PBL 4
description
Transcript of PBL 4
Perubahan Fungsi Reseptor Hormon Insulin
Muhammad Haziq Hashim
102011434
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida 2011
Kampus II Ukrida, Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta
11510
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit
menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai
normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200mg/dl, dan kadar gula
puasa di atas atau sama dengan 126mg/dl. Diagnosis khas DM pada umumnya adalah
bahwa terdapat keluhan khas DM, yaitu poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak
minum), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya, dan keluhan lainnya kesemutan, gatal, mata kabur, impotensia pada pria,
priorities vulva pada wanita.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam
darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh
tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau
kencing manis yang mempunyai jumpah penderita yang cukup banyak di Indonesia
juga di seluruh dunia. Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang
dimakan akan diubah menjadi glokosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh
untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing
manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin
dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya
dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan.
1
Diabetes bukan 100% penyakit turunan. Diabetes melistus bisa disebakan riwayat
keturunan maupun disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Setiap orang bisa terkena
penyakit kencing manis baik tua maupun muda. Waspada bagi anda yang memiliki
orang tua yang merupakan pengidap diabetes, karena anda akan juga memiliki bakat
gula darah jika tidak menjalankan gaya hidup yang baik. Resiko terkena diabetes
dapat dikurangi dengan mengatur pola makan.
Dengan itu, dalam makalah ini, akan membincangkan tentang perubahan gen reseptor
hormon insulin yang seterusnya bisa menyebabkan penyakin diabetes mellitus ini
terjadi. Peubahan reseptor ini banyak terkait dengan proses yang terjadi pada DNA
untuk membuat rangkaian protein.
DNA
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama
penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di
dalam inti sel.1
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi
genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku
umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa
jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human
Immunodeficiency Virus).1
Sejarah
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss
Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan
lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di
dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat
genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling
memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.1
2
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi
genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri
yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak
dibiarkan utuh. Eksperimen Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan
menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive tracers).1
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: bagaimanakah struktur
DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik? Persoalan ini dijawab oleh
Francis Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar-x DNA
oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin. Crick, Watson, dan Wilkins
mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Franklin,
karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah ini.1
Struktur
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus
fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen.
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut
dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-
seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-
deoksiribosa.
Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara
atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula
lainnya.
Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula
RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda.
Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai
berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai
antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan
basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks.
Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara
basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang
3
ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin (C, dari
cytosine), guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen dengan timin,
sedangkan guanin berikatan dengan sitosin.
Fungsi DNA dalam teknologi
DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah,
semen, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk
mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting
genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan DNA panjang
relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit,
dibandingkan. Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris
Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa
Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire,
Inggris. Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk
menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer.
Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar
tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama
dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah satu teknik
paling terpercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu
sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh, atau bila tempat
kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.1
DNA dalam komputasi
DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah
riset dan sebagai sebuah cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan
huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA,
dimana algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam
sebuah urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma
sederhana untuk maslah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan
4
algoritma-algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk
dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang berbeda.1
Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah
khusus untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan
untuk riset DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan
teknis yang unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira,
pembandingan urutan, mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.1
RNA
Asam ribonukleat (ribonucleic acid, RNA) senyawa yang merupakan bahan
genetik dan memainkan peran utama dalam ekspresi genetik. Dalam dogma pokok
(central dogma) genetika molekular, RNA menjadi perantara antara informasi yang
dibawa DNA dan ekspresi fenotipik yang diwujudkan dalam bentuk protein.1
Struktur
Struktur dasar RNA mirip dengan DNA. RNA merupakan polimer yang
tersusun dari sejumlah nukleotida. Setiap nukleotida memiliki satu gugus fosfat, satu
gugus gula ribosa, dan satu gugus basa nitrogen (basa N). Polimer tersusun dari ikatan
berselang-seling antara gugus fosfat dari satu nukleotida dengan gugus gula ribosa
dari nukleotida yang lain.1
Perbedaan RNA dengan DNA terletak pada satu gugus hidroksil tambahan
pada cincin gula ribosa (sehingga dinamakan ribosa). Basa nitrogen pada RNA sama
dengan DNA, kecuali basa timin pada DNA diganti dengan urasil pada RNA. Jadi
tetap ada empat pilihan: adenin, guanin, sitosin, atau urasil untuk suatu nukleotida.1
Selain itu, bentuk konformasi RNA tidak berupa pilin ganda sebagaimana
DNA, tetapi bervariasi sesuai dengan tipe dan fungsinya.
