Patofisiologi Imunologi

6
Patofisiologi Imunologi Imunologi: ilmu tentang sistem kekebalan tubuh Fungsi sitem imun (3): 1. Pertahanan (destruksi zat asing seperti virus atau bakteri, untuk mencegah infeksi dari patogen) 2. Homeostasis (membersihkan sel yang rusak, mencegah sisa sel berkembang jadi ancaman) 3.Surveilans (mengenali dan menghancurkan sel yang bermutasi misal Kanker) * Antigen atau imunogen: molekul atau sel yang mampu merangsang respon imune * Antibodi (imunoglobulin): glikoprotein plasma yang dihasilkan limfosit B (sel plasma) yang bereaksi melawan antigen * Sistem limfoid → mempertahankan tubuh dari agen penginvasi, melalui imunitas seluler dan humoral * Organ limfoid primer: sumsum tulang tempat perkembangan sel T, dan timus tempat perkembangan sel B * Organ limfoid skunder: kelenjar getah bening, tonsil, limpa, jaringan terkait mukosa di kulit, saluran nafas, cerna, urine * Respon imun seluler bersifat langsung dilaksanakan oleh limfosit T * Respon imun humoral bersifat tidak langsung, dilaksanakan oleh imunoglobulin spesifik (antibodi) yang dihasilkan sel plasma (sel B) * Peran sel T: pengendali dan pelaksana * Pengendali dilaksanakan oleh sel T helper (CD4) → mengendalikan produksi imunoglobulin * Pelaksana dilaksanakan oleh Sel T sitotoksik (CD8) → memusnahkan virus, tumor, jaringan transplantasi Imunoglobulin: IgG, IgA, IgM, IgE dan IgD 1. IgG → paling banyak, dpt menembus plasenta 2. IgM → paling besar, bertanggung jawab dalam respon imun primer 3. IgA → ada di air mata, kolostrum, air liur 4. IgE → paling sedikit, terlibat hipersensitif tipe 1

Transcript of Patofisiologi Imunologi

Page 1: Patofisiologi Imunologi

Patofisiologi Imunologi

Imunologi: ilmu tentang sistem kekebalan tubuh

Fungsi sitem imun (3):

1. Pertahanan (destruksi zat asing seperti virus atau bakteri, untuk mencegah infeksi dari patogen)2. Homeostasis (membersihkan sel yang rusak, mencegah sisa sel berkembang jadi ancaman)3.Surveilans (mengenali dan menghancurkan sel yang bermutasi misal Kanker)* Antigen atau imunogen: molekul atau sel yang mampu merangsang respon imune* Antibodi (imunoglobulin): glikoprotein plasma yang dihasilkan limfosit B (sel plasma) yang bereaksi melawan antigen* Sistem limfoid → mempertahankan tubuh dari agen penginvasi, melalui imunitas seluler dan humoral* Organ limfoid primer: sumsum tulang tempat perkembangan sel T, dan timus tempat perkembangan sel B* Organ limfoid skunder: kelenjar getah bening, tonsil, limpa, jaringan terkait mukosa di kulit, saluran nafas, cerna, urine* Respon imun seluler bersifat langsung dilaksanakan oleh limfosit T* Respon imun humoral bersifat tidak langsung, dilaksanakan oleh imunoglobulin spesifik (antibodi) yang dihasilkan sel plasma (sel B)* Peran sel T: pengendali dan pelaksana* Pengendali dilaksanakan oleh sel T helper (CD4) → mengendalikan produksi imunoglobulin* Pelaksana dilaksanakan oleh Sel T sitotoksik (CD8) → memusnahkan virus, tumor, jaringan transplantasi

Imunoglobulin: IgG, IgA, IgM, IgE dan IgD

1. IgG → paling banyak, dpt menembus plasenta2. IgM → paling besar, bertanggung jawab dalam respon imun primer3. IgA → ada di air mata, kolostrum, air liur4. IgE → paling sedikit, terlibat hipersensitif tipe 15. IgD → berfungsi sebagai reseptor imunogen

* Komplemen: sekelompok protein (terdiri >9) yang dalam keadaan normal beredar dalam darah dalam bentuk inaktif, bentuk aktifnya berperan menimbulkan respon peradangan* Imunitas didapat alami: aktif → setelah sakit atau terpapar antigen. Pasif → didapat dari ibu lewat plasenta, kolostrom* Imunitas didapat artifisial: aktif → vaksinasi. Pasif → serum (antibodi)

