Pednis GP-PTT Jagung 2015

98
i KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Sekarang ini jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai bahan pakan dan industri bahkan di luar negeri sudah mulai digunakan sebagai bahan bakar alternatif (biofuel). Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi. Sebagian besar dari pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat bersumber dari daging ayam. Dalam hal ini jagung merupakan bahan baku utama pakan ternak, dan menentukan keberlanjutan produksi daging nasional. Selain itu, jagung akan semakin diperhitungkan kegunaannya, sebagai bahan baku energi alternatif (biofuel) seiring dengan makin berkurangnya cadangan minyak bumi dunia. Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi jagung berbasis kawasan agribisnis tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Jagung. Kebijakan swasembada jagung ditetapkan dengan kriteria terpenuhinya kebutuhan pangan, bahan baku industri pakan ternak, bahan baku industri lainnya (biofuel) dari produksi dalam negeri. Untuk mencapai hal ini, maka produksi jagung ditetapkan meningkat 5% per tahun.

description

pupuk

Transcript of Pednis GP-PTT Jagung 2015

i

KATA PENGANTAR

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan

penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Sekarang ini jagung

tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai

bahan pakan dan industri bahkan di luar negeri sudah mulai digunakan

sebagai bahan bakar alternatif (biofuel). Permintaan jagung terus mengalami

peningkatan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, sebagai

dampak dari peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan

energi.

Sebagian besar dari pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat

bersumber dari daging ayam. Dalam hal ini jagung merupakan bahan baku

utama pakan ternak, dan menentukan keberlanjutan produksi daging

nasional. Selain itu, jagung akan semakin diperhitungkan kegunaannya,

sebagai bahan baku energi alternatif (biofuel) seiring dengan makin

berkurangnya cadangan minyak bumi dunia.

Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah

berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi jagung berbasis kawasan

agribisnis tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (GP-PTT) Jagung. Kebijakan swasembada jagung ditetapkan dengan

kriteria terpenuhinya kebutuhan pangan, bahan baku industri pakan ternak,

bahan baku industri lainnya (biofuel) dari produksi dalam negeri. Untuk

mencapai hal ini, maka produksi jagung ditetapkan meningkat 5% per tahun.

ii

Buku Pedoman Pelaksanaan GP-PTT 2015 ini berisi kebijakan, strategi dan

langkah aksi bagi pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten/kota) bersama

stakeholders dalam melaksanakan program pengembangan jagung secara

sinergis dan berkesinambungan untuk bersama-sama mencapai target

produksi jagung dan mewujudkan swasembada jagung.

Pedoman teknis ini disusun untuk menjadi acuan bagi seluruh pihak yang

akan melaksanakan kegiatan ini. Kepada semua pihak yang memberikan

bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih.

Jakarta, Januari 2015 Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

Hasil Sembiring NIP 196002101988031001

iii

Lampiran KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : Tanggal :

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................... iii DAFTAR TABEL.......................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. viii

I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………….......

B. Tujuan dan Sasaran ..........................................................

C. Pengertian – Pengertian .....................................................

1

4

5

II. TANTANGAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2015-2019 ….. 9

A. Trend Kebutuhan Jagung 2015-2019 ..…………………………......

B. Sasaran Produksi Jagung 2015-2019 ...................................

C. Sasaran Neraca Produksi Jagung 2015 ………………………………

9

12

14

III. STRATEGI DAN UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG ............................................................................

15

A. Kendala, Masalah, dan Peluang Peningkatan Produksi Jagung …………………………..............................................................

B. Strategi Peningkatan Produksi Jagung Berkelanjutan Berbasis Kawasan ...........................................................................

C. Skenario Pencapaian Sasaran Produksi Jagung 2015 …………..

15

17

21

iv

IV. PRINSIP – PRINSIP GP-PTT JAGUNG .............................. 23

A. Prinsip Umum GP-PTT Jagung …..........................................

B. Kelembagaan GP-PTT .........................................................

C. Pemberdayaan GP-PTT …….................................................

D. Model Kemitraan Agribisnis Jagung .....................................

23

24

25

28

V. PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG …….. 30

A. Tahapan Penerapan PTT .....................................................

B. Komponen PTT Jagung .......................................................

C. Peran Komponen PTT .........................................................

D. Pemilihan Teknologi PTT .....................................................

E. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT .................................

30

31

32

33

34

VI. GERAKAN PENERAPAN PTT (GP-PTT) JAGUNG ................ 35

A. Model Kawasan Tanaman Pangan .......................................

B. Penentuan Calon Lokasi ......................................................

C. Persyaratan Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT .....................

D. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatannya .............

35

37

38

40

VII. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL GP-PTT .......... 47

A. Pengorganisasian GP-PTT ...................................................

B. Operasionalisasi GP-PTT .....................................................

47

47

VIII TATA KELOLA PENCAIRAN BANTUAN SOSIAL TRANSFER UANG (SARANA PRODUKSI).............................................

49

A. Prosedur Pengajuan Bantuan Sosial Sarana Produksi ............

B. Penetapan Penerima Bantuan Sosial.....................................

C. Prosedur Pencairan dan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial untuk Sarana Produksi ........................................................

D. Prosedur Pengadaan Sarana Produksi ..................................

49

49

50

51

v

E. Prosedur Pemanfaatan Bantuan Sosial ................................. 53

IX. KRITERIA TEKNIS BANTUAN SOSIAL ............................... 54

A. Benih ................................................................................ 54

B. Pupuk Urea, NPK dan Organik ............................................. 54

C. Pestisida ............................................................................ 54

X. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ............ 55

XI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .................... 57

XII. PENUTUP .......................................................................... 59

LAMPIRAN ................................................................................. 61

vi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Periode 2015 – 2019 ...........................

12

Tabel 2. Neraca Produksi Terhadap Kebituhan Jagung Tahun 2015 ..........................................................................

14

Tabel 3. Skenario Pencapaian Sasaran Produksi Jagung 2015 ...... 22

vii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Strategi Umum Peningkatan Produksi Jagung ............. 18

Gambar 2. Perbandingan SL-PTT Tahun 2014 dengan GP-PTT Tahun 2015 ..............................................................

40

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2015 ......................................

62

Lampiran 2. Rekapitulasi Areal GP-PTT Jagung Tahun 2015 ............. 63

Lampiran 3. Lokasi GP-PTT Jagung Tahun 2015 ............................. 64

Lampiran 4. Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima Bansos GP-PTT Tahun 2015 ...................................................

70

Lampiran 5. Data Calon Petani dan Calon Lokasi (CP/CL) Pelaksana Kegiatan GP-PTT Jagung Tahun 2015 (Format BPS) .....

71

Lampiran 6. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Tentang Penetapan Kelompok Tani Penerima Dana Bantuan Sosial (Bansos) GP-PTT Tahun Anggaran 2015 ..........................................................

72

Lampiran 7. Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompok Tani Penerima Dana Bansos untuk Sarana Produksi dan Dana Pertemuan Kelompok GP-PTT Tahun 2015 ...................

74

Lampiran 8. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Pelaksana GP-PTT Tahun 2015 ...............................................................

75

Lampiran 9. Surat Pernyataan Penerimaan Bansos dan Penggunaan Bansos ......................................................................

76

Lampiran 10. Mekanisme Pencairan Dana Bantuan GP-PTT Pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) TA. 2015 ............

77

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan GP-PTT Jagung Tahun 2015 ....... 78

Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi GP-PTT Kawasan/Non Kawasan Jagung Hibrida Tahun 2015 .....

79

Lampiran 13. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi GP-PTT Kawasan/Non Kawasan Jagung Hibrida Tahun 2015 .....

80

Lampiran 14. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi GP-PTT Kawasan/Non Kawasan Jagung Hibrida Tahun 2015 .....

81

ix

Lampiran 15. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten Realisasi GP-PTT Kawasan/Non Kawasan Jagung Hibrida Tahun 2015 .........................................................................

82

Lampiran 16. Form Isian Hasil Ubinan GP-PTT Jagung Hibrida ........... 83

Lampiran 17. Daftar Contoh Varietas Jagung Hibrida dengan Potensi Hasil Minimal 11 ton per Hektar, rata-rata hasil minimal 9 ton/ha dan Tahan/Toleran/Agak Tahan Terhadap Bulai .........................................................................

84

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci

dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain

berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan

sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu

strategi yang dilakukan dalam upaya memacu peningkatan produksi dan

produktivitas usaha tani padi dan jagung adalah dengan mengintegrasikan

antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah

memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa

yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat

pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi

per kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan

tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan

penduduk yang masih cukup tinggi.

Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh

kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya

cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan

Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Salah satu

komoditas tanaman pangan yang terus meningkat permintaannya adalah

jagung.

2

Sebagai upaya untuk mememenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat,

pemerintah telah menetapkan sasaran produksi jagung tahun 2015 sebesar

20.313.731 ton PK, dengan rincian sasaran per provinsi seperti pada

Lampiran 1. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan upaya peningkatan

produksi yang luar biasa untuk mencapai sasaran tersebut. Upaya

peningkatan produksi dan produktivitas sebagaimana telah dilaksanakan

melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak

tahun 2008 maupun melalui PTT atau peningkatan mutu intensifikasi pada

tahun-tahun sebelumnya dirasa belum cukup sehinga diperlukan terobosan

baru. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman

pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung

nasional memang telah terbukti mendorong peningkatan produktivitas,

namun kedepan dengan tantangan yang lebih beragam sebagaimana

dijelaskan di depan maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas.

Oleh karena itu pada tahun 2015, untuk menyempurnakan SL-PTT maka

upaya peningkatan produksi akan dilakukan melalui Gerakan Penerapan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), yaitu kegiatan peningkatan

produktivitas akan difokuskan melalui pola kawasan yang terintegrasi dari

hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrumen

stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan. Melalui GP-PTT

petani diharapkan dalam menerapkan ilmu yang mereka peroleh saat

mendapat kegiatan SL-PTT, mampu menganalisis, menyimpulkan dan

menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji

berdasarkan spesifik lokasi.

