Patologi Hepatitis Fulminan

5

Click here to load reader

description

hepatitis fulminan

Transcript of Patologi Hepatitis Fulminan

A. PATOLOGI HEPATITIS FULMINANPada hepatitis fulminan terjadi nekrosis hati masif. Pada awalnya hati tampak agak besar, tegang dan merah akibat bendungan dan edema. Kemudian setelah berhari-hari, daerah nekrotik menjadi kuning sampai merah atau hijau, bergantung pada jumlah lemak, perdarahan dan empedu bocor yang tampak. Bila banyak sel hepatosit yang hilang, maka hati menjadi mengecil dan lunak akibat kolaps kerangka retikulin. Sel hepatosit kebanyakan hilang dengan susunan parenkim yang masih utuh, yaitu vena centralis yang masih di tengah lobulus letaknya dan sinusoid yang tersusun radier. Retikulin masih utuh. Sel Kupffer dan histiosit dapat mengandung lipofucsin yang dilepaskan dari sel hati yang rusak. Daerah portal mengandung sebukan sel radang. Sisa sel hati yang tidak rusak biasanya hanya tampak pada tepi lobulus dan kadang menunjukkan kolestasis intrasel. Setelah terjadi kerusakan, maka lazimnya segera terjadi regenerasi beberapa sel yang masih utuh, namun pada hepatitis fulminan tidak tampak regenerasi sel hati karena sel utuh yang dapat membelah diri tidak ada. Proses terjadi nekrosis terjadi secara cepat dan dapat terjadi tidak diketahui dengan pasti karena terjadi infeksi yang keras sekali sehingga mematahkan pertahanan tubuh dengan cepat atau resistensi hati rendah sekali. Perjalanan mikroskopis menunjukkan serangan yang ditujukan kepada sel hati terjadi serentak dan menyebabkan disintegrasi. Tidak tampak sel hati yang rusak dan menghilang secara perlahan. Bagian nekrotik yang tertinggal (sisa) dibawa oleh sirkulasi darah atau dilarutkan atau diabsorbsikan. Reaksi radang sedikit sekali karena proses yang pendek dan cepat atau sel Kupffer telah rusak. Sebukan radang yang tampak di dalam dan di sekitar vena centralis diduga terisi dengan sisa sel. Beberapa sel di antaranya mengandung lipofucsin yang berasal dari sel hati nektrotik (Darmawan, 1973).B. PATOGENESIS HEPATITIS FULMINANMekanisme yang menyebabkan hepatitis fulminan masih kurang dimengerti. Belum diketahui mengapa hanya sekitar 1-2% penderita hepatitis virus mengalami gagal hati. Destruksi masif hepatosit bisa menggambarkan efek sitotoksik virus langsung dan respon imun terhadap antigen virus. Sepertiga sampai setengah penderita dengan gagal hati akibat HBV menjadi negatif untuk HbsAg serum dalam beberapa hari penyajian dan sering tidak dapat mendeteksi HbeAg atau DNA HBV dalam serum. Penemuan ini mengesankan suatu respon hiperimun terhadap virus yang mendasari nekrosis hati yang masif. Pembentukan metabolit hepatotoksik yang melekat secara kovalen pada unsur pokok sel makromolekul dilibatkan dalam jejas hati yang disebabkan oleh obat-obatan seperti asetaminofen dan isoniazid; hepatitis fulminan bisa pasca pengosongan substrat intraseluler yang terlibat pada detoksifikasi, terutama glutation. Apapun penyebab awal jejas hepatosit, berbagai faktor bisa turut berperan pada patogenesis gagal hati, termasuk gangguan regenerasi hepatosit, perubahan perfusi parenkim, endotoksemia, dan penurunan fungsi retikuloendotelial hati (Suchy, 2000).Patogenesis ensefalopati hati bisa berhubungan dengan kenaikan kadar amonia serum, neurotransmitter palsu, amin, kenaikan aktivitas reseptor asam -aminobutirat, atau kenaikan kadar senyawa seperti benzodiazepin endogen dalam sirkulasi. Penurunan klirens (bersihan) hati dari bahan ini bisa menyebabkan disfungsi sistem saraf sentral yang nyata (Suchy, 2000).C. PATOFISIOLOGI HEPATITIS FULMINANHepatitis fulminan memiliki berbagai akibat yang berbahaya. Hipoalbuminemia akibat penurunan sintesis protein di hati sehingga dapat menimbulkan asites dan dan edema. Asites dan edema menyebabkan volume plasma yang berkurang sehingga menyebabkan hiperaldosteronisme sekunder dan hipokalemia yang selanjutnya menimbulkan alkalosis (pembentukan NH4+ di ginjal meningkat). Selain itu, berkurangnya kemampuan hati untuk mnsintesis menyebabkan penurunan konsentrasi faktor pembekuan di dalam plasma. Kolestasis yaitu penyumbatan aliran empedu dapat terjadi dan memicu kencenderungan perdarahan karena kekurangan garam empedu akan menurunkan pembentukan misel dan juga absorbsi vitamin K di usus sehingga karboksilasi- dari faktor pembekuan II (protrombin), VII, IX, dan X yang tergantung vitamin K berkurang (Sibernagl, 2007).Hipertensi portal dapat terjadi pada hepatitis fulminan yang akan menyebabkan asites dan akan lebih buruk karena terjadi penghambatan aliran limfe yang selanjutnya menyebabkan trombositopenia akibat splenomegali dan pembentukan varises esofagus. Defisiensi faktor pembekuan aktif, trombositopenia, dan varises esofagus dapat menyebabkan perdarahan hebat. Hipertensi portal dalam keadaan seperti ini dapat menyebabkan enteropati eksudatif dan meningkatkan asites karena hilangnya albumin dari plasma, selain memberi kesempatan pada bakteri di usus besar untuk diberi makan dengan protein yang telah melewati lumen usus sehingga meningkatkan pelepasan amonium yang bersifat toksik terhadap otak. Pada hipertensi portal, zat yang bersifat toksik (seperti amin, fenol, asam lemak rantai pendek) terhadap otak akan melewati hati dan tidak akan dibuang oleh hati seperti yang seharusnya sehingga terjadi ensefalopati. Otak menghasilkan transmitter palsu (misalnya serotonin) dari asam amino aromatik karena jumlahnya yang meningkat di dalam plasma juga berperan dalam ensefalopati (Sibernagl, 2007).Hiperamonemia yang berperan terhadap terjadinya ensefalopati (apatis, memory gaps, tremor, akhirnya koma hepatikum) meningkat karena perdarahan saluran cerna yang juga berperan dalam peningkatan suplai protein ke kolon, hati tidak lagi mampu mengubah amonium (NH3, NH4+) menjadi urea, hipokalemia yang menyebabkan asidosis intrasel yang mengaktifkan pembentukan amonium di sel tubulus proksimal dan pada saat yang sama menyebabkan alkalosis sistemik (Sibernagl, 2007).

Sibernagl, S., Lang, F. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.Suchy, Frederick J. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta. EGC.Whitington, P. F.; Alonso, E. M. 2001. Fulminant Hepatitis in Children: Evidence for an Unidentified Hepatitis Virus. Invited Review. Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition. Volume 33, pp 529-536.