Patogenesis Osteoartritis
-
Upload
noorma-lukitasari -
Category
Documents
-
view
7 -
download
2
description
Transcript of Patogenesis Osteoartritis
Patogenesis Osteoartritis – Proses Kompleks yang Melibatkan Seluruh Bagian Sendi
Man GS*, Mologhianu G**
*Departemen Neurologi, Pusat Kesehatan Sanador, Bucharet
** “Carol Davila” Universitas Kedokteran dan Farmasi, Departemen Rehabilitasi Medik,
Abstrak
Osteoartritis adalah kelainan sendi yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab
utama kecacatan yang akan mempengaruhi kondisi sosio-ekonomi penderita. Mengetahui
kenyataan tersebut penting untuk memahami patogenesis dari osteoartritis. Meskipun penelitian
sebelumnya berfokus terutama pada perubahan kartilago artikular, studi terbaru menyoroti
pentingnya tulang subkondral, sinovial, meniskus, ligamen, otot periartikular dan saraf. Saat ini
osteoartritis dikenal sebagai penyakit multifaktorial yang melibatkan seluruh sendi.
Kata kunci: Osteoartritis, kartilago, tulang subkondral, sinovial, meniskus.
Singkatan : TNF-α – Tumor Necrosis Factor Alpha (Faktor Nekrosis Tumor Alfa), IL-1 –
Interleukin – 1, IL-6 – Interleukin-6, COMP- Cartilage Oligomeric Matrix Protein (Protein Matriks
Oligomerik Kartilago), BSP – Bone Sialoprotein (Proteinsialo Tulang). MRI – Magnetic
resonance imaging, NTx – Cross Linked N-Telopeptide of type I collagen, CTx – C-telopeptide-
cross-linked collagen type I, TGF-β – Transforming Growth Factor Beta, MMPs – Matrix
Metaloproteinases (Metaloproteinase Matriks), VEGF – Vascular Endothelial Growth Factor
(Faktor Pertumbuhan Endotelial Vaskular), bFGF – Basic Fibroblast Growth Factor (Faktor
Pertumbuhan Fibroblas Utama).
IntroduksiOsteoartritis merupakan kelainan muskuloskeletal kronik yang paling sering
dijumpai. Studi epidemiologi memperkirakan penyakit tersebut mengenai sekitar 43
juta pasien di Amerika Serikat dan sekitar 15% dari seluruh populasi di dunia (1,2,3).
Osteoartritis menjadi penyebab utama keterbatasan aktivitas dan ketidakhadiran
individu usia produktif di tempat kerjanya, dan berhubungan dengan penurunan fungsi
individu tua secara signifikan. Pada kondisi tersebut, osteoartritis juga menjadi
masalah ekonomi yang substansial, di Amerika Serikat, pengeluaran untuk perawatan
medis pertahunnya mencapai milyaran (4). Pemahaman mengenai perubahan dini
pada proses perkembangan osteoartritis menjadi penting, mengingat perubahan
tersebut masih bersifat reversibel, dengan demikian, terapi pencegahan dapat diinisiasi
untuk memperlambat atau memperbaiki progres penyakit.
Awalnya, osteoartritis dipikirkan sebagai penyakit pada kartilago artikular, tetapi
penelitian terbaru mengindikasikan bahwa kondisi tersebut melibatkan seluruh bagian
sendi (5,6,7). Hilangnya kartilago artikular dipikirkan sebagai perubahan yang utama,
tetapi kombinasi perubahan seluler dan stres biomekanis menyebabkan berbagai
perubahan sekunder, termasuk remodeling tulang subkondral, pembentukan osteofit,
dan perkembangan lesi sumsum tulang, perubahan pada sinovium, kapsul sendi,
ligamen dan otot periartikular serta robek dan ekstrusi dari meniskus (8,9,10,11).
Kartilago ArtikularKartilago artikular orang dewasa disusun oleh matriks ekstraseluler (air,
kolagen, proteoglikan dan komponen kecil dari garam kalsium) dan kondrosit (12).