5
Jenis-jenis
RNA hadir di alam dalam berbagai macam/tipe. Sebagai bahan genetik, RNA
berwujud sepasang pita (Inggris double-stranded RNA, dsRNA). Genetika molekular
klasik mengajarkan adanya tiga tipe RNA yang terlibat dalam proses sintesis protein:1
1. RNA-pengantar (messenger-RNA, mRNA)
2. RNA-ribosom (ribosomal-RNA, rRNA)
3. RNA-transfer (transfer-RNA, tRNA)
Fungsi RNA
Pada sekelompok virus (misalnya bakteriofag), RNA merupakan bahan
genetik. Ia berfungsi sebagai penyimpan informasi genetik, sebagaimana DNA pada
organisme hidup lain. Ketika virus ini menyerang sel hidup, RNA yang dibawanya
masuk ke sitoplasma sel korban, yang kemudian ditranslasi oleh sel inang untuk
menghasilkan virus-virus baru.1
Namun demikian, peran penting RNA terletak pada fungsinya sebagai
perantara antara DNA dan protein dalam proses ekspresi genetik karena ini berlaku
untuk semua organisme hidup. Dalam peran ini, RNA diproduksi sebagai salinan kode
urutan basa nitrogen DNA dalam proses transkripsi. Kode urutan basa ini tersusun
dalam bentuk 'triplet', tiga urutan basa N, yang dikenal dengan nama kodon. Setiap
kodon berelasi dengan satu asam amino (atau kode untuk berhenti), monomer yang
menyusun protein. Lihat ekspresi genetik untuk keterangan lebih lanjut.1
Penelitian mutakhir atas fungsi RNA menunjukkan bukti yang mendukung
atas teori 'dunia RNA', yang menyatakan bahwa pada awal proses evolusi, RNA
merupakan bahan genetik universal sebelum organisme hidup memakai DNA.1
Sintesis DNA
Protein adalah biomolekul yang sangat penting bagi kehidupan. Seperti sebuah
bata yang menyusun rumah, seperti itulah protein bagi tubuh manusia. Protein adalah
‘batu bata penyusun kehidupan’. Molekul-molekul ini berperan dalam banyak reaksi
kimia kehidupan sebagai enzim, hormon, dan bahan dasar.8
6
Molekul DNA disintesis oleh DNA polymerase dari deoxyribonucleoside
trifosfat (DNTP). Reaksi kimia mirip dengan sintesis RNA untai. Kedua DNA dan
RNA polymerase dapat memperpanjang untai asam nukleat hanya dalam arah 5’ ke
3’. Namun, dua untai pada molekul DNA antiparalel. Oleh karena itu, hanya satu
untai (strand terkemuka) dapat disintesis terus menerus oleh DNA polymerase. Untai
lain (lagging strand) disintesis segmen oleh segmen.2
Gambar menunjukkan, sintesis DNA di mana, teradapat leading strand dan lagging
strand.2
Junaidi W, Mekanaisme Replikasi : March 7 2010
Selama replikasi DNA, pemasangan basa untai-untai DNA yang ada bertindak
sebagai cetakan untuk untai komplementer yang baru. Replikasi DNA
semikonservatif yaitu di mana molekul induk membuka gulungannya dan setiap untai
kemudian berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis setengah molekul yang baru
sesuai dengan aturan-aturan pemasangan basa.2-8
7
Konsep dasar replikasi DNA adalah :2
1. Sebelum memulakan replikasi, molekul induk mempunyai dua untai
DNA komplementer.
2. Langkah pertama dalam replikasi adalah pemisahan kedua untai DNA
3. Setiap untai yang lama berfungsi sebagai cetakan yang menentukan
urutan nukleotida terpasang untai komplementer yang baru yang sesuai.
4. Nukleotida baru tersebut disambung satu sama lain untuk membentuk
tulang belakang gula fosfat dari untaian yang baru
Gambar menunjukkan, proses replikasi DNA di mana pemasangan basa untai DNA
yang komplementer dengan untai yang baru3
http://www.angelfire.com/scifi/anarkimia/Biologia/REPLICACIONDNA.htm
Transkripsi
Transkripsi adalah sintesis RNA yang diarahkan oleh DNA. Sintesis RNA pada
cetakan DNA dikatalis oleh enzim RNA polymerase. Sintesis ini mengikuti aturan
pemasangan basa yang sama seperti replikasi DNA, terkecuali bahawa pada RNA,
Urasil menggantikan Thymine. Promoter urutan nukleotida spesifik pada bagian
start suatu gen, memberi sinyal untuk menginisiasi sintesis RNA. Faktro transkripsi
(protein) membantu RNA polimerasi eukariotik mengenali urutan promotor.
8
Transkripsi terus berlangsung hingga urutan RNA tertentu memberi sinyal
terminiasi.4
Molekul mRNA eukariotik diproses sebelum meninggalkan nucleus dengan
modifikasi hujungnya dan dengan penyambungan RNA. Ujung 5’ menerima tutup
nukleotida termodifikasi, sementara hujung 3’ menerima ekor poli (A). Sebagian
besar gen eukarioti memiliki intron, daerah bukan pengkode yang berselang seling di
daerah pengkode, ekson. Dalam penyambungan RNA, intron dikeluarkan dan ekson
bergabung. Penyambungan RNA ini dikatalis oleh ribunukleoprotein nucleus kecil
(snRNP), yang beroperasi di dalam susunan yang lebih besar disebut spliosom.