Penyakit imunologik:

1. Penyakit imunodefisiensi: AIDS2. Penyakit hipersensitivitas: alergi3. Penyakit autoimune: Lupus eritematus sitemik

Page 2: Patofisiologi Imunologi

Penyakit hipersensitif (4)

1. Reaksi tipe 1: anafilaktik (IgE)2. Reaksi tipe 2: sitotoksik (Ig M dan IgG)3. Reaksi tipe 3: komplek imun (Ig M,IgG)4. Reaksi tipe 4: sel T

GANGGUAN IMUNOLOGI

* Contoh hipersensitivitas tipe 1 (IgE), adalah: rinitis alergika, asma alergi (ekstrinsik), dermatitis atopik* Hipersensitivitas tipe 1 ditandai dengan produksi IgE yang meningkat akibat terpapar dengan antigen merupakan ciri khas atopi* Rinitis alergi merupakan kondisi atopik yang paling sering ditemukan* Obat antihistamin (CTM) yang paling sering digunakan. Pengobatan utama seharusnya adalah menghindari alergen* Asma adalah keadaan klinis yang ditandai dengan episode berulang penyempitan bronkus yang reversibel, diantara episode adalah nafas normal* Dermatitis atopik adalah suatu gangguan kulit kronik, yang sering ditemukan pada penderita rinitis alergika dan asma serta diantara anggota keluarga mereka* Dermatitis atopik seringkali timbul akibat garukan pada bayi usia 1 tahun (eksema infantilis) dengan kulit yang merah, gatal, meninggi dan mengelupas* Eksema infantilis → umumnya hilang setelah 5 tahun* Peyebab ketidak nyamanan dermatitis atopik adalah gatal yang membandel disertai retakan kulit yang nyeri* Pengobatan dermatitis bersifat simptomatis: antipruritus dephenhidramin, kortikosteroid, antiinflamasi non steroid* Biduran (urtikaria): lesi kulit yang mencerminkan adanya proses imunologis yang melibatkan IgE* Sebagaian besar urtikaria cepat sembuh dan swasirna, pada anak sering disebabkan oleh virus* Urtikaria sering disebabkan oleh udara dingin* Pruritus pada urticaria tambah parah jika mandi air panas, stress, gerak, lingkungan fisik yang tidak mendukung* Sebagaian besar respons antibodi memerlukan antigen yang pertama kali diproses untuk menghasilkan antibodi (imunoglobulin)* Gangguan autoimun yang bergantung antibodi manusia → terutama mempengaruhi elemen darah (trombosit dan eritrosit)* Semakin banyak bukti bahwa ITP (idiopatik trombositopenik purpura) → berhubungan dengan IgG dalam darah reaktif dengan trombosit penjamu (Host)* Transfusi hemolitik → reaksi yang merupakan suatu bentuk proses imunohemolitik (IH) yang khusus* Biasanya terjadi bila seseorang resipien telah disensitisasi terhadap antigen eritrosit manusia “asing” melalui kehamilan atau riwayat transfusi yang menerima darah yang mengandung antigen ini* Reaksi hemolitik terhadap darah yang ditransfusikan menimbulkan fenomena IH yang sangat berbahaya dan dramatis yang dijumpai secara klinis

Page 3: Patofisiologi Imunologi

* Dengan mempertimbangkan akibat yang mengerikan ini, maka harus dipertimbangkan setiap tindakan yang layak dilakukan untuk mencegah atau mengurangi timbulnya reaksi transfusi hemolitik* Uji Coombs → memberikan informasi dasar mengenai deskripsi gangguan IH* Reaksi positif (menggumpal) → menunjukan terdapat sel-sel darah dengan jumlah bermakna yang terikat molekul imunoreaktif* Sindrom Goodpasture: suatu gangguan yang menunjukan autoimun manusia yang diperantarai antibodi sehingga menyebabkan kerusakan organ dalam (paru dan ginjal)* Serum sickness → penyakit yang diinduksi oleh kompleks imun (antigen antibodi) prototipik dan memerlukan pemajanan bahan antigenik (serum, obat) yang akan tetap berada dalam sirkulasi hingga terjadi respons antibodi spesifik* Penimbunan kompleks yang terbentuk didalam jaringan memicu terjadinya inflamasi* Pada mulanya ditimbulkan setelah pemberian serum kuda untuk mencegah difteri dan tetanus* Hipersensitivitas tipe lambat (DTH): yang diperantarai oleh limfosit yang tersensitisasi secara spesifik, memberikan pertahanan major terhadap virus, fungi dan bakteri yang menyesuaikan terhadap pertumbuhan intrasel dan juga menghalangi pertumbuhan sel ganas.* DTH → juga mengalami respon yang kurang pada setiap fungsi protektif yang berlangsung;* Contoh DTH yang paling lazim adalah dermatitis kontak eksema alergika (AECD)

REAKSI MERUGIKAN OBAT

* >10% Pasien yang minum obat, mengalami efek merugikan yang tidak terduga dari pengobatannya* Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendasar dan menyebabkan pemborosan bahan material yang serius dan merugikan manusia* Respon merugikan berkaitan dengan obat → mencerminkan toksisitas yang disebabkan oleh dosis pemakaian atau kecepatan pemberianya* Reaksi idiosinkratik pada beberapa individu merupakan respon “personal” yang tidak dapat diperkirakan → mencerminkan pola unik metabolisme obat* Reaksi-reaksi yang menyerupai peristiwa imunologis dijumpai pada obat-obat (morfin, tiamin, polimiksin, tubokurarin) yang menyebabkan pelepasan histamin langsung dari sel mast dan basofil manusia → menyebabkan biduran dan urtikaria ditempat suntikan* Contoh reaksi hipersensitivitas tipe 1 → adalah alergi penicillin.* Reaksi yang merugikan terhadap pinisillin merupakan contoh hapten yang berikatan dengan protein tubuh* Agen yang mensensitisasi dapat menyebabkan: anafilaktik, urtikaria, reaksi IH, serum sikness dan dermatitis kontak* Respon IgE terhadap antigen yang disuntikan (mis:penisilin) mungkin terjadi pada sebagian individu, risiko reaksi urtikaria dan sistemik cepat, tidak terbatas pada populasi atopik* Uji kulit (skin test) menggunakan produk penisiloil polilisin (PPL) sekarang digunakan secara luas untuk menilai adanya hipersensitivitas terhadap penisilin* Hati → tempat metabolisme obat yang utama dan menunjang reaksi merugikan yang paling berat pada terapi* Jumlah terbanyak dari reaksi obat yang merugikan pada kulit terdiri dari makula (bintik merah datar) atau papula (bintik merah meninggi) yang terasa gatal dan cenderung bersatu menjadi suatu erupsi morbiliformis (mirip rubela)

Page 4: Patofisiologi Imunologi

* Pengawasan ketat adanya tanda-tanda dini reaksi obat yang merugikan → memudahkan penghentian obat pencetus → membatasi morbiditas* Tindakan terbaik adalah menemukan adanya riwayat penyakit alergi sebelumnya yang memberi petunjuk adanya risiko tinggi

DEFISIENSI IMUN

* Defisit kekebalan humoral (antibodi) mengganggu pertahanan melawan bakteri virulen, banyak bakteri seperti ini yang berkapsul dan merangsang pembentukan nanah* Host yang mengalami gangguan fungsi antibodi mudah menderita infeksi berulang di gusi, telinga bagian tengah, selaput otak, sinus paranasal dan struktur bronkopulmonal* Pemeriksaan imunoglobulin serum dengan alat nefelometri, sekarang telah banyak digunakan untuk mengukur kadar IgG, IgA, IgM dan IgD pada serum manusia* Imunodefisiensi humoral mencolok pada beberapa penyakit keganasan: mieloma multiple, leukemia limfositik kronik, dan perlu mendapat perhatian bila sel tumor menginfiltrasi struktur limforetikuler* Fungsi sel T yang tidak sempurna, pada banyak penyakit, juga sebagai “defek primer” atau disebabkan oleh beberapa gangguan seperti: AIDS, sarkoidosis, penyakit Hodgkins, neoplasma non-Hodgkins dan uremia* Fungsi sel T yang gagal → terjadi bila timus gagal berkembang (sindrom DiGeorge) → diperbaiki dengan transplantasi jaringan timus fetus* Perhatian yang serius terhadap setiap orang yang menderita defisiensi sel T yang jelas adalah pd ketidakmampuanya untuk membersihkan sel-sel asing termasuk leukosit viabel dari darah lengkap yang ditransfusikan

REFERENSI

* Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC, edisi 6

sumber : http://dr-suparyanto.blogspot.com