PDF/F. Sains dan Teknologi/Teknik... · 6 HALAMAN PERSEMBAHAN ..Kupersembahkan karya ini untuk...
Transcript of PDF/F. Sains dan Teknologi/Teknik... · 6 HALAMAN PERSEMBAHAN ..Kupersembahkan karya ini untuk...
DETEKSI GALAT MENGGUNAKAN SANDI
REED-SOLOMON (7,3 )
BERBASIS DIGITAL
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sanata Dharma
Disusun Oleh:
YOACHIM SALA BONGO
NIM : 005114094
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
2
ERROR DETECTING USING REED-SOLOMON CODE (7.3) BASED ON DIGITAL CIRCUITS
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
in Electrical Engineering Study Program
By:
YOACHIM SALA BONGO
Student Number : 005114094
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2007
TUGAS AKHIR
3
DETEKSI GALAT MENGGUNAKAN SANDI
REED-SOLOMON ( 7,3 )
BERBASIS DIGITAL
Disusun oleh:
YOACHIM SALA BONGO
NIM : 005114094
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I,
Ir.Th. Prima Ari Setyani, MT Pada tanggal 18 Desember 2006
4
5
HALAMAN MOTO
“ Buanglah kebodohan maka kamu akan hidup dan ikutilah jalan pengertian ”
“ GUTTA CAVAT LAPIDEM NON VI SET SAEPE CADENDO ”
“ Homo proponit Deus disponit “
6
HALAMAN PERSEMBAHAN
..Kupersembahkan karya ini untuk Yesus dan Bunda Maria yang telah
memberiku anugerah yang begitu indah,
...Untuk kedua orang tuaku yang telah membesarkan aku dengan cinta dan
kasih sayang mereka yang begitu besar,
...Kakak dan adikku, serta seluruh saudaraku yang menyayangiku,
… Seluruh teman-temanku yang telah mengisi hari-hariku
dengan kenangan indah…
7
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Januari 2007
Penulis
Yoachim Sala Bongo
8
INTISARI Sandi Reed-Solomon (7,3) merupakan sandi pendeteksi dan koreksi kesalahan berbasis blok, yang akan menyandikan runtun pesan sepanjang 3 simbol menjadi runtun kata sandi menjadi 7 simbol dengan 4 simbol paritas. Sandi RS (7,3) mampu mendeteksi galat lebih dari satu simbol dengan maksimal galat 3 bit persimbol tetapi hanya mampu mengoreksi 2 simbol.Penelitian ini hanya akan mengimplementasikan pendeteksi kesalahan saja. Sistem deteksi sandi RS ( 7,3) terbagi menjadi 3 bagian besar, yaitu rangkaian penyandi, rangkaian pembuat galat dan rangkaian pendeteksi galat atau rangkaian sindrom. Tiga simbol pesan dimasukkan ke dalam rangkaian penyandi melalui saklar geser, selanjutnya diproses oleh rangkaian penyandi sehingga menghasilkan 4 simbol paritas. Hasil dari proses kerja rangkaian penyandi membentuk sebuah katasandi yang selanjutnya dikirimkan ke rangkain sindrom melalui sebuah rangkaian pembuat galat. Bila kita menginginkan bahwa kata sandi yang dikirimkan diberi galat, maka pemberian galat dilakukan pada rangkaian pembuat galat. Rangkaian sindrom akan mendeteksi kata sandi yang diterimanya, apakah ada galat atau tidak ada galat.. Hasil dari rancangan ini ditampilkan dengan LED. Bila LED pada rangkaian sindrom menyala, maka data yang terkirim mengandung galat dan sebaliknya bila semua LED mati, maka data yang terkirim tidak mengandung galat.
9
ABSTRACT
The Reed-Solomon (7.3) code is a block-based error detecting and correcting
code which encodes the messages sequence consist of three codes to be the codeword. This codeword consist of seven codes with four parity symbols. The code can detect more than one error with its three bit error per code maximum, but capable to correct two codes only. This research implements only the error detection.
The framework of detection system of this code consist of three main parts namely the encoder circuit, error generator circuit and the error detector circuit or the syndrome circuit. Three messages are put into the encoder circuit trough the electric switch, then those codes are processed by the encoder circuit resulting in four parity symbols. The result of this process forms a codeword that will be sent to syndrome circuit trough an error generator circuit. Suppose that the codeword is put in with any errors, it should be done on the error generator circuit. The syndrome circuit will detect the codeword accepted whether it has any errors or not.
The result of this design is showed with LED. If the LED on the syndrome circuit is on, it means that the data sent contains any errors. On the contrary, if the LED is off, it means that the data sent have no any errors.
10
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang berjudul “ DETEKSI GALAT MENGGUNAKAN SANDI REED-
SOLOMON (7,3) BERBASIS DIGITAL” dengan baik
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pada jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunannya, banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
pada penulis, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T. sebagai pembimbing I yang senantiasa
membagikan ilmu-ilmu dan pengalaman yang dimilikinya dan membantu
mengatasi masalah yang di hadapi dalam proses penyusunan tugas akhir ini.
2. Orang tuaku tersayang, bapak Petrus Lelo dan mama Paulina Wini yang tidak
pernah berhenti memberikan doa, cinta, kasih sayang, semangat, dan
dukungannya.
3. Kakak-kakak dan adikku : Krens Boo dan Eja Napoleon (Mboh Saleh), Ponaan
Agung kecil, Mersi Leni, Rini Deka Iko dan Eja Charles, Hans Don Bosco Bheda,
terima kasih untuk doa, dukungan, dan semangatnya yang membuat aku bisa
menyelesaikan semua ini dan membuat aku tetap berdiri tegar sampai tujuanku
tercapai.
4. Om Pater Kris Sambu SVD, Berni, Ponaan Heron, Lin, Sendi, Ita Heo, Elvin
Bongo, Imbran, Ovan, Bu Murti Ningsi, Ponaan Intan, Ponaan Lisa, Si Sweet
11
Twins Vita dan Vira, Bang Harjono sekeluarga, Mba Wiwik dan Pak Hanes, Mas
Joko, Mas Budoyo, Mba Siti, Mas Gunawan, Pa Kijan dan Bu Atun, Bu Tatik dan
Pak Giono sekeluarga, Spesial thanks buat Mas Irwan (makasih atas segala
bantuannya) dan semua saudaraku yang memberikan doa dan dukungannya.
5. Kekasihku Nur“Si Oneng”, terima kasih untuk semua kasih dan cintamu serta
nasehat-nasehatnya.
6. Sahabat-sahabat dekatku : Marcelo Hala Boli, Sendy Limantara, Ignasio Leha,
Pa Eko (Raja), Onsha, Enni,Wayan Santra, Hadi Sanjaya, Suryo(Mr.SS), Anan
Sila Onang (Si Kambing), Bruno Wanggol, Ferdin Buu (Si Betu), Dus Kopa,
Yenni Riwu, dan lain-lain yang telah memberikan doa dan semangatnya.
7. Teman–teman cah Kos Dwi Tunggal : Kak Will, Mas Kris Bucek, Mas Yuli
Kajawen, Mas Jhoni , Mas Andri Yamto(Langganan First Blood), Mas Beni
(Bentol), Mas Putra, Mas Tomi, Mas Dedi Dores, Mas Komang, Mas Putu, Mas
Ardi (Artol), Si Danang Gokong , Mas Gatot , Mas Heston, Mas Koko, Thanks ya
atas kebersamaannya (Hidup Dotha All Star…….).
8. Teman–teman seperjuangan angkatan 2000 di Prodi Teknik Elektro yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis sungguh sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka dari itu segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan penulis.
Yogyakarta, Januari 2007
Penulis
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..……….i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………………..…… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………...iii
HALAMAN MOTO ……………………………………………………………………..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………...vi
INTISARI ……………………………………………………………………………….vii
ABSTRACT ………………………………………………………..................................viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………...................................ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..x
DAFTAR TABEL ……………………………………………….....................................xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….1
1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..1
1.3 Manfaat Penelitian …………………………………………………………...2
1.4 Batasan Masalah ……………………………………………………………..2
1.5 Metodologi Penelitian ………………………………………………………...2
1.6 Sistematika Penulisan ………………………………………………………...3
13
BAB II DASAR TEORI
2.1 Sandi Reed-Solomon …………………………………………………………4
2.1.1 Penyandian Sandi Reed-Salomon …………………………………….6
2.1.2 Pengawasandi Reed-Solomon…………………………………………7
2.1.2 1 Menghitung Nilai Sindrom …………………………………7
2.2 Gerbang Logika ……………………………………………………………...8
2.2.1 Gerbang AND ………………………………………………………...9
2.2.2 Gerbang OR …………………………………………………………12
2.2.3 Gerbang X-OR ……………………………………………………...10
2.2.4 Gerbang NAND ……………………………………………………..11
2.2.5 Gerbang NOT ……………………………………………………..12
2.3 Pencacah …………………...………………………………………………..12
2.4 Multiplexer …………………………………………………………………..14
2.5 Register ……………………………………………………………………...15
2.5.1 Register Geser ( Shift Register ) …………………………………….15
2.6 Saklar ………………………………………………………………………..17
2.7 LED ( Light Emiting Diode) ………………………………………………...17
2.8 Penambah ………………………………………………………………...….19
2.9 Penyandi BCD ke Tujuh Segmen …………………………………………...19
2.10 Tujuh Segmen ……………………………………………………………….20
2.11 Pembanding / Comparator …………………………………………………..22
2.12 Peta Karnaugh ……………………………………………………………….25
14
BAB III PERANCANGAN
3.1 Diagram Blok Penyandian Sandi Reed-Solomon ( 7,3 ) ……………………27
3.2 Perancangan Rangkaian Penyandi …………………………………………..29
3.2.1 Perancangan Rangkaian Gate ……………………………………….32
3.2.2 Perancangan Rangkaian Multiplexer ………………………………..34
3.2.3 Perancangan Rangkaian Komparator sebagai pengendali gate dan
multiplexer ……………………………………………………. ……36
3.3 Perancangan Pencacah / Counter modulo 7 ……………………………..….39
3.4 Perancangan Rangkaian Pembuat Galat …………………………….………40
3.4.1 Tampilan Rangkaian Pembuat Galat ………………………………..41
3.4.2 Rangkain Pembuat Galat …………………………………………….41
3.5 Perancangan Rangkaian Sindrom …………………………………...………43
3.5.1 Diagram Blok Rangkaian Sindrom ………………………….………43
3.5.2 Rangkaian Sindrom ………………………………………………….45
3.5.3 Tampilan Rangkaian Sindrom……………………………………….46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Hasil Penyandian ………………………………………….………. 48
4.1.1 Percobaan 1 …………………………………………...…………….48
4.1.2 Percobaan 2 ……………………….……………………..…………..54
4.1.3 Percobaan 3 ……………………….………………….…………….. 55
4.1.4 Percobaan 4 ……………………………………………………..….. 56
4.1.5 Percobaan 5 ……………………………………………...…………. 57
4.2 Analisa Nilai Sindrom …………………………………………………….....58
15
4.2.1 Analisa Nilai Sindrom Tanpa Galat ………………………..……….58
4.2.2 Analisa Nilai Sindrom Dengan Galat ……………………..……….. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….... 78
5.2 Saran ……………………………………………………….………. 78
16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tampilan himpunan dari GF( 23 ) yang dibangkitkan oleh
polinomial primitive p(X) = 1 + X + X3 ………………………………….5
Tabel 2.2 Daftar macam-macam polynomial ……………………………………….5
Tabel 2.3 Tabel kebenaran gerbang logika AND, NAND, OR, XOR …………… 10
Tabel 2.4 Tabel kebenaran gerbang logika NOT ……………………...………….10
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Pencacah maju Modulus 7 ………………...…………13
Tabel 2.6 Tabel kebenaran multiplexer 4 ke 1 ………………………………..……15
Tabel 2.7 Tabel operasi penjumlahan modulo 2 …………………………………...19
Tabel 2.8 Jalur segmen yang aktif …………………………… …………………...20
Tabel 2.9 Tabel kebenaran pembanding (comparator) …………………………….23
Tabel 3.1 Tabel kebenaran Gate ………………………………………...…………33
Tabel 3.2 Tabel kebenaran Multiplexer ……………………………………………34
Tabel 3.3 Urutan perhitungan modulo 7 …………………………………………...39
Tabel 3.4 Tabel kebenaran rangkaian pembuat galat……………………………….41
Tabel 4.1 Hasil percobaan 1 …………………………………………………….….53
Tabel 4.2 Hasil percobaan 2 ………………………………………….…………….54
Tabel 4.3 Hasil percobaan 3 …………………………………………………….….55
Tabel 4.4 Hasil percobaan 4 ………………………………………………………..56
Tabel 4.5 Hasil percobaan 5 ………………………………………………………..57
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 1 tanpa galat …...…………59
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan II tanpa galat …………….60
17
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 3 tanpa galat ..…………….60