Molekul RNA katalik disebut Ribozim. Pencampuradukan ekson melalui
rekombinasi dapat saja memberikan sumbangan pada evolusi keragaman protein.4
Pada awal proses, DNA akan diterjemahkan terlebih dahulu menjadi suatu untaian
molekul yang disebut mRNA dalam proses yang disebut transkripsi. Proses
penerjemahan ini terjadi di dalam nukleus sel retikulosit. mRNA di sini berfungsi
seperti tukang pos yang membawa informasi yang telah diterjemahkan. Selanjutnya,
mRNA akan keluar dari nukleus menuju sitoplasma sel.
Translasi
Translasi adalah sintesis polipeptida yang diatur oleh RNA. Saat molekul
mRNA meluncur melalui ribosom, kodon-kodon ditranslasi satu per satu menjadi
asam-asam amino. Interpreternya adalah molekul tRNA. Setelah mengambil asam
amino spesifik, tRNA berjajar dengan bantuan triplet antikodonnya di kodon
komplementer pada mRNA. Pelekatan asam amino pada spesifik pada bagian tRNA
tertentu merupakan proses yang digerakan ATP yang dikatalis enzim sintetase tRNA-
aminosil. Translasi terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Aktivasi-berupa penambahan asam amino pada tRNA.4
b. Inisiasi dan elongasi
Setelah sampai di ribosom, mRNA akan menempel pada subunit kecil ribosom (30 S)
lewat ujung 5′. Pada saat yang bersamaan, tRNA menempel pada subunit besar
ribosom (50 S). Proses tersebut akan menyebabkan asam amino Metionin dengan
9
kodon AUG menjadi asam amino pertama yang menempel pada ribosom. Asam
amino metionin merupakan asam amino yang selalu pertama kali menempel pada
ribosom saat sintesis protein. Hal tersebut berkaitan dengan adanya kondon start, yaitu
AUG (Metioinin), yang merupakan kode untuk proses perangkaian asam amino
(sintesis protein sebenarnya) dimulai. Jadi, ribosom menerima mRNA dan kode
informasi yang dibawanya dan akan langsung menggabungkan bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat globin. Kode informasi yang dibawa mRNA adalah 8
semacam resep pembuatan globin dan yang akan membuatnya adalah ribosom. 5
Setelah proses inisiasi selesai, proses selanjutnya adalah penerjemahan kodon triplet
dan penempelan asam amino sehingga membentuk rantai. Penerjemahan kode ini
akan diikuti pengikatan asam amino sesuai kodon oleh tRNA yang kemudian dibawa
ke kompleks ribosom dan digabungkan dengan asam amino yang sudah ada
sebelumnya. Proses tersebut akan berlangsung sampai munculnya kodon terminasi.
c. Terminasi (Sintesis berhenti)
Proses elongasi akan diakhiri saat terbacanya rangkaian kodon UAA, UAG, atau
UGA. Kodon-kodon tersebut bukan pengkode asam amino, merupakan kodon yang
memerintahkan untuk penghentian sintesis protein. Faktor pelepas akan menempel
pada ribosom setelah pembacaan kodon stop. Faktor pelepas tersebut menyebabkan
terlepasnya mRNA dari ribosom, selanjutnya diikuti dengan pemisahan subunit besar
dan kecil ribosom. http://alamanda745756.blogspot.com/2010/11/transkripsi-rna.html
Setiap ribosom terdiri dari dua sub
unit yang terbuat dari protein dan
RNA ribosom (rRNA). Ribosom
memiliki tempat pengikatan untuk
mRNA : tempat P dan A yang
mengikat tRNA yang bersebelahan
begitu asam amino dihubungkan dalam
rantai polipeptida yang sedang
tumbuh : dan tempat E untuk pelepasan
tRNA.
10
Jadi protein yang dihasilkan oleh ribosom masih belum sempurna karena
masih berupa gabungan bahan-bahan mentah. protein yang berada di sitoplasma ini
akan dikirim ke bagian lain sel yang disebut Badan Golgi. Di Badan Golgi, globin
akan mengalami penyempurnaan dan pembentukan menjadi struktur protein yang
utuh. Ratusan buah molekul protein akan tersebar di dalam sel. Empat buah molekul
protein dari dua jenis yang berbeda akan bergabung dan dengan tambahan atom besi
menjadi molekul protein yang lebih besar dan sesuai dengan fungsinya. 5-6
TEST DNA
DNA atau DeoxyriboNucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan
semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna
kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia. DNA ini akan menjadi cetak biru (blue print)
ciri khas manusia yang dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sehingga dalam
tubuh seorang anak komposisi DNA nya sama dengan tipe DNA yang diturunkan dari
orang tuanya. Sedangkan tes DNA adalah metode untuk mengidentifikasi fragmen-
fragmen dari DNA itu sendiri. Atau secara sederhananya adalah metode untuk
mengidentifikasi, menghimpun dan menginventarisir file-file khas karakter tubuh.
