pbl 3
-
Upload
dian-ayu-ningsih -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of pbl 3
KASUS 3
PENDENGARAN BERKURANG
Pria 40 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan pendengaran berkurang pada kedua telinga
dan rasa berdengung pada telinga kiri. Keluhan ini sudah 5 hari dirasakan oleh pasien, pasien
bekerja dipabrik pemotongan logam, ketika pasien sedang bekerja memperbaiki mesin pabrik
yang sedang mengalami gangguan. Ketika sedang melaksanakan perbaikan mesin
pabrik tersebut tiba-tiba terjadi suatu ledakan yang sangat kuat. Untungnya pria ketika
berkerja mengenakan baju khusus untuk perlindungan dan juga mengenakan proteksi didaerah
kepala dan wajahnya. sehingga terhindar dari kecelakaan yang berat. Keluhan ini muncul
segera setelah ledakan tersebut. Pada pemeriksaan telinga, selain ditemukannya
tinitus pada telinga kiri, tampak ada perforasi ringan pada membran timpani telinga
kiri, pemeriksaan audiometri nada murni memberikan hasil adanya tuli yang berat pada kedua
telinga.
STEP I
-
STEP II
1. Definisi dan jenis kebisingan?
2. Penyebab pada kasus?
3. Cara mengukur kebisingan?
4. Intensitas bunyi maksimal yang baik bagi manusia?
5. Dampak kebisingan bagi kesehatan?
6. Macam-macam gangguan pendengaran?
7. Penilaian kesehatan akibat kebisingan?
STEP III
1. Definisi dan jenis kebisingan?
Definisi kebisingan : bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
serta kenyamanan lingkungan.
Jenis kebisingan : intermiten,impulsif, kontinyu
2. Penyebab pada kasus?
Ledakan peningkatan suara trauma telinga
3. Cara mengukur kebisingan?
Audiometer, Dosimeter, Sound Presure Meter, Octave Band Anallyzer
4. Intensitas bunyi maksimal yang baik bagi manusia?
0-19 dB sangat tenang
20-39 dB tenang
40-59 dB sedang
50-79 dB kuat
100-120dBsangat tinggi
5. Dampak kebisingan bagi kesehatan?
– Gangguan fisiologi
- Gangguan psikologis
- Gangguan komunikasi
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan pendengaran
6. Macam-macam gangguan pendengaran?
– Tuli sementara
- Tuli menetap
- Trauma akustik
- Tinitus
- Prebicusis
- Mixed earing lose
- Konduktive earing lose
7. Penilaian kesehatan akibat kebisingan?
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
STEP IV
1. Definisi dan jenis kebisingan?
Definisi kebisingan:
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran)
maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor
intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Jenis kebisingan:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut – turut. Misalnya
mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga
relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada
frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus –
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara
ledakan mercon, meriam.
e. Bising Impulsif Berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang – ulang.
Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.
Misalnya mendengkur.
b. Bising yang menutupi (Masking Noise) . Merupakan bunyi yang menutupi
pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam bising dari sumber lain.
c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise)
bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
2. Penyebab pada kasus?
- Tuli konduktif trauma pada membrane timpani - Tuli sensorineural gangguan pada nervus VIII
3. Cara mengukur kebisingan?
- Audiometer : Pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian
- Dosimeter : Pemeriksaan untuk mengukur tingkat pajanan pada pekerja
- Sound Presure Meter: untuk mengetahui intensitas bising
- Octave Band Anallyzer: menggunakan filter dengan komponen peralatan SPM
4. Intensitas bunyi maksimal yang baik bagi manusia?
NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja
bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan
di tempat kerja adalah intensitas tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk
waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
Waktu maksimum untuk bekerja adalah sebagai berikut :
a. 82 dB : 16 jam per hari
b. 85 dB : 8 jam per hari
c. 88 dB : 4 jam per hari
d. 91 dB : 2 jam per hari
e. 97 dB : 1 jam per hari
f. 100 dB : ¼ jam per hari
5. Dampak kebisingan bagi kesehatan?
a. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,
psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain –lain.
c. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat
tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas
kerja
d. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing,
mual dan lain –lain.
e. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap
pendengaran adalah gangguan yang paling seirus karena dapat menyebabkan
hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau
awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut
maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat
kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami
pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :
Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal
Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan
Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang
Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat
Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat
6. Macam-macam gangguan pendengaran?
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja
akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu
pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu
istirahat secara cukup. Daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang
dengar semula dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi
oleh faktor – faktor berikut :
Tingginya level suara
Lama pemaparan
Spektrum suara
Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadinya TTS akan lebih besar.