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 4 tanpa galat .……………..61
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 5 tanpa galat .……………..61
Tabel 4.11 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 1 bit galat
pada posisi 1 …………………………………………………...………..63
Tabel 4.12 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 2 bit galat
pada posisi 1. ……………………………………………………………64
Tabel 4.13 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 3 bit
galat pada posisi 1…………………………………...…………………..65
Tabel 4.14 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 1 bit galat
pada posisi 4 …………………………………………….…………….…65
Tabel 4.15 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 2 bit galat
pada posisi 4 ……………………………………………………………..66
Tabel 4.16 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
3 bit galat pada posisi 4 ………………………………..………………..67
Tabel 4.17 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
1 bit galat pada posisi 7 …………………………………………..……..67
Tabel 4.18 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
2 bit galat pada posisi 7 …………………………………………..……68
Tabel 4.19 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
3 bit galat pada posisi 7 …………………………………...…………….69
Tabel 4.20 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 2 simbol galat dengan 1 bit galat
pada posisi 1 dan posisi 2 ……………………………………………….71
18
Tabel 4.21 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 2 simbol galat dengan 2 bit galat
pada posisi1 dan posisi 2 ………………………………………….……..72
Tabel 4.22 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 2 simbol galat dengan 3 bit galat
pada posisi 1 dan posisi 2 ………………………………………………..73
Tabel 4.23 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 3 simbol galat dengan 1 bit galat
pada posisi 1 ,2 dan 3 ………………………………………….………..75
Tabel 4.24 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 3 simbol galat dengan 2 bit galat
pada posisi 1 ,2 dan 3 …………………………………………………..76
Tabel 4.25 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 3 simbol galat dengan 3 bit galat
pada posisi 1 ,2 dan 3 …………………………………...………………77
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Penyandian sandi RS (n,k) ………………..…………………..6
Gambar 2.2 Rangkaian pembangkit sindrom sandi RS ……………………………...8
Gambar 2.3 Simbol gerbang AND ………………………………………………..…9
Gambar 2.4 Simbol gerbang OR …………………………………..………………10
Gamabr 2.5 Simbol logika gerbang X-OR ……………………….…………………11
Gambar 2.6 Simbol gerbang logika NAND …………………………...……………11
Gambar 2.7 Simbol logika NOT ……………………………………………………12
Gambar 2.8 Rangkaian Pencacah maju Modulus 7 ……………………………...…13
Gambar 2.9 Multiplexer 4 ke 1 ……………………………………………………..14
Gambar 2.10 Register geser 4 bit masukan seri – keluaran parallel …………………16
Gamar 2.11 Saklar ………………………………………………………………….17
Gambar 2.12 Simbol LED ……………………………………………...……………18
Gambar 2.13 Rangkaian LED …………………………………………………….…18
Gambar 2.14 Untai penampil tujuh segmen …………………………………………21
Gambar 2.15 Penampil tujuh segmen ………………………………………………..22
Gambar 2.16 Tujuh segmen dalam digit decimal ……………………………………22
Gambar 2.17 Rangkaian pembanding besaran ………………………………………23
Gambar 2.18 IC 74LS85 ……………………………………………………………..24
Gambar 2.19 Gambar rangkaian dari komparator IC 74LS85 ……………………….24
Gambar 2.20 Peta Karnaugh …………………………………………………………26
20
Gambar 3.1 Diagram kotak sistem Sandi RS (7,3) ………...………………………27
Gambar 3.2 Diagram kotak penyandi sandi RS(7,3) ……………...………………. 30
Gambar 3.3 Gambar bentuk rangkaian persamaan 3-4…………………………….31
Gambar 3.4 Gambar bentuk rangkaian persamaan 3-5…………………………….32
Gambar 3.5 Rangkaian digital Gate ………………………………………………..33
Gamabr 3.6 Rangkaian lengkap Gate …………………………………………...…33
Gambar 3.7 Rangkaian multiplexer …………………………….. …………………35
Gambar 3.8 Gambar Rangkaian lengkap multiplexer ………………………………36
Gambar 3.9 Diagram pewaktuan kendali sandi RS (7,3) …….…………………….36
Gambar 3.10 Rangkaian Komparator ………………………………………….…….37
Gambar 3.11 Rangkaian penyandi sandi RS (7,3) …………………………………...38
Gambar 3.12 Gelombang keluaran counter modulo 7 ……………………………….39
Gambar 3.13 Rangkaian pencacah maju modulo 7 ………………………………….40
Gambar 3.14 Tampilan rangkaian Pembuat Galat ………………………………….41
Gambar 3.15 Rangkaian pembuat galat ……………………………………………...42
Gambar 3.16 Diagram Penghitung Sindrom sandi RS (7,3) …………………………44
Gambar 3.17 Rangkaian penghitung sindrom sandi RS (7,3) ……………………….46
Gambar 3.18 Tampilan pendeteksi …………………………………………………..46
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian pesat, dunia komunikasi juga
mengalami perkembangan yang luar biasa. Dalam dunia komunikasi, manusia tidak lagi
dibatasi oleh jarak dan waktu.
Untuk berkomunikasi, manusia menggunakan berbagai alat bantu, seperti
telephone, faximile, hand phone, email dan lain sebagainya. Semua sistem ini melakukan
proses transmisi data guna menyampaikan informasi. Proses perpindahan data terjadi
pada banyak sistem. Pada saat data digital ditransmisikan melalui saluran dalam sebuah
sistem komunikasi atau saat perekaman data oleh media penyimpan dalam sistem
komputer, data digital berpindah dari sumber data ke tempat tujuan. Dalam proses
transmisi data, sering terjadi kesalahan (galat) yang menyebabkan data yang diterima
oleh penerima tidak sesuai dengan pesan dari sumber atau pengirim. Terjadinya
kesalahan ini tergantung pada media transmisi yang sangat peka terhadap derau dan
interferensi, sehingga perlu dicari suatu sandi yang dapat mendeteksi dan mengoreksi
kesalahan tersebut sehingga data yang dikirim dapat diterima secara benar dan sesuai.
1.2 Tujuan Penelitian
Karya tulis ini bertujuan membuat simulator sistem penyandi dan deteksi galat (sindrom)
sandi Reed-Solomon berbasis digital untuk sandi RS (7,3).
22
1.3 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan dapat
memberikan pengetahuan mengenai prinsip dasar dari pengkodean dengan menggunakan
sandi Reed-Solomon. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai prototipe
dan dasar pengembangan implementasi sandi RS dari GF(23) dengan koreksi galat ganda
baik yang bersifat acak maupun hamburan.
1.4 Batasan Masalah
Alat yang akan dibuat dibatasi :
1. Sebuah rangkaian penyandi RS (7,3)
2. Sebuah rangkaian sindrom
3. Sebuah rangkaian pembangkit galat
1.5 Metodologi Penelitian
Untuk dapat merencanakan dan membuat peralatan sistem ini, diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Mencari dan mempelajari literatur tentang permasalahan yang ada, cara kerja dan
sekaligus cara-cara merencanakan dalam membuat peralatan tersebut.
2. Perancangan peralatan menggunakan teori yang ada untuk mendapatkan
karakteristik yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
3. Pembuatan peralatan untuk setiap bagian sistem sesuai dengan fungsi masing-
masing dan diuji kesesuaiannya dengan hasil yang diharapkan. Bagian tersebut
selanjutnya disusun sebagai kesatuan yang utuh.
23
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian tugas akhir ini disusun dengan menggunakan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi judul, latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan
masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi dasar-dasar teori yang digunakan dalam pembuatan rangkaian digital
pendeteksi galat menggunakan sandi Reed-Solomon (7,3) dan penjelasan masing-
masingnya.
BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS
Bab ini berisi tentang penjelasan perancangan perangkat keras rangkaian digital
pendeteksi galat menggunakan sandi Reed-Solomon (7,3) yang meliputi spesifikasi
sistem dan cara kerja rangkaian.
BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi analisis dan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berisi
ide-ide untuk perbaikan atau pengembangan terhadap penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sandi Reed-solomon
Sandi Reed-Solomon (RS) pertama kali dipublikasikan oleh Irving Reed dan
Gustave Solomon sekitar tahun 1960. Sandi ini didasarkan pada perhitungan matematis
yang dikembangkan oleh Evariste Galois, seorang ahli matematika dari Perancis pada
tahun 1830. Pada tahun 1976, seorang ahli matematika E. Berlekamp menemukan
metode pengawasan sandi yang efisien. Sandi RS digunakan pada sistem komunikasi
modern, jaringan komputer dan sistem penyimpan magnetis karena keunggulannya dalam
mengoreksi banyak galat , baik akibat gangguan yang bersifat random maupun
hamburan.
Sandi Reed-Solomon merupakan sandi tak biner yang elemen-elemennya
membentuk suatu medan hingga (finite field) yaitu medan yang anggota-anggotanya
terbatas. Medan ini lebih dikenal sebagai medan Galois (GF). Setiap GF(q) mempunyai
sedikitnya sebuah elemen primitif. Elemen primitif yang biasanya diberi simbol α,
mempunyai sifat adalah bahwa semua elemen lain dalam medan, kecuali nol, dapat
diekspresikan sebagai bentuk pangkat dari α .
GF(2m) merupakan medan hingga yang terdiri dari 2m elemen dengan m adalah
bilangan bulat positif dengan anggota himpunan F sebagai berikut :
F = {0,1, α, α2, ….., 22 −m
α } …………….. ..(2-1)
Persamaan (2-1) merupakan representasi pangkat yang sesuai untuk operasi perkalian,
sedangkan representasi polinomial seperti tampak pada Tabel 2.1 sesuai untuk operasi
25
penjumlahan. Tabel 2.1 juga memperlihatkan bentuk m-tuple untuk anggota F dari
GF(23) yang dibangkitkan oleh polinomial p(X) = 1 + X +X3
Tabel 2.1 Tampilan himpunan dari GF( 23 ) yang dibangkitkan oleh
polinomial primitif p(X) = 1 + X + X3
Representasi Pangkat
Representasi Polinomial
Representasi m-tuple
Simbol Oktal
0 1 α α2 α3 α4 α5 α6
0 1 α α2 1+ α α + α2 1 + α + α2 1 + α2
( 0 0 0 ) ( 1 0 0 ) ( 0 1 0 ) ( 0 0 1 ) ( 1 1 0 ) ( 0 1 1 ) ( 1 1 1 ) ( 1 0 1 )
0 1 2 4 3 6 7 5
Daftar polinomial primitif untuk setiap tingkatan m dapat dilihat pada Tabel 2-2.
Tabel 2.2 Daftar polinomial primitif
m Polinomial M Polinomial 3 31 XX ++ 14 141061 XXXX ++++ 4 41 XX ++ 15 151 XX ++ 5 521 XX ++ 16 161231 XXXX ++++ 6 61 XX ++ 17 1731 XX ++ 7 731 XX ++ 18 1871 XX ++ 8 84321 XXXX ++++ 19 19521 XXXX ++++ 9 941 XX ++ 20 2031 XX ++ 10 1031 XX ++ 21 2121 XX ++ 11 1121 XX ++ 22 221 XX ++ 12 12641 XXXX ++++ 23 2351 XX ++ 13 13431 XXXX ++++ 24 24721 XXXX ++++
26
1b 12 −tb22 −tb
2b0b
0g 1g 2g 22 −tg 12 −tg
2.1.1 Penyandian Sandi Reed-Salomon
Penyandian merupakan proses penambahan sejumlah simbol paritas pada simbol
pesan. Sebuah sandi RS (n,k) dengan simbol dari GF(2m) mempunyai parameter-
parameter: :
n = 2m – 1 : panjang sandi ( pesan + cek paritas )
k = n - 2t : panjang pesan ( t = galat yang dapat dikoreksi)
n – k = 2t : panjang cek paritas
dmin = 2t+1 : jarak minimum antara sandi
Sandi RS merupakan sandi blok linear yang bersifat siklis. Pada sandi blok,
runtun simbol pesan dibagi ke dalam blok-blok pesan dengan panjang yang tetap.
Masing –masing blok pesan dinyatakan dengan u(X) yang terdiri dari k simbol pesan
sehingga total ada 2k pesan berbeda. Penyandi kemudian akan menambah pesan u(X)
tersebut dengan sejumlah simbol paritas sehingga menjadi kata sandi c(X) yang terdiri
dari n-tuple simbol dari GF(2m) dengan n>k. Dengan demikian jika ada 2k pesan, maka
akan ada 2k kata sandi.
Penyandi RS (n,k) menggunakan rangkaian register geser dengan menggunakan
flip-flop. Gambar rangkaian penyandi RS (n,k) secara umum bisa dilihat pada Gambar
2.1 .
Gambar 2.1 Diagram Penyandian sandi RS (n,k)
27
2.1.2 Pengawasandi Reed-Solomon
2.1.2.1 Menghitung Nilai Sindrom.
Saat proses pengiriman c(X) ada kemungkinan terjadi gangguan pada media
transmisi dan timbul galat, sehingga symbol r(X) yang diterima menjadi tidak sama
dengan c(X). Dengan demikian langkah pertama proses pengawasandi adalah
menentukan apakah r(X) sama dengan c(X) atau tidak, dengan cara menghitung nilai
sindrom S.
