Pbl Blok 28 WJY
-
Upload
kevin-ardiansyah -
Category
Documents
-
view
48 -
download
11
Transcript of Pbl Blok 28 WJY
Pendahuluan
Paparan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai penyakit paru kerja yang
mengakibatkan gangguan fungsi paru dan kecacatan. Meskipun angka kejadiannya
tampak lebih kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit utama penyebab cacat yang
lain, terdapat bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang, khususnya di
negara-negara yang sedang giat mengembangkan industri.
Penilaian dampak paparan debu pada manusia perlu dipertimbangkan seperti
sumber paparan / jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber yang lain, pola
aktivitas sehari-hari serta penilaian terhadap faktor-faktor penyerta yang potensial
berpengaruh misalnya umur, gender, etnis, kebiasaan merokok dan faktor alergen.
Pabrik tekstil yang memakai kapas sebagai bahan dasar memberi risiko paparan
debu kapas pada saluran nafas karyawan. Bisinosis adalah penyakit paru berupa bronkitis
kronis sebagai akibat terpaparnya individu oleh debu kapas, rami, sisal atau nenas.
Umumnya Bisinisis diderita oleh karyawan-karyawan pabrik tekstil yang selama bekerja
menghirup (inhalasi) debu kapas. Oleh karena penyakit ini manisfes saat karyawan
berada di tempat kerjanya, dan terpapar oleh debu kapas tadi, makan Bisinosis ini juga
termasuk penyakit paru akitbat kerja.
Diagnosis
Working Diagnosis
Diagnosis bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif. Dalam bentuk dini Bisinosis
berupa dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada hari kerja pertama sesudah hari libur
akhir minggu (hari Senin). Gejala khas yang hanya ditemukan pada Bisinosis itu disebut
Monday feeling, Monday fever, Monday morning fever, Monday morning chest tightness
atau Monday morning asthma yang dapat menghilang bila karyawan meninggalkan
lingkungan tempat kerjanya. Keluhan Bisinosis tersebut diduga disebabkan oleh karena
obstruksi saluran napas. Obstruksi yang terjadi setelah karyawan terpapar pada hari Senin
disebut obstruksi akut. Bila karyawan tidak disingkirkan dari lingkungan kerjanya yang
berdebu, obstruksi akut yang mula-mula reversibel akan menjadi menetap. Maka
obstruksi saluran napas tersebut sudah ditemukan pada hari Senin sebelum karyawan
terpapar. Obstruksi demikian disebut obstruksi kronik. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan fungsi paru. Sedangkan jangka waktu untuk terjadinya obstruksi kronis
tergantung banyak hal seperti kadar debu, lama paparan, kebiasaan merokok dan
sebagainya.
Pendekatan diagnosis pada pasien dengan penyakit paru lingkungan maupun
penyakit paru kerja memerlukan aktivitas proses diagnosis yang lazim, yaitu meliputi
anamnesis secara sistematik, lengkap dan terarah, pemeriksaan fisis dan beberapa
pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
Definisi
Kata bisinosis berasal dari perkataan Yunani byssos yang berarti fine flax atau fine linnen
yang dihasilkan tanaman flax. Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang
disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian
terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik
atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur,
pembuatan jok kursi dan lain sebagainya, Dalam literature lain juga dikatakan Bisinosis
adalah penyakit paru akibat kerja dengan karakterisasi penyakit saluran napas akut atau kronis
yang dijumpai pada karyawan yang sudah lama terpajan dengan debu kapas. Umumnya
penyakit paru akibat kerja berlangsung kronis menetap, kadang-kadang sulit diketahui
kapan mulainya, terpapar oleh polutan jenis apa atau saat karyawan bekerja di bagian mana
dari tempat kerjanya mendapatkan paparan. Lebih-lebih kalau karyawan juga seorang
perokok. Pasien umumnya mengeluh sesak napas, batuk-batuk, mengi, batuk
mengeluarkan dahak. Pasien penyakit paru akibat kerja umumnya mengeluh penyakit paru
(asma) timbul atau makin berat apabila ia berada di tempat kerja dan mengurang lagi
apabila keluar dari tempat tersebut. Karena polutan berefek tidak hanya pada paru tetapi
juga pada organ di luar paru, maka pasien juga bisa mengeluh akibat proses-proses di luar
paru yang mungkin timbul.
