang jumlahnya cukup besar. Dengan kata lain faktor pendorong (push faktor) daerah pedesaan jauh lebih besar dari pada faktor penarik (pull faktor) daerah perkotaan (Bintaro, 1984). Universitas Sumatera Utara

Transcript of atr-agu2005-2 (3).pdf

Page 1: atr-agu2005-2 (3).pdf

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

28

PERBAIKAN FISIK BANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI

STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Immanuel Hutabarat, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Agus Suriadi

Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstrak. Pada penelitian ini ingin dikaji aspek hubungan tingkat kesejahteraan terhadap kualitas perumahan di perumnas mandala. Menurut Turner merujuk pada teori Abrahai Maslow bahwa kebutuhan manusia akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan dimana perumahan merupakan suatu kebutuhan dasar setelah sandang dan pangan juga akan mengalami peningkatan kualitas yang dilakukan pemilik sebagai indikatornya adalah pendapatan. Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian dilapangan dengan objek studi pemilik rumah yan dipilih secara acak (cluster sample). Besarnya sampel adalah 99 responden yan iibagi menurut tipe rumah. Sebagai analisis data guna menjawab permasalaha digunakan pendekatan secara deskriftif dan kuantitatif. Pada analisis kuantitatif dipakai pendekatan statistik dengan menggunakan rumus Chi Kwadrat. Hasil yan liperoleh dari penelitian bahwa tingkat pendapatan responden sebagian besar antara Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,- (sebanyak 35%), tingkat pendidikan adala SLTA (sebanyak 47%). Ternyata perumahan perumnas mandala medan telah banya mengalami perubahan, perubahan ruang yang terbanyak dilakukan ruang tidur sebesar 33%), komponen lantai dirubah oleh sebagian besar responden yaitu 58%. Pada analisis Chi Kwadrat terdapat hubungan tingkat pendapatan terhadap perubahan komponen lantai, dinding, atap, dapur dan wc kemudian tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan terhadap perubahan komponen lantai, dinding, wc, dan dapur. Dari sini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat kesejahteraan terhadap perumahan di perumnas mandala dengan indikator pendapatan dan pendidikan.

Katakunci: perubahan fisik bangunan, latar belakang sosio ekonomi

1. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia, maka tingkat kebutuhan manusia juga semakin meningkat, perkembangan jumlah penduduk perkotaaan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan sekitar 5,4 % pertahun, padahal angka pertumbuhan penduduk di Indonesia secara nasional yang hanya sekitar 2% pertahun. Perkembangan penduduk diperkotaan tersebut

disebabkan oleh urbanisasi. Urbanisasi terjadi akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai di pedesaan. Demikian juga perkotaan tidak cukup tersedia lapangan pekerjaan bagi pendatang baru yang jumlahnya cukup besar. Dengan kata lain faktor pendorong (push faktor) daerah pedesaan jauh lebih besar dari pada faktor penarik (pull faktor) daerah perkotaan (Bintaro, 1984).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: atr-agu2005-2 (3).pdf

PERBAIKAN FISIK PEMBANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Immanuel HutabaratJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

29

Dari gambaran diatas memperlihatkan bahwa dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk, akan berakibat pada peningkatan kebutuhan rumah tinggal. Oleh sebab itu pengadaan unit rumah tinggal minimal berada pada posisi sejajar dengan tingkat pertumbuhan penduduk, dengan asumsi bahwa jumlah unit rumah tinggal pada titik acuan awal telah memenuhi kebutuhan. Namun ada kenyataannya pemenuhan rumah tinggal masih belum memadai. Sementara itu tuntutan pengadaan unit rumah tinggal semakin meningkat secara eksponensial. Mengingat kondisi tersebut, maka masalah perumahan dan pemukiman mendapatkan perhatian yang besar, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Hal tersebut wajar, karena rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, selain sandang dan pangan. Bahkan rumah tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam bentuk watak serta kepribadian bangsa, hal tersebut mengakibatkan penataan rumah tinggal sangat penting bagi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan manusia. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia berusaha mencukupi kebutuhan serta meningkatkan mutu perumahan dan pemukiman. Tonggak kebijakan dalam bidang perumahan di Indonesia berawal dari Konferensi Perumahan Sehat yang diadakan tahun 1950 serta Lokakarya Perumahan Nsional I ( Pertama) pada tahun 1972. Norma dan kriteria yang direkomendasikan dari konferensi tahun 1950 tersebut adalah: pertama luas minimum untuk dua ruang tidur adalah 36 m2 dan minimum luas bangunan tambahan adalah 17,50 m2, serta kedua minimum tinggi plafon bangunan 2,75 m dan minimum bukaan adalah 10 dari luas lantai. Sedangkan Lokakarya tahun 1972 merekomendasikan berdirinya Perumnas (Yudohusodo, 1991). Sejak Pelita II, tahun 1974, Pemerntah mengembangkan beberapa program guna menangani permasalahan perumahan rakyat, antara lain: (1) pengadaan perumahan sederhana, (2) Pemugaran perumahan desa, (3) Perbaikan kampung, (4) penataan bangunan, (5) peremajaan