Tes DNA umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu (1) tujuan pribadi seperti
penentuan perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak dan (2) tujuan hukum,
yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah hancur,
sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan pencocokan antara DNA korban
dengan terduga keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan semisal dalam
kasus pemerkosaan atau pembunuhan. Hampir semua sampel biologis tubuh dapat
digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut,
usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus
forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang
ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA.
INSULIN
Insulin adalah suatu polipetida yang mengandung dua rantai asam amino yang
dihubungkan oleh jembatan disulfida. Terdapat perbedaan kecil dalam komposisi
asam amino molekul dari satu spesies ke spesies lain. Perbedaan ini biasanya tidak
11
cukup besar untuk dapat mempengaruhi aktivitas biologik suatu insulin pada spesies
heterolog tetapi cukup besar untuk menyebabkan insulin bersifat antigenik. Bila
insulin dari sati spesies disuntikkan dalam jangka lama pada spesies lain, akan
terbenntuk antibodi antiinsulin yang menghambat insulin yang disuntikkan. Hampir
semua penderita yang pernah mendapat suntikan insulin sapi komersial selama lebih
dari 2 bulan membentuk antibodi terhadap insulin sapi, tetapi titernya biasanya
rendah. Insulin babi berbeda dengan insulin manusia hanya pada satu residu asam
amino dan memiliki antigenisitas yang rendah. Insulin manusia yang dihasilkan dalam
bakteri oleh teknologi DNA rekombinan sekarang digunakan secara luas untuk
menghindari semua masalah akibat pembentukan antibodi.7
Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B. Insulin kemudian dipindahkan ke
aparatus golgi, tempat ia mengalami pengemasan dalam granula berlapis membran.
Granula ini bergerak ke membran plasma melalui suatu proses yang melibatkan
mikrotubulus, dan isi granula dikeluarkan melalui eksositosis. Insulin kemudian
melintasi lamina basalin sel B serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk
mencapai aliran darah. 7
Seperti hormon polipeptida dan protein serupa lainnya yang masuk ke dalam
retikulum endoplasma, insulin disintesis sebagai bagian dari praprohormon yang
berukuran besar. Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek
kromosom. Gen ini memiliki dua intron dan tiga ekson.8
Praproinsulin memiliki peptida sinyal 23 asam amino yang dikeluarkan sewaktu
molekul ini memasuki retikulum endoplasma. Molekul sisanya kemudian melipat,
kemudia membentuk ikatan disulfida sehingga akhirnya terbentuk proinsulin. Segmen
peptida yang menghubungkan rantai A dan B, connecting peptide, mempermudah
malipatnya molekul dan kemudian terlepas dari granula sebelum sekresi. Dua protease
berperan dalam pengolahan proinsulin; proinsulin sejauh ini diketahui tidak memiliki
aktivitas biologik. Dalam keadaan normal, 90-97% produk yang dilepaskan dari sel B
adalah disertai peptida C dalam jumlah ekimolar. Sisanya sebagian besar adalah
proinsulin. Peptida C dapat diukur dengan radioimmunoassay, dengan kadarnya
merupakan indeks fungsi sel B pada penderita yang mendapat insulin eksogen.8
Kerja Insulin
12
Kerja insulin dimulai dengan terikatnya insulin pada reseptor yang terdapat pada
permukaan dari membran sel sasaran. Banyak sel tubuh tampaknya memiliki reseptor
insulin permukaan sel yang spesifik. Pada sel lemak, hati, dan otot, ikatan insulin pada
reseptor-reseptor ini dikaitkan dengan respon biologik jaringan-jaringan ini terhadap
hormon. Reseptor-reseptor ini mengikat insulin dengan cepat, dengan spesifisitas
tinggi dan afinitas yang cukup tinggi untuk mengikat jumlah pikomolar.7
Baru-baru ini dibuktikan bahwa reseptor insulin adalah glikoprotein-
glikoprotein membran yang terdiri dari dua subunit,suatu subunit alfa yang besar,
yang lemuas ekstraselular dan terlibat dalam proses pengikatan molekul insulin, dan
beta yang lebih kecil (BM 90.000) yang dominan di dalam sitoplasma dan
mengandung suatu kinase yang akan menjadi teraktivasi pada pangikatan insulin
dengan akibat fosforilasi dari subunit beta itu sendiri. Sesudah insulin berikatan
dengan reseptornya, sejumlah kompleks insulin reseptor akan mengalami proses
internalisasi. Akan tetapi masih tetap kontroversial apakah kompleks insulin reseptor
akan mengalami internalisasi ini berperan atas kerja insulin lanjut ataukah mereka
membatasi kerja insulin lanjut dengan memanjakan insulin pada lisosom pemangsa
intraselular.7
Dua model telah diajukan untuk menjelaskan kerja insulin. Yang pertama
melibatkan serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi
yang akan merangsang protein-protein intraselular, termasuk glucose transporter 4,
transferin, reseptor protein densitas rendah, dan reseptor faktor pertumbuhan II mirip
insulin (IGF-II) untuk berpindah ke permukaan sel. Jika protein-protein yang pada
masa pasca absorpsi ini tersebar intraseluler berpindah ke permukaan sel pada saat