Kecepatan turnover kolagen relatif lambat, sementara turnover proteoglikan terjadi
dengan cepat (13). Proses turnover normal dari komponen matriks ini dimediasi oleh
kondrosit, yang mensintesis komponen ini dan enzim proteolitik yang bertanggujawab
pada proses penghancurannya. Kondrosit, sebaliknya, dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk faktor pertumbuhan polipeptida dan sitokin, stimulus fisik dan
struktural dan bahkan komponen matriks itu sendiri (14).
Osteoartritis disebabkan oleh kegagalan kondrosit dalam memelihara
homeostasis antara sintesis dan degradasi komponen matriks ekstraseluler tersebut
(15). Belum diketahui apa penyebab ketidakseimbangan antara proses degradasi dan
perbaikan dari kartilago. Adanya trauma dengan mikrofraktur dan inflamasi sedikit
meningkatkan aktivitas enzimatik yang menyebabkan pembentukan partikel wear,
dimana partikel tersebut kemudian dimakan oleh makrofag (16). Pada satu waktu
tertentu, produksi partikel wear ini memicu kerja sistem imun secara berlebihan untuk
mengeliminasi mereka, kemudian mereka menjadi mediator inflamasi, menstimulasi
kondrosit untuk mengeluarkan enzim degradatif. Molekul yang berasal dari
penghancuran kolagen dan proteoglikan, juga dimakan oleh makrofag sinovial,
menyebabkan pengeluaran sitokin proinflamasi seperti TNFα, IL-1, dan IL-6. Sitokin ini
dapat berikatan dengan reseptor kondrosit, memicu pengeluaran lebih lanjut dari
metaloproteinase dan inhibisi dari produksi kolagen tipe II, sehingga akan
menyebabkan peningkatan degradasi kartilago (17). Gangguan pada homeostasis
menghasilkan peningkatan pada kandungan air dan penurunan pada kandungan
proteoglikan dari matriks ekstraselular, melemahkan jaringan kolagen akibat
penurunan sintesis kolagen tipe II dan peningkatan penghancuran kolagen (18). Lebih
lanjut, terdapat peningkatan proses apoptosis dari kondrosit.
Kartilago osteoartritis dikarakteristikkan dengan peningkatan aktivitas anabolik
dan katabolik. Mulanya, mekanisme kompensasi seperti peningkatan sintesis dari
molekul matriks (kolagen, proteoglikan dan hialuronat) (19) dan proliferasi dari
kondrosit pada lapisan yang lebih dalam dari kartilago, dapat memelihara integritas
kartilago artikular, akan tetapi pada akhirnya hilangnya kondrosit dan perubahan pada
matriks ekstraseluler mendominasi proses, menyebabkan berkembangnya perubahan
osteoartritik.
Perubahan degeneratif awal pada kartilago artikular menyebabkan terjadi
pelunakan kartilago, munculnya zona fibrilasi pada lapisan superfisial, retak serta
penipisan kartilago, tetapi perubahan tersebut menjadi semakin nyata seiring
bertambahnya waktu, saat kartilago artikular menipis sampai destruksi total, akhirnya
menyebabkan lapisan tulang subkondral terekspos secara keseluruhan. Semua
perubahan pada kartilago artikular diistilahkan sebagai kondropati.
Tulang Subkondral Masih belum jelas apakah perubahan pada tulang subkondral mendahului
perubahan pada kartilago artikular atau kondisi justru tersebut terjadi ketika penyakit
berprogres, sekunder akibat proses adaptasi dari perubahan properti biomekanik
kartilago artikular. Meskipun demikian, kedua proses tersebut saling berhubungan
secara erat, sebagaimana yang diperlihatkan oleh peningkatan pada level protein
matriks oligomerik kartilago (COMP) dan protein sialo tulang (BSP) yang terjadi secara
beriringan pada pasien osteoartritis tahap dini (20).