Sandi RS dengan kemampuan mengoreksi t galat akan mempunyai 2t sindrom
yaitu S = (S1, S2, . . . . , S2t). Jika representasi polinomial c(X) dan r(X) dituliskan
sebagai berikut :
c(X) = c0 + c1X + ……+cn-1Xn-1 ………………...(2-2)
r(X)= r0 + r1X + …….+rn-1Xn-1 ………………...(2-3)
maka sindrom dapat diperoleh dengan mensubtitusi αi kedalam r(X) sehingga diperoleh:
Si = r( αi )
= ∑=
v
ljl
e1
α(jl)i
= r0 + r1αi + r2 α2i + ….+ rn-1α(n-1)i .……………..(2-4)
untuk i = 1, 2, …, 2t
28
+
x
Register
jα
Data yang diterima jSSindrom
Sindrom Si juga bisa dihitung dari hasil pembagian antara r(X) dengan x + αi sebagai
berikut :
r(X) = Ci (X) (X + α ) + bi .……………..(2-5)
dengan Ci (X) adalah hasil bagi dan bi merupakan sisa hasil bagi. Jika X disubsitusikan
dengan αi akan diperoleh :
r(αi) = Ci (α) (αi + αi ) + bi .……………..(2-6)
= bi
Jadi Si = r(αi) = bi .……………..(2-7)
Sindrom merupakan sisa pembagian dari polinomial kata sandi yang diterima r(X)
dengan polinomial pembangkit g(X). Idealnya, jika tidak ada kesalahan, maka hasil
pembagian antara r(X) dengan g(X) menghasilkan nilai nol. Jika nilai sindrom tidak
bernilai nol, maka hal ini mengindikasikan adanya galat pada data yang diterima.
Rangkaian sindrom secara umum digambarkan pada Gambar 2.2 .
Gambar 2.2 Rangkaian pembangkit sindrom sandi RS
2.2 Gerbang Logika
Gerbang Logika (logic gate) merupakan dasar pembentuk sistem digital. Gerbang
logika beroperasi dengan bilangan biner. Oleh karena itu gerbang tersebut disebut
29
gerbang logika biner. Tegangan yang digunakan dalam gerbang logika adalah tinggi
(high) atau rendah (low). Tegangan tinggi berarti biner 1 sedangkan tegangan rendah
berarti biner 0. Harus kita ingat bahwa gerbang logika merupakan rangkaian elektronika.
Rangkaian ini hanya tanggap terhadap tegangan tinggi (yang disebut satuan) atau
tegangan rendah (tegangan tanah) yang disebut nol.
Semua sistem digital disusun hanya menggunakan tiga gerbang logika dasar.
Gerbang-gerbang dasar ini disebut gerbang AND, gerbang OR dan gerbang NOT.
2.2.1 Gerbang AND
Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan
mempunyai logika 1. Jika tidak maka akan menghasilkan logika 0.
1
23
A
BY
Gambar 2.3 Simbol gerbang AND
Simbol logika standar untuk gerbang AND digambarkan pada Gambar 2.3.
Simbol ini menunjukkan masukan sebagai A dan B, sedangkan keluaran dinyatakan
sebagai Y. Simbol tersebut merupakan simbol untuk suatu gerbang AND 2-masukan.
Tabel kebenaran untuk gerbang AND 2-masukan ini ditunjukkan pada Tabel 2-3.
Masukan-masukan ditunjukkan sebagai digit biner (bit). Pernyataan logika untuk
rangkaian logika pada Gambar 2.3 adalah:
A.B = Y …………………(2-8)
30
1
23 Y
A
B
Tabel 2.3 Tabel kebenaran gerbang logika AND, NAND, OR, XOR
Masukan Keluaran A B AND NAND OR XOR 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
Tabel 2.4 Tabel kebenaran gerbang logika NOT
Masukan A Keluaran Y
0
1
1
0
2.2.2 Gerbang OR
Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada
keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam
keadaan 0.
Gambar 2.4 Simbol gerbang OR
Simbol logika standar untuk suatu gerbang OR digambarkan pada Gambar 2.4. Tabel
kebenaran untuk gerbang OR 2-masukan ditampikan pada Tabel 2.3. Dalam aljabar
Boolean, persamaan untuk gerbang OR dapat ditulis sebagai berikut :
A+B = Y ………………..(2-9)
2.2.3 Gerbang X-OR (Exclusive-OR)
Gerbang XOR akan memberikan keluaran 1 jika masukan-masukannya
mempunyai keadaan yang berbeda. Tabel kebenarannya terlihat pada Tabel 2.3. Dari
31
AB
Y
A
B
Tabel tersebut dapat dilihat bahwa keluaran pada gerbang XOR merupakan penjumlahan
biner dari masukannya. Simbol logika gerbang X-OR dua masukan dapat dilihat pada
Gambar 2.5
Gambar 2.5 Simbol logika gerbang X-OR
Dalam aljabar Boolean, persamaan untuk gerbang X-OR dapat ditulis sebagai berikut :
Y = A⊕B ………………….(2-10)
2.2.4 Gerbang NAND
Gerbang NAND adalah gerbang logika dasar digital yang hanya akan
memberikan keluaran rendah (logika 0) bila kedua masukannya tinggi (logika 1). Pada
Gambar 2.6 memperlihatkan simbol gerbang NAND.
Gambar 2.6 Simbol gerbang logika NAND
Pernyataan Boolean untuk gerbang NAND adalah sebagai berikut:
Y=A.B …………….(2-11)
Gerbang logika standar untuk gerbang NAND mempunyai masukan A dan B,
sedangkan keluaran dinyatakan sebagai Y. Simbol tersebut merupakan simbol gerbang
NAND dengan 2 masukan. Tabel kebenaran untuk gerbang NAND terlihat pada Tabel
2.3. Pada Tabel 2.3, masukan – masukan ditunjukkan sebagai digit biner ( bit ).
32
8 9
Keluaran akan menjadi rendah ( logika 0 ) hanya bila kedua masukan A dan B adalah
tinggi ( logika 1 ). Biner 0 menyatakan tegangan rendah dan biner 1 menyatakan
tegangan tinggi.
2.2.5 Gerbang NOT
Gerbang NOT merupakan gerbang satu masukan yang berfungsi sebagai pembalik
(inverter). Jika masukannya tinggi, maka keluarannya rendah, dan sebaliknya. Tabel
kebenaran dari gerbang NOT tersaji pada Tabel 2.4. Gerbang NOT disimbolkan seperti
pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Simbol logika NOT
Aljabar Boolean untuk gerbang NOT adalah sebagai berikut :
Y = A …………………………(2-12)
2.3 Pencacah
Dalam elektronika digital, pencacah merupakan rangkaian yang sangat
penting yang berguna sebagai logika pengurut. Pencacah digital mempunyai karakteristik
yang penting yaitu:
1. Modulus pencacah/ jumlah hitungan maksimum.
2. Menghitung ke atas atau ke bawah.
3. Operasi asinkron atau sinkron.
33
Clock
VccPreset
J
CLK
K
Q
Q
PR
CL
J
CLK
K
Q
Q
PR
CL
LED B LED C
J
CLK
K
Q
Q
PR
CL
LED A
Pencacah digital hanya akan mencacah atau menghitung dalam kode biner dimana
akan menghitung 000 sampai 111 untuk 3 bit. Perhitungan jumlah maksimum dari
pencacah disebut modulus. Modulus dari suatu pencacah adalah jumlah hitungan yang
dilaluinya. Gambar 2.8 adalah contoh pencacah modulo-7 dengan menggunakan JK flip-
flop. Hitungan setelah cacahan ke-6 akan kembali ke nilai awal lagi.
Gambar 2.8 Rangkaian Pencacah maju Modulus 7
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran Pencacah maju Modulus 7
Clock C B A 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 1 0 3 0 1 1 4 1 0 0 5 1 0 1 6 1 1 0 7 0 0 0
Cacahan normal setelah 110 adalah 111 . Agar 111 terlompati menjadi 000
maka keluaran dari flip flop A, B, C diumpanbalik menggunakan gerbang NAND.
34
Keluaran dari gerbang NAND akan terhubung dengan clear pada masing-masing flip flop.
Dengan demikian setelah clock ke- 7 tiba semua flip flop akan direset.
2.4 Multiplexer
Multiplexer merupakan suatu selektor data dengan satu keluaran dan banyak
masukan. Multiplexer bekerja untuk memilih salah satu dari beberapa (n) masukan data,
guna dikirimkan melalui satu saluran saja. Multiplexer dibangun menggunakan beberapa
gerbang logika dasar. Contoh sederhana multiplexer 4 ke 1 ditunjukkan pada Gambar 2.9
Gambar 2.9 Multiplexer 4 ke 1
0S dan 1S digunakan untuk menyeleksi masukan mana yang akan dikeluarkan melalui
keluaran Y. Misalnya jika masukan 00 ke 0S dan 1S , maka gerbang AND yang terhubung
dengan logika 1 dari selektor adalah gerbang 1. Sehingga keluaran dari gerbang 1 akan
sama seperti masukannya yaitu 0X , sedangkan keluaran dari gerbang 2, gerbang 3, dan
S1
1
2
3
4
Y
S0
X0
X1
X2
X3
35
gerbang 4 akan bernilai logika 0. Kemudian keluaran dari gerbang-gerbang tersebut di
OR kan sehingga didapat keluaran Y = 0X . Untuk lebih jelasnya terdapat dalam Tabel
2.6
Tabel 2.6 Tabel kebenaran multiplexer 4 ke 1
Selektor
Masukan S0 S1
Keluaran
(Y)
X0, X1, X2, X3
X0, X1,X2, X3
X0, X1, X2, X3
X0, X1, X2, X3
0
0
1
1
0
1
0
1
X0
X1
X2
X3
2.5 Register
2.5.1 Register Geser (Shift Register)
Register geser berfungsi untuk menggeser data baik itu ke kiri maupun ke kanan dan
juga sebagai penyimpanan data sementara. Elemen penyimpan dasar adalah flip-flop.
Setiap flip-flop menyimpan sebuah bit data. Sehingga, untuk menyimpan data n-bit,
diperlukan n buah flip-flop yang tersusun sedemikian rupa dalam bentuk register geser.
Data biner dapat dipindahkan secara seri atau paralel. Dalam mode seri, bit-bit
dipindahkan secara berurutan satu persatu: b0, b1, b2, dan seterusnya. Dalam mode
paralel, bit-bit dipindahkan secara serempak sesuai dengan cacah jalur paralel ( empat
untuk empat bit ) secara sinkron dengan sebuah pulsa dari sistem detak. Ada empat
kategori register geser yaitu :
1. Serial masuk, serial keluar.
2. Serial masuk, paralel keluar.
36
Clear
Clock
Data Seri
D CLK
Q CL D
CLK
Q
CL
D
CLK
Q
CL
D
CLK
Q
CL
A B C D
D CBA
3. Paralel masuk, seri keluar.
4. Paralel masuk, paralel keluar.
Tampilan Register geser 4 bit dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Register geser 4 bit masukan seri – keluaran parallel
Pada register geser serial masuk paralel keluar, data MSB dimasukkan terlebih
dahulu. Saat pulsa clock pertama tiba, maka flip flop A akan terisi data MSB. Ketika
pulsa clock kedua tiba, maka flip flop B akan terisi data flip flop A dan flip flop A akan
terisi oleh data masukan berikutnya. Ketika pulsa clock ketiga, tiba maka flip flop C akan
terisi oleh data flip flop B dan flip flop B akan terisi oleh data flip flop A dan flip flop A
akan terisi oleh data masukan berikutnya. Ketika pulsa clock keempat tiba, maka flip flop
D akan terisi data pada flip flop C, flip flop C akan terisi data flip flop B, flip flop B akan
terisi data flip flop A dan flip flop A akan terisi data masukan berikutnya.
Jadi jika data masukan 4 bit maka pulsa clock yang dibutuhkan adalah 4 kali.
Sedangkan clear berfungsi untuk menolkan (me-reset) data pada setiap flip flop. Clear
akan bekerja jika berlogika 1.
37
2.6 Saklar
Saklar merupakan perangkat yang digunakan untuk mendefinisikan suatu
masukan, sebagai pemilih data mana yang akan dikirimkan terlebih dahulu pada
rangkaian multiplexer dan sebagai pemberian galat. Pada saklar, apabila tombol dibiarkan
off yaitu saat posisi tombol saklar menuju ke bawah, maka nilainya adalah 0. Jika tombol
on yaitu saat tombol saklar menuju ke atas, maka terhubung ke tegangan masukan yaitu 5
V dan bisa dikatakan bahwa saklar berlogika 1.