pemberian makan, maka mereka akan mempermudah transpor zat-zat gizi ke dalam
jaringan-jaringan sasaran insulin, dan dapat membantu pertumbuhan dengan cara
memungkinkan akses IGF-II dalam sirkulasi pada reseptor permukaan sel.8
Dengan model ini, maka cacat genetik distal dari reseptor insulin dapat berakibat
resistensi insulin “post reseptor”, cacat yang mungkin terjadi antara lain kelainan
enzim yang bertanggunga jawab untuk fosforilasi dari protein glucose transporter,
mutasi dari glucose transporter itu sendiri, atau kelainan dalam pemrosesan sendiri.8
Lebih jauh, kelainan dari enzim-enzim fosfatase mungkin bertanggung jawab atas
keterlambatan pemulihan normal reseptor insulin ke lokus membran permukaanya,
13
berakibat sebagai resistensi terhadap kerja insulin selanjutnya. Model kedua
memerlukan hidrolisis dari suatu glikolipid membran oleh aktivitas fosfolipase C
yang diransang oleh insulin. “Second messenger” potensial misalnya inositol
monofosfat, glukosamin, dan diasilgliserol dapat memperantarai reseptor respons
intraselular terhadap insulin, di mana diasilgliserol memudahkan fosforilasi
intraselular dengan mengaktifkan protein kinase C.8
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat
masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang
artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan
jadi lemah tidak ada sumber energi dalam sel. Inilah yang terjadi pada DM tipe 1 atau
IDDM. Pada DM tipe 2 atau NIDDM jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel.7
Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya banyak (insulin), tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga akan kekurangan bahan bakar dan
glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan DM tipe 1. Perbedaannya dengan DM tipe 2 di samping kadar glukosa tinggi,
juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak terlalu jelas, tetapi
faktor-faktor di bawah ini banyak berperan:
Obesitas terutama yang bersifat sentral
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
Kurang gerak badan
14
Faktor keturunan
Pada DM tipe 2 jumlah sel beta berkurang 50%-60% dari normal. Jumlah sel alfa
meningkat. Yang mencolok adalah peningkatan jumlah jaringan amiloid pada sel beta
yang disebut amilin. Baik pada DM tipe 1 maupun tipe 2 kadar glukosa darah jelas
meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, glukosa itu akan keluar
melalui urin.8
Reseptor Insulin
Reseptor insulin dijumpai di berbagai jenis sel dalam tubuh, termasuk sel-sel yang
ambilan glukosanya tidak ditingkatkan oleh insulin. Reseptor tersebut, yang memiliki
berat molekul sekitar 340.000, adalah suatu tetramer yang terdiri dari dua subunit
glikoprotein 2α dan 2β. Kesemuanya disintesis pada satu mRNA dan kemudian
mengalami pemisahan secara proteolitis lalu berikatan satu sama lain dengan ikatan
disulfida. Gen untuk reseptor insulin memiliki 22 ekson dan terletak di kromosom 19.
Subunit α insulin dan terletak ekstrasel, sementara subunit β melintasi membran.
Ujung intrasel subunit β memiliki aktivitas tirosin kinase. Subunit α dan β mengalami
glikosilasi, dengan residu gula meluas ke dalam cairan interstisium.9
Pengikatan insulin mencetuskan aktivitas tirosin kinase subunit β, menyebabkan
otofosforilasi subunit β pada residu tirosin. Otofosforilasi, yang penting bagi efek
biologik insulin, memicu fosforolasi sebagian protein sitoplasma dan defosforilasi
pada protein lainnya, umumnya pada residu serin dan treonin. Sewaktu berikatan
dengan reseptornya, insulin menggumpal dalam bercak-bercak dan dimasukkan ke
dalam sel melalui proses endositosis yang diperantai reseptor. Akhirnya, kompleks
insulin reseptor masuk ke dalam lisosom, tempat reseptor diperkirakan terurai atau
didaur ulang. Waktu paruh reseptor insulin adalah sekitar 7 jam.9
Jumlah atau afinitas reseptor insulin, atau keduanya, dipengaruhi oleh insulin dan
hormon lain, olahraga, makanan, dan faktor lain. Pajanan ke insulin dalam jumlah
yang meningkat akan menurunkan konsentrasi reseptor, dan pajanan ke insulin dalam
jumlah yang menurun akan meningkatkan afinitas reseptor. Jumlah reseptor per sel
meningkat pada kelaparan dan menurun pada obesitas dan akromegali. Afinitas
reseptor meningkat pada insufisiensi adrenal dan menurun oleh kelebihan
glukokortikoid.9
15
Kelainan Insulin
Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas, atau keduanya akan berpengaruh
terhadap kerja insulin. “Down Regulation” adalah suatu fenomena di mana jumlah
reseptor insulin menjadi berkurang sebagai respons terhadap kadar insulin dalam
sirkulasi yang meninggi kronik, agaknya karena meningkatnya proses degradasi
insulin intraselular. Sebaliknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan reseptor akan
mengalami peningkatan. Kondisi-kondisi ini disertai kadar insulin tinggi dengan
ikatan yang rendah pada reseptor termasuk obesitas, asupan karbohidrat yang tinggi,
dan insulinisasi eksogen kronik yang berlebihan. Kondisi-kondisi ini disertai kadar
insulin rendah dan ikatan pada reseptor yang tinggi termasuk latihan fisik dan puasa.