Tulang subkondral terdiri atas lapisan tulang subkondral, trabekular tulang dan
ruang untuk sumsum tulang. Lapisan subkondral terdiri atas korteks tulang yang
dipisahkan dari kartilago artikular oleh kartilago terkalsifikasi.
Properti tulang subkondral dimodifikasi melalui proses remodeling dan
modeling yang dimediasi sel (8). Remodeling tulang terdiri dari proses absorbsi tulang
dan pembentukan tulang baru, sedang modeling tulang merupakan mekanisme yang
menyebabkan perubahan pada arsitektur dan volume tulang melalui aposisi langsung
pada permukaan tulang (21). Selama proses osteoartritik semua mekanisme tersebut
dapat mengalami gangguan, menghasilkan perubahan pada struktur tulang
subkondral.
Perubahan pada tulang terdiri atas perubahan sklerotik dan berkembangnya
lesi sumsum tulang yang dapat dideteksi dengan menggunakan magnetic resonance
imaging (MRI), dan kista tulang pada kompartemen subkondral (22,23). Demikian,
terdapat peningkatan progresif pada ketebalan lapisan tulang subkondral, modifikasi
pada arsitektur dari trabekular subkondral, membentuk tulang baru pada margin sendi
– osteofit (24). Pada pasien dengan osteoartritis, bukti bahwa resorbsi tulang
memperlihatkan hilangnya trabekular jaringan diindikasikan oleh peningkatan cross-
linked N-telopeptide of type I collagen (NTx) dan C-telopeptide (Ctx) (25),
mengesankan adanya kehilangan progresif dari tulang trabekular, yang tidak spesifik
pada tulang subkondral. Pada stadium akhir, proses remodeling berat terutama terjadi
pada area yang mengalami dekstruksi kartilago, berbeda dari skelorosis tulang
ekstensif (deposisi osteoid), nekrosis tulang asepsis yang signifikan merupakan ciri
stadium akhir (20). Pada area yang mengalami dekstruksi kartilago total (eburnasi
lapisan tulang), cairan sinovial mendapatkan akses menuju sumsum tulang dan
kemungkinan memicu kista tulang sering tampak pada stadium akhir penyakit (20).
Faktor pertumbuhan cairan sinovial kemungkinan terlibat dalam penginduksian
fibrositik dan bahkan perubahan kondrometaplastik, dimana proses tersebut dapat
menyebabkan berkembangnya karakteristik berupa nodul kartilago pada stadium akhir
penyakit (20).
Pada tulang subkondral osteoartritik, kolagen tipe I mengalami peningkatan,
tetapi kandungan kolagen tersebut abnormal dan hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya keabnormalan pada mineralisasi. Pada tulang normal, kolagen tipe I memiliki
komposisi sebuah heterotrimer dari rantai α1 dan α2 dengan rasio rata-rata 2.4 : 1.
Pada jaringan tulang osteoartirik rasio tersebut bervariasi antara 4:1 sampai 17:1 (26),
dan hal tersebut muncul sebagai penyebab adanya abnormalitas pada pola
mineralisasi. Peningkatan level TGF β1 pada osteoblast osteoartritik bertanggung
jawab terhadap terjadinya abnormalitas rasio kolagen I α1 dibandingkan kolagen I α2
dan pada abnormalitas produksi dari kolagen tipe I matur (27). Demikian, tulang
subkondral osteoartritik mengalami peningkatan matriks kolagen osteoid dan
abnormalitas mineralisasi yang menyebabkan terjadinya hipomineralisasi pada
jaringan. Meskipun jaringan tulang subkondral mengalami hipomineralisasi pada
osteoartritis, peningkatan jumlah dan volume trabekular mengkompensasi situasi
tersebut, menyebabkan terbentuknya struktur yang lebih kaku (6). Dengan adanya
kelainan pada propertinya, tulang subkondral menjadi kurang mampu mengabsorbsi
dan menyebarkan energi, sehingga terjadi peningkatan tekanan pada sendi yang dapat
mempredisposisi permukaan artikular mengalami deformasi (28). Erosi tulang
subkondral dievaluasi pada pemeriksaan radiografi konvensional sebagai hilangnya
densitas tulang (30) atau, pada MRI, sebagai pendataran/depresi dari korteks artikular
(31). Studi MRI mendemonstrasikan lesi tulang tersebut berhubungan dengan
perkembangan dan perburukan hilangnya kartilago (32).
