PATOF rinitis vasomotor

3
PATOFIOLOGI : Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi dari kelenjar. Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf simpatis sedangkan parasimpatis mengontrol sekresi kelenjar. Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi sistem saraf otonom yang menimbulkan peningkatan kerja parasimpatis yang disertai penurunan kerja saraf simpatis. Baik sistem simpatis yang hipoaktif maupun sistem parasimpatis yang hiperaktif, keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan kapiler disertai peningkatan permeabilitas kapiler, yang akhirnya akan menyebabkan transudasi cairan, edema dan kongesti. 5,13,16,17 Peningkatan peptide vasoaktif dari sel - sel seperti sel mast. Termasuk diantara peptide ini adalah histamin, leukotrin, prostaglandin, polipeptide intestinal vasoaktif dan kinin. Elemen-elemen ini tidak hanya mengontrol diameter pembuluh darah yang menyebabkan kongesti, tetapi juga meningkatkan efek asetilkolin dari sistem saraf parasimpatis terhadap sekresi hidung, yang menyebabkan rinore. Pelepasan peptide-peptide ini tidak diperantarai oleh Ig-E (non-Ig E mediated) seperti pada rinitis alergi. 17 Adanya reseptor zat iritan yang berlebihan juga berperan pada rinitis vasomotor. Banyak kasus yang dihubungkan dengan zat- zat atau kondisi yang spesifik. Beberapa diantaranya adalah perubahan temperatur atau tekanan udara, perfume, asap rokok, polusi udara dan stress ( emosional atau fisikal ). 17

description

pustaka

Transcript of PATOF rinitis vasomotor

Page 1: PATOF rinitis vasomotor

PATOFIOLOGI :

          Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi dari kelenjar.

Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf simpatis sedangkan

parasimpatis mengontrol sekresi kelenjar. Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi sistem saraf

otonom yang menimbulkan peningkatan kerja parasimpatis yang disertai penurunan kerja saraf

simpatis. Baik sistem simpatis yang hipoaktif maupun sistem parasimpatis yang hiperaktif,

keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan kapiler disertai peningkatan permeabilitas

kapiler, yang akhirnya akan menyebabkan transudasi cairan, edema dan kongesti.5,13,16,17  

Peningkatan peptide vasoaktif dari sel - sel seperti sel mast. Termasuk diantara peptide

ini adalah histamin, leukotrin, prostaglandin, polipeptide intestinal vasoaktif dan kinin. Elemen-

elemen ini tidak hanya mengontrol diameter pembuluh darah yang menyebabkan kongesti, tetapi

juga meningkatkan efek asetilkolin dari sistem saraf parasimpatis terhadap sekresi hidung, yang

menyebabkan rinore. Pelepasan peptide-peptide ini tidak diperantarai oleh Ig-E (non-Ig E

mediated) seperti pada rinitis alergi.17

 Adanya reseptor zat iritan yang berlebihan juga berperan pada rinitis vasomotor. Banyak

kasus yang dihubungkan dengan zat-zat atau kondisi yang spesifik. Beberapa diantaranya adalah

perubahan temperatur atau tekanan udara, perfume, asap rokok, polusi udara dan stress

( emosional atau fisikal ).17

 MANISFESTASI KLINIS :

Gejala klinis Rhinitis Vasomotor sulit sekali dibedakan dengan Rhinitis Alergikan namun

adapun gejala klinis yang sering dijumpai dari Rhinitis Vasomotor adalah : 2,18

1.     Hidung tersumbat : diakibatkan adanya paparan terhadap suatu iritan seperti obat – obat

vasokontriktor topical yang digunakan berlebihan dapat memicu ketidak seimbangan sistem saraf

otonom dalam mengontrol pembuluh darah pada hidung yang mengakibatkan vasodilatasi dan

edema pembuluh darah  mukosa hidung yang menyebabkan hidung tersumbat.

2. Rinore : disebabkan karena paparan terhadap suatu iritan seperti obat – obat vasokontriktor topical

yang digunakan berlebihan dapat memicu ketidak seimbangan sistem saraf otonom dalam

mengontrol kelenjar pada mukosa hidung yang mengakibatkan Rinore.

DIAGNOSIS :

Page 2: PATOF rinitis vasomotor

Gambaran pemeriksaan Rhinitis Vasomotor adalah : 7, 11

1. Riwayat penyakit

 - Tidak berhubungan dengan musim

- Riwayat keluarga ( - )

- Riwayat alergi sewaktu anak-anak  ( - )

- Timbul sesudah dewasa

- Keluhan gatal dan bersin ( - ) 

2. Pemeriksaan THT

- Struktur abnormal ( - )

- Tanda – tanda infeksi ( - )

- Pembengkakan pada mukosa ( + )

- Hipertrofi konka inferior sering dijumpai 

3. Radiologi 

X – Ray / CT  

- Tidak  dijumpai  bukti  kuat  keterlibatan sinus

- Umumnya dijumpai penebalan mukosa 

4. Bakteriologi

- Rinitis bakterial ( - ) 

5. Test alergi 

a. Ig E total  : didapatkan hasil Normal

b. Prick Test : didapatkan hasil Negatif atau positif lemah

c. RAST : diapatkan hasil  Negatif atau positif lemah