(a) (b)
Gambar 2.11 Saklar
Saklar pada Gambar 2.11 (a) menunjukkan bahwa saklar akan on jika kaki 1 dan
kaki 2 terhubung. Gambar 2.11 (b) menunjukkan bahwa saklar akan on jika kaki 2
dan kaki 3 terhubung.
2.7 LED (Light Emiting Diode)
LED (Light Emitting Dioda) merupakan dioda yang dapat mengeluarkan emisi
cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama
dengan dioda. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang
dipakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan
warna cahaya yang berbeda pula. Simbol LED ditunjukkan pada Gambar 2.12.
1 2 3 321
38
s
ledcc
RVVI −
=
Gambar 2.12 Simbol LED
LED sering dipakai sebagai indikator yang masing-masing warna bisa memiliki arti
yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga bisa berarti lain. LED dalam bentuk
susunan (array) bisa menjadi display yang besar. Dikenal juga LED dalam bentuk tujuh
segmen atau ada juga yang 14 segmen. Biasanya digunakan untuk menampilkan angka
numerik dan alphabet. Kecerahan LED tergantung dari arusnya. Dalam hal ini arus LED
diberikan oleh :
..........................................(2-13)
Arus yang dibutuhkan LED sekitar 10mA – 20mA, dan tegangan yang dibutuhkan
untuk menghidupkan LED antara 1 volt sampai 2 volt. Agar LED yang digunakan dapat
menyala, maka diberikan suatu pembatas arus yang melewati LED yaitu dibatasi dengan
resistor. Resistor dapat dipasangkan secara seri dengan LED seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.13.
LED
R
VCC
s ledI
Gambar 2.13 Rangkaian LED
39
2.8 Penambah
Penambah berfungsi untuk menambahkan bit pada pengawasandi dan deteksi
galat. Hasil penambahan kemudian dimasukkan dalam register yang kemudian akan
menjadi isi register. Operasi penjumlahan modulo-2 dilambangkan dengan tanda ⊕ .
Dalam medan biner, aturan untuk penjumlahan ditunjukkan dalam Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Tabel operasi penjumlahan modulo 2
Penjumlahan
0 ⊕ 0 = 0
0 ⊕ 1 = 1
1 ⊕ 0 = 1
1 ⊕ 1 = 0
Bila dilihat dari Tabel 2.7 maka operasi penjumlahan modulo-2 dapat
menggunakan gerbang XOR.
2.9 Penyandi BCD ke Tujuh Segmen
Sebelum segmen dinyalakan, keluaran sistem digital harus diubah ke dalam
isyarat yang sesuai untuk menyalakan tampilan. Masukan dari sistem digital yang
biasanya dalam bentuk sandi biner (BCD) harus diubah menjadi isyarat tujuh jalur untuk
menyalakan masing-masing segmen. Perubahan ini dilakukan oleh penyandi BCD ke
tujuh segmen. Sebagai contoh, jika karakter 2 akan ditampilkan maka jalur keluaran S0,
40
S1, S3, S4, S6 akan diset berlogika satu untuk menghidupkan LED yang sesuai dengan
segmen S0, S1, S3, S4, S6. Jalur yang lain tetap berlogika nol. Tabel 2.8 menunjukkan
jalur-jalur yang harus diaktifkan untuk membentuk karakter yang dimaksud.
Tabel 2.8 Jalur segmen yang aktif
Masukan BCD
Q3 Q2 Q1 Q0 Segmen yang diaktifkan Tampilan
0 0 0 0 S0,S1,S2,S3,S4,S5
0 0 0 1 S1,S2
0 0 1 0 S0,S1,S3,S4,S6
0 0 1 1 S0,S1,S2,S3,S6
0 1 0 0 S1,S2,S5,S6
0 1 0 1 S0,S2,S3,S5,S6
0 1 1 0 S0,S2,S3,S4,S5,S6
0 1 1 1 S0,S1,S2
1 0 0 0 S0,S1,S2,S3,S4,S5,S6
1 0 0 1 S0,S1,S2,S3,S5,S6
2.10 Tujuh Segmen
Pada dasarnya penampil tujuh segmen terdiri dari tujuh buah LED (Light
Emmitting Diode). Menurut cara pemberian tegangan maka suatu tujuh segmen terdiri
dari dua macam, yaitu common anoda dan common katoda. Perbedaan antara keduannya
hanya terletak pada penyambungan antara LED yang terdapat pada segmen yang satu
41
Common
S
SS
S
S
SCommon
S
SS
S
S
S
dengan yang lain. Pada common anoda, anoda dari ketujuh LED terhubung menjadi satu
(Gambar 2.14a) sedangkan pada common katoda, katoda dari ketujuh LED yang
terhubung menjadi satu (Gambar 2.14b).
Pada umumnya, ketujuh LED pada seven segment diberi label S0 sampai S6
seperti disajikan pada Gambar 2.15. Ketujuh LED itu merupakan cacahan segmen
minimum yang diperlukan untuk menampilkan angka 0 sampai 9 seperti diilustrasikan
pada Gambar 2.16.
a) Common Anoda b) Common Katoda
Gambar 2.14 Untai penampil tujuh segmen
42
S0
S1
Gambar 2.15 Penampil tujuh segmen
Gambar 2.16 Tujuh segmen dalam digit desimal
2.11 Pembanding / Comparator
Pembanding atau komparator adalah rangkaian yang membandingkan besaran
masukan dengan suatu taraf referensi (atau dengan masukan lain) dan menghasilkan
suatu perubahan keadaan di keluaran bila salah satu masukan melampaui yang lain. Jenis
pembanding ada dua, yaitu pembanding analog dan pembanding digital. Yang akan
dibahas disini adalah pembanding digital.
Pembanding digital adalah rangkaian logika yang dipakai untuk menentukan jika
ada dua bilangan biner yang sama atau yang mempunyai besaran yang lebih besar.
Diasumsikan data yang dibandingkan adalah bit tunggal maka dari Tabel 2.9 dapat
dibandingkan masukan dari A dengan masukan dari B. Rangkaian pembanding dapat
dilihat pada gambar 2.17.
S6
S2
S3
S4
S5
43
Tabel 2.9 Tabel kebenaran pembanding (comparator)
A B
C A>B
D A<B
E A=B
0 0 0 0 1
0 1 0 1 0
1 0 1 0 0
1 1 0 0 1
(A=B)E
(A<B)D
(A>B)C
B
A
Gambar 2.17 Rangkaian pembanding besaran
Contoh IC yang dapat membandingkan hingga 4 bit adalah 74LS85 yang
ditunjukkan pada Gambar 2.18. Pembanding yang besarnya 4-bit ini memberikan tiga
keputusan (keluaran) terhadap dua kata 4-bit (masukan) yang dibandingkan yaitu A<B,
A>B atau A=B. Gambar rangkaian dari IC 74LS85 ini dapat dilihat pada Gambar 2.19.
44
74LS85
101213159
11141234
765
A0A1A2A3B0B1B2B3A<BiA=BiA>Bi
A<BoA=BoA>Bo
Gambar 2.18 IC 74LS85
A3B3
A2B2
A1B1
A0B0
9
10
11
12
14
13
15
1
234
A<BA=BA>B
A>B
A=B
A<B
5
6
7
Gambar 2.19 Gambar rangkaian dari komparator IC 74LS85
45
2.12 Peta Karnaugh
Fungsi dari peta Karnaugh adalah untuk menyederhanakan perancangan untai digital.
Peta Karnaugh berisi semua kemungkinan kombinasi dari sistem logika. Kombinasi ini
dirangkai ke dalam bentuk tabel. Peta yang paling sederhana terdiri dari dua buah
masukan atau peubah A dan B, seperti disajikan pada Gambar 2.20 a . Kolom menyajikan
masukan A, dengan kolom di sebelah kiri menyajikan A = 0 dan kolom sebelah kanan
menyajikan A = 1. Masukan B akan dituliskan pada baris, dengan baris pertama
menunjukan B = 0, dan baris kedua menunjukan B = 1.
Dari empat kotak sel yang tersusun akan menyajikan semua kemungkinan nilai
masukan, yaitu 22 = 4 buah masukan. Untuk suatu ungkapan Boole, keluaran ungkapan
tersebut akan dituliskan di dalam sel yang sesuai dengan masukannya. Sebagai contoh,
dari ungkapan
BABAF .. +=
maka peta Karnaugh seperti terlihat pada Gambar 2.20 b). Logika 1 ditempatkan didalam
sel sesuai dengan bagian pertama dari ungkapan tersebut, BA. maka 1 ditempatkan di
dalam sel A = 1 dan B = 0. Hal ini diulang untuk bagian kedua dari ungkapan tersebut,
BA. pada A = 1 dan B = 0. Sisa sel yang lain boleh dibiarkan kosong atau diisi dengan 0.
Angka 1 yang berdekatan kemudian dikelompokan seperti pada Gambar 2.20 c).
Dalam kelompok tersebut dapat dilihat bahwa A tidakakan berubah, yaitu tetap
pada logika 1. Tetapi B dapat bernilai 1 atau 0 tanpa mempengaruhi keluarannya.
Sehingga ungkapan di atas dapat direduksi menjadi F=A. Penyederhanaan ini dapat di
gambarkan dengan membuat tabel kebenarannya.
46
a ) b) c )
Gambar 2.20 Peta Karnaugh
47
BAB III
PERANCANGAN
Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu sistem pendeteksian galat untuk
sandi Reed-Solomon (7,3). Perancangan sistem penyandian dan pengawas sandi RS (7,3)
ini akan dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu rangkaian penyandi, rangkaian pembuat
galat sebagai reperesentasi adanya e(X), serta rangkaian sindrom sebagai tempat
pendeteksian ada tidaknya galat pada simbol data digital yang terkirim.
3.1 Diagram Blok Penyandian Sandi Reed-Solomon (7,3)
Bentuk diagram kotak sistem secara umum ditunjukan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram kotak sistem Sandi RS (7,3)
Saklar sebagai
masukanPenyandi
3 LED 3 LED
Pembuat galat Deteksi
4 LED
Control
BCD To 7-Segment
Driver
48
Sebuah simbol yang terdiri dari 3 bit data akan dimasukkan sebagai masukan
melalui 3 buah saklar dan ditampilkan dengan 3 buah LED. Sedangkan polinomial
pembangkit digunakan untuk membangkitkan bit paritas untuk mengoreksi galat. Bit
paritas ini akan dikirimkan secara bersamaan dengan bit data.
Pada pengiriman ini, simbol yang terkirim menjadi 7 simbol yaitu terdiri dari 3
simbol pesan dan 4 simbol paritas. Kemudian data tersandi masuk pada rangkaian
pembuat galat yang akan mengubah data yang masuk. Rangkaian pendeteksi galat
(rangkaian sindrom) akan mengecek apakah data yang diterima dari penyandi terdapat
galat atau tidak. Jika terdapat galat, maka LED akan menyala. Demikian pula bila data
yang diterima tidak mengandung galat, maka LED akan mati.
Dalam perancangan ini LED digunakan sebagai penampil, baik masukan maupun
keluaran. Agar LED yang digunakan dapat menyala, maka diberikan suatu pembatas arus
yang melewati LED berupa resistor. Bila arus untuk menghidupkan LED adalah 1,7 volt,
dan arus yang dibutuhkan adalah 10mA, maka :
Ω=
=
⋅−
=
−=
−
33001,03,31010
)7,15(
)(
3
IVVCCR LED
Pemilihan resistor ini untuk menjaga agar LED tidak mudah putus.
49
3.2 Perancangan Rangkaian Penyandi
Parameter-parameter untuk sandi RS(7,3) adalah sebagai berikut :
1. Elemen-elemen simbol berasal dari GF(23), berarti setiap simbol
terdiri atas 3 bit.
2. Panjang kata sandi = n = 7 simbol
3. Panjang pesan = k = 3 simbol
4. Panjang cek paritas = n-k = 4 simbol
5. Jumlah maksimum galat yang bisa dikoreksi = t = 21 ( n – k ) = 2
simbol
6. Jarak minimum = dmin = 5
7. Polinomial primitif= p(X) = 1 + X + X3
8. Generator polinomial : g(X) = ))()()(( 432 αααα ++++ XXXX
Bentuk g(X) sesuai Tabel 2.1 dapat dituliskan kembali menjadi :
g(X)= 43323 xxxx ++++ ααα ……………(3-1)
Persamaan ini diperoleh melalui perhitungan seperti berikut ini :
))()()(()( 432 αααα ++++= xxxxXg
= ])(][)([ 7432322 αααααα ++++++ xxxx
= ))(( 762342 αααα ++++ xxxx
= 10932111024372634 αααααααα ++++++++ xxxxxxxx
= 10911310724634 )()()( αααααααα ++++++++ xxxx
= 43323 xxxx ++++ ααα
50
3α 3αα
Tahapan proses penyandian dapat dituliskan dalam diagram kotak seperti
Gambar 3.2.