3

Pelaksanaan GP-PTT diharapkan akan mendapat dukungan dari Eselon I

terkait diantaranya:

1. Badan Litbang Pertanian diharapkan akan mendukung dalam hal:

a. Sosialisasi Varietas Baru;

b. Perbanyakan dan Penyediaan Benih Sumber;

c. Pendampingan Pengelolaan Teknologi Terpadu termasuk penyediaan

teknologi spesifik lokasi dan kalender tanam.

2. Direktorat Jeneral Sarana Dan Prasarana diharapkan dapat memberikan

dukungan dalam hal:

a. Penyediaan prasarana alat olah tanah (Traktor);

b. Penyediaan sarana irigasi (Pompa, Pipanisasi, Embung, dll);

c. Penyediaan Pupuk Organik atau Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO);

d. Pembangunan Jalan Usaha Tani.

3. BPPSDMP, diharapkan dapat memberikan dukungan dalam hal:

a. Pelatihan bagi petugas pendamping dan kelompok tani;

b. Penyuluhan;

c. Pengawalan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas agar pelaksanaan kegiatan GP-PTT

tahun 2015 dapat mencapai sasaran yang diharapkan maka disusun Pedoman

Teknis Gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) sebagai acuan bagi

semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.

Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi

secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan

4

yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi jagung. Mengingat

tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan

adopsi inovasi, maka pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan lebih lanjut

oleh Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan dalam bentuk Petunjuk

Pelaksanaan sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan

tepat sasaran dan menghindari penafsiran yang berbeda atas isi pedoman

teknis ini. Sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota diharapkan menyusun

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan menyesuaikan dengan kondisi spesifik

lokasi. Petunjuk Teknis Lapangan merupakan panduan operasional lebih rinci

disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan GP-PTT tahun 2015 adalah:

a. Mensinergikan semua instansi terkait mulai dari hulu sampai hilir

(pusat, daerah, swasta) dalam peningkatkan produksi.

b. Meningkatkan produksi dan produktivitas jagung di daerah pelaksana

GP-PTT menuju swasembada berkelanjutan.

2. Sasaran

Sasaran dari kegiatan GP-PTT 2015 adalah:

a. Terbangunnya embrio kawasan agribisnis jagung di daerah pelaksana.

b. Meningkatnya produksi jagung di daerah pelaksana GP-PTT.

5

C. Pengertian-Pengertian dalam GP-PTT

1. Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang

disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, infrastruktur fisik buatan,

serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga

mencapai skala ekonomi dan efektifitas manajemen usaha tanaman

pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah

eksis atau calon lokasi baru, dan lokasinya dapat berupa hamparan atau

spot partial namun terhubung dengan aksesbilitas yang memadai.

2. Pengelolaan Tanaman dan sumberdaya secara Terpadu (PTT) adalah

suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan

efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan

paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan

secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT

merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan

dalam peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi jagung

bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi

(demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan

bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need

assessment). Komponen teknologi PTT dasar/compulsory adalah

teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen

teknologi PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan

kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan

dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan

Peluang) memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi

6

keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian

pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.

3. Kelompok tani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu

hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan

untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan

dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan

lain-lain.

4. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari

kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui

musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani

sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian kebutuhan

saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang

yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan

(spesifik lokasi) dan atau pengeluaran lainnya (pertemuan kelompok

tani) dan lainnya.

5. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat

Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman

(PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai

pendamping dan pengawal pelaksanaan SL-PTT.

6. Pengawalan dan pendampingan oleh petugas dinas adalah kegiatan yang

dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota

termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya

sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan

7

pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan GP-

PTT.

7. Pengawalan dan pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang

dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan

atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam

melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan

pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

8. Pengawalan dan pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang

dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna

meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi

narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji

adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan

teknologi.

9. Pengawalan dan pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang

dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi

spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di

lokasi GP-PTT dalam rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus

memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi.

Penyuluh diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompok tani di

lapangan.

10. Pengawalan dan pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme

Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas

OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu (PHT).

8

11. Pengawalan dan pendampingan oleh PBT (Pengawas Benih Tanaman)

adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka

pengawasan mutu benih.

12. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran

hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah organik lainnya yang telah

melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya

dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk

meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

14. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang telah

disertifikasi.

15. Benih bersubsidi adalah benih jagung bersertifikat yang mendapat

subsidi bersumber dari dana APBN.

16. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan sumber

pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri.

9

II. TANTANGAN PRODUKSI JAGUNG

TAHUN 2015-2019

A. Trend Kebutuhan Jagung 2015-2019

Komoditas jagung mempunyai utility yang sangat strategis, baik dalam

sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai penggerak roda

ekonomi nasional. Jagung digunakan bahan sebagai food, feed, fuel dan

polymer. Permintaan jagung baik untuk industri pangan, pakan, dan

kebutuhan industri lainnya dalam lima tahun ke depan diproyeksikan akan

terus meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, di

mana menurut BPS laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun

sebesar 1,49 persen atau populasi diproyeksikan akan bertambah sekitar

3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Selain itu, meningkatnya kebutuhan jagung

juga didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi

yaitu rata-rata mencapai 5,8 persen per tahun, hal ini tentunya akan

berimbas pada peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat terutama

untuk pemenuhan kebutuhan akan daging ayam.

Menurut data United State Departement of Agriculture (USDA, 2014)

kebutuhan jagung di Indonesia untuk pemenuhan konsumsi (dan industri)

sebesar 5,45 juta ton. Kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung sebesar

1,65 kg/kapita/tahun (data Susenas, 2013), dan berdasarkan data proyeksi

jumlah penduduk Indonesia 2010-2035 BAPPENAS pada tahun 2014 jumlah

penduduk Indonesia sebesar 252.164.800 jiwa, sehingga total kebutuhan

jagung untuk konsumsi langsung adalah 416.071 ton per tahun. Dengan

asumsi pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun maka

10

kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung meningkat 6.199 ton per

tahun.

Trend penganekaragaman produk pangan olahan berbasis jagung terus

menunjukkan peningkatan. Pati jagung merupakan bahan baku utama

dalam beberapa industri makanan. Dalam industri pangan, jagung juga

digunakan sebagai bahan baku untuk industri pati jagung/corn starch,

industri tepung jagung, industri minyak goreng, industri fermentasi, industri

polimerasi, industri pati termodifikasi, dan industri pemanis/sweetener.

Diperkirakan, di masa mendatang permintaan produk-produk pangan

olahan jagung akan terus meningkat seiring dengan perbaikan gaya hidup.

Sebagai bahan pakan, jagung merupakan bahan baku utama dengan porsi

mencapai 51 persen. Pertumbuhan industri pabrik pakan terus tumbuh

dengan pesat dengan rata-rata pertumbuhan 10 persen per tahun dan akan

terus bertambah karena semua populasi ternak akan terus bertumbuh dan

ragamnya juga bertambah. Konsumsi unggas dan produk unggas akan

terus meningkat mengikuti pertambahan penduduk dan daya beli

masyarakat yang semakin tinggi. Dalam lima tahun terakhir ini,

pertumbuhan permintaan/konsumsi daging ayam dan telur terus meningkat

hingga mencapai 12,5 % per tahun. Pada tahun 2014 total kebutuhan

jagung untuk bahan baku industri pabrik pakan sebesar 7,5 juta ton.

Melihat trend pertumbuhan ini, maka diperkirakan dalam lima tahun ke

depan permintaan daging dan telur akan menjadi dua kali lipat dari

kebutuhan sekarang. Konsekwensi dari pertumbuhan tersebut maka

diperkirakan dalam lima tahun kedepan kebutuhan jagung untuk industri

11

pakan ternak saja akan mencapai dua kali lipat dari sekarang yaitu sekitar

15 juta ton.

Selain oleh industri, pakan ternak juga diproduksi oleh peternak lokal yang

melakukan pencampuran sendiri (self mixing). Kebutuhan jagung untuk

bahan baku pakan peternak lokal/sebesar 4,96 juta ton per tahun.

Sehingga jika dijumlahkan maka total kebutuhan jagung untuk bahan baku

pakan sebesar 12,46 juta ton per tahun. Berdasarkan analisis tersebut di

atas, maka diperkirakan total kebutuhan jagung mencapai 20,9 juta ton di

tahun 2015.

Persoalan penyediaan jagung juga terkendala dengan sifat pertanaman

jagung di Indonesia. Produksi jagung terutama tersebar di 17 propinsi

sedangkan pasar jagung utama berada di pulau Jawa. Sebagian besar

daerah produksi jagung ini masih belum memilki prasarana transportasi

yang baik sehingga arus jagung dari daerah produksi menuju daerah

pemasaran terkendala. Demikian pula, pertanaman jagung terutama masih

dilakukan di lahan kering tadah hujan sehingga puncak produksi terjadi

pada bulan-bulan Februari-April (60%). Padahal, kebutuhan industri relatif

merata sepanjang tahun. Kondisi ini menyebabkan ketimpangan

penyediaan jagung untuk industri, dan menyebabkan sebagian industri

terpaksa melakukan impor. Tahun 2013 impor jagung untuk industri pakan

telah mencapai 3,0 juta ton meningkat 1,7 juta ton tahun 2012. Pada

tahun 2014, impor jagung diperkirakan akan mencapai 3,6 juta ton atau

mengisi sekitar 50% kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak

nasional.

12

Kondisi seperti diuraikan di atas perlu diantisipasi agar tidak terjadi krisis

jagung pada saatnya. Jika mengacu pada kondisi saat ini pertumbuhan

produksi jagung rata-rata satu tahun hanya mencapai 5% per tahun.

Sehingga jika tidak ada upaya khusus untuk peningkatan produksi jagung

maka defisit (impor) jagung akan semakin meningkat. Kondisi ini tentunya

akan mengganggu stabilitas ketahanan pangan nasional.

B. Sasaran Produksi Jagung 2015-2019

Menyikapi trend peningkatan kebutuhan jagung sebagaimana tersebut di

atas, maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan sasaran

produksi jagung untuk tahun 2015-2019 sebagaimana dijelaskan pada

Tabel 1. Dalam hal ini sasaran produksi tahun 2015 ditetapkan sebesar 20,3

juta ton. Untuk tahun selanjutnya (2015-2019) sasaran produksi ditetapkan

meningkat sebesar lima persen per tahun.

Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Periode 2015-2019

2015 4.243.514 4.031.338 50,39 20.313.731 -

2016 4.317.696 4.101.811 52,00 21.329.418 5,00

2017 4.369.414 4.150.943 53,00 22.000.000 3,14

2018 4.502.924 4.277.778 54,00 23.100.000 5,00

2019 4.650.718 4.418.182 55,00 24.300.000 5,19

PERTUMBUHAN

(%)TAHUN

LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

13

C. Sasaran Neraca Produksi Jagung 2015

Dengan penetapan sasaran produksi jagung sebagaimana dijelaskan di

atas, diharapkan neraca produksi dan kebutuhan jagung semakin

proporsional yaitu dalam hal ini terjadinya defisit yang lebih kecil.

Rancangan neraca produksi dan kebutuhan jagung nasional pada tahun

2015 dapat dijelaskan sebagaimana tercantum pada Tabel 2 di bawah ini.

14

Tabel 2. Neraca Produksi Terhadap Kebutuhan Jagung

Tahun 2015

Keterangan:

1. Produksi 2014 berdasarkan ARAM II BPS 2. Estimasi dari Asosiasi Peternak Lokal Indonesia bahwa self mixing 60% dari

kebutuhan industri pakan 3. Estimasi kebutuhan industri pangan sebesar 23,93% dari total produksi

(sumber: KADIN, 2014) 4. Estimasi kebutuhan indusri non pangan dan non pakan 15% dari total

produksi (sumber: KADIN, 2014) 5. Angka Sementara dari Direktorat Pakan Ternak, Ditjen Nakeswan per

tanggal 4 September 2014 impor sudah mencapai 2.013.707 ton. Konsumsi langsung merupakan perkalian jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi jagung berdasarkan Susenas BPS.

No. Uraian 2014 2015

1. Produksi Jagung 19.127.409 20.313.731

2 Kebutuhan : 19.974.076 22.097.677

- Konsumsi Langsung 426.421 421.512

- Kebutuhan Untuk Pakan 12.238.472 13.707.089

a. Industri Pakan 7.649.045 8.566.930

b. Peternak Lokal (self mixing ) *2)4.589.427 5.140.158

- Bahan Baku Industri 7.221.076 7.908.135

a. Industri Pangan *3)4.438.745 4.861.076

b. Indusri Non Pangan dan Non Pakan *4)2.782.331 3.047.060

- Kebutuhan Benih 57.382 60.941

3 Neraca (1-2) (846.667) (1.783.946)

4 Impor Jagung*5) 2.700.000 1.783.946

5 Expor Jagung -

Neraca ( (3+4)-5) 1.853.333 -

6 Jumlah Penduduk (Jiwa) 252.164.800 255.461.700

7 Tingkat Konsumsi (Susenas) (Kg/kapita/Tahun) 1,65 1,65

15

III. STRATEGI DAN UPAYA PENINGKATAN

PRODUKSI JAGUNG

A. Kendala, Masalah, dan Peluang Peningkatan Produksi Jagung

Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai

swasembada jagung secara bekelanjutan. Namun demikian masih terdapat

sejumlah kendala dan masalah yang perlu diselesaikan. Kendala dan

masalah tersebut adalah belum teradopsinya sistem Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) secara penuh dan utuh di kalangan petani jagung.

Beberapa masalah tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Penggunaan Benih Unggul

Penggunaan benih unggul merupakan kunci utama untuk peningkatan

produktivitas jagung. Dalam kaitan ini pemerintah mendorong

penggunaan benih jagung hibrida unggul karena memiliki tingkat

produktivitas yang tinggi. Sampai saat ini tingkat penggunaan benih

jagung hibrida masih rendah yaitu baru sekitar 56% dari total

pertananaman. Tingkat penggunaan benih unggul yang masih rendah

ini antara lain disebabkan harga benih jagung hibrida relative tinggi

sehingga tidak terjangkau oleh sebagaian besar petani. Selain masalah

harga, distribusi benih unggul jagung hibrida yang belum meluas juga

menjadi kendala bagi petani untuk menanam jagung varietas unggul.

2. Pemupukan Berimbang

Penerapan penggunaan pupuk berimbang juga belum sepenuhnya

diterapkan oleh petani, sehingga masih menjadi kendala dalam

pengembangan jagung. Saat ini sebagian besar petani belum

16

menerapkan prinsip pemupukan sesuai rekomendasi sehingga

produktivitas hasil tidak maksimal sesuai potensi. Sejumlah kendala

masih dihadapi oleh petani jagung dalam kaitan dengan hal ini yaitu

keterbatasan modal dan ketersediaan pupuk tepat waktu dan tepat

jumlah. Terkait dengan permodalan, sebagian besar petani jagung

masih menggunakan modal sendiri tanpa dukungan dari perbankan

atau lembaga permodalan lainnya. Akibatnya, petani memupuk sesuai

dengan kemampuan keuangannya. Sementara itu, di sejumlah daerah

distribusi pupuk juga masih belum lancar sehingga sering terjadi pupuk

tidak tersedia pada saat diperlukan. Kondisi di atas menyebabkan

produktivitas jagung di tingkat petani masih rendah.

3. Pasca Panen

Penanganan pasca panen sangat diperlukan mengingat hasil panen

jagung mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan pasca panen yang

tepat. Sembilan jam setelah panen, jagung harus dikeringkan sampai

kadar air mencapai 14-15%. Jika tidak maka jagung akan berjamur dan

terkena aflatoxin. Kandungan aflatoxin yang tinggi bisa menyebabkan

keracunan pada unggas yang memakannya.

Namun demikian sampai saat ini mayoritas petani belum melakukan

penanganan pasca panen dengan baik dan benar. Setelah pemanenan,

petani umumnya hanya mengeringkan di bawah sinar matahari.

Pengeringan dengan cara ini sebenarnya cukup bisa menurunkan kadar

air namun sulit untuk mencapai tingkat maksimum (15%). Selain itu,

jika panen dilakukan pada musim hujan pengeringan akan terkendala

oleh cuaca yang kurang baik (mendung, hujan, dan lain - lain).

17

Untuk mengatasi hal tersebut di atas seharusnya dilakukan pengeringan

secara mekanis dengan menggunakan alat pengering (dryer). Namun

ketersediaan dryer baik yang disediakan pemerintah maupun swasta

masih sangat terbatas. Akibatnya kualitas jagung petani jarang

mencapai tingkat terbaik (premium). Pengolahan pasca panen yang

tidak maksimal ini juga menyebabkan susut hasil akibat kerusakan

jagung.

B. Strategi Peningkatan Produksi Jagung Berkelanjutan Berbasis

Kawasan

Sebagai upaya sistematis untuk meningkatkan produksi jagung, pemerintah

melaksanakan strategi umum terpadu melalui pengembangan kawasan

pangan yaitu dengan upaya simultan antara lain peningkatan luas tanam,

peningkatan produktivitas, penurunan tingkat kehilangan hasil dan

peningkatan kualitas mutu hasil. Pendekatan terpadu ini dilaksanakan pada

satu kawasan dengan luasan minimum tertentu yang memenuhi skala

ekonomis. Gambaran strategi umum peningkatan produksi jagung dijelaskan

pada Gambar 1 di bawah ini.

18

Gambar 1. Strategi Umum Peningkatan Produksi Jagung

Langkah strategi peningkatan produksi tanaman jagung tersebut pada

Gambar 1 di atas diuraikan sebagai berikut:

1. Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui upaya penerapan

pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dengan komponen utama meliputi

pemakaian benih varietas unggul bermutu termasuk jagung hibrida dan

19

jagung komposit, peningkatan populasi dengan pengaturan jarak

tanam 75 cm x 20 cm atau 70 cm x 20 cm, satu biji per lubang atau 75

cm x 40 cm atau 70 cm x 40 cm, dua biji per lubang, pemupukan

berimbang dan pemakaian pupuk organik, pupuk bio-hayati,

pengapuran pada tanah masam dan pengelolaan pengairan. Selain itu,

untuk memastikan PTT diterapkan maka dilakukan pengawalan,

pendampingan agar jika ada masalah di lapangan dapat ditangani lebih

dini. Strategi peningkatan produktivitas terutama dilaksanakan di

wilayah yang sudah tidak memungkinkan dilakukan perluasan areal

tanam, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi

produktivitas tanaman diharapkan masih dapat ditingkatkan.

Upaya peningkatan produktivitas juga dilakukan dengan upaya

pengamanan produksi yaitu dengan mengurangi dampak perubahan

iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan (OPT).

2. Perluasan Areal Tanam

Perluasan areal tanam dilakukan melalui upaya penanaman di areal

tanam baru atau dengan melakukan peningkatan indeks pertanaman

baik di lahan kering atau lahan sawah di musim kemarau. Perluasan

areal tanam baru bisa dilakukan di lahan bukaan baru (misalnya lahan

eks peremajaan perkebunan, perhutani, dan lain-lain) atau di daerah

yang selama ini belum pernah menanam jagung. Sedangkan

peningkatan indeks pertanaman dapat dilakukan dengan pengaturan

pola tanam di lahan kering yang sebelumnya ditanami jagung satu kali

20

menjadi dua kali atau di lahan sawah di musim kemarau (padi-padi-

jagung).

Perluasan areal tanam juga dapat dilakukan di daerah eks

pengembangan/perbaikan irigasi (seperti JITUT, JIDES dan Tata Air

Mikro) karena dengan perbaikan irigasi akan dimungkinkan

ketersediaan air di musim kemarau yang cukup untuk fase awal

pertanaman jagung. Demikian pula, kawasan yang menerima program

pengembangan irigasi air tanah (pompanisasi) juga sesuai untuk

program peningkatan indeks pertanaman.

3. Penurunan Susut Hasil

Penurunan susut hasil khususnya akibat kehilangan pada waktu panen

dilakukan dengan upaya panen yang tepat yaitu antara lain dengan

menetapkan umur panen yang cukup yaitu sekitar umur panen 120

hari. Selain itu, juga diterapkan penggunaan alat panen dan alat

pemipil yang baik untuk menghindari kehilangan dan kerusakan pipilan

seperti patah, pecah, dan sebagainya.