pemukiman kota, (6) penunjang program perumahan rakyat. Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat dan teratur dipenuhi melalui PERUM PERUMNAS, yang dimulai sejak PELITA II. Sejalan dengan itu perusahaan swasta juga turut serta mengambil peranan. Pembangunan perumahan oleh Perumnas dan para developer swasta yang diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan bagi yang berpenghasilan sedang dapat dibiayai dengan kredit pemilikan rumah dari BTN. Sedang bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah melalui kredit dari lembaga keuangan non bank yaitu PT. PAPAN SEJAHTERA. Dari tahun 1978 sampai dengan 2004, Perum Perumnas telah berhasil membangun 1.587.161 unit rumah yang tersebar di 120 kota di Indonesia. Rumah yang telah dibangun terdiri dari 56,7 persen rumah inti; 41,3 persen rumah sederhana dan selebihnya rumah susun. Realisasi pembangunan perumahan melalui Perumnas dari tahun ke tahun tampak berfluktuasi, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Paula tahun 1992 berhasil dibangun sebanyak 14.717 unit rumah, dan pasta tahun 1993 realisasinya mencapai 17.346 unit. Sedangkan sampai dengan triwulan II tahun 2004 telah dicapai sebanyak 533.993 unit rumah. di kota Medan dan sekitarnya dikembangkan pada beberapa lokasi, yaitu: Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Mandala Medan Kecamatan Kenangan, Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan dan Martubung Kecamatan Medan Deli. Setelah beberapa tahun ditempati oleh penghuni, banyak rumah-rumah sederhana yang telah dibangun oleh Perumnas mengalami perubahan dari rumah inti mengalami perubahan penambahan ruang baik secara horizontal maupun vertikal, bukan hanya penambahan ruang melainkan juga tingkat kualitas rumah yang semakin baik dari runah inti yang dibangun oleh Perumnas. Perubahan yang dilakukan oleh penghuni terhadap rumah sederhana ini disebabkan adanya perkembangan kebutuhan dan meningkatnya kesejahteraan penghuni.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: atr-agu2005-2 (3).pdf

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

30

Perubahan-perubahan yang dilakukan penghuni rumah sederhana ini sangat bermacam-macam tergantung dari tingkat kesejahteraan dan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhannya kondist ini sangat sesuai dengan teori kebutuhan oleh Abraham Maslow bahwa semakin menigkat kesejahteraan seseorang maka akan meningkat pula kebutuhannya. Berangkat dari fenomena diatas , maka penulis merasa perlu meneliti dengan berpatokan bahwa perumahan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, sehingga pembangunan perumahan oleh pengembang dapat terukur sesuai dengan tingkat kesejahteraan dan kebutuhan penghuni. Dari uraian-uraian tersebut diatas maka penulis ingin meneliti apakah ada hubungan tingkat kesejahteraan terhadap kualitas rumah penduduk. 2. Perumusan Masalah Melihat latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat kesejahteraan terhadap kualitas perumahan. 3. Tujuan Penelitan Dengan mengambil kasus kawasan perumahan Mandala tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengkaji dan mengetahui

hubungan tingkat kesejahteraan penghuni terhadap kualitas perumahan.