Pada Gambar3-2 tersebut terdapat rangkaian penjumlah dan pengali konstanta
GF(23). Rangkaian penjumlah GF(23) merupakan penjumlah mod-2 sehingga dapat
diimplementasikan dengan gerbang XOR. Pengali konstanta GF(23) mengalikan simbol
pesan u(X) dengan koefesien generator paritas.
Gambar 3.2 Diagram kotak penyandi sandi RS(7,3)
Implementasi rangkaian pengali GF(23) dengan masing-masing koefisien tersebut
adalah sebagai berikut :
Untuk simbol pesan yang terdiri atas 3 bit dapat dituliskan sebagai :
),,( 210 aaaus = …………………………….(3-2)
maka representasi polinomialnya adalah :
2210)( ααα aaaus ++= …………………………….(3-3)
sehingga jika simbol pesan su dikalikan dengan generator paritas persamaan (3-1),
maka perkalian dengan masing-masing koefisien dapat dituliskan sebagai berikut :
51
1. Perkalian 3α . )(αsU
3α . )(αsU = 52
41
30 ααα aaa ++
= )1()()1( 22
210 ααααα ++++++ aaa
= 2222
21100 ααααα aaaaaaa ++++++
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++ …………….(3-4)
Jika persamaan diatas ditulis dalam bentuk 2αα CBA ++ , maka bentuk
matematis persamaan tersebut dapat diimplementasikan menggunakan gerbang logika
XOR seperti Gambar 3.3. :
C
B
Aa0
a1
a2
a0a2
a2a1
Gambar 3.3 Gambar bentuk rangkaian persamaan 3-4.
2. Perkalian α . )(αsU
α . )(αsU = 32
210 ααα aaa ++
= )1(22
10 ααα +++ aaa
= ααα 222
10 aaaa +++
= 21202 )()()( αα aaaa +++ …………….(3-5)
52
Jika persamaan diatas ditulis dalam bentuk 2αα CBA ++ , maka bentuk
matematis persamaan tersebut dapat diimplementasikan menggunakan gerbang logika
XOR seperti Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Gambar bentuk rangkaian persamaan 3-5.
3.2.1 Perancangan Rangkaian Gate
Gate pada Gambar 3.2 digunakan untuk memasukkan hasil penjumlahan 3 simbol
pesan dan isi register ke-4 ke dalam rangkaian pengali konstanta GF(23). Saat kendali
gate = 1, simbol pesan su = ),,( 210 aaa satu persatu digeser masuk ke rangkaian dan
secara bersamaan juga masuk ke dalam saluran komunikasi atau sebagai )(Xc .
Pergeseran simbol pesan ke dalam rangkaian yang dilakukan dari bagian akhir (front end)
sama artinya seperti mengalikan su )(α dengan 4X . Kendali gate akan berubah menjadi
0 setelah 3 pulsa clock . Pada saat itu keempat register merupakan simbol paritas karena
merupakan sisa hasil bagi )(Xb , antara knX − dengan )(xg .
Berikut ini akan ditunjukkan perancangan Gate menggunakan Tabel kebenaran
dan peta Karnough, dengan K adalah kendali Gate. Jika K bernilai 0 maka switch akan
terbuka (off) dan jika K bernilai 1 maka Gate akan tertutup (on).
a2a0a2a1
A
B
C
53
D2
D1
D0
KENDALI
OUTPUT
OUTPUT
OUTPUT
D0
KOUTPUT
D0
D0
K K
0 0
0 1
Tabel 3.1 Tabel kebenaran Gate
Kendali (K)
Data (D0)
Keluaran
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Dari Tabel 3.1 dapat dibuat peta Karnough sebagai berikut.
Dari peta karnough diatas didapat D·K yang dapat diimplementasikan dalam rangkaian
digital menggunakan gerbang AND sebagai berikut.
Gambar 3.5 Rangkaian digital Gate
Karena terdapat 3 bit data, maka terdapat 3 gerbang and dua masukan seperti pada
Gambar 3.5 sebagai Gate. Rangkaian Gate selengkapnya ditunjukan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Rangkaian lengkap Gate
54
3.2.2 Perancangan Rangkaian Multiplekser
Multiplekser 3 bit pada Gambar 3.2 digunakan untuk mengatur pengiriman antara
simbol paritas dan simbol pesan ke saluran komunikasi sebagai )(Xc .
Proses pertama saat kendali (K) bernilai 0 maka keluaran multiplekser adalah
data. Saat kendali (K) bernilai 1 maka keluaran multiplekser adalah paritas. Selama clock
ke-1 samapai clock ke-3, kendali bernilai 0, sehingga multiplekser akan memilih data
sebagai keluarannya, sedangkan pada saat clock ke-4 sampai clock ke-7, multiplekser
akan memilih paritas sebagai keluarannya. Berikut ini akan ditunjukkan perancangan
Multiplekser menggunakan Tabel Kebenaran dan peta Karnough.
Tabel 3.2 Tabel kebenaran Multiplexer
Kendali (K)
Data (D0)
Paritas
(P0) Keluaran
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 1 1
55
Ken
dali
D0
P0c(X)0
12
Dari Tabel 3.2 dapat dibuat peta Karnough sebagai berikut:
Dari peta Karnough di atas didapat D0· K + P0· K yang dapat diimplementasikan dalam
rangkaian digital seperti ditunjukan pada Gambar 3.7. :
Gambar 3.7 Rangkaian multiplexer
K K
D0
D0
D0
P0
P0
P0
P00
D0 1
1
0
0 0
0
1
1
56
A B
U25A
74LS08
1
23
U24A
74LS08
1
23
U23A
74LS08
1
23
U22A
74LS08
1
23
U31A
74LS05
12
U30A
74LS32
1
23
U29A
74LS32
1
23
U28A
74LS32
1
23
U27A
74LS08
1
23
U26A
74LS08
1
23
P0
P1
P2
D2
D0
D1
Kendali
c(X)0
c(X)1
c(X)2
SYMBOL
PARITAS
Untuk Rangkaian lengkap multiplekser ditunjukan pada Gambar 3.8.:
Gambar 3.8 Gambar Rangkaian lengkap multiplexer
3.2.3 Perancangan Rangkaian Komparator sebagai pengendali
gate dan multiplexer
Keluaran yang diinginkan dari unit kendali adalah ketika data terkirim yang
berjumlah 3 simbol sudah semua terkirim, maka isi register terakhir akan digunakan
sebagai keluaran (simbol paritas). Gambar diagram pewaktuan kendali RS(7,3)
ditunjukan pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Diagram pewaktuan kendali sandi RS (7,3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 clock keluaran
57
VCCU18
74LS85
101213159
11141234
765
A0A1A2A3B0B1B2B3A<BA=BA>B
A<BA=BA>B
U17
74LS93
141
23
129811
AB
R0(1)R0(2)
QAQBQCQD
CLOCK
CLK REGISTER
MUX 3 BIT
A>3
Keterangan :
A : Gate terbuka , Multiplekser pilih data sebagai keluaran
B : Gate tertutup, Multiplekser pilih paritas sebagai keluaran
Untuk mendapatkan keluaran yang demikian, maka unit kendali dapat dibuat
menggunakan komparator. Komparator ini digunakan sebagai pengatur keluaran data
yang akan dikirimkan. Gambar 3.10 akan menampilkan rangkaian komparator sebagai
pengatur keluaran data yang akan dikirimkan. Komparator ini dapat diimplementasikan
menggunakan IC 74LS85.
Gambar 3.10 Rangkaian Komparator
Masukan B (B0, B1, B2, B3) akan diberi data 0123
0100BBBB
dengan cara
menyambungkan ke Vcc untuk mendapatkan nilai 1 dan ke ground untuk mendapatkan
nilai 0. Masukan A (A0, A1, A2, A3) akan di beri data QA, Q B, QC, QD yang merupakan
keluaran dari counter. Keluaran yang digunakan adalah keluaran A>B.
Komparator ini dibuat untuk memilih data yang akan dikeluarkan. Data yang
dikirim berjumlah 3 simbol, jadi clock yang dibutuhkan adalah 3 clock. Clock akan
menjalankan counter.
Ketika counter mencacah dari 0 sampai 2, clock yang dibutuhkan sebanyak 3
clock, maka keluaran dari komparator akan bernilai 0. Dan setelah cacahan ke 2, keluaran
58
+5V
U1A
74LS86
123
U1B
74LS86
456
U2A
74LS86
123
U15
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U3A
74LS86
1
23
U3B
74LS86
4
56
U3C
74LS86
9
108
U4D
74LS86
12
1311
U5B
74LS86
4
56
U5A
74LS86
1
23
U12
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U4C
74LS86
9108
U4A
74LS86
1 23
U7B
74LS08
4
56
U7A
74LS08
1
23
U8B
74LS08
4
56
U7D
74LS08
12
1311
U7C
74LS08
9
108
U13
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U5C
74LS86
9
108
U11C
74LS32
9
108
J4
TOMBOL RESET 1
U11B
74LS32
4
56
U8A
74LS08
1
23
U6A
74LS86
1
23
U11A
74LS32
1
23
R1560
U17
74LS93
141
23
129811
AB
R0(1)R0(2)
QAQBQCQD
U10E
74LS04
11 10
U5D
74LS86
12
1311
R1560
U10C
74LS04
56
U3D
74LS86
121311
U10A
74LS04
12
U4B
74LS86
456
U10B
74LS04
34
U10F
74LS04
13 12
U9B
74LS08
4
56
J4
TOMBOL CLOCK
1
J3
CON3
123
J2
INPUT_TOMBOL
123
J4
OUTPUT RESET
1
U9C
74LS089
108
J4
OUTPUT CLOCK1
R2
R
R8
R
R7
R
R6
R
R5
R
R4
R
U27B
7408
4
56
R3
R
U2B
74LS86
4
56
U19
74LS47
7126453
1312111091514
16
8
1248BI/RBORBILT
ABCDEFG
VCC
GND
U8C
74LS08
9
108
U9A
74LS08
1
23
U8D
74LS08
12
1311
U14
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U9D
74LS08
12
1311
U2D
74LS86
12
1311
J5
7_SEG
1234567
U2C
74LS86
9
108
U1D
74LS86
121311
U10D
74LS04
9 8
U1C
74LS86
9108
U27A
7408
1
23
U18
74LS85
101213159
11141234
765
16
8
A0A1A2A3B0B1B2B3A<BA=BA>B
A<BA=BA>B
VCC
GND
a1
a0
a2
a1a0
a2
a1a0
a2
a0
a2
a0
LSB
a1a0
MSB
a2
a0
REG 1
a2
REG 2
a2
REG 3a2
a0
REG 4a2
a0
a0
a2
a0
a2
a0
a1
a2a1
a2
a0
a2
a2
a1
a0
a1
a0
Common Anode
kompartor akan bernilai 1. Ketika komparator bernilai 1 maka isi register terakhir akan
keluar.
Sistem penyandi ini membutuhkan 7 pulsa clock untuk membentuk )(Xc . Tiga
clock pertama digunakan untuk mengirim simbol pesan kemudian 4 clock berikutnya
digunakan untuk mengirim simbol paritas dengan cara menggeser masing-masing
register. Rangkaian logika penyandi sandi RS(7,3) selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 3.11 seperti berikut ini:
Gambar 3.11 Rangkaian penyandi sandi RS (7,3)
59
3. 3 Perancangan Pencacah / Counter Modulo 7
Dalam perancangan ini counter yang dibutuhkan adalah modulo 7. Penentuan
modulo ini berdasarkan atas jumlah clock yang dibutuhkan dalam proses penyandian.
Counter dibuat dengan JK flip flop yang menggunakan metode umpan balik
menggunakan gerbang NAND. Tabel urutan perhitungan modulo 7 ditunjukan pada Tabel
3.3. Berikut ini akan dibahas pembuatan counter menurut perhitungan digital.
Tabel 3.3 Urutan perhitungan modulo 7
Clock C B A 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 1 0 3 0 1 1 4 1 0 0 5 1 0 1 6 1 1 0 7 0 0 0
Gambar 3.12 Gelombang keluaran counter modulo 7
Cacahan normal setelah 110 adalah 111 . Agar 111 terlompati menjadi 000
maka keluaran dari flip flop A,B,C diumpan balik menggunakan gerbang NAND.
Keluaran dari gerbang NAND akan terhubung dengan clear pada masing-masing flip flop.
Dengan demikian setelah clock ke- 7 tiba semua flip flop akan direset. Gambar bentuk
gelombang keluaran counter modulo 7 ditunjukan pada Gambar 3.12. Gambar lengkap
dari rangkaian pencacah maju modulo 7 ditunjukan pada Gambar 3.13.
60
Clock
VccPreset
J
CLK
K
Q
Q
PR
CL
J
CLK
K
Q
Q
PR
CL
LED B LED C
J
CLK
K
Q
Q
PR
CL
LED A
Gambar 3.13 Rangkaian pencacah maju modulo 7
3.4 Perancangan Rangkaian Pembuat Galat
Proses pengiriman data dari penyandi dan proses deteksi galat pada rangkaian
deteksi (rangkaian sindrom) dilakukan secara paralel. Sebagai reperesentasi adanya e(X),
maka diantara rangkaian penyandi dan rangkaian sindrom dibuat rangkaian pembuat
galat.