4. Mempertahankan Kualitas

Peningkatan produksi jagung juga diupayakan dengan

mempertahankan mutu produk sehingga memenuhi spesifikasi yang

diinginkan pasar. Dalam kaitan ini budidaya jagung harus diikuti

dengan pasca panen yang tepat yaitu khususnya pengeringan dan

penyimpanan untuk mencegah tumbuhnya jamur yang menghasilkan

aflatoxin.

21

5. Penguatan Manajemen Kawasan

Agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana, diperlukan

penyempurnaan manajemen yang telah ada. Penyempurnaan

manajemen tersebut diperlukan karena dengan pendekatan GP-PTT ini

proses budidaya dikendalikan secara terpadu dalam satu kawasan

produksi. Salah satu tujuan GP-PTT antara lain adalah menumbuhkan

kawasan produksi yang berkelanjutan, mencapai skala ekonomis serta

mencapai produktivitas yang maksimal. Oleh sebab itu, maka kegiatan

budidaya dalam kawasan GP-PTT perlu dikoordinasikan dalam satu

manajemen, khususnya terkait dengan penyediaan input, penyediaan

sarana alat dan mesin pertanian, pengelolaan pasca panen dan

pemasaran. Diharapkan, dengan manajemen yang terpadu dan

terkoordinasi ini akan diperoleh peningkatan produksi tanaman pangan

sesuai dengan yang diharapkan dan pada akhirnya dapat mendukung

pencapaian sasaran produksi tahun 2015.

C. Skenario Pencapaian Sasaran Produksi Jagung 2015

Guna mencapai sasaran produksi tahun 2015 sebesar 20,31 juta ton,

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menyusun skenario pencapaian

produksi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 3.

22

Tabel 3. Skenario Pencapaian Sasaran Produksi Jagung

Tahun 2015

23

IV. PRINSIP - PRINSIP GP-PTT JAGUNG

A. Prinsip Umum GP-PTT Jagung

Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) jagung

merupakan sebuah pendekatan baru dalam mendorong peningkatan

produksi jagung secara berkelanjutan. GP-PTT merupakan bentuk

implementasi dari pendekatan peningkatan produksi pertanian dengan

berbasis pengembangan kawasan. Di samping itu, karena karakteristik

produk serta tata niaga yang spesifik/unik, maka jagung harus

dikembangkan secara terpadu dari hulu hingga hilir pada skala usaha yang

ekonomis. Urgensi pengembangan jagung pada skala ekonomis sangat

diperlukan mengingat pasar komoditas jagung cenderung oligopsoni

(pembelinya terbatas pada sejumlah industri).

Dengan landasan pemikiran tersebut di atas, maka GP-PTT akan

dilaksanakan dengan mengadopsi sejumlah prinsip sebagai berikut:

1. Terpadu: GP-PTT akan dilaksanakan dengan pendekatan satu kawasan

satu manajemen. Hal ini dimaksudkan agar semua faktor-faktor

produksi dapat dikelola bersama (tidak secara individual oleh petani)

dalam satu manajemen sehingga lebih efektif dan efisien. Demikian

pula, keterpaduan juga diarahkan pada aspek pemasaran hasil nantinya.

2. Sinergis: Pengembangan jagung pada skala kawasan melalui GP-PTT

perlu melibatkan pemangku kepentingan yang lain. Dalam kaitan ini

seluruh sumberdaya para pemangku kepentingan dimanfaatkan

seoptimal mungkin untuk mendorong produktivitas semaksimal

24

mungkin. Pemangku kepentingan yang dinilai penting untuk dilibatkan

secara sinergis antara lain adalah produsen benih jagung, produsen

pestisida, penyedia pupuk serta mitra pembeli jagung. Sinergi

diharapkan terutama pada aspek transfer teknologi dan pendampingan.

3. Modern: Pengembangan GP-PTT juga diarahkan untuk mengadopsi

sistem budidaya pertanian yang modern yaitu antara lain dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi pertanian. Dalam kaitan ini GP-PTT

akan mendorong mekanisasi pertanian sejak pra-panen hingga pasca

panen dengan tujuan efisiensi usahatani serta menekan kehilangan

hasil.

4. Spesifik Lokasi: GP-PTT memperhatikan karakteristik spesifik lokasi

untuk menetapkan pilihan teknologi, pilihan varietas, serta pola tanam.

Karakter spesifik lokasi yang perlu menjadi pertimbangan antara lain

meliputi lahan dan iklim, sosial ekonomi, budaya dan aspek pemasaran.

5. Partisipatif: GP-PTT akan melibatkan partisipasi petani dan pemangku

kepentingan lainnya secara aktif. Partisipasi antara lain akan meliputi

sejak perencanaan, akses dan pemanfaatan sumberdaya dan teknologi,

pengambilan keputusan dalam organisasi dan kelembagaan pengelola

GP-PTT.

B. Kelembagaan GP-PTT

Sesuai dengan prinsip keterpaduan, sinergis dan modern maka untuk

menjamin efektivitas pelaksanaan GP-PTT maka petani peserta GP-PTT

diorganisasikan dalam sebuah kelembagaan dengan mekanisme/ketentuan

pengelompokan sebagai berikut.

25

1. Pengelompokan petani peserta:

a. Luasan satu kawasan diupayakan sekitar 500 hektar.

b. Satu kawasan akan dipecah menjadi unit-unit pelaksana yang

ditetapkan berdasarkan batas - batas wilayah kerja kelompok tani.

c. Satu kelompok tani ditetapkan sebagai satu unit pelaksana GP-PTT

tanpa memperhatikan batasan luas lahan usaha.

d. Seluruh anggota kelompok tani atau seluruh lahan usaha kelompok

tani dapat menjadi pelaksana dari GP-PTT.

e. Petani peserta harus menjadi anggota kelompok tani.

2. Pengelolaan kawasan:

a. Satu kawasan (sekitar 500 ha) dikelola oleh Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan).

b. Pengurus gapoktan dipilih mewakili/dari pengurus kelompok tani

peserta.

c. Gapoktan bertugas mengkoordinasikan pengadaan sarana produksi

(benih, pupuk, pestisida, dan lain - lain), koordinasi dan

pengadaan/penyewaan alsintan, pemasaran secara kolektif, dan

sebagainya.

d. Gapoktan berwenang untuk menjalin kontrak kerjasama/kemitraan

dengan pihak ketiga.

26

C. Pemberdayaan GP-PTT

Untuk menjamin kesuksesan pencapaian tujuan GP-PTT, maka diperlukan

pendampingan dan pemberdayaan kepada kelompoktani/petani pelaksana.

Pemberdayaan GP-PTT peningkatan kapasitas petani serta pembenahan

manajemen kelompok tani.

1. Peningkatan kapasitas petani

Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani peserta diarahkan

untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan petani di bidang

budidaya jagung yang baik sesuai dengan kondisi spesifik lokasi

sehingga pertanaman akan mencapai produktivitas yang optimal.

Dalam kaitan ini petani akan diarahkan untuk mengadopsi sistem

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Jika dimungkinkan, petani

mengadopsi seluruh komponen PTT ditambah dengan komponen

teknologi lain dari sumber-sumber lain.

Sehubungan dengan tujuan tersebut maka peningkatan kapasitas

petani akan dilakukan oleh penyuluh/BP3K/BPP didukung oleh BPTP

dan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota ditambah/diperkuat oleh

pemangku kepentingan lain seperti produsen benih, pupuk, atau

pestisida. Lembaga lain seperti LSM, perguruan tinggi serta instansi

pemerintah lainnya juga diperbolehkan untuk berbagi teknologi kepada

petani peserta GP-PTT.

Menganut prinsip spesifik lokasi dan partisipatif, peningkatan kapasitas

petani peserta GP-PTT akan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

lokasi. Dalam kaitan ini petani memilih topik pelatihan yang

27

dikehendaki sesuai dengan kebutuhannya atau topik pelatihan untuk

memperkuat titik lemah sistem produksi. Selanjutnya, pelatihan bisa

menghadirkan narasumber sesuai dengan topik yang dipilih. Pemangku

kepentingan (khususnya produsen benih, pestisida dan pupuk) diminta

memberikan pelayanan/pendampingan agar aplikasi produknya tepat

sesuai arahan teknisnya.

2. Peningkatan kelembagaan pengelola GP-PTT

Salah satu penentu keberhasilan GP-PTT terletak pada kemampuan

manajemen kelembagaan Gapoktan dalam mengorganisasikan faktor-

faktor produksi yang diperlukan serta mendorong partisipasi aktif

seluruh petani anggota. Agar Gapoktan dapat menjalankan fungsi

tersebut maka perlu dilakukan pendampingan kepada pengurus dalam

hal akuntabilitas organisasi, pengelolaan sumberdaya (termasuk

sumberdaya modal dan keuangan), dan komunikasi dengan pihak

ketiga.

Pendampingan di bidang akuntabilitas organisasi perlu meliputi aspek

transparansi pengelolaan keuangan, partisipasi dalam pengambilan

keputusan dan kesetaraan dalam akses terhadap manfaat program dan

sumberdaya organisasi. Pendampingan di bidang pengelolaan

sumberdaya antara lain meliputi manajemen pelayanan jasa alsintan

dan pasca panen serta pengadaan sarana produksi. Sedangkan

pemberdayaan di bidang komunikasi dengan pihak ketiga antara lain

meliputi berbagai aspek (termasuk aspek hukum) terkait dengan

28

kemitraan atau kontrak kerjasama dengan pihak ketiga. Pemberdayaan

kelompok/gapoktan dilaksanakan oleh penyuluh/BP3K.

D. Model Kemitraan Agribisnis Jagung

Guna menjamin pemasaran jagung dari hasil mendapatkan harga yang

menguntungkan, kelompok tani/gabungan kelompok tani pelaksana

disarankan untuk menjalin kemitraan dengan industri atau pengusaha.