Akhirnya kortisol dalam jumlah berlebih akan mengurangi kemampuan insulin untuk
terikat pada reseptornya. Belum jelas apakah kejadian ini merupakan suatu efek
langsung dari hormon sendiri, ataukah terjadinya melalui kadar insulin yang
meningkat.9
Insulin Mutan
Kendati keberadaan gangguan ini sudah disadari sejak 12 tahun terakhir, hanya
delapan keluarga yang berhasil diidentifikasi memiliki insulin dalam bentuk abnormal
dalam sirkulasi. Pada tiga dari keluarga-keluarga ini, terjadi gangguan pada
pemisahan molekul proinsulin; pada lima keluarga lainnya dilaporkan kelainan dari
molekul insulin itu sendiri.
Analisis gen insulin, insulin dalam sirkulasi, dan gambaran klinis dari anggota
keluarga dari kasus-kasus ini menunjukkan bahwa individu-individu dengan insulin
mutan bersifat heterozigot untuk cacat ini, di mana baik molekul insulin normal dan
abnormal keduanya diekspresikan sederajat. Namun demikian, karena ikatan insulin
abnormal pada reseptor buruk, maka aktifitas biologiknya sangat rendah dan akan
berakumulasi di dalam darah melampaui kadar insulin normal. Laju ekskresi dari
insulin mutan yang menurun menyebabkan hiperinsulinemia sesudah puasa malam
hari dan suatu rasio molar peptida C subnormal terhadap insulin imunoreaktif.
Diabetes melitus dapat atau tidak terjadi bersama insulin mutan, bergatung pada kadar
dan bioaktivitas dari insulin normal dan abnormal dalam sirkulasi, dan pada respons
jaringan perifer terhadap insulin.9
16
Proses fungsi insulin
Mutasi Genetik
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun
RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom.
Mutasi pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat
mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung
evolusi mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Perubahan pada
sekuens basa DNA akan menyebabkan perubahan pada protein yang dikode oleh gen.
Contohnya, bila gen yang mengkode suatu enzim mengalami mutasi, maka enzim
yang dikode oleh gen mutan tersebut akan menjadi inaktif atau berkurang
keaktifannya akibat perubahan sekuens asam amino. Namun mutasi dapat pula
menjadi menguntungkan bila enzim yang berubah oleh gen mutan tersebut justru
meningkat aktivitasnya dan menguntungkan bagi sel.10 Mayoritas merupakan mutasi
tidak nyata atau mutasi netral (silent mutation). Silent mutation merupakan perubahan
sekuens basa yang tidak menyebabkan perubahan aktivitas pada produk yang dikode
oleh gen. Silent mutation umumnya muncul akibat satu nukleotida diganti oleh
nukleotida lain, terutama pada lokasi basa ketiga pada triplet kodon mRNA. Bila
17
perubahan satu basa nukleotida ini tidak mengubah asam amino, maka fungsi dari
protein tidak berubah. Bila asam amino yang dikode berubah, fungsi protein dapat
tidak terganggu bila asam amino yang berubah tersebut bukan merupakan bagian vital
dari protein, atau secara kimia sangat mirip dengan asam amino aslinya.10
TACAACGTCACCATT
Untai sense mRNA
AUGUUGCAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan
Silent Mutation
TACAAgTCACCATT
Untai sense mRNA
AUGUUcCAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan
1. Mutasi gen
Pasangan basa nitrogen pada DNA, antara timin dan adenine atau antara
guanine dan sitosin dihubungkan oleh ikatan hydrogen yang lemah. Atom-atom
hydrogen dapat berpindah dari satu posisi ke posisi lain pada purin atau
pirimidin. Perubahan kimia sedemikian disebut perubahan tautomer. Misalnya
secara tidak normal, adenine berpasangan dengan sitosin dan timin dengan
guanine. Peristiwa perubahan genetic seperti ini disebut mutasi gen karena hanya
terjadi di dalam gen. Mutasi gen disebut juga dengan mutasi titik (point
mutation). Mutasi gen dapat terjadi karena substitusi basa N. Macam macam
mutasi gen antara lain:10
1. Mutasi tak bermakna (nonsense mutation) : tejadi perubahan kodon (triplet) dari kode
basa N asam amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein,
18
misalnya UUU diganti UUS yang sama-sama kode dari fenilalamin.
