pbl 3

14
KASUS 3 PENDENGARAN BERKURANG Pria 40 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan pendengaran berkurang pada kedua telinga dan rasa berdengung pada telinga kiri. Keluhan ini sudah 5 hari dirasakan oleh pasien, pasien bekerja dipabrik pemotongan logam, ketika pasien sedang bekerja memperbaiki mesin pabrik yang sedang mengalami gangguan. Ketika sedang melaksanakan perbaikan mesin pabrik tersebut tiba-tiba terjadi suatu ledakan yang sangat kuat. Untungnya pria ketika berkerja mengenakan baju khusus untuk perlindungan dan juga mengenakan proteksi didaerah kepala dan wajahnya. sehingga terhindar dari kecelakaan yang berat. Keluhan ini muncul segera setelah ledakan tersebut. Pada pemeriksaan telinga, selain ditemukannya tinitus pada telinga kiri, tampak ada perforasi ringan pada membran timpani telinga kiri, pemeriksaan audiometri nada murni memberikan hasil adanya tuli yang berat pada kedua telinga. STEP I - STEP II 1. Definisi dan jenis kebisingan? 2. Penyebab pada kasus? 3. Cara mengukur kebisingan?

description

HHH

Transcript of pbl 3

KASUS 3

PENDENGARAN BERKURANG

Pria 40 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan pendengaran berkurang pada kedua telinga

dan rasa berdengung pada telinga kiri. Keluhan ini sudah 5 hari dirasakan oleh pasien, pasien

bekerja dipabrik pemotongan logam, ketika pasien sedang bekerja memperbaiki mesin pabrik

yang sedang mengalami gangguan. Ketika sedang melaksanakan perbaikan mesin

pabrik tersebut tiba-tiba terjadi suatu ledakan yang sangat kuat. Untungnya pria ketika

berkerja mengenakan baju khusus untuk perlindungan dan juga mengenakan proteksi didaerah

kepala dan wajahnya. sehingga terhindar dari kecelakaan yang berat.  Keluhan ini muncul

segera setelah ledakan tersebut. Pada pemeriksaan telinga, selain ditemukannya

tinitus pada telinga kiri, tampak ada perforasi ringan pada membran timpani telinga

kiri, pemeriksaan audiometri nada murni memberikan hasil adanya tuli yang berat pada kedua

telinga.

STEP I

-

STEP II

1. Definisi dan jenis kebisingan?

2. Penyebab pada kasus?

3. Cara mengukur kebisingan?

4. Intensitas bunyi maksimal yang baik bagi manusia?

5. Dampak kebisingan bagi kesehatan?

6. Macam-macam gangguan pendengaran?

7. Penilaian kesehatan akibat kebisingan?

STEP III

1. Definisi dan jenis kebisingan?

Definisi kebisingan : bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan

serta kenyamanan lingkungan.

Jenis kebisingan : intermiten,impulsif, kontinyu

2. Penyebab pada kasus?

Ledakan peningkatan suara trauma telinga

3. Cara mengukur kebisingan?

Audiometer, Dosimeter, Sound Presure Meter, Octave Band Anallyzer

4. Intensitas bunyi maksimal yang baik bagi manusia?

0-19 dB sangat tenang

20-39 dB tenang

40-59 dB sedang

50-79 dB kuat

100-120dBsangat tinggi

5. Dampak kebisingan bagi kesehatan?

– Gangguan fisiologi

- Gangguan psikologis

- Gangguan komunikasi

- Gangguan keseimbangan

- Gangguan pendengaran

6. Macam-macam gangguan pendengaran?

– Tuli sementara

- Tuli menetap

- Trauma akustik

- Tinitus

- Prebicusis

- Mixed earing lose

- Konduktive earing lose

7. Penilaian kesehatan akibat kebisingan?

- Anamnesis

- Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan penunjang

STEP IV

1. Definisi dan jenis kebisingan?

Definisi kebisingan:

Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan

frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran)

maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor

intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.

Jenis kebisingan:

a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap

dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut – turut. Misalnya

mesin, kipas angin, dan dapur pijar.

b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga

relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada

frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.

c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus –

menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,

kebisingan di lapangan terbang.

d. Bising Impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu

sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara

ledakan mercon, meriam.

e. Bising Impulsif Berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang – ulang.

Misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.

Misalnya mendengkur.

b. Bising yang menutupi (Masking Noise) . Merupakan bunyi yang menutupi

pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya

tenggelam dalam bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise)

bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau

menurunkan fungsi pendengaran.

2. Penyebab pada kasus?

- Tuli konduktif trauma pada membrane timpani - Tuli sensorineural gangguan pada nervus VIII

3. Cara mengukur kebisingan?

- Audiometer : Pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian

- Dosimeter : Pemeriksaan untuk mengukur tingkat pajanan pada pekerja

- Sound Presure Meter: untuk mengetahui intensitas bising

- Octave Band Anallyzer: menggunakan filter dengan komponen peralatan SPM

4. Intensitas bunyi maksimal yang baik bagi manusia?

NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja

bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan

di tempat kerja adalah intensitas tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk

waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.