Bentuk-bentuk kemitraan yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Kontrak Penjualan (Contract Farming)

Kelompok tani dapat membuat kontrak/perjanjian penjualan dengan

pengusaha sebelum musim panen/musim tanam. Dengan model

kemitraan ini pengusaha dapat diminta memberikan kepastian harga

pada waktu panen sedangkan kelompok tani diminta memberikan

kepastian volume jagung yang disediakan. Bagi kedua pihak, model

kemitraan ini akan saling menguntungkan.

2. Kerjasama Pasca Panen dan Pergudangan

Untuk mengatasi persoalan ketersediaan alat pasca panen yang

terbatas, kelompok tani dapat melakukan kerjasama pemanfaatan

fasilitas pasca panen dan pergudangan yang dimiliki oleh swasta atau

BUMN. Salah satu perusahaan yang memiliki fasilitas ini adalah PT.

Pertani (Persero) yang memiliki fasilitas pengering dan gudang.

Kelompok tani dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan

membayar sejumlah fee.

29

3. Kerjasama Pembiayaan dan Dana Talangan

Untuk membiayai usaha tani, kelompok tani dapat mengajukan fasilitas

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang disalurkan melalui

sejumlah bank pemerintah. KKPE dengan bunga rendah disediakan

memang khusus untuk membantu pembiayaan bagi petani. Sedangkan

untuk mengatasi anjloknya harga setelah panen, kelompok tani dapat

memanfaatkan fasilitas resi gudang yaitu dengan menitipkan hasil

panen ke lembaga pengelola resi gudang dan menerima dana talangan

sebelum dilakukan penjualan. Kelompok tani/Gapoktan juga disarankan

bekerja sama dengan lembaga formal lainnya untuk mendapatkan

pembiayaan usaha tani, misalnya dengan industri.

30

V. PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG

Pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu (PTT) merupakan

inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan

produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada

masalah yang akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi

PTT ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi

(need assessment).

PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan efisiensi usaha tani serta sebagai suatu pendekatan

pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan

produksi jagung akan terus dilaksanakan dan pada tahun 2015 difokuskan

melalui gerakan penerapan di lapangan dengan lebih terkoordinasi pada areal

102.000 ha, yang terdiri dari kawasan GP-PTT seluas 10.500 ha dan non

kawasan/rintisan kawasan seluas 91.500 ha. Rekapitulasi per provinsi dapat

dilihat pada Lampiran 2.

A. Tahapan Penerapan PTT

1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama

petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau

Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah

peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang

mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman,

analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, dan

lingkungan sosial ekonomi.

31

2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT

berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan

usahataninya.

3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan

kelompok.

4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.

5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke petani

lainnya.

A. Komponen PTT Jagung

Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang

paling tepat diterapkan. Komponen PTT Jagung dasar yaitu : 1). Varietas

unggul baru, hibrida atau komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3).

Populasi 66.000-75.000 tanaman/ha dan 4). Pemupukan berdasarkan

kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Sedangkan komponen PTT

Jagung pilihan adalah : 1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk

organik, 3). Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran

irigasi pada lahan sawah, 4). Pembumbunan, 5). Pengendalian gulma

secara mekanis atau dengan herbisida kontak, 6). Pengendalian hama

dan penyakit, dan 7). Panen tepat waktu dan pengeringan segera.

Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 jagung,

persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi tersedia cukup air

saat diperlukan, terutama saat musim kemarau, 2). Lahan bebas

genangan air saat musin hujan, 3). Tenaga kerja cukup tersedia setiap

saat dan 4). Umur varietas yang ditanam tidak lebih 120 hari.

32

B. Peran Komponen PTT

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya

perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan

perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama

dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang

optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan

pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air,

memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil

yang tinggi.

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan

ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan

waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan

pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman

mencapai hasil tinggi.

Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan

kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi

pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus

pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air

disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan

meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang

diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan

mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan meminimalkan kerusakan

33

atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan

berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila

serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida

harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai

dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak

menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang

merugikan lingkungan.

Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal

jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat yaitu tanaman

dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan

penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan

dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan

mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen

dikemas dalam wadah dan disimpan di tempat penyimpanan yang aman

dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan

tidak tercecer.

C. Pemilihan Teknologi PTT

Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam

melaksanakan GP-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan

komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap

alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang

dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen

teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergikan. Pemilihan teknologi

budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan

34

komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen

teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik

budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.

Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu

dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi

lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang

sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan

perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk

menetapkan paket teknologi GP-PTT yang akan dilaksanakan di setiap

unit agar Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berkomunikasi dan atau

berkonsultasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di

masing–masing wilayah.

E. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani,

2. Efisiensi biaya usaha tani dengan penggunaan teknologi yang tepat

untuk masing-masing lokasi,

3. Kesehatan lingkungan tempat tumbuh pertanaman dan lingkungan

kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.

35

VI. GERAKAN PENERAPAN PTT (GP-PTT) JAGUNG

A. Model Kawasan Tanaman Pangan

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012, tentang pedoman

pengembangan kawasan pertanian, kawasan pertanian terdiri dari 1).

Kawasan tanaman pangan, 2). Kawasan hortikultura, 3).Kawasan perkebunan

dan 4). Kawasan peternakan. Adapun kawasan tanaman pangan adalah

kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial

budaya, infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang

sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektifitas

manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa

kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru, dan lokasinya dapat berupa

hamparan atau spot partial namun terhubung dengan aksesbilitas yang

memadai.

Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan, seperti jagung pada

tahun 2015, dilakukan melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (GP-PTT). Untuk itu pada tahun 2015, tidak dikenal lagi SL-PTT

Kawasan Pertumbuhan, Kawasan Pengembangan dan Kawasan Pemantapan.

Kriteria khusus tanaman pangan/jagung dalam aspek luas agregat adalah

3.000 ha/2-4 kecamatan dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan

dengan fasilitasi GP-PTT seluas 1.500 ha. Rancangan kawasan jagung tahun

2015 di alokasikan di 166 Kabupaten/Kota pada 26 Provinsi seluas 102.000

ha, seperti tercantum pada Lampiran 3.

36

Pada kawasan GP-PTT jagung, dalam upaya pencapaian target produktivitas

>1 ton/ha seluruh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan Eselon II

lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan akan memberikan kontribusi

kegiatannya guna mendukung pelaksanaan GP-PTT secara optimal. Untuk itu

koordinasi, replikasi, nilai tambah, keberhasilan dan regulasi menjadi kata

kunci guna menjamin keberhasilan kegiatan tersebut di tingkat lapangan.

Selanjutnya dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi, areal di

luar kawasan (non kawasan/rintisan/regular) tetap mendapat perhatian

melalui pelaksanaan GP-PTT jagung seluas 91.500 ha dengan luasan 500 ha

per kabupaten. Pada GP-PTT jagung non kawasan ini, hanya akan

mendapatkan stimulan dari kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia

berupa bantuan saprodi termasuk benih, pertemuan kelompok dan

pendampingan serta pengawalan tanpa dukungan kegiatan dari Eselon I

lingkup Kementerian Pertanian dan atau Eselon II lingkup Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan.

GP-PTT dilaksanakan oleh kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih

aktif. Kelompok tani yang dimaksud diupayakan kelompok tani yang dibentuk

berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usaha taninya diupayakan masih

dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu untuk mempermudah

interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya

dan diharapkan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi GP-PTT

sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.

Peserta GP-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan

mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi

mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen.

37

Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan

serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan.

B. Penentuan Calon Lokasi

Pemilihan penempatan calon lokasi GP-PTT dengan prioritas produktivitas

masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap

teknologi.

Pemilihan/penunjukan letak petak untuk pertemuan kelompok tani dengan

pertimbangan terletak dibagian pinggir areal GP-PTT sehingga berbatasan

langsung dengan areal di luar areal GP-PTT dengan harapan penerapan

teknologi PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar areal GP-PTT.

Pertimbangan lainnya disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Pemilihan/penunjukan letak petak pertemuan tersebut, dilakukan melalui

musyawarah mufakat (disepakati bersama). Format CL dan CP disajikan pada

Lampiran 4.

1. Penentuan Calon Lokasi

a. Lokasi dapat berupa lahan kering atau lahan sawah tadah hujan (padi-

padi-jagung) yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih

dapat ditingkatkan. Lokasi GP-PTT tahun anggaran 2015 diutamakan

lokasi SL-PTT tahun anggaran 2014 dengan tetap memperhatikan

kondisi di lapangan. Oleh karena itu Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi-lokasi

yang produktivitas masih dapat ditingkatkan. Untuk itu, CP/CL yang

telah diverifikasi oleh Dinas Pertanian Provinsi, diharapkan sudah

38

disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia pada akhir bulan Januari

2015 sesuai format BPS sebagaimana pada Lampiran 5.

b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari

bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.

c. Areal GP-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan/kawasan

yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan

kondisi di lapangan.

d. Setiap 25 ha areal GP-PTT, diberi papan nama sebagai tanda/identitas

lokasi pelaksanaan kegiatan.

2. Penentuan Calon Petani/Kelompok Tani Peserta GP-PTT

a. Kelompok tani/petani yang dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal

dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala

Desa, KCD dan atau Petugas/Penyuluh Lapangan.

b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan atau pun

penggarap/penyewadan mau menerima teknologi baru.

c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT.

d. Kelompok tani GP-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan

selaku KPA, sebagaimana contoh pada Lampiran 6.

C. Persyaratan Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT

1. Kelompok tani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang

lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 8.

39

3. Kelompok tani penerima bantuan GP-PTT ditetapkan dengan Surat

Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selaku KPA.

4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah

(BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi kelompok tani

yang belum memiliki, terlebih dahulu harus membuka rekening di bank.

5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompok tani

namun dapat pula rekening gabungan kelompok tani (Gapoktan). Jika

menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar

kelompok tani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota.

6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana

bantuan GP-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup

mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana

terlihat dalam Lampiran 9. Adapun mekanisme pengembaliannya, sesuai

peraturan perundangan yang berlaku.

7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung

lainnya, bilamana bantuan Pemerintah Pusat tersebut tidak

mencukupi/kurang.

8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT.