2. Mutasi ganda tiga (triplet mutation) : terjadi karena adanya penambahan atau
pengurangan tiga basa secara bersama-sama.
3. Mutasi bingkai (frameshift mutation) : terjadi karena adanya penambahan sekaligus
pengurangan satu atau beberapa pasangan basa secara bersama-sama.
Mutasi titik (point mutation) merupakan mutasi yang melibatkan
penggantian satu pasang basa (substitusi basa), di mana satu basa pada satu sekuens
DNA diganti dengan basa yang berbeda. Bila DNA direplikasi maka hasilnya adalah
substitusi pasangan basa.10,11
Contoh mutasi titik
AGCGT GGCGT
TCGCA CCGCA
Mutasi ini dapat menyebabkan beberapa hal tergantung dari letak mutasinya pada gen.
Bila penggantian basa berlangsung di dalam gen yang mengkode protein, maka
mRNA yang ditranskripsi dari gen akan membawa basa yang salah. Bila mRNA
tersebut ditranslasi menjadi protein, maka kesalahan basa tersebut dapat menyebabkan
tidak terjadinya pembentukan protein, atau terbentuknya protein abnormal, atau
terbentuknya kodon nonsense (kodon STOP) yang menghentikan sintesis lengkap
protein fungsional, dikenal sebagai nonsense mutation.10,11
Terbentuknya asam amino yang berbeda dari normal pada sintesis asam amino akibat
kesalahan basa pada mutasi titik disebut dengan missense mutation. Misalnya sickle-
cell anemia (anemia sel sabit), merupakan penyakit akibat missense mutation tunggal
pada basa pengkode protein hemoglobin. Protein hemoglobin tersusun atas 147 asam
amino. Pada asam amino ke-6, adenine digantikan dengan timin. Perubahan ini
menyebabkan perubahan asam amino glutamate menjadi valin, sehingga mengubah
bentuk molekul hemoglobin pada kondisi kadar oksigen rendah, dan menyebabkan sel
19
darah merah menjadi berbentuk bulan sabit. Bentuk bulan sabit menyulitkan transport
sel darah merah melalui pembuluh darah kapiler.10,11
Contoh missense mutation
TACAACGTCACCATT
Untai sense mRNA
AUGUUGCAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan
TACAACtTCACCATT
AUGUUGaAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-lisin- triptofan
Mutasi pasangan basa dapat juga menyebabkan perubahan pada DNA yang
disebut dengan frameshift mutation. Mutasi ini berupa delesi (pemotongan) atau
insersi (penyisipan) satu atau beberapa pasang nukleotida pada DNA dan
menyebabkan terjadinya pergeseran pembacaan kerangka sandi (reading frameshift),
sehingga akan menyebabkan perubahan asam amino. Contoh kasus frameshift
mutation adalah penyakit Huntungton (Huntungton disease), suatu penyakit saraf
yang disebabkan oleh adanya penyisipan basa tambahan pada DNA.10
Mutasi penggantian (substitusi) basa dan mutasi frameshift dapat terjadi
secara spontan akibat kesalahan pada replikasi DNA. Mutasi spontan ini umumnya
muncul tanpa pengaruh dari bahan – bahan penyebab mutasi (bahan mutagenic atau
mutagen) seperti halnya senyawa kimia atau factor pengaruh radiasi.10
Jenis mutasi yang lain adalah mutasi supresor, mutasi yang dapat meniadakan mutasi
yang terjadi sebelumnya sehingga menjadi normal kembali. Mutasi ini disebut juga
mutasi balik (reversed mutation) dan menghasilkan revertan, yaitu gen yang
mengalami mutasi balik dan menjadi normal kembali. contoh mutasi gen adalah
20
reaksi asam nitrit dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati
tempat adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.10
Terapi Gen
Gen terapi adalah penyisipan gen ke individu sel dan jaringan untuk mengobati
penyakit, seperti penyakit keturunan di mana alel mutan yang merugikan diganti
dengan yang fungsional. Meskipun teknologi masih dalam masa kanak-kanak, telah
digunakan dengan beberapa keberhasilan. Terobosan ilmiah terus bergerak Terapi gen
menuju obat utama.12
Ilmuwan pertama mengambil langkah logis mencoba untuk memperkenalkan
gen langsung ke sel-sel manusia, yang berfokus pada penyakit yang disebabkan oleh
cacat gen tunggal, seperti cystic fibrosis, hemofilia, muscular dystrophy dan anemia
sel sabit. Namun, hal ini telah terbukti lebih sulit daripada memodifikasi bakteri,