2. Untuk mengetahui skala prioritas penghuni dalam merubah rumah tinggal setelah kesejahteraan meningkat.

4. Tinjauan Pustaka Menurut Maslow, kebutuhan yang ada ditingkat dasar pemuasannya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada diatasnya. Misalnya, kebutuhan akan makanan (fisiologis lebih mendesak untuk dipuaskan daripada kebutuhan akan rasa aman ini lebih mendesak dari pada kebutuhan yang lebih tinggi. Dalam menentukan prioritas tentang rumah, seseorang atau sebuah keluarga yang berpendapatan sangat rendah cenderung meletakkan prioritas utama pada

lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang dapat memberikan kesempatan kerja. Tanpa kesempatan kerja yang dapat menopang kebutuhan sehari-hari,sulit bagi mereka untuk dapat mempertahankan hidupnya. Status pemilikan rumah dan lahan menempati prioritas kedua, sedangkan bentuk maupun kualitas rumah prioritas yang ketiga. Yang terpenting pada tahap ini adalah tersedianya rumah untuk berlindung dan istirahat dalam upaya mempertahankan hidupnya. Selanjutnya seiring dengan meningkatnya pendapatan, prioritas kebutuhan perumahannya akan berubah pula. Status pemilikan rumah maupun lahan menjadi prioritas utama. Karena orang atau keluarga tersebut ingin mendapatkan kejelasan status kepemilikan rumahnya. Dengan demikian mereka yakin bahwa tidak akan digusur, sehingga mereka dapat bekerja dengan tenang untuk menaikkan pendapatannya. Tanpa jaminan adanya kejelasan tentang status pemilikan rumah dan lahannya,seseorang atau sebuah keluarga akan selalu tidak merasa aman sehingga mengurangi minat mereka untuk memperluas, memelihara atau meningkatkan kualitas rumahnya dengan baik. Prioritas kedekatan lokasi dengan fasilitas pekerjaan untuk buruh-buruh kasar menjadi prioritas kedua, karena kesempatan kerja bukan lagi masalah yang sangat mendesak. Sedangkan bentuk maupun kualitas rumah masih tetap menempati prioritas ketiga (Turner; 1972; 167-169). Teori tersebut diatas dapat dijadikan dasar bagi landasan teori penelitian di perumnas mandala,dimana keadaan ekonomi akan terus meningkat begitu pula setelah ekonomi meningkat maka setelah status rumah milik sendiri maka kualitas rumah akan lebih baik. Teori Turner ini menyarankan pembangunan yang dilakukan pemerintah yakni melalui Perum Perumnas hares memperhatikan standar bangunan mengingat kebutuhan penghuni akan tents meningkat seiring dengan kesejahteraannya yang akan meningkat. Penentuan standar fisik yang baku tanpa memperhatikan tingkat kesejahteraan penghuni akan menghadapi masalah.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: atr-agu2005-2 (3).pdf

PERBAIKAN FISIK PEMBANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Immanuel HutabaratJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

31

Pada tahun 1971 di Manila disajikan melalul Pre-Conference Working Party (PCWP) dart Intemasional Conference of Social Welfare (ICSW) ke XV dimana tentang kesejahteraan disini dirumuskan kebutuhan terhadap aspek kehidupan manusia yang berhubungan dengan pendapatan, keamanan, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi kebudayaan, dan sebagainya. Sehingga peneertian istilah kesejahteraan balk internasional dan nasional dapat terjawab. 5. Metodologi Penelitian 5.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengarnbil lokasi di Perumahan Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan, Kecamatan Medan Denai, Kabupaten Deli Serdang. 5.2 Populasi dan Sampel opulasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Rumah yang terdapat di Perumnas Mandala Medan dimiliki oleh satu rumah tangga,oleh sebab itu responden yang dipergunakan adalah kepala rumah tangga,hal ini disebabkan karena kepala rumah tangga orang yang lebih dominan dalam pengambilan keputusan dalam hal rehabilitasi ataupun penambahan bangunan rumah dalatn suatu keluarga jumlah sampel dibulatkan menjadi 99 rumah tangga atau kepala keluarga. 5.3 Teknik dan Pengambilan Data Penelitian Lapangan (Field Research). 5.4 Teknik Analisa data Analisa data merupakan pemecahan terhadap data yang diperoleh dart lokasi penelitian dan kemudian dibagi-bagi sesuai dengan golongan yang sudah ditentukan dan selanjutnya dimasukkan dalam daftar tabel. Dalam penelitian ini analisa data dilakukan secara deskriftif dan kuantitatif untuk menjelaskan hubtmgan antara variabel-variabel yang diteliti. Untuk menguji hipotesa dan menggambarkan hubungan antara variabel digunakan rumus chi kwadrat yaitu: "Suatu teknik statistik yang memungkinkan penyelidik menilal probabilitas memperoleh perbedaan frekwensi yang nyata