Waktu maksimum untuk bekerja adalah sebagai berikut :

a. 82 dB : 16 jam per hari

b. 85 dB : 8 jam per hari

c. 88 dB : 4 jam per hari

d. 91 dB : 2 jam per hari

e. 97 dB : 1 jam per hari

f. 100 dB : ¼ jam per hari

5. Dampak kebisingan bagi kesehatan?

a. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal

metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,

emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,

psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain –lain.

c. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin

terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan

komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat

tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas

kerja

d. Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing,

mual dan lain –lain.

e. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap

pendengaran adalah gangguan yang paling seirus karena dapat menyebabkan

hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau

awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut

maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat

kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami

pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :

Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal

Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan

Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang

Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat

Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat

6. Macam-macam gangguan pendengaran?

a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja

akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu

pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu

istirahat secara cukup. Daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang

dengar semula dengar semula.

b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi

oleh faktor – faktor berikut :

Tingginya level suara

Lama pemaparan

Spektrum suara

Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan

terjadinya TTS akan lebih besar.

Kepekaan individu

Pengaruh Obat – Obatan

Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik) ketulian apabila

diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin,

streptomycin, dan beberapa obat lainnya.

Keadaan kesehatan

c. Trauma akustik

Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara

yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan fisiologis

telinga dalam sehingga terjadi gangguan kemampuan meneruskan getaran ke

organ Corti. Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang telinga, kerusakan

tulang-tulang pendengaran, atau kerusakan langsung organ Corti. Penderita

biasanya tidak sulit untuk menentukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan

kehilangan pendengaran.

7. Penilaian kesehatan akibat kebisingan?

1. Identifikasi penyakit akibat kerja

1) Pendekatan epidemiologis (komunitas)

Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit:

Kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis

2) Pendekatan klinis (individu)

Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan

yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami

cukup besar, peranan faktor individu, faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis

PAK atau bukan PAK

2. Diagnosis penyakit akibat kerja

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:

Kep.333/men/1989, diagnosis (dokter perusahaan) penyakit akibat kerja berdasarkan:

- Klinis

- Laboratorium & pemeriksaan penunjang

- Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan

Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja

1) Menentukan diagnosis klinis

- melakukan sesuai prosedur medis yang berlaku

- bila perlu melakukan pemeriksaan penunjang /tambahan atau rujukan

informasi ke spesialis lain

- melakukan langkah-langkah medis

a. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan

Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan

perjalanan penyakit

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat pekerjaan :

- faktor di tempat kerja

- riwayat penyakit dan gejala

- riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu,

lama, hasil produksi, bahan yang dipakai, dll)

Anamnesis pekerjaan

- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis

- Waktu

- Lamanya bekerja per hari dan masa kerja

- Apa yang diproduksi

- Bahan apa yang digunakan

- Jumlah pajanan (kuantitatif)

- Alat pelindung diri yang digunakan

- Hubungan gejala dengan waktu kerja

- Pengaruh terhadap pekerjaan lain

- Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan

b. Pemeriksaan klinis

c. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses)

d. Pemeriksaan rontgen 

e. Pemeriksaan tempat kerja

- faktor penyebab

- hasil pengukuran

f. Menentukan diagnosis kerja & diagnosis differensial

2) Menentukan pajanan yang dialami

- Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya

- Beberapa pajanan >1 penyakit atau sebailknya

- Melakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif) :

mendeskripsi pekerjaan secara kronologis, periode waktu kerja masing-

masing, apa yang diproduksi, bahan yang digunakan, cara bekerja

3) Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?

- Melakukan identifikasi pajanan

- Evidence based: pajanan-penyakit

- Bila tidak ada : pengalaman penelitian awal

4) Apa jumlah pajanan cukup besar

- Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis

- Dapat dengan pengamatan kualitatif cara kerja, proses kerja, bagaimana

lingkungan kerja

- Masa kerja

- Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?

5) Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh

- Berapa besar berperan ?

- Riwayat atopi/alergi

- Riwayat penyakit dalam keluarga

- Hiegene perorangan

6) Mencari kemungkinan lain di luar pekerjaan

- Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit (bukan faktor pekerjaan)

- Rokok, pajanan di rumah, hobi

7) Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja:

- Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja

- Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan

Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan

pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum diperiksa karyawan harus

dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selama 16 jam. Dalam usaha memberikan

perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan

pemeriksaan audiometri sebagai berikut :

1). Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang bising

2). Secara berkala (periodik / tahunan)

Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari, pemeriksaan dilakukan

setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising.

3) Secara khusus pada waktu tertentu

4) Pada akhir masa kerja.

Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu :

1) Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja bekerja dikebisingan.

2) Monitor ( Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari setahun setelah audiogram

sebelumnya.

3) Test Ulangan (Retest Audiogram)

4) Test Konfirmasi ( Confirmation Audiogram), dilakukan bagi pekerja yang retest

audiogramnya konsisten menunjukkan adanya perubahan tingkat pendengaran.

5) Test Akhir ( Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja berhenti bekerja.

Kebisingan

Penilaian kebisingan