Epidemiologi
Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu bangsa dengan yang lain dan bergantung
pada lingkungan pekerjaan. 2% dari semua asma adalah asma akibat kerja. Di jepang
diduga bahwa 15% dari semua asma pada pria disebabkan akibat kerja dan di Amerika,
4% dari populasi, yaitu sekitar 9 juta orang menderita asma akibat kerja. Schilling pernah
melaporkan adanya Bisinosis (suatu jenis asma akibat debu kapas) pada sekitar 20-80%
karyawan pemintalan, sedang di Mesir pernah dilaporkan pada 90% karyawan terpajan.
Di Indonesia, Kamen melaporkan Bisinosis pada 30% karyawan pemintalan dan 19,25%
karyawan pertenunan. Kemajuan industri telah menimbulkan kecenderungan kenaikan
prevalensi penyakit paru di banyak negara. Di Jepang, prevalensi penyakit paru pada
anak di kota industri lebih tinggi dibanding dengan kota yang bukan industri.
Pekerja-pekerja yang bekerja di lingkungan pabrik tekstil, yang mengolah kapas
sejak penguraian kapas, pembersihan, pemintalan dan penenunan, semuanya termasuk
mempunyai risiko timbulnya Bisinosis. Diketahui bahwa di masing-masing bagian tersebut
kadar / konsentrasi debu kapas tidak sama, maka besarnya risiko juga berbeda-beda.
Studi klinis sebelumnya melaporkan bahwa angka kejadian bronkitis kronis pada para
pekerja pabrik tekstil sekitar 4,5-26%. Pekerja yang bekerja pada bagian pembersihan
kapas untuk dipintal, pembersihan mesin-mesin tersebut mempunyai risiko paling
tinggi terjadinya Bisinosis.
Klasifikasi
Kriteria sesak nafas menurut American Thoracic Society (ATS):
Tingkat Gejala
0 Tidak ada Tidak ada sesak napas kecuali exercise berat.
1 Ringan Rasa napas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki.
2 Sedang Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur karena
sesak atau harus berhenti untuk bernapas saat berjalan mendatar.
3 Berat Berhenti bernapas setelah berjalan 100 meter atau beberapa
menit, berjalan datar.
4 Sangat
berat
Terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat mengenakan atau
melepaskan pakaian.
Tingkat aakit bisinosis menurut gejala sakit:
Tingka Gejala
t
0 Tidak ada gejala.
½ Kadang-kadang rasa dada tertekan (chest tightness) dan sesak napas (shortness
of breath) pada hari Senin atau rangsangan pada alat-alat pernafasan pada hari-
hari Senin (hari pertama bekerja sesudah tidak bekerja 2 hari.)
1 Rasa dada tertekan atau sesak napas pada hari-hari Senin hampir pada setiap
minggu.
2 Rasa berat di dada dan sukar bernapas tidak hanya pada hari pertama kerja,
tetapi juga pada hari lain minggu kerja.
3 Gejala seperti derajat 2 dan berkurangnya toleransi terhadap aktivitas secara
menetap dan atau pengurangan kapasitas ventilasi.
Patogenesis
Kelainan paru pada pasien Bisinosis berupa bronkitis kronis, yang kadang-kadang
disertai wheezing, diduga erat hubungannya dengan adanya endotoksin (suatu
lipopolisakarida) yang dikeluarkan oleh bakteri yang mengkontaminasi partikel debu
kapas. Endotoksin inilah yang diduga sebagai penyebab timbulnya kelainan paru tadi.
Para ahli telah yakin bahwa endotoksin ini adalah sebagai penyebabnya dikuatkan oleh
percobaan-percobaan simulasi yang telah dikerjakan pada pekerja atau hewan coba di
laboratorium.
Manifestasi Klinis
Ciri gambaran klinis penyakit ini adalah para karyawan pabrik tekstil yang sensitif akan
merasakan sesak napas (napas pendek) setiap kembali ke tempat kerja sesudah beberapa
hari tidak bekerja atau tiap hari Senin sesudah satu hari sebelumnya (Minggu) libur.
Biasanya timbul demam selain sesak napas, dan kadang-kadang gejala menetap untuk
hari-hari berikutnya. Telah diketahui bahwa pada para karyawan yang terdapat lebih
banyak gejala (paru) yang dialami akan mempercepat penurunan fungsi parunya. Selain
itu lama kerja dan tingkat kadar debu kapas yang memberikan paparan terdapat korelasi
dengan timbulnya Bisinosis.