terutama karena dari masalah-masalah yang terlibat dalam membawa besar bagian
dari DNA dan mengantarkan mereka ke tempat yang benar tentang genome relatif
besar. Hari ini, kebanyakan gen terapi studi ditujukan kanker dan penyakit kelainan
keturunan yang terkait dengan cacat genetik. Terapi antisense yang tidak terlalu ketat
bentuk terapi gen, tetapi adalah terapi yang terkait, diperantarai secara genetis.12
Terapi gen yang menggunakan vektor adenovirus: gen baru disuntikkan ke
dalam vektor adenovirus, yang digunakan untuk memperkenalkan DNA diubah ke
dalam sel manusia. Jika perawatan berhasil, gen baru akan membuat protein
fungsional.Biologi manusia gen terapi tetap kompleks dan membutuhkan banyak
teknik lebih lanjut pengembangan. Banyak penyakit dan link genetik yang ketat
mereka perlu dipahami lebih sepenuhnya sebelum Terapi gen dapat digunakan dengan
tepat. Perdebatan kebijakan publik seputar penggunaan mungkin rekayasa genetika
materi dalam subjek manusia telah sama-sama kompleks. Peserta utama dalam
perdebatan berasal dari bidang biologi, pemerintah, hukum, Kedokteran, filsafat,
politik, dan agama, masing-masing membawa pandangan yang berbeda untuk diskusi.
Ada berbagai metode yang berbeda untuk mengganti atau memperbaiki gen yang
ditargetkan pada terapi gen.12
• Gen normal dapat dimasukkan ke lokasi spesifik dalam genom untuk menggantikan
21
gen berfungsi. Pendekatan ini paling umum.
• Gen yang abnormal dapat ditukarkan dengan gen normal melalui rekombinasi
homolog.
• Gen yang abnormal dapat diperbaiki melalui selektif mutasi yang terbalik, yang
kembali gen untuk fungsi normal.
• Peraturan (gelar yang gen diaktifkan atau dinonaktifkan) gen tertentu bisa diubah.'' '
• Gelendong transfer digunakan untuk menggantikan seluruh mitokondria yang
membawa cacat DNA mitokondria
Gambar menunjukkan bagaimana terapi gen digunakan.12
US National Library of Medicine, What is gene therapy. http://www.news-
medical.net/health/What-is-Gene-Therapy-(Indonesian).aspx
Penutup
Perubahan gen reseptor ataupun protein yang lain terjadi disebabkan oleh mutasi gen
sama ada kerana faktor internal mahupun faktor eksternal. Bagi faktor internal,
mutasi terjadi dan menyebabkan perubahan kepada kode amino asid sebagai basa
penyusun kepada protein. Kesilapan semasa mengkode amino asid boleh terjadi
dengan sendirinya.
22
Untuk memperbaiki kesilapan tersebut, terapi gen digunakan.Untuk protein yang
berubah kode nya, akan terjadi perubahan fungsi juga. Seperti mana perubahan gen
reseptor insulin, akan menyebabkan fungsi reseptro insulin menurun.
Daftar Pustaka
1. DNA, http://ocw.utah.edu/biology/principles-of-biology/lectures/lecture2-c
(cited 2008)
2. Junaidi W, Mekanisme Replikasi DNA, march 7, 2010
3. http://www.angelfire.com/scifi/anarkimia/Biologia/REPLICACIONDNA.htm
4. Medicinesia, Transkripsi dan translasi DNA, cited June 14 2011. Available
at
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/sel-dan-biomolekuler/transkri
psi-dan-translasi-dna/
5. Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia, Thalasemia.
Diunduh dari http://www.phtdi.org/content/view/15/. 29 Januari 2011
6. Cahyani I. The Language of God in Human Body : How Biology Supports the
Belief of God. Seminar ‘Nature and Scripture’. Surabaya, March 26, 2009
7. Saltiel A.R,Pessin J.E. Mechanism of insulin action.Accili A, editors.New
York :Landes Bioscience;2009.p.23-33
8. Ashcroft F.M, Stephen J.H. Insulin and molecular biology to pathology.
Oxford University Press;2008.p.41-9
9. Teuschev A. Insulin: A voice for choice. Davis L, editors. Switzerland;
2009.p.32-8
10. Miradi E, Tipe gen mutasi. Diunduh dari:
http://www.elvinmiradi.com/topik/jenis+mutasi+gen.html. 29 Januari 2011
11. Granner DK, Weil A. Sintesis protein dan kode genetik. Murray RK, Granner
DK, Rodwell VW. Dalam: Biokimia Harper. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran ECG 2009: h376-91
12. US National Library of Medicine, What is gene therapy. http://www.news-
medical.net/health/What-is-Gene-Therapy-(Indonesian).aspx
23