(yang diobservasi) dengan frekwensi yang diharapkan dalam kategori-kategori tertentu sebagai akibat dart kesalahan sampling". Adapun rumus bangun umum untuk chi kwadrat adalah sebagai berikut: Keterangan rumus: X2 = chi kwadrat Fo = frekwensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel. Fh = frekwensi yang diharapkan dalam sampel pencerminan dari frekwensi yang diharapkan dalam populasi. 6. Hasil dan Analisis Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Jumlah Responden Yang Merehab Lantai Rumah. Lantai berfungsi sebagai penutup ruangan bagian bawah, bangunan yang berfungsi sebagai isolator/pelindung terhadap panas dan dingin luar, juga lantai berfungsi untuk memikul beban mati, seperti perabot, dan beban hidup seperti manusia. Oleh sebab itu lantai harus kuat. Lantai dirumah-rumah sederhana di Perumnas Mandala Medan terbuat dart PC maupun dart tegel abu-abudari semen cor. Hasil penelitian mernperlihatkan bahwa bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total lantai rumah berjumlah 5 responden, sedangkan pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total lantai rumahnya berjumlah 9 responden.Yang terbanyak merehab total lantai adalah yang berpendapatan Rp.750.000; sampai Rp.1.500.000,- sebanyak 20 responden dan Rp.1500.000,- sampai Rp.2.000.000,- sebanyak 19 responden. Hipotesis : Ho = tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan terhadap merehab lantai rumah di perumnas mandala. Ha = terdapat hubungan antara tingkat pendapatan terhadap merehab lantai rumah di perumnas mandala. Dasar pengambilan keputusan. Berdasarkan Chi-Square hitting yang terdapat pada Tabel 3.2 Lampiran. • Jika Chi-Square Hitting < Chi-Square Tabel

Maka Ho diterima

Universitas Sumatera Utara

Page 5: atr-agu2005-2 (3).pdf

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

32

• Jika Chi-Square Hitting > Chi-Square Tabel Maka Ho ditolak

• Chi-Square Hitting = 23.512 • Chi-Square Tabel Taraf kepercayaan 95%

derajat bebas = (pendapatan - I x Rehab lantai - 1) = (5-1 x 3-1) =8 - Chi-Square Tabel (0,05;8) =15.507 Keputusan

• Oleh karena Chi-Square Hitting > Chi-Square Tabel Maka Ho ditolak Berdasarkan probabilitasnya

• Jika probabilitas (Asymp Sig) > 0.05 maka Ho diterirna

• Jika probabilitas (Asymp Sig) < 0.05 maka Ho ditolak keputusan

Oleh karena probabilitasnya (Asymp Sig) 0.024 < 0.05 maka Ho ditolak dengan kata lain bahwa artinya terdapat hubungan Tingkat Pendapatan terhadap Merehab Lantai Rumah di perumnas mandala. Dan tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Jumlah Responden Yang Merehab Binding Rumah. Dinding bangunan mengemban beberapa fungsi, yaitu : memikul beban atasnya, penutup atau pembatas ruang dalam, serta menghadapi alam luar Radiasi sinar matahari. Seperti yang telah diuraikan dalam tabel 5.1 diatas, bahwa dinding rumah sederhana di Perumnas Mandala terdiri atas bahan-bahan: ferro Cement. Dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa Bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total dinding rumah berjumlah 6 responden,sedangkan pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total dinding rumahnya berjumlah 9 responden.Yang terbanyak merehab total dinding adalah yang berpendapatan Rp.1.500.000,- sampai Rp. 2.000.000,- sebanyak 20 responden clan Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,sebanyak 15 responden kebanyakan mengganti dengan bahan batu bata diplester. Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Jumlah Responden yang merehab atap rumah. Atap merupakan komponen bangaunan yang sangat penting untuk melindungi dari senngatan matahari ataupun dari cucuran hujan. Sedangkan dari ruangan dalam, atap berfungsi sama dengan dinding, yaitu sebagai isolator ruangan. Pada rumah-rumah sederhana di Perumnas Mandala Medan, atap bangunannya terbuat dari seng, dengan