Lesi sumsum tulang merupakan lesi degenaratif yang terdiri atas edema,
nekrosis sumsum tulang, fibrosis dan abnormalitas trabekular (33,34). Kondisi tersebut
merupakan penanda adanya peningkatan aktivitas metabolik dan persistensinya
berhubungan dengan kerusakan kartilago lokal (35,36). Keberadaan, insiden dan
progres dari lesi sumsum tulang berhubungan dengan perkembangan dan perburukan
dari proses kehilangan kartilago, termasuk pada lokasi disekitar lesi sumsum tulang
(28,37,38).
Dimana persisnya origo dari lesi mirip kista subkondral masih berusaha
diuraikan, tetapi saat ini dipikirkan sebagai akibat dari intrusi cairan sinovial,
konsekuensi atas peningkatan tekanan intraartikular (33). Kondisi tersebut dapat
muncul di dalam maupun disekitar lesi sumsum tulang (39).
Membran SinovialMasih belum jelas apakah perubahan morfologis yang terjadi pada membran
sinovial osteoartritik merupakan kondisi primer atau akibat dari inflamasi sendi,
degradasi kartilago dan lesi pada tulang subkondral (40). Secara histologis, membran
sinovial pada sendi osteoartritik umumnya memperlihatkan adanya hiperplasia pada
lapisan sel yang biasanya disertai dengan infiltrasi fokal dari limfosit dan monosit
dibawah lapisan sel tersebut (41). Sinovitis dipercaya pada awalnya diinduksi oleh
produk degradasi proteolitik matriks kartilago yang memproduksi partikel wear dan
neo-antigen yang spesifik larut kartilago, serta berbagai faktor lain termasuk
mikrokristal dan stres mekanis abnormal (6). Komponen tersebut keluar menuju cairan
sinovial kemudian difagositosis oleh makrofag, memicu proses inflamasi melalui
produksi mediator yang kemudian akan berdifusi melalui cairan sinovial menuju
kartilago, menciptakan sebuah lingkaran setan, dan dengan adanya peningkatan
degradasi kartilago, inflamasi lebih lanjut akan dihasilkan (6). Hal tersebut juga
menjelaskan alasan peningkatan jumlah sinoviosit CD68-positif tipe A, yang memiliki
kemampuan fagositik, pada lapisan sinovial (20). Pasien dengan osteoartritis
mengalami penebalan lapisan sel sinovial, peningkatan vaskularitas dan infiltrasi sel
inflamasi dari membran sinovial, dengan perubahan yang mencolok terjadi pada
osteoartritis stadium lanjut. Studi mengenai perubahan pada sinovium yang terjadi
pada berbagai stadium osteoartritis menemukan bahwa jumlah fibrin yang berdeposit
di dalam membran sinovial dan derajat infilktasi leukosit berkolerasi dengan keparahan
penyakit (42).