Kepekaan individu
Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik) ketulian apabila
diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin,
streptomycin, dan beberapa obat lainnya.
Keadaan kesehatan
c. Trauma akustik
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara
yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan fisiologis
telinga dalam sehingga terjadi gangguan kemampuan meneruskan getaran ke
organ Corti. Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang telinga, kerusakan
tulang-tulang pendengaran, atau kerusakan langsung organ Corti. Penderita
biasanya tidak sulit untuk menentukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan
kehilangan pendengaran.
7. Penilaian kesehatan akibat kebisingan?
1. Identifikasi penyakit akibat kerja
1) Pendekatan epidemiologis (komunitas)
Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit:
Kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis
2) Pendekatan klinis (individu)
Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan
yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami
cukup besar, peranan faktor individu, faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis
PAK atau bukan PAK
2. Diagnosis penyakit akibat kerja
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:
Kep.333/men/1989, diagnosis (dokter perusahaan) penyakit akibat kerja berdasarkan:
- Klinis
- Laboratorium & pemeriksaan penunjang
- Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan
Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja
1) Menentukan diagnosis klinis
- melakukan sesuai prosedur medis yang berlaku
- bila perlu melakukan pemeriksaan penunjang /tambahan atau rujukan
informasi ke spesialis lain
- melakukan langkah-langkah medis
a. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan
perjalanan penyakit
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pekerjaan :
- faktor di tempat kerja
- riwayat penyakit dan gejala
- riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu,
lama, hasil produksi, bahan yang dipakai, dll)
Anamnesis pekerjaan
- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
- Waktu
- Lamanya bekerja per hari dan masa kerja
- Apa yang diproduksi
- Bahan apa yang digunakan
- Jumlah pajanan (kuantitatif)
- Alat pelindung diri yang digunakan
- Hubungan gejala dengan waktu kerja
- Pengaruh terhadap pekerjaan lain
- Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan
b. Pemeriksaan klinis
c. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses)
d. Pemeriksaan rontgen
e. Pemeriksaan tempat kerja
- faktor penyebab
- hasil pengukuran
f. Menentukan diagnosis kerja & diagnosis differensial
2) Menentukan pajanan yang dialami
- Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya
- Beberapa pajanan >1 penyakit atau sebailknya
- Melakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif) :
mendeskripsi pekerjaan secara kronologis, periode waktu kerja masing-
masing, apa yang diproduksi, bahan yang digunakan, cara bekerja
3) Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?
- Melakukan identifikasi pajanan
- Evidence based: pajanan-penyakit
- Bila tidak ada : pengalaman penelitian awal
4) Apa jumlah pajanan cukup besar
- Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis
- Dapat dengan pengamatan kualitatif cara kerja, proses kerja, bagaimana
lingkungan kerja
- Masa kerja
- Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?
5) Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh
- Berapa besar berperan ?
- Riwayat atopi/alergi
- Riwayat penyakit dalam keluarga
- Hiegene perorangan
6) Mencari kemungkinan lain di luar pekerjaan
- Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit (bukan faktor pekerjaan)
- Rokok, pajanan di rumah, hobi
7) Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja:
- Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja
- Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan
Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan
pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum diperiksa karyawan harus
dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selama 16 jam. Dalam usaha memberikan
perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan audiometri sebagai berikut :
1). Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang bising
2). Secara berkala (periodik / tahunan)
Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari, pemeriksaan dilakukan
setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising.
3) Secara khusus pada waktu tertentu
4) Pada akhir masa kerja.
Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu :
1) Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja bekerja dikebisingan.
2) Monitor ( Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari setahun setelah audiogram
sebelumnya.
3) Test Ulangan (Retest Audiogram)
4) Test Konfirmasi ( Confirmation Audiogram), dilakukan bagi pekerja yang retest
audiogramnya konsisten menunjukkan adanya perubahan tingkat pendengaran.
5) Test Akhir ( Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja berhenti bekerja.
Kebisingan
Penilaian kebisingan