9. Petani/kelompok tani penerima Bansos GP-PTT tidak diperkenankan

menerima bansos dari kegiatan yang sama pada tahun anggaran

berjalan.

40

D. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatannya

Guna mendukung pelaksanaan GP-PTT jagung berbasis kawasan dan GP-

PTT jagung non kawasan, seluruh areal yang ditetapkan dalam CP/CL akan

mendapatkan fasilitasi berupa bantuan. Konsep ini berbeda dengan model

SL-PTT Tahun 2014, seperti pada Gambar 2 berikut;

Gambar 2. Perbandingan SL-PTT Tahun 2014 dengan

GP-PTT Tahun 2015

Areal GP-PTT jagung berbasis kawasan maupun non kawasan sebagai

stimulan direncanakan mendapatkan sarana produksi (benih, pupuk,

pestisida, dan pertemuan kelompok tani), sedangkan insentif/bantuan

transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan atau

aparat/disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan), papan nama dan ubinan

diberikan pada setiap 25 ha.

41

Bantuan saprodi yang diberikan dalam pelaksanaan GP-PTT Jagung,

digunakan untuk:

1. Pembelian benih varietas unggul bersertifikat, dengan harga non subsidi.

Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan benih bersubsidi yang

disediakan pemerintah. Jumlah dan varietas yang akan digunakan dapat

disesuaikan dengan kondisi setempat (spesifik lokasi), serta disetujui dan

atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Sumber benih dapat berasal dari

kios benih, penangkar benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau

dari sumber lain yang jelas, dan lain - lain. Kemasan dan label benih agar

disimpan dengan baik.

2. Pembelian pupuk bersubsidi (urea, NPK, organik) dengan harga yang

ditetapkan pemerintah. Untuk itu pastikan petani pelaksana telah

tergabung dalam kelompok tani dan telah menyusun RDK dan RDKK.

Adapun jenis pupuk dan dosis yang akan digunakan di lapangan, dapat

disesuaikan dengan rekomendasi dan kondisi di masing-masing daerah

(spesifik lokasi) serta disetujui dan atau diketahui oleh petugas

lapangan/penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP

setempat. Digunakan pula untuk pembelian pestisida yang jumlah dan

dosis, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Apabila rekomendasi

di suatu lokasi memerlukan pupuk/pestisida jenis lainnya, maka apabila

dana masih memungkinkan dapat dibiayai dari dana yang tersedia

tersebut. Pupuk yang belum digunakan agar disimpan dan dijaga dengan

baik agar mutunya tetap terjaga saat digunakan. Kemasan pupuk

disimpan dengan baik.

42

3. Membiayai pertemuan kelompok, yang jumlahnya minimal 4 kali dan

atau disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Pertemuan dilakukan

oleh kelompok tani peserta GP-PTT dan bertempat di areal yang ditunjuk

dan disepakati bersama (musyawarah mufakat). Peserta pertemuan

adalah petani peserta dipandu oleh Petugas Lapangan (Penyuluh, POPT,

PBT, Peneliti, Aparat dan petugas). Materi pertemuan, disesuaikan

dengan kebutuhan di lapangan dalam mendukung pelaksanaan GP-PTT

tersebut. Apabila dibutuhkan, anggaran yang tersedia dapat pula

digunakan untuk pelaksanaan Temu Lapangan Petani (FFD) dalam

rangka sosialisasi kepada masyarakat, dengan mengundang petani

sekitarnya, pemuda/i tani, tokoh masyarakat, petugas lapangan, aparat,

stakeholder, dan lain - lain.

Semua jenis pengeluaran saprodi, dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha

Kelompok), masing-masing Kelompok tani pelaksana GP-PTT baik kawasan

maupun non kawasan/rintisan/regular.

Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak difasilitasi

Pemerintah Pusat maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan

secara swadaya oleh anggota kelompok tani atau dari sumber lainnya. Hal

ini dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut memiliki sehingga

mempunyai tanggung jawab moral untuk mensukseskan GP-PTT jagung

dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015.

Teknologi yang akan diterapkan pada GP-PTT (kawasan maupun non

kawasan/rintisan/reguler), dikomunikasikan dan atau dikonsultasikan lebih

dahulu dengan BPTP setempat dan sesuai dengan kondisi di lapangan

43

(spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga

dapat menjadi pengungkit peningkatan produktivitas dan produksi.

Bantuan sarana produksi merupakan Belanja Bantuan Sosial (BANSOS) pada

akun 573111 dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke

rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu, guna mendukung pelaksanaan GP-PTT Jagung, pemerintah

memberikan pula stimulan berupa anggaran untuk penyediaan papan nama,

pendampingan dan ubinan, dengan rincian penggunaan seperti berikut:

1. Digunakan untuk penyediaan papan nama. Papan nama merupakan

identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Papan nama

diberikan setiap unit (@ 25 ha). Bahan dan ukuran disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia (tidak harus dalam bentuk papan, namun dapat

berupa tripleks, plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan

dengan kondisi di masing-masing lokasi. Apabila dipandang perlu

menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat diupayakan dari

swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber lain yang sah

dan diketahui petugas lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

2. Digunakan untuk membiayai pendampingan dan pengawalan, kegiatan

GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan di lapangan. Pendampingan

dan atau pengawalan, dilakukan oleh petugas dinas kabupaten/kota

termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai

kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa, Camat, Kades atau

lainnya). Khusus pendampingan dan atau pengawalan oleh aparat,

44

keterlibatannya (pemanfaatan dan kebutuhan) disesuaikan dengan

kebutuhan di lapangan. Jumlah kunjungan/pendampingan dan atau

pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

dengan Bapeluh, Kodim, Korem, Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai

desa.

3. Digunakan untuk membiayai pelaksanaan ubinan bersama. Ubinan

dilaksanakan pada kawasan maupun non kawasan/rintisan/regula GP-PTT

Jagung. Setiap 25 ha, difasilitasi 1 unit ubinan dengan anggaran yang

disediakan sebesar Rp 180.000,-/unit, yang diperuntukkan untuk honor

petugas ubinan (masing-masing 1 orang Mantri Tani dan 1 orang KSK)

serta fasilitasi untuk pencatatan hasil ubinan dan pengirimannya ke pusat.

Untuk itu, koordinasi dan sinergitas antara Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dan BPS Kabupaten sangat diperlukan. Data ubinan

merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan GP-PTT baik

pada kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler. Format ubinan

seperti pada Lampiran 16.

Bantuan anggaran untuk pelaksanaan pengadaan papan nama, bantuan

transport untuk pendampingan dan pengawalan petugas dan aparat serta

ubinan dialokasikan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang

membidangi tanaman pangan dan penggunaannya disesuaikan dengan

kondisi di lapangan dan sesuai dengan pedoman serta peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman

pangan, disediakan pula anggaran untuk melaksanakan pembinaan dalam

45

arti luas yang mencakup perencanaan, pembinaan dan monitoring serta

evaluasi, baik daerah yang mendapatkan alokasi GP-PTT Jagung maupun

yang tidak. Untuk jelasnya rincian kegiatan dapat dilihat pada POK

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2015.

Selanjutnya agar kegiatan GP-PTT berbasis kawasan tersebut berkontribusi

pada produksi tahun 2015, maka diharapkan pelaksanaan GP-PTT Jagung

diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2015 (Akhir MH 2014/2015

sampai MK II 2015), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak

memungkinkan dilaksanakan. Untuk itu, penyaluran dana bansos diharapkan

terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2015.

Di samping itu agar segera mengambil langkah-langkah dan mempersiapkan

secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi

terkait antara lain Dinas Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan

dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan tepat sasaran.

Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas GP-PTT Jagung di lapangan,

maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan

pada tahun 2013 perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas

dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan

koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan

instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam,

Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders.

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan

Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau

petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD

46

beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas

pusat. Pengawalan GP-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-

masing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Selanjutnya Posko P2BN pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan

Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi

dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau

kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak,

pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk

selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam

merealisasikan kegiatan.

Hal-hal yang lebih teknis dan operasional di lapangan agar dapat

diatur dan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) GP-PTT yang

disusun/dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih

rinci dan jelas guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda

oleh petugas lapangan sedangkan Dinas Pertanian Provinsi

menjabarkan Pedoman Teknis dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan

(JUKLAK) GP-PTT.

47

VII. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL GP-PTT

A. Pengorganisasian GP-PTT

Agar pelaksanaan GP-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompok

tani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim

pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi, tim pelaksana

tingkat kabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan.

Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur

Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi ditetapkan dengan

Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang

bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota serta

kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota.

Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksana tingkat kabupaten/kota

dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan kegiatan koordinasi

pelaksanaan GP-PTT melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari

tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi.

B. Operasionalisasi GP-PTT

Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergisitas program dan

kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan GP-PTT. Tim

Pembina Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dan mengorganisir Tim

Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan GP-PTT

sesuai sasaran. Pembinaan dilakukan mulai sejak perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan serta evaluasi. Tim Pelaksana Tingkat

Kabupaten/Kota dan kecamatan melakukan langsung pelaksanaan GP-PTT

48

dengan mengorganisir dan menggerakkan Kepala Cabang Dinas Pertanian

Kecamatan (KCD), Penyuluh, POPT, PBT, Kepala Desa, Babinsa, Kelompok

tani, dan petani dalam melaksanakan GP-PTT sesuai sasaran.

Pengorganisasian/gerakan dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan

dan pelaporan serta evaluasi. Tim Pelaksana Kabupaten/Kota juga

melakukan administrasi kegiatan sesuai prosedur dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

49

VIII. TATA KELOLA PENCAIRAN BANTUAN

SOSIAL TRANSFER UANG

(SARANA PRODUKSI)

A. Prosedur Pengajuan Bantuan Sosial Sarana Produksi

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan identifikasi calon petani dan

calon lokasi (CPCL) bantuan sarana produksi dan menganalisa serta

melakukan verifikasi secara obyektif dengan memperhatikan kriteria yang

dipersyaratkan. CPCL harus sesuai dengan format BPS sesuai pada

Lampiran 5.