Sel sinovial dan kondrosit osteoartritik keduanya memproduksi sejumlah besar
matriks metaloproteinase (MMPs), seperti MMP-1, MMP-3, MMP-9, dan MMP-13 (43)/
Sinoviosit dapat mensekresikan tidak hanya enzim proteolitik tetapi juga sitokin
proinflamatori (IL-1β, IL-6, TNF-α, yang dipikirkan sebagai mediator progresifitas dan
nyeri pada penyakit ini (44). Adipokines, seperti resistin (45) juga diekspresikan oleh
sinovium selama osteoartritis. Jaringan sinovial tampaknya merupakan sumber utama
adipokine pada sendi osteoartritik (46). Osteopontin, sebuah sitokin yang peningkatan
level ekspresinya berkorelasi dengan keparahan penyakit, diekspresikan dalam
kuantitas besar oleh jaringan sinovial pada osteoartritis (47). Sinovium memproduksi
beberapa kemokin dan metaloproteinase yang dapat memdegradasi kartilago,
meskipun kartilago itu sendiri memproduksi sebagian besar molekul destruktif melalui
proses autokrin dan parakrin (48). Selanjutnya, produk hasil penghancuran kartilago,
yang dihasilkan oleh destruksi mekanik maupun enzimatik, dapat memprovokasi
pengeluaran kolagenase dan enzim hidrolitik lain dari sel sinovail dan memicu
hiperplasia vaskular pada membran sinovial osteoartritik (49).
Neovaskularisasi sinovial kemungkinan disebabkan oleh sinovitis, mengingat
sel inflamasi seperti makrofag selain dapat mensekresikan faktor proangiogenik juga
mensekresikan faktor yang menstimulasi sel lain, seperti sel endotel dan fibroblast,
untuk memproduksi faktor pertumbuhan endotelial vaskular (VEGF), faktor
pertumbuhan fibroblast dasar (bFGF), dan faktor lain yang memicu angiogenesis lebih
lanjut (49,50). Selanjutnya, permeabilitas pembuluh darah dan peningkatan regulasi
molekul adesi sebagai bagian dari angiogenesis mempertahankan respon inflamasi
(47). Angiogenesis pada sinovium secara erat berhubungan dengan sinovitis kronis
dan dapat terjadi pada semua stadium osteoartritis (51).
MeniskusDegenerasi meniskal sering dijumpai pada osteoartritis dimana meniskus
tampak robek, retak, terfragmentasi, mengalami measerasi atau rusak total (52).
Degenerasi meniskus cenderung lebih terinisiasi pada substansi jaringan dibanding
permukaan. Fibrilasi dan gangguan pada jaringan tampak terjadi pertamakali pada
lingkaran bagian dalam, kemudian menyebar ke permukaan artikular dari meniskus,
dan berprogres menjadi disrupsi total atau hilangnya jaringan meniskus terutama pada
zona avaskular (53). Kandungan kolagen tipe I menurun secara gradual dari zona
permukaan menuju ke tengah dan ke zona yang lebih dalam pada meniskus
osteoartritis (54). Berbeda dengan kolagen tipe I, penurunan kandungan kolagen tipe II
berat pada zona permukaan, dan mencolok pada zona tengah dan zona yang lebih
dalam dari meniskus osteoartritik (54). Kandungan proteoglikan meningkat pada
meniskus osteoartritik jika dibandingkan pada meniskus normal (54). Semua
perubahan intrameniskal berhubungan dengan sinovitis meniskal, kalsifikasi tidak
terbatas hanya di luar, daerah perifer dari meniskus (55,56) berkontribusi terhadap
degenerasi meniskal dan menurunkan kekuatan peregangan meniskal. Meniskus
kurang mampu bertahan dari muatan dan tekanan saat gerakan normal sendi, memicu
terjadinya robekan degeneratif (57). Robekan meniskal sering disertai dengan berbagai
derajat ekstrusi meniskal (58). Robekan dapat didahului dengan berbagai ciri
osteoatritis insipien, dan kerusakan dan ekstrusi meniskus sering berperan sebagai
kunci utama progresif struktural dari penyakit (59).
Kesimpulan : Osteoartritis merupakan penyakit multifaktorial seluruh sendi, dengan
patomekanisme kompleks yang melibatkan interaksi antara jaringan sendi multipel.
Mengetahui proses kompleks penyebab osteoartritis penting untuk perkembangan
metode baru dalam menentukan diagnosis dan terapi.