Rangkaian pembuat galat berfungsi untuk merubah data yang dikirimkan oleh
penyandi. Pada rangkaian ini, data yang diterima dari penyandi c(X) yang terdiri dari 3
bit data akan ditampilkan menggunakan LED, lalu satu atau dua bit data atau semua bit
data akan di ubah menjadi komplemennya agar tidak sama seperti data aslinya.
Selanjutnya data yang sudah digalatkan tersebut ditampilkan dengan LED. Kemudian
data yang dibuat galat tersebut dikirimkan ke rangkaian deteksi galat (rangkaian
sindrom).
61
3.4.1 Tampilan Rangkaian Pembuat Galat
Gambar 3.14 Tampilan rangkaian Pembuat Galat
Dari Gambar 3.14 terlihat bahwa data masukan dari penyandi akan ditampilkan
dahulu ke LED-1, LED-2, dan LED-3. Galat akan dibangkitkan dari Saklar geser1,
Saklar geser 2, dan Saklar geser 3, kemudian setelah galat dibangkitkan data yang telah
diberi galat akan ditampilkan pada LED-4, LED-5 dan LED-6. Selanjutnya data yang
telah digalatkan tersebut dikirim ke rangkaian deteksi (rangkaian sindrom).
3.4.2 Rangkaian Pembuat Galat
Tabel 3.4 Tabel kebenaran rangkaian pembuat galat
C(X) Sw Out 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0
Dalam perancangan pembuat galat, digunakan gerbang logika XOR. Seperti terlihat pada
Tabel kebenaran 3.4 di atas, berapapun nilai masukan dari c(X) bila nilai yang
dimasukkan dari saklar adalah 1, maka nilai keluarannya (r(X)) akan menjadi
LED-1 LED-2 LED-3
LED-4 LED-5 LED-6
SaklarGeser 1
SaklarGeser 2
SaklarGeser 3
Galat
Tidak Galat
Masukan
Keluaran
62
+5V
U16A
7404
1 2
U24F
7404
1312
U23E
7404
1110
U22D
7404
98
U21C
7404
5 6
U20B
7404
3 4
U1C
7486
9
108
U1A
7486
1
23
J3
INPUT 1234
J4
OUTPUT1234
J7
Input Tombol Error 123
D2
LED
R13
330
R13
330
U1B
7486
4
56
R13
330
D2
LED
R111 K
R13
330
D2
LED
R111 K
D2
LED
D2
LED
R111 K
R13
330
R13
330
D2
LED
clock
komplemen dari nilai masukan tersebut. Pada perancangan ini ditetapkan bahwa bila
saklar pada kondisi 1(ON) maka data masukan dari c(X) digalatkan dan sebaliknya bila
saklar pada kondisi 0(OFF), maka nilai c(X) akan tetap atau tidak terjadi galat. Gambar
rangkaian pembuat galat ditunjukan pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Rangkaian pembuat galat
63
3.5 Perancangan Rangkaian Sindrom
3.5.1 Diagram Blok Rangkaian Sindrom
Sandi RS (7,3) mampu mendeteksi 2 galat sehingga sandi RS (7,3) mempunyai 4
buah sindrom S = ( S1, S2, S3, S4 ) yang dihitung menggunakan persamaan (2.4) yaitu :
iiii rrrrS 6
62
210 .... ααα ++++= ………(3-2)
dengan I = 1, 2, 3, 4
Sisi kanan persamaan (3-2) tersebut dapat diubah menjadi :
0456 ...]}).[....{( rrrrS iiiii ++++= αααα …….. (3-3)
sehingga dengan bentuk kalang tersebut perhitungan sindrom dapat diimplementasikan
karena perhitungan sindrom terdiri dari penjumlah GF(23) dan rangkaian pengali
konstanta iα seperti pada rangkaian penyandi.
Menurut persamaan (3.3), saat simbol pertama 6r diterima, pertama kali akan
dikalikan dengan iα sehingga menghasilkan ( ir α.6 ). Kemudian simbol kedua 5r
diterima dan dijumlahkan dengan hasil perkalian ( ir α.6 ). Hasil penjumlahan ini
bersama-sama dikalikan lagi dengan iα sehingga menghasilkan ii rr αα ). 56 + . Begitu
seterusnya sampai simbol 0r diterima, sehingga akhirnya akan menghasilkan nilai
sindrom ke- i. Diagram kotak untuk menghitung sindrom tampak pada Gambar 3.16.
64
Gambar 3.16 Diagram Penghitung Sindrom sandi RS (7,3)
Sama seperti pada rangkaian penyandi, rangkaian pengali untuk isu αα ).( dalam
GF(23) dicari bentuk matematisnya sebagai berikut :
1. Perkalian )(. αα sU pada 1S :
)(. αα sU = 32
210 ααα aaa ++
= )1(22
10 ααα +++ aaa
= ααα 222
10 aaaa +++
= 21202 )( αα aaaa +++
2. Perkalian )(.2 αα sU pada 2S
)(.2 αα sU = 42
31
20 ααα aaa ++
= )()1( 221
20 αααα ++++ aaa
= 22211
20 αααα aaaaa ++++
4 α 3α 2α α
4 S 3 S 2S 1S
) ( X r
65
= 220211 )()( αα aaaaa ++++
3. Perkalian )(.3 αα sU pada 3S
)(.3 αα sU = 52
41
30 ααα aaa ++
= )1()()1( 22
210 ααααα ++++++ aaa
= 22
222
1100 aaaaaaa ++++++ ααααα
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
4. Perkalian )(.4 αα sU pada 4S
)(.4 αα sU = 62
51
40 ααα aaa ++
= )1()1()( 22
21
20 ααααα ++++++ aaa
= 222
2111
200 ααααα aaaaaaa ++++++
= 22101021 )()()( αα aaaaaaa ++++++
3.5.2 Rangkaian Sindrom
Nilai sindrom akan diperoleh setelah 7 kali proses kalang. Jika proses telah
selesai, maka isi register pada rangkaian sindrom seperti pada Gambar 3.17 merupakan
nilai sindrom. Rangkaian penghitung sindrom sandi RS (7,3) selengkapnya ada pada
Gambar 3.17.
66
+5 V
+5 V
U8B
74LS32
456
U4C
74LS86
9
108
U8A
74LS32
123
U4D
74LS86
12
1311
U6D
74LS86
12
1311
C5470 uF
U10
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U9
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U2A
74LS86
1
23
U7D
74LS32
121311
U7C
74LS32
9108
U11
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
J1
CON4
1234
U1A
74LS86
123
U1C
74LS86
9108
U1B
74LS86
456
U12
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U7A
74LS32
123
U7B
74LS32
456
U8C
74LS32
9108
U8D
74LS32
121311
R12560
R12560
R12560
R12560
U2B
74LS86
4
56
R12560
U1D
74LS86
12
1311
U2C
74LS86
9
108
R6330
U3B
74LS86
456
U3A
74LS86
123
U2D
74LS86
121311
U5C
74LS86
9108
U5A
74LS86
123
U6C
74LS86
9108
U6B
74LS86
456
U5B
74LS86
456
U6A
74LS86
123
R7330
R8330
U3C
74LS86
9
108
U4A
74LS86
1
23
U3D
74LS86
12
1311
U4B
74LS86
4
56
J8
reset
12
R5330
s2
r2
CLK
r2
r0
r0
r2
r0
r0
r2
r0
r0
r2
r0
r0
r2
r0
r2
r0
r2
r0s4 r0 s3 s2 s1
r2
s4
r2
s3
r2
s1
r2
Gambar 3.17 Rangkaian penghitung sindrom sandi RS (7,3)
3.5.3 Tampilan Rangkaian Sindrom
Gambar 3.18 Tampilan pendeteksi
67
Gambar 3.15 menunjukkan tampilan dari pendeteksian galat. LED A,B,C,D
sebagai indikator akan ada tidaknya galat. Apabila salah satu dari keempat LED atau
semuanya menyala berarti bahwa terdapat kesalahan / Galat. Apabila semua LED
mati, maka informasi yang terkirim tidak terdapat kesalahan.
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui apakah alat yang dibuat telah sesuai dengan yang diinginkan,
maka perlu dilakukan suatu npengujian. Pengujian terhadap kemampuan sistem sandi RS
( 7,3 ) dilakukan dengan menambahkan sejumlah galat sebelum sandi dikrim ke
rangkaian pencari nilai sindrom. Untuk memudahkan analisa, data akan ditampilkan
dalam bentuk tabel.
Tabel yang akan ditampilkan meliputi tabel hasil penyandian pada rangkaian
penyandi, tabel hasil nilai sindrom tanpa galat, tabel hasil nilai sindrom dengan simbol
yang diberi galat.
4.1 Analisa Hasil Penyandian
Pada data hasil proses penyandian sandi RS ( 7,3 ), akan dilakukan proses kalang
sebnyak 3 kali sehingga akan dihasilkan simbol-simbol paritas. Pembuktian hasil ini
secara manual dengan menggunakan perhitungan seperti dibawah ini.
4.1.1 Percobaan 1
Misalkan simbol pesan yang dikirimkan adalah:
Simbol 1 : 001 = 2α = ),,(1 210 aaaus = 1
Simbol 2 : 010 = α = ),,(2 210 aaaus = 2
Simbol 3 : 011 = 4α = ),,(3 210 aaaus = 3
69
1. Clock 1
Simbol pesan 1 ( 001 ) dikirimkan.
a) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 3α ( 1 )
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
= 2)10()100()10( αα ++++++
= 1 + 1α + 1 2α
= 111
b) Dikalikan dengan koefisien generator paritas α
= 21202 )()()( αα aaaa +++
= 2)0()10()1( αα +++
= 1 + 1α + 0 2α
= 110
c) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 1
= (0 0 1) x 1
= 001
d) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 3α ( 2 )
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
= 2)10()100()10( αα ++++++
= 1 + 1α + 1 2α
= 111
70
2). Clock 2
Simbol pesan 2 ( 010 ) dikirimkan, ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan
1 dengan koefisien generator paritas 3α ( 2 ) pada clock sebelumnya.
010 + 111 = 101
a) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 3α ( 1 )
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
= 2)10()101()11( αα ++++++
= 0 + 0α + 1 2α
= 001
b) Dikalikan dengan koefisien generator paritas α
= 21202 )()()( αα aaaa +++
= 2)0()11()1( αα +++
= 1 + 0α + 0 2α
= 100
Ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan 1 dengan koefisien
generator paritas 3α ( 1 ) pada clock 1.
100 + 111 = 011
c) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 1
= (101) x 1
= 101
Ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan 1 dengan koefisien
generator paritas α pada clock 1.
71
101 + 110 = 011
d) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 3α ( 2 )
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
= 2)10()101()11( αα ++++++
= 0 + 0α + 1 2α
= 001
Ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan 1 dengan koefisien
generator paritas 1 pada clock 1.
001 + 001 = 000
3. Clock 3
Simbol pesan 3 ( 011 ) dikirimkan, ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan
2 dengan koefisien generator paritas 3α ( 2 ) pada clock 2
011 + 000 = 011
a) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 3α ( 1 )
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
= 2)11()110()10( αα ++++++
= 1 + 0α + 0 2α
= 100
b) Dikalikan dengan koefisien generator paritas α
= 21202 )()()( αα aaaa +++
= 2)1()10()1( αα +++
= 1 + 1α + 1 2α
72
= 111
Ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan 2 dengan koefisien
generator paritas 3α ( 1 ) pada clock 2.
111 + 001 = 110
c) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 1
= (011) x 1
= 011
Ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan 2 dengan koefisien
generator paritas α pada clock 2.
011 + 011 = 000
d) Dikalikan dengan koefisien generator paritas 3α ( 2 )
= 22121020 )()()( αα aaaaaaa ++++++
= 2)11()110()10( αα ++++++
= 1 + 0α + 0 2α
= 100
Ditambahkan dengan hasil perkalian simbol pesan 2 dengan koefisien
generator paritas 1 pada clock 2.
100 + 011 = 111
Simbol paritas merupakan nilai-nilai hasil pekalian pada kalang (clock) 3, yaitu :
Paritas 1 = 111 = 5α
Paritas 2 = 000 = 0
73
Paritas 3 = 110 = 3α
Paritas 4 = 100 = 1
Sedangkan hasil pengamatannya dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3 , 4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.1 Hasil percobaan 1
Hasil akhir (keluaran) penyandi C (x) yang dicetak tebal merupakan sandi-sandi
paritas.
Jadi sandi yang diperoleh untuk pesan us (α ) : [ 2α α 4α ] adalah :
c ( X) = [ 001, 010, 011, 111, 000, 110, 100]
atau dalam bentuk α
c ( X ) = [ 2α ,α , 4α , 5α , 0, 3α , 1].