B. Penetapan Penerima Bantuan Sosial

1. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menetapkan calon penerima

bantuan dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Dinas tentang

penetapan kelompok tani pelaksana GP-PTT Jagung penerima bantuan

sarana produksi jagung yang disahkan dengan Surat Keputusan Kepala

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) tentang pengesahan calon penerima bantuan. Penetapan Surat

Keputusan ini harus sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian

Negara/Lembaga;

2. Surat Keputusan penerima bantuan sosial paling sedikit memuat:

a. Identitas penerima bantuan sosial; sesuai dengan format BPS (nama

kelompok tani/gapoktan, nama ketua dan alamat lengkap (desa,

kecamatan), serta nomor rekening kelompok tani/gapoktan);

50

b. Nilai barang/sarana bantuan sosial;

c. Jenis dan jumlah barang/sarana yang akan diberikan/atau nilai

uang.

C. Prosedur Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial untuk Sarana

Produksi (Lampiran 10).

1. Kelompok tani harus menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang

ditanda-tangani ketua kelompok tani, bendahara kelompok tani, dan

penyuluh/petugas pertanian (format seperti Lampiran 8.)

2. Ketentuan dalam penyusunan RUK adalah sebagai berikut:

a. Bantuan sosial yang bisa dicairkan adalah sesuai luasan rencana

tanam sesuai CPCL;

b. Total bantuan sosial yang bisa dicairkan adalah luas rencana

tanam dikalikan dengan harga satuan maximum sesuai dengan

RKAKL;

c. Penggunaan anggaran disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

lokasi, dengan indikasi sebagai berikut:

1) Pupuk Urea, rekomendasi kebutuhan per ha = 100 kg, harga

satuan sesuai dengan HET setempat.

2) Pupuk NPK, rekomendasi kebutuhan per ha = 300 kg, harga

satuan sesuai dengan HET setempat.

3) Pupuk Organik, rekomendasi kebutuhan per ha = 1.000 kg,

harga satuan sesuai dengan HET setempat.

51

4) Benih, standar kebutuhan per ha = 15 kg, harga satuan

setempat.

5) Pestisida, rekomendasi kebutuhan per ha = 2 liter, harga

satuan sesuai HET setempat.

d. Kelompok tani diperbolehkan memilih dan menentukan sendiri

jenis, merek dan varietas sarana produksi yang diperlukan tetapi

tetap dengan mengacu pada peraturan yang terkait peredaran

pupuk, pestisida dan benih.

e. Jika harga sarana produksi yang dibeli kelompok tani lebih tinggi

dari harga satuan atau kebutuhan anggaran lebih tinggi dari

RKAKL maka kelompok tani boleh/harus menambahkan

kekurangan anggaran secara swadaya.

e. Jika harga sarana produksi yang dibeli kelompok tani lebih rendah

dari harga satuan maka kelompok tani harus mengembalikan sisa

anggaran ke kas negara atau maksimum mencairkan alokasi

anggaran sesuai kebutuhannya.

D. Prosedur Pengadaan Sarana Produksi

1. Setelah dana dicairkan dan masuk ke rekening kelompok tani, maka

kelompok tani dapat membeli sendiri saprodi yang dibutuhkan sesuai

RUK.

2. Pembelian dapat dilakukan dengan cara langsung (secara eceran) ke

kios/toko terdekat atau secara partai besar (bulk) dengan pembelian

52

secara kontrak pembelian (purchase order) dengan pihak lain (toko

besar/distributor/agen/reseller).

3. Dalam rangka akuntabilitas pengadaan sarana produksi, maka

kelompok tani harus:

a. Menyimpan tanda bukti pembelian sarana produksi (kuitansi,

kontrak/purchase order, bukti transfer, dan lain-lain).

b. Mencatat semua nomor seri label benih dan label pestisida yang

diterima.

c. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/sachet

pupuk/saprodi yang dibeli.

d. Menyimpan sarana produksi yang belum digunakan secara benar

untuk menjaga kualitas.

e. Membuat pernyataan penerimaan dana bantuan sosial (Lampiran

9.)

4. Dalam rangka pengawasan pengadaan sarana produksi oleh kelompok

tani, maka kepala dinas pertanian kabupaten/kota harus:

a. Melakukan verifikasi dokumen pembelian (kuitansi, kontrak, dan

lain-lain).

b. Mem-fotocopy dokumen pembelian (kuitansi, kontrak, dan lain-

lain) sebagai arsip dan salinan untuk keperluan pemeriksaan

(audit).

53

5. Apabila terjadi perubahan/penyimpangan pengadaan sarana produksi

oleh kelompok tani (dari RUK), maka kelompok tani harus

mengembalikan sisa dana bantuan sosial yang tidak terpakai ke kas

negara.

6. Kegiatan pengadaan harga barang/saprodi adalah termasuk biaya

distribusi barang sampai ke lokasi poktan/gapoktan yang terpilih

pelaksana kegiatan.

E. Prosedur Pemanfaatan Bantuan Sosial

1. Sarana produksi jagung tersebut segera dimanfaatkan oleh kelompok

tani/gapoktan.

2. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan harus melakukan

penanaman pada musim tanam 2015/2016, serta bersedia dan

sanggup untuk melaksanakan penanaman, pemeliharaan, sampai

panen di areal pertanaman yang mendapat bantuan terserbut.

Kesediaan ini dituangkan dalam surat perjanjian antara kelompok

tani/gapoktan penerima bantuan dengan dinas pertanian

kabupaten/kota yang menyatakan bahwa bantuan sarana tersebut

dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi jagung tahun 2015,

sesuai format Lampiran 9.

54

IX. KRITERIA TEKNIS BANTUAN SOSIAL

Kriteria teknis sarana produksi jagung dalam kegiatan Gerakan Penerapan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Jagung Tahun 2015 adalah sebagai

berikut:

A. Benih

1. Benih yang dapat digunakan adalah benih jagung hibrida bersertifikat;

2. Varietas jagung yang dipilih adalah varietas yang sesuai dengan

kondisi lokasi, memiliki potensi hasil minimum 11 ton per hektar

(pipilan kering), rata-rata hasil minimal 9 ton per hektar dan

tahan/agak tahan/toleran penyakit bulai. Contoh varietas yang

memenuhi kriteria teknis terlampir di Lampiran 17.

B. Pupuk Urea, NPK dan Organik

1. Pupuk urea yang digunakan adalah pupuk urea bersubsidi;

2. Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK bersubsidi;

3. Pupuk Organik yang digunakan boleh pupuk organik bersubsidi atau

pupuk organik produksi lokal yang telah mendapat sertifikasi atau

mendapat rekomendasi oleh Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota.

C. Pestisida

Pestisida yang digunakan adalah pestisida untuk pengendalian gulma

(herbisida), pengendalian serangan penyakit akibat cendawan (fungisida)

dan pengendalian serangan serangga (insektisida). Pemilihan jenis

pestisida disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lokasi yang mengacu

pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

55

X. BIMBINGAN, PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

Bimbingan, pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik

mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari

pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta desa seperti terlihat

dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 11.

A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan GP-

PTT di provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana.

B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan

pelaksanaan GP-PTT di kabupaten/kota diharapkan minimal 2 (dua) kali

selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana.

C. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan GP-PTT

di tingkat lapangan/kelompoktani pelaksana GP-PTT diharapkan minimal

4 (empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan ketersediaan

dana. Melakukan pendampingan kelompok tani pelaksana GP-PTT

dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu

kelancaran distribusi bantuan GP-PTT dan lain - lain.

D. Pengawalan dan pendampingan oleh Badan Litbang Pertanian melalui

BPTP.

E. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti dilakukan di seluruh

daerah pelaksana GP-PTT yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan

dan ketersediaan dana yang ada di masing-masing BPTP setempat.

Pendampingan dan pengawalan GP-PTT perlu mengedepankan

teknologi spesifik lokasi yang sinergisitas, yakni teknologi yang

56

mengutamakan peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan

hasil serta pendekatan teknologi yang memperhatikan sub-ekosistem

setempat.

Di samping melakukan pengawalan dan pendampingan, peneliti/ BPTP

dapat melakukan display varietas berdampingan dengan lokasi GP-PTT.

57

XI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan

sampai dengan panen oleh petugas pusat, provinsi dan kabupaten/kota

sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 11.

Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan GP-PTT, hasil yang telah

dicapai dan lain – lain.

B. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas pusat, provinsi dan

kabupaten/kota setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam GP-PTT selesai

sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 11.

Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan pelaksanaan GP-PTT, 2) Tingkat

pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di lokasi GP-

PTT (Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi PTT dan 5). Lain-lain.

C. Pelaporan

Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi, kabupaten/kota

dan kecamatan serta desa/unit GP-PTT secara periodik setiap bulan.

Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke

Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Budidaya Serealia. Laporan

meliputi pelaksanaan GP-PTT, hasil yang telah diperoleh, dan lain - lain

sebagaimana terlihat dalam format laporan (Lampiran 12,13,14, dan 15).

58

Laporan akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung

lainnya dan lain-lain. Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Budidaya

Serealia Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp. (021)

7806262 ; Faximile (021) 7802930 ; email: [email protected].

Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan

Tahun anggaran 2016 sebagai penerapan azas reward and punishment.

59

XII. PENUTUP

Peningkatan produktivitas jagung melalui peningkatan kualitas GP-PTT

melalui pendekatan kawasan skala luas, merupakan salah satu terobosan

yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam

pencapaian sasaran produksi jagung nasional.

GP-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani

apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik

hulu, on farm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan GP-

PTT yang sinkron dan sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari

pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai tingkat desa.

Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders, pola gerakan yang

seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai dari pusat sampai

lapangan, upaya dan dukungan yang luar biasa karena sasaran yang

diminta luar biasa, dari seluruh pelaku usaha, pemangku kepentingan dan

masyarakat tani, kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan

masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan.

Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam mendukung setiap

kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah termasuk GP-PTT.

Untuk itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota

diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/Bupati/Walikota untuk memberi

perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan pembangunan tanaman

pangan terutama pelaksanaan GP-PTT jagung serta pengembangan serealia

di wilayahnya untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani.

60

Sebagai catatan penting bahwa pelaksanaan GP-PTT diharapkan sebagai

pengungkit untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi tahun 2015

serta swasembada jagung berkelanjutan.