Paparan asap rokok diketahui mempunyai efek sinergis terhadap timbulnya
Bisinosis apabila terjadi bersama pada para karyawan yang sedang mendapat paparan
debu kapas. Efek asap rokok terhadap timbulnya gangguan fungsi paru telah lama
diketahui, tetapi bagaimana penjelasannya belum diketahui bahwa pada 7% karyawan
pabrik yang terpapar debu kapas menderita obstruksi saluran napas yang ireversibel.
Pada Bisinosis terdapat penurunan nilai KVP maupun VEP1, dan ciri ini jelas
terlihat apabila pemeriksaan dilakukan pada hari Senin saat kembali bekerja di
lingkungan pabrik tekstil sesudah libur hari Minggu. Mekanisme dari kejadian ini belum
jelas.
Gambaran histopatologis yang ditemukan pada Bisinosis mirip dengan pengaruh
asap rokok yang menginduksi terjadinya bronkitis, yaitu terjadinya hiperplasia kelenjar
mukus dan infiltrasi sel polimorfonuklear neutrofil di dinding bronkus.
Bisinosis akut:
Mangacu pada keluhan akut gejala saluran napas yang tampak pada orang terpajan
debu kapas pertama kali, menunjukkan penurunan fungsi paru.
Berhubungan dengan reaktiviti jalan napas yang terjadi tahun pertama bekerja di
tempat ini.
Bisinosis kronis:
Bentuk klasik bisisinosis.
Ditandai rasa berat di dada dan sesak napas yang bertambah berat pada hari pertama
masuk kerja dalam satu minggu.
Awitan gejala terjadi setelah pajanan debu kapas selama beberapa tahun, biasanya
setelah lebih 10 tahun dan jarang terjadi pada karyawan dengan masa kerja kurang
dari 10 tahun.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Secara psikis setiap
hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada
serta sesak napas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran
pernapasan juga merupakan gejala awal Bisinosis. Pada Bisinosis yang sudah lanjut atau
berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan
mungkin juga disertai dengan emphysema.
Pencegahan
Yang terpenting pada penyakit akibat kerja adalah pemutusan kontak dengan agen yang
menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu dengan cara memindahkannya, pemakaian alat
pelindung, pemantauan kadar zat tersebut pada lingkungan tempat kerja sehingga bahan
tersebut tidak sampai melewati ambang batas.
a. Pemeliharaan kerumahtanggaan yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu serat
kapas udara tempat kerja berada pada kadar aman. Nilai ambang batas debu kapas
(katun) adalah 0,2 mg/m3 serat yang respirabel. Pengambilan sampel debu serat
kapas menggunakan alat pengambil sampel khusus yang dapat memisahkan debu
kapas respirabel dari yang tidak respirabel.
b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara, jadi tidak secara
mekanis yang menyebabkan berhamburannya debu serat kapas.
c. Membersihkan lantai dengan sapu tidak dilakukan oleh karena menyebabkan
berdebunya udara.
d. Ventilasi dengan meniupkan udara ke ruang kerja (ventilasi umum) tidak dilakukan,
seharusnya dipakai cara ventilasi dengan cara menghisap udara.
e. Pekerjaan membuka kapas dari bal-balnya dilakukan pada tempat kerja khusus dan
karyawan memakai tutup hidung agar terlindung dari kemungkinan menghirup debu
kapas.
f. Pemeriksaan kesehatan karyawan sebelum bekerja, terutama tidak mempekerjakan
calon karyawan dengan penyakit paru antara lain TBC paru, asma bronkhial,
bronkhitis kronis atau penyakit paru kronis obstruktif.
g. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan melakukan wawancara yang dengan
rinci mengungkapkan keluhan alat pernafasan dan melakukan uji fungsi paru untuk
mendapat data awal dan perubahannya selama bekerja dalam rangka mendeteksi
penyakit Bisinosis pada stadium dini.
h. Karyawan yang ternyata menderita penyakit Bisinosis harus segera dihentikan
pemaparannya terhadap debu kapas atau debu penyebab Bisinosis lainnya dengan
menempatkannya pada pekerjaan yang udara ruang kerjanya tidak dicemari debu
tersebut.