Hasil penyandian akan diperoleh pada clock ke – 7. Jadi untuk menyandikan 3 simbol
pesan dibutuhkan 7 pulsa clock.
Clock Masukan Simbol Pesan
Keluaran c (X)
0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 2 0 1 1 0 1 1 3 x x x 1 1 1 4 x x x 0 0 0 5 x x x 1 1 0 6 x x x 1 0 0 7 x x x 0 0 0
74
4.1.2 Percobaan 2
Misalkan simbol pesan yang dikirimkan adalah:
Simbol 1 : 011 = 4α = ),,(1 210 aaaus =
Simbol 2 : 100 = 1 = ),,(2 210 aaaus =
Simbol 3 : 010 = α = ),,(3 210 aaaus =
Tabel 4.2 Hasil percobaan 2
Jadi sandi yang diperoleh untuk pesan us (α ) : [ 4α 1 α ] adalah :
c ( X ) = [ 011, 100, 010, 000, 101, 110, 111]
atau dalam bentuk α
c ( X ) = [ 4α ,1 , α , 0, 6α , 3α , 5α ].
Clock Masukan Simbol Pesan
Keluaran c (X)
0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 0 0 1 0 3 x x x 0 0 0 4 x x x 1 0 1 5 x x x 1 1 0 6 x x x 1 1 1 7 x x x 0 0 0
75
4.1.3 Percobaan 3
Misalkan simbol pesan yang dikirimkan adalah:
Simbol 1 : 111 = 5α = ),,(1 210 aaaus =
Simbol 2 : 110 = 3α = ),,(2 210 aaaus =
Simbol 3 : 001 = 2α = ),,(3 210 aaaus =
Tabel 4.3 Hasil percobaan 3
Jadi sandi yang diperoleh untuk pesan us (α ) : [ 5α 3α 4α ] adalah :
c ( X )= [ 111, 110, 001, 010, 010, 110, 000]
atau dalam bentuk α
c ( X ) = [ 5α , 3α , 4α , 2α , 0, 3α ,0].
Clock Masukan Simbol Pesan
Keluaran c (X)
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 2 0 1 1 0 0 1 3 x x x 0 0 1 4 x x x 0 0 0 5 x x x 1 1 0 6 x x x 0 0 0 7 x x x 0 0 0
76
4.1.4 Percobaan 4
Misalkan simbol pesan yang dikirimkan adalah:
Simbol 1 : 110 = 3α = ),,(1 210 aaaus =
Simbol 2 : 001 = 2α = ),,(2 210 aaaus =
Simbol 3 : 100 = 1 = ),,(3 210 aaaus =
Tabel 4.4 Hasil percobaan 4
Jadi sandi yang diperoleh untuk pesan us (α ) : [ 3α 2α 1] adalah :
c ( X ) = [ 110, 001, 100, 001, 011, 100, 110]
atau dalam bentuk α
c ( X ) = [ 3α , 2α , 1, 2α , 4α , 1, 3α ].
Clock Masukan Simbol Pesan
Keluaran c (X)
0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 2 1 0 0 1 0 0 3 x x x 0 0 1 4 x x x 0 1 1 5 x x x 1 0 0 6 x x x 1 1 0 7 x x x 0 0 0
77
4.1.5 Percobaan 5
Misalkan simbol pesan yang dikirimkan adalah:
Simbol 1 : 010 = α = ),,(1 210 aaaus =
Simbol 2 : 111 = 5α = ),,(2 210 aaaus =
Simbol 3 : 101 = 6α = ),,(3 210 aaaus =
Tabel 4.5 Hasil percobaan 5
Jadi sandi yang diperoleh untuk pesan us (α ) : [α 5α 6α ] adalah :
c ( X )= [ 010, 111, 101, 010, 000, 000, 111]
atau dalam bentuk α
c ( X ) = [α , 5α , 6α ,α , 0, 0, 5α ].
Dari data-data yang diperoleh dari hasil perhitungan secara teori dan data hasil
pengamatan dari alat terdapat kesamaan, sehingga dapat dikatakan bahwa alat yang
dirancang telah bekerja dengan baik.
Clock Masukan Simbol Pesan
Keluaran c (X)
0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 1 0 1 3 x x x 0 1 0 4 x x x 0 0 0 5 x x x 0 0 0 6 x x x 1 1 1 7 x x x 0 0 0
78
4.2 Analisa Nilai Sindrom
Dalam analisa hasil perhitungan nilai sindrom ini akan dilakukan dua macam
percobaan yaitu percobaan tanpa kesalahan ( galat ) dan percobaan dengan kesalahan
( galat ) yang posisinya acak. Secara teori, bila tidak ada galat selama proses pengiriman
data, nilai sindromnya adalah nol. Jika ditemui adanya galat, maka nilai sindrom tidak
akan nol.
Perhitungan manual untuk mencari nilai sindrom yaitu dengan menggunakan
rumus ( 3-4 ).
4.2.1 Analisa Nilai Sindrom Tanpa Galat
a. Perhitungan Nilai Sindrom Percobaan 1
Nilai c ( X ) dari percobaan I adalah :
c ( X ) = [ 2α ,α , 4α , 5α , 0, 3α , 1]
Dari nilai c ( X ) diatas akan diterima sebagai nilai r ( X ) dengan susunan sebagai berikut
( pembalikan posisi):
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , 2α ]
Maka nilai Sindrom dapat dihitung sebagai berikut :
S1 = r0 + r1α + r22α + r3
3α + r44α + r5
5α + r66α
= 1 + 3α .α + 0. 2α + 5α . 3α + 4α . 4α + α . 5α + 2α . 6α
= 1 + 4α + 0 + 8α + 8α + 6α + 8α
= 0
S2 = r0 + r12α + r2
4α + r36α + r4
8α + r510α + r6
12α
= 1 + 3α . 2α +0. 4α + 5α . 6α + 4α . 8α + α . 10α + 2α . 12α
= 1 + 5α + 0 + 11α + 12α + 11α + 14α
79
= 0
S3 = r0 + r13α + r2
6α + r39α + r4
12α + r515α + r6
18α
= 1 + 3α . 3α +0. 6α + 5α . 9α + 4α . 12α + α . 15α + 2α . 18α
= 1 + 6α + 0 + 14α + 16α + 16α + 20α
= 0
S4 = r0 + r14α + r2
8α + r312α + r4
16α + r520α + r6
24α
= 1 + 3α . 4α +0. 8α + 5α . 12α + 4α . 16α + α . 20α + 2α . 24α
= 1 + 7α + 0 + 17α + 20α + 21α + 26α
= 0
Sedangkan hasil pengamatannya dapat dilihat pada tabel 4.6, 4.7, 4.8, 4.9, dan tabel
4.10.
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 1 tanpa galat
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , 2α ]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 001 111 100 000 5 110 100 110 000 6 101 111 011 110 7 000 000 000 000
80
b. Perhitungan Nilai Sindrom Percobaan 2
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan II tanpa galat
r( X ) = [ 5α , 3α , 6α , 0, α , 1, 4α ].
c. Perhitungan Nilai Sindrom Percobaan 3
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 3 tanpa galat
r ( X ) = [0, 3α , 0 , 2α , 4α , 3α , 5α ].
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 111 111 111 111 2 011 010 100 111 3 110 111 111 000 4 010 101 011 001 5 001 010 100 101 6 000 000 000 000 7 000 000 000 000
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 011 011 011 011 2 011 001 000 110 3 101 001 010 110 4 100 011 011 100 5 111 000 001 110 6 011 110 001 010 7 000 000 000 000
81
d. Perhitungan Nilai Sindrom Percobaan 4
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 4 tanpa galat
r ( X ) = [ 3α ,1, 4α , 2α ,1 , 2α , 3α ].
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 110 110 110 110 2 010 110 100 101 3 101 011 010 010 4 101 100 010 110 5 111 010 000 111 6 001 010 100 101 7 000 000 000 000
e. Perhitungan Nilai Sindrom Percobaan 5
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Nilai Sindrom Percobaan 5 tanpa galat
r ( X ) = [ 5α ,0, 0 ,α , 6α , 5α , α ].
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 010 010 010 010 2 110 001 100 000 3 110 110 011 101 4 001 101 110 100 5 110 010 101 011 6 011 110 001 010 7 000 000 000 000
Dari hasil perhitungan dan pengamatan diketahui bahwa nilai sindrom pada
clock ke-7 sama dengan nol ( dicetak tebal ), hal ini berarti tidak ditemukan adanya
galat.
82
4.2.2 Analisa Nilai Sindrom Dengan Galat
Pada percobaan pemberian galat akan digunakan kata sandi
c ( X ) = [ 2α ,α , 4α , 5α , 0, 3α , 1]
dengan kata terima r ( X ) yang diberi galat pada simbol-simbolnya. Dari nilai c ( X )
diatas akan diterima sebagai nilai r ( X ) tanpa galat dengan susunan sebagai berikut
( pembalikan posisi):
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , 2α ]
a. 1 Simbol Galat
1) 1 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 1
001 011
α2 α4
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α4]
Maka nilai Sindrom dapat dihitung sebagai berikut :
S1 = r0 + r1α + r22α + r3
3α + r44α + r5
5α + r66α
= 1 + 3α .α + 0. 2α + 5α . 3α + 4α . 4α + α . 5α + 4α . 6α
= 1+ 4α + 0 + 8α + 8α + 6α + 10α
= 1
= 100
S2 = r0 + r12α + r2
4α + r36α + r4
8α + r510α + r6
12α
= 1 + 3α . 2α +0. 4α + 5α . 6α + 4α . 8α + α . 10α + 4α . 12α
83
= 1 + 5α + 0 + 11α + 12α + 11α + 16α
= α6
= 101
S3 = r0 + r13α + r2
6α + r39α + r4
12α + r515α + r6
18α
= 1 + 3α . 3α +0. 6α + 5α . 9α + 4α . 12α + α . 15α + 4α . 18α
= 1 + 6α + 0 + 14α + 16α + 16α + 22α
= α5
=111
S4 = r0 + r14α + r2
8α + r312α + r4
16α + r520α + r6
24α
= 1 + 3α . 4α +0. 8α + 5α . 12α + 4α . 16α + α . 20α + 4α . 24α
= 1 + 7α + 0 + 17α + 20α + 21α + 28α
= α4
= 011
Sedangkan hasil pengamatannya dapat dilihat pada tabel 4.11, 4.12, 4.13, 4.14, 4.15,
4.16, 4.17, 4.18 dan tabel 4.19.
Tabel 4.11 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 1
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α4]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 011 011 011 011 2 101 111 110 000 3 111 111 110 011 4 010 011 010 101 5 001 101 011 110 6 000 100 010 010 7 100 101 111 011
84
2) 1 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 1
001 111
α2 α5
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α5]
Tabel 4.12 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 1.
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α5]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 111 111 111 111 2 111 110 000 011 3 110 100 011 001 4 100 110 011 010 5 101 111 100 111 6 111 010 000 111 7 001 010 100 101
3) 1 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 1
001 110
α2 α3
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α3]
85
Tabel 4.13 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 1.