61

LAMPIRAN

62

Lampiran 1.

Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2015

1 Aceh 47.501 44.977 42,23 189.921

2 Sumatera Utara 219.481 207.816 57,83 1.201.700

3 Sumatera Barat 105.602 99.989 65,24 652.310

4 Riau 14.774 13.989 24,85 34.761

5 Jambi 9.024 8.544 53,00 45.287

6 Sumatera Selatan 38.687 36.631 55,45 203.130

7 Bengkulu 19.923 18.864 51,52 97.184

8 Lampung 388.955 368.282 52,68 1.940.033

9 Kep. Bangka Belitung 326 309 32,24 995

10 Kepulauan Riau 360 341 24,57 838

11 D K I Jakarta - - -

12 Jawa Barat 165.703 156.896 73,73 1.156.781

13 Jawa Tengah 581.057 550.174 57,55 3.166.504

14 D I Yogyakarta 73.472 69.567 46,43 323.031

15 Jawa Timur 1.292.831 1.224.119 49,45 6.052.830

16 Banten 3.896 3.689 35,16 12.972

17 B a l i 24.906 23.582 25,42 59.946

18 Nusa Tenggara Barat 137.732 130.412 62,32 812.726

19 Nusa Tenggara Timur 273.694 259.148 28,08 727.790

20 Kalimantan Barat 44.352 41.995 40,30 169.222

21 Kalimantan Tengah 2.581 2.444 30,58 7.473

22 Kalimantan Selatan 22.654 21.450 57,96 124.332

23 Kalimantan Timur 3.403 3.222 25,30 8.150

24 Kalimantan Utara 606 574 17,71 1.016

25 Sulawesi Utara 134.507 127.358 41,35 526.664

26 Sulawesi Tengah 47.388 44.869 40,60 182.165

27 Sulawesi Selatan 347.408 328.944 47,69 1.568.679

28 Sulawesi Tenggara 26.130 24.741 28,10 69.511

29 Gorontalo 170.993 161.905 48,67 787.941

30 Sulawesi Barat 28.239 26.738 49,47 132.267

31 Maluku 4.136 3.916 38,13 14.930

32 Maluku Utara 9.791 9.271 35,27 32.701

33 Papua Barat 1.630 1.543 16,18 2.497

34 Papua 3.236 3.064 24,30 7.444

4.244.976 4.019.360 50,54 20.313.731

Produksi

(Ton) Provinsi

Luas

Tanam

Luas

Panen

Provitas

(Ku/Ha) No

JUMLAH

63

Lampiran 2.

Rekapitulasi Areal GP-PTT Jagung Tahun 2015

64

Lampiran 3.

Lokasi GP-PTT Jagung Tahun 2015

65

66

67

68

69

70

Nama Poktan / Gapoktan : Jumlah Anggota Kelompok : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Kawasan/Non Kawasan : Komoditi :

1 2 3 4

5 dst

DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI

PENERIMA BANSOS GP-PTT TAHUN 2015

No. Nama Petani Luas Areal (ha) Kebutuhan Benih (kg) Varietas Jadwal Tanam

Jumlah

Mengetahui Ketua Kelompoktani

KCD/Penyuluh

Nama …………. Nama ………….

Lampiran 4. 4piran

71

Lampiran 5. 4piran

72

SURAT KEPUTUSAN

KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA

NOMOR : .............................................2015

TENTANG PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL

(BANSOS) GP-PTT ............................................................)*

TAHUN ANGGARAN 2015

KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA

Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan

pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

b. Bahwa peningkatan produksi padi dan jagung tahun 2015

difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi dalam GP-PTT.

c. Bahwa pelaksanaan GP-PTT padi dan jagung untuk peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani

perlu ditetapkan kelompoktani penerima Bansos GP-PTT

tahun 2015.

d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c

perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima Bantuan GP-PTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2015.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor .............. Tahun ............. tentang

................;

2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun ............. tentang ................;

3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor .............. Tahun ............. tentang ................;

4. dst

Lampiran 6

72

73

Memperhatikan : 1. DIPA Dinas Pertanian Kabupaten / Kota Nomor ..............

Tanggal ............. Bulan ................ Tahun ............

2. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (GP-PTT) Padi, Jagung Tahun 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : Penetapan Kelompoktani penerima bantuan GP-PTT

....................................................*) tahun anggaran 2015 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan

ini.

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila

dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini

maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :...............................

Pada Tanggal : ................................ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

.......................................... NIP. .....................................

Tembusan :

1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta 2. Bupati / Walikota di ..............

3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................

4. dst.

*) disesuaikan dengan komoditi (GP-PTT jagung hibrida dan jagung komposit) **) disesuaikan dengan sumber bantuan

73

74

Desa Kecamatan

2

3

4

dst…

Ditetapkan,Tgl….Bln….Tahun 2015

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ……,

Nama

NIP

Nama Kelompok Tani/

GapoktanNo

Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompoktani

Penerima Dana Bansos untuk Sarana Produksi dan Dana Pertemuan Kelompok GP-PTT Tahun 2015

Jumlah

Alamat Alamat Bank

Cabang, Unit

Jumlah

(Rp.)Nomor RekeningNama Ketua

Lampiran 7.

74

75

Nama Kelompok Tani :

Alamat Kelompok Tani :

Luas Lahan :

Jumlah Anggota Kelompok :

Rincian Kebutuhan Kel. :

Komoditi :

Varietas :

1

2

3

dst…

Mengetahui, ................,................

Penyuluh/Petugas Pertanian Bendaraha Kelompok, Ketua Kelompok,

Nama Nama Nama

NIP

Anggota Kelompok, Anggota Kelompok,

Nama Nama

Jumlah

No Jenis Volume (Kg) Harga Satuan (Rp.)

Rencana Usaha Kelompok (RUK)

Uraian Kebutuhan Jumlah (Rp)

Pelaksana GP-PTT Tahun 2015

Lampiran 8. 4piran

75

76

Lampiran 9.

SURAT PERNYATAAN PENERIMAAN BANSOS DAN PENGGUNAAN BANSOS

Yang bertandatangan di bawah ini adalah nama : ………………….. selaku Ketua

Kelompoktani .......................... Desa ……………………. Kecamatan

……………….. Kabupaten ………………… dengan ini menyatakan bahwa dana

yang kami terima sebesar Rp………… dan akan kami gunakan :

a. Untuk pembelian saprodi GP-PTT

b. Biaya pertemuan Kelompoktani

c. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman, pemeliharaan

sampai panen di areal GP-PTT dan sanggup mengembalikan dana apabila

tidak sesuai peruntukannya.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya .

Mengetahui Petugas Lapangan

(......................................)

............................... 2015 Ketua Kelompoktani

Materai 6.000

(.....................................)

76

77

Lampiran 10.

MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN GP-PTT

POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM)

TA. 2015

Pembentukan Tim Teknis Kab/Kota

Menyusun Juknis dan Kriteria Seleksi CP/CL

Seleksi Tahap-I Administrasi

Seleksi Tahap-II Penilaian

Proposal/Usulan Kelompoktani

Forum Musyawarah & Berita Acara CP/CL

Penetapan Kelompoktani

Kelompok Sasaran

KPA/PPK

SPP-LS

KPPN

Bank terdekat

SPM-LS

SP2D

Menyusun RUK didampingi PPL & diverifikasi

Tim Teknis Kab/Kota

Membuka Rekening di Bank

Pencairan dana dari rekening melalui persetujuan Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh Tim Teknis/Tim Verifikasi Kabupaten/Kota

77

RENCANA PELAKSANAAN GP-PTT JAGUNG TAHUN 2015

JAN MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES

1 Penyusunan Juklak dan Juknis

2 Pembentukan Tim Teknis

3 Sosialisasi

4 Finalisasi CP/CL

5 Penyusunan dan Pengiriman RUK,

Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/

Kota, Provinsi, dan Pusat

6 Proses Administrasi Keuangan

7 Penyerapan dan Penyaluran Dana

Bansos ke Rekening Kelompok

8 Peningkatan Kemampuan Petugas

Pemandu Lapangan

9 Pelaksanaan

1. Tanam

2. Pemeliharaan

3. Panen

10 Pembinaan

11 Monitoring

12 Evaluasi

13 Pelaporan

NO KEGIATANBULAN

FEB

Lampiran 11. 4piran

78

Desa Poktan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5

2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5

3

4 dst

6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10

NIP……………………………

BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN REALISASI GP-PTT KAWASAN / NON KAWASAN

TAHUN 2015 KECAMATAN :

BULAN :

Dilaksanakan MH 15/16

(Ha) Keterangan

…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ………

Petugas Penyuluh Pertanian /

Realisasi Panen

Luas (Ha)

Jumlah

Realisasi Tanam

Provitas (ku/ha)

Produksi (ton)

JAGUNG HIBRIDA

Kepala Cabang Dinas Pertanian

Nama……………………………

(Ha) (%)

Jumlah No

Luas Areal (Ha)

Jumlah SL-PTT ( Unit )

Lampiran 12. 4piran

79

Desa PoktanProses

(Ha)

Cair

(Ha)(Ha) (%) (Ha)

Provitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

1

2

dst

BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN

REALISASI GP-PTT KAWASAN/NON KAWASAN JAGUNG HIBRIDA

TAHUN 2015

KABUPATEN

BULAN

No Kecamatan

Jumlah Realisasi PanenLuas

Areal

(Ha)

SK

Penetapan

CPCL (Ha)

Pengajuan Ke

BankRealisasi Tanam

Keteran

gan

Nama………………………………

NIP…………………………………

:

:

Dilaksanaka

n MH 15/16

(Ha)

Jumlah

………, tgl,….., bulan,……, tahun

Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota/

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

Lampiran 13. 4piran

80

Lampiran 14.

81

Lampiran 15. 4piran

82

Lampiran 16. 4piran

83

Lampiran 17.

Daftar varietas jagung hibrida dengan potensi hasil minimal 11 ton/ha, rata-rata hasil minimal 9 ton/ha per ha dan tahan/agak tahan/toleran

terhadap bulai

84

85

86

87

88

89