ditoppang oleh kuda-kuda kayu sembarang keras. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total atap rumah berjumlah 5 responden,sedangkan pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total atap rumahnya berjumlah 6 responden.Yang terbanyak merehab total atap adalah yang berpendapatan Rp. 1.500.000,- sainpai Rp. 2.000.000,- sebanyak 16 responden dan Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,- sebanyak 16 responden. Kebanyakan penghuni mengganti dengan atap seng dan ada kecenderungan melalui pengamatan penulis, penghuni memakai dengan atap dan bahan multi roof, disini bahwa penghuni sudah memperhatikan estetika rumahnya. Berdasarkan Chi-Square hitung Tabel 3.3 Lampiran Dari Tabulasi silang Tingkat Pendapatan Responden dengan Jumlah Responden Yang Merehab dapur Rumah. Dapur atau tempat masak merupakan ruang yang sangat penting bagi sebuah rumah, bahkan kadang kala menyiratkan adanya denyut kehidupan, seperti ungkpan "dapur masih ngepul". Demikian juga rumah sederhana yang terdapat di Perumnas Mandala Medan, dapur yang dibangun pada mulanya dari meja dapur dilengkapi dengan service sink terbuata dan teraso, atau meja beton yang sangat sederhana. Dinding dapur hanya diplaster semen atau bahkan tidak. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total dapur rumah berjumlah 6 responden,sedangkan pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total dapur rumahnya berjumlah 9 responden.Yang terbanyak merehab total dapur adalah yang berpendapatan Rp.1.500.000,- sampai Rp. 2.000.000,- sebanyak 21 responden dan Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,- sebanyak 17 responden. Kebanyakan penghuni sudh memakai meja beton yang dilapisi keramik begitu juga dengan dinding nya karena penghuni sudah memperhatikan kebersihan rumahnya terutama dapurnya. Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan Responden dengan jumlah responden yang merehab we Rumah. Kamar mandi dan water closet atau bisa disingkat wc merupakan syarat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: atr-agu2005-2 (3).pdf

PERBAIKAN FISIK PEMBANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Immanuel HutabaratJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

33

yang sangat penting bagai suatu rumah, fasilitas ini merupakan prasarana untuk memenuhi kebutuhan fiologis manusia. Hsil penelitian memperlihatkan bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total wc rumah berjumlah 8 responden,sedangkan pendapatan besar dari Rp.2.000.000,- yang merehab total we rumahnya berjumlah 9 responden.Yang terbanyak merehab total we adalah yang berpendapatan Rp. 1.500.000,- sampai Rp.2.000.000,- sebanyak 23 responden dan Rp .750.000,sampai Rp. 1.500.000,- sebanyak 19 responden. Dan kebanyakan KM/WC sudah memakai keramik. Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Jumlah Responden Yang Merehab air bersih Rumah. Bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total air bersih rumah be rjumlah I responden,sedangkan pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total air bersih rumahnya berjumlah 1 responden. Yang terbanyak tidak merehab air bersih ini dikarenakan bahwa air bersih yang disediakan oleh perumnas sudah memenuhi kebutuhan penghuni jadi para penghuni tidak perlu melakukan perubahan. Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan Responden dengan Jumlah Responden Yang Merehab penerangan Rumah. Bahwa sampel yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total penerangan rumah berjumlah 2 responden,sedangkan pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total penerangan rumahnya berjumlah 1 responden. Yang terbanyak tidak merehab penerangan ini dikarenakan bahwa penerangan yang disediakan oleh perumnas sudah memenuhi kebutuhan penghuni sehingga penghuni tidak banyak melakukan perubahan.

Uji Hipotesis Minor Hubungan Tingkat Kesejahteraan Terhadap Kualitas Perumahan di Perumnas Mandala Medan.

Dari kesimpulan diatas Uji Hipotesis Mayor bahwa ada Hubungan Tingkat Kesejahteraan Terhadap Kualitas Perumahan DI Perumnas Mandala Medan. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di perumahan perumnas mandala, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di

perumnas mandala mengalami peningkatan kualitas terutama lantai, dinding, dapur dan wc ini dipengaruhi atau signifikan postif oleh tingkat kesejahteraan terutama pendapatan penghuni.

b. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di perumnas mandala mengalami peningkatan kualitas terutama lantai, dinding, atap, dapur dan wc ini dipengaruhi atau signifikan postif oleh tingkat kesejahteraan terutama tingkat pendidikan penghuni.

c. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di perumnas mandala tidak mengalami peningkatan kualitas terutama air bersih, penerangan dan Plafond karena tidak dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan terutama pendapatan penghuni.

d. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di perumnas mandala tidak mengalami peningkatan kualitas terutama air bersih, penerangan dan Plafond karena tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 7: atr-agu2005-2 (3).pdf

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

34

dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan terutama pendidikan penghuni.

e. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di perumnas mandala tidak mengalami peningkatan kualitas terutarna lantai, dinding, atap, dapur wc tidak dipengaruhi oleh jumlah penghuni.

5.2 Saran a. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di

perumnas mandala mengalami peningkatan kualitas terutama lantai, dinding, dapur dan wc ini dipengaruhi atau signifikan postif oleh tingkat kesejahteraan terutama pendapatan penghuni Masyarakat perumnas mandala termasuk berpenghasilan rendah, mampu mendanai pengadaan perumahannya sendiri yang layak hum, sekiranya ada yang membimbing, mengarahkan dan membantu menyediakan dana maka masyarakat perumnas mandala yang termasuk golongan ekonomi menengah kebawah akan terbantu. Fakta ini memperkuat konspe Angel, Archer dan Payne yang mengatakan bahwa masyarakat dapat membangun perumahannya sendiri sekiranya bisa mendapatkan kapling dan prasarananya. Meskipun rumah yang dihasilkan pada awalnya kondisi kurang baik, dengan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat, rumah-rumah tersebut secara bertahap diperbaiki. Kenyataan ini membuktikan kebenarannya konsep Turner dan Laquian yang mengusulkan agar rumah-rumah yang dibangun disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat atau basic housing. Selanjutnya masyarakat akan memperbaiki rumahnya sejalan dengan meningkatnya perekonomian mereka dan adanya keuntungan atau manfaat yang mereka dapatkan dari rumah tersebut (Turner; 1972;159-162). Masyarakat dapat berperan serta dalam pemeliharaan prasarana jalan, saluran dan air bersih sekiranya ada yang mengarahkan dan lnengkoordinasikan. Masyarakat memerlukan bantuan yang cukup besar dalam pengadaan dana dalarn merehab rumah, pembuatan rencana bangunan pengembangan dan pengurusan izin-izin yang diperlukan.

b. Dalam peningkatan kualitas perumahan ada beberapa pelaku dengan tingkat peran serta yang berbeda. Menurut teori bahwa pada pelaksanaan peningkatan kualitas perumahan ditingkat lokal, tanggung jawab dan pengambilan keputusan pada berbagai kegiatan berada ditangan masyarakat terutama berpenghasilan rendah. Berdasarkan pemikiran tersebut, secara teoritis tingkat peran serta masyarakat sangat tinggi dalam semua kegiatan pelaksanaan pengadaan rumah, dibantu oleh pihak Pemda yang membantu dana sehingga dapat memberi kredit untuk merehab rumahnya secara wajar dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Disarankan pihak Perum Perumnas dalam menetapkan kavling perumahan memperhitungkan pengembangan bangunan perumahan seiring meningkatnya kesejahteraan penghuni. Perlu mengembangkan Komponen bangunan sistim pasang/lepas,sehingga jika ada pengembangan atau rehab bangunan tidak merumitkan penghuni dalam perombakan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Disarankan pihak Perum Perumnas memberi advise kepada masyarakat dalam merehab rumah baik secara desain dan izin bangunan sehingga dalam pengembangan kualitas tetap memperhatikan estetika bangunan yang sesuai dengan pemukiman diperumnas mandala. 6. Daftar Pustaka

Pre-Conference Working Party (PCWP) (1971), Conference of Social Welfare (ICSW) XV, Manila

Turner, John FC & Fuchler, Robert (1972) “Dweller Control of Housing Process in Freedom to Build, London

Turner, John FC (1976) “Housing By People, Tavard Autonomy in Building Environments”, Morin Boyars Publisher Ltd, London

Yudohusodo (1991) “RUmah Untuk Seluruh Rakyat”, Penerbit Djatmika, Jakarta

Universitas Sumatera Utara