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α3]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 110 110 110 110 2 001 101 111 110 3 101 001 001 111 4 011 100 000 110 5 111 001 000 100 6 011 101 110 101 7 011 110 001 010
4) 1 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 4
111 110
α5 α3
r ( X ) = [1, 3α , 0, α5, 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, α3, 4α , α , α2]
Tabel 4.14 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 4
r ( X ) = [1, 3α , 0, α3, 4α , α , α2]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 000 110 101 001 5 000 111 001 101 6 110 010 001 000 7 111 010 011 100
86
5) 1 simbol galat dengan 2 Bit Galat pada posisi 4
111 001
α5 α2
r ( X ) = [1, 3α , 0, α5, 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, α3, 4α , α , α2]
Tabel 4.15 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 4
r ( X ) = [1, 3α , 0, α3, 4α , α , α2]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 111 001 010 110 5 101 011 011 100 6 010 011 010 101 7 101 001 111 010
6) 1 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 4
111 000
α5 0
r ( X ) = [1, 3α , 0, α5, 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 0, 4α , α , α2]
87
Tabel 4.16 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
3 bit galat pada posisi 4
r ( X ) = [1, 3α , 0, 0, 4α , α , α2]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 110 000 011 111 5 011 000 100 001 6 001 110 000 011 7 010 011 100 110
7) 1 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 7
100 110
1 α3
r ( X ) = [1, 3α , 0, α5, 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [α3, 3α , 0, α5 , 4α , α , α2]
Tabel 4.17 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
1 bit galat pada posisi 7
r ( X ) = [α3, 3α , 0, α5 , 4α , α , α2]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 001 111 100 000 5 110 100 110 000 6 101 111 011 110 7 010 010 010 010
88
8) 1 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 7
100 111
1 α5
r ( X ) = [1, 3α , 0, α5, 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [α5, 3α , 0, α5 , 4α , α , α2]
Tabel 4.18 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
2 bit galat pada posisi 7
r ( X ) = [α5, 3α , 0, α5 , 4α , α , α2]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 001 111 100 000 5 110 100 110 000 6 101 111 011 110 7 011 011 011 011
9) 1 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 7
100 011
1 α4
r ( X ) = [1, 3α , 0, α5, 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [α4, 3α , 0, α5 , 4α , α , α2]
89
Tabel 4.19 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 1 simbol galat dengan
3 bit galat pada posisi 7
r ( X ) = [α4, 3α , 0, α5 , 4α , α , α2]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 001 001 001 001 2 100 001 101 111 3 001 000 010 010 4 001 111 100 000 5 110 100 110 000 6 101 111 011 110 7 111 111 111 111
b. 2 Simbol Galat
1) 2 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 1 dan 2
Posisi 1 001 101
α2 α6
Posisi 2 010 110
α α3
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α3, α6]
Maka nilai Sindrom dapat dihitung sebagai berikut :
S1 = r0 + r1α + r22α + r3
3α + r44α + r5
5α + r66α
= 1 + 3α .α + 0. 2α + 5α . 3α + 4α . 4α + 3α . 5α + 6α . 6α
= 1+ 4α + 0 + 8α + 8α + 8α + 12α
= α
= 010
90
S2 = r0 + r12α + r2
4α + r36α + r4
8α + r510α + r6
12α
= 1 + 3α . 2α +0. 4α + 5α . 6α + 4α . 8α + 3α . 10α + 6α . 12α
= 1 + 5α + 0 + 11α + 12α + 13α + 18α
= α 2
= 001
S3 = r0 + r13α + r2
6α + r39α + r4
12α + r515α + r6
18α
= 1 + 3α . 3α +0. 6α + 5α . 9α + 4α . 12α + 3α . 15α + 6α . 18α
= 1 + 6α + 0 + 14α + 16α + 18α + 24α
= α 2
=001
S4 = r0 + r14α + r2
8α + r312α + r4
16α + r520α + r6
24α
= 1 + 3α . 4α +0. 8α + 5α . 12α + 4α . 16α + 3α . 20α + 6α . 24α
= 1 + 7α + 0 + 17α + 20α + 23α + 30α
= α 4
= 011
Sedangkan hasil pengamatannya dapat dilihat tabel 4.20, 4.21 dan tabel 4.22.
91
Tabel 4.20 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 2 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 1
dan posisi 2
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α3, α6]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 101 101 101 101 2 010 100 111 000 3 010 010 001 011 4 110 001 000 101 5 011 011 000 110 6 001 011 110 010 7 010 001 001 011
2) 2 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 1 dan 2
Posisi 1 001 010
α2 α
Posisi 2 010 100
α 1
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α 2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , 1, α]
92
Tabel 4.21 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 2 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 1
dan posisi 2
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , 1, α]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 010 010 010 010 2 101 010 111 011 3 111 101 001 001 4 010 101 000 010 5 001 010 000 111 6 000 000 110 111 7 100 100 001 101
3) 2 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 1 dan 2
Posisi 1 001 110
α2 α3
Posisi 2 010 101
α α6
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α 2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α6 , α3]
93
Tabel 4.22 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 2 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 1
dan posisi 2
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α6 , α3]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 110 110 110 110 2 110 010 000 001 3 000 101 011 110 4 111 101 011 011 5 101 010 100 010 6 010 000 000 001 7 101 100 100 001
c. 3 Simbol Galat
1) 3 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 1, 2 dan 3
Posisi 1 001 101
α2 α6
Posisi 2 010 011
α α4
Posisi 3 011 001
α4 α2
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 4α , α , α2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , α2 , α4, α6]
Maka nilai Sindrom dapat dihitung sebagai berikut :
S1 = r0 + r1α + r22α + r3
3α + r44α + r5
5α + r66α
94
= 1 + 3α .α + 0. 2α + 5α . 3α + 2α . 4α + 4α . 5α + 6α . 6α
= 1+ 4α + 0 + 8α + 6α + 9α + 12α
= α3
= 110
S2 = r0 + r12α + r2
4α + r36α + r4
8α + r510α + r6
12α
= 1 + 3α . 2α +0. 4α + 5α . 6α + 2α . 8α + 4α . 10α + 6α . 12α
= 1 + 5α + 0 + 11α + 10α + 14α + 18α
= α2
= 001
S3 = r0 + r13α + r2
6α + r39α + r4
12α + r515α + r6
18α
= 1 + 3α . 3α +0. 6α + 5α . 9α + 2α . 12α + 4α . 15α + 6α . 18α
= 1 + 6α + 0 + 14α + 14α + 19α + 24α
= 0
=000
S4 = r0 + r14α + r2
8α + r312α + r4
16α + r520α + r6
24α
= 1 + 3α . 4α +0. 8α + 5α . 12α + 2α . 16α + 4α . 20α + 6α . 24α
= 1 + 7α + 0 + 17α + 18α + 24α + 30α
= α
= 010
Sedangkan hasil pengamatannya dapat dilihat pada tabel 4.23, 4.24 dan tabel 4.25.
95
Tabel 4.23 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 3 simbol galat dengan 1 bit galat pada posisi 1 ,2
dan 3
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , α2 , α4, α6]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 101 101 101 101 2 111 001 010 101 3 100 010 010 111 4 101 001 100 100 5 100 011 110 100 6 100 011 100 101 7 110 001 000 010
2) 3 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 1 ,2 dan 3
Posisi 1 001 111
α2 α5
Posisi 2 010 100
α 1
Posisi 3 011 000
α4 0
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , α 4 , α , α 2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 0, 1, α 5]
96
Tabel 4.24 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 3 simbol galat dengan 2 bit galat pada posisi 1 ,2
dan 3
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 0, 1, α 5]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 111 111 111 111 2 001 000 110 101 3 110 000 101 110 4 100 111 110 011 5 010 100 101 010 6 111 111 111 001 7 001 000 110 001
3) 3 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 1, 2 dan 3
Posisi 1 001 110
α2 α3
Posisi 2 010 101
α α6
Posisi 3 011 100
α4 1
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , α 4 , α , α 2]
setelah diberi galat sehingga menyebabkan kata terima menjadi :
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 1, α6, α 3]
97
Tabel 4.25 Hasil pengamatan nilai sindrom untuk 3 simbol galat dengan 3 bit galat pada posisi 1 ,2
dan 3
r ( X ) = [1, 3α , 0, 5α , 1, α6, α 3]
Clock S1 S2 S3 S4 0 000 000 000 000 1 110 110 110 110 2 110 010 000 001 3 111 010 100 001 4 010 001 001 010 5 001 011 111 111 6 000 011 100 111 7 100 001 010 101
Dari dari hasil perhitungan dan pengamatan, terlihat bahwa jika ada
kesalahan (galat) pada informasi yang diterima, nilai keempat sindromnya tidak
nol(tercetak tebal ). Bit – bit yang diberi galat ditunjukan dengan cetakan tebal. Alat
mampu mendeteksi semua galat 1 simbol dengan maximal galat 3 bit.
Alat masih bisa mendeteksi adanya galat > 1 simbol , tetapi dari teori
diketahui bahwa kemampuan untuk koreksi galat hanya ≤ 2 simbol. Untuk ≥3 simbol
galat, alat hanya bisa mendeteksi adanya galat tetapi tidak dapat mengkoreksinya.
98
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori dan hasil pengamatan dari alat yang dibuat, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Rangkaian mampu menyandikan pesan dengan benar.
2. Hasil Penyandian Reed-Solomon ( RS ) ( 7,3 ) akan diperoleh pada clock
ke-7. Untuk menyandikan 3 simbol pesan dibutuhkan 7 pulsa clock.
3. Sistem penyandian Reed-Solomon ( RS ) ( 7,3 ) mampu mendeteksi
adanya galat lebih dari 1 simbol , dengan maksimal galat 3 bit per simbol.
5.2 Saran
Sebagai akhir dari laporan tugas akhir ini ada beberapa saran dari penulis :
1. Aplikasi yang dibuat ini merupakan aplikasi sederhana. Aplikasi ini dapat
disempurnakan yaitu dilengkapi dengan rangkaian pencari lokasi galat,
rangkaian pencari nilai pola galat dan rangkaian koreksi galat.
2. Aplikasi sistem penyandian Reed-Solomon ( RS ) yang dibuat ini dapat
dikembangkan dengan blok-blok pesan yang lebih panjang / besar.
99
DAFTAR PUSTAKA
1. Lin, S., and Costello, D. J., Jr., (1983). Error Control Coding : Fundamental’s
and Application’s, Prentice-Hall, Inc., Engelwood Cliffs, New Jersey.
2. Rhee, Man young, Error Corrrecting Coding Theory, McGraw - Hill
Publising Company : Singapore, 1989.
3. Setiyani, Theresia Prima Ari, Sistem Encoder-Dekoder Sandi Reed-Solomon
( 15,9 ). Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2001
4. Sklar, Bennard, ( 1988). Digital Communications : Fundamental’s and
Aplications, Prentice-Hall, Inc., Engelwood Cliffs, New Jersey.
5. KF Ibrahim, Teknik digital, Penerbit Andi Yogyakarta, 1986.
100
L A M P I R A N
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
+5V
U1A
74LS86
123
U1B
74LS86
456
U2A
74LS86
123
U15
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U3A
74LS86
1
23
U3B
74LS86
4
56
U3C
74LS86
9
108
U4D
74LS86
12
1311
U5A
74LS86
1
23
U5B
74LS86
4
56
U12
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U4C
74LS86
9108
U4A
74LS86
1 23
U13
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
J4
TOMBOL RESET 1
U5C
74LS86
9
108
R1560
U6A
74LS86
1
23
U5D
74LS86
12
1311
U18
74LS85
101213159
11141234
765
A0A1A2A3B0B1B2B3A<BA=BA>B
A<BA=BA>B
U10E
74LS04
11 10
U17
74LS93
141
23
129811
AB
R0(1)R0(2)
QAQBQCQD
R1560
U4B
74LS86
456
U10A
74LS04
12
U3D
74LS86
121311
U10F
74LS04
13 12
U10B
74LS04
34
U9B
74LS08
4
56
J4
TOMBOL CLOCK1
J4
OUTPUT RESET1
J4
OUTPUT CLOCK1
U9C
74LS089
108
R2
R
R3
R
R4
R
R5
R
R6
R
R7
R
R8
R
U2B
74LS86
4
56
U19
74LS47
7126453
1312111091514
1248BI/RBORBILT
ABCDEFG
U8C
74LS08
9
108
U8D
74LS08
12
1311
U9A
74LS08
1
23
U14
74LS175
4
5
12
13
91
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLKCLR
Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4
U9D
74LS08
12
1311
U2C
74LS86
9
108
J5
7_SEG
1234567
U2D
74LS86
12
1311
U1C
74LS86
9108
U10D
74LS04
9 8
U1D
74LS86
121311
a1
a0
a2
a1a0
a2
a0
a2
a0
a2
a0
LSB
a0
MSB
a0
REG 1 REG 2
a2
REG 3a2
a0
REG 4a2a2a2
aa2
a0
a2
a1
a0
a1
a0
Common Anode
Rangkaian Penyandi Sandi RS ( 7,3 )
U4C
74LS86
9
108
U8A
74LS32
12
U4D
74LS86
12
1311
U6D
74LS86
12
1311
U10
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U9
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U2A
74LS86
1
23
U7C
74LS32
910
U11
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U1A
74LS86
123
U1C
74LS86
9108
U1B
74LS86
456
U12
74LS175
45121391
237610111514
D1
D2
D3
D4
CLK
CLR
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
Q4
Q4
U7A
74LS32
12 U8C
74LS32
910
U2B
74LS86
4
56
U1D
74LS86
12
1311
U2C
74LS86
9
108
U3B
74LS86
456
U3A
74LS86
123
U2D
74LS86
121311
U5C
74LS86
9108
U5A
74LS86
123
U6C
74LS86
9108
U6B
74LS86
456
U5B
74LS86
456
U6A
74LS86
123
U3C
74LS86
9
108
U4A
74LS86
1
23
U3D
74LS86
12
1311
U4B
74LS86
4
56
r2
CLK
r2
r0
r0
r2
r0
r0
r2
r0
r0
r2
r0
r0
r2
r0
r2
r0
r2
r0r0
r2 r2r2r2
Rangkaian Penghitung Sindrom Sandi RS ( 7,3 )
129
+5V
U16A
7404
1 2
U20B
7404
3 4
U21C
7404
5 6
U22D
7404
98
U23E
7404
1110
U24F
7404
1312
U1A
7486
1
23
U1C
7486
9
108
J4
OUTPUT1234
J3
INPUT 1234
D2
LED
J7
Input Tombol Error123
R13
330
R13
330
D2
LED
R13
330
U1B
7486
4
56
D2
LED
R111 K
D2
LED
R13
330
R111 K
R13
330
R111 K
D2
LED
D2
LED
R13
330
clock
Rangkaian Pembuat Galat
130