PATOFISIOLOGI SINDROMA NEFROTIK

4
PATOFISIOLOGI SINDROMA NEFROTIK Abnormalitas yang menjadidasarpada sindromanefrotik adalahmeningkatnya permeabilitas dari dinding kapiler glomerulus yang mengakibatkan terjadi masif dan hipoalbuminemia. Penyebab dari peningkatan permeabilitas belum diketah pasti. Pada minimal change disease, sangat mungkin terjadi disfungsi pa mengakibatkan terjadinya gangguan pada sitokin-sitokin, sehingga diding kapiler akan kehilangan muatan negatif yang akanberujung pada perubahan permeabi dinding kapiler. 1 Pada focal segmental glomerulosclerosis, faktor plasma, yang mungkin dihasi limfosit, bertanggung jawab atas peningkatan permebilitas dinding kapiler. 1 Meskipun mekanisme terjadinya edema pada sindroma nefrotik belum dipahami seluruhnya, namun sepertinya pada sebagian besar kasus, kehilangan protein melal mengakibatkan terjadinya hipoalbuminemia. ehinggaakan terjadi penurunan tekanan onkotik plasma dan transudasi cairan dari intra!askular ke ruang intersisiel. Pe intra!askular menurunkan tekananperfusi ginjal, sehingga sistemrenin-angiostensin- aldosteron terakti!asi yang mana akan menstimulasi reabsopsi natrium di tubulus. !olume intra!askular juga kan menstimulasi pegeluaran dari hormon antidiuretik, akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus kolekti!us. Penurunan tekanan osmoti akan bermanifestasi klinis sebagai edema. 1," Pada tahap nefrotik, le!elserum lipid #kolesterol,trigliserida$ akan mengalami peningkatan disebebkan oleh dua hal. %eadaan hipoalbuminemia akan menstimulasi protein oleh hepar, termasuk didalamnya adalah lipoprotein. Menunrunnya katabol sebagai akibat dari penurunan le!el en&im lipoprotein lipase yang berhu peningkatan ekskresi en&im melalui urin. 1," indroma nefrotik juga dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari segala bentuk penyakit glomerulus. Membranous nephropathy, membranoproliferative glomeru postinfectious glomerulonefritis, lupus nephritis, dan Henoch-Schönlein p dapat berujung pada keadaan nefrotik. 1-'

description

please, use it wisely..

Transcript of PATOFISIOLOGI SINDROMA NEFROTIK

PATOFISIOLOGI SINDROMA NEFROTIK

Abnormalitas yang menjadi dasar pada sindroma nefrotik adalah meningkatnya permeabilitas dari dinding kapiler glomerulus yang mengakibatkan terjadinya proteinuria masif dan hipoalbuminemia. Penyebab dari peningkatan permeabilitas belum diketahui secara pasti. Pada minimal change disease, sangat mungkin terjadi disfungsi pada sel T yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada sitokin-sitokin, sehingga diding kapiler glomerulus akan kehilangan muatan negatif yang akanberujung pada perubahan permeabilitas dari dinding kapiler.1Pada focal segmental glomerulosclerosis, faktor plasma, yang mungkin dihasilkan oleh limfosit, bertanggung jawab atas peningkatan permebilitas dinding kapiler.1Meskipun mekanisme terjadinya edema pada sindroma nefrotik belum dipahami seluruhnya, namun sepertinya pada sebagian besar kasus, kehilangan protein melalui urin mengakibatkan terjadinya hipoalbuminemia. Sehingga akan terjadi penurunan tekanan onkotik plasma dan transudasi cairan dari intravaskular ke ruang intersisiel. Penuruan volume intravaskular menurunkan tekanan perfusi ginjal, sehingga sistem renin-angiostensin-aldosteron teraktivasi yang mana akan menstimulasi reabsopsi natrium di tubulus. Penurunan volume intravaskular juga kan menstimulasi pegeluaran dari hormon antidiuretik, yang mana akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus kolektivus. Penurunan tekanan osmotik plasma akan bermanifestasi klinis sebagai edema.1,2Pada tahap nefrotik, level serum lipid (kolesterol,trigliserida) akan mengalami peningkatan disebebkan oleh dua hal. Keadaan hipoalbuminemia akan menstimulasi sintesis protein oleh hepar, termasuk didalamnya adalah lipoprotein. Menunrunnya katabolisme lipid sebagai akibat dari penurunan level enzim lipoprotein lipase yang berhubungan dengan peningkatan ekskresi enzim melalui urin.1,2Sindroma nefrotik juga dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari segala bentuk penyakit glomerulus. Membranous nephropathy, membranoproliferative glomerulonefrtis, postinfectious glomerulonefritis, lupus nephritis, dan Henoch-Schnlein purpura nephritis dapat berujung pada keadaan nefrotik.1-3

PATOLOGI PADA SINDROMA NEFROTIK IDIOPATIK

Sekitar 90% sindroma nefrotik pada anak merupakan idipatik. Sindroma nefrotik idiopatik memiliki tiga tipe perubahan histologis: minimal change disease, mesangial proliferation, dan focal segmental glomerulosclerosis. Beberapa ahli berpendapat bahwa ketiga perubahan histologis tersebut mencerminkan tiga penyakit yang berbeda dengan manifestasi klinis yang serupa, sedangkan lainnya berpendapat bahwa ketiga perubahan histologis tersebut merupakan suatu variasi histologis yang dapat ditemukan pada satu penyakit.3Pada minimal change disease (85% dari total kasus), glomerulus tampak normal atau menunjukkan adanya sedikit peningkatan sel mesangial dan juga matriks. Melalui mikroskop imunofloresensi tidak dapat ditemukan adanya perubahan, dan melalui mikroskop elektron tampak hilangnya pedikel dari sel epitel.4Mesangial proliferation (5% dari total kasus) ditandai dnegan adanya peningkatan sel mesangila dan matriks yang tersebar merata dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pada penggunaan mikroskop imunofloresensi dapat terlihat adanya jejak IgM dan/ IgA mesangial sampai +1 dengan pewarnaan. Sedangkan pada penggunaan mikroskop elektron menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel mesangial dan matriks sebanding dnegan hilangnya pedikel sel epitel glomerulus. Sekitar 50% pasien dengan lesi histologi ini berespon dengan terapi kortikosteroid.4,5Pada focal segmental glomerulosclerosis (10% dari total kasus), glomerulus menunjukkan adanya proliferasi dari sel mesangial an terbentuknya scar secara segmental dnegan penggunaan mikroskop cahaya. Pada penggunaan mikroskop imunofloresensi menunjukkan adanya pewarnaan IgM dan C3 pada area yang terbentuk sklerosis segmental. Sedangkan mikroskop elektron menunjukkan adanya scar segmental pada glomerulus yang mengakibatkan tersumbatnya lumen kapiler glomerulus. Sekitar 20% pasien dengan focal segmental glomerulosclerosis menunjukkan respon positif pada pemberian prednisone. Penyakit ini seringkali progresif, dan pada banyak kasus akhirnya akan mengenai seluruh bagian dari glomerulus dan berujung pada end-stage renal failure.5DAFTAR PUSTAKA

1. Nephrotic Syndrome in Children: Prediction of histopathology from clinical and laboratory characteristics at time of diagnosis. A report of the international Study of Kidney Disease in Children. Kidney Int 1978; 13: 159.2. Van de Walle JGJ, Donckerwolcke RA: Pathogenesis of edema fromation in the nephrotic syndrome. Pediatr Nephrol 2001; 16: 283.3. Davis ID, Avner ED. Conditions Particularly Associated with Hematuria. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia Pennsylvania 19106; Saunders; 2004: p. 1735-57.4. Eddy AA, Schanaper HW: The Nephrotic Syndrome: From the simple to the complex. Semin Nephrol 1998; 18: 304.5. Orth S, Ritz E: The Nephrotic Syndrome. N Eng J Med 1998